Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


SPRAIN DAN STRAIN

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical bedah II pada semester
genap yang dibimbing oleh

Ns. Zustantria AM, S.Kep., M.kep

Disusun oleh :

Devi Meliawati NIM.10519082

Rima Mulya R NIM.10519104

Rizal maulidani NIM.10519105

Selvya Helvyana NIM.10519107

TK 2 C KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG

PRODI D III KEPERAWATAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang mana telah memberikan
penulis kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Sprain dan Strain” dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan maksud agar memberikan wawasan kepada pembaca mengenai
dokumentasi keperawatan dan Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, 18 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................6

ASKEP TINJAUAN TEORI...........................................................................................................6

1. Analisa Data...........................................................................................................................10

2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................10

3. Intervensi Keperawatan......................................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................20

ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal. Meskipun
ini merupakan dua kata yang dapat dipertukarkandalam penggunaannya, sprain dan strain
merupakan dua tipe cidera yang berbeda.

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi
dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri,
inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti
melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Sedangkan Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-
tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot
terulur dan berkontraksi secara mendadak,seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera
ini sering terlihat pada pelariyang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali
cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strain
otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan
lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena
penggunaan berlebihan atau tekanan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis
pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus Bari servis yang berulang-ulang

4
2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami kemukakan adalah :

1. Konsep teori sprain dan strain


2. Asuhan keperawatn sprain dan strain

3. Tujuan

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untukmelatih dan
menambah pengetahuan tentang sprain dan strain, disinidiharapkan agar mahasiswa/i
dapat memahami dan membuat asuhan keperawatan sprain dan strain.

5
BAB II

ASKEP TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat
sedang atau parah.
Sedangkan strain adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon yangdisebabkan
oleh regangan (streech) yang berlebihan

2. Penyebab
Sprain
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh
tahunkekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen
menurunpada usia tiga puluh tahun.
b. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga
jaringan ligamen mengalami sprain.
c. Terpelintir
Adanya tekanan pada tubuh yang menyebabkan sendi bergeser, sehingga terjadi
cidera ligament

Strain

a. Pada strain akut


Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.
b. Pada strain kronis
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan /
tekananberulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada

6
tendon).Predileksi : punggung, otot harmstring, dan kaki, umumnya disebakan
karena olahraga

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala sprain adalah :

1. Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.


2. Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
3. Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
4. Tidak dapat menyangga beban,
5. Nyeri lebih hebat dan konstan.

Sedangkan tanda dan gejala strain adalah :

1. Kelemahan
2. Mati rasa
3. Perdarahan yang ditandai dengan :
a.Perubahan warna
b. Bukaan pada kulit
c.Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
d. Nyeri
e.Odema

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Strain dan sprain : Pemeriksan fisik mencakup kelemahan,
ketidakmampuan penggunaan sendi, edema pada sprain, perubahan warna kulit,
perdarahan, dan mati rasa.

7
5. Pemeriksaan penunjang
a. MRI
Magnetic Resonance Imaging adalah jenis alat kedokteran untuk pemeriksaan
diagnostic radiologi, yang menghasilkan rekamana gambar potongan
penampang tubuh atau organ manusia. MRI tidak memberikan rasa sakit akibat
radiasi karena tidak menggunakan sinar X dalam proses tersebut.
b. Atroskopi
Merupakan prosedur endskopis yang memungkinkan pandangan langsung
kedalam sendi.
c. Elektromyografi
Pemeriksaan ini memberi informasi mengenai potensi listrik otot dan sarafnya.
Tujuan prosedur ini adalah menentukan setiap abnormalitas fungsi unit.
d. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan alat yang memanfaatkan sinar X yang sebetulnya
memiliki efek samping akibat dari radiasi. Namun,pasien tidak perlu khawatir
karena manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak, jika dilakukan
dengan benar.
e. CT Scan
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit dan
memperlihatnkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang ulit di evaluasi.

8
9
6. Pathway

Asuhan Keperawatan pada Sprain dan Strain

1. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1 DS :
1) Klien mengatakan jatuh dari ketinggian 30 m
2) Klien mengatakan nyeri dan bengkak pada sendi bahu
kiri
spasme otot,
DO :
gerakan
1) Kesadaran CM
fragmen
2) Pada pemeriksaan terlihat adanya pembengkakan, Nyeri
tulang, edema,
nyeri tekan dan nyeri sumbu pada cruris sinistra 1/3 (akut)
cedera pada
dibagian depan dan daerah deltoid kosong
jaringan lunak
3) Kemungkinan klien terlihat meringis kesakitan karena
nyeri dan tungkai bawah terkulai
nyeri MK : gg.
4) Tertekan
Nampak terpasang bidai pada tungkai kiri klien dan
ujung-ujung mobilitas
saraf perifer
terpasang MK : Imobilisasi mobilisasi
MK:mitela
Risiko
Cedera pada bahu kiri
2. DS : Gangguan cedera jaringan
1) Kemungkinan pasien mengatakan tidak bisa
menggerakkan tangan kiri dan kaki kirinya
2) Kemungkinan pasien mengatakan kesulitan dalam
sekitar fraktur
membolak-balik posisinya
dan kerusakan
DO : mobilitas
rangka
fisik
1) Klien terlihat tidak bisa berdiri dan mengalami luka- neuromuskuler
luka .
2) Klien terlihat meringis kesakitan karena nyeri dan
tungkai bawah terkulai

10
1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera pada jaringan lunak


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur

dan kerusakan rangka neuromuskuler.


c. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka:
bedah permukaan :perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau
sekret/immobilisasi fisik.
d. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih,
hipovolemik dan
pembentukan trombus.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,

kerusakan kulit dan trauma jaringan.


f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang

informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

2. Intervensi Keperawatan

a. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen


tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
perawatan. Kriteria Hasil:
 Klien menyatakan nyeri berkurang.
 Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas

terapetik sesuai indikasi untuk situasi individual.


 Edema berkurang/hilang.
 Tekanan darah normal.

11
 Tidak ada peningkata nadi &
pernapasan. Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10).

Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.

Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan

kebutuhan untuk /keefektifan analgesic.


2) Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,

pembeban, dan traksi.


Rasional: Meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisitulang/tegangan
jaringan yang cedera.
3) Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
Rasional: Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri
4) Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional: Mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan
memudahkan resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi pada jaringan yang terkena.
5) Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan
lokal dan

kelelahan otot.
6) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif,

latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.


Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan

kelelahan otot.
7) Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai
indikasi. Rasional: Menurunkan udema/pembentukan hematoma,
menurunkan sensasi nyeri.
8) Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgetik. Rasional: Diberikan untuk mengurangi

12
nyeri dan spasme otot.
b. Dx.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.
Tujuan: Kerusakan mobilitas fisik dapat
berkurang. Kriteria Hasil:
 Klien akan meningkat/mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan

yang lebih tinggi.


 Klien mempertahankan posisi/fungsional.
 Klien meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian

tubuh.
 Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan
aktifitas. Intervensi:
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

Rasional: Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan


fisik aktual, mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam
meningkatkan kemajuan kesehatan pasien.
2) Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan

rangsang lingkungan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri dan
membantu menurunkan isolasi sosial.
3) Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada

ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.


Rasional: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan
respon kalsium karena tidak digunakan.
4) Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi

13
digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai
bawah. Rasional: Menurunkan resiko kontraktur
fleksi panggul.
5) Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan
mencukur). Rasional: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
meningkatkan kontrol

pasien dalam situasidan meningkatkan kesehatan diri langsung.


6) Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera

mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat


mobilisasi. Rasional: Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah
baring (contoh

flebitis) dan meningkatkanpenyembuhan dan normalisasi fungsi organ.


7) Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan
pusing. Rasional: Hipotensi postural adalah masalah umum
menyertai tirah baring

lama dan dapat memerlukan intervensi khusus.


8) Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas
dalam. Rasional: Mencegah/menurunkan insiden komplikasi
kulit/pernapasan

(contoh dekubitus, atelektasis dan pneumonia).


9) Auskultasi bising usus.
Rasional: Tirah baring, pengguanaan analgetik dan perubahan dalam

kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi.


10) Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.
Rasional: Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi

urinarius, pembentukan batu dan konstipasi.


11) Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi
spesialis. Rasional: Berguna dalan membuat aktivitas
individual/program latihan.

14
c. Dx.3 Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur
terbuka: bedah permukaan; pemasangan kawat, perubahan sensasi,
sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret/immobilisasi fisik.

Tujuan: Kerusakan integritas jaringan dapat


diatasi. Kriteria Hasil:
 Penyembuhan luka sesuai waktu.
 Tidak ada laserasi, integritas
kulit baik. Intervensi:
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
Rasional: Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah
yang

mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya edema.


2) Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang

kering dan bebas kerutan.


Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko

abrasi/kerusakan kulit.
3) Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.
Rasional: Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.
4) Gunakan bed matres/air matres.
Rasional: Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk
anggota tubuh yang kurang gerak efektif untuk mencegah
penurunan sirkulasi.
d. Dx.4 Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih,
hipovolemik dan pembentukan trombus.
Tujuan: Disfungsi neurovaskuler perifer tidak
terjadi. Kriteria Hasil:
 Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi.
 Kulit hangat dan kering.

15
 Perabaan normal.
 Tanda vital stabil.
 Urine output yang
adekuat Intervensi :
1) Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari

fraktur.
Rasional: Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa
dapat normal terjadi dengan adanya syndrome comfartemen
syndrome karena
sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.
2) Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.
Rasional: Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa
sakit terjadi ketika sirkulasi kesaraf tidak adekuat atau adanya trauma pada
syaraf.
3) Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.

Rasional: Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan


resiko terjadinya injuri dengan adanya fraktur di kaki,
edema/comfartemen
syndrome/malposisi dari peralatan traksi.
4) Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.
Rasional: Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya

di aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.


5) Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit

dingin, perubahan mental.


Rasional: Inadekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi

jaringan.
6) Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasi

dengan adanya compartemen syndrome.


Rasional: Mencegah aliran vena/mengurangi edema.

16
e. Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.
Tujuan: Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.
Kriteria Hasil:
 Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
 Bebas drainase purulen, eritema dan demam.
 Tidak ada tanda-tanda
infeksi. Intervensi:
1) Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
Rasional: Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit dapat

memungkinkan terjadinya infeksi tulang.


2) Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau

adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.


Rasional: Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan dan

dapat menimbulkan osteomielitis.


3) Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci

tangan.
Rasional: Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
4) Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit

kecoklatan,bau drainase yang tak


enak/asam. Rasional: Tanda perkiraan
infeksi gangren.
5) Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk
berbicara. Rasional: Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan
disfagia.
6) menunjukkan terjadinya tetanus. Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan
dengan oedema lokal/eritema

ektremitas cedera.

17
Rasional: Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.
7) Lakukan prosedur isolasi.
Rasional: Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan

luka/linen untuk mencegah kontaminasi silang.


8) Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotik IV/topikal dan Tetanus

toksoid.
Rasional: Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik
atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.

f. Dx.6 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan: Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga
bertambah. Kriteria Hasil:
 Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
 Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi:

1) Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.


Rasional: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat

pilihan informasi.
2) Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan

terapis fisik bila diindikasikan.


Rasional: Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit
selama proses penyembuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan
penyembuhan dapat
terjadi sekunder terhadap ketidak tepatan pengguanaan alat ambulasi.
3) Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan

yang memerlukan bantuan.


Rasional: Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan

18
bantuan.
4) Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di

bawah fraktur.
Rasional: Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot,

meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.


5) Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.

Rasional: Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk


sembuh lengkap dan kerjasama pasien dalam program pengobatan
membantu untuk
penyatuan yang tepat dari tulang.
6) Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi
(massa ototkurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada
sendi di atas dan di bawah bagian yang sakit dan gunakan alat bantu
mobilitas, contoh verban elastis, bebat, penahan, kruk, walker atau
tongkat.
Rasional: Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan
nyeri sementara sekunder terhadap kehilangan dukungan. (Ardinata,
2012).

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada Ny. Z Dengan gangguan Sistem Muskuloskeletal

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
a) Nama : Ny. Z
b) Umur : 46 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : SMP
f) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g) Suku bangsa : Jawa
h) Alamat : Jl. Sukarnoe hatta no 15
i) No RM : 546254
j) Dx medis : sprain tingkat 1
k) Tanggal masuk : 17 Juli 2018
l) Tanggal pengkajian : 17 Juli 2018
b. Identitas penanggung jawab
a) Nama : Tn. F
b) Umur : 51 Tahun
c) Pekerjaan : Karyawan swasta
d) Hubungan dengan pasien : Suami
c. Keluhan utama
Nyeri pada bagian pergelangan kaki sebelah kanan
d. Riwayat Kesehatan sekarang

20
Klien mengatakan terjatuh dikamar mandi saat mencuci pakaian yang
menyebabkan pergelangan kaki sebelah kanan nyeri dan bengkak, pada ke
esokkan harinya tanggal 17 Juli 2018 suami klien membawa klien ke rumah sakit.
P : terjadinya sprain
Q : linu dan terasa nyut-nyutan
R : tarsalia dextra
S:7
T : terasa setiap saat
e. Riwayat Kesehatan masa lalu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit dan klien belum pernah dirawat di rumah
sakit.
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Keadaan umum : compos mentis
b) Kesadaran : E4V5M5
c) Tekanan darah : 130/80 mmHg
d) Nadi : 127 x/menit
e) Suhu : 36,4 o C
f) RR : 26 x/ menit
2) Antropometri
a) BB : 56 kg
b) TB : 154 cm
3) Pemeriksaan persistem
a) Sistem pernafasan
Inspeksi : tidak terdapat lesi, RR : 26 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : suara nafas normal tidak terdapat wheezing atau
ronchi
Perkusi : suara perkusi normal resonan

21
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat pembesaran JVP,
tidak terdapat clubbing finger.
Palpasi : CRT < 2 Detik, nadi 127 x/menit.
Perkusi : bunyi jantung normal ICS 1-6 pekak.
Auskulutasi : suara s1 dan s2 tidak terdapat suara tambahan seperti
s3 dan s4.
c) Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, turgor
kulit elastis,bentuk abdomen simetris.
Auskultasi : bunyi peristaltik 10 x/menit.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak terdapat
asites.
Perkusi : bunyi perkusi abdomen timpani.
d) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, warna sklera putih, tidak adanya kelainan
pada mata.
e) Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak adanya nyeri tekan, telinga bersih,
fungsi pendengaran baik.
f) Sistem musculoskeletal
Terdapat nyeri dengan skala 7 pada pergelangan kaki sebelah
kanan, pergelangan kaki sebelah kanan tampak eodema. Pada
bagian ekstrimitas inferior dextra tampak terdapat lesi.

h. Pola kebiasaan sehari-hari

No Pola Sebelum sakit Saat sakit


1. Makan dan minum
Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Alergi makanan Tidak ada Tidak ada

22
Alat bantu makan Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat tidur
Siang ± 2 jam ± 1 jam
Malam ± 8 jam ± 5-6 jam
3. Personal hygiene
 Mandi
Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
 Oral hygiene
Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari

 Keramas
Frekuensi 3 x/minggu Belum pernah
4. Eliminasi
 BAK
Frekuensi ± 4-5 x/hari ± 3-4 x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Amoniak khas urin Amoniak khas urin
Pengunaan alat bantu Tidak menggunakan Popok
 BAB
Frekuensi ± 1-2 x/hari Tidak tentu
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Konsitensi Padat Padat
Bau Khas feses Khas feses
5. Pola aktivitas Mengerjakan Terbaring
pekerjaan rumah
tangga

i. Konsep diri
1) Peran : dalam rumahnya klien berperan sebagai istri dan ibu dari 2 anak.
2) Ideal diri : klien berharap agar ia bisa cepat sembuh dari penyakit yang
dideritanya.

23
j. Data psikososial
Klien mengalami cemas semenjak terjatuh dari kamar mandi, dan klien
merasakan ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal.

k. Data penunjang
Foto rontgent pergelangan kaki sebelah kanan yang mempunyai kesan bahwa
beberapa ligament mengalami robekan yang tidak berpengaruh pada sendi.

l. Analisa Data:

N Data Masalah Etiologi


o
1 Ds :
1. klien mengatakan jatuh dari kamar
mandi Spasme
2. klien mengatakan nyeri dan bengkak otot,gerakan
pada pergelangan kaki sebelah kanan fragmen
Do : tulang,edema,cedera
1. kesadaran Compos mentis Nyeri (akut) pada jaringan lunak
2. P : terjadinya sprain
Q : linu dan terasa nyut-nyutan
R : tarsalia dextra
S:7
T : terasa setiap saat
3.klien terlihat meringis kesakitan karena
nyeri
2 Ds :
1. pasien mengatakan tidak bisa
menggerakan kaki kanan Hambatan Cedera jaringan
2. pasien mengatakan kesulitan dalam mobilitas fisik sekitar sprain dan
membolak-balik posisinya kerusakan rangka
Do : neuromuskuler

24
1. klien terlihat tidak bisa berdiri dan
mengalami luka-luka
2. klien terlihat meringis kesakitan karena
nyeri.
3 Ds :
1. klien mengatakan sakit pada lukanya Tidak adekuatnya
Do : Resiko infeksi pertahanan primer,
1. luka klien terlihat kemerahan kerusakan kulit dan
2.luka klien terlihat kurang bersih trauma jaringan

2. Diagnosa keperawatan
a. nyeri akut berhubungan dengan spasme otot,gerakan fragmen tulang,edema pada
jaringan lunak
b. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar sprain
c. resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,kerusakan
kulit dan trauma jaringan

3. Intervensi keperawatan

Dx 1:Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot,gerakan fragmen tulang,edema,cedera pada


jaringan lunak,pemasangan alat/traksi.

N Tujuan Intervensi Rasional


o Kriteria hasil
D
x
1 Setelah dilakukan tindakan O : kaji karakteristik Untuk membantu
keperawatan 1 x 24 jam nyeri,skala nyeri,sifat dalam
diharapkan klien dapat mengontrol nyeri,lokasi mengidentifikasi
nyeri dengan kriteria hasil : penyebarannya (pqrs) derajat
 Klien dapat ketidaknyamanan
mengungkapkan f.kaji TTV dan kebutuhan
berkurangnya nyeri untuk keefektifan

25
 Klien dapat N : beri posisi yang analgesic
mengidentifikasi dan nyaman
menggunakan intervensi Beri teknik distraksi Untuk mengetahui
untuk mengatasi keadaan umum
nyeri/ketidaknyamanan E : edukasi keluarga atau pasien dapat
dengan tepat klien untuk kompres air mempengaruhi
 Klien tampak rileks dan hangat untuk redakan nyeri kemampuan klien
mampu tidur dan istirahat untuk rileks dan
dengan tepat C : kolaborasi dalam istirahat secara
 Ttv dalam batas normal pemberian analgesik efektif
TD: 130/80 mmHg
N : 127x/mnt Untuk mengurangi
R: 26x/mnt sensasi nyeri
S: 36,4’c
Dapat membantu
klien untuk
menangani nyeri
secara mandiri

Membantu
meredakan nyeri

Dx 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur

No Tujuan Intervensi Rasional


D Kriteria hasil
x
Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 O : kaji derajat mobilitas Mengetahui
jam diharapkan klien dapat yang dihasilkan oleh persepsi diri pasien
melakukan aktivitas. cedera/pengobatan dan mengenai
Dengan kriteria hasil: perhatikan persepsi pasien keterbatasan fisik

26
 Pasien menunjukkan terhadap mobilisasi aktual,
peningkatan aktivitas
 Pasien tampak tenang N : instruksikan dan bantu
pasien dalam rentang Meningkatkan
gerak aktif/pasif pada aliran darah ke otot
ekstermitas yang sakit dan dan tulang untuk
yang tak sakit meningkatkan
tonus otot,
E : dorong pasrtisipasi
pada aktivitas terapeutik mempertahankan
dan pertahankan gerak
rangsangan lingkungan sendi,mencegah
kontraktur/atrofi
C : konsultasi dengan ahli dan respon kalsium
terapi fisik/okupasi dan karena tidak
atau rehabilitasi spesialis digunakan

Memberikan
kesempatan untuk
mengeluarkan
energi
meningkatkan rasa
kontrol diri

Berguna dalam
membuat aktivitas
individual/program
latihan

Dx 3 : resiko infeksi berhubungan dengan adekuatnya pertahanan primer,kerusakan kulit dan


trauma jaringan

27
N Tujuan Intervensi Rasional
o Kriteria hasil
D
x
Setelah diberikan tindakan 1 x 24 O : kaji tanda-tanda Untuk mengetahui
jam diharapkan klien tidak infeksi perubahan kondisi
mengalami resiko infeksi dengan perlukaan yang
kriteria hasil: terjadi pada klien
 Klien bebas dari tanda dan Mencegah
gejala infeksi jumlah N : rawat luka dengan terjadinya infeksi
leukosit dalam batas normal pertahankan teknik aseptik nosocomial
mendeskripsikan proses E : edukasi klien dan Memberikan
penularan penyakit atau pengunjung untuk jaga informasi
factor yang mempengaruhi kebersihan area perlukaan meminimalkan
infeksi klien agar tetap bersih terjadinya infeksi
C : kolaborasi dalam Membantu proses
pemberian terapi sesuai pemulihan klien
medikasi

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

N Tanggal dan Dx Implementasi Evaluasi


o Waktu
1 17 juli 2018 1. mengobservasi ttv S : klien mengatakan
2. menganjurkan kepada nyeri pada bagian kaki
klien untuk rileks atau sebelah kanan
dengan teknik distraksi O : pasien terlihat
3. berikan terapi obat anti meringgis kesakitan
nyeri (ketorolac) A : masalah teratasi
sebagian

28
P : intervensi dilanjutkan
2 17 juli 2018 1. menganjurkan klien untuk S: pasien mengatakan
menggerakan kaki kanan ke sudah bisa menggerakan
kiri ke kanan dan memutar kaki kanannya sendiri
2. bantu klien untuk tanpa dibantu
melakukan gerak aktif atau O : pasien terlihat tenang
pasif yang sakit dan tidak dan tidak mengeluh nyeri
sakit A : masalah teratasi
3. menganjurkan klien untuk sebagian
terus belajar memobilisasi P : intervensi dilanjutkan
aktivitas
4. kolaborasi dengan ahli
terapi fisik
3 17 juli 2018 1.observasi keadaan umum S : pasien terlihat bersih
pasien O : pasien terlihat lebih
2. berikan dan anjurkan klien tenang
untuk selalu melakukan A : masalah teratasi
teknik aseptic dalam merawat P : intervensi
luka diberhentikan
3. menganjurkan kepada
klien dan keluarga klien
untuk tetap menjaga
kebersihan pada area
perlukaan
4. kolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian obat
analgetik

29
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP


PPNI.Jakarta selatan
Istianah, Umi.2014.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Alestine,Dinda Ayu.2020.Asuhan Keperawatan Sprain dan Strain. Kelompok 4, S1
Keperawatan UPN “Veteran” Jakarta. [internet : diakses pada tanggal 16 Februari 2021] :
https://doku.pub/documents/10-bab-iv-strain-dan-sprain-z06wkgv7ryqx

30

Anda mungkin juga menyukai