Anda di halaman 1dari 13

SPRAIN, STRAIN, DISLOKASI & SUBLUKSATIO

Pendahuluan

Cedera pada suatu bagian sistem muskuloskeletal biasanya


menyebabkan cedera atau disfungsi struktur disekitarnya dan struktur
yang dilindungi atau disanggahnya. Penanganan cedera sistem
muskuloskeletal, meliputi pemberian dukungan pada bagian yang
cedera sampi penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh, baik
secara eksternal maupun internal. Setelah efek cedera dan nyeri
hilang, usaha penanganan difokuskan pada pencegahan fibrosis,
kekakuan pada organ yang cedera dengan cara latihan yang baik,
proses penyembuhan, dan pengembalian fungsi dapat di percepat
dengan terapi fisik.

Konsep Dasar Sprain dan Strain

Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu


jaringan yang spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal,
walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian
yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam
suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan
trauma kulit, saraf dan pembuluh darah. Injury yang kurang alamiah
sifatnya melibatkan lebam atau memar pada kulit kram (regangan)
atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau
sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament
bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu
kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan
beberapa perbedaan).
A. SPRAIN ( KRAM )

A. Pengertian
Cedera struktur ligamen disekitar sendi, akibat gerkan menjepit atau
memutar.

B. Patofisiologi
Adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot,
ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan
serabut-serabut tersebut dan menyebabkan kelemahan dan mati rasa
temporer serta perdarahan jika pembuluh darah dan kapiler dalam
jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.

C. Tanda dan gejala


 Kelemahan
 Mati rasa
 Perdarahan yang ditandai dengan perubahan warna dan bukaan
pada kulit
 Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi
 Nyeri
 Odema
B. STRAIN ( KESELEO )

A. Pengertian
Adalah tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan
berlebihan, atau stres yang berlebihan, serta terdapat robekan
mikroskopik tidak komplet dengan perdarahan kedalam jaringan.
Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak
dengan nyeri tekan lokal pemakaian obat dan kontraksi isometrik.
( Brunner dan Suddarth, 2001 ).

B. Patofisiologi
Adalah kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,
pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau
aktivitaskerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari
tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi
robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir
jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi peredaan.

C. Tanda dan gejala

 Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.


 Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
 Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
 Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
D. Asuhan Keperawatan Klien dengan Strain dan Sprain
a. Pengkajian

1. Biodata : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin , agama,


pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama : keterbatasan aktifitas, gangguan sirkulasi, rasa
nyeri, dan gangguan neurosensori.
3. Riwayat kesehatan masa lalu : kelainan muskuloskletal ( jatuh,
infeksi, trauma, fraktur ), cara penanggulangan dan penyakit.
4. Riwayat kesehatan sekarang : kapan timbul masalah, riwayat
trauma, penyebab, gejala timbul tiba-tiba / perlahan, lokasi, obat
yang diminum, serta cara penanggulangan.
5. Pemeriksaan fisik : keadaan umum dam kesadaran, keadaan
integumen ( kulit dan kuku ), keadaan muskuloskeletal ( bentuk
tubuh, tingkat kekuatan / ketahanan, pergerakan, keseimbangan ),
kardiovaskuler ( hipertensi, takikardia ), neurologis ( spasma otot,
kesemutan ), keadaan ekstremitas dan hematologi.
6. Riwayat psikososial : reaksi emosional, citra tubuh, sistem
pendukung.
7. Pemeriksaan diagnostik : rontgen untuk mendeteksi lokasi, CT
SCAN , MRI , arteriogram, darah lengkap dan kreatinin.
8. Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi.

b. Diagnosis Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /


ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk
mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :
a. Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat
paling tinggi yang mungkin.
b. Menunjukan teknik memampukan melaksanakan aktivitas (
ROM aktif dan pasif )

Intervensi :

a. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera /


pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap
mobilisasi.
R: untuk mengetahui adanya kemampuan pasien dalam
kemapuan bergerak mandiri.
b. Ajarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien /
aktif pada ekstremitas yang sehat dan latihan rentang gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit.
R: melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya
kekakuan pada ekstremitas serta atropi.
c. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
R: mengurangi pergerkan yang tidak perlu.

2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada


otot, ligamen, atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa,
perdarahan, edema, dan nyeri.
Tujuan :
a. Menyatakan nyeri hilang.

Intervensi :
a. Pertahankan imobilasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips, dan pembalutan .
R : menghilangkan nyeri dan mencegah ketegangan pada
jaringan
b. Pemberian kompres dingin dengan es

R: mencegah terjadinya edema.

c. Anjurkan relaksasi/distraksi untuk menurunkan nyeri.


R: menigkatkian rasa kontrol dalam kemampuan
manejemen nyeri

3. Gangguan psikososial berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh

Tujuan : Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan


keterampilan .

Intervensi :

a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan


khususnya mengenai pandangan pemikiran perasaan
seseorang .
R: mendmonstrasikan penerimaan/membantu pasien
untuk mengenal dan mulaimemahami perasaan.
b. Tekankan keberhasilan yang kecil seklipun baik
mengenai penyembuhan fungsi tubuh ataupun
kemandirian pasien.
R: membantu menurunkan perasaan dan menimbulkan
perasaan adanya perkembangan.
c. Dorong agar orang terdekat agar menberi kesempatan
sebanyak mungkin untuk dirinya.
R: membangun rasa kemandirian dan menerima
kebanggaan diri dan meningkatkan proses
rehabilitasi.

4. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan


Tujuan : ansietas dapat berkurang
Intervensi
a. Catat palpasi, peningkatan denyut jantung atau frekuensi
pernapasan.
R: untuk mengetahui stastus ketakutan klien
b. Pahami rasa takut klien
R:
c. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi pada klien
R: dapat meningkatkan rasa kepercayaan klien
d. Kolaborasi pemberian pengobatan
R: dengan pemberian obat tenang.

C.DISLOKASI dan SUBLUKSASI

a. Pengertian

Adalah suatu keadaan ketika permukaan sendi tulang tidak dalam


hubungan anatomis atau keluarnya kepala sendi dari mangkuk sendi .
hal ini merupakan kejadian kedaruratan yang memerlukan pertolongan
segera . Sedangkan Kata Subluksasi berarti “sedikit lebih ringan
dibandingkan suatu dislokasi” atau dengan kata lain suatu dislokasi
ringan. Hal ini dapat terjadi di tulang belakang (backbone) atau bagian
lain mana pun yang memiliki persendian-persendian. Suatu Subluksasi
dapat menciptakan suatu tekanan saraf ringan atau pun besar.

a. Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga
terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari
gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal
tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan
timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah,
perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur.
Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

b. Tanda dan gejala


1. Nyeri
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ektremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

d. Pemeriksaan diagnostik

1. foto X-ray  untuk menentukan arah dislokasi dan apakah


disertai fraktur
2. foto rontgen  menentukan luasnya degenerasi dan
mengesampingkan malignasi
3. Pemeriksaan radiologi  tampak tulang lepas dari sendi

e. Asuhan Keperawatan dengan Klien Dislokasi

a. Pengkajian

1. Biodata : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin , agama,


pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keluarga :
3. Riwayat penyakit lalu :
4. Riwayat penyakit sekarang :
5. Riwayat masa pertumbuhan :
6. Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi
pada dislokasi anterior bahu.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan


a. Kaji skala nyeri
R: Untuk menentukan rencana yang tepat
b. Observasi TTV
R: Untuk mengetahui perkembangan pasien
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
R: Untuk mengalihkan perhatian agar pasien tidak terfokus
pada nyeri.
d. Kolaborasi pemberian analgesic
R: Membantu mengurangi nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan


nyeri saat mobilisasi.

Tujuan : meningkatkan mobilitas


a. Kaji tingkat mobilisasi pasien

R: Mengidentifikasi masalah utama terjadinya gangguan


mobilitas fisik.
b. Monitor fungsi motorik dan sensorik setiap hari
R: Menentukan kemampuan mobilisasi
c. Berikan latihan ROM
R: Mencegah terjadinya kontraktur
d. Koordinasikan aktivitas dengan ahli physioterapi.
R: Kolaborasi penanganan physiotherapy.
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit

a. Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

R: untuk mengetahui keluhan pasien

b. Kaji pengetahuan pasien tentangh prosedur yang akan

dijalaninya.

R: untuk mengevaluasi tindakan pasien selama perawatan

c. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan

dijalani pasien

R: untuk memberikan keamanan pada pasien dalam


melakukan tindakan di luar pengawasan

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


jaringan
Tujuan : menignkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh.
a. Kaji deajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera.
R: pasien yang dibatasi tentang keterbatasan fisik dari persepsi
dirinya
b. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas terapeutik.
R: memberikan kesempatan untuk mengelurkan energi.
c. Anjurkan pasien untuk rentang gerak aktif pada eksteremitas
yang sakit.
R: meningkatkan aliran darah, gerak sendi dan atrofi.
d. Bantu dalam perawatan diri
R: meningkatkan kualitas dan psikososial pasien.
TUGAS MUSKULOSKELETAL

SPRAIN, STRAIN, DISLOKASI & SUBLUKSATIO

Disusun oleh kelompok XIII :

1. Suci Rahmaniar / I 31110038


2. Arina Merlianti / I 31110039
3. Fijanat Aliadin / I 31110040

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

TAHUN AJARAN 2011 / 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER Depkes, Banjarbaru.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ;
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.
3. Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical
Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.
4. Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8 . Penerbit : EGC, Jakarta.
5. Mansyur, Arif dkk. (2000). Dislokasi.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-dislokasi/
6. Engram, barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 2 dan 3. Penerbit : EGC. Jakarta.
7. Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II.
FKUI. Meda Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai