Anda di halaman 1dari 22

Anamnesis & Pemeriksaan Fisik

FRAKTUR
Definisi
 Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang (FKUI ,2000).

 Fraktur adalah pemisahan atau patahnya


tulang. (Boenges, ME., Moorhouse, MF dan
Geissler, AC , 2000).

 Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas


tulang normal yang terjadi karena tekanan
pada tulang yang berlebihan. (Back dan
Marassarin , 1993).
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadinya jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer,
2001).
 Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price and Wilson,
Gejala Klasik Fraktur
 Riwayat trauma
 Rasa nyeri dan bengkak dibagian tulang yang
patah
 Deformitas
 Nyeri tekan
 Krepitasi
 Gangguan fungsi muskuloskletal akibat nyeri
 Putusnya kontinuitas tulang
 Gangguan neurovaskular
Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma


(traumatik, fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma
dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,
krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
Pemeriksaan fisik

• Pada pemeriksaan awal penderita, perlu


diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya
otak, sumsum tulang belakang atau organ-
organ dalam rongga toraks, panggul dan
abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur
patologis
Inspeksi (Look)

 Bandingkan dengan bagian yang sehat


 Perhatikan posisi anggota gerak
 Keadaan umum penderita secara keseluruhan
 Ekspresi wajah karena nyeri
 Lidah kering atau basah
 Adanya tanda-tanda anemia karena
perdarahan
 Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan
lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau terbuka
 Ekstravasasi darah subkutan dalam
beberapa jam samapi beberapa hari
 Perhatikan adanya deformitas berupa
angulasi, rotasi dan kependekan
 Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah
ada trauma pada organ-organ lain
 Perhatika kondisi mental penderita
 Keadaan vaskularisasi
Palpasi (Feel)

 Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh


karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
 Temperatur setempat yang meningkat
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat
superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat
fraktur pada tulang
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan
dan harus dilakukan secara hati-hati
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai
dengan anggota gerak yang terkena
 Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna
kulit pada bagian distal daerah trauma ,
temperatur kulit
 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai
bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai
Pergerakan (Move)
Dengan mengajak penderita untuk
menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah
yang mengalami trauma.

Pada pederita dengan fraktur, setiap


gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu
juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan saraf.
Auskultasi

 Jarang dilakukan
 Biasanya dilakukan bila ada krepitasi
 Untuk mendengar bising fistula arteriovenosa
Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan


saraf secara sensoris dan motoris serta
gradasi kelelahan neurologis, yaitu
neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis.

Kelaianan saraf yang didapatkan harus


dicatat dengan baik karena dapat
menimbulkan masalah asuransi dan
tuntutan (klaim) penderita serta merupakan
patokan untuk pengobatan selanjutnya.
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium :  darah rutin, faktor


pembekuan darah, golongan darah, cross-
test, dan urinalisa.
 Pemeriksaan Radiologis
 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk


menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi
fraktur.

Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan


jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya
kita mempergunakan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Radiologis

 Dengan foto Roentgen (X-ray)

 Dengan foto roentgen dapat mendiagnosis


fraktur, perlu dinyatakan:
 Fraktur terbuka/ tertutup
 Tulang mana yang terkena dan
lokalisasinya
 Apakah sendi mengalami fraktur
 Bentuk fraktur
 Pemeriksaan khusus:
 Tomografi  fraktur vertebra, kondilus tibia
 CT-scan
 MRI
 Radioisotop scanning

 Konfigurasi fraktur menentukan prognosis dan


waktu penyembuhan; fraktur tranversal lebih
cepat sembuh dibanding fraktur oblik
Komplit- Bentuk garis Garis patah melintang
patah dan Garis patah oblique
tidak hubungan
komplit Garis patah spiral
dengan Fraktur kompresi
mekanisme
Fraktur avulsi
Fraktur Komplit  garis trauma
patah melalui seluruh Jumlah
penampang tulang / garis
melalui kedua korteks patah
tulang
Fraktur tidak komplit  Deskripsi Fraktur
garis patah tidak melalui kominutif
seluruh penampang
tulang
Terbuk Fraktur
tulang.
a- segmental
tertutu Bergese • Frakur tidak bergeser
Fraktur
 garis patah
p r-tidak multipel
kom-plit tapi kedua fragmen tidak
• Fraktur terbuka  bila bergese bergeser. Periosteumnya masih
terdapat luka yang r utuh.
menghubungkan tulang • Fraktur bergeser  terjadi
yang fraktur dengan pergeseran fragmen fraktur yang
udara luar atau disebut dislokasi fragmen
permukaan kulit.  Dislokasi ad longitudinam cum
• Fraktur tertutup  bila
contractionum
tidak ada luka yang
 Dislokasi ad axim
Klasifikasi

Fraktur berdasarkan derajat atau luas


garis fraktur terbagi atas :
 Complete: dimana tulang patah terbagi
menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih
 Incomplete (parsial): Fraktur parsial
terbagi lagi menjadi:
 Fissure/Crack/Hairline – tulang terputus seluruhnya tetapi
masih tetap di tempat, biasa terjadi pada tulang pipih
 Greenstick Fracture – biasa terjadi pada anak-anak dan pada
os radius, ulna, clavicula, dan costae
 Buckle Fracture – fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam
Klasifikasi
Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang
dibagi menjadi :
 Transversal : garis patah tulang
melintang sumbu tulang (80-100o dari
sumbu tulang)
 Oblik : garis patah tulang melintang
sumbu tulang (<80o atau >100o dari
sumbu tulang)
 Longitudinal : garis patah mengikuti
sumbu tulang
 Spiral : garis patah tulang berada di dua
bidang atau lebih
 Comminuted : terdapat 2 atau lebih garis
fraktur
Klasifikasi
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
a. Undisplace  fragmen tulang fraktur masih
terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace  fragmen tulang fraktur tidak pada
tempat anatomisnya, terbagi atas:
 Shifted Sideways: menggeser ke samping tapi
dekat
 Angulated: membentuk sudut tertentu
 Rotated: memutar
 Distracted: saling menjauh karena ada interposisi
 Overriding: garis fraktur tumpang tindih
 Impacted: satu fragmen masuk ke fragmen yang
lain

Anda mungkin juga menyukai