TRAUMA MUSKULOSKLETAL
(KONTUSIO, STRAIN, DAN SPRAIN)
Kelompok IV
1. I GUSTI NYOMAN SUWANTARA
2. LUH PUTU ARTHA SUCI
3. FRANSISCA DANIK FIATUN
4. LUH GEDE WIDYA PUTRI LESTARI
5. NI KOMANG AYU SRI HINGGAWATI
6. I MADE WIDANA
A. Kontusio
1. Definisi
Kontusio adalah cedera pada jaringan lunak, diakibatkan oleh kekerasan tumpul (mis:
pukulan, tendangan, atau jatuh) (Brunner&Suddarth , 2002:2355).
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak
yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma yang langsung mengenai jaringan,seperti
pukulan,tendangan,atau jatuh (Arif Muttaqin,2008:69).
2. Etiologi
a. Benturan benda keras
b. Pukulan
c. Tendangan atau jatuh
3. Gejala
a. Nyeri
b. Bengkak
c. Perubahan warna
d. Kulit berubah menjadi hijau atau kuning,sekitar satu minggu kemudian ,bengkak yang
merata,sakit,nyeri dan pergerakan terbatas.
e. Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa
hari setelah terjadinya cidera.
f. Kontusio ini menimbulkan daerah kebiruan atau kehitaman pada kulit.
g. Bila terjadi perdarahan yang cukup ,timbulnya perdarahan didaerah yang terbatas
disebut hematoma
h. Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai
sedang sampai berat (Hartono Satmoko,1993:191)
4. Prinsip Penatalaksanaan
Menurut Brunner&Suddart prinsip pentalaksanaan kontusio adalah sebagai berikut :
a. Tinggikan daerah injury untuk mengontrol pembengkakan
b. Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian secara
intermiten) sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi yang akan mengurangi
perdarahan, edema, dan rasa tidak nyaman. Harus diperhatikan jangan sampai terjadi
kerusakan kulit dan jaringan akibat suhu dingin yang berlebihan..
c. Lakukan pembalutan tekan elastis untuk mengontrol perdarahan, mengurangi edema,
dan menyokong jaringan yang cedera.
d. Pantau status neurovaskuler pada daerah ekstremitas setiap 4 jam bila ada indikasi
e. Selama fase penyembuhan bagian yang cedera harus diistirahatkan
f. Setelah stadium inflamasi akut (24-48 jam setelah cedera) dapat diberikan kompres
hangat secara intermiten (selama 15-30 menit, 4 kali sehari) untuk mengurangi spasme
otot, memperbaiki vasodilatasi, absorpsi dan perbaikan.
Menurut Agung Nugroho(1995:53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah
sebagai berikut :
a. Kompres dengan es selama12-24 jam untuk menghentikan perdarahan kapiler.
b. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan
lunak.
c. Hindari benturan didaerah cedera pada saat latihan ataupun pertandingan berikutnya.
2. Faktor pencetus
a. Penggunaan otot berlebihan tanpa exercise
b. Peregangan berlebihan/beban berat
c. Peregangan otot dan terus menerus
d. Gaya pada otot yang spontan
e. Stres berlebihan
3. Manifestasi klinis
a. Nyeri
b. Spasme otot
c. Kehilangan kekuatan dan
d. Keterbatasan lingkup gerak sendi
e. Tendonsitis (peradangan pada tendon) terjadi karena penggunaan yang berlebihan atau
tekanan berulang-ulang (strain kronik). Sebagai contoh pemain tennis biasa
mendapatkan tendonsitis pada bahunya sebagai hasil dari tekanan yang terus menerus
dari servis yang berulang ulang.
4. Klasifikasi strain
a. Derajat I/ Mild Strain(Ringan)
Yaitu adanya cedera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit
muskulotendinous yang ringan berupa stretching/robekan ringan pada otot atau
ligament(Chairudin Rasjad,1998). Tanda dan gejala yang timbul:
1) Nyeri lokal meningkat bila bergerak dan ada beban pada otot
2) Adanya spasme otot ringan
3) Bengkak
4) Gangguan kekuatan otot
Komplikasi yang mungkin muncul pada strain derajat I :
1) Strain dapat berulang
2) Tendonsitis
b. Derajat II/Moderate Strain (Sedang)
Yaitu adanya cedera pada unit muskulotendinus akibat kontraksi yang berlebihan.
Gejala yang timbul antara lain :
1) Nyeri lokal meningkat apabila bergerak atau ada tekanan otot
2) Spasme otot sedang
3) Bengkak
4) Tenderness
5) Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
Komplikasi yang mungkin muncul pada strain derajat II :
1) Strain dapat berulang
2) Tendonitis
c. Derajat III/ strain severe (berat)
Yaitu adanya tekanan mendadak yang cukup berat berupa robekan penuh pada otot dan
ligament yang menghasilkan ketidak stabilan sendi. Gejala yang timbul antara lain :
1) Nyeri yang berat
2) Adanya anstabilitas
3) Spasme
4) Bengkak
5) Tenderness
6) Gangguan fungsi otot
5. Penatalaksanaan
a. Istirahat akan mencegah cidera bertambah dan mempercepat penyembuhan
b. Meninggikan bagian yang sakit (elevasi) akan mengontrol pembengkakan
c. Pemberian kompres dingin basah atau kering secara intermiten 24 sampai 48 jam pertama
yang akan menguangi perdarahan, edema dan ketidaknyamanan
C. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen disekitar sendi,akibat gerakan menjepit atau
memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau robekan pada ligament
(jaringan penghubung antara tulang) atau kapsul sendi yang memberikan stabilitas sendi.
Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidak stabilan
pada sendi. Fungsi ligament adalah menjaga stabilitas. Ligament yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi terasa
nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus
meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akiabat pembengkakan dan perdarahan yang
terjadi. (Brunner&Suddarth , 2002:2355).
1. Gejala klinis berupa
a. Sama dengan strain tapi lebih parah
b. Edema oleh karena terputusnya pembuluh darah, perdarahan dan perubahan warna yang
lebih nyata
c. Nyeri tekan pada sendi yang lebih hebat
d. Nyeri gerak
2. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya, perbaikan pada jaringan yang rusak
b. Farmakotherapi
Pemberian analgetik untuk meredakan nyeri dan peradangan. Bila perlu diberikan
narkotika untuk nyeri yang hebat.
c. Elektromekanis
1) Pemberian kompres dingin pada 24 jam pertama secara intermiten
2) Pembalutan eksternal
3) Posisi ditinggikan(elevasi)
4) Latihan ROM tidak dilakukan pada saat nyeri hebat dan perdarahan. Latihan
bertahap dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
5) Memakai penyangga beban dengan menggunakan kruk selama 7 hari atau lebih
tergantung jaringan yang sakit.
E. PATHWAY
Defisit pengetahuan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Kontusio, Strain, Dan Sprain
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama,umur,jenis kelamin,agama,suku,bangsa,alamat.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri, kelemahan, mati rasa ,edema, perdarahan, perubahan
mobilitas/ ketiakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada pasien:
a) Sejak kapan keluhan dirasakan,apakah sesudah beraktivitas kerja, atau setelah berolahraga
b) Daerah mana yang mengalami trauma
c) Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada
system muskuloskletal lainnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini
6. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi: kelemahan, edema, perdarahan, perubahan warna kulit, ketidakmampuan
menggunakan sendi, deformitas, keluhan nyeri saat melakukan pergerakan.
b) Palpasi: mati rasa
c) Auskultasi
d) Perkusi
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada sprain, untuk diagnosis perlu dilakukan rontgen untuk membedakan dengan patah tulang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma) ditandai mengeluh nyeri,
tampak meringis, peningkatan nadi dan tekanan darah.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan muskuloskletal ditandai
dengan penurunan kekuatan otot, penurunan rentang gerak, keluhan sulit menggerakan
ektremitas, nyeri saat bergerak..
3. Defisit perawatan diri (spesifikan) berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan ADL
4. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer dengan factor risiko trauma, penekanan mekanis
(balutan)
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri dapat berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil:
a. Menunjukan nyeri berkurang atau terkontrol
b. Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan
c. Mengikuti program farmakologi yang diresepkan
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program
pengontrolan nyeri
e. Vital sign dalam batas normal
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, dan factor presipitasi.
Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektipan program.
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat
Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau
tegangan jaringan yang cidera.
3) Tinggikan bagian ekstremitas yang sakit
Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan nyeri.
4) Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera
Rasional: membantu untuk menghilangkan ansietas pasien, pasien dapat
merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.
5) Libatkan dalam aktifitas hiburan yang sesuai untuk situasi indifidu
Rasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
6) Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti lakukan kompres dingin 24 sampai 48 jam
pertama
Rasional: menurunkan edema, hematum dan sensasi nyeri.
7) Observasi vital sign secara berkala
Rasional: mengetahui perubahan nyeri pasien. Nadi dan tensi akan meningkat
sebagai respon dari kecemasan.
8) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi berupa analgetik
Rasional: untuk menurunkan nyeri dan spasme otot
Tingkatkan istirahat pasien
Rasional: memberikan kesempatan penyembuhan jaringan, menurunkan
ketegangan dan relaksasi otot.
2. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan,tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan fungsi posisi.
b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian
tubuh
c. Mendemonstrasikan tehnik yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Kaji tingkat mobilitas yang masih dapat dilakukan pasien
Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan bantuan mobilitas yang diberikan
dan keefektifan program.
2) Instruksikan pasien atau bantu dalam rentang gerak pasien secara aktif atau pasif
pada ektremitas yang sakit dan yang tidak sakit
Rasioanal: meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot dan memperthankan gerak sendi
3) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien
Rasional: meningkatkan kekuatan otot, sirkulasi dan mencegah cidera berulang.
4) Berikan lingkungan yang aman, dan beri alat bantu jika pasien memerlukan.
Rasional: menghindari terjadinya cedera berulang
5) Monitoring vital sign sebelum dan setelah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
Rasional: memberikan kesempatan kepada pasien akan kesiapan melakukan latihan,
rasa control diri dan memfokuskan perhatian.
3. Defisit perawatan diri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu menunjukan peningkatan
kemampuan dalam ADL
Ktriteria hasil:
a. Pasien tampak bersih dan rapi
b. Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien dalam melakukan ADL
Rasional: mengetahui kemampuan pasien dan memilih intervensi yang tepat
2) Bantu pasien dalam melakukan ADL
Rasional: membantu memenuhi kebutuhan ADL pasien
3) Ajarkan pasien metode alternative dalam melakukan ADL
Rasional: membantu pasien meningkatkan kemandiriannya dalam memnuhi ADL
4. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi disfungsi
neurovaskuler
Kreteria hasil:
a. Perfusi jaringan yang terkena trauma efektif
b. Tidak terjadi penurunan kemampuan motorik
c. Sindroma kompartemen tidak terjadi
Intervensi:
1) Pantau perfusi jaringan bagian yang trauma secara berkala.
Rasional: insufisiensi pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan kerusakan saraf
perifer
2) Pantau kemampuan motorik bagian yang cedera
Rasional:kemampuan menggerakkan jari kaki dan tangan memberikan petunjuk
fungsi sensori dan motorik khusus.
3) Tinggikan bagian yang cedera untuk mencegah odema
Rasional:pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan yang
berakibat anoksia dan kerusakan saraf perifer serta jaringan otot
4) Anjurkan untuk perubahan posisi untuk menghindari penekanan pada kulit
Rasional: penekanan secara terus menerus memperburuk vaskularisasi
5. Defisit pengetahuan
Tujuan : Pasien mendapatkan informasi yang tepat tentang penyakit dan program
pengobatan
Criteria hasil :
a. Pasien menyatakan mengerti tentang penyakit dan program pengobatan yang akan
dilakukan
b. Pasien menunjukan perilaku ang kooperatif dalam pengobatan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pemahamn pasien tentang penyakit dan terapi yang akan diberikan
Rasional:meningkatkan kerjasama dan mengurangi ketakutan
2) Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
Rasional:mengurangi anxietas
3) Kolaborasi dengan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program
terapi.
Rasional:meningkatkan kerjasama pasien
4) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
Rasional:meningkatkan pemahaman pasien
5) Identifikasi kemungkinan penyebab sengan cara yang tepat
Rasional:meningkatkan pemahaman pasien
Daftar Pustaka
I. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang trauma muskuloskletal
(Kontusio, Strain dan Sprain)
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25menit, diharapkan pasien dan keluarga
mengerti tentang :
1. Pengertian kontusio, strain, dan sprain
2. Penyebab kontusio, strain, dan sprain
3. Tanda dan gejala kontusio, strain, dan sprain
4. Penatalaksanaan kontusio, strain, dan sprain
III. METODE
Ceramah
Tanya jawab / Diskusi
IV. MEDIA
Leaflet
Flipchart
V. ISI MATERI
Materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian kontusio, strain, dan sprain
a. Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada
jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma yang
langsung mengenai jaringan,seperti pukulan,tendangan,atau jatuh(Arif
Muttaqin,2008:69).
b. Strain Terjadi akibat Robekan mikroskopis tidak komplit dengan
perdarahan kedalam jaringan oleh karena trauma. Pasien mengalami rasa
sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri tekan lokal
c. Sprain adalah Cedera struktur ligamen disekitar sendi,akibat gerakan
menjepit atau memutar.
Penyaji
VIII. EVALUASI
1. Kriteria Struktur :
a. Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan disajikan dengan bantuan
flipcart agar lebih mudah saat penyampaian kepada pasien dan keluarga
b. Kesiapan SAP
c. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan (leaflet
dan Flipchart).
d. Kontrak dengan pasien dan keluarga sudah dilakukan.
e. Pengorganisasian penyelengaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Kriteria Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta antusias dengan materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat saat penyuluhan.
3. Kriteria Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan kembali pengertian kontusio, strain, dan sprain
b. Peserta mampu menjelaskan kembali penyebab kontusio, strain, dan sprain
c. Peserta mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala kontusio, strain, dan
sprain
d. Peserta mampu menjelaskan kembali penatalaksanaan kontusio, strain, dan
sprain