FRAKTUR
Definisi
Riwayat trauma
Rasa nyeri dan bengkak dibagian tulang yang
patah
Deformitas
Nyeri tekan
Krepitasi
Gangguan fungsi muskuloskletal akibat nyeri
Putusnya kontinuitas tulang
Gangguan neurovaskular
Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma
(traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma
dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,
krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
Pemeriksaan fisik
3.
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Pergerakan (Move)
Dengan mengajak penderita untuk
menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah
yang mengalami trauma.
Pada pederita dengan fraktur, setiap
gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu
juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan saraf.
Auskultasi
Jarang dilakukan
Biasanya dilakukan bila ada krepitasi
Untuk mendengar bising fistula arteriovenosa
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan
saraf secara sensoris dan motoris serta
gradasi kelelahan neurologis, yaitu
neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis.
Kelaianan saraf yang didapatkan harus
dicatat dengan baik karena dapat
menimbulkan masalah asuransi dan
tuntutan (klaim) penderita serta merupakan
patokan untuk pengobatan selanjutnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi
fraktur.
Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan
jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya
kita mempergunakan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan khusus:
Tomografi fraktur vertebra, kondilus tibia
CT-scan
MRI
Radioisotop scanning
Komplittidak
komplit
Bentuk garis
patah dan
hubungan
dengan
mekanisme
trauma
Klasifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang
dibagi menjadi :
Transversal : garis patah tulang
melintang sumbu tulang (80-100o dari
sumbu tulang)
Oblik : garis patah tulang melintang
sumbu tulang (<80o atau >100o dari
sumbu tulang)
Longitudinal : garis patah mengikuti
sumbu tulang
Spiral : garis patah tulang berada di dua
bidang atau lebih
Comminuted : terdapat 2 atau lebih garis
fraktur
Klasifikasi
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
a. Undisplace fragmen tulang fraktur masih
terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace fragmen tulang fraktur tidak pada
tempat anatomisnya, terbagi atas: