Anda di halaman 1dari 11

1 PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya kontunuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan, biasanya disertai cidera di jaringan sekitarnya. Fraktur bisa bersifat patahan sebagian atau patahan utuh pada tulang yang disebabkan oleh pukulan langsung atau pelintiran. Fraktur bisa mengkhawatirkan jika terjadi kerusakan pada lempeng pertumbuhan, yaitu area tulang tempat pertumbuhan terjadi karena kerusakan pada area ini bisa menyebabkan pertumbuhan yang tidak teratur atau pemendekan pada tulang. Fraktur juga melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya (Lufti, 2007). Patah tulang dapat dibagi berdasarkan nama anatomi tulang yang patah (untuk tulang ekstremitas bahkan dibagi lagi atas bagian progsimal, tengah dan distal), ada tidaknya luka di atas tulang yang patah, dan ada tidaknya komplikasi serius karena patah tersebut. Melalui fhoto rotgen dapat pula dilihat komplit-tidaknya patah, jumlah dan kedudukan fragmen tulang (bagian tulang yang patah), serta bentuk garis patah (Ibrahim, 2000). Kemungkinan patah tulang harus selalu difikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keragu-raguan, perlakukan korban sebagai penderita patah tulang. Dalam menegakan diagnosis fraktur harus disebut jenis tulang atau bagian tulang yang memiliki nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang (proksimal, tengah atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah, jumlah garis patah, bergeser tidak bergeser, terbuka atau tertutup dan komplikasi bila ada. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang. Kadang perlu dilakukan CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan (Archibald, 1974). Jenis fraktur dapat dibagi menjadi, Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang, Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh dan Open fracture (compound frakture/ komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Prinsip yang harus dipegang pada reparasi patang tulang radius ulna dimana

2 suplai darah pada tulang dan fragmen tulang harus selalu diperhatikan dan dilindungi dari trauma pembedahan, restorasi yang akurat dari bentuk tulang, khususnya pada daerah persendian, reposisi secara mekanik harus setabil fiksasinya, tehnik diusahakan menimbulkan trauma yang ringan dan rehabilitasi, mutlak harus ada esensial. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin setelah diberikan terapi definitif. Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk menyelamatkan fungsi selama patah tulang dalam peyembuhan dan pengembalian fungsi senormal dan secepat mungkin sesudah penyembuhan (Anonimous, 2005). Fraktur pada radius dan ulna diklasifikasikan menjadii : fraktur proximal ujung ulna, fraktur-terpisahnya proximal radial epiphysis; fraktur ujung proximal radius dan ulna; fraktur ujung proximal ulna dan dislokasi kepala radial dan bagian distal ulna; fraktur ulna, dislokasi radius, dan pemisahan radius dan ulna (Monteggia Fraktur); fraktur tulang panjang (shaft); fraktur ujung distal. Fraktur radius ulna dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : Fraktur ulna yang meliputi trochlear notch, fraktur-pemisahan proximal radial epiphysis, fraktur pada ujung proximal ulna dan luxatio radius dan ulna, Fraktura ulna dengan Dislokasi kepala radial dan pemisahan radius dan ulna (Fraktur monteggio), dan fraktur shaft atau tulang panjang pada radius dan ulna (Lufti, 2007). Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh. (Reksoprodjo, 1995). Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat (Apley & Solomon, 1995).

3 PENEMUAN KLINIS Manifestasi klinis pada fraktur radius ulna seperti nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna. Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu menilai rasa sakit, paloor (kepucatan/ perubahan warna), paralisis (kelumpuhan/ketidak mampuan untuk bergerak), parasthesia (kesemutan), dan pulselessnes (tidak ada denyut) Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang. Penatalaksanaan segera setelah cidera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cidera apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi (Anonimous, 2008). Perdarahan dan pergeseran tulang akan menyebabkan daerah yang patah mengalami pembengkakan. Rusak dan terjepitnya pembuluh saraf akan menyebabkan hewan kesakitan: apabila pembuluh saraf motorik yang penting mengalami kerusakan maka akan terjadi kelumpuhan (Ibrahim, 2000). Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh: Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang, usia penderita, kelenturan tulang, jenis tulang. Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa mengalami patah tulang. Susi, P. (2007) mengatakan, Ciri-ciri patah tulang antara lain: 1. Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang mencuat keluar kulit) 2. Terasa nyeri yang menusuk pada area cidera 3. Terjadi pembengkakan, ini disebabkan oleh darah dan cairan tubuh lain yang mengumpul di sekitar area cidera 4. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh. 5. Hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin bisa sedikit mengerakkan bagian yang cidera, tetapi tidak bisa mengerakkan secara penuh.

4 Bila tidak ada riwayat pasien (pernah patah tulang), berarti fraktur patologis. Trauma harus terperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut. Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur pada multiple, fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tandasepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi (Lufty, 2007).

5 MATERI Persiapan Alat-alat Operasi Alat yang digunakan meliputi : Scalpel dan blade Gunting lurus Gunting bengkok Arteri klem Needle holder Needle Pinset anatomis Pinset chirurgis Allis forceps Peralatan ortopedis (Pin, gibs, plat, dan kawat baja) Dook steril Dook klem Tampon Benang catgut dan cotton secukupnya Kapas secukupnya

Persiapan Obat-obatan dan Kemikalia Obat dan kemikalia yang diperlukan dalam operasi ini antara lain: Atropin sulfat 0,025% dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara sub cutan Ketamin 10% dosis 10 - 40 mg/kg BB secara intramuskulus Xilazin dosis 2-3 mg/kg BB Alkohol 70% Larutan garam fisiologis dan H2O2 Larutan iodium tinkture

6 METODE Persiapan Operasi Konsep dasar terapi patah tulang perlu tindakan yang berurutan dan pasti (definitif). Konsep tersebut adalah Rekognisi atau pengenalan dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar akan sangat membantu penanganan patah tulang karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna, redaksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fregmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal, retensi atau fiksasi atau immobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen-fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan dan Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud dengan bagian yang menderita patah tersebut dapat kembali normal. Persiapan Hewan Sebelum operasi dilakukan hewan terlebih dahulu diperiksa, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Kemudian hewan diberi premedikasi dengan atropin sulfat 0,025% sebanyak 0,02-0,04 mg/ kg BB secara sub kutan. Persiapan Operator dan Cooperator Sebelum operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih. Tangan dikeringkan dengan handuk bersih kemudian didisinfeksi dengan alcohol 70%, kemudian operator dan cooperator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan aseptis tersebut dipertahankan hingga operasi selesai. Pelaksanaan Operasi 1. Anestesi Umum Pemberian anastesi ketamin dengan dosis 10-40 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 2-3 mg/kgBB secara intramuskular.. Sebelumnya diberikan premedikasi dengan antropin sulfat 0,025 % secara sub cutan. Cooperator memantau frekwensi kerja jantung dan nafas. Stadium 3 plane 3 ditandai dengan respirasi abdominal dengan amplitude yang minimal, bola mata terletak di tengah, jaw tension menghilang dan reflek pedal hilang

7 sama sekali yang berarti hewan tersebut telah teranestesi sempurna dan siap untuk dioperasi. 2. Teknik Operasi Hewan yang telah teranestesi sempurna kemudian diletakkan di atas meja operasi dengan posisi lateral recumbency. Daerah fraktur dan sekitarnya dibersihkan dengan yodium tinkture. Metode reposisi terbuka dikenal dengan istilah open reduktion and internal fixation atau reposisi terbuka dan fiksasi internal. Teknik incisi dilakukan dengan cara tertentu yang aman dan cepat untuk mencapai daerah fraktur. Reduksi Terbuka dan Fiksasi Internal: Pilihan terhadap pendekatan yang akan dilakukan akan bervariasi tergantung pada lokasi fraktur dan objek pembedahan. Craniomedial (radius): Radius sangat terletak superfiacialis pada aspek craniomedial tungkai. Sayatan pada kulit mengikuti garis yang dimulai pada processus styloid dari radius dan memanjang secara proximal dan parallel dengan permukaan dorsomedial tulang. Vena cephalica, yang melewati sepanjang batas cranial sebaiknya dihindari. Extensor carpi radialis terletak crania menuju shaft, dan flexor carpi radialis yang bersifat caudal terhadapnya. Craniolateral (radius): Sayatan longitudinal dibuat melalui kulit dan fascia pada permukaan craniolateral, setelah pemisahan dari extensor digital lateral dan extensor digital umum yang menuju radius. Pendekatan ini memiliki banyak kerugian yang menyebabkan banyak pendarahan. Caudal (Ulna): Kulit disayat secara longitudinal melewati permukaan caudal tulang, dan ulnaris lateralis dan flexor carpi radialis dipisahkan untuk mendapatkan ulna. Sesudah direposisi kemudian difiksasi atau distabilkan dengan pemasangan peralatan ortopedis yang sesuai. Setelah reduksi terbuka, beberapa dari fraktur stabil dapat immobilisasi dengan memberikan beberapa peralatan secara external. Fraktur yang tidak stabil dan beberapa fraktur stabil lainnya dapat di immobilisasi dengan sangat baik menggunakan bebat Kirschner, pins intramedullary, atau plate tulang dan sekrup tulang dalam beberapa kombinasi dan variasi. Bebat Kirscner: Bebat ini diadaptasikan untuk sebahagian fraktura pada shaft radius dan ulna. Khususnya sangat berguna untuk fraktur terbuka, penyatuan yang terlambat dan tanpa penyatuan, dan untuk memperbaiki osteotomy. Ini akan sangat baik

8 digunakan pada anjing kecil. Pada kebanyakan kasus, akan sangat berguna untuk memasukkan pins pada batas craniomedial radius, karena tulang ini bersifat superficialis dalam lokasinya dan bebat akan melindungi lebih baik. Bebat Kirschner dapat diaplikasikan dengan cara yang umum dengan tunggal atau dobel batang penghubung. Akan tetapi, pada kebanyakan kasus teknik yang lebih disukai adalah menggunakan batang untuk menguhubungkan empat clamp tunggal. Teknik ini memerlukan peletakan semua empat pins dalam garis yang sama. Pins Intramedullary: Shaft dari radius tidak cocok untuk difiksasi dengan intramedullary pins sebagaimana tulang-tulang panjang lainnya. Akan tetapi, yang lebih sering digunakan adalah dengan menahan ujung-ujung-pada pensejajaran. Metode meliputi: 1. Dengan persendian radiocarpal dalam semiflexi, pin dimasukkan dari ujung distal radius. 2. Pin dimasukkan sedikit miring melalui cortex dan di dalam rongga medullary dari segment lainnya. 3. Dengan pins dalam segment proximal, segment distal akan terdorong oleh penonjolon pins 4. Pin dimasukkan pada processus styloid, dan kemudian didalam rongga medullary .Dalam keseluruhan metode, diperlukan adanya tambahan external immobilisasi. Sekrup tulang: Fraktur spiral atau panjang miring pada radius dapat diperbaiki dengan sekrup tulang untuk menahan kesejajaran dan memperbesar compressi pada tempat fraktur.. Dalam hal ini juga diperlukan fiksasi tambahan external atau internal. Plate Tulang: Plates biasanya sesuai untuk kebanyakan fraktur pada shaft radius dan ulna. Jika fraktura lebih rendah dari 2/3 dan radius sangat stabil, fiksasi ulna tidak diperlukan. Plates pipih semitubular dapat digunakan. Untuk menutup kembali antebracial profundus dan subkutan dijahit bersama-sama dalam satu lapisan (Archibald, 1974). Perawatan Pasca Operasi Setelah selesai operasi hewan hari pertama dan ke dua pasca operasi hewan diberi infuse Ringer Dextrose 5 % diinjeksikan dengan Ampicilin10 %. Untuk perawatan hewan beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan hewan.

9 DISKUSI Prinsip penanganan fraktur meliputi: Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan (Anonimous, 2005). Lufti. (2007) mengatakan, Jenis-jenis patah tulang adalah 1) Patah tulang tertutup (patah tulang simplek) : Tulang yang patah tidak tampak dari luar. 2) Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk) : Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi. 3) Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan) : Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena osteoporosis. 4) Patah tulang karena tergilas : Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat. 5) Patah tulang avulse : disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit. 6) Patah tulang patologis : Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali. Bergesernya fragmen juga akan menyebabkan kelainan bentuk (deformitas) yang nyata. Apabila kita memegang bagian proksimal dan distal dari bagian yang diduga patah dan mencoba menggerakan kedua fragmen tersebut maka akan terasa bunyi pergeseran tulang, yang disebut krepitasi. Tindakan ini dapat menimbulkan shok primer karena

10 sangat sakit, sehingga tidak dianjurkan. Tulang yang patah dan rasa nyeri yang diakibatkannya akan menyebabkan pergerakan daerah tersebut terganggu. Apabila tulang vetebra yang patah dan mengganggu saraf kontrol ke buli-buli maka hewan akan mengalami retensi urin: tidak dapat mengeluarkan air seni, ataupun keluarnya air seni tidak lagi terkontrol. Gangguan fungsi ini disebut functio leasa (Ibrahim, 2000). Untuk patah tulang terbuak, dilakukan debridement secepatnya, untuk mencegah osteomielitis. Setelah luka dibersihkan dan dicuci dengan cairan garam fisiologis serta pinggir dan dasar luka yang kotor dieksisi, maka dilakukan perbaikan kedudukan tulang, dengan melakukan manipulasi pada fragmen distal untuk disesuaikan dengan fragmen proksimal. Untuk mencegah fragmen tulang bergeser kembali setelah direposisi, maka dipasang gips. Gips dapat dipasang secara melingkar atau hanya memanjang dan mengenai satu sisi anggota gerak (gips spalk). Pemasangan gips juga harus melewati dua sendi yang berdekatan untuk mencegah pergerakan atau rotasi (Bojrab, 1975). Osteoporosis adalah peradangan tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik. Peradangan tersebut dapat disebabkan oleh perjalanan kuman, terserang Stafilokokkus dan kadang-kadang Salmonella secara hematogen dari suatu fokus infeksi di tempat lain, misalnya di kulit, atau sebagai komplikasi dari suatu patah tulang terbuka, dimana kumannya masuk dari luar (Anonimous, 2008).

11 KESIMPULAN Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya kontunuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan, biasanya disertai cidera di jaringan sekitarnya. Manifestasi klinis pada fraktur radius ulna seperti nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna. Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu menilai rasa sakit, paloor (kepucatan/ perubahan warna), paralisis (kelumpuhan/ketidak mampuan untuk bergerak), parasthesia (kesemutan), dan pulselessnes (tidak ada denyut) Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang. Penanganan fraktur radius ulna yaitu dengan melakukan metode reposisi terbuka dikenal dengan istilah open reduktion and internal fixation atau reposisi terbuka dan fiksasi internal.

11

Anda mungkin juga menyukai