Anda di halaman 1dari 83

KARYA TULIS ILMIAH

POLA PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK REMAJA


USIA 14 – 17 TAHUN SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19 DI DESA SRENGAT KECAMATAN
SRENGAT KABUPATEN BLITAR

Oleh :
LAILATUL DESI MELINIA
201803033

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2021
KARYA TULIS ILMIAH

POLA PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK REMAJA


USIA 14 – 17 TAHUN SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19 DI DESA SRENGAT KECAMATAN
SRENGAT KABUPATEN BLITAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md.Kep) STIKES Karya Husada Kediri

Oleh :
LAILATUL DESI MELINIA
201803033

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2021

ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji Penelitian


Prodi D3 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri dan disetujui
untuk usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah pada 10 Februari 2021.

Tim Penguji :

1. Dodik Arso Wibowo, S.Kep.Ns.,M.Kes ( )


NIK : 073128-03-00-1-08

2. Wahyu Tanoto,S.Kep.Ns.,M.Kep ( )
NIK : 073128-03-12-1-12

3. Neny Triana, M.Pd.,M.Kep ( )


NIK : 073128- 03-97-2-02

Mengesahkan
Ketua Prodi D3 Keperawatan
STIKES Karya Husada Kediri

Lilik Setiawan, S.Kep.Ns., M.Kep


NIK. 073128-03-98-1-04

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pola Pengasuhan
Orang Tua Pada Anak Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar”. Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Ita Eko Suparni, S.SiT., M.Keb selaku Ketua STIKES Karya Husada Kediri.
2. Ns. Lilik Setiawan, S.Pd, M.Kep selaku Ketua Prodi D3 Keperawatan
STIKES Karya Husada Kediri.
3. Neny Triana, M.Pd., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4. Anak remaja Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
5. Orang tua anak remaja Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
6. Kepala Desa Srengat yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di
Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
7. Segenap Bapak, Ibu Dosen dan Staff Prodi D3 Keperawatan STIKES Karya
Husada Kediri yang telah memberikan ilmu, yang bermanfaat bagi saya, serta
bimbingan dan pengarahan selama menempuh pendidikan di STIKES Karya
Husada Kediri.
8. Pihak Perpustakaan yang senantiasa membantu peneliti menyediakan buku
sebagai literatur.
9. Ayah (Purnomo), Ibu (Indah Subekti), dan Adik (Ibnu Zhafran) tersayang
yang senantiasa memberikan dorongan baik secara moral, finansial, dan
spiritual selama belajar hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Muhammad Bastomi yang selalu memberi semangat dan banyak
mengorbankan waktu untuk membantu peneliti menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
11. Kawanku Nur Hidayah, Fitria Nandasari, Sindy Septiana Eka Putri, Fiki Eka
Rahmawati, Wahyu Puji Lestari, serta teman – temanku satu bimbingan dan

vi
vii
ABSTRAK

POLA PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK REMAJA USIA 14-17


TAHUN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI DESA SRENGAT
KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

OLEH :
LAILATUL DESI MELINIA
201803033

Pola Pengasuhan orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan


perilaku orang tua dalam berinteraksi dan berkomunikasi memberikan bimbingan,
arahan, pengaruh, serta pendidikan. Dalam masa pandemi Covid-19 sarana mati
atau tutup sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar. Anak diharuskan
belajar dirumah, tentu berdampak bagi orang tua yang memberikan pembelajaran
saat anak belajar dirumah dan secara tidak langsung terlihat pola asuh yang
diterapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan
orang tua pada anak remaja usia 14-17 tahun selama masa pandemi Covid-19.
Desain penelitian menggunakan deskriptif, populasi 380 responden dan
sampel 18 responden sehingga menggunakan teknik purposive sampling, sesuai
dengan kriteria inklusi, instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner.
Penelitian dilakukan tanggal 14 - 25 Desember 2020 dengan menggunakan
variabel tunggal yaitu pola pengasuhan orang tua pada anak remaja selama masa
pandemi Covid-19. Analisis data menggunakan rumus persentase dan
diinterpretasikan secara kuantitatif.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa 18 responden sebagian besar
responden yang menerapkan pola pengasuhan demokratis yaitu 13 responden
(72,2%), sebagian kecil responden yang menerapkan pola pengasuhan otoriter dan
permisif yaitu 3 responden (16,7%) dan 2 responden (11,1%).
Pola Pengasuhan orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kepribadian orang tua, keyakinan, usia, jenis kelamin anak, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, konsep mengenai peran orang tua dewasa, temperamen,
kemampuan anak, dan situasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
menerapkan pola asuh demokratis pada anak remaja selama masa pandemi Covid-
19. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memahami, mengetahui
informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang pola pengasuhan orang tua.

Kata kunci : Pola Pengasuhan, Remaja, Covid-19

viii
ABSTRACT

PARENT CARE PATTERN FOR TEENAGERS AGE 14-17 YEARS


DURING THE PANDEMIC TIME COVID-19 IN SRENGAT VILLAGE,
SRENGAT DISTRICT, BLITAR DISTRICT

BY:
LAILATUL DESI MELINIA
201803033

Parenting patterns are a description of the attitudes and behavior of parents


in interacting and communicating to provide guidance, direction, influence, and
education. During the Covid-19 pandemic, facilities died or were temporarily
closed, including teaching and learning activities. Children are required to study at
home, of course it has an impact on parents who provide learning when children
learn at home and indirectly the parenting patterns are seen. The purpose of this
study was to determine the parenting patterns of adolescents aged 14-17 years
during the Covid-19 pandemic.
The research design used descriptive, population 380 respondents and a
sample of 18 respondents so that it used purposive sampling technique, according
to the inclusion criteria, the research instrument used a questionnaire sheet. The
study was conducted on December 14-25, 2020 using a single variable, namely
the parenting patterns of adolescents during the Covid-19 pandemic. Data analysis
used a percentage formula and interpreted quantitatively.
The results of this study found that 18 respondents were mostly
respondents who applied democratic parenting, namely 13 respondents (72.2%), a
small proportion of respondents who applied authoritarian and permissive
parenting, namely 3 respondents (16.7%) and 2 respondents (11, 1%).
Parenting patterns are influenced by several factors, including the
personality of the parents, beliefs, age, gender of the child, parent's education,
parent's job, the concept of adult parent's role, temperament, children's abilities,
and situation.
Based on the results of the study, it shows that most of the respondents
applied democratic parenting to adolescents during the Covid-19 pandemic. It is
hoped that this research can understand, find out information and increase
knowledge about parenting patterns.

Keywords: Parenting Patterns, Youth, Covid-19

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Peneliti ..................................................................................... 6
1.4.2 Bagi Responden ................................................................................ 6
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian .................................................................... 7
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan .................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Covid-19 ....................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Covid-19 ............................................................................. 8
2.1.2 Etiologi Covid-19 ............................................................................. 8
2.1.3 Tanda dan Gejala Covid-19 .............................................................. 9
2.1.4 Cara Penularan Covid-19.................................................................. 10
2.1.5 Cara Pencegahan Covid-19 .............................................................. 12
2.2 Konsep Perkembangan .............................................................................. 12
2.2.1 Definisi Perkembangan..................................................................... 12
2.3 Konsep Remaja .......................................................................................... 13
2.3.1 Definisi Remaja ................................................................................ 13
2.3.2 Ciri-ciri Perkembangan Remaja ....................................................... 13
2.3.3 Tahapan Remaja ............................................................................... 15
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ....................... 16
2.3.5 Perkembangan Remaja ..................................................................... 18
2.3.6 Tugas Perkembangan Remaja .......................................................... 20
2.4 Pola Pengasuhan Orang Tua ...................................................................... 22
2.4.1 Definisi Pola Pengasuhaan Orang Tua ............................................. 22
2.4.2 Konsep Pola Pengasuhan Orang Tua................................................ 22
2.4.3 Jenis Pola Pengasuhan Orang Tua .................................................... 23
2.4.4 Tingkatan Pola Pengasuhan Orang Tua............................................ 25
2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Orang Tua .............. 26
2.4.6 Pengukuran Pola Pengasuhan Orang Tua ......................................... 29
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................... 32

x
3.1.1 Definisi ............................................................................................ 32
3.1.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 33
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 34
4.2 Kerangka Kerja atau Kerangka Operasional ............................................ 35
4.3 Populasi Penelitian ................................................................................... 37
4.4 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling .......................................... 37
4.4.1 Sampel ............................................................................................. 37
4.4.2 Besar Sampling ............................................................................... 38
4.4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 39
4.5 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 39
4.6 Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional ............................. 39
4.6.1 Variabel Penelitian .......................................................................... 39
4.6.2 Pengukuran ...................................................................................... 40
4.6.3 Definisi Operasional........................................................................ 40
4.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 42
4.7.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 42
4.7.2 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 42
4.8 Teknik Analisa Data ................................................................................. 43
4.9 Masalah Etik............................................................................................. 44
4.9.1 Lembar Persetujuan......................................................................... 45
4.9.2 Tanpa Nama .................................................................................... 45
4.9.3 Kerahasiaan ..................................................................................... 45
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Karakteristik Tempat Penelitian............................................................... 46
5.2 Data Umum .............................................................................................. 47
5.3 Data Khusus ............................................................................................. 51
5.4 Pembahasan .............................................................................................. 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 60
6.2 Saran ......................................................................................................... 60
6.2.1 Bagi Peneliti .................................................................................... 60
6.2.2 Bagi Responden .............................................................................. 60
6.2.3 Bagi Tempat Penelitian ................................................................... 60
6.2.4 Bagi Institusi Pendidikan ................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Pola Pengasuhan Orang Tua pada Anak Remaja
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar 41
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan Orang
Tua Pada Anak Remaja Usia 14 -17 Tahun Selama Masa Pandemi
Covid-19 Di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ........... 54

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak
Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan
Srengat Kabupaten Blitar…………………………………………….. 33
Bagan 4.1 Kerangka Kerja Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar ...................................................................................... 36

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan usia di Desa
Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ................................... 48
Gambar 5.2 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di
Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar .......................... 49
Gambar 5.3 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan pendidikan orang
tua di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ................ 50
Gambar 5.4 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang
tua di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ................ 51
Gambar 5.5 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan agama di Desa
Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ................................... 52
Gambar 5.6 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama
di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar ...................... 53

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Kelaikan Etik ......................................................... 63


Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Institusi ....................................................... 64
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Desa ............................................................ 65
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden (Informed Concent) ......... 66
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................... 67
Lampiran 6 Lembar Pengunduran Diri Menjadi Responden ................................. 68
Lampiran 7 Lembar Demografi ............................................................................. 69
Lampiran 8 Lembar Kuesioner .............................................................................. 71
Lampiran 9 Kunci Jawaban Kuesioner .................................................................. 74
Lampiran 10 Rekapituliasi Data Umum .................................................................. 75
Lampiran 11 Rekapitulasi Data Khusus................................................................... 77
Lampiran 12 Lembar Dokumentasi ......................................................................... 81
Lampiran 13 Lembar Konsultasi.............................................................................. 82

xv
DAFTAR SINGKATAN

COVID-19 : Corona Virus Disease-19


MERS : Middle East Respiratory Syndrome
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
AKB : Adaptasi Kebiasaan Baru
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
PDP : Pasien Dalam Pengawasan
RNA : Ribonucleic Acid
ARDS : Acute Respiratory Distress
ACE-2 : Angiotensin Converting Enzyme 2
PDPI : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di awal tahun 2020 ditemukan jenis virus baru yaitu Corona Virus
Disease-19 (Covid-19). Virus Corona menyebabkan penyakit yang dinamakan
Covid-19. Covid-19 ditemukan menyebar secara luas di seluruh dunia
sehingga mengakibatkan pandemi global yang berlangsung sampai saat ini.
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Kelompok virus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia.
Beberapa jenis Corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran
pernafasan pada manusia mulai dari batuk pilek sampai menjadi Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Adanya pandemi Covid-19 membuat sarana prasarana ditutup
sementara, termasuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini berdampak pada orang
tua, dimana orang tua harus memberikan pembelajaran pada anaknya selama
dirumah.
Pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak seperti yang telah
terjadi saat ini, dalam menentukan prestasi belajar anak sangatlah besar.
Dalam masa ini yang teramat penting lagi salah satunya adalah pengembangan
pola pengasuhan yang menyesuaikan dengan Adaptasi Kebiasaan Baru
(AKB). Pola pengasuhan orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan
perilaku orang tua dalam berinteraksi, berkomunikasi, selama mengadakan
pengasuhan. Dalam memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan
perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman serta tanggapan terhadap
keinginan anaknya.Pendidikan anak dapat menyebabkan anak kurang atau
bahkan tidak berhasil dalam belajar. Sebaliknya, pola pengasuhan orang tua
yang selalu memberi perhatian pada anaknya, terutama perhatian pada
kegiatan belajar mereka dirumah, akan membuat anak lebih giat dan lebih
bersemangat dalam belajar (Hermansyah, 2020).

1
2

Dengan demikian tanggung jawab orang tua kepada anaknya dalam


perspektif sosiologis adalah mengarah pada upaya bagaimana memposisikan
diri anak. Keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai kebijkan (karakter)
pada anak tergantung pada jenis pola pengasuhan yang diterapkan orang tua
pada anaknya. Sementara ini dikenal dengan dua gaya orang tua dalam
pengasuhan anak. Pertama, pola pengasuhan orang tua menganggap dirinya
harus berhasil (successful parenting). Hal ini berkaitan dengan bagaimana
anak bertingkah laku seperti di harapkan orang tua. Kedua, pola pengasuhan
orang tua yang menganggap dirinya efektif (effective parenting). Pola ini
menganggap anak bukan harus bertingkah laku saja, tetapi melibatkan sikap
dan perasaannya (Rahmad Rosyadi, 2013).
Berdasarkan data dari WHO, 65 negara terinfeksi virus corona.
Sedangkan data dari Kemenkes RI sampai tanggal 02 September 2020 kasus
konfirmasi secara global akibat virus corona dapat dideteksi sebanyak
25.327.098 positif Covid-19, 848.255 meninggal, 3,3% angka kematian. Di
Indonesia sampai saat ini terdeteksi sebanyak 1.312.477 kasus dengan
spesimen diperiksa, 177.571 kasus konfirmasi positif Covid-19, 7.505 kasus
meninggal, 128.057 kasus sembuh, 42.009 kasus dalam perawatan, 128.057
kasus sembuh, 42.009 kasus dalam perawatan. Sementara itu terdeteksi 80.675
kasus suspek, 488 Kabupaten dan Kota terdampak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) mencatat lebih dari 200 kematian anak dalam status Pasien
Dalam Pengawasan (PDP) (Aman Bhakti,2020).
Hasil penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua di Indonesia, anak
dan orang tua yang beroperasi dalam peran suportif adalah 52% lebih mungkin
menikmati sekolah dan mendapat nilai A daripada anak yang dilepaskan oleh
orang tua nya dengan apa yang terjadi di sekolah. Dalam masa Pandemi
Covid-19 mayoritas orang tua yang dekat dengan anak-anak mereka ketika
harus study from home, tidak sedikit yang melaporkan tingkat hukuman
psikologis dan fisik yang tinggi terhadap anak-anak mereka. Sekitar 1 dari 6
orang tua pernah memukul atau menampar anak mereka setidaknya sekali
dalam 2 pekan terakhir. Sedangkan 11% orang tua mengatakan telah
melakukan hal tersebut selama beberapa kali atau sering. Frekuensi
3

membentak, berteriak dan menjerit kepada anak-anak cukup tinggi, 19%


menjawab mereka lebih sering berteriak atau menjerit, dan 15% mengaku
telah meningkatkan pemberian hukuman kepada anak mereka (Xinhua, 2020).
Pandemi covid-19 membuat sarana mati atau tutup sementara, termasuk
kegiatan belajar mengajar. Siswa dapat belajar dirumah demi keamanan dan
kesehatan kita semua, hal ini tentunya berdampak buruk bagi orang tua,
dimana orang tua harus memberikan pembelajaran pada anaknya di rumah.
Banyak orang tua yang berpendapat merasa keberatan ketika anaknya belajar
di rumah, saat anak belajar dirumah sangat terlihat pola asuh yang diberikan
orang tua kepada anaknya (Ihsanudin, 2020).
Pola pengasuhan orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan
pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini
dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola pengasuhan yang
ditanamkan setiap keluarga berbeda-beda, hal ini tergantung pandangan dari
masing-masing orang tua. (Suarsini, 2013) Stress dan ketidakpastian yang
disebabkan pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada orang tua.
Dampak yang timbul pada orang tua adalah masalah finansial yang menjadi
penghambat dalam mengasuh anak-anak mereka selama pandemi, sementara
itu orang tua mengkaitkannya dengan isolasi sosial (Shawna Lee, 2013).
Menurut Soegeng S (2010), pola asuh adalah cara pendekatan orang
dewasa kepada anak dalam memberikan bimbingan, arahan, pengaruh dan
pendidikan, supaya anak menjadi dewasa dan mampu berdiri sendiri.
Perlakuan yang biasa dilakukan atau dilaksanakan dalam menghadapi anak-
anaknya dapat digolongkan dalam beberapa pola, yaitu oteriter, permisif, dan
demokratis. (1) Pola asuh oteriter adalah suatu gaya membatasi dan
menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua
dan menghormati pekerjaan dan usaha. Akibatnya anak merasa takut, masa
bodoh, makin bergantung dan tidak kreatif. (2) Pola asuh permisif adalah pola
yang cenderung memberi banyak kebebasan pada anaknya dan kurang
memberi kontrol. Akibatnya anak akan lebih bersikap cuek dengan
lingkungannya, kurang dapat bekerja sama, selalu ingin menang sendiri, lebih
mandiri tapi kurang bertanggung jawab, anak selalu ingin memperoleh selalu
4

mendominasi sehingga kurang dapat diterima oleh kelompoknya. (3) Pola


asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak,
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Akibatnya, anak akan
memiliki self confidence, mampu memecahkan masalah, emosi relatif stabil,
menerima kekurangan dan kelebihan orang lain serta kesalahan diri sendiri,
bijaksana, mudah bergaul, terbuka pada setiap orang serta cepat menyesuaikan
diri.
Orang tua membiasakan kepada anak untuk selalu bermusyawarah
tentang tindakan-tindakan yang harus diambil dan menerangkan alasan
peraturan yang dibuatnya. Selain itu orang tua juga menjawab setiap
pertanyaan yang timbul pada anak, hukuman pada anak hanya diperlukan jika
terdapat bukti mereka melakukan pelanggaran secara sadar dan menolak
melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua (Ignatius, 2010). Dengan
demikian pola asuh orang tua memegang peranan yang cukup penting pada
seorang anak dalam bersikap dan berperilaku dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta menghadapi stressor yang dapat timbul akibat
ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat menurunkan faktor resiko terjadinya depresi pada remaja (Drey, 2010).
Mengasuh anak bukan pekerjaan mudah, terlebih di tengah pandemi
Covid-19. Selain itu, orangtua harus membahagiakan diri sendiri terlebih
dahulu sebelum mengurus dan membahagiakan anak. Sebagai orang tua harus
pintar-pintar mencari topik yang sesuai dengan kondisi mereka saat ini seperti
menanyakan hal apa yang sedang mereka tekuni, bagaimana pertemanan
mereka, atau sekedar siapa tokoh terkenal favorit mereka saat ini (Nur
Hidayah Perwitasari, 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik mengambil
judul Pola Pengasuhan Orang Tua pada Anak Remaja Selama Masa Pandemi
Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah
yaitu “Bagaimana Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja Selama
5

Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten


Blitar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja
Selama Masa Pandemi Covid 19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan serta
wawasan dan pengalaman tentang penelitian yang berkaitan dengan Pola
Pengasuhan Orang Tua Pada Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19 di
Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
1.4.2 Bagi Responden
Diharapkan responden dapat memahami, mengetahui informasi dan
meningkatkan pengetahuan tentang Pola Pengasuhan Orang Tua Pada
Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19.
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai informasi yang bermanfaat tentang Pola Pengasuhan Orang
Tua Pada Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian untuk menambah literatur perpustakaan STIKES
Karya Husada Kediri dan sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan
bagi penelitian selanjutnya tentang Pola Pengasuhan Orang Tua Pada
Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19


2.1.1 Definisi Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus
Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang.
Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti pneumonia, Midle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan
SARS (Merry Dame, 2020).
Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh virus Corona bukan
merupakan kejadian yang pertama kali. Kejadian pertama terjadi pada
tahun 2002 disebabkan oleh SARS-CoV yang dinamakan SARS.
Kejadian kedua terjadi pada tahun 2012 disebabkan oleh MERS
(Burhan, 2020).
2.1.2 Etiologi Covid-19
Virus Corona disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor umtuk penyakit
menular tertentu. Virus ini bisa menyerang ke siapa saja, seperti lansia
(golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk
ibu hamil dan menyusui. Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama
menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-
CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan
masuk ke dalam sel. Virus Corona merupakan virus RNA strain
tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Virus Corona
memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m. Struktur corona virus membentuk
struktur seperti kubus dengan protein S atau spike protein berlokasi di
permukaan virus. Protein S merupakan salah satu protein antigen

6
7

utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.


Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam
sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang). Virus
Corona bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh disinfektan yang mengandung klorin, pelarut lipid
dengan suhu 56oC selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat,
detergen non-ionik, formalin, oxidizling agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (WHO, 2020).
2.1.3 Tanda dan Gejala Covid-19
Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang
atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam diatas 38 oC,
batuk, dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan
gejala saluran napas lain. Gejala ini diperberat jika penderita adalah
usia lanjut dan mempunyai penyakit penyerta lainnya, seperti penyakit
paru obstruktif menahun atau penyakit jantung. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik,
asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi
sistem koagulasi dalam beberapa hari (Huang, 2020).
2.1.4 Cara Penularan Covid-19
Kebanyakan Virus Corona menginfeksi hewan dan bersirkulasi
di hewan. Virus Corona menyebabkan sejumlah besar penyakit pada
hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan.
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yan biasa
ditemukan untuk Virus Corona. Virus Corona pada kelelawar
merupakan sumber utama untuk kejadian SARS dan MERS. Secara
umum, alur Corona virus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke
manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan
oral. Virus Corona hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.
Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Siklus dari Corona virus setelah
menemukan sel host sesuai dengan tropismenya (Nur RohimYunus
dan Annisa Rezki, 2020).
8

Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai


oleh Protein S yang ada di permukaan virus. Protein S penentu utama
dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi
SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim
ACE-2 (Angiotensin-Converting Enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan
pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usu halus, usus
besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen
dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks
replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat
berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-
7 hari. Secara umum, alur penularan virus corona dari manusia ke
manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses, dan
oral.
Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi disaluran
napas bawah diikuti dengan respon sistim imun bawaan dan spesifik.
Faktor virus dan sistim imun berperan penting dalam patogenesis. Pada
tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi
sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal
tahap infeksi terlihat infiltrate pulmonar seperti bercak-bercak. Pada
tahap kedua, organisasi terjadi sehingga ada perubahan infiltrat atau
konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistim pernapasan
tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare
dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya.
9

2.1.5 Cara Pencegahan Covid-19


Memperkuat sistim imun tubuh seperti selalu mencuci tangan
setelah atau sebelum melakukan kegiatan, menutup mulut dan hidung
ketika bersin, selalu menggunakan masker saat keluar rumah, dan
melakukan sosial distancing merupakan salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk menangkal penularan virus Covid-19. Respon imun
yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan
jaringan (PDPI, 2020).
2.2 Konsep Perkembangan
2.2.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan merupakan manifestasi yang kompleks dari
perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak
konsepsi sampai maturitas/dewasa. Sementara itu, pengertian
mengenai perkembangan (development) adalah perubahan yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif yaitu bertambahnya kemampuan
(skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi
sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan
perkembangan perilaku sebagai hasil dengan interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2013).
2.3 Konsep Remaja
2.3.1 Definisi Remaja
Remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada
usia 11 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun. (King, 2012)Masa
remaja disebut juga sebagai masa perubahan, baik perubahan dalam
sikap dan perubahan fisik (Pratiwi, 2013).
Pada usia remaja terjadi perubahan hormon, fisik, dan psikis
yang berlangsung secara berangsur-angsur. Pertumbuhan dan
10

perkembangan selama masa remaja dibagi menjadi 3 tahap, yaitu


remaja awal (usia 11-14 tahun), remaja pertengahan (usia 14-17
tahun), dan remaja akhir (usia 17-21 tahun). Masing-masing tahapan
memiliki karakteristik dan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh
setiap individu agar perkembangan fisik dan psikis tumbuh dan
berkembang secara matang, jika tugas perkembangan tidak dilewati
dengan baik maka akan terjadi hambatan dan kegagalan dalam
menjalani fase kehidupan selanjutnya yakni fase dewasa. Kematangan
fisik dan psikis remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
yang sehat dan lingkungan masyarakat yang mendukung tumbuh
kembang remaja ke arah yang positif (Hurlock, 2011).
2.3.2 Ciri – ciri Perkembangan Remaja
Menurut Hurlock, 2011 perkembangan anak remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja.
Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Apabila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan
dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi sendiri masalahnya,
maka memakai menurut cara yang mereka yakin. Banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai
dengan harapan mereka.
11

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas


Identitas yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang
tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bertindak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakan atau kalau tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
2.3.3 Tahapan Remaja
Menurut Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja
yaitu :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 11-14 tahun masih heran
akan perubahan yang terjadi pada anggota tubuhnya. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik dengan lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego
yang menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang
dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 14-17 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang jika memiliki
banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”,
12

yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang


mempunyai sifat sama pada dirinya. Remaja pada tahap ini
cenderung berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu
harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya mulai timbul
keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal
tentang aktivitas seksual sehingga mulai mencoba aktivitas-
aktivitas seksual yang mereka inginkan.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Remaja tahap akhir berusia 17-21 tahun. Pada tahap ini terjadi
masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal dibawah ini :
1) Minat yang semakin matang terhadap fungsi-fungsi intelektual.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan mencari pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (public)
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati
dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau
sebaliknya. Faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
remaja antara lain :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan
13

dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku


kehidupan anak (Gerungan, 2013).
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Selain itu, kemampuan berbahasa ikut
serta menentukan proses kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik
(Gerungan, 2013).
3. Status Sosial
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang
utuh dalam keluarga anak itu. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan
memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya
(Gerungan, 2013).
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi remaja yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan dating
(Gerungan, 2013).
5. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Remaja
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
14

emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam


perkembangan sosial anak (Gerungan, 2013).
2.3.5 Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
(Sanjiwani & Budisetyani, 2013)
a. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan.
Pada fase remaja awal (usia 11-14 tahun) karakteristik seks
sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja
perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan
rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini
tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17
tahun) dan pada tahap remaja akhir (usia 17-21 tahun) struktur dan
pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang
secara fisik.
b. Kemampuan berpikir
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta
membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis
kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka
telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan
identitas intelektual sudah terbentuk.
c. Identitas
Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan
dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai
peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendiri meningkat,
mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga
diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir
menetap pada remaja di tahap akhir.
d. Hubungan dengan orang tua
Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orang tua adalah
ciri yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini,
tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja
15

pada tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap


kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar
untuk emansipasi dan polepasan diri. Perpisahan emosional dan
fisik dari orang tua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika
remaja akhir.
e. Hubungan dengan sebaya
Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan
teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan
oleh perubahan yang cepat, pertemanan lebih dekat dengan jenis
kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi
kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk
mengambil tempat di dalam kelompok, standar perilaku dibentuk
oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh teman sebaya
adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir,
kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang
berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan
antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang
permanen.
2.3.6 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang akan
dijalani selama masa remaja. Tugas perkembangannya menurut
(Hurlock, 2011) antara lain :
a. Menerima citra tubuh.
Diperlukan waktu untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang di cita-
citakan.
b. Menerima identitas seksual.
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat sehingga
usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
c. Mengembangkan sistem nilai personal.
Remaja mengembangkan sistem nilai yang baru misalnya
16

remaja mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis mulai


dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus
bergaul dengan mereka.
d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri.
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha
untuk mandiri harus didukung oleh orang terdekat.
e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua.
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku.
Banyak remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan
rasa aman yang diperoleh dari orangtua atau orang dewasa lain.
Hal ini menonjol pada remaja yang status dalam kelompok
sebaya mempunyai hubungan akrab dengan anggota
kelompoknya dapat mengurangi ketergantungan remaja pada
orang tua.
f. Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan.
Keterampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh
perkembangan keterampilan intelektual remaja itu sendiri,
misal dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia
remaja.
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa.
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan
nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan
dimasuki, salah satunya tugas untuk mengembangkan perilaku
sosial yang bertanggung jawab.
2.4 Pola Pengasuhan Orang Tua
2.4.1 Definisi Pola Pengasuhan Orang Tua
Menurut Petranto pola pengasuhan orang tua merupakan pola
perilaku yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif konsisten
dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi
negatif maupun positif. Pola pengasuhan yang ditanamkan tiap
keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari setiap orang tua
(Petranto, 2013).
17

Pola Pengasuhan merupakan hal yang fundamental dalam


pembentukan karakter. Teladan sikap orang tua sangat dibutuhkan
bagi perkembangan anak-anak. Keterbukaan antara orang tua dan
anak menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari
pengaruh negatif yang ada di luar lingkungan keluarga. Orang tua
perlu membantu anak dalam mendisiplinkan diri (Sochib, 2013).
2.4.2 Konsep Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola
dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola
berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap),
sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat, mendidik
anak agar dapat berdiri sendiri (Suarsini, 2013).
Pola asuh merupakan cara orang tua bertindak sebagai orang
tua terhadap anak-anaknya dimana mereka melakukan serangkaian
usaha aktif (Gunarsa, 2013). Sedangkan menurut resolusi Umum
PBB fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik,
mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan
kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya
di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan
lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Suarsini,
2013).
Pengisian waktu luang anak dengan kegiatan positif untuk
mengaktualisasikan diri penting dilakukan. Disisi lain orang tua
hendaknya kompak dan konsisten dalam menegakkan aturan.
Apabila ayah dan ibu tidak kompak dan konsisten, maka anak akan
mengalami kebingungan dan sulit diajak disiplin (Suarsini, 2013).
2.4.3 Jenis Pola Pengasuhan Orang Tua
Jenis-jenis pola pengasuhan orang tua dibagi menjadi 3
macam yaitu:
a. Pola Pengasuhan Otoriter.
Pola pengasuhan otoriter yaitu dimana orang tua menerapkan
aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
18

kesempatan pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak


mematuhi akan diancam dan dihukum. Pola pengasuhan otoriter
ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak,
inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menjadi
tidak percaya diri pada kemampuannya. Contoh pola pengasuhan
otoriter yang sesuai pada masa pandemi Covid-19 ini misalnya
orang tua menuntut anak harus berprestasi, orang tua
mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan anak,
dan orang tua sering berperilaku kasar pada anak (Gunarsa,
2013).
b. Pola Pengasuhan Demokratis.
Pola pengasuhan demokratis menanamkan disiplin kepada anak,
orang tua yang menerapkan pola pengasuhan ini lebih
memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak.
Dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang
tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika
keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola
pengasuhan ini, anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu
bertindak sesuai dengan norma yang ada. Contoh pola
pengasuhan demokratis yang sesuai pada masa pandemi Covid-
19 ini misalnya orang tua bersikap tegas pada anak, orang tua
mengajarkan anak untuk selalu membantu setiap pekerjaan
rumah, dan orang tua melakukan diskusi dengan anak
(komunikasi dua arah) (Gunarsa, 2013).
c. Pola Pengasuhan Permisif.
Pola pengasuhan ini dapat diartikan sebagai pola perilaku orang
tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak
untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa
mempertanyakan. Pola pengasuhan ini tidak menggunakan
aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan pun kurang
diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan
serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak
19

diijinkan untuk memberi keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa


pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa yang
diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. Contoh pola
pengasuhan permisif yang sesuai pada masa pandemi Covid-19
ini misalnya orang tua memberikan kebebasan pada anak tanpa
memberikan kontrol, orang tua jarang berkomunikasi dengan
anak, dan orang tua selalu memberikan apa yang diminta oleh
anak (Gunarsa, 2013).
2.4.4 Tingkatan Pola Pengasuhan Orang Tua
Berdasarkan teori pola pengasuhan, maka perbedaan antara
pola pengasuhan otoriter, demokratis dan permissif menurut tingkat
pengekangan. Pertama, pola pengasuhan otoriter bersifat lebih
memaksa anak. Dimana aturan-aturan dibuat kaku dan ketat yang
harus dipatuhi oleh anak – anaknya tanpa mau mengetahui perasaan
sang anak.
Kedua, pola pengasuhan demokratis bersifat memperhatikan
kebutuhan anak terkait dengan kemampuannya. Aturan yang dibuat
bersama oleh seluruh anggota keluarga (anak dan orang tua), orang tua
memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
Ketiga, pola pengasuhan permisif bersifat lebih memberi
kebebasan pada anak untuk memilih segala sesuatu yang ingin
dilakukan. Tidak ada bimbingan maupun aturan yang ketat dari orang
tua, anak tidak akan dihukum meskipun melanggar peraturan
(Suherman, 2010).
2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Orang Tua
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang
tua, yaitu karakteristik orang tua seperti : (Hurlock, 2011)
a. Kepribadian orang tua.
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi,
sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan
mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan
20

peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensitifitas orang


tua terhadap kebutuhan anak-anaknya.
b. Keyakinan.
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan
mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi
tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.
c. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua.
Apabila orang tua merasa bahwa mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka
akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak.
Sedangkan apabila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang
tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola
asuh yang lain :
1) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok.
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan
kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang
dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar,
masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik anak.
2) Usia orang tua.
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan
permissif bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
3) Pendidikan orang tua.
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan
mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan
teknik pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang
tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam
mengasuh anak.
4) Jenis kelamin.
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung
kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
5) Status sosial ekonomi.
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih
21

keras, memaksa dan kurang toleran dibandingkan


dengan orang tua dari kelas atas.
6) Konsep mengenai peran orang tua dewasa.
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung
lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep
modern.
7) Jenis kelamin anak.
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan
daripada anak laki-laki.
8) Usia anak.
Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan
harapan orang tua.
9) Temperamen.
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat
mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak yang menarik
dan dapat beradaptasi akan berbeda pengasuhannya
dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku.
10) Kemampuan anak.
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan
untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah
dalam perkembangannya.
11) Situasi.
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak
diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak
menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua
akan mengasuh dengan pola otoriter.
2.4.6 Pengukuran Pola Pengasuhan Orang Tua
Pengukuran Pola Pengasuhan Orang Tua memakai kuesioner
dengan skala Likert. Dikelompokkan dalam beberapa item penilaian,
sebagai berikut :
22

1. Otoriter
Berisi pernyataan-pernyataan negatif (unfavorable) terpilih dan
telah diuji validitas dan realibilitas, yaitu :
a. Sangat Setuju, jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.
b. Setuju, jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
c. Ragu-ragu, jika responden ragu ragu dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
d. Tidak Setuju, jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.
e. Sangat Tidak Setuju, jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 5.
2. Demokratis
Berisi pernyataan-pernyataan positif (favorable) terpilih dan telah
diuji validitas dan realibilitas, yaitu :
a. Sangat Setuju, jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 5.
b. Setuju, jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.
c. Ragu-ragu, jika responden ragu ragu dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
d. Tidak Setuju, jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
e. Sangat Tidak Setuju, jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 1.
3. Permisif
Berisi pernyataan-pernyataan positif (favorable) terpilih dan telah
diuji validitas dan realibilitas, yaitu :
23

a. Sangat Setuju, jika responden sangat setuju dengan pernyataan


kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 5.
b. Setuju, jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.
c. Ragu-ragu, jika responden ragu ragu dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
d. Tidak Setuju, jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
e. Sangat Tidak Setuju, jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 1.
Dengan kriteria hasil yang dapat diketahui dan
diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Favorable/sesuai : ≥ 50%
2. Unfavorable/tidak sesuai : < 50%
(Sunaryo, 2010)
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual


3.1.1 Definisi
Kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi dari suatu
realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori
yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang diteliti
(Nursalam, 2017).
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau
simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap
topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalah. Kerangka
konsep harus didukung landasan teori yang sangat kuat serta
ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan
ilmiah, hasil penelitian jurnal (Hidayat, 2014).

24
25

3.1.2 Kerangka Konsep

Cara Penularan :
Tanda dan Gejala : COVID-19 1. Transmisi kontak
1. Demam > 38oC 2. Transmisi droplet
2. Batuk 3. Rute feses
3. Sulit bernafas 4. Oral

Tugas Perkembangan Remaja Ciri-ciri Remaja :


Remaja : (usia 14- 17 1. Remaja sebagai periode penting
1. Menerima citra tahun ) 2. Remaja sebagai periode peralihan
tubuh 3. Remaja sebagai periode perubahan
2. Menerima identitas 4. Remaja sebagai usia bermasalah
seksual 5. Remaja sebagai masa mencari
3. Mengembangkan identitas
sistem nilai personal 6. Remaja sebagai usia yang
4. Membuat persiapan menimbulkan ketakutan
untuk hidup mandiri 7. Remaja sebagai masa yang tidak
5. Menjadi mandiri atau realistik
bebas dari orang tua Perkembangan 8. Remaja sebagai ambang masa
6. Mengembangkan Remaja dewasa
keterampilan
mengambil Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
keputusan 1. Keluarga
7. Mengembangkan
Pola 2. Kematangan Anak
identitas seseorang
yang dewasa Pengasuhan 3. Status Sosial
4. Pendidikan
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan
Jenis Pola Pengasuhan : Intelegensi
1. Pola Pengasuhan Otoriter
2. Pola Pengasuhan Demokratis Tahap Perkembangan :
3. Pola Pengasuhan Permisif
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tingkatan Pola Pengasuhan :
1. Pola Pengasuhan Otoriter
2. Pola Pengasuhan Demokratis Hasil :
3. Pola Pengasuhan Permisif 1. Favorable/sesuai : ≥ 50%
2. Unfavorable/tidak sesuai : < 50%
(Sunaryo, 2010)

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

: Berhubungan

Bagan 3.1 : Kerangka Konseptual Pola Pengasuhan Orang Tua pada Anak Remaja selama Masa Pandemi
Covid-19 di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
BAB 4
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah pembahasan mengenai konsep teoritik


berbagai metode, kelebihan dan kekurangan, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan
dengan pemilihan metode yang digunakan (Hidayat, 2010).
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian
merupakan suatu strategi penelitian digunakan dalam mengindentifikasi
struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2014).
Rencana penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk mendeskriptifkan (memaparkan) peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara
sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan.
Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa memanipulasi dan peneliti
tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut
bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya
hipotesis. Pengujian mengenai tipe dan tingkat hubungan bukan
merupakan tujuan utama dari suatu penelitian deskriptif. Cara menghindari
bisa dalam suatu penulisan dilakukan dengan : (1) menghubungkan antara
konsep dan operasional definisi variabel, (2) seleksi sempel dan besarnya
sempel, (3) instrumen yang valid dan reliabel, dan (4) prosedur
pengamilan data dengan adanya suatu kontrol lingkungan (Nursalam,
2014).
4.2 Kerangka Kerja atau Kerangka Operasional
Kerangka kerja adalah langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian berbentuk kerangka alur penelitian, mulai dari desain
hingga analisis data (Hidayat, 2012).

26
27

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Kerangka Konsep

Metode Penelitian

Desain Penelitian Variabel Penelitian : Populasi : Sampel : Teknik Sampling


Deskriptif Pola Asuh Orang Tua Seluruh Anak Sebagian Anak Purposive sampling
selama Masa Pandemi Remaja di Desa Remaja di Desa
Covid-19 Srengat Kecamatan Srengat Kecamatan
Srengat Kabupaten Srengat Kabupaten
Blitar Blitar

Instrumen Pengumpulan Data :


Kuesioner

Pengolahan dan Analisa Data


𝑆𝑃
𝑃= × 100%
𝑆𝑀
(Nursalam, 2014)

Hasil :
1. Favorable/ sesuai : ≥ 50%
2. Unfavorable/tidak sesuai : <50%
(Sunaryo, 2010)

Bagan 4.1 : Kerangka Kerja Pola Pengasuhan Orang Tua pada Anak Remaja selama Masa Pandemi Covid-19
di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
28

4.3 Populasi Penelitian


Populasi adalah subjek (manusia, klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh anak
remaja di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
4.4 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling
4.4.1 Sampel
Sampel merupakan terdiri atas bagian populasi terjangkau yang
dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.
Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang
dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013)
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti. Kriteria eksklusi adalah
menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria
inklusi karena berbagai sebab sehingga tidak dapat menjadi responden
penelitian (Notoatmojo, 2012).
Kriteria inklusi :
Anak remaja usia 14-17 tahun yang bersedia menjadi responden.
Anak remaja yang berada di Desa Srengat.
Anak remaja yang bisa mengisi kuesioner.
Kriteria eksklusi :
Anak remaja yang sedang sakit.
Anak remaja yang bertempat tinggal di luar Desa Srengat.
4.4.2 Besar Sampling
Besar sampel merupakan banyaknya anggota yang menjadi
responden dalam penelitian (Nursalam, 2014). Untuk menetapkan
besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada dua hal,
yaitu pertama, adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
29

menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari


rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel
(Notoatmojo, 2012). Semakin besar sempel, semakin mengurangi angka
kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaliknya dalam penelitian
digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin.
Penentuan besar sampel :
a. Jika besar populasi ≥ 1000, maka sampel bisa diambil 10%-20%.
b. Jika besar populasi ≤ 1000, maka rumusnya yaitu :
𝑁𝑧 𝑝𝑞
n = 1 + 𝑑(𝑁 ) 𝑧 𝑝𝑞

( )
n =1+( )( ) ( )
( )
=( ) ( ) ( )

= 18, 32 (18)
Keterangan :
n : perkiraan jumlah sampel
N : perkiraan jumlah populasi
z : nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p : perkiraan porposi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q : 1 – p (100% - p)
d : tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
(Nursalam, 2017)
4.4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyelesaikan porsi dan popuilasi
untuk dapat mewakili populasi. (Nursalam, 2017)
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseleruhan subjek penelitian. (Nursalam, 2017).
30

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Purposive Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
(Nursalam, 2017)
4.5 Waktu dan Tempat Penelitian
a. Tempat pengambilan data :
Desa Srengat, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
b. Penelitian akan direncanakan dilaksanakan pada :
14 Desember 2020 – 25 Desember 2020
4.6 Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional
4.6.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik atau perilaku yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
fasilitas untuk pengukuran dan manipulasi suatu penelitian (Nursalam,
2014).
Variabel dalam penelitian ini adalah Pola Pengasuhan Orang Tua
Pada Anak Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19.
4.6.2 Pengukuran
Pengukuran adalah fenomena yang dilakukan analisa menurut
aturan tertentu. Dua karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan
peneliti adalah validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur dan
rehabilitas (keadaan) (Nursalam, 2014).
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner.
4.6.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati dari suatu
yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati (diukur)
merupakan kunci defnisi operasional yang diamati artinya kemungkinan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
31

terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat dilindungi lagi
oleh orang lain (Nursalam, 2017). Defenisi operasional dalam penelitian
ini terdapat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Definisi Operasional

Defenisi
Variabel Parameter Instrumen Skala Kriteria
Operasional
Pola Cara orang Tingkatan Pola Pengasuhan Kuesioner Likert Kriteria penilaian yang
Pengasuhan tua dalam Orang tua : akan dicapai :
Orang Tua mendidik 1) Otoriter : Pernyataan positif :
selama Masa dan lebih memaksa anak, Sangat setuju : 5
Pandemi mengasuh aturan dibuat kaku dan Setuju : 4
Covid-19 anak. ketat yang harus dipatuhi Ragu-ragu : 3
anak, tidak mengetahui Tidak setuju : 2
perasaan anak yang Sangat tidak setuju : 1
sesungguhnya.
2) Demokratis : Pernyataan negatif :
memperhatikan Sangat setuju : 1
kebutuhan anak, aturan Setuju : 2
dibuat bersama seluruh Ragu-ragu : 3
anggota keluarga, orang Tidak setuju : 4
tua memprioritaskan Sangat tidak setuju : 5
kepentingan anak, tidak
ragu-ragu untuk Diinterprestasikan bila
mengendalikan mereka. hasil
3) Permisif : 1. Favorable/sesuai
anak diberi kebebasan : ≥ 50%
dalam memilih segala 2. Unfavorable/tidak
sesuatu yang ingin sesuai : < 50%
dilakukan, tidak ada (Sunaryo, 2010)
bimbingan dari orang
tua, anak tidak dihukum
meskipun melanggar
peraturan.
32

4.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


4.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan
kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suau penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara menyebarkan kuesioner pada responden dengan menggunakan alat
ukur kuisioner (Hidayat, 2012).
a. Setelah selesai ujian sidang proposal mengajukan untuk diuji Etik
sampai mendapatkan surat keterangan layak etik.
b. Mengajukan surat pengantar kepada Ketua Prodi D3 Keperawatan
STIKES Karya Husada Kediri untuk melakukan penelitian.
c. Mengantarkan surat penelitian ke Kantor Desa Srengat, Kecamatan
Srengat, Kabupaten Blitar.
d. Melakukan pendekatan dan menyerahkan lembar persetujuan kepada
para responden.
e. Membagikan kuisioner kepada responden, setelah semua terisi
dikembalikan kepada peneliti.
f. Pengolahan data.
4.7.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk pengumpulan data
(Notoatmojo, 2012). Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan
pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang
meliputi pengukuran : biofisiologis, observasi, wawancara, kuisioner,
dan skala. Pada penyusunan instr umen penelitian tahap awal perlu
dituliskan data-data tentang karakteristik responden : umur, pekerjaan,
sosial ekonomi, jenis kelamin, dan data demografi lainnya. Meskipun
data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti jika
sewaktu-waktu dibutuhkan daripada harus kembali mencari responden
lagi (Nursalam, 2014).
Dalam penelitian ini kuisioner diperlukan untuk mengetahui Pola
Asuh Orang Tua selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
33

4.8 Teknik Analisa Data


Analisa data adalah merupakan bagian yang penting untuk
mencapai tujuan dari penelitian dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaaan penelitian berdasarkan data yang diperlukan (Nursalam,
2014).
Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul untuk mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, data berdasarkan variabel dari
seluruh responden menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan
(Sugiyono, 2015).
Data yang telah terkumpul kemudian peneliti melanjutkan analisa
data dengan tehnik deskriptif dengan persentase. Kemudian di masukkan
ke dalam rumus persentase.
SP
P= ×
SM

Keterangan:
P : Persentase
SP : Skor Perolehan
SM : Skor Maksimum
(Nursalam, 2014)
Dari skor dapat di presentasikan kedalam skala kuantitatif dengan
menggunakan:
1. Favorable / sesuai : ≥ 50%
2. Unfavorable / tidak sesuai : < 50%
(Sunaryo, 2010)
Data yang telah ditabulasi kemudian diinterpretasikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
100% : seluruh responden
76%-99% : Hampir seluruh responden
51%-75% : Sebagian besar responden
50% : Setengah dari responden
34

26%-49% : Hampir setengah dari responden


1%-25% : Sebagian kecil dari responden
0% : tidak satupun dari respoden
(Arikunto, 2010)
4.9 Masalah Etik (Ethical Clearance)
Permasalahan dalam etika pada penelitian yang menggunakan
subjek manusia menjadi isu sentral yang berkembang hingga saat ini.
Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,
2013).
Masalah etika harus diperhatikan antara lain adalah sebagai
berikut:
4.9.1 Lembar Persetujuan
Informed Concent suatu lembar persetujuan yang diberikan
peneliti kepada responden untuk menjelaskan maksud dari responden
dan menggunakan data sesuai dengan kebutuhan peneliti (Hidayat,
2012).
4.9.2 Tanpa Nama
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden. Responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan digunakan (Hidayat,
2012).
4.9.3 Kerahasiaan
Sebuah penelitian harus menjunjung kerahasiaan data yang
diperoleh dari responde dan menggunakan data sesuai dengan kebutuhan
penelitian (Hidayat, 2012).
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan “Pola
Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja Usia 14-17 Tahun Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar”.
Penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 Desember – 19 Desember
2020 dengan jumlah responden sejumlah 18 orang. Dari hasil penelitian ini dibagi
menjadi data umum dan data khusus. Pada data umum menyajikan tentang
karakteristik responden yang diteliti berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, agama, dan tinggal bersama. Sedangkan data
khusus terdiri dari tingkat pola pengasuhan orang tua pada anak remaja.
5.1 Karakteristik Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar. Lokasi Desa Srengat berada di sisi barat daya
berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulungagung di sisi selatan. Di
Srengat masih terdapat sawah dan masyarakatnya memiliki lahan
pertanian, sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani.
Adapun pekerjaan masyarakat yang lain adalah PNS, Wiraswasta dan lain
sebagainya. Visi dan Misi Desa Srengat adalah terwujudnya Desa Srengat
yang maju, sejahtera, makmur, sehat, aman, mandiri dan berkepribadian.

35
36

5.2 Data Umum


Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

22% 22% 14 Tahun


11% 15 Tahun

45% 16 tahun
17 Tahun

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.1 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember 2020.

Berdasarkan diagram pie di atas menunjukkan bahwa dari 18


responden, hampir setengah dari responden yaitu 8 responden (45%)
berusia 15 tahun, sebagian kecil dari responden yaitu 4 responden
(22%) berusia 14 tahun, 2 responden (11%) berusia 16 tahun, dan 4
responden (22%) berusia 17 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

28%
Laki-Laki
72%
Perempuan

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.2 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Srengat Kecamatan
Srengat Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember 2020.
37

Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan bahwa dari 18


responden, sebagian besar responden yaitu 13 responden (72%)
berjenis kelamin laki-laki, hampir setengah dari responden 5
responden (28%) berjenis kelamin perempuan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Orang Tua

22% 33% SD
SMP

45% SMA/SMK
Sarjana

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.3 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan Orang Tua di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember
2020.

Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan bahwa dari 18


responden, hampir setengah dari responden yaitu 6 responden (33%)
memiliki orang tua yang berpendidikan SMP, hampir setengah dari
responden yaitu 8 responden (45%) memiliki orang tua yang
berpendidikan SMA/SMK , dan sebagian kecil dari responden yaitu 4
responden (22%) memiliki orang tua yang berpendidikan Sarjana.
38

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua

28% Buruh Tani


50%
PNS
22% Wiraswasta
Lain-lain

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.3 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember
2020.

Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan bahwa dari 18


responden, hampir setengah dari responden yaitu 5 responden (28%)
memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh tani, sebagian kecil
dari responden yaitu 4 responden (22%) memiliki orang tua yang
bekerja sebagai PNS, dan setengah dari responden yaitu 9 responden
(50%) memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Agama
11%
Kristen
Islam
Hindu
89%
Budha
Katolik

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.4 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Agama di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember 2020.
39

Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan bahwa dari 18


responden, hampir seluruh responden yaitu 16 responden (89%)
beragama islam, sebagian kecil dari responden yaitu 2 responden
(11%) beragama kristen.
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggal Bersama

Tinggal Bersama

Orang Tua

100% Wali

Sumber data : Data umum Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020


Gambar 5.4 Diagram Pie Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tinggal Bersama di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, 17 – 19 Desember
2020.

Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan bahwa dari 18


responden, seluruh responden yaitu 18 responden (100%) tinggal
bersama orang tua.
5.3 Data Khusus
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan
Orang Tua Pada Anak Remaja Usia 14 – 17 Tahun Selama
Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Srengat Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar.
No Tingkat Pola Pengasuhan Frekuensi Persentase
Orang Tua
1 Pola Pengasuhan Otoriter 3 16,7 %
2 Pola Pengasuhan Demokratis 13 72,2 %
3 Pola Pengasuhan Permisif 2 11,1 %
Jumlah 18 100 %
Sumber data : Kuesioner, Lailatul Desi Melinia, 2020

Sebagian kecil dari responden yang menerapkan pola pengasuhan


otoriter yaitu 3 responden (16,7%), sebagian besar responden yang
menerapkan pola pengasuhan demokratis yaitu 13 responden (72,2%), dan
40

sebagian kecil dari responden yang menerapkan pola pengasuhan permisif


yaitu 2 responden (11,1%).
5.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar didapatkan dari 18 responden,
sebagian kecil dari responden yang menerapkan pola pengasuhan otoriter
yaitu 3 responden (16,7%), sebagian besar responden yang menerapkan
pola pengasuhan demokratis yaitu 13 responden (72,2%), dan sebagian
kecil dari responden yang menerapkan pola pengasuhan permisif yaitu 2
responden (11,1%).
Pola pengasuhan orang tua adalah keseluruhan interaksi antara
orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anak
dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, serta nilai-nilai yang
dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan
berkembang secara sehat dan optimal. Pola pengasuhan yang diterapkan
oleh orang tua tentu tidak sama, orang tua menggunakan prinsip yang
berbeda-beda sesuai dengan lingkungan mereka masing-masing. Menurut
Baumrind (Santrock, 2007).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan
orang tua antara lain kepribadian orang tua, keyakinan,persamaan dengan
pola yang diterima orang tua yang meliputi penyesuaian dengan cara
disetujui kelompok, usia orang tua, pendidikan orang tua, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, konsep mengenai peran orang tua dewasa, jenis
kelamin anak, usia anak, temperamen, kemampuan anak, dan situasi
(Hurlock, 2011).
Remaja merupakan perkembangan dari masa transisi anak-anak
menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 11-21 tahun. (King,
2012) Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, baik perubahan
dalam sikap dan perubahan fisik (Pratiwi, 2013). Teori lain mengatakan,
menurut Hair (2008) anak usia remaja akan melewati perubahan yang
semula belum mandiri remaja akan cinderung lebih mandiri. Remaja akan
melewati masa pencarian identitas untuk menjelaskan tentang siapa
41

dirinya tentu dengan berbagai faktor pendukung , salah satunya faktor


pendidikan.
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi pola pengasuhan orang tua, pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia tersebut untuk berbuat
atau mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Notoadmojo,
2003).
Faktor lain yang mempengaruhi pola pengasuhan yaitu pekerjaan
orang tua. Orang tua memegang peranan sebagai pencari nafkah
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan anak-anaknya tentang
keterkaitan antara status sosial dan ekonomi dengan cara orang tua dalam
mengasuh anak adalah keluarga dengan status ekonomi kelas rendah
cenderung lebih membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan. Sedangkan untuk kelas ekonomi menengah dan tinggi
cenderung memberikan pengawasan dan perhatiannya sebagai orang tua,
dan menerapkan kontrol lebih halus. Hal tersebut terjadi karena keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah, biasanya lebih mengalami tekanan
dalam hal ekonomi sehingga akan mempengaruhi fungsi keluarga. Orang
tua sering mengalami depresi yang mengakibatkan sifat permisif terhadap
anak. Berbeda dengan status ekonomi yang lebih tinggi, semakin tinggi
tingkat ekonominya maka akan semakin tinggi pula status sosialnya, bila
ekonomi dan status sosial sudah mapan maka orang tua cenderung lebih
memperhatikan perkembangan anaknya. Orang tua lebih berfokus pada
pengembangan kreativitas anak dibanding masalah ekonomi keluarga.
Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua merupakan salah satu
faktor pendukung terjadinya pengasuhan yang baik dalam keluarga.
Komunikasi yang baik dapat terjalin apabila orangtua memiliki waktu
42

yang berkualitas untuk berinteraksi dengan anak, membiasakan diri untuk


meluangkan waktu berkumpul dengan anak disela kesibukan bekerja
merupakan langkah yang bisa diambil untuk membangun komunikasi
yang baik antara anak dan orang tua (Yusuf, 2004).
Pola asuh dari orang tua yang paling sering diterapkan adalah pola
asuh demokratis. Dari berbagai penelitian juga menyebutkan bahwa pola
asuh yang bersifat demokratis merupakan pola asuh yang ideal yang dapat
diterapkan pada sebagian besar anak. Kemudian pola asuh otoriter lebih
kepada orang tua selalu memberikan aturan-aturan yang sangat ketat dan
orang tua tidak segan memukul anak bila anak melakukan kesalahan. Hal
ini akan membuat anak sulit untuk berkembang, anak cenderung minder
dan kurang inisiatif. Ini semua terjadi karena apapun yang dilakukan oleh
anak selalu dihantui rasa takut salah dan takut dimarahi (Desmita, 2005).
Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif menyebabkan
anak cenderung tidak ada rasa tanggung jawab sosial dan mengalami
kesulitan dalam bergaul (Prayitno, 2003).
Hasil dari penelitian didapatkan hampir setengah dari responden
yaitu 8 responden (45%) memiliki orang tua yang berpendidikan
SMA/SMK, hal ini tidak membuktikan bahwa pola pengasuhan orang tua
dapat sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, tingkat
pendidikan rendah tidak mutlak memiliki pengetahuan yang rendah pula.
Hasil penelitian didapatkan setengah dari responden yaitu 9
responden (50%) memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta. Hal
ini membuktikan bahwa pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi pola
pengasuhan, karena mayoritas orang tua yang berwiraswasta ekonomi dan
status sosialnya sudah mapan maka cenderung lebih memperhatikan pola
asuh anaknya.
Hasil penelitian didapatkan sebagian kecil dari responden
menerapkan pola pengasuhan otoriter yaitu 3 orang (16,7%). Hal ini dapat
dilihat pada saat melakukan survei langsung, bahwa responden dengan
orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter terlihat jelas jika sikap anak
pada saat berinteraksi dengan orang lain tampak tidak percaya diri dan
43

tidak ada inisiatif. Rata-rata tingkat ekonomi dalam pola pengasuhan ini
yaitu ekonomi menengah ke ekonomi tinggi, karena lebih memberikan
pengawasan yang ketat terhadap anak.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden menerapkan
pola pengasuhan demokratis yaitu 13 orang (72,2%). Hal ini dapat dilihat
pada saat melakukan survei langsung, ketika orang tua memberikan
perintah kepada anak, anak langsung memahami dan melakukannya. Jadi
dengan pola pengasuhan ini rasa kepercayaan antara orang tua dan anak
akan lebih mudah untuk terbangun, sehingga anak dapat memahami
makna dibalik hal yang dilakukannya.
Dari penelitian didapatkan sebagian kecil dari responden
menerapkan pola pengasuhan permisif yaitu 2 orang (11,1%). Hal ini
dapat dilihat pada saat melakukan survei, selama penelitian berlangsung
sikap anak terhadap peneliti acuh dan tidak peduli, hal tersebut bisa terjadi
dikarenakan orang tua dengan pola pengasuhan permisif selalu
memanjakan anaknya, anak tidak diberi batasan-batasan atau aturan-aturan
yang pasti terhadap dirinya sendiri sehingga tidak ada rasa tanggung
jawab. Rata-rata tingkat ekonomi dalam pola pengasuhan ini yaitu
ekonomi rendah, karena cenderung lebih membebaskan anak untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini akan membahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja Usia 14-17 Tahun Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di Desa Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
6.1 Kesimpulan
Sebagian besar responden menerapkan pola asuh demokratis pada
anak remaja selama masa pandemi Covid-19.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Peneliti
Dengan dilakukan penelitian ini peneliti semakin meningkatkan
wawasan pengetahuan yang lebih tentang pola pengasuhan orang tua pada
anak remaja dengan mencari informasi yang lengkap melalui buku-buku
yang ada di perpustakaan, internet, dan sumber informasi lain seperti
majalah dan koran.
6.2.2 Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan responden dapat memahami, mengetahui
informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang pola pengasuhan orang
tua pada anak remaja dengan cara membaca dan mempelajari hal yang
terkait dengan pola pengasuhan pada anak remaja baik melalui media
cetak, media elektronik atau media sosial.
6.2.3 Tempat Penelitian
Dapat digunakan sebagai sumber informasi yang bermanfaat tentang
pola pengasuhan orang tua pada anak remaja dengan cara menempelkan
informasi tentang pola pengasuhan pada anak remaja di madding desa,
koran atau majalah.
6.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi untuk
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta referensi dengan
cara lebih banyak menambah literatur.

44
DAFTAR PUSTAKA

Gerungan.(2013).Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:PT.


Bumi Aksara.

Hermansyah dkk.(2020).Pola Pengasuhan Anak di Tengah


Pandemi.Bandung:Humas Jabar.

Rosyadi, Rahmad.(2013).Pola Asuh Orang Tua Dalam Membina Pendidikan


Agama Islam Pada Anak Di Desa Nampirejo Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur.Lampung:Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Metro

Ihsanudin dkk.(2020). Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di


Rumah Saat Pandemi Covid-19.Vol 04 No.1.Universitas Hamzanwadi

Suherman.(2010). Pola Asuh Orang Tua Dalam Membina Pendidikan Agama


Islam Pada Anak Di Desa Nampirejo Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur.Lampung:Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Metro

Hurlock, E B.(2011).Psikologi Perkembangan.Jakarta:Erlangga.

Lee, Shawna dkk.(2013).Pola Asuh Orang tua Dan Implikasinya Terhadap


Pendidikan Anak.Vol.7 No.1.Banjarmasin:Fakultas Kesehatan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Pamilu.(2010).Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri


Pada Anak.Vol.2 No.2.Banda Aceh:Fakultas Dakwa dan Komunikasi UIN Ar
Raniry

PDPI.(2020).Penyakit Virus Corona 2019.Vol.40 No.2.Jakarta Timur.

Sarwono.(2011).Psikologi Remaja.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Sekar, Dewi.(2014).Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Motivasi Belajar


Remaja.Vol.6 No.1.Jakarta Selatan:Universitas Indraprasta PGRI.

Soetjiningsih dkk.(2013).Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan


Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya.Vol.2
No.1.Mataram:Program Studi D3 Keperawatan Bima.

Xinhua dan Huang.(2020). Corona Virus Disease-19.Vol.2


No.1.Lampung:Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

WHO.(2020).Transmisi SARS-CoV-2 Implikasi Terhadap Kewaspadaan


Pencegahan Infeksi

45
46

Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

.(2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis.Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

.(2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis.Edisi 4.Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Hidayat.(2010).Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Edisi


Pertama. Jakarta: Salemba Medika.2010. Pengukuran Caring.

_______ (2012). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,


Jakarta:Salemba Medika.

_______ (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta:Salemba Medika.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2010).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono.(2015).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &


D.Bandung:Alfabeta.

Winarti.(2011).Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak


Anak Usia 7-12 Tahun Di Ketapang Tangerang.Jakarta:Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

Soegeng S.(2010).Pengaruh Pola Asuh Terhadap Keterampilan Sosial


Anak.Vol.11 No.2.Sulawesi Tenggara:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Kendari.

Ignatius.(2010).Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi


Remaja di SMK 10 November Semarang.Vol.1 No.1.Semarang:Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Drey.(2010).Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi


Remaja di SMK 10 November Semarang.Vol.1 No.1.Semarang:Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Drs. Sunaryo.(2010).Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC


47

Lampiran 1
48

Lampiran 2
49

Lampiran 3
50

Lampiran 4
51

Lampiran 5
52

Lampiran 6
LEMBAR PENGUNDURAN DIRI MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini Nama :


Usia :
Alamat :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah
MENGUNDURKAN DIRI
Untuk ikut serta berpartisipasi dalam penelitian
Dengan judul : Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Remaja Usia 14-17
Tahun Selama Masa Pandemi Covid-19 di Desa Srengat
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.

Srengat,

Responden Peneliti

(.............................) Lailatul Desi Melinia


201803033

Saksi

(....................................)
53

Lampiran 7
54
55

Lampiran 8
56
57
58

Lampiran 9

KUNCI JAWABAN

A. Otoriter
1. STS
2. STS
3. STS
4. STS
5. STS
6. STS
7. STS
8. STS
9. STS
10. STS
B. Demokratis
1. SS
2. SS
3. SS
4. SS
5. SS
6. SS
7. SS
8. SS
9. SS
10. SS
C. Permisif
1. SS
2. SS
3. SS
4. SS
5. SS
6. SS
7. SS
8. SS
9. SS
10. SS
59

Lampiran 10
REKAPITULASI RESPONDEN BERDASARKAN DATA UMUM POLA PENGASUHAN ORANG TUA PADA ANAK
REMAJA USIA 14-17 TAHUN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI DESA SRENGAT KECAMATAN SRENGAT
KABUPATEN BLITAR
No. Usia Jenis Pendidikan Pekerjaan Agama Tinggal
Res Kelamin Orang Tua Orang Tua Bersama
14 15 16 17 Laki- Perempuan SD SMP SMA Sarjana Buruh PNS Wiraswasta Lain Kristen Islam Hindu Budha Katolik Orang Wali
laki / Tani - Tua
SMK lain
1 √ √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √ √
17 √ √ √ √ √ √
18 √ √ √ √ √ √
∑ 4 8 2 4 13 5 0 6 8 4 5 4 9 0 2 16 0 0 0 18 0
% 22% 45% 11% 22% 72% 28% 0% 33% 45% 22% 28% 22% 50% 0% 11% 89% 0% 0% 0% 100% 0%
60

1. Usia :
a. 14 Tahun : x 100% = 22%

b. 15 Tahun : x 100% = 45%

c. 16 Tahun : x 100% = 11%

d. 17 Tahun : x 100% = 22%

2. Jenis Kelamin :
a. Laki – laki : x 100% = 72%

b. Perempuan : x 100% = 28%

3. Pendidikan Orang Tua :


a. SD : x 100% = 0%

b. SMP : x 100% = 33%

c. SMA/SMK : x 100% = 45%

d. Sarjana : x 100% = 22%

4. Pekerjaan Orang Tua


a. Buruh Tani : x 100% = 28%

b. PNS : x 100% = 22%

c. Wiraswasta : x 100% = 50%

5. Agama
a. Kristen : x 100% = 11%

b. Islam : x 100% = 89%

c. Hindu : x 100% = 0%

d. Budha : x 100% = 0%

e. Katolik : x 100% = 0%

6. Tinggal Bersama
a. Orang Tua : x 100% = 100%

b. Wali : x 100% = 0%
61

Lampiran 11
REKAPITULASI RESPONDEN BERDASARKAN DATA KHUSUS

a. Otoriter
No. Kuesioner Skor Persentase Keterangan
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SP SM
1 3 4 4 2 4 5 2 4 2 3 33 50 66% Favorable / sesuai
2 3 5 4 3 5 5 3 2 3 4 37 50 74% Favorable / sesuai
3 3 5 4 5 5 4 4 3 4 3 40 50 80% Favorable / sesuai
4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 34 50 68% Favorable / sesuai
5 3 4 4 4 4 5 3 2 3 5 37 50 74% Favorable / sesuai
6 2 4 2 4 4 2 2 3 3 3 29 50 58% Favorable / sesuai
7 3 4 3 4 2 4 4 2 2 4 32 50 64% Favorable / sesuai
8 2 4 4 4 3 4 5 4 4 5 39 50 78% Favorable / sesuai
9 1 5 4 5 1 5 3 3 3 5 35 50 70% Favorable / sesuai
10 4 4 4 4 4 5 4 3 2 5 39 50 78% Favorable / sesuai
11 1 5 4 4 3 5 2 3 4 4 35 50 70% Favorable / sesuai
12 2 4 4 2 1 5 2 5 4 4 33 50 66% Favorable / sesuai
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 50 40% Unfavorable /
tidak sesuai
14 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 16 50 32% Unfavorable /
tidak sesuai
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 50 20% Unfavorable /
tidak sesuai
16 1 4 3 3 4 3 4 2 3 5 32 50 64% Favorable / sesuai
17 2 4 2 2 1 3 2 4 1 4 25 50 50% Favorable / sesuai
18 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 23 50 46% Unfavorable /
tidak sesuai
62

b. Demokratis
No. Kuesioner Skor Persentase Keterangan
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SP SM
1 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 42 50 84% Favorable / sesuai
2 4 3 5 4 4 5 4 4 3 2 38 50 76% Favorable / sesuai
3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 26 50 52% Favorable / sesuai
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 38 50 76% Favorable / sesuai
5 5 3 4 5 4 5 3 4 4 4 41 50 82% Favorable / sesuai
6 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 46 50 92% Favorable / sesuai
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 38 50 76% Favorable / sesuai
8 4 4 4 4 3 4 4 5 3 3 38 50 76% Favorable / sesuai
9 5 3 5 5 5 5 4 4 4 2 42 50 84% Favorable / sesuai
10 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 37 50 74% Favorable / sesuai
11 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 42 50 84% Favorable / sesuai
12 4 2 5 5 4 4 2 4 5 4 39 50 78% Favorable / sesuai
13 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2 33 50 66% Favorable / sesuai
14 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 42 50 84% Favorable / sesuai
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 50 100% Favorable / sesuai
16 5 3 4 5 4 3 5 4 3 2 38 50 76% Favorable / sesuai
17 5 5 4 4 3 2 2 2 3 1 31 50 62% Favorable / sesuai
18 4 4 3 4 3 5 3 4 4 3 37 50 74% Favorable / sesuai
63

c. Permisif
No. Kuesioner Skor Persentase Keterangan
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SP SM
1 4 3 5 3 3 4 1 3 2 3 31 50 62% Favorable / sesuai
2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 19 50 38% Unfavorable /
tidak sesuai
3 4 3 2 2 2 3 2 3 1 2 24 50 48% Unfavorable /
tidak sesuai
4 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 27 50 54% Favorable / sesuai
5 4 4 3 1 1 3 2 3 3 2 26 50 52% Favorable / sesuai
6 4 5 5 2 4 2 2 2 4 4 34 50 68% Favorable / sesuai
7 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 34 50 68% Favorable / sesuai
8 4 3 2 1 2 4 2 2 3 3 26 50 52% Favorable / sesuai
9 2 2 1 1 1 3 1 1 2 2 16 50 32% Unfavorable /
tidak sesuai
10 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 24 50 48% Unfavorable /
tidak sesuai
11 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 36 50 72% Favorable / sesuai
12 4 4 2 4 2 5 2 2 2 4 31 50 62% Favorable / sesuai
13 4 4 4 4 4 4 2 4 5 3 38 50 76% Favorable / sesuai
14 4 4 4 5 4 4 4 2 4 5 40 50 80% Favorable / sesuai
15 2 3 3 3 2 1 1 4 3 3 25 50 50% Favorable / sesuai
16 5 3 2 1 2 3 2 1 3 4 26 50 52% Favorable / sesuai
17 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 21 50 42% Unfavorable /
tidak sesuai
18 4 4 5 4 5 3 5 5 4 1 40 50 80 Favorable / sesuai
64

No. Resp Persentase Pola Asuh Keterangan


Otoriter Demokratis Permisif
1 66% 84% 62% Demokratis
2 74% 76% 38% Demokratis
3 80% 52% 48% Otoriter
4 68% 76% 54% Demokratis
5 74% 82% 52% Demokratis
6 58% 92% 68% Demokratis
7 64% 76% 68% Demokratis
8 78% 76% 52% Otoriter
9 70% 84% 32% Demokratis
10 78% 74% 48% Otoriter
11 70% 84% 72% Demokratis
12 66% 78% 62% Demokratis
13 40% 66% 76% Permisif
14 32% 84% 80% Demokratis
15 20% 100% 50% Demokratis
16 64% 76% 52% Demokratis
17 50% 62% 42% Demokratis
18 46% 74% 80% Permisif

a. Otoriter : x 100% = 16,7% Pola Asuh Jumlah Persentase


Otoriter 3 16,7%
b. Demokratis : x 100% = 72,2% Demokratis 13 72,2%
Permisif 2 11,1%
c. Permisif : x 100% = 11,1% Jumlah 18 100%
65

Lampiran 12

DOKUMENTASI
66

Lampiran 13
67

Anda mungkin juga menyukai