WORSHIP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
MOTTO
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Ta’la yang tak henti-hentinya menurunkan nikmat dan
berkah yang senantiasa dirasakan oleh penulis. Salah satu berkah yang penulis
rasakan adalah dapat menempuh perkuliahan dengan baik dan lancar tanpa ada
suatu kendala yang berarti, dan diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas
akhir berupa skripsi ini. Tercurah shalawat serta salam untuk manusia terbaik
sepanjang zaman dan berakhlak sempurna, Baginda Nabi Muhammad Salallahu
‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya. Semoga kelak penulis dapat
berkumpul bersama di surga kelak.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tak lepas dari bantuan berbagai pihak,
baik dalam dukungan moril, materiil dan do’a. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024, beserta jajarannya.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas segala bimbingan, nasihat serta motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak saran dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua yang penulis banggakan, Bapak Ir. Susetijo Darmo dan
Ibu Ir. Prasetya Widalia. Terima kasih telah merawat dan membimbing
penulis sehingga bisa menyelesaikan pendidikan saat ini. Juga kepada
kakak saya, Rizki Setyowati Putri, S.Psi, yang sudah memberikan
dukungan selama ini.
5. Sahabat terbaik yang sudah berada di sisi Allah SWT, alm. Gyari Khoirul
Pahmi. Terima kasih banyak karena sempat menjadi motivator, sahabat,
dan saudara terbaik yang selalu berada dengan penulis saat sedang
kesusahan. Semoga dirimu tenang di alam sana dan kita dapat bertemu
kembali di surga nantinya.
vii
6. Orang-orang hebat yang sudah sangat mengenal penulis sejak awal kuliah,
selalu ada saat penulis dalam keadaan sulit, memberi semangat, dukungan,
dan motivasi dengan tulus, Inay, Fitri, dan Kaneki. Terima kasih atas
segalanya.
7. Terima kasih juga kepada Fujiyama, Alam, dan Tanuki yang juga sering
memberi semangat, motivasi, dan membantu penulis dalam berbagai hal.
8. Keluarga besar PSM UIN JAKARTA dan PSP UIN JAKARTA yang
selalu menjadi tempat nyaman untuk kembali, tempat dimana penulis
pernah belajar banyak ilmu bermanfaat tentang dunia paduan suara dan
kekeluargaan. Selain itu, terkhusus untuk angkatan CILPACASTRA dan
AVANT-GARDE, khususnya Armix, Erhu, Purbaka, Tamila, Dosbel,
Scherzo, Celesta, dan JZ, kalian telah memberikan banyak kebahagiaan di
tahun lalu maupun di tahun-tahun berikutnya, semoga kalian dapat terus
bersinar dan mengharumkan nama PSM maupun PSP UIN JAKARTA.
9. Teman-teman PSYCHO-J yang pernah menjadi tempat dimana penulis
pernah belajar banyak ilmu bermanfaat tentang budaya Jepang dan
solidaritas.
10. Teruntuk semua responden yang telah memberikan waktunya untuk
membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini.
Terakhir, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang. Karya ini masih memiliki banyak kekurangan serta keterbatasan. Penulis
menerima kritik dan saran yang membangun agar karya ini semakin baik.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
PERNYATAAN ORISINALITAS iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 6
1.2.1 Pembatasan masalah ........................................................... 6
1.2.2 Perumusan masalah ............................................................ 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................ 7
1.3.2 Manfaat penelitian .............................................................. 8
ix
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 30
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 31
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................. 35
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Celebrity worship .......................... 37
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Attachment Style ............................ 38
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Self-esteem.................................... 42
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Emotional Autonomy .................... 43
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 46
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner 74
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram Celebrity Worship 82
Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram Attachment Style 83
Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram Self-Esteem 87
Lampiran 5 Syntax dan Path Diagram Emotional Autonomy 88
Lampiran 6 Output Regresi 92
Lampiran 7 Tabel Independent t-test 94
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu fenomena menarik di kalangan anak muda Indonesia pada beberapa
tahun terakhir ini adalah sikap fanatik atau tergila-gila pada kebudayaan Korea,
yang biasa disebut korean wave atau hallyu wave. Hal ini sudah terjadi kurang
lebih lima tahun terakhir, banyak anak muda yang menjadi penggemar idola
Korea di dunia musik. Salah satunya adalah munculnya korean pop atau biasa
psikologi Universitas Atma Jaya, bahwa lebih banyak remaja Indonesia bertahan
menyukai lagu K-Pop daripada lagu barat karena didukung oleh segala aspek,
baik itu media sosial maupun kerjasama bisnis dalam bentuk entertainment, secara
K-Pop yaitu dapat mengenal dan mempelajari budaya dan bahasa negara lain
dengan sejumlah penggemar K-Pop Indonesia yang memiliki kisah tak biasa,
1
2
seperti mulai dari mengejar idola hingga rela menginap satu hotel, mengeluarkan
uang ratusan juta untuk membeli album demi kesempatan mendapat tanda tangan,
hingga merasa ‘tidur dengan idola’ hanya karena posternya mengarah ke hadapan
tempat tidurnya. Tidak hanya itu, penggemar juga rela menunggu berjam-jam (di
bandara misalkan) untuk menyambut kedatangan idola, serta ada juga penggemar
membeli tiket konser, merchandise, album, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
idola. Selain itu, mereka merasa memiliki hubungan spesial dengan idola, bahkan
ada penggemar yang tidak membiarkan sang idola menjalin hubungan spesial
dengan orang lain (Hamidah, 2018). Yue dan Cheung (2003) menemukan bahwa
worship.
Maltby et.al (2004) menjelaskan bahwa tidak hanya karena adanya minat
yang meningkat pada idola (pada penggemar dan liputan media), tetapi juga faktor
penggemar dan idolanya, semacam hubungan satu arah dimana hanya penggemar
yang mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya. Maltby et.al (2005)
menjelaskan tiga dimensi pada celebrity worship; Tingkat celebrity woship yang
worship. Faktor pertama yang akan dibahas yaitu attachment style. Menurut
mekanisme attachment yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi
yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model
of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Pada penelitian yang
dilakukan Giles dan Maltby (2005), ditemukan hasil yang menyatakan bahwa
memandang dirinya negatif, tidak pantas mendapat ketulusan dan kasih sayang
(Theran et.al, 2010). Tidak hanya itu, individu juga memungkinkan menjadi
stalker (penguntit) idolanya di manapun dan kapan pun (Meloy et.al, 2008).
tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Terdapat penelitian
2012). Pada Derrick et.al (2008), dijelaskan bahwa orang-orang yang memiliki
penolakan atau merefleksikan diri ke arah ideal self. Dalam hal ini, celebrity
worship, di sisi lain, menghadirkan sedikit atau bahkan tidak ada ancaman untuk
dapat merasa terhubung secara aman dan menganggap idola merupakan gambaran
tua. Terdapat hasil sebuah studi bahwa emotional autonomy yang tinggi
berpengaruh signifikan terhadap celebrity worship pada anak sekolah berusia 11-
menganggap orang tua sebagai sosok ideal dan sempurna), sehingga idola
mengambil alih peran orang tua dan menjadi role model (panutan), guru, dan
motivator dalam kehidupan remaja (Giles & Maltby, 2004). Di saat yang
bersamaan, remaja juga sedang memasuki fase kritis dalam pencarian identitas
dan bertahap menuju kemandirian dari orang tua. Peningkatan penggunaan media
remaja yang banyak memiliki perilaku celebrity worship (Houran et.al, 2005).
Menurut Frederika, Suprapto, dan Tanojo (2015), demam idola sedang mewabah
worship terjadi lebih banyak pada remaja daripada orang yang lebih tua, hal ini
terjadi karena remaja bisa menjadi celebrity worshippers dengan gejala ‘game-
mereka saling jatuh cinta), dan dipengaruhi religiusitas yang rendah (Maltby et.al,
2004).
keputusan orang tua untuk mengizinkan anak berkendara sepeda motor. Maka,
Celebrity Worship.”
6
kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi yang
menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model
Usia, bilangan kontinum yang mengukur waktu keberadaan individu sejak dia
1. Untuk menguji pengaruh penuh dari variabel attachment style (secure, fearful,
parents as people, dan individuation), dan usia terhadap celebrity worship pada
penggemar K-Pop.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis.
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
baik untuk orang tua maupun individu. Bagi orang tua, penelitian ini dapat
yang melatarbelakanginya. Selain itu, informasi dari hasil penelitian ini dapat
LANDASAN TEORI
mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya. McCutcheon et.al (2016)
Berdasarkan pada model tersebut, individu yang sedang dalam pencarian jati diri
tingkat celebrity worship tertinggi akan memiliki rasa percaya diri berlebihan
dengan merasa memiliki hubungan spesial dengan idolanya. Orang dengan tingkat
celebrity worship yang lebih tinggi juga dianggap memiliki struktur pemikiran
secara keliru, yang percaya bahwa mereka memiliki hubungan khusus atau ikatan
dengan idola.
Aspek adiktif dari celebrity worship yaitu ketika individu tersebut sudah
masuk terlalu dalam dengan kekaguman pada idola dan bahkan membutuhkan
bukti yang lebih kuat untuk menambah kepercayaannya pada hubungan yang
dirasakan dengan idola. Kebutuhan ini dapat memperkuat keyakinan yang salah
Sedangkan, menurut Maltby et.al (2003), celebrity worship adalah perilaku obsesi
9
10
seseorang untuk selalu terlibat di setiap kehidupan idola dan menjadi membawa
disampaikan oleh Maltby et.al (2005) yang menjelaskan bahwa celebrity worship
1. Faktor Internal
Faktor internal pada diri seseorang dapat memengaruhi celebrity worship, karena
internal seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor internal yang dapat
1. Usia
2. Irresponsibility personality
263 mahasiswa dari universitas di Amerika Serikat, Barbados, Jamaika, dan New
Zealand, dilihat dari model regresi pertama, ditemukan bahwa BIS (impulsivness)
kedua, ditemukan bahwa BIS (impulsivness), BSSS (sensation seeking), dan CFC
3. Self-Esteem
tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Sehingga, mereka
yang self-esteem rendah merasa menganggap idola merupakan gambaran ideal self
sesuai dengan yang diinginkan dan membuatnya merasa nyaman untuk melakukan
4. Emotional Autonomy
"individuasi", bagaimana seorang remaja mandiri dari orang tuanya (Beyers dkk,
2005). Terdapat hasil sebuah studi bahwa emotional autonomy yang tinggi
berpengaruh signifikan terhadap celebrity worship pada anak sekolah berusia 11-
5. Attachment Style
Attachment style adalah mekanisme yang dilihat dari dua model utama: model of
self (pribadi yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau
tidak) dan model of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak)(Hofstra,
Van Oudenhoven, dan Buunk, 2005). Pada penelitian yang dilakukan Giles &
6. Self-rated attractiveness
attractiveness yaitu cara seseorang yang menilai diri mereka dalam daya tarik
7. Religiusitas
13
Religiusitas merupakan salah satu hal sangat penting dalam kebudayaan dan
pengaruh utama terhadap suatu perilaku (Eid & El-Gohary, 2015). Religiusitas
2006). Terdapat hasil sebuah studi penelitian yang dilakukan Maltby dkk (2002),
worship.
2. Faktor Eksternal
karena eksternal seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor eksternal yang
berlebihan dalam hubungan dekat cenderung memiliki skor tinggi pada intense-
hubungan dekat dengan lawan jenis menjadi sangat tertarik dan bahkan kecanduan
2. Ras/etnis
Pada penelitian McCutcheon dkk (2016), ras menjadi prediktor yang signifikan
terhadap celebrity worship pada mahasiswa di Universitas bagian timur dan pusat
dan orang kulit putih memilih artis yang berkulit putih juga (McCutcheon dkk,
2016).
3. Media
Beberapa media massa sering menampilkan idola baik berupa gambar maupun
idola, yang dibentuk (paling tidak sebagian) oleh kekuatan market dan media
Menurut Mccutcheon dkk (2002), pengukuran celebrity worship terdiri dari empat
Celebrity Attitude Scale terdiri dari 34 item yang berisi tiga dimensi yaitu
favoritnya. Selain itu, terdapat juga short version of Celebrity Attitude Scale
(CAS) berjumlah 22 item sudah dipakai pada penelitian Maltby dkk (2005).
Gayle.
Terdiri dari 23 item Sport Fan Motivation Scale (SFMS) yang dibuat oleh Daniel.
ekonomi.
Scale (CAS) berjumlah 22 item dari Maltby dkk (2005). Alasan penulis memilih
alat ukur ini karena sudah terpakai di beberapa penelitian sebelumnya dan
Faktor yang mempengaruhi celebrity worship yang akan dibahas pertama kali
adalah attachment style. Berikutnya akan dijelaskan secara rinci seputar variabel
Attachment style yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada seseorang dalam
hubungan sosial (Baron & Byrne, 2005). Attachment sebagai ikatan afeksional
yang kuat yang dirasakan terhadap orang tertentu, yang menyebabkan perasaan
senang saat berinteraksi dengannya dan merasa nyaman (Berk, 2005). Pada
sebagai kecenderungan perilaku lekat seseorang yang terdiri dari dimensi positif
dan negatif mengenai sikap dasar pada dirinya maupun pada orang lain.
merupakan mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self
(pribadi yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak)
dan model of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Carruth
orang tertentu, terutama dalam keadaan sulit, lalu membentuk semacam suatu
disebutkan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari Hofstra, Van
mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi
yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model
Menurut Hofstra, Van Oudenhoven, dan Buunk (2005), terdapat empat dimensi
1. Secure
Dimensi ini melihat bagaimana seseorang memiliki pandangan positif pada diri
sendiri, mampu mempercayai orang lain dan dapat melakukan interaksi sosial
dengan baik.
2. Fearful
sendiri dan orang lain demi melindungi dirinya dari rasa sakit karena rasa
3. Preoccupied
sendiri tetapi ia memiliki pandangan positif pada orang lain. Selain itu, ia
4. Dismissing
Dimensi ini melihat bagaimana seseorang memiliki pandangan positif pada diri
sendiri tetapi tidak mempercayai orang lain dan terbiasa menghindari kontak
Ada beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur attachment style,
yaitu:
Bakker yang dibuat tahun 2003 yang berjumlah 24 item. Alat ukur ini
2. The Attachment and Object Relations Inventory (AORI) dari Buelow, McClain,
dan McIntosh (1996). Alat ukur ini berjumlah 60 item, diukur dengan 5-point
skala Likert (5=sangat setuju, 1=sangat tidak setuju). Mengukur enam dimensi,
(teman sebaya), orang tua, dan pasangan, sedangkan tiga dimensi lainnya
independence.
Alat ukur ini dibuat oleh Bartholomew dan Horowitz (1991). Alat ukur ini
berjumlah empat item dan mengukur attachment style pada orang dewasa.
Alat ukur yang dibuat Fraley, Waller, dan Brennan (2000). Alat ukur ini
Questionnaire (ASQ) dari Van Oudenhoven, Hofstra, dan Bakker yang dibuat
tahun 2003 dan berjumlah 24 item (Hofstra et.al, 2005). Alasan penulis memilih
alat ukur ini karena sesuai dengan subjek yang diteliti dan memiliki nilai
2.1 Self-Esteem
Berikut akan dijelaskan secara rinci seputar variabel ini yaitu definisi, dimensi,
dan pengukurannya.
19
Definisi dari self-esteem sudah dikaji oleh banyak ahli. Berikut adalah penjelasan
penilaian seseorang tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.
keputusan yang dibuat mengenai apa yang menurut individu penting dan perasaan
Menurut Rosenberg dan Owens, self-esteem memiliki dua dimensi (dalam Mruk,
2006), yaitu:
1. Self-esteem tinggi
positif.
2. Self-esteem rendah
negatif.
20
yaitu:
dikembangkan oleh Janis dan Field pada tahun 1959 (Heatherton & Wyland,
sosial, dan penampilan. Kemudian pada tahun 1980, JFS dimodifikasi oleh
Fleming dan Courtney pada tahun 1984 dengan mengganti format respon (5-7
poin skala) dan menambahkan pertanyaan untuk dimensi lain dari self-esteem.
Alat ukur yang dikembangkan oleh Rosenberg, terdiri dari 10 item dan
Alat ukur yang dikembangkan oleh Heatherton dan Polivy pada tahun 1991.
Alat ukur ini sering digunakan pada penelitian laboratorium dan sangat sensitif
terhadap manipulasi, dan terdiri dari 20 item (Heatherton & Wyland, 2003).
tahun 1965. Alasan penulis memilih alat ukur ini karena sesuai dengan subjek
oleh peneliti. Berikut akan dijelaskan secara rinci seputar variabel ini yaitu
Definisi dari emotional autonomy sudah dikaji oleh banyak ahli. Berikut adalah
perubahan dalam hubungan dekat seseorang, khususnya dengan orang tua. Blos
yaitu:
1. Parental Deidealization
22
sebagai sosok ideal dan sempurna, tetapi merupakan orang yang tetap bisa
melakukan kesalahan.
2. Nondependency on Parents
tuanya memiliki perilaku lain di luar perannya sebagai parental status, juga
4. Individuation
Ada beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur emotional autonomy,
yaitu:
Silverberg pada tahun 1986. Alat ukur ini memiliki 20 item yang mengukur
ukur ini berjumlah 138 item dan mengukur empat dimensi, yaitu functional
23
Levine, Green, dan Millon. Alat ukur ini berjumlah 148 item dan mengukur
et.al, 2009).
Scale (EAS) dari Steinberg dan Silverberg (1986). Alasan penulis memilih alat
ukur ini karena sesuai dengan subjek yang akan diteliti dan nilai reliabilitas
sebesar 0.82.
Levesque (dalam Ang & Chan, 2016) menyatakan bahwa celebrity worship
orang lain di dunia nyata. Terdapat tiga dimensi dalam celebrity worship, yaitu:
dan sebagai bentuk interaksi sosial kepada orang lain, contohnya seperti
merupakan bentuk perilaku dimana seseorang sudah memiliki perasaan kuat dan
setia pada idola, contohnya seperti sering memikirkan sang idola dengan tidak
sudah tidak dapat mengontrol fantasi dan perilakunya terhadap idola, contohnya
worship. Variabel pertama yang akan dibahas yaitu attachment style. Menurut
mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi
yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model
of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Singkatnya, attachment
kehidupan nyatanya dan tidak menyukai idola secara berlebihan (Eysenck, 2017).
Namun, saat secure attachment pada seseorang rendah, maka dapat muncul
menimbulkan masalah, merasa jauh dalam segi emosi, dan saat dewasa
hubungannya dengan lawan jenis tidak berjalan lancar (Collisson et.al, 2018).
negatif pada diri sendiri demi melindungi diri dari rasa sakit karena penolakan dan
Buunk, 2005). Menurut Eysenck (2017), orang dengan fearful attachment sangat
penolakan dan perasaan tidak dihargai oleh idola. (Theran et.al, 2010).
dirinya negatif, tetapi memiliki pandangan positif ke orang lain, apalagi pada idola.
(mengikuti diam-diam) idolanya di mana pun dan kapan pun (Theran, Newberg,
diri sendiri tetapi tidak mempercayai orang lain dan terbiasa menghindari kontak
dan Buunk, 2005). Terdapat beberapa orang tertentu yang terlalu percaya diri
(narsis), lalu menganggap dirinya sama dengan idolanya, bahkan meniru beberapa
Selain itu, ada juga yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk berinteraksi
et.al, 2012). Hal ini terjadi karena dengan melakukan celebrity worship dengan
idola pujaan, sehingga tidak akan terjadi penolakan. Selain itu, seseorang dengan
self-esteem rendah merasa idolanya merupakan gambaran ideal self yang dicari,
26
2008).
dimana seseorang tidak menganggap orang tua sebagai sosok ideal dan sempurna,
tetapi merupakan orang yang tetap bisa melakukan kesalahan. Para remaja
menganggap orang tuanya bukanlah sosok ideal untuk menjadi role model
(panutannya) dan lebih memilih idola pujaannya (Giles & Maltby, 2004).
mengandalkan orang tua. Salah satu contoh perilakunya yaitu lebih memilih
meminta nasehat/bantuan pada teman daripada orang tua (Beyers et.al, 2005).
Karena ia lebih dekat dengan teman sesama penggemar K-Pop daripada orang tua,
worship.
memahami bahwa orang tuanya bukan sosok sempurna dan bisa saja
merupakan perilaku dimana anak mampu mengambil peran orang tua sekaligus
Perspektif tersebut yaitu anak dapat mengetahui siapa orang tuanya, bagaimana
orang tuanya dapat menjadi seperti saat ini, dan bagaimana pemikiran juga sudut
pandang orang tua terhadap dirinya (Andersen, 2000). Namun, saat perceives
parents as people pada seseorang rendah, maka dapat muncul perilaku negatif.
Hal ini terjadi karena remaja tidak bisa memahami orang tuanya bukan sosok
sempurna atau sudut pandang orang tua dengan dirinya berbeda, maka ia lebih
et.al, 2018).
mandiri dan terlepas dari pengaruh orang tua. Selain itu, tidak sedikit remaja yang
karena merasa lebih nyaman dan dimengerti (Yuzhang & Xiaotian, 2002). Selain
itu, remaja merupakan masa dimana ia melakukan pencarian jati diri secara
mandiri. Dari sinilah ia menjadikan idola sebagai sosok yang dapat ia tiru, baik itu
yaitu faktor demografis. Usia dipilih oleh penulis sebagai dimensi yang
penelitian dari Houran et.al (2005) yang menyebutkan bahwa usia memengaruhi
perilaku celebrity worship. Masa remaja, khususnya pada remaja akhir, rentan
memiliki perilaku celebrity worship. Hal ini dapat terjadi karena mereka percaya
28
kalau dapat membentuk hubungan spesial dengan idola. Selain itu, dengan adanya
jaringan internet membuat mereka mudah mengakses fan club, website, dan segala
2005).
akan dilihat pengaruh dari attachment style, self-esteem, emotional autonomy, dan
usia terhadap celebrity worship yang secara singkat dapat diilustrasikan pada
bagan 2.1.
1. Ha: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel attachment style (secure,
2. H1: Ada pengaruh yang signifikan dari secure terhadap celebrity worship
3. H2: Ada pengaruh yang signifikan dari fearful terhadap celebrity worship
9. H8: Ada pengaruh yang signifikan dari perceives parents as people terhadap
10. H9: Ada pengaruh yang signifikan dari individuation terhadap celebrity
11. H10: Ada pengaruh yang signifikan dari usia terhadap celebrity worship
pada penggemar K-Pop
BAB 3
METODE PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja penggemar K-Pop di
Indonesia yang berusia 15 hingga 22 tahun. Sampel yang digunakan adalah non
google form sejak 24 September 2018 hingga 2 Oktober 2018. Pada akhir
penutupan google form, didapat 322 sampel untuk dijadikan responden penelitian.
worship dan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
idolanya, yang terdiri dari aktifitas mencari tahu berita terbaru idola,
pathological.
30
31
melakukan attachment dengan orang lain, yang terdiri dari empat dimensi,
malah sebaliknya.
dengan orang tua, yang terdiri dari empat dimensi, yaitu: parental
individuation.
5. Variabel demografis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia. Usia
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggemar K-Pop yang berusia 15-
22 tahun.
skala model Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yang terdiri dari:
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)
autonomy. Alternatif jawaban ini dipilih dengan alasan untuk menghindari subjek
dengan skala yang akan digunakan dan diberikan melalui google form kepada
32
data, yaitu:
Lembar awal instrumen ini berisikan pernyataan kesediaan subjek untuk menjadi
responden dengan mengisi biodata, seperti: inisial nama, jenis kelamin, dan
usia.
2. Celebrity Worship
Attitude Scale (CAS) Maltby dkk (2005) yang berjumlah 22 item dan
Tabel 3.1
Sangat
Membicarakan idola dan menyenangkan
4, 9, 13, 7
Entertainment mengikuti berita tentang bergaul dengan
1. 15, 18,
Social mereka, mengetahui dan orang juga
21, 22* penggemar
menyukai idola.
idola saya.
1, 2, 3, Ketika suatu hal
Mencintai idola dan mulai 5, 6, 8, 11 baik terjadi
Intense- pada idol, saya
2. muncul perasaan posesif 10, 11,
Personal juga ikut
dengan idola. 14, 16,
merasakannya.
19
Jika saya cukup
beruntung untuk
bertemu idol
Borderline Berimajinasi hal yang tidak 7, 12, dan dia
3. meminta untuk
Pathological mungkin dengan idola. 17, 20 4
melakukan hal
ilegal, saya
mungkin akan
melakukannya.
Jumlah 22
Keterangan : tanda (*) untuk item unfavourable
33
3. Attachment Style
Questionnaire (ASQ) dari Van Oudenhoven dkk yang dibuat tahun 2003 (Hofstra
dkk, 2005). Alat ukur ini terdiri dari 24 item untuk mengukur empat dimensi yang
terdiri dari: secure, fearful, preoccupied, dan dismissing dan diadaptasi kedalam
bahasa Indonesia.
Tabel 3.2
Blue Print Attachment Style
4. Self-Esteem
Instrumen alat ukur self-esteem yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
adaptasi dari skala Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh
Rosenberg pada tahun 1965. Alat ukur ini terdiri dari 10 item dan diadaptasi
Tabel 3.3
Blue Print Self-Esteem
No Dimensi Indikator No Item Jumlah Contoh Item
Saya merasa
1, 2*, 3, 4, memiliki
1. Self-esteem Sikap positif atau negatif 5*, 6*, 7, 10 sejumlah
terhadap dirinya sendiri. 8*, 9*, 10 kualitas yang
baik.
Jumlah 10
Keterangan : tanda (*) untuk item unfavorable
5. Emotional Autonomy
Instrumen alat ukur emotional autonomy yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari skala Emotional Autonomy Scale (EAS) yang dikembangkan oleh
Tabel 3.4
Blue Print Emotional Autonomy
Alat ukur ini terdiri dari 20 item yang berasal dari empat dimensi, yaitu dimensi
dan individuation.
attachment style, self-esteem, dan emotional autonomy. Teknik CFA ini memiliki
beberapa prosedur menurut Umar (yang dikutip dalam Suryadi, et.al., 2014).
1. Menyusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak
diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item (stimulus)
sebagai indikatornya.
(hipotesis) bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang
teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya
5. Langkah terakhir setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T
skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan
− Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji, dimana hal tersebut
terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran (residual).
signifikan (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) tidak
ditolak. Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak
signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur, bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya. Melihat
signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat
nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t>1,96
8. Selanjutnya, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, dimana item tersebut bersifat positif (favorable).
yang berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Karena, item tersebut,
selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain. adapun,
Penulis menguji variabel celebrity worship yang terdiri dari 22 item untuk
mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. setelah dilakukan modifikasi
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari 22 item yang mengukur celebrity
worship, terdapat satu item tidak signifikan (t<1,96). Sehingga, satu item tersebut
digugurkan.
Penulis menguji variabel secure yang terdiri dari tujuh item untuk mengetahui
apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
secure. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-
value=0.05893, RMSEA=0.048.
39
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa terdapat 6 item yang bermuatan positif dan
signifikan, sementara 1 item lainnya memiliki nilai t<1,96 dan tidak signifikan
Penulis menguji variabel fearful yang terdiri dari lima item untuk mengetahui
apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
fearful. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-
Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
40
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur fearful, semua
Penulis menguji variabel preoccupied yang terdiri dari tujuh item untuk
mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya
Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
41
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur preoccupied,
semua item signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.
Penulis menguji variabel dismissing yang terdiri dari lima item untuk mengetahui
apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
dismissing. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-
RMSEA=0.04.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
42
Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur dismissing,
Penulis menguji variabel self-esteem yang terdiri dari 10 item untuk mengetahui
apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur self-
esteem. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi
value=0.17107, RMSEA=0.031.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
43
Berdasarkan tabel 3.10 terlihat bahwa 5 item tidak signifikan (t<1,96), sehingga
digugurkan.
Penulis menguji variabel parental deidealization yang terdiri dari lima item untuk
mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali, maka diperoleh model fit dengan
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur parental
deidealization digugurkan.
44
Penulis menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
on parents yang dilakukan dengan model fit, satu faktor menghasilkan model
Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 2 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0, df=0,
P-value=1, RMSEA=0.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan t-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1,96),
Penelitu menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
parents as people yang dilakukan dengan model fit, satu faktor menghasilkan
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali, maka diperoleh model fit dengan
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan
faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.12 terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur perceives
parents as people, hanya 1 item tidak signifikan (t<1,96) sehingga digugurkan dan
Penelitu menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
dengan model fit, satu faktor menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-
RMSEA=0.
yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau
tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika
nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel
3.13 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1,96), sehingga tidak ada yang
digugurkan.
Teknik analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dalam
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaaruh dari sekumpulan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut ini
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 + b9 X9 +
b10 X10 + e
Keterangan:
Y : Celebrity worship
a : Konstanta/intercept
b : Koefisien regresi
47
X5 : Self-esteem
X10 : Usia
e : Residu
product moment seluruh variabel penelitian. Tujuan dilakukan langkah ini karena
2015) berikut:
SSreg
R =
SSy
/
F =
1− − −1
Dimana k adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F
signifikan terhadap DV, maka penulis melakukan uji t. Uji t dalam penelitian ini
b
t=
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. hasil
uji ini akan diperoleh dari hasil regresi. Perhitungan statistik tersebut akan
sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 322 orang. Adapun
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek
berdasarkan tahap perkembangan remaja madya dan remaja akhir dengan rentang
menjadi dua yaitu kategori responden remaja madya (15-18 tahun) dan responden
remaja akhir (19-22 tahun). Pada kategori sedangkan pada kategori remaja madya
(15-18 tahun) diketahui ada sebanyak 121 pegawai dengan presentase sebesar
37,6% dan pada kategori remaja akhir (19-22 tahun) diketahui ada sebanyak 201
49
50
Dari tabel 4.3 dapat diketahui perbedaan usia pada aktivitas celebrity worship.
Mean celebrity worship pada usia 15-18 tahun lebih besar daripada 19-22 tahun,
yaitu 50,0159 yang artinya, usia 15-18 tahun lebih sering melakukan celebrity
worship dibandingkan dengan 19-22 tahun yang memiliki mean sebesar 49,2806.
Kemudian, dari analisis independent t-test (terlampir) terlihat bahwa jenis kelamin
memiliki signifikansi sebesar 0,117 yang artinya, tidak ada perbedaan yang
celebrity worship.
individuation diklasifikasikan menjadi dua skor, yaitu rendah dan tinggi. Berikut
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Celebrity Worship 322 19,60 73,31 50,0000 9,35097
Secure 322 26,05 70,23 50,0000 7,81075
Fearful 322 23,21 69,40 50,0000 8,94383
Preoccupied 322 19,75 65,54 50,0000 9,16150
Dismissing 322 23,88 69,90 50,0000 8,22201
Self-esteem 322 16,72 74,56 50,0000 8,62648
Nondependency 322 27,49 69,05 50,0000 8,09527
on Parents
Perceive Parents 322 30,23 79,74 50,0000 7,52525
As People
Individuation 322 19,14 67,83 50,0000 8,05866
Valid N (listwise) 322
Dari tabel 4.2 dapat diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel.
Kolom N menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 322. Kolom
minimum dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap
minimum dengan nilai 19,60 dan nilai maksimum 73,31, kedua variabel secure
memiliki nilai minimum 26,05 dan nilai maksimum 70,23. Ketiga, fearful
memiliki nilai minimum 23,21 dan nilai maksimum 69,40. Keempat, preoccupied
memiliki nilai minimum 19,75 dan nilai maksimum 65,54. Kelima, dismissing
memiliki nilai minimum 23,88 dan nilai maksimum 69,90. Keenam, self-esteem
69,05. Kedelapan, perceive parents as people memiliki nilai minimum 30,23, dan
norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Kategorisasi Rumus
Rendah X< (M – 1SD)
Sedang (M – 1SD) ≤ X ≤ (M+1SD)
Tinggi X < (M – 1SD)
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Frekuensi
Variabel
Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Celebrity Worship 51 (15,8) 217 (67,4) 54 (16,8)
Secure 30 (9,3) 261 (81,1) 31 (9,6)
Fearful 50 (15,5) 225 (69,9) 47 (14,6)
Preoccupied 54 (16,8) 214 (66,5) 53 (16,5)
Dismissing 31 (9,6) 243 (75,5) 48 (14,9)
Self-Esteem 36 (11,2) 261 (81,1) 25 (7,8)
Nondependency on 36 (11,2) 256 (79,5) 29 (9)
Parents
Perceive Parents as 23 (7,1) 266 (82,6) 33 (10,2)
People
Individuation 29 (9) 270 (83,9) 23 (7,1)
tingkat yang sedang yaitu 217 orang (67,4%). Namun demikian, tingkat
sedangkan responden dengan tingkat secure yang sedang berjumlah 261 orang
bahwa mayoritas secure berada pada tingkat yang sedang yaitu 261 orang
sedangkan responden dengan tingkat fearful yang sedang berjumlah 225 orang
bahwa mayoritas fearful berada pada tingkat yang sedang yaitu 225 orang
yaitu 214 orang (66,5%). Namun demikian, tingkat preoccupied rendah (16,8%)
yaitu 243 orang (75,5%). Namun demikian, tingkat dismissing tinggi (14,9%)
yaitu 261 orang (81,1%). Namun demikian, tingkat self-esteem rendah (11,2%)
sedang berjumlah 256 orang (79,5%) dan tinggi berjumlah 29 orang (9%).
berada pada tingkat yang sedang yaitu 256 orang (79,5%). Namun demikian,
yang sedang berjumlah 266 orang (82,6%) dan tinggi berjumlah 33 orang
people berada pada tingkat yang sedang yaitu 266 orang (82,6%). Namun
yaitu 270 orang (83,9%). Namun demikian, tingkat individuation tinggi (9%)
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, teknik analisis regresi dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 16 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam
regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R Square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Tabel R-Square
Adjusted R Std. Error of the Sig. F
Model R R Square
Square Estimate Change
1 ,322a ,104 ,078 8,97891 ,000
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency on Parents,
Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship
56
Dari tabel dapat dilihat bahwa perolehan R-Square sebesar 0.104 atau 10,4%.
Artinya proporsi dari celebrity worship yang dijelaskan oleh variabel attachment
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua adalah
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan Independent variable terhadap Dependent
variabel
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2914,741 9 323,860 4,017 ,000a
Residual 25153,699 312 80,621
Total 28068,440 321
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency on
Parents, Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship
Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai Sig. adalah sebesar
0.000. dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig <0.05, maka hipotesis nol yang
variable. Jika nilai Sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
t Sig.
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,454 9,120 3,010 ,003
Secure ,032 ,072 ,027 ,445 ,657
Fearful ,134 ,070 ,128 1,920 ,056
Preoccupied ,206 ,062 ,202 3,308 ,001*
Dismissing ,104 ,071 ,092 1,479 ,140
Self-Esteem ,068 ,065 ,063 1,045 ,297
Nondependency on
Parents -,103 ,068 -,089 -1,506 ,133
Perceive Parents as
People -,023 ,070 -,019 -,331 ,741
Individuation ,069 ,072 ,060 ,958 ,339
Usia -1,121 1,058 -,058 -1,060 ,290
lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan bahwa dari 9 variabel hanya 1
58
1. Nilai koefisien regresi pada variabel secure sebesar + 0,032 dengan nilai
diterima, yang berarti secure memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
celebrity worship.
2. Nilai koefisien regresi pada variabel fearful sebesar + 0,134 dengan nilai
diterima, yang berarti fearful memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
celebrity worship.
3. Nilai koefisien regresi pada variabel preoccupied sebesar + 0,206 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak,
4. Nilai koefisien regresi pada variabel dismissing sebesar + 0,104 dengan nilai
5. Nilai koefisien regresi pada variabel self-esteem sebesar + 0,068 dengan nilai
dengan nilai signifikansi sebesar 0,133 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis
0,023 dengan nilai signifikansi sebesar 0,741 (p > 0,05). Dengan demikian
8. Nilai koefisien regresi pada variabel individuation sebesar + 0,069 dengan nilai
9. Nilai koefisien regresi pada variabel usia sebesar – 1,121 dengan nilai
regresi satu persatu. Langkah ini dilakukan untuk melihat besarnya R-Square
Tabel 4.7
Proporsi Varian
Model Summary
Change Statistics
R Square Sig. F
F Change df1 df2
Model R R Square Change Change
1. .053a .003 .003 .916 1 320 .339
2. .230b .053 .050 16.842 1 319 .000*
3. .287c .082 .029 10.222 1 318 .002*
4. .296d .088 .005 1.887 1 317 .171
5. .304e .093 .005 1.695 1 316 .194
6. .312f .097 .005 1.690 1 315 .195
7. .312g .098 .000 .007 1 314 .932
8. .317h .101 .003 1.079 1 313 .300
9. .322i .104 .003 1.123 1 312 .290
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi koefisien regresi dari
5.2 Diskusi
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap celebrity worship dengan arah
penggemar k-pop, maka semakin tinggi tingkat celebrity worship yang dilakukan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Theran et.al (2010) yang
dengan idolanya. Hal ini terjadi karena remaja dengan preoccupied attachment
62
63
untuk berinteraksi.
yang tinggi dan bergantung pada penerimaan orang lain atas dirinya.
(menguntit idola baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media
memiliki arah hubungan yang negatif. Sedangkan variabel lainnya memiliki arah
hubungan positif.
worship adalah secure. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Giles dan
64
terhadap celebrity worship, ketika individu memiliki secure rendah maka akan
worship responden. Hal tersebut dapat terjadi bila individu yang memiliki secure
celebrity worship adalah fearful. Pada Roberts (2007) juga menjelaskan bahwa
bahwa fearful tidak memengaruhi celebrity worship responden. Hal tersebut dapat
terjadi karena walaupun reponden memiliki perasaan negatif pada dirinya dan
tidak pandai berbaur dengan lingkungan sekitarnya karena takut disakiti, tetapi hal
celebrity worship adalah dismissing. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
tinggi maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil
responden terbiasa mandiri dan memiliki rasa positif pada dirinya karena idola,
65
lingkungan sekitarnya.
terhadap celebrity worship adalah self-esteem. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi karena
memiliki responden laki-laki dan perempuan. Selain itu, responden bisa saja
terhadap celebrity worship adalah nondependency on parents. Hal ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Giles dan Maltby (2004) yang menyatakan bahwa
maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil
responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi bila
terhadap celebrity worship adalah perceives parents as people. Hal ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian Giles dan Maltby (2004) yang menyatakan bahwa
maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil
responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi bila
responden cukup dapat memahami perilaku atau sifat orang tua yang terkadang
bisa melakukan kesalahan, seperti misalnya orang tuanya terlalu sibuk bekerja dan
anak ini menjadi kurang perhatiannya. Walaupun anak ini menerima kalau orang
tuanya sibuk bekerja dan sangat jarang di rumah, tetapi di sisi lain ia merasa
terhadap celebrity worship adalah individuation. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
terjadi bila responden memilih bergantung pada orang tua, khususnya dalam
67
terhadap celebrity worship adalah usia. Berbeda dengan penelitian Houran et.al
(2005), yang menjelaskan bahwa usia, khususnya pada masa remaja memengaruhi
(2007) juga menjelaskan bahwa biasanya celebrity worship menurun seiring usia
menuju dewasa, tetapi pada beberapa orang tertentu, justru bertambahnya usia
Dari hasil diskusi yang telah peneliti paparkan, diketahui masih terdapat
perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Hal ini dapat
diantaranya yaitu jumlah item yang mungkin dirasa responden terlalu banyak,
sehingga saat mengisi mungkin merasa jenuh, selain itu responden ada yang tidak
teliti dan serius dalam mengisi kuesioner. Adanya keterbatasan penelitian ini
5.3 Saran
Pada bagian ini, saran dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu saran metodologis
dan saran praktis.Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat
68
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran metologis yang dapat
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan tidak lagi menggunakan google form demi
saat sudah diterjemahkan. Akan lebih baik bila melakukan penerjemahan alat ukur
preoccupied yang tinggi adalah dengan meningkatkan rasa percaya diri dan lebih
menghargai diri sendiri, agar individu tidak lagi selalu merasa orang lain lebih
baik darinya. Selain itu, mulai memperbanyak kegiatan sosial yang positif,
69
contohnya menjadi relawan untuk acara bakti sosial dan mengikuti pengajian
70
71
Frederika, E., Suprapto, M. H., & Tanojo, K. L. 2015. Hubungan antara harga diri dan
konformitas dengan celebrity worship pada remaja di surabaya. Jurnal Gema
Aktualita. 4 (1): 61.
Giles, D. C., & Maltby, J. (2004). The role of media in adolescent development:
Relations between autonomy, attachment, and interest in celebrities. Personality
and Individual Differences. 1-5.
Hamidah, T. (2018). Kepribadian pada celebrity worship. Buletin Konsorium Psikologi
Ilmiah Nusantara. 4(2): 1-3.
Heatherton, T. F. & Wyland, C. L. (2003). Assesing Self-esteem. In S. J. Lopez & C. R.
Synder (Eds.), Positive Psychology Assessment: A Handbook of Models and
Measures (219-233). Washington DC, US: American Psychological Association.
Hofstra, J., Van Oudenhoven, J. P., & Buunk, B. P. (2005). Attachment styles and
majority members’ attitudes towards adaptation strategies of immigrants.
International Journal of Intercultural Relations. 29: 601–619.
Holdcroft, B. B. (2006). What is religiosity. Journal of Catholic Education. 10(1): 89-103.
Houran, J., Navik, S., & Zerrusen, K. (2005). Boundary functioning in celebrity
worshippers. Personality and Individual Differences. 38: 237–248.
Krause, A. E., North, A. C, & Heritage, B. (2018). Musician interaction via social
networking sites: celebrity attitudes, attachment, and their correlates. Music &
Science. 1: 1–11.
Makki, S. (2019). Bahaya di balik fenomena candu k-pop. Diunduh pada tanggal 20
April 2 0 1 9 dari
https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20190202171900-227-365989/bahaya-di-
balik-fenomena-candu-kpop/2.
Maltby, J., Day, L., Mccutcheon, L. E., Gillet, R., Houran, J., & Ashe, D. D. (2004).
Personality and coping: A context for examining celebrity worship and mental
health. British Journal of Psychology. 95: 411-428.
Maltby, J. Giles, D., Barber, L., & McCutcheon, L. E. (2005). Intense-personal celebrity
worship and body image: Evidence of a link among female adolescents. British
Journal of Health Psychology. 10: 17-32.
Maltby, J. & Giles, D. (2008). Toward the Measurement and Profiling of Celebrity
Worship. In Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J. Stalking, Threatening,
and Attacking Public Figures: A Psychological and Behavioral Analysis. USA:
Oxford University Press.
Maltby, J., Houran, J., Lange, R., Ashe, D., & McCutcheon, L. E. (2002). Thou shalt
worship no other gods — unless they are celebrities: the relationship between
celebrity worship and religious orientation. Personality and Individual
Differences. 32: 1157–1172.
Mayseless, O. & Scharf, M. (2007). Adolescents’ attachment representations and their
capacity for intimacy in close relationships. Journal of Research on Adolescents.
17(2): 23-50.
McCutcheon, L. E. & Aruguete, M. S. (2014). Does “irresponsibility” predict the
addictive level of celebrity worship?. North American Journal of Psychology.
16(3): 519-530.
72
McCutcheon, L. E. & Aruguete, M. S. (2006). Exploring the link between attachment and
the inclination to obsess about or stalk celebrities. North American Journal of
Psychology. 8(2): 289-300.
McCutcheon, L. E., Aruguete, M. S., Jenkins, W., McCarley, N., & Yockey, R. (2016).
An investigation of demographic correlates of the celebrity attitude scale.
Interpersona, An International Journal on Personal Relationships. 10(2): 161–
170.
McCutcheon, L. E., Gillen, M. M., Browne, B. L., Murtagh, M. P., & Collison, B. (2016).
Intimate relationships and attitudes toward celebrities. Interpersona, An
International Journal on Personal Relationships. 10(1): 77–89.
McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement
of Celebrity Worship. British Journal of Psychology. 93: 67–87.
McElhaney, K. B., Allen, J. P., Stephenson, J. C., & Hare, A. L. (2009). Attachment and
Autonomy During Adolescence. In Lerner, R. M. & Steinberg, L. Handbook of
Adolescent Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J. (2008). Public Figure Stalking, Threats, and
Attacks: The State of the Science. In Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J.
Stalking, Threatening, and Attacking Public Figures: A Psychological and
Behavioral Analysis. USA: Oxford University Press.
Mruk, C. J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice: Toward a Positive
Psychology of Self-Esteem, 3rd edition. New York: Springer Publishing Company.
Olson, S. (2015). The psychological effects of idolatry: how celebrity crushes impact
children’s health. Diunduh pada tanggal 01 Desember 2018 dari
https://www.medicaldaily.com/psychological-effects-idolatry-how-celebrity-
crushes-impact-childrens-health-358604.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development, 11th edition.
New York: McGraw-Hill.
Reeves, R., Baker, G., & Truluck, C. (2012). Celebrity worship, materialism, compulsive
buying, and the empty self. Psychology and Marketing. 29(9): 674-679.
Roberts, K. A. (2007). Relationship attachment and the behaviour of fans towards
celebrities. Applied Psychology in Criminal Justice, 3(1): 54-74.
Rosenberg, M. (1965). Rosenberg self-esteem scale. Diunduh pada tanggal 01 Desember
2017 dari https://www.yorku.ca/rokada/psyctest/rosenberg.pdf.
Rosenberg, M. (1965). Society and the Adolescent Self-Image. New Jersey: Princeton
University Press.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi perbandingan hitungan
manual & spss. Jakarta: Kencana.
Steinberg, L. (2014). Adolescence, 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Steinberg, L & Silverberg, S. B. (1986). The vicissitudes of autonomy in early
adolescence. Child Development. 57(4): 841-851.
Tjandra, S. 2019. K-Pop tidak selalu membawa dampak negatif. Diunduh pada tanggal 20
April 2019 dari
https://www.kompasiana.com/sallytjj/5c651ece677ffb345b7fa67c/kpop-tidak-
selalu-membawa-dampak-negatif?page=all.
73
Theran, S. A., Newberg, E. M., & Gleason, T. R. (2010). Adolescent girls’ parasocial
interactions with media figures. The Journal of Genetic Psychology. 171(3): 270–
277.
Wong, H. (2019). K-pop fangirl spends rm44,000 on merchandise, dissapointed father
cries on national tv. Diunduh pada tanggal 24 Januari 2019 dari
https://www.worldofbuzz.com/k-pop-fangirl-spends-rm44000-on-merchandise-
dissapointed-father-cries-on-national-tv/
Yue, X. D., & Cheung, C. (2003). Identity achievement and idol worship among
teenagers in hongkong. International Journal of Adolescence and Youth. 11: 1–26.
Yuzhang, H & Xiaotian, F. (2002). Idol worship among the youth. Chinese Education &
Society. 35(6): 81-94.
74
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
No. HP :
75
Skala 1
Skala 2
Skala 3
Skala 4
17. Ada beberapa hal dari orang tua yang tidak akan
saya lakukan saat nanti menjadi orang tua.
Mohon periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada jawaban yang
terlewatkan
TERIMA KASIH
82
Lampiran 2
FR TD 13 4 TD 19 14 TD 18 13 TD 20 17 TD 16 7 TD 15 4 TD 22 6 TD 13 9 TD
18 9 TD 14 5 TD 18 4 TD 13 3 TD 21 8 TD 5 4 TD 11 9 TD 2 1 TD 17 12 TD 7 6
TD 22 13 TD 10 3 TD 14 12 TD 22 16 TD 22 11 TD 20 12 TD 10 2 TD 5 2 TD
20 10 TD 18 17 TD 21 14 TD 11 10 TD 13 5 TD 21 11 TD 5 3 TD 17 1 TD 18 6
TD 21 5 TD 15 5 TD 10 5 TD 11 8 TD 17 7 TD 19 11 TD 15 9 TD 18 2 TD 14 9
TD 19 9 TD 15 1 TD 15 13 TD 22 15 TD 16 15 TD 20 15 TD 21 13 TD 12 10 TD
21 3 TD 17 13 TD 17 3 TD 22 12 TD 6 3 TD 18 16 TD 8 5 TD 22 10 TD 17 10
TD 14 10 TD 12 9 TD 20 3 TD 18 8 TD 18 10 TD 22 8 TD 12 13 TD 18 12 TD
21 4 TD 10 1 TD 16 3 TD 16 10 TD 20 16 TD 13 10 TD 10 9 TD 22 20 TD 14 4
TD 4 1 TD 13 2 TD 4 2 TD 16 13 TD 19 15 TD 13 9 TD 13 8 TD 15 3
PD
OU SS TV MI
2. Syntax Secure
SECURE
DA NI=7 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=SECURE.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SECURE
FR TD 6 3 TD 3 1 TD 3 2
84
PD
OU SS TV MI
3. Syntax Fearful
F
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=FEARFUL.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
FEARFUL
FR TD 5 4 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
85
4. Syntax Preoccupied
PREOCC
DA NI=7 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=PR.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
PREOCC
FR TD 4 3
PD
OU SS TV MI
86
5. Syntax Dismissing
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=DM.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DISMIS
FR TD 4 3 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
87
6. Syntax Self-Esteem
SE
DA NI=10 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=SE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SE
FR TD 3 1 TD 6 4 TD 8 7 TD 10 1 TD 10 9 TD 9 4 TD 10 7 TD 8 2 TD 8 6 TD 6
1 TD 6 3 TD 9 5 TD 4 3 TD 9 3 TD 9 7 TD 8 1
PD
OU SS TV MI
88
Lampiran 3
Hasil Uji Hipotesis
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2914,741 9 323,860 4,017 ,000a
Residual 25153,699 312 80,621
Total 28068,440 321
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency
on Parents, Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship
93
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model Summary
Change Statistics
Std.
Error of R
R Adjusted the Square
Model R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change
a
1 .053 .003 .000 9.35219 .003 .916 1 320 .339
b
2 .230 .053 .047 9.12895 .050 16.842 1 319 .000
c
3 .287 .082 .074 8.99978 .029 10.222 1 318 .002
d
4 .296 .088 .076 8.98726 .005 1.887 1 317 .171
e
5 .304 .093 .078 8.97742 .005 1.695 1 316 .194
f
6 .312 .097 .080 8.96764 .005 1.690 1 315 .195
g
7 .312 .098 .077 8.98180 .000 .007 1 314 .932
h
8 .317 .101 .078 8.98067 .003 1.079 1 313 .300
i
9 .322 .104 .078 8.97891 .003 1.123 1 312 .290
Lampiran 4
Analisis Independent Sample Test
Usia
DCW Equal
variances 6.330 .012 -.149 320 .882 -.39376
assumed
Equal
variances not -.108 12.508 .916 -.39376
assumed