Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ( KGD )

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

STRAIN OTOT

DI SUSUN OLEH

HAFIDA NAILA INAYAH : 105111104221


RIFDA MARDALENA : 105111101021
SITI NUR ATIKAH : 10511110
KHAIRIYAH : 10511110

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini
tepat waktu. Makalah ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KONDISI STRAINT OTOT”.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat II. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat II yang telah banyak memberi bantuan dengan
arahan dan petunjuk yang jelas sehingga mempermudah dalam menyelesaikan
makalah ini.

Terima kasih juga kepada teman teman seperjuangan yang telah mendukung
selesainya tugas ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun
sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan Gawat
darurat II.

Makassar, 5 maret 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang
spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu
jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan
mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan
dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ;
kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau
sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan
sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial
yang mirip (dengan beberapa perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan
adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada
otot, kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena
kurang aktif dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal
(osteoporosis wanita menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan
tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati
menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras
(alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin, sehingga
kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma
muskuloskeletal : strain.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan tentang trauma
muskuloskeletal : strain
BAB II
KONSEP MEDIS

1. STRAIN
A. Pengertian
1. Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan,peregangan
berlebihan,atau stress yang berlebihan.
2. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam
jaringan.(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
3. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulotendinous (otot atau tendon).
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara
otot dan tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain
pada hamstringnya.
Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi
penuh.

B. Etiologi
 Pada strain akut :
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
 Pada strain kronis :
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan
berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).

C. Tanda dan Gejala


1. Kelemahan
2. Mati rasa
3. Perdarahan yang ditandai dengan :
4. Perubahan warna
5. Bukaan pada kulit
6. Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi
7. Nyeri
8. Odema
D. Patofiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact)
atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah
yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan
daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

E. Klasifikasi Strain
1. Derajat I/Mild Strain (Ringan)
Derajat i/mild strain (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang
berlebihan pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa
stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament.
a. Gejala yang timbul :
 Nyeri local
 Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
b. Tanda-tandanya :
 Adanya spasme otot ringn
 Bengkak
 Gangguan kekuatan otot
 Fungsi yang sangat ringan
c. Komplikasi
 Strain dapat berulang
 Tendonitis
 Perioritis
d. Perubahan patologi
Adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon namun
tanda perdarahan yang besar.
e. Terapi
Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian istirahat,kompresi dan
elevasi,terapi latihan yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.
2. Derajat II/Medorate Strain (Ringan)
Derajat ii/medorate strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit
muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.
a. Gejala yang timbul
 Nyeri local
 Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
 Spasme otot sedang
 Bengkak
 Tenderness
 Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
b. Komplikasi sama seperti pada derajat I :
 Strain dapat berulang
 Tendonitis
 Perioritis
c. Terapi :
 Impobilisasi pada daerah cidera
 Istirahat
 Kompresi
 Elevasi
d. Perubahan patologi :
Adanya robekan serabut otot

3. Derajat III/Strain Severe (Berat)


Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran
mendadak yangcukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang
menghasilkan ketidakstabilan sendi.
a. Gejala :
 Nyeri yang berat
 Adanya stabilitas
 Spasme
 Kuat
 Bengkak
 Tenderness
 Gangguan fungsi otot
b. Komplikasi ;
Distabilitas yang sama
c. Perubahan patologi :
Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
d. Terapi :
Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan
fungsinya.

F. Manifestasi klinis
1. Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot
2. Nyeri mendadak
3. Edema
4. Spasme otot
5. Haematoma

G. Komplikasi
1. Strain yang berulang
2. Tendonitis

H. Penatalaksanaan
1. Istirahat akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
2. Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol
pembengkakan.
3. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara
intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan
ketidaknyamanan.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa biasanya
menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau
lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot,
ligament atau tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh
setelah diberikan perawatan konservatif.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. STRAIN
A. Pengkajian primer
a. Airway : Pada pengkajian airway atau pengkajian jalan nafas yang perlu
dilihat yaitu : apakah ada sumbatan jalan nafas seperti terdapat benda asing
pada jalan nafas atau adanya cairan atau secret yang menyumbat jalan nafas.
b. Breathing : Pada breathing atau pola nafas yang perlu dikaji yaitu bagaimana
pola nafas klien apakah klien dapat bernafas spontan atau dengan bantuan dan
lihat juga bagaimana klien bernafas apakah ada sesak atau tida, hitung RR
klien dan lihat apakah ada retraksi dinding dada atau tidak.
c. Circulation : Pada circulation atau sirkulasi tubuh kaji yang berhubungan
dengan sirkulasi tubuh seperti tekanan darah, suhu tubuh dan nadi, dan lain-
lain.
d. Disability : Pada pengkajian disability atau yang disebut tingkat kesadaran
pasien kita menggunakan dengan cara mengukur nilai GCS pasien,
e. Exposure : Pada pengkajian exposure akan di lakukkan dengan cara membuka
pakaian pasien dengan melihan anggota tubuh pasien apakah ada terdapat lesi
atau memar dan juga dikaji suhu tubuh klien.

B. Pengkajian sekunder.
1) Identitas pasien.
2) Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas/
ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
 Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah
berolah raga.
 Daerah mana yang mengalami trauma.
 Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4) Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
 Kelemahan
 Edema
 Perdarahanperubahan warna kulit
 Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
Mati rasa
c. Auskultasi.
d. Perkusi.
5) Pemeriksaan Penunjang.
a. Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur
b. Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut
digerakkan
c. Artrografi
d. Artroskopy

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik ( Manajemen Nyeri I.08238)
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen nyeri berdasarkan SIKI,
antara lain:
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot


Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan mobilisasi berdasarkan SIKI,
antara lain:
Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk di tempat
tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

D. Evaluasi Keperawatan.
1. Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat nyeri menurun adalah:
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
 Sikap protektif menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik

2. Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa mobilitas fisik meningkat adalah:


 Pergerakan ekstremitas meningkat
 Kekuatan otot meningkat
 Rentang gerak (ROM) meningkat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau
stress yang berlebihan.
 Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada
hamstringnya.
 Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading).
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.
Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC,
Jakarta.
Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddarth.
Ed 8. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta.
EGC.
Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. FKUI. Media Aesculapius
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/makalah-askep-strain.html

Anda mungkin juga menyukai