Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN FRAKTUR

I WAYAN SURASTA,S.Kp.,M.Fis.,AIFO
POLTEKKES DENPASAR
Fraktur cruris adalah :
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
JENIS FRAKTUR
– Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran.
– Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis
tengah tulang
– Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
– Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang.
– Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang
sisi lainnya membengkak.
– Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
– Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
frakmen
– Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
– Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang)
– Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen
atau tendo pada daerah perlekatannnya.
• ETIOLOGI
– Trauma
– Gerakan pintir mendadak
– Kontraksi otot ekstem
– Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
MANIFESTASI KLINIS
– Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya
samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,
dan edema
– Deformitas karena adanya pergeseran fragmen
tulang yang patah
– Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur
– Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya
– Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur :
menentukan lokasi, luasnya
– Pemeriksaan jumlah darah lengkap
– Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler
dicurigai
– Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban
kreatinin untuk klirens ginjal
PENATALAKSANAAN

– Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan


manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
– Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna
– Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
• Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan
• Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
• Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri,
perabaan gerakan) dipantau
• Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran
darah
KOMPLIKASI
– Malunion : tulang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya.
– Delayed union : proses penyembuhan yang terus
berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal.
– Non union : tulang yang tidak menyambung
kembali
PENGKAJIAN
Pengkajian primer
Airway
• Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
Breathing
• Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,
suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
• TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada
tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,
dingin, sianosis pada tahap lanjut
Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
– kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
– Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
– Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
– Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
– Tachikardi
– Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
– Cailary refil melambat
– Pucat pada bagian yang terkena
– Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
– Kesemutan
– Deformitas, krepitasi, pemendekan
– Kelemahan
d. Kenyamanan
– nyeri tiba-tiba saat cidera
– spasme/ kram otot
e. Keamanan
– laserasi kulit
– perdarahan
– perubahan warna
– pembengkakan lokal
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan
sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
• Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat
berkurang setelah dilakukan tindakan
keperaawatan
• Kriteria hasil:
– Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin
– Mempertahankan posisi fungsinal
– Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
– Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimitas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak
pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimitas yang sakit diatas dan
dibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan aksi
dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai
kebutuhan’ Awasi tekanan darah, nadi dengan
melakukan aktivitas
g. Ubah posisi secara periodik
h. Kolaborasi fisioterai/okuvasi terapi
Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen
tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan perawatan
Kriteria hasil:
– Klien menyatakan nyeri berkurang
– Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
– Tekanan darah normal
– Tidak ada peningkatan nadi dan RR
Intervensi:
• Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
• Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
• Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas hiburan
• Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
• Jelaskanprosedur sebelum memulai
• Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
• Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh :
relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
• Observasi tanda-tanda vital
• Kolaborasi : pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai