Anda di halaman 1dari 108

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CELEBRITY

WORSHIP

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Diah Rachmawati Putri


NIM : 11140700000019

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
MOTTO

“Pengetahuan tidak hanya didasarkan


pada kebenaran saja, tetapi juga
kesalahan”

Carl Gustav Jung

Skripsi ini saya persembahkan sebagai rasa syukur dan


terima kasih untuk keluarga, sahabat saya (alm.Gyari),
beserta semua orang yang selalu mendukung dalam
menyelesaikannya.

iv
ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi


(B) April 2019
(C) Diah Rachmawati Putri
(D) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Celebrity Worship
(E) xiii + 66 halaman + lampiran
(F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
celebrity worship. Celebrity worship merupakan hubungan parasosial antara
penggemar dan idolanya, dimana hanya penggemar yang mengenal baik sang
idola namun tidak sebaliknya. Penulis memiliki dugaan bahwa attachment
style (secure, fearful, preoccupied, dan dismissing), self-esteem, emotional
autonomy (parental deidealization, nondependency on parents, perceives
parents as people, dan individuation) dan usia mempengaruhi celebrity
worship.
Populasi pada penelitian ini adalah penggemar K-Pop di Indonesia berusia
15-22 tahun, sampel berjumlah 322 orang dengan teknik non-probability
sampling. Penulis mengadaptasi instrumen menggunakan skala celebrity
worship Maltby dkk (2005), skala attachment style Hofstra dkk (2005), skala
self-esteem Rosenberg (1965), dan skala emotional autonomy Steinberg &
Silverberg (1986).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh attachment style, self-
esteem, emotional autonomy, dan usia terhadap celebrity worship. Hasil uji
hipotesis menunjukkan bahwa preoccupied memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap celebrity worship. Sementara untuk secure, fearful,
dismissing, self-esteem, nondependency on parents, perceives parents as
people, individuation, dan usia tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan proporsi varians fator-faktor yang
mempengaruhi celebrity worship yang dijelaskan oleh seluruh variabel
independen adalah 10,4 %. Sedangkan 89,6 % sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan
menyebarkan kuesioner secara langsung dan dapat mengembangkan
penelitian ini dengan melibatkan variabel lain, seperti narsisme, kepribadian
eysenck, materialism, dan lain sebagainya.
(G) Bahan bacaan : 51; 10 buku + 33 jurnal + 6 situs + 2 tesis

v
ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology


(B) April, 2019
(C) Diah Rachmawati Putri
(D) Factors that Affect Celebrity Worship
(E) xiii + 66 pages + attachments
(F) This study was conducted to determined the continuing factors that affect
celebrity worship. Celebrity worship is parasocial relationship between fans
and idol, when just fans who knows the idol really well, not vice versa.The
author assume that attachment style (secure, fearful, preoccupied, and
dismissing), self-esteem, emotional autonomy (parental deidealization,
nondependency on parents, perceives parents as people, and individuation)
and age had significant effect in celebrity worship.
The population of this research is K-Pop fans in Indonesia 15-22 years old,
samples of 322 respondents who were taken with convenience sampling
technique. Researchers adapt the instrument using a scale of celebrity worship
Maltby dkk (2005), scale of attachment style Hofstra dkk (2005), scale of
self-esteem Rosenberg (1965), and scale of emotional autonomy Steinberg &
Silverberg (1986).
The results showed that there was influence of Attachment style, self-esteem,
emotional autonomy, and age on celebrity worship. Hypothesis test results
showed that preoccupied have a significant impact on celebrity worship. As
for secure, fearful, dismissing, self-esteem, nondependency on parents,
perceives parents as people, individuation, and age does not have a significant
impact. The results also show the proportion of variance expectations of
factors that affect celebrity worship described by all independent variables
was 10,4%. While the remaining 89,6% is influenced by other variables
outside of this research. Future studies are expected to give questionnaire
direct to respondent and develop this research with the involvement of other
variables, such as narcissm, eysenck personality, materialism and so on.
(G) Reading materials : 51 ; 10 books + 33 journals + 6 websites + 2 thesis

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Ta’la yang tak henti-hentinya menurunkan nikmat dan
berkah yang senantiasa dirasakan oleh penulis. Salah satu berkah yang penulis
rasakan adalah dapat menempuh perkuliahan dengan baik dan lancar tanpa ada
suatu kendala yang berarti, dan diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas
akhir berupa skripsi ini. Tercurah shalawat serta salam untuk manusia terbaik
sepanjang zaman dan berakhlak sempurna, Baginda Nabi Muhammad Salallahu
‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya. Semoga kelak penulis dapat
berkumpul bersama di surga kelak.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tak lepas dari bantuan berbagai pihak,
baik dalam dukungan moril, materiil dan do’a. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024, beserta jajarannya.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas segala bimbingan, nasihat serta motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak saran dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua yang penulis banggakan, Bapak Ir. Susetijo Darmo dan
Ibu Ir. Prasetya Widalia. Terima kasih telah merawat dan membimbing
penulis sehingga bisa menyelesaikan pendidikan saat ini. Juga kepada
kakak saya, Rizki Setyowati Putri, S.Psi, yang sudah memberikan
dukungan selama ini.
5. Sahabat terbaik yang sudah berada di sisi Allah SWT, alm. Gyari Khoirul
Pahmi. Terima kasih banyak karena sempat menjadi motivator, sahabat,
dan saudara terbaik yang selalu berada dengan penulis saat sedang
kesusahan. Semoga dirimu tenang di alam sana dan kita dapat bertemu
kembali di surga nantinya.

vii
6. Orang-orang hebat yang sudah sangat mengenal penulis sejak awal kuliah,
selalu ada saat penulis dalam keadaan sulit, memberi semangat, dukungan,
dan motivasi dengan tulus, Inay, Fitri, dan Kaneki. Terima kasih atas
segalanya.
7. Terima kasih juga kepada Fujiyama, Alam, dan Tanuki yang juga sering
memberi semangat, motivasi, dan membantu penulis dalam berbagai hal.
8. Keluarga besar PSM UIN JAKARTA dan PSP UIN JAKARTA yang
selalu menjadi tempat nyaman untuk kembali, tempat dimana penulis
pernah belajar banyak ilmu bermanfaat tentang dunia paduan suara dan
kekeluargaan. Selain itu, terkhusus untuk angkatan CILPACASTRA dan
AVANT-GARDE, khususnya Armix, Erhu, Purbaka, Tamila, Dosbel,
Scherzo, Celesta, dan JZ, kalian telah memberikan banyak kebahagiaan di
tahun lalu maupun di tahun-tahun berikutnya, semoga kalian dapat terus
bersinar dan mengharumkan nama PSM maupun PSP UIN JAKARTA.
9. Teman-teman PSYCHO-J yang pernah menjadi tempat dimana penulis
pernah belajar banyak ilmu bermanfaat tentang budaya Jepang dan
solidaritas.
10. Teruntuk semua responden yang telah memberikan waktunya untuk
membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini.

Terakhir, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang. Karya ini masih memiliki banyak kekurangan serta keterbatasan. Penulis
menerima kritik dan saran yang membangun agar karya ini semakin baik.

Jakarta, 11 April 2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
PERNYATAAN ORISINALITAS iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 6
1.2.1 Pembatasan masalah ........................................................... 6
1.2.2 Perumusan masalah ............................................................ 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................ 7
1.3.2 Manfaat penelitian .............................................................. 8

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Celebrity Worship 9-14
2.1.1 Pengertian.......................................................................... 9
2.1.2 Dimensi ............................................................................. 10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi .................................... 10
2.1.4 Pengukuran........................................................................ 14
2.2 Attachment Style 15-17
2.2.1 Definisi ............................................................................... 15
2.2.2 Dimensi ............................................................................... 16
2.2.3 Pengukuran ....................................................................... 17
2.3 Self-esteem 18-20
2.3.1 Definisi ............................................................................... 19
2.3.2 Dimensi ............................................................................... 19
2.3.3 Pengukuran ....................................................................... 20
2.4 Emotional Autonomy 21-30
2.4.1 Definisi ............................................................................... 21
2.4.2 Dimensi ............................................................................... 21
2.4.3 Pengukuran ....................................................................... 22
2.6 Kerangka Berpikir ......................................................................... 23
2.7 Hipotesis........................................................................................ 28

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 30

ix
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 30
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 31
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................. 35
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Celebrity worship .......................... 37
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Attachment Style ............................ 38
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Self-esteem.................................... 42
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Emotional Autonomy .................... 43
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Subjek Penelitian .......................................................... 49
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 50
4.3 Kategorisasi Skor ........................................................................... 52
4.4 Uji Hipotesis Penelitian.................................................................. 55
4.4.1 Analisis regresi ..................................................................... 55
4.5 Pengujian Proporsi Varians ............................................................ 59

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................... 62
5.2 Diskusi .......................................................................................... 62
5.3 Saran.............................................................................................. 68
5.3.1 Saran metodologis................................................................ 68
5.3.2 Saran praktis ........................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70


LAMPIRAN ...................................................................................................... 74

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Celebrity Worship .............................................................. 32


Tabel 3.2 Blue Print Attachment Style ................................................................ 33
Tabel 3.3 Blue Print Self-Esteem ........................................................................ 34
Tabel 3.4 Blue Print Emotional Autonomy ......................................................... 34
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item untuk Celebrity Worship .................................... 37
Tabel 3.6 – 3.10 Muatan Faktor Item untuk Attachment Style........................... 39
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item untuk Self –Esteem ........................................... 46
Tabel 3.12-3.14 Muatan Faktor Item untuk Emotional Autonomy ..................... 47
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek ................................................................... 55
Tabel 4.2 Tabel Analisis Uji Beda Usia ............................................................. 56
Tabel 4.3 Tabel Analisis Deskriptif ................................................................... 57
Tabel 4.4 Norma Skor Variabel ......................................................................... 58
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 58
Tabel 4.6 Tabel R Square ................................................................................... 60
Tabel 4.7 ANOVA ............................................................................................. 61
Tabel 4.8 Koefisien Regresi ............................................................................... 62
Tabel 4.9 Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing IV ................................ 64

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................ 28

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner 74
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram Celebrity Worship 82
Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram Attachment Style 83
Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram Self-Esteem 87
Lampiran 5 Syntax dan Path Diagram Emotional Autonomy 88
Lampiran 6 Output Regresi 92
Lampiran 7 Tabel Independent t-test 94

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu fenomena menarik di kalangan anak muda Indonesia pada beberapa

tahun terakhir ini adalah sikap fanatik atau tergila-gila pada kebudayaan Korea,

yang biasa disebut korean wave atau hallyu wave. Hal ini sudah terjadi kurang

lebih lima tahun terakhir, banyak anak muda yang menjadi penggemar idola

Korea di dunia musik. Salah satunya adalah munculnya korean pop atau biasa

disebut dengan K-Pop (Hamidah, 2018).

Dikutip dari cnnindonesia.com, dijelaskan oleh Adella, seorang dosen

psikologi Universitas Atma Jaya, bahwa lebih banyak remaja Indonesia bertahan

menyukai lagu K-Pop daripada lagu barat karena didukung oleh segala aspek,

baik itu media sosial maupun kerjasama bisnis dalam bentuk entertainment, secara

produktif dan terus-menerus. Terdapat beberapa sisi positif menjadi penggemar

K-Pop yaitu dapat mengenal dan mempelajari budaya dan bahasa negara lain

(Korea Selatan), menambah teman sesama penggemar K-Pop, dan menjadi

inspirasi dalam hal berbusana dan dandan (kompasiana.com).

Namun, bila rasa keidolaan menjadi berlebihan dan masuk ke ranah

negatif, kerap ditemukan berbagai kasus melibatkan penggemar K-Pop remaja

yang mengidolakan berlebihan hingga menimbulkan masalah psikologis ataupun

dalam kehidupannya (cnnindonesia.com). Penulis sendiri telah bertemu langsung

dengan sejumlah penggemar K-Pop Indonesia yang memiliki kisah tak biasa,

1
2

seperti mulai dari mengejar idola hingga rela menginap satu hotel, mengeluarkan

uang ratusan juta untuk membeli album demi kesempatan mendapat tanda tangan,

hingga merasa ‘tidur dengan idola’ hanya karena posternya mengarah ke hadapan

tempat tidurnya. Tidak hanya itu, penggemar juga rela menunggu berjam-jam (di

bandara misalkan) untuk menyambut kedatangan idola, serta ada juga penggemar

yang menyakiti diri sendiri kala idolanya meninggal dunia (cnnindonesia.com).

Hamidah (2018) menjelaskan bahwa masyarakat menganggap pengggemar

K-Pop sering bersikap berlebihan, delusinonal, histeris, obsesif, adiktif, dan

konsumtif. Penggemar K-Pop dikenal gemar menghambur-hamburkan uang untuk

membeli tiket konser, merchandise, album, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

idola. Selain itu, mereka merasa memiliki hubungan spesial dengan idola, bahkan

ada penggemar yang tidak membiarkan sang idola menjalin hubungan spesial

dengan orang lain (Hamidah, 2018). Yue dan Cheung (2003) menemukan bahwa

di Hong Kong, para penggemar lebih memperhatikan idola favorit mereka

dibandingkan diri sendiri, sehingga cenderung mengalami kebingungan mengenai

tujuan hidup, karir, dan kepercayaan (belief) mereka. Berdasarkan berbagai

fenomena yang dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa penggemar K-Pop di

Indonesia telah menggambarkan beberapa gejala yang mengalami celebrity

worship.

Maltby et.al (2004) menjelaskan bahwa tidak hanya karena adanya minat

yang meningkat pada idola (pada penggemar dan liputan media), tetapi juga faktor

psikologis dapat menjadi penyebab munculnya celebrity worship. Maltby et.al

(2005) menjelaskan bahwa celebrity worship adalah hubungan parasosial antara


3

penggemar dan idolanya, semacam hubungan satu arah dimana hanya penggemar

yang mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya. Maltby et.al (2005)

menjelaskan tiga dimensi pada celebrity worship; Tingkat celebrity woship yang

rendah dinilai dari dimensi entertainment-social, merefleksikan aspek sosial dari

celebrity worship, penggemar hanya tertarik pada idola karena kemampuan

mereka untuk menghibur dan menarik perhatian. Selanjutnya, tingkat celebrity

woship menengah yaitu dimensi intense-personal, ditandai oleh perasaan pribadi

penggemar yang lebih intens, mencerminkan perasaan intensif, kompulsif, dan

muncul kecenderungan untuk obsesif pada idola. Terakhir, tingkat celebrity

woship tinggi yaitu dimensi borderline-pathological, dianggap mencerminkan

sikap dan perilaku sosial-patologis pada penggemar.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi munculnya celebrity

worship. Faktor pertama yang akan dibahas yaitu attachment style. Menurut

Hofstra, Van Oudenhoven, dan Buunk (2005), attachment style merupakan

mekanisme attachment yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi

yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model

of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Pada penelitian yang

dilakukan Giles dan Maltby (2005), ditemukan hasil yang menyatakan bahwa

attachment style berpengaruh signifikan terhadap celebrity worship. Menurut

Theran et.al (2010), remaja dengan preoccupied attachment style cenderung

memandang dirinya negatif, tidak pantas mendapat ketulusan dan kasih sayang

orang lain. Di sisi lain, ia memiliki ekspektasi, berharap lingkungan menganggap

dirinya dan menerima eksistensi dirinya. Namun, karena lingkungan menolak


4

keberadaannya, membuat individu tersebut menjadikan idola favoritnya sebagai

seseorang yang dipandang positif dan membuatnya nyaman untuk berinteraksi

(Theran et.al, 2010). Tidak hanya itu, individu juga memungkinkan menjadi

stalker (penguntit) idolanya di manapun dan kapan pun (Meloy et.al, 2008).

Faktor kedua yang memengaruhi celebrity worship yaitu self-esteem.

Rosenberg (1965) menjelaskan bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang

tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Terdapat penelitian

yang menunjukkan self-esteem merupakan prediktor yang signifikan terhadap

celebrity worship pada mahasiswa wanita di southeastern university (Reeves et.al,

2012). Pada Derrick et.al (2008), dijelaskan bahwa orang-orang yang memiliki

self-esteem rendah sulit bersenang-senang karena ketakutan mereka akan

penolakan atau merefleksikan diri ke arah ideal self. Dalam hal ini, celebrity

worship, di sisi lain, menghadirkan sedikit atau bahkan tidak ada ancaman untuk

merendahkan self-esteem penggemar. Sehingga, mereka yang self-esteem rendah

dapat merasa terhubung secara aman dan menganggap idola merupakan gambaran

ideal self sesuai dengan yang diinginkan (Derrick et.al, 2008).

Faktor selanjutnya yang memengaruhi celebrity worship yaitu emotional

autonomy. Steinberg (2014), menjelaskan bahwa emotional autonomy adalah

perilaku kemandirian terkait perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang

tua. Terdapat hasil sebuah studi bahwa emotional autonomy yang tinggi

berpengaruh signifikan terhadap celebrity worship pada anak sekolah berusia 11-

16 tahun di Inggris (Giles & Maltby, 2004). Tingginya emotional autonomy,

khususnya pada fase parental deidealization (masa dimana remaja tidak


5

menganggap orang tua sebagai sosok ideal dan sempurna), sehingga idola

mengambil alih peran orang tua dan menjadi role model (panutan), guru, dan

motivator dalam kehidupan remaja (Giles & Maltby, 2004). Di saat yang

bersamaan, remaja juga sedang memasuki fase kritis dalam pencarian identitas

dan bertahap menuju kemandirian dari orang tua. Peningkatan penggunaan media

sosial pada remaja dikarenakan mereka lebih banyak menghabiskan waktu

sendirian di kamar tidur untuk mencari segala informasi mengenai idolanya

daripada berkumpul bersama orang tua. (Giles & Maltby, 2004).

Faktor terakhir yang memengaruhi celebrity worship yaitu usia. Menurut

Houran et.al (2005), usia signifikan memengaruhi celebrity worship. Rata-rata,

remaja yang banyak memiliki perilaku celebrity worship (Houran et.al, 2005).

Menurut Frederika, Suprapto, dan Tanojo (2015), demam idola sedang mewabah

di Indonesia yang umumnya menyerang golongan remaja. Fenomena celebrity

worship terjadi lebih banyak pada remaja daripada orang yang lebih tua, hal ini

terjadi karena remaja bisa menjadi celebrity worshippers dengan gejala ‘game-

playing’ love style (menganggap idola adalah pasangannya, berpura-pura kalau

mereka saling jatuh cinta), dan dipengaruhi religiusitas yang rendah (Maltby et.al,

2004).

Berdasarkan fenomena, data dan beberapa penelitian yang telah dilakukan,

peneliti tertarik dan merasa penting untuk melakukan penelitian mengenai

keputusan orang tua untuk mengizinkan anak berkendara sepeda motor. Maka,

peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Celebrity Worship.”
6

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Adapun pembatasan masalah secara singkat yang akan digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut.

1. Celebrity worship yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hubungan

parasosial antara penggemar dan idolanya, dimana hanya penggemar yang

mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya.

2. Attachment style yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mekanisme

kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi yang

menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model

of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak).

3. Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian seseorang

tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.

4. Emotional autonomy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya

aspek kemandirian yang menimbulkan perubahan dalam hubungan dekat

seseorang, khususnya dengan orang tua.

5. Variabel demografis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia.

Usia, bilangan kontinum yang mengukur waktu keberadaan individu sejak dia

lahir hingga waktu usia dihitung.

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang sudah dipaparkan di

atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.


7

1. Apakah ada pengaruh dari variabel attachment style (secure, fearful,

preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, variabel emotional

autonomy (parental deidealization, nondependency on parents, perceives

parents as people, dan individuation), dan usia terhadap celebrity worship

pada penggemar K-Pop?

2. Seberapa besar sumbangan attachment style (secure, fearful, preoccupied,

dan dismissing), variabel self-esteem, variabel emotional autonomy (parental

deidealization, nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation), dan usia terhadap celebrity worship pada penggemar K-Pop?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya oleh peneliti,

maka penelitian ini bertujuan untuk menguji:

1. Untuk menguji pengaruh penuh dari variabel attachment style (secure, fearful,

preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, variabel emotional

autonomy (parental deidealization, nondependency on parents, perceives

parents as people, dan individuation), dan usia terhadap celebrity worship pada

penggemar K-Pop.

2. Besar sumbangan attachment style (secure, fearful, preoccupied, dan

dismissing), variabel self-esteem, variabel emotional autonomy (parental

deidealization, nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation), dan usia terhadap celebrity worship pada penggemar K-Pop.


8

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun

praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan

teori-teori psikologi, karena masih jarangnya penelitian yang membahas

mengenai celebrity worship di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

baik untuk orang tua maupun individu. Bagi orang tua, penelitian ini dapat

memberikan pengetahuan terkait bentuk dari celebrity worship serta faktor

yang melatarbelakanginya. Selain itu, informasi dari hasil penelitian ini dapat

dijadikan evaluasi untuk mengurangi tingkat celebrity worship pada remaja k-

popers. Sedangkan bagi individu, dapat memberikan pengetahuan serta

informasi terkait celebrity worship beserta faktor yang memengaruhinya.


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Celebrity Worship

2.1.1 Pengertian celebrity worship

Maltby et.al (2005) menjelaskan bahwa celebrity worship adalah hubungan

parasosial antara penggemar dan idolanya, dimana hanya penggemar yang

mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya. McCutcheon et.al (2016)

menjadikan absorption-addiction model untuk menjelaskan celebrity worship.

Berdasarkan pada model tersebut, individu yang sedang dalam pencarian jati diri

akan lebih mudah untuk mengagumi idolanya. Absorption disini dijabarkan

sebagai memberikan perhatian dan kekaguman kepada idolanya. Individu dengan

tingkat celebrity worship tertinggi akan memiliki rasa percaya diri berlebihan

dengan merasa memiliki hubungan spesial dengan idolanya. Orang dengan tingkat

celebrity worship yang lebih tinggi juga dianggap memiliki struktur pemikiran

secara keliru, yang percaya bahwa mereka memiliki hubungan khusus atau ikatan

dengan idola.

Aspek adiktif dari celebrity worship yaitu ketika individu tersebut sudah

masuk terlalu dalam dengan kekaguman pada idola dan bahkan membutuhkan

bukti yang lebih kuat untuk menambah kepercayaannya pada hubungan yang

dirasakan dengan idola. Kebutuhan ini dapat memperkuat keyakinan yang salah

tentang hubungan dan menimbulkan perilaku menyimpang yang lebih ekstrem.

Sedangkan, menurut Maltby et.al (2003), celebrity worship adalah perilaku obsesi

9
10

seseorang untuk selalu terlibat di setiap kehidupan idola dan menjadi membawa

pengaruh dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam penelitian ini celebrity worship diambil dari pengertian yang

disampaikan oleh Maltby et.al (2005) yang menjelaskan bahwa celebrity worship

adalah hubungan parasosial antara penggemar dan idolanya, dimana hanya

penggemar yang mengenal baik sang idola namun tidak sebaliknya.

2.1.2 Dimensi celebrity worship

Terdapat tiga dimensi menurut Maltby et.al (2005), yaitu:

1. Entertainment-social, muncul perilaku tertarik pada idola karena kemampuan

mereka untuk menghibur dan menarik perhatian.

2. Intense-personal, ditandai oleh perasaan pribadi penggemar yang lebih intens,

kompulsif, dan muncul kecenderungan untuk obsesif pada idola.

3. Borderline-pathological, dianggap mencerminkan sikap dan perilaku sosial-

patologis pada penggemar.

2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi celebrity worship

Faktor-faktor yang memengaruhi celebrity worship dibedakan menjadi dua, yaitu

faktor internal dan eksternal, berikut adalah rinciannya.

1. Faktor Internal

Faktor internal pada diri seseorang dapat memengaruhi celebrity worship, karena

internal seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor internal yang dapat

memengaruhi celebrity worship.


11

1. Usia

Menurut Houran dkk (2005), usia mempengaruhi celebrity worship, khususnya

pada dimensi entertainment-social dan intense-personal untuk generasi remaja

dan dimensi borderline-pathological pada generasi dewasa.

2. Irresponsibility personality

McCutcheon dkk (2014) menemukan, pada penelitian yang menggunakan sampel

263 mahasiswa dari universitas di Amerika Serikat, Barbados, Jamaika, dan New

Zealand, dilihat dari model regresi pertama, ditemukan bahwa BIS (impulsivness)

menjadi prediktor terhadap CAS (celebrity worship). Kemudian, pada model

kedua, ditemukan bahwa BIS (impulsivness), BSSS (sensation seeking), dan CFC

(pertimbangan mengenai konsekuensi masa depan) menjadi prediktor pada CAS,

khususnya pada dimensi borderline pathological.

3. Self-Esteem

Rosenberg (1965) menjelaskan bahwa self-esteem adalah penilaian seseorang

tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Sehingga, mereka

yang self-esteem rendah merasa menganggap idola merupakan gambaran ideal self

sesuai dengan yang diinginkan dan membuatnya merasa nyaman untuk melakukan

celebrity worship. Terdapat penelitian yang menunjukkan self-esteem merupakan

prediktor yang signifikan terhadap celebrity worship pada mahasiswa di

southeastern university (Reeves dkk, 2012).

4. Emotional Autonomy

Steinberg (2014), menjelaskan bahwa emotional autonomy yaitu aspek

kemandirian terkait perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang lain,


12

khususnya orang tua. Perkembangan emotional autonomy merupakan suatu proses

"individuasi", bagaimana seorang remaja mandiri dari orang tuanya (Beyers dkk,

2005). Terdapat hasil sebuah studi bahwa emotional autonomy yang tinggi

berpengaruh signifikan terhadap celebrity worship pada anak sekolah berusia 11-

16 tahun di Inggris (Giles & Maltby, 2004).

5. Attachment Style

Attachment style adalah mekanisme yang dilihat dari dua model utama: model of

self (pribadi yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau

tidak) dan model of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak)(Hofstra,

Van Oudenhoven, dan Buunk, 2005). Pada penelitian yang dilakukan Giles &

Maltby (2004), ditemukan hasil yang menyatakan bahwa attachment to peers

berpengaruh signifikan pada celebrity worship, khususnya pada dimensi

entertainment social. Menurut Theran, Newberg, & Gleason (2010), seseorang

dengan preoccupied attachment style akan cenderung memandang dirinya negatif,

sehingga ia menjadikan idola favoritnya sebagai seseorang yang dipandang positif

dan membuatnya nyaman untuk berinteraksi dengan idolanya.

6. Self-rated attractiveness

Self-rated attractiveness berpengaruh terhadap celebrity worship. Self-rated

attractiveness yaitu cara seseorang yang menilai diri mereka dalam daya tarik

fisiknya. Seseorang dengan self-rated attractiveness lebih tinggi memiliki skor

celebrity worship yang lebih tinggi, khususnya pada dimensi entertainment-social.

7. Religiusitas
13

Religiusitas merupakan salah satu hal sangat penting dalam kebudayaan dan

pengaruh utama terhadap suatu perilaku (Eid & El-Gohary, 2015). Religiusitas

berkaitan dengan keyakinan dan keterlibatan individu dalam beragama (Holdcroft,

2006). Terdapat hasil sebuah studi penelitian yang dilakukan Maltby dkk (2002),

seseorang yang memiliki religiusitas yang rendah cenderung berperilaku celebrity

worship.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal pada diri seseorang dapat mempengaruhi celebrity worship,

karena eksternal seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi celebrity worship.

1. Hubungan dekat dengan lawan jenis (Intimate relationship)

Pada penelitian McCutcheon dkk (2016), seseorang yang mengalami kecemasan

berlebihan dalam hubungan dekat cenderung memiliki skor tinggi pada intense-

personal dan borderline pathological. Terlihat bahwa orang-orang yang

mengalami banyak kecemasan dalam proses pembentukan dan mempertahankan

hubungan dekat dengan lawan jenis menjadi sangat tertarik dan bahkan kecanduan

dengan idola favorit mereka, sebagai pengganti hubungan parasosial (celebrity

worship) yang kurang mengancam untuk hubungan dekat yang memuaskan.

2. Ras/etnis

Pada penelitian McCutcheon dkk (2016), ras menjadi prediktor yang signifikan

terhadap celebrity worship pada mahasiswa di Universitas bagian timur dan pusat

Amerika Serikat. Kemudian, pada hasil penelitian lainnya, ditemukan bahwa

mahasiswa Afrika-Amerika memilih artis berkebangsaan Afrika-Amerika juga,


14

dan orang kulit putih memilih artis yang berkulit putih juga (McCutcheon dkk,

2016).

3. Media

Beberapa media massa sering menampilkan idola baik berupa gambar maupun

audio dan/visual. Hal tersebut menyebabkan celebrity worship muncul

dikarenakan oleh kekaguman terhadap kesuksesan iklan komersial dan hedonis

idola, yang dibentuk (paling tidak sebagian) oleh kekuatan market dan media

sosial (Yue & Cheung, 2003).

2.1.3. Pengukuran Celebrity Worship

Menurut Mccutcheon dkk (2002), pengukuran celebrity worship terdiri dari empat

jenis alat ukur, yaitu diantaranya:

1. Celebrity Attitude Scale (CAS)

Celebrity Attitude Scale terdiri dari 34 item yang berisi tiga dimensi yaitu

entertainment-social, intense-personal, dan borderline-pathological mengukur

sejauh mana responden tertarik dan berhubungan dengan kehidupan idola

favoritnya. Selain itu, terdapat juga short version of Celebrity Attitude Scale

(CAS) berjumlah 22 item sudah dipakai pada penelitian Maltby dkk (2005).

2. Parasocial Interaction Scale (PIS)

Rubin, Perse, and Powell mengembangkan 20 item Parasocial Interaction Scale

(PIS) untuk mengukur sejauh mana penonton televisi mengembangkan hubungan

parasosial dengan penyiar berita.

3. Celebrity Appeal Questionnaire (CAQ)


15

Pada alat ukur ini, bertujuan untuk mengoperasionalkan konstruk-konstruk yang

berkaitan dengan daya tarik parasosial berjumlah 26 item, pembuatnya bernama

Gayle.

4. Sport Fan Motivation Scale (SFMS)

Terdiri dari 23 item Sport Fan Motivation Scale (SFMS) yang dibuat oleh Daniel.

Terdapat delapan penyebab seseorang menjadi penggemar olahraga yaitu self-

esteem, pelarian, hiburan, keluarga, hubungan kelompok, estetis, kesenangan, dan

ekonomi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Short version of Celebrity Attitude

Scale (CAS) berjumlah 22 item dari Maltby dkk (2005). Alasan penulis memilih

alat ukur ini karena sudah terpakai di beberapa penelitian sebelumnya dan

memiliki nilai reliabilitas yang baik sebesar 0,84 sampai 0.94.

2.2 Attachment Style

Faktor yang mempengaruhi celebrity worship yang akan dibahas pertama kali

adalah attachment style. Berikutnya akan dijelaskan secara rinci seputar variabel

ini yaitu definisi, dimensi, dan pengukurannya.

2.2.1 Definisi attachment style

Attachment style yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada seseorang dalam

berteman, berinteraksi dengan orang lain, dan keberhasilan dalam membina

hubungan sosial (Baron & Byrne, 2005). Attachment sebagai ikatan afeksional

yang kuat yang dirasakan terhadap orang tertentu, yang menyebabkan perasaan

senang saat berinteraksi dengannya dan merasa nyaman (Berk, 2005). Pada

Bartholomew (Bartholomew & Shaver, 1998), mendefinisikan attachment style


16

sebagai kecenderungan perilaku lekat seseorang yang terdiri dari dimensi positif

dan negatif mengenai sikap dasar pada dirinya maupun pada orang lain.

Menurut Hofstra, Van Oudenhoven, dan Buunk (2005), attachment style

merupakan mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self

(pribadi yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak)

dan model of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Carruth

(2011) menjelaskan bahwa attachment merupakan suatu ikatan emosional yang

melibatkan keinginan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan

orang tertentu, terutama dalam keadaan sulit, lalu membentuk semacam suatu

sistem yang menyediakan rasa aman, perlindungan, dan keselamatan. Kemudian,

menurut Mayseless dan Scharf (2007), teori attachment menggambarkan suatu

pengalaman dalam hubungan dekat, yaitu kemampuan membentuk hubungan

dekat dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kepribadian yang sudah

disebutkan, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dari Hofstra, Van

Oudenhoven, dan Buunk (2005) yang menjelaskan attachment style merupakan

mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi

yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model

of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak).

2.2.2 Dimensi Attachment Style

Menurut Hofstra, Van Oudenhoven, dan Buunk (2005), terdapat empat dimensi

attachment style, yaitu


17

1. Secure

Dimensi ini melihat bagaimana seseorang memiliki pandangan positif pada diri

sendiri, mampu mempercayai orang lain dan dapat melakukan interaksi sosial

dengan baik.

2. Fearful

Pada dimensi ini, seseorang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya

sendiri dan orang lain demi melindungi dirinya dari rasa sakit karena rasa

ketidaknyamanan pribadi dan ketidakpercayaan individu terhadap orang lain.

3. Preoccupied

Pada dimensi ini, seseorang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya

sendiri tetapi ia memiliki pandangan positif pada orang lain. Selain itu, ia

memiliki kekhawatiran kalau tidak disukai orang lain.

4. Dismissing

Dimensi ini melihat bagaimana seseorang memiliki pandangan positif pada diri

sendiri tetapi tidak mempercayai orang lain dan terbiasa menghindari kontak

dengan lingkungan sosialnya.

2.2.3 Pengukuran attachment style

Ada beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur attachment style,

yaitu:

1. Attachment Styles Questionnaire (ASQ) dari Van Oudenhoven, Hofstra, dan

Bakker yang dibuat tahun 2003 yang berjumlah 24 item. Alat ukur ini

mengukur 4 dimensi yaitu secure, fearful, preoccupied, dan dismissing

(Hofstra et.al, 2005).


18

2. The Attachment and Object Relations Inventory (AORI) dari Buelow, McClain,

dan McIntosh (1996). Alat ukur ini berjumlah 60 item, diukur dengan 5-point

skala Likert (5=sangat setuju, 1=sangat tidak setuju). Mengukur enam dimensi,

tiga diantaranya mengukur attachment dengan objek spesifik yaitu peers

(teman sebaya), orang tua, dan pasangan, sedangkan tiga dimensi lainnya

mengukur attachment lainnya yaitu levels of closeness, security dan

independence.

3. The Relationships Questionnaire (RQ)

Alat ukur ini dibuat oleh Bartholomew dan Horowitz (1991). Alat ukur ini

berjumlah empat item dan mengukur attachment style pada orang dewasa.

4. The Experiences In Close Relationships-Revised (ECR-R) Questionnaire

Alat ukur yang dibuat Fraley, Waller, dan Brennan (2000). Alat ukur ini

berjumlah 36 item dan berfungsi mengukur attachment style orang dewasa.

Alat ukur ini mengukur dua dimensi: avoidance dan anxiety.

Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan Attachment Styles

Questionnaire (ASQ) dari Van Oudenhoven, Hofstra, dan Bakker yang dibuat

tahun 2003 dan berjumlah 24 item (Hofstra et.al, 2005). Alasan penulis memilih

alat ukur ini karena sesuai dengan subjek yang diteliti dan memiliki nilai

reliabilitas sebesar 0,62 sampai 0,80.

2.1 Self-Esteem

Faktor yang memengaruhi celebrity worship berikutnya adalah self-esteem.

Berikut akan dijelaskan secara rinci seputar variabel ini yaitu definisi, dimensi,

dan pengukurannya.
19

2.3.1 Definisi self-eesteem

Definisi dari self-esteem sudah dikaji oleh banyak ahli. Berikut adalah penjelasan

self-esteem dari beberapa ahli. Menurut Rosenberg (1965), self-esteem adalah

penilaian seseorang tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.

Kemudian, menurut Papalia et.al (2009), self-esteem merupakan penilaian pribadi

terhadap keberhargaan dirinya sendiri. Self-esteem mengekspresikan sikap

penerimaan atau penolakan, yang mengindikasikan tingkat kepercayaan individu

terhadap dirinya akan kapasitas, signifikansi, kesuksesan, dan keberhargaan

(Heartherton & Wyland, 2003). Menurut Berk (2005), self-esteem adalah

keputusan yang dibuat mengenai apa yang menurut individu penting dan perasaan

yang terlibat dalam hal tersebut.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menggunakan definisi self-

esteem yang dikemukakan oleh Rosenberg (1965), self-esteem adalah penilaian

seseorang tentang perilaku positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.

2.3.2 Dimensi self-esteem

Menurut Rosenberg dan Owens, self-esteem memiliki dua dimensi (dalam Mruk,

2006), yaitu:

1. Self-esteem tinggi

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat menilai dirinya secara

positif.

2. Self-esteem rendah

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat menilai dirinya secara

negatif.
20

2.3.3 Pengukuran self-esteem

Berikut beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur self-esteem,

yaitu:

1. Janis-Field Feelings of Inadequancy Scale (JFS) terdiri dari 23 item yang

dikembangkan oleh Janis dan Field pada tahun 1959 (Heatherton & Wyland,

2003). Skala ini mengukur self-regard, kemampuan akademik, kepercayaan

sosial, dan penampilan. Kemudian pada tahun 1980, JFS dimodifikasi oleh

Fleming dan Courtney pada tahun 1984 dengan mengganti format respon (5-7

poin skala) dan menambahkan pertanyaan untuk dimensi lain dari self-esteem.

2. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES)

Alat ukur yang dikembangkan oleh Rosenberg, terdiri dari 10 item dan

menggunakan skala likert (Rosenberg, 1965).

3. State Self-Esteem Scale (SSES)

Alat ukur yang dikembangkan oleh Heatherton dan Polivy pada tahun 1991.

Alat ukur ini sering digunakan pada penelitian laboratorium dan sangat sensitif

terhadap manipulasi, dan terdiri dari 20 item (Heatherton & Wyland, 2003).

Dalam penelitian ini pengukuran self-esteem menggunakan alat ukur

Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg pada

tahun 1965. Alasan penulis memilih alat ukur ini karena sesuai dengan subjek

yang akan diteliti dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,91.


21

2.2 Emotional Autonomy

Emotional autonomy adalah variabel terakhir yang akan diuji keberpengaruhannya

oleh peneliti. Berikut akan dijelaskan secara rinci seputar variabel ini yaitu

definisi, dimensi, dan pengukurannya.

2.3.1 Definisi emotional autonomy

Definisi dari emotional autonomy sudah dikaji oleh banyak ahli. Berikut adalah

penjelasan emotional autonomy dari beberapa ahli. Steinberg (2014), menjelaskan

bahwa emotional autonomy yaitu adanya aspek kemandirian yang menimbulkan

perubahan dalam hubungan dekat seseorang, khususnya dengan orang tua. Blos

(dalam Steinberg & Silverberg, 1986), menjelaskan bahwa perkembangan

emotional autonomy merupakan suatu proses "individuasi", bagaimana seorang

remaja melepaskan diri dari orang tuanya, menghilangkan sifat ketergantungan

pada orang tua, dan konseptualisasi mereka mengenai orangtuanya.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menggunakan definisi

emotional autonomy yang dikemukakan oleh Steinberg (2014), menjelaskan

bahwa emotional autonomy yaitu adanya aspek kemandirian yang menimbulkan

perubahan dalam hubungan dekat seseorang, khususnya dengan orang tua.

2.3.2. Dimensi emotional autonomy

Emotional autonomy memiliki empat dimensi (Steinberg, 2014;Beyers, 2005),

yaitu:

1. Parental Deidealization
22

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang tidak menganggap orang tua

sebagai sosok ideal dan sempurna, tetapi merupakan orang yang tetap bisa

melakukan kesalahan.

2. Nondependency on Parents

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang bergantung pada diri sendiri

dan mengambil keputusan sesuai keinginannya, serta hanya sesekali

mengandalkan orang tua.

3. Perceives Parents as People

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang memahami bahwa orang

tuanya memiliki perilaku lain di luar perannya sebagai parental status, juga

memahami pemikiran dan sudut pandang orang tuanya terhadap dirinya.

4. Individuation

Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang ingin berperilaku mandiri dan

terlepas dari pengaruh orang tua.

2.3.3 Pengukuran emotional autonomy

Ada beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur emotional autonomy,

yaitu:

1. Emotional Autonomy Scale (EAS) yang dikembangkan Steinberg dan

Silverberg pada tahun 1986. Alat ukur ini memiliki 20 item yang mengukur

empat dimensi yaitu parental deidealization, nondependency on parents,

perceives parents as people, dan individuation.

2. Psychological Separation Inventory (PSI) yang dikembangkan Hoffman. Alat

ukur ini berjumlah 138 item dan mengukur empat dimensi, yaitu functional
23

independence, attitudinal independence, emotional independence, dan

conflictual independence (McElhaney et.al, 2009).

3. Separation-Individuation Test of Adolescence (SITA) yang dikembangkan

Levine, Green, dan Millon. Alat ukur ini berjumlah 148 item dan mengukur

enam dimensi, yaitu nurturance-succorance, engulfment-anxiety, separation

anxiety, need denial, self-centeredness, dan health separation (McElhaney

et.al, 2009).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Emotional Autonomy

Scale (EAS) dari Steinberg dan Silverberg (1986). Alasan penulis memilih alat

ukur ini karena sesuai dengan subjek yang akan diteliti dan nilai reliabilitas

sebesar 0.82.

2.4 Kerangka Berpikir

Levesque (dalam Ang & Chan, 2016) menyatakan bahwa celebrity worship

merupakan interaksi parasosial pada idola yang menggantikan interaksi dengan

orang lain di dunia nyata. Terdapat tiga dimensi dalam celebrity worship, yaitu:

entertainment-social, intense-personal, dan borderline-pathological.

Maltby et.al (2005) menjelaskan bahwa entertainment-social merupakan

bentuk perilaku dimana seseorang menganggap idola hanyalah hiburan semata

dan sebagai bentuk interaksi sosial kepada orang lain, contohnya seperti

membicarakan tentang berita terbaru idola dengan teman sebaya. Intense-personal

merupakan bentuk perilaku dimana seseorang sudah memiliki perasaan kuat dan

setia pada idola, contohnya seperti sering memikirkan sang idola dengan tidak

sengaja. Borderline-pathological merupakan bentuk perilaku dimana seseorang


24

sudah tidak dapat mengontrol fantasi dan perilakunya terhadap idola, contohnya

membeli barang yang pernah digunakan oleh idola (Maltby, 2005).

Terdapat beberapa variabel yang memengaruhi munculnya celebrity

worship. Variabel pertama yang akan dibahas yaitu attachment style. Menurut

Hofstra, Van Oudenhoven, dan Buunk (2005), attachment style merupakan

mekanisme kelekatan yang dilihat dari dua model utama: model of self (pribadi

yang menilai dirinya apakah layak dicintai dan diperhatikan atau tidak) dan model

of others (menilai orang lain, dapat dipercaya atau tidak). Singkatnya, attachment

style merupakan mekanisme yang mendasari terbentuknya hubungan dekat

individu dengan orang lain (Bakker et.al, 2004).

Seseorang yang memiliki secure attachment biasanya memuaskan

kehidupan nyatanya dan tidak menyukai idola secara berlebihan (Eysenck, 2017).

Namun, saat secure attachment pada seseorang rendah, maka dapat muncul

perilaku negatif, seperti merasa pesimis mengenai lingkungan sosial,

menimbulkan masalah, merasa jauh dalam segi emosi, dan saat dewasa

hubungannya dengan lawan jenis tidak berjalan lancar (Collisson et.al, 2018).

Maka, bila secure attachment rendah dapat meningkatkan celebrity worship.

Seseorang yang memiliki fearful attachment mempunyai pandangan

negatif pada diri sendiri demi melindungi diri dari rasa sakit karena penolakan dan

munculnya ketidakpercayaan pada orang lain (Hofstra, Van Oudenhoven, dan

Buunk, 2005). Menurut Eysenck (2017), orang dengan fearful attachment sangat

tinggi kecemasannya, sangat emosional, dan memiliki pikiran negatif mengenai

pribadinya. Sehingga, individu tersebut menjadikan idola sebagai pelariannya.


25

Minimnya kontak secara langsung membuat interaksi tanpa adanya resiko

penolakan dan perasaan tidak dihargai oleh idola. (Theran et.al, 2010).

Seseorang yang memiliki preoccupied attachment cenderung memandang

dirinya negatif, tetapi memiliki pandangan positif ke orang lain, apalagi pada idola.

Sehingga, ia menjadikan idola favoritnya sebagai seseorang yang menurutnya

dapat dipandang positif dan membuatnya nyaman untuk berinteraksi. Namun,

karena ia terlalu memuja idolanya, kemungkinan dapat muncul perilaku stalking

(mengikuti diam-diam) idolanya di mana pun dan kapan pun (Theran, Newberg,

& Gleason, 2010).

Seseorang memiliki dismissing attachment akan memandang positif pada

diri sendiri tetapi tidak mempercayai orang lain dan terbiasa menghindari kontak

dengan lingkungan sosialnya dan memilih mandiri (Hofstra, Van Oudenhoven,

dan Buunk, 2005). Terdapat beberapa orang tertentu yang terlalu percaya diri

(narsis), lalu menganggap dirinya sama dengan idolanya, bahkan meniru beberapa

karakteristiknya dan berharap bisa sama terkenalnya dengan idola pujaannya.

Selain itu, ada juga yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk berinteraksi

dengan idola melalui media sosial (Krause et.al, 2018).

Variabel kedua yang akan dibahas yaitu self-esteem. Self-esteem remaja

yang tergolong rendah membuat mereka melakukan celebrity worship (Reeves

et.al, 2012). Hal ini terjadi karena dengan melakukan celebrity worship dengan

idola pujaan, sehingga tidak akan terjadi penolakan. Selain itu, seseorang dengan

self-esteem rendah merasa idolanya merupakan gambaran ideal self yang dicari,
26

sehingga membuatnya semakin meningkatkan celebrity worship (Maltby & Giles,

2008).

Variabel ketiga yang akan dibahas yaitu emotional autonomy. Terdapat

empat dimensi dalam emotional autonomy yaitu: parental deidealization,

nondependency on parents, perceives parents as people, dan individuation

(Steinberg, 2014;Beyers et.al, 2005). Parental deidealization merupakan perilaku

dimana seseorang tidak menganggap orang tua sebagai sosok ideal dan sempurna,

tetapi merupakan orang yang tetap bisa melakukan kesalahan. Para remaja

menganggap orang tuanya bukanlah sosok ideal untuk menjadi role model

(panutannya) dan lebih memilih idola pujaannya (Giles & Maltby, 2004).

Nondependency on parents merupakan perilaku bergantung pada diri

sendiri dan mengambil keputusan sesuai keinginannya, serta hanya sesekali

mengandalkan orang tua. Salah satu contoh perilakunya yaitu lebih memilih

meminta nasehat/bantuan pada teman daripada orang tua (Beyers et.al, 2005).

Karena ia lebih dekat dengan teman sesama penggemar K-Pop daripada orang tua,

maka akan muncul kemungkinan ia mengenal idola dan berperilaku celebrity

worship.

Perceives parents as people merupakan perilaku dimana seseorang

memahami bahwa orang tuanya bukan sosok sempurna dan bisa saja

menunjukkan perilaku yang berbanding terbalik dengan parental status yang

diterapkan di rumah (Golonka, 2013). Perceives parents as people juga

merupakan perilaku dimana anak mampu mengambil peran orang tua sekaligus

mendapatkan perspektif psikologis yang mendalam mengenai orang tua.


27

Perspektif tersebut yaitu anak dapat mengetahui siapa orang tuanya, bagaimana

orang tuanya dapat menjadi seperti saat ini, dan bagaimana pemikiran juga sudut

pandang orang tua terhadap dirinya (Andersen, 2000). Namun, saat perceives

parents as people pada seseorang rendah, maka dapat muncul perilaku negatif.

Hal ini terjadi karena remaja tidak bisa memahami orang tuanya bukan sosok

sempurna atau sudut pandang orang tua dengan dirinya berbeda, maka ia lebih

memilih untuk melakukan celebrity worship, karena menganggap idolanya lebih

mudah dipahami kepribadiannya dan tidak pernah melakukan kesalahan (Krause

et.al, 2018).

Individuation merupakan perilaku dimana seseorang ingin berperilaku

mandiri dan terlepas dari pengaruh orang tua. Selain itu, tidak sedikit remaja yang

memiliki impian/cita-cita tertentu namun ia merahasiakan dari orang tua karena

takut diremehkan, sehingga diam-diam ia hanya menceritakan pada idolanya

karena merasa lebih nyaman dan dimengerti (Yuzhang & Xiaotian, 2002). Selain

itu, remaja merupakan masa dimana ia melakukan pencarian jati diri secara

mandiri. Dari sinilah ia menjadikan idola sebagai sosok yang dapat ia tiru, baik itu

perilaku atau gaya hidupnya (medicaldaily.com ;Yuzhang & Xiaotian, 2002).

Faktor yang dapat memengaruhi perilaku celebrity worship yang terakhir

yaitu faktor demografis. Usia dipilih oleh penulis sebagai dimensi yang

diikutsertakan dalam penelitian. Hal tersebut karena penulis menemukan adanya

penelitian dari Houran et.al (2005) yang menyebutkan bahwa usia memengaruhi

perilaku celebrity worship. Masa remaja, khususnya pada remaja akhir, rentan

memiliki perilaku celebrity worship. Hal ini dapat terjadi karena mereka percaya
28

kalau dapat membentuk hubungan spesial dengan idola. Selain itu, dengan adanya

jaringan internet membuat mereka mudah mengakses fan club, website, dan segala

hal di media sosial yang memberikan informasi mengenai idolanya (Houran,

2005).

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

Berdasarkan pemaparan kerangka berfikir di atas, pada penelitian kali ini

akan dilihat pengaruh dari attachment style, self-esteem, emotional autonomy, dan

usia terhadap celebrity worship yang secara singkat dapat diilustrasikan pada

bagan 2.1.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Ha: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel attachment style (secure,

fearful, preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, dan variabel


29

emotional autonomy (parental deidealization, nondependency on parents,

perceives parents as people, dan individuation) terhadap celebrity worship

pada penggemar K-Pop.

2. H1: Ada pengaruh yang signifikan dari secure terhadap celebrity worship

pada penggemar K-Pop.

3. H2: Ada pengaruh yang signifikan dari fearful terhadap celebrity worship

pada penggemar K-Pop.

4. H3: Ada pengaruh yang signifikan dari preoccupied terhadap celebrity

worship pada penggemar K-Pop.

5. H4: Ada pengaruh yang signifikan dari dismissing terhadap celebrity

worship pada penggemar K-Pop.

6. H5: Ada pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap celebrity

worship pada penggemar K-Pop.

7. H6: Ada pengaruh yang signifikan dari parental deidealization terhadap

celebrity worship pada penggemar K-Pop.

8. H7: Ada pengaruh yang signifikan dari nondependency on parents terhadap

celebrity worship pada penggemar K-Pop.

9. H8: Ada pengaruh yang signifikan dari perceives parents as people terhadap

celebrity worship pada penggemar K-Pop.

10. H9: Ada pengaruh yang signifikan dari individuation terhadap celebrity

worship pada penggemar K-Pop.

11. H10: Ada pengaruh yang signifikan dari usia terhadap celebrity worship
pada penggemar K-Pop
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja penggemar K-Pop di Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja penggemar K-Pop di

Indonesia yang berusia 15 hingga 22 tahun. Sampel yang digunakan adalah non

probability sampling yaitu dimana peluang terpilihnya anggota populasi untuk

dijadikan sampel tidak dapat diketahui. Teknik pengambilan sampling dalam

penelitian inia adalah convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampling

sekenanya sesuai dengan maksud tujuan penelitian. Kuesioner disebar melalui

google form sejak 24 September 2018 hingga 2 Oktober 2018. Pada akhir

penutupan google form, didapat 322 sampel untuk dijadikan responden penelitian.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah celebrity

worship dan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah

attachment style, self-esteem, emotional autonomy, dan usia. Adapun definisi

operasional dari variabel pada penelitian ini adalah :

1. Celebrity worship merupakan hubungan parasosial antara penggemar dan

idolanya, yang terdiri dari aktifitas mencari tahu berita terbaru idola,

menganggap idola sebagai belahan jiwa, sampai melakukan hal ekstrim.

Dimensinya terdiri dari entertainment-social, intense-personal, dan borderline-

pathological.

30
31

2. Attachment style adalah kecenderungan yang khas pada seseorang dalam

melakukan attachment dengan orang lain, yang terdiri dari empat dimensi,

yaitu: secure, fearful, preoccupied, dan dismissing.

3. Self-esteem merupakan kemampuan melakukan penilaian pada dirinya sebagai

orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten atau

malah sebaliknya.

4. Emotional autonomy merupakan sebuah metode untuk melihat aspek

kemandirian yang menimbulkan perubahan dalam hubungan dekat seseorang

dengan orang tua, yang terdiri dari empat dimensi, yaitu: parental

deidealization, nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation.

5. Variabel demografis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia. Usia

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggemar K-Pop yang berusia 15-

22 tahun.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan

skala model Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yang terdiri dari:

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)

untuk skala celebrity worship, attachment style, self-esteem, dan emotional

autonomy. Alternatif jawaban ini dipilih dengan alasan untuk menghindari subjek

menjawab pernyataan dengan pilihan netral. Instrumen pengumpulan data terkait

dengan skala yang akan digunakan dan diberikan melalui google form kepada
32

subyek. Penelitian ini menggunakan lima instrumen sebagai alat pengumpulan

data, yaitu:

1. Instrumen yang berisikan biodata subjek penelitian dan lembar persetujuan.

Lembar awal instrumen ini berisikan pernyataan kesediaan subjek untuk menjadi

responden dengan mengisi biodata, seperti: inisial nama, jenis kelamin, dan

usia.

2. Celebrity Worship

Celebrity worship diukur dengan menggunakan skala Short version of Celebrity

Attitude Scale (CAS) Maltby dkk (2005) yang berjumlah 22 item dan

diadaptasi kedalam bahasa Indonesia.

Tabel 3.1

Blue Print Skala Celebrity Worship

No. Dimensi Indikator No Item Jumlah Contoh Item

Sangat
Membicarakan idola dan menyenangkan
4, 9, 13, 7
Entertainment mengikuti berita tentang bergaul dengan
1. 15, 18,
Social mereka, mengetahui dan orang juga
21, 22* penggemar
menyukai idola.
idola saya.
1, 2, 3, Ketika suatu hal
Mencintai idola dan mulai 5, 6, 8, 11 baik terjadi
Intense- pada idol, saya
2. muncul perasaan posesif 10, 11,
Personal juga ikut
dengan idola. 14, 16,
merasakannya.
19
Jika saya cukup
beruntung untuk
bertemu idol
Borderline Berimajinasi hal yang tidak 7, 12, dan dia
3. meminta untuk
Pathological mungkin dengan idola. 17, 20 4
melakukan hal
ilegal, saya
mungkin akan
melakukannya.
Jumlah 22
Keterangan : tanda (*) untuk item unfavourable
33

3. Attachment Style

Attachment style diukur dengan menggunakan skala Attachment Styles

Questionnaire (ASQ) dari Van Oudenhoven dkk yang dibuat tahun 2003 (Hofstra

dkk, 2005). Alat ukur ini terdiri dari 24 item untuk mengukur empat dimensi yang

terdiri dari: secure, fearful, preoccupied, dan dismissing dan diadaptasi kedalam

bahasa Indonesia.

Tabel 3.2
Blue Print Attachment Style

Keterangan : tanda (*) untuk item unfavourable

4. Self-Esteem

Instrumen alat ukur self-esteem yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

adaptasi dari skala Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh

Rosenberg pada tahun 1965. Alat ukur ini terdiri dari 10 item dan diadaptasi

kedalam bahasa Indonesia.


34

Tabel 3.3
Blue Print Self-Esteem
No Dimensi Indikator No Item Jumlah Contoh Item
Saya merasa
1, 2*, 3, 4, memiliki
1. Self-esteem Sikap positif atau negatif 5*, 6*, 7, 10 sejumlah
terhadap dirinya sendiri. 8*, 9*, 10 kualitas yang
baik.
Jumlah 10
Keterangan : tanda (*) untuk item unfavorable

5. Emotional Autonomy

Instrumen alat ukur emotional autonomy yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari skala Emotional Autonomy Scale (EAS) yang dikembangkan oleh

Steinberg dan Silverberg (1986) dan diadaptasi kedalam bahasa Indonesia.

Tabel 3.4
Blue Print Emotional Autonomy

Keterangan : tanda (*) untuk item unfavourable


35

Alat ukur ini terdiri dari 20 item yang berasal dari empat dimensi, yaitu dimensi

parental deidealization, nondependency on parents, perceives parents as people,

dan individuation.

3.4 Uji Validitas Konstruk

Penulis menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian

validitas instrumen dengan 72 item dari 4 skala, yaitu celebrity worship,

attachment style, self-esteem, dan emotional autonomy. Teknik CFA ini memiliki

beberapa prosedur menurut Umar (yang dikutip dalam Suryadi, et.al., 2014).

1. Menyusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak

diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item (stimulus)

sebagai indikatornya.

2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah

valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain, diteorikan

(hipotesis) bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang

didefinisikan (model unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item, yang disebut matriks S.

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi korelasi yang

seharusnya terjadi menurut teori atau model yang ditetapkan. Jika

teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya

mengukur satu faktor saja (unidimensional).


36

5. Langkah terakhir setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T

skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan

regresi. Adapun langkah-langkahnya adalah:

− Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji, dimana hal tersebut

terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran (residual).

− Setelah nilai parameter diperoleh, kemudian diestimasi (dihitung) korelasi antar

setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item

berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S = Ʃ

atau dapat dituliskan HO : S – Ʃ = 0. Uji hipotesis ini misalnya

dilakukan menggunakan uji Chi-Square, dimana jika Chi-Square tidak

signifikan (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) tidak

ditolak. Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur

satu konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan dalam mengukur apa

yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak

signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang

hendak diukur, bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya. Melihat

signifikan atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat

nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t>1,96

maka item tersebut signifikan dan sebaliknya.


37

8. Selanjutnya, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak

sesuai dengan sifat item, dimana item tersebut bersifat positif (favorable).

9. Langkah terakhir adalah apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak

yang berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Karena, item tersebut,

selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain. adapun,

pengujian analisis CFA seperti yang dipaparkan di atas dapat dilakukan

dengan menggunakan bantuan software LISREL versi 8.80.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Celebrity Worship

Penulis menguji variabel celebrity worship yang terdiri dari 22 item untuk

mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur celebrity worship.

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Celebrity Worship


No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
ITEM 1 0.16 0.06 2.74 V
ITEM 2 0.45 0.06 8.03 V
ITEM 3 0.34 0.06 5.84 V
ITEM 4 0.44 0.06 7.75 V
ITEM 5 0.76 0.05 15.33 V
ITEM 6 0.32 0.06 5.48 V
ITEM 7 0.55 0.05 10.14 V
ITEM 8 0.65 0.05 12.22 V
ITEM 9 0.68 0.05 12.92 V
ITEM 10 0.64 0.05 11.99 V
ITEM 11 0.56 0.05 10.27 V
ITEM 12 0.33 0.06 5.74 V
ITEM 13 0.52 0.06 9.14 V
ITEM 14 0.71 0.05 14.15 V
ITEM 15 0.59 0.05 11 V
ITEM 16 0.58 0.05 10.60 V
ITEM 17 0.29 0.06 5.06 V
ITEM 18 0.66 0.05 12.52 V
ITEM 19 0.69 0.05 13.61 V
ITEM 20 0.34 0.06 5.94 V
ITEM 21 0.55 0.05 10.16 V
ITEM 22 -0.02 0.06 -0.30 X
38

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-

Square=1454.55, df=209, P-value=0.0000, dan RMSEA=0.136. Oleh karena itu,

penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. setelah dilakukan modifikasi

sebanyak 86 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=150.95, df=124,

P-value=0.05021, dan RMSEA=0.026.

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan

muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari 22 item yang mengukur celebrity

worship, terdapat satu item tidak signifikan (t<1,96). Sehingga, satu item tersebut

digugurkan.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Attachment Style

3.4.2.1 Muatan Faktor Item Secure

Penulis menguji variabel secure yang terdiri dari tujuh item untuk mengetahui

apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

secure. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-

Square=44.41, df=14, P-value=0.00005, RMSEA=0.082. Oleh karena itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item

dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3

kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=19.12, df=11, P-

value=0.05893, RMSEA=0.048.
39

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Secure

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.07 0.07 1.09 X
ITEM 2 0.47 0.07 7.11 V
ITEM 3 0.15 0.07 2.12 V
ITEM 4 0.72 0.07 9.83 V
ITEM 5 0.62 0.07 8.88 V
ITEM 6 0.14 0.07 2.13 V
ITEM 7 0.26 0.07 3.91 V
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa terdapat 6 item yang bermuatan positif dan

signifikan, sementara 1 item lainnya memiliki nilai t<1,96 dan tidak signifikan

sehingga item tersebut harus digugurkan.

3.4.2.2 Muatan Faktor Item Fearful

Penulis menguji variabel fearful yang terdiri dari lima item untuk mengetahui

apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

fearful. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-

Square=67.51, df=5, P-value=0,00000, RMSEA=0.197. Tabel 3.6 Muatan

Faktor Item Fearful

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.79 0.05 15.17 V
ITEM 2 0.54 0.06 9.53 V
ITEM 3 0.83 0.05 16.18 V
ITEM 4 0.57 0.06 10.18 V
ITEM 5 0.68 0.05 12.65 V

Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
40

modifikasi sebanyak 2 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=3.99,

df=3, P-value=0.26248, RMSEA=0.032.

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur fearful, semua

item signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.4.2.3 Muatan Faktor Item Preoccupied

Penulis menguji variabel preoccupied yang terdiri dari tujuh item untuk

mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur preoccupied. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan,

didapatkan nilai Chi-Square=28.97, df=14, P-value=0.01056, RMSEA=0.058.

Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan

modifikasi sebanyak 1 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=17.08,

df=13, P-value=0.19548, RMSEA=0.031.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Preoccupied

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.76 0.05 14.98 V
ITEM 2 0.53 0.06 9.60 V
ITEM 3 0.84 0.05 17.18 V
ITEM 4 0.72 0.05 13.68 V
ITEM 5 0.52 0.06 9.43 V
ITEM 6 0.58 0.05 10.68 V
ITEM 7 0.73 0.05 14.30 V
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
41

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.8 terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur preoccupied,

semua item signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.4.2.4 Muatan Faktor Item Dismissing

Penulis menguji variabel dismissing yang terdiri dari lima item untuk mengetahui

apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

dismissing. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-

Square=122.22, df=5, P- value=0.00000, RMSEA=0.270. Oleh karena itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item

dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2

kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=4.51, df=3, P-value=0.21101,

RMSEA=0.04.

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dismissing

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.57 0.06 9.03 V
ITEM 2 0.84 0.07 11.85 V
ITEM 3 0.13 0.07 1.79 X
ITEM 4 0.31 0.06 4.9 V
ITEM 5 0.52 0.06 8.32 V

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
42

Berdasarkan tabel 3.9 terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur dismissing,

Terdapat 1 item tidak signifikan (t<1,96) sehingga digugurkan.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Self-esteem

Penulis menguji variabel self-esteem yang terdiri dari 10 item untuk mengetahui

apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur self-

esteem. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, didapatkan nilai Chi-

Square=417.63, df=35, P-value= 0.00000, RMSEA=0.185. Oleh karena itu,

penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi

sebanyak 16 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=24.69, df=19, P-

value=0.17107, RMSEA=0.031.

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Self-esteem

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.65 0.05 12.08 V
ITEM 2 -0.57 0.05 -11.31 X
ITEM 3 0.64 0.06 11 V
ITEM 4 0.72 0.05 13.35 V
ITEM 5 -0.73 0.05 -15.15 X
ITEM 6 -1.00 0.04 -22.17 X
ITEM 7 0.54 0.05 10.72 V
ITEM 8 -0.09 0.06 -1.49 X
ITEM 9 -0.61 0.05 -12.32 X
ITEM 10 0.42 0.05 8.30 V

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
43

Berdasarkan tabel 3.10 terlihat bahwa 5 item tidak signifikan (t<1,96), sehingga

digugurkan.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Emotional Autonomy

3.4.2.5 Muatan Faktor Item Parental Deidealization

Penulis menguji variabel parental deidealization yang terdiri dari lima item untuk

mengetahui apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya

mengukur parental deidealization. Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan, didapatkan nilai Chi-Square=35.12, df=5, P-value=0.00000,

RMSEA=0.137. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square=3.23, df=2, P-value=0.19917, RMSEA=0.044.

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Parental Deidealization

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.22 0.19 1.12 X
ITEM 2 0.09 0.09 1.02 X
ITEM 3 0.19 0.17 1.12 X
ITEM 4 0.08 0.08 0.97 X
ITEM 5 1.56 1.33 1.17 X
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur parental

deidealization, semuanya tidak signifikan (t<1,96), sehingga variabel parental

deidealization digugurkan.
44

3.4.2.6 Uji Validitas Konstruk Nondependency on Parents

Penulis menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur nondependency on parents. Pada variabel nondependency

on parents yang dilakukan dengan model fit, satu faktor menghasilkan model

yang tidak fit dengan Chi-Square=27.95, df=2, P-value=0.000, RMSEA=0.201.

Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. setelah dilakukan

modifikasi sebanyak 2 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0, df=0,

P-value=1, RMSEA=0.

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Nondependency on Parents

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.52 0.09 5.59 V
ITEM 2 0.30 0.07 4.23 V
ITEM 3 0.27 0.07 3.84 V
ITEM 4 0.95 0.15 6.44 V
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan t-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1,96),

sehingga tidak ada yang digugurkan.

3.4.2.7 Uji Validitas Konstruk Perceives Parents as People

Penelitu menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur perceives parents as people. Pada variabel perceives

parents as people yang dilakukan dengan model fit, satu faktor menghasilkan

model yang tidak fit dengan Chi-Square=83.97, df=9, P-value=0.000,


45

RMSEA=0.161. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.

setelah dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square=5.42, df=4, P-value=0.24689, RMSEA=0.033.

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perceives Parents as People

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 -0.14 0.10 -1.42 X
ITEM 2 0.54 0.07 7.40 V
ITEM 3 0.83 0.09 8.70 V
ITEM 4 0.38 0.07 5.75 V
ITEM 5 0.23 0.06 3.76 V
ITEM 6 0.56 0.10 5.75 V
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu

didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan

faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Berdasarkan tabel 3.12 terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur perceives

parents as people, hanya 1 item tidak signifikan (t<1,96) sehingga digugurkan dan

5 item lainnya dapat dianalisis.

3.4.2.8 Uji Validitas Konstruk Individuation

Penelitu menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur individuation. Pada variabel individuation yang dilakukan

dengan model fit, satu faktor menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-

Square=115.19, df=5, P-value=0.000, RMSEA=0.262. Oleh karena itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item

dibebaskan berkorelasi satu sama lain. setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3


46

kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.36, df=2, P-value=0.83562,

RMSEA=0.

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Individuation

No. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan


ITEM 1 0.62 0.06 9.92 V
ITEM 2 0.26 0.06 3.96 V
ITEM 3 0.37 0.06 5.73 V
ITEM 4 0.81 0.07 12.27 V
ITEM 5 0.51 0.06 8.09 V
Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor

yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau

tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel

3.13 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1,96), sehingga tidak ada yang

digugurkan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dalam

rangka menguji kebenaran hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya

pengaaruh dari sekumpulan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut ini

adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 + b9 X9 +

b10 X10 + e

Keterangan:

Y : Celebrity worship

a : Konstanta/intercept

b : Koefisien regresi
47

X1 : Attachment style – secure

X2 : Attachment style – fearful

X3 : Attachment style – preoccupied

X4 : Attachment style – dismissing

X5 : Self-esteem

X6 : Emotional autonomy – parental deidealization

X7 : Emotional autonomy – nondependency on parents

X8 : Emotional autonomy – perceives parents as people

X9 : Emotional autonomy – individuation

X10 : Usia

e : Residu

Sebelum melakukan analisis regresi berganda, maka dilakukan korelasi

product moment seluruh variabel penelitian. Tujuan dilakukan langkah ini karena

regresi idealnya IV tidak berkorelasi dengan IV lainnya, namun sebaiknya IV

berkorelasi dengan DV.

Melalui analisis regresi berganda akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara celebrity worship dengan attachment style (secure,

fearful, preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, dan variabel emotional

autonomy (parental deidealization, nondependency on parents, perceives parents

as people, dan individuation). Besarnya pengaruh yang diterima oleh celebrity

worship dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas ditunjukkan oleh

koefisien determinan berganda atau R2.


48

R2 merupakan perkiraan proporsi varians dari celebrity worship yang

dijelaskan oleh faktor, attachment style (secure, fearful, preoccupied, dan

dismissing), variabel self-esteem, dan variabel emotional autonomy (parental

deidealization, nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation). Untuk memperoleh nilai R2 , dapat digunakan formula (Umar,

2015) berikut:

SSreg
R =
SSy

Uji R2 digunakan untuk mengidentifikasi apakah regresi Y pada IV secara

bersama-sama signifikan secara statistik. Namun untuk membuktikan apakah

regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka digunakan uji F, dengan

menggunakan formula sebagai berikut (Umar, 2015) :

/
F =
1− − −1

Dimana k adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F

yang dilakukan, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh

terhadap DV. Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan IV

signifikan terhadap DV, maka penulis melakukan uji t. Uji t dalam penelitian ini

dilakukan sebanyak 10 kali sesuai dengan variabel yang hendak dianalisis.

Adapun formula uji t menurut Umar (2015) adalah sebagai berikut :

b
t=

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. hasil

uji ini akan diperoleh dari hasil regresi. Perhitungan statistik tersebut akan

dilakukan dengan menggunakan software pengolahan data SPSS 16.0.


BAB 4
HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penggemar k-pop di Indonesia. Sedangkan

sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 322 orang. Adapun

penjelasan mengenai gambaran umum responden berdasarkan usia dan jenis

kelamin akan digambarkan pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek

Sampel Penelitian Frekuensi (%)


Usia
15-18 Tahun 121 37,6%
19-22 Tahun 201 62,4%
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 4%
Perempuan 309 96%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa subjek dikelompokkan

berdasarkan tahap perkembangan remaja madya dan remaja akhir dengan rentang

usia antara 15 hingga 22 tahun. Rentang usia ini kemudian dikategorisasikan

menjadi dua yaitu kategori responden remaja madya (15-18 tahun) dan responden

remaja akhir (19-22 tahun). Pada kategori sedangkan pada kategori remaja madya

(15-18 tahun) diketahui ada sebanyak 121 pegawai dengan presentase sebesar

37,6% dan pada kategori remaja akhir (19-22 tahun) diketahui ada sebanyak 201

pegawai dengan presentase sebesar 62,4%.

Selanjutnya, untuk mengetahui gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin,

penulis mengkategorisasikan jenis kelamin menjadi laki-laki dan perempuan.

49
50

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden

perempuan lebih mendominasi dengan persentase sebesar 96% (309 orang)

sedangkan responden laki-laki dengan persentase sebesar 4% (13 orang).

Gambar 4.3 Analisis Uji Beda Usia

Std. Std. Error


Usia N Mean
Deviation Mean
Celebrity 15-18
121 51.1951 8.43255 .76660
Worship
19-22 201 49.2806 9.81291 .69215

Dari tabel 4.3 dapat diketahui perbedaan usia pada aktivitas celebrity worship.

Mean celebrity worship pada usia 15-18 tahun lebih besar daripada 19-22 tahun,

yaitu 50,0159 yang artinya, usia 15-18 tahun lebih sering melakukan celebrity

worship dibandingkan dengan 19-22 tahun yang memiliki mean sebesar 49,2806.

Kemudian, dari analisis independent t-test (terlampir) terlihat bahwa jenis kelamin

memiliki signifikansi sebesar 0,117 yang artinya, tidak ada perbedaan yang

signifikan antara jenis kelamin perempuan maupun laki-laki ketika melakukan

celebrity worship.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini, celebrity worship, secure, fearful, preoccupied, dismissing,

self-esteem, nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation diklasifikasikan menjadi dua skor, yaitu rendah dan tinggi. Berikut

analisis deskriptif yang disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini:


51

Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Celebrity Worship 322 19,60 73,31 50,0000 9,35097
Secure 322 26,05 70,23 50,0000 7,81075
Fearful 322 23,21 69,40 50,0000 8,94383
Preoccupied 322 19,75 65,54 50,0000 9,16150
Dismissing 322 23,88 69,90 50,0000 8,22201
Self-esteem 322 16,72 74,56 50,0000 8,62648
Nondependency 322 27,49 69,05 50,0000 8,09527
on Parents
Perceive Parents 322 30,23 79,74 50,0000 7,52525
As People
Individuation 322 19,14 67,83 50,0000 8,05866
Valid N (listwise) 322

Dari tabel 4.2 dapat diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel.

Kolom N menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 322. Kolom

minimum dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap

variabel. Dilihat bahwa pertama, variabel celebrity worship memiliki nilai

minimum dengan nilai 19,60 dan nilai maksimum 73,31, kedua variabel secure

memiliki nilai minimum 26,05 dan nilai maksimum 70,23. Ketiga, fearful

memiliki nilai minimum 23,21 dan nilai maksimum 69,40. Keempat, preoccupied

memiliki nilai minimum 19,75 dan nilai maksimum 65,54. Kelima, dismissing

memiliki nilai minimum 23,88 dan nilai maksimum 69,90. Keenam, self-esteem

memiliki nilai minimum 16,72 dan nilai maksimum 74,56. Ketujuh,

nondependency on parents memiliki nilai minimum 27,49 dan nilai maksimum

69,05. Kedelapan, perceive parents as people memiliki nilai minimum 30,23, dan

nilai maksimum 79,74. Terakhir, individuation memiliki nilai minimum 19.14,

dan nilai maksimum 67.83.


52

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian


Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan

norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Kategorisasi Rumus
Rendah X< (M – 1SD)
Sedang (M – 1SD) ≤ X ≤ (M+1SD)
Tinggi X < (M – 1SD)
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorisasikan dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Penjelasannya

seperti tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Frekuensi
Variabel
Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Celebrity Worship 51 (15,8) 217 (67,4) 54 (16,8)
Secure 30 (9,3) 261 (81,1) 31 (9,6)
Fearful 50 (15,5) 225 (69,9) 47 (14,6)
Preoccupied 54 (16,8) 214 (66,5) 53 (16,5)
Dismissing 31 (9,6) 243 (75,5) 48 (14,9)
Self-Esteem 36 (11,2) 261 (81,1) 25 (7,8)
Nondependency on 36 (11,2) 256 (79,5) 29 (9)
Parents
Perceive Parents as 23 (7,1) 266 (82,6) 33 (10,2)
People
Individuation 29 (9) 270 (83,9) 23 (7,1)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa :

1. Responden dengan tingkat celebrity worship rendah berjumlah 51 orang

(15,8%), sedangkan responden dengan tingkat celebrity worship yang sedang

berjumlah 217 orang (67,4%) dan tinggi berjumlah 54 orang (16,8%).


53

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas celebrity worship berada pada

tingkat yang sedang yaitu 217 orang (67,4%). Namun demikian, tingkat

celebrity worship tinggi (16,8%) lebih dominan daripada dengan tingkat

celebrity worship rendah (15,8%).

2. Responden dengan tingkat secure rendah berjumlah 30 orang (9,3%),

sedangkan responden dengan tingkat secure yang sedang berjumlah 261 orang

(81,1%) dan tinggi berjumlah 31 orang (9,6%). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa mayoritas secure berada pada tingkat yang sedang yaitu 261 orang

(81,1%). Namun demikian, tingkat secure tinggi (9,6%) lebih dominan

daripada dengan tingkat secure rendah (9,3%).

3. Responden dengan tingkat fearful rendah berjumlah 50 orang (15,5%),

sedangkan responden dengan tingkat fearful yang sedang berjumlah 225 orang

(69,9%), dan tinggi berjumlah 47 orang (14,6%). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa mayoritas fearful berada pada tingkat yang sedang yaitu 225 orang

(69,9%). Namun demikian, tingkat fearful rendah (15,5%) lebih dominan

daripada dengan tingkat fearful tinggi (14,6%).

4. Responden dengan tingkat preoccupied rendah berjumlah 54 orang (16,8%),

sedangkan responden dengan tingkat preoccupied yang sedang berjumlah 214

orang (66,5%), dan tinggi berjumlah 53 orang (16,5%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas preoccupied berada pada tingkat yang sedang

yaitu 214 orang (66,5%). Namun demikian, tingkat preoccupied rendah (16,8%)

lebih dominan daripada tingkat preoccupied tinggi (16,5%).


54

5. Responden dengan tingkat dismissing rendah berjumlah 31 orang (9,6%),

sedangkan responden dengan tingkat dismissing yang sedang berjumlah 243

orang (75,5%), dan tinggi berjumlah 48 orang (14,9%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas dismissing berada pada tingkat yang sedang

yaitu 243 orang (75,5%). Namun demikian, tingkat dismissing tinggi (14,9%)

lebih dominan daripada dengan tingkat dismissing rendah (9,6%).

6. Responden dengan tingkat self-esteem rendah berjumlah 36 orang (11,2%),

sedangkan responden dengan tingkat self-esteem yang sedang berjumlah 261

orang (81,1%), dan tinggi berjumlah 25 orang (7,8%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas self-esteem berada pada tingkat yang sedang

yaitu 261 orang (81,1%). Namun demikian, tingkat self-esteem rendah (11,2%)

lebih dominan daripada dengan tingkat self-esteem tinggi (7,8%).

7. Responden dengan tingkat nondependency on parents rendah berjumlah 36

(11,2%), sedangkan responden dengan tingkat nondependency on parents yang

sedang berjumlah 256 orang (79,5%) dan tinggi berjumlah 29 orang (9%).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas nondependency on parents

berada pada tingkat yang sedang yaitu 256 orang (79,5%). Namun demikian,

tingkat nondependency on parents rendah (11,2%) lebih dominan daripada

dengan tingkat nondependency on parents tinggi (9%).

8. Responden dengan tingkat perceive parents as people rendah berjumlah 23

orang (7,1%), sedangkan responden dengan tingkat perceive parents as people

yang sedang berjumlah 266 orang (82,6%) dan tinggi berjumlah 33 orang

(10,2%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas perceive parents as


55

people berada pada tingkat yang sedang yaitu 266 orang (82,6%). Namun

demikian, tingkat perceive parents as people tinggi (10,2%) lebih dominan

daripada dengan tingkat perceive parents as people rendah (7,1%).

9. Responden dengan tingkat individuation rendah berjumlah 29 orang (9%),

sedangkan responden dengan tingkat individuation yang sedang berjumlah 270

orang (83,9%), dan tinggi berjumlah 23 orang (7,1%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas individuation berada pada tingkat yang sedang

yaitu 270 orang (83,9%). Namun demikian, tingkat individuation tinggi (9%)

lebih dominan daripada dengan tingkat individuation rendah (7,1%).

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, teknik analisis regresi dilakukan dengan

menggunakan software SPSS 16 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam

regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R Square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable, yang kedua apakah keseluruhan independent variable

berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan

atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable.

Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5
Tabel R-Square
Adjusted R Std. Error of the Sig. F
Model R R Square
Square Estimate Change
1 ,322a ,104 ,078 8,97891 ,000
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency on Parents,
Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship
56

Dari tabel dapat dilihat bahwa perolehan R-Square sebesar 0.104 atau 10,4%.

Artinya proporsi dari celebrity worship yang dijelaskan oleh variabel attachment

style (secure, fearful, preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, dan

variabel emotional autonomy (nondependency on parents, perceives parents as

people, individuation, dan usia) adalah sebesar 10,4% sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua adalah

menganalisis dampak independent variable terhadap celebrity worship. Adapun

hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan Independent variable terhadap Dependent
variabel

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2914,741 9 323,860 4,017 ,000a
Residual 25153,699 312 80,621
Total 28068,440 321
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency on
Parents, Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship

Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai Sig. adalah sebesar

0.000. dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig <0.05, maka hipotesis nol yang

menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh attachment style (secure, fearful,

preoccupied, dan dismissing), variabel self-esteem, dan variabel emotional

autonomy (nondependency on parents, perceives parents as people, dan

individuation) terhadap celebrity worship” ditolak. Artinya, ada pengaruh yang

signifikan attachment style (secure, fearful, preoccupied, dan dismissing), variabel


57

self-esteem, dan variabel emotional autonomy (nondependency on parents,

perceives parents as people, individuation), dan usia terhadap celebrity worship.

Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi tiap independent

variable. Jika nilai Sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang

berarti bahwa independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship. Adapun penyajiannya pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Koefisien Regresi

Unstandardized Standardized
t Sig.
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,454 9,120 3,010 ,003
Secure ,032 ,072 ,027 ,445 ,657
Fearful ,134 ,070 ,128 1,920 ,056
Preoccupied ,206 ,062 ,202 3,308 ,001*
Dismissing ,104 ,071 ,092 1,479 ,140
Self-Esteem ,068 ,065 ,063 1,045 ,297
Nondependency on
Parents -,103 ,068 -,089 -1,506 ,133
Perceive Parents as
People -,023 ,070 -,019 -,331 ,741
Individuation ,069 ,072 ,060 ,958 ,339
Usia -1,121 1,058 -,058 -1,060 ,290

Berdasarkan persamaan regresi pada tabel 4.7, maka persamaan regresinya

sebagai berikut: (*signifikan)

Celebrity worship = 27,454 + 0,032 secure + 0,134 fearful + 0,206* preoccupied +

0,104 dismissing + 0,068 self-esteem – 0,103 nondependency on parents – 0,023

perceives parents as people + 0,069 individuation – 1,121 usia.

Dari hasil di atas, koefisien preoccupied yang signifikan, sedangkan variabel

lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan bahwa dari 9 variabel hanya 1
58

independen variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap celebrity worship.

Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing

independent variabel adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien regresi pada variabel secure sebesar + 0,032 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,657 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil

diterima, yang berarti secure memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

celebrity worship.

2. Nilai koefisien regresi pada variabel fearful sebesar + 0,134 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,056 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil

diterima, yang berarti fearful memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

celebrity worship.

3. Nilai koefisien regresi pada variabel preoccupied sebesar + 0,206 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak,

yang berarti preoccupied memiliki pengaruh yang signifikan terhadap celebrity

worship. Arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi preoccupied, maka

semakin tinggi celebrity worship.

4. Nilai koefisien regresi pada variabel dismissing sebesar + 0,104 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,140 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil

diterima, yang berarti dismissing memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap celebrity worship.

5. Nilai koefisien regresi pada variabel self-esteem sebesar + 0,068 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,297 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil


59

diterima, yang berarti self-esteem memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap celebrity worship.

6. Nilai koefisien regresi pada variabel nondependency on parents sebesar – 0,103

dengan nilai signifikansi sebesar 0,133 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis

nihil diterima, yang berarti nondependency on parents memiliki pengaruh yang

tidak signifikan terhadap celebrity worship.

7. Nilai koefisien regresi pada variabel perceives parents as people sebesar –

0,023 dengan nilai signifikansi sebesar 0,741 (p > 0,05). Dengan demikian

hipotesis nihil diterima, yang berarti perceives parents as people memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap celebrity worship.

8. Nilai koefisien regresi pada variabel individuation sebesar + 0,069 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,339 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil

diterima, yang berarti individuation memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap celebrity worship.

9. Nilai koefisien regresi pada variabel usia sebesar – 1,121 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,290 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis nihil

diterima, yang berarti individuation memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap celebrity worship.

4.5 Pengujian Proporsi Varians Pada Setiap Variabel Independen

Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing variabel bebas, maka

dilakukan perhitungan nilai R-Square Change dengan cara melakukan analisis

regresi satu persatu. Langkah ini dilakukan untuk melihat besarnya R-Square

Change setiap kali menambahkan variabel bebas ke dalam analisis regresi.


60

Adapun besar R-Square Change untuk masing-masing variabel bebas pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.7

Proporsi Varian

Model Summary
Change Statistics

R Square Sig. F
F Change df1 df2
Model R R Square Change Change
1. .053a .003 .003 .916 1 320 .339
2. .230b .053 .050 16.842 1 319 .000*
3. .287c .082 .029 10.222 1 318 .002*
4. .296d .088 .005 1.887 1 317 .171
5. .304e .093 .005 1.695 1 316 .194
6. .312f .097 .005 1.690 1 315 .195
7. .312g .098 .000 .007 1 314 .932
8. .317h .101 .003 1.079 1 313 .300
9. .322i .104 .003 1.123 1 312 .290

Berdasarkan tabel 4.8, dapat disampaikan informasi sebagai berikut :

1. Sumbangan variabel secure terhadap celebrity worship 0,3 %. Artinya, variabel

secure memberikan sumbangan bagi bervariasinya celebrity worship namun

tidak signifikan (Sig F>0,05).

2. Sumbangan variabel fearful terhadap celebrity worship 5 %. Artinya, variabel

fearful memberikan sumbangan yang signifikan (Sig F<0,05) bagi

bervariasinya celebrity worship sebesar 5 %.

3. Sumbangan variabel preoccupied terhadap celebrity worship 2,9 %. Artinya,

variabel preoccupied memberikan sumbangan yang signifikan (Sig F<0,05)

bagi bervariasinya celebrity worship sebesar 2,9 %.


61

4. Sumbangan variabel dismissing terhadap celebrity worship 0,5 %. Artinya,

variabel dismissing memberikan sumbangan bagi bervariasinya celebrity

worship namun tidak signifikan (Sig F>0,05).

5. Sumbangan variabel self-esteem terhadap celebrity worship 0,5 %. Artinya,

variabel self-esteem memberikan sumbangan bagi bervariasinya celebrity

worship namun tidak signifikan (Sig F>0,05).

6. Sumbangan variabel nondependency on parents terhadap celebrity worship

0,5 %. Artinya, variabel nondependency on parents memberikan sumbangan

bagi bervariasinya celebrity worship namun tidak signifikan (Sig F>0,05).

7. Sumbangan variabel perceives parents as people terhadap celebrity worship

0 %. Artinya, variabel perceives parents as people tidak memberikan

sumbangan bagi bervariasinya celebrity worship.

8. Sumbangan variabel individuation terhadap celebrity worship 0,3 %. Artinya,

variabel individuation memberikan sumbangan bagi bervariasinya celebrity

worship namun tidak signifikan (Sig F>0,05).

9. Sumbangan variabel usia terhadap celebrity worship 0,3 %. Artinya, variabel

usia memberikan sumbangan bagi bervariasinya celebrity worship namun tidak

signifikan (Sig F>0,05).


BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini

adalah terdapat pengaruh dari secure, fearful, preoccupied, dismissing, self-

esteem, nondependency on parents, perceives parents as people, individuation,

dan usia terhadap celebrity worship pada penggemar k-pop di Indonesia.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi koefisien regresi dari

masing-masing independent variable terhadap dependent variable, terdapat satu

dari sembilan independent variable yang signifikan memengaruhi dependent

variable yaitu preoccupied.

5.2 Diskusi

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi celebrity worship pada penggemar k-pop di Indonesia. Variabel lain

yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap celebrity worship dengan arah

hubungan yang positif adalah preoccupied yang memberikan pengaruh signifikan

terhadap celebrity worship. Artinya, semakin tinggi preoccupied yang dimiliki

penggemar k-pop, maka semakin tinggi tingkat celebrity worship yang dilakukan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Theran et.al (2010) yang

menjelaskan bahwa preoccupied memengaruhi hubungan parasosial penggemar

dengan idolanya. Hal ini terjadi karena remaja dengan preoccupied attachment

style cenderung memandang dirinya negatif, sehingga ia menjadikan idola

62
63

favoritnya sebagai seseorang yang dipandang positif dan membuatnya nyaman

untuk berinteraksi.

Menurut Bakker et.al (2004); McCutcheon dan Aruguete (2006); Meloy,

Sheridan, dan Hoffman (2008); Collisson et.al (2018), individu dengan

preoccupied dideskripsikan sebagai orang yang neurotic, cemas, dan

memungkinkan untuk menunjukkan gejala-gejala depresif. Selain itu, ia memiliki

kesulitan membangun hubungan dengan orang lain walaupun memiliki keinginan

yang tinggi dan bergantung pada penerimaan orang lain atas dirinya.

Dampak yang dapat terjadi terhadap celebrity worship yaitu sangat

sering menggunakan media sosial untuk mengikuti perkembangan idola sebagai

interaksi alternatif agar tidak merasakan kesepian, memperkuat imaginary

relationship dengan idola, dan memungkinkan munculnya perilaku stalking

(menguntit idola baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media

sosialnya) (Collisson et.al, 2018).

Di dalam penelitian ini juga terdapat beberapa variabel yang tidak

terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap celebrity worship. Adapun

variabel tersebut antara lain, secure, fearful, dismissing, self-esteem,

nondependency on parents, perceives parents as people, individuation, dan usia.

Variabel nondependency on parents, perceives parents as people, dan usia

memiliki arah hubungan yang negatif. Sedangkan variabel lainnya memiliki arah

hubungan positif.

Variabel pertama yang tidak memiliki pengaruh terhadap celebrity

worship adalah secure. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Giles dan
64

Maltby (2004) yang menyatakan bahwa secure berpengaruh secara signifikan

terhadap celebrity worship, ketika individu memiliki secure rendah maka akan

semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil penelitian

sebelumnya, peneliti menemukan bahwa secure tidak memengaruhi celebrity

worship responden. Hal tersebut dapat terjadi bila individu yang memiliki secure

attachment memiliki pemikiran positif pada dirinya dan lingkungan sekitarnya,

sehingga dapat tidak memengaruhi celebrity worshipnya individu tersebut.

Variabel kedua yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada

celebrity worship adalah fearful. Pada Roberts (2007) juga menjelaskan bahwa

fearful pengaruhnya lemah terhadap celebrity worship. Peneliti pun menemukan

bahwa fearful tidak memengaruhi celebrity worship responden. Hal tersebut dapat

terjadi karena walaupun reponden memiliki perasaan negatif pada dirinya dan

tidak pandai berbaur dengan lingkungan sekitarnya karena takut disakiti, tetapi hal

tersebut tidak sampai memengaruhi celebrity worshipnya.

Variabel ketiga yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada

celebrity worship adalah dismissing. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Krause et.al (2018) yang menyatakan bahwa dismissing berpengaruh secara

signifikan terhadap celebrity worship, dimana ketika seseorang dengan dismissing

tinggi maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil

penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa dismissing tidak memengaruhi

celebrity worship responden. Hal tersebut dapat terjadi karena walaupun

responden terbiasa mandiri dan memiliki rasa positif pada dirinya karena idola,
65

namun di saat bersamaan tidak sampai menghindari kontak tidak dengan

lingkungan sekitarnya.

Variabel keempat yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship adalah self-esteem. Hal ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian Reeves et.al (2012) yang menyatakan bahwa self-esteem berpengaruh

secara signifikan terhadap celebrity worship, dimana ketika individu memiliki

self-esteem rendah maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun,

berbeda dari hasil penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa self-esteem

responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi karena

pada penelitian sebelumnya, responden hanya perempuan, sedangkan peneliti

memiliki responden laki-laki dan perempuan. Selain itu, responden bisa saja

memiliki evaluasi dan penerimaan diri yang baik.

Variabel kelima yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship adalah nondependency on parents. Hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian Giles dan Maltby (2004) yang menyatakan bahwa

nondependency on parents berpengaruh secara signifikan terhadap celebrity

worship, dimana ketika individu memiliki nondependency on parents rendah

maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil

penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa nondependency on parents

responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi bila

responden masih bergantung pada orang tuanya, khususnya dalam pengambilan

keputusan masalah tertentu yang dihadapi, misalkan mengenai boleh atau


66

tidaknya responden untuk menjadi penggemar K-Pop dan membeli merchandise

idolanya dengan menggunakan uang orang tuanya.

Variabel keenam yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship adalah perceives parents as people. Hal ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian Giles dan Maltby (2004) yang menyatakan bahwa

perceives parents as people berpengaruh secara signifikan terhadap celebrity

worship, dimana ketika individu memiliki perceives parents as people rendah

maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya. Namun, berbeda dari hasil

penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa perceives parents as people

responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat terjadi bila

responden cukup dapat memahami perilaku atau sifat orang tua yang terkadang

bisa melakukan kesalahan, seperti misalnya orang tuanya terlalu sibuk bekerja dan

anak ini menjadi kurang perhatiannya. Walaupun anak ini menerima kalau orang

tuanya sibuk bekerja dan sangat jarang di rumah, tetapi di sisi lain ia merasa

kesepian dan akhirnya memutuskan menjadi penggemar K-Pop.

Variabel keenam yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship adalah individuation. Hal ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian Giles dan Maltby (2004) yang menyatakan bahwa individuation

berpengaruh secara signifikan terhadap celebrity worship, dimana ketika individu

memiliki individuation tinggi maka akan semakin tinggi celebrity worshipnya.

Namun, berbeda dari hasil penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa

individuation responden tidak memengaruhi celebrity worship. Hal tersebut dapat

terjadi bila responden memilih bergantung pada orang tua, khususnya dalam
67

menjalani kehidupannya dan bagaimana ia meraih impiannya, sehingga tidak

menjadikan idola sebagai role model dalam kehidupannya.

Variabel terakhir yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap celebrity worship adalah usia. Berbeda dengan penelitian Houran et.al

(2005), yang menjelaskan bahwa usia, khususnya pada masa remaja memengaruhi

celebrity worship. Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi karena perbedaan

variasi usia responden. Pada penelitian sebelumnya, responden berusia 18-39

tahun, sedangkan peneliti mengambil responden berusia 15-22 tahun. Roberts

(2007) juga menjelaskan bahwa biasanya celebrity worship menurun seiring usia

menuju dewasa, tetapi pada beberapa orang tertentu, justru bertambahnya usia

bisa semakin menguatkan celebrity worship.

Dari hasil diskusi yang telah peneliti paparkan, diketahui masih terdapat

perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Hal ini dapat

terjadi karena adanya keterbatasan dan kekurangan dalam melakukan penelitian,

diantaranya yaitu jumlah item yang mungkin dirasa responden terlalu banyak,

sehingga saat mengisi mungkin merasa jenuh, selain itu responden ada yang tidak

teliti dan serius dalam mengisi kuesioner. Adanya keterbatasan penelitian ini

diharapkan untuk penelitian akan datang lebih mempertimbangkan terkait

berbagai kekurangan yang sudah disebutkan sebelumnya, sehingga penelitian

selanjutnya dapat dilakukan lebih baik.

5.3 Saran

Pada bagian ini, saran dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu saran metodologis

dan saran praktis.Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat
68

memberikan kontribusi untuk penelitian selanjutnya.Selain itu, penulis juga

menguraikan saran secara praktis dengan harapan dapat memberikan informasi

tambahan terutama bagi pembaca yang berniat melakukan penelitian.

5.3.1 Saran Metodologis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran metologis yang dapat

diajukan sebagai pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Berdasarkan penelitian ini, hanya preoccupied adalah variabel yang memiliki

pengaruh terhadap celebrity worship, sehingga untuk penelitian selanjutnya

disarankan untuk mempertimbangkan dan menggunakan variabel lain seperti

narsisme, kepribadian eysenck, materialism, dan variabel lainnya di luar

penelitian ini yang terkait dengan perilaku celebrity worship.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan tidak lagi menggunakan google form demi

meminimalisasi terjadinya bias saat pengisian kuesioner.

3. Penulisan item-item kuesioner lebih diperhatikan agar tidak terjadi mispersepsi

saat sudah diterjemahkan. Akan lebih baik bila melakukan penerjemahan alat ukur

dengan didampingi seorang penerjemah ahli Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.

5.3.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa celebrity worship dipengaruhi

secara signifikan oleh preoccupied. Beberapa cara untuk mengurangi tingkat

preoccupied yang tinggi adalah dengan meningkatkan rasa percaya diri dan lebih

menghargai diri sendiri, agar individu tidak lagi selalu merasa orang lain lebih

baik darinya. Selain itu, mulai memperbanyak kegiatan sosial yang positif,
69

contohnya menjadi relawan untuk acara bakti sosial dan mengikuti pengajian

bersama teman sebaya.


DAFTAR PUSTAKA

Andersen, B. (2000). Viewing the parent as a person: an individuation-related


phenomenon. Psychology Commons. 1-94.
Ang, C. & Chan, N. (2016). Adolescents’ views on celebrity worship: a qualitative study.
Currently Psychology. 1-10.
Ashe, D. D., Maltby, J., & Mccutcheon, L. E. (2005). Are celebrity-worshippers more
prone to narcissism? a brief report. North American Journal of Psychology. 7 (2):
239-246.
Bakker, W., Van Oudenhoven, J. P., & Van Der Zee, K. I. (2004). Attachment styles,
personality, and dutch emigrants’ intercultural adjustment. European Journal of
Personality. 18: 387–404.
Bartholomew, K. & Horowitz, L. M. (1991). Attachment styles among young adults: a
test of a four-category model. Journal of Personality and Social Psychology. 61
(2): 226-244.
Berk, E. L. (2005). Infants, Children, and Adolescents, 5th edition. Boston: A Viacom
Company.
Beyers, W., Goosens, L., Calster, B. V., & Duriez, B. (2005). An alternative substantive
factor structure of the emotional autonomy scale. European Journal of
Psychological Assessment. 21(3): 147–155.
Buelow, G., McClain, M, & McIntosh, I. (2010). A new measure for an important
construct: the attachment and object relations inventory. Journal of Personality
Assessment. 66(3): 604-623.
Carruth, B. (2011). Psychological Trauma and Addiction Treatment. New York:
Routledge.
Collisson, B., Browne, B. L., McCutcheon, L. E., Britt, R, & Brown, A. M. (2018). The
interpersonal beginnings of fandom: the relation between attachment style, trust,
and the admiration of celebrities. An International Journal on Personal
Relationships. 12(1): 23–33.
Derrick, J. L., Gabriel, S., & Tippin, B. (2008). Parasocial relationships and self-
discrepancies:faux relationships have benefits for low self-esteem individuals.
Personal Relationships. 15: 261–280.
Eid, R. & El-Gohary, H. (2015). The role of Islamic religiosity on the relationship
between perceived value and tourist satisfaction. Tourist Management. 46: 477-
488.
Eysenck, M. W. (2017). A2 level psychology. Diunduh pada tanggal 01
Desember 2017 dari https://books.google.co.id/books?id=i0c4DwAAQBAJ&prints
ec=frontcover&source=gbs_vpt_buy#v=onepage&q&f=false.
Fandia, M. (2016). The fandom for idols – a survey report on K-Pop fans in indonesia.
Diunduh pada tanggal 01 Desember 2017 dari https://blog.jakpat.net/the-fandom-
for-idols-a-survey-report-on-K-Pop-fans-in-indonesia/.
Fraley, R. C., Waller, N. G., & Brennan, K. A. (2000). The experiences in close
relationships-revised (ecr-r) questionnaire. Journal Of Personality and Social
Psychology. 78: 350-365.

70
71

Frederika, E., Suprapto, M. H., & Tanojo, K. L. 2015. Hubungan antara harga diri dan
konformitas dengan celebrity worship pada remaja di surabaya. Jurnal Gema
Aktualita. 4 (1): 61.
Giles, D. C., & Maltby, J. (2004). The role of media in adolescent development:
Relations between autonomy, attachment, and interest in celebrities. Personality
and Individual Differences. 1-5.
Hamidah, T. (2018). Kepribadian pada celebrity worship. Buletin Konsorium Psikologi
Ilmiah Nusantara. 4(2): 1-3.
Heatherton, T. F. & Wyland, C. L. (2003). Assesing Self-esteem. In S. J. Lopez & C. R.
Synder (Eds.), Positive Psychology Assessment: A Handbook of Models and
Measures (219-233). Washington DC, US: American Psychological Association.
Hofstra, J., Van Oudenhoven, J. P., & Buunk, B. P. (2005). Attachment styles and
majority members’ attitudes towards adaptation strategies of immigrants.
International Journal of Intercultural Relations. 29: 601–619.
Holdcroft, B. B. (2006). What is religiosity. Journal of Catholic Education. 10(1): 89-103.
Houran, J., Navik, S., & Zerrusen, K. (2005). Boundary functioning in celebrity
worshippers. Personality and Individual Differences. 38: 237–248.
Krause, A. E., North, A. C, & Heritage, B. (2018). Musician interaction via social
networking sites: celebrity attitudes, attachment, and their correlates. Music &
Science. 1: 1–11.
Makki, S. (2019). Bahaya di balik fenomena candu k-pop. Diunduh pada tanggal 20
April 2 0 1 9 dari
https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20190202171900-227-365989/bahaya-di-
balik-fenomena-candu-kpop/2.
Maltby, J., Day, L., Mccutcheon, L. E., Gillet, R., Houran, J., & Ashe, D. D. (2004).
Personality and coping: A context for examining celebrity worship and mental
health. British Journal of Psychology. 95: 411-428.
Maltby, J. Giles, D., Barber, L., & McCutcheon, L. E. (2005). Intense-personal celebrity
worship and body image: Evidence of a link among female adolescents. British
Journal of Health Psychology. 10: 17-32.
Maltby, J. & Giles, D. (2008). Toward the Measurement and Profiling of Celebrity
Worship. In Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J. Stalking, Threatening,
and Attacking Public Figures: A Psychological and Behavioral Analysis. USA:
Oxford University Press.
Maltby, J., Houran, J., Lange, R., Ashe, D., & McCutcheon, L. E. (2002). Thou shalt
worship no other gods — unless they are celebrities: the relationship between
celebrity worship and religious orientation. Personality and Individual
Differences. 32: 1157–1172.
Mayseless, O. & Scharf, M. (2007). Adolescents’ attachment representations and their
capacity for intimacy in close relationships. Journal of Research on Adolescents.
17(2): 23-50.
McCutcheon, L. E. & Aruguete, M. S. (2014). Does “irresponsibility” predict the
addictive level of celebrity worship?. North American Journal of Psychology.
16(3): 519-530.
72

McCutcheon, L. E. & Aruguete, M. S. (2006). Exploring the link between attachment and
the inclination to obsess about or stalk celebrities. North American Journal of
Psychology. 8(2): 289-300.
McCutcheon, L. E., Aruguete, M. S., Jenkins, W., McCarley, N., & Yockey, R. (2016).
An investigation of demographic correlates of the celebrity attitude scale.
Interpersona, An International Journal on Personal Relationships. 10(2): 161–
170.
McCutcheon, L. E., Gillen, M. M., Browne, B. L., Murtagh, M. P., & Collison, B. (2016).
Intimate relationships and attitudes toward celebrities. Interpersona, An
International Journal on Personal Relationships. 10(1): 77–89.
McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement
of Celebrity Worship. British Journal of Psychology. 93: 67–87.
McElhaney, K. B., Allen, J. P., Stephenson, J. C., & Hare, A. L. (2009). Attachment and
Autonomy During Adolescence. In Lerner, R. M. & Steinberg, L. Handbook of
Adolescent Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J. (2008). Public Figure Stalking, Threats, and
Attacks: The State of the Science. In Meloy, J. R., Sherridan, L., & Hofffman, J.
Stalking, Threatening, and Attacking Public Figures: A Psychological and
Behavioral Analysis. USA: Oxford University Press.
Mruk, C. J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice: Toward a Positive
Psychology of Self-Esteem, 3rd edition. New York: Springer Publishing Company.
Olson, S. (2015). The psychological effects of idolatry: how celebrity crushes impact
children’s health. Diunduh pada tanggal 01 Desember 2018 dari
https://www.medicaldaily.com/psychological-effects-idolatry-how-celebrity-
crushes-impact-childrens-health-358604.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development, 11th edition.
New York: McGraw-Hill.
Reeves, R., Baker, G., & Truluck, C. (2012). Celebrity worship, materialism, compulsive
buying, and the empty self. Psychology and Marketing. 29(9): 674-679.
Roberts, K. A. (2007). Relationship attachment and the behaviour of fans towards
celebrities. Applied Psychology in Criminal Justice, 3(1): 54-74.
Rosenberg, M. (1965). Rosenberg self-esteem scale. Diunduh pada tanggal 01 Desember
2017 dari https://www.yorku.ca/rokada/psyctest/rosenberg.pdf.
Rosenberg, M. (1965). Society and the Adolescent Self-Image. New Jersey: Princeton
University Press.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi perbandingan hitungan
manual & spss. Jakarta: Kencana.
Steinberg, L. (2014). Adolescence, 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Steinberg, L & Silverberg, S. B. (1986). The vicissitudes of autonomy in early
adolescence. Child Development. 57(4): 841-851.
Tjandra, S. 2019. K-Pop tidak selalu membawa dampak negatif. Diunduh pada tanggal 20
April 2019 dari
https://www.kompasiana.com/sallytjj/5c651ece677ffb345b7fa67c/kpop-tidak-
selalu-membawa-dampak-negatif?page=all.
73

Theran, S. A., Newberg, E. M., & Gleason, T. R. (2010). Adolescent girls’ parasocial
interactions with media figures. The Journal of Genetic Psychology. 171(3): 270–
277.
Wong, H. (2019). K-pop fangirl spends rm44,000 on merchandise, dissapointed father
cries on national tv. Diunduh pada tanggal 24 Januari 2019 dari
https://www.worldofbuzz.com/k-pop-fangirl-spends-rm44000-on-merchandise-
dissapointed-father-cries-on-national-tv/
Yue, X. D., & Cheung, C. (2003). Identity achievement and idol worship among
teenagers in hongkong. International Journal of Adolescence and Youth. 11: 1–26.
Yuzhang, H & Xiaotian, F. (2002). Idol worship among the youth. Chinese Education &
Society. 35(6): 81-94.
74

Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan Hormat,
Saya mahasiswi jurusan Psikologi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan studi
program sarjana S1. Saya memohon Saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner ini, sesuai dengan yang anda alami/rasakan.
Tidak ada benar atau salah atas jawaban yang Anda berikan. Data yang
didapatkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan terjamin
kerahasiaannya. Atas segala bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hormat Saya

Diah Rachmawati Putri

Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
No. HP :
75

UNTUK MENGISI SKALA 1 - 4


Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan
tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara member tanda (√) pada salah satu
dari empat pilihan yang tersedia, pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda:
o Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS
o Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS
o Setuju, beri tanda pada kolom S
o Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS

Skala 1

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Jika saya bertemu idol secara langsung, idol saya


langsung tahu kalau saya adalah penggemarnya.

2. Saya memiliki ikatan khusus dengan idol yang tidak


dapat dijelaskan dengan kata-kata.

3. Saya terobsesi dengan kehidupan pribadi idol saya.

4. Saya dan teman-teman senang mendiskusikan


berbagai hal mengenai idol saya.

5. Ketika suatu hal baik terjadi pada idol, saya juga


ikut merasakannya.

6. Salah satu alasan utama saya tetap tertarik pada idol


karena dapat menjadi pelarian sementara dari
masalah.

7. Saya memiliki gambar dan/ benda dari idol yang


disimpan di tempat yang sama.

8. Kesuksesan yang diraih idol adalah kesuksesan saya


juga.
76

9. Saya menikmati menonton, membaca, atau


mendengarkan idol karena semua hal itu
menyenangkan.

10. Saya menganggap idol sebagai belahan jiwa saya.

11. Saya sering memikirkan idol saya secara tidak


sengaja.

12. Saat idol meninggal, saya merasa ingin meninggal


juga.

13. Saya suka berbicara dengan teman sesama fandom


tentang idol kami.

14. Saat hal buruk menimpa idol, saya juga ikut


merasakannya.

15. Mempelajari kisah hidup idol saya sangat


menyenangkan.

16. Saya sering merasa harus mempelajari kebiasaan


idol saya.

17. Jika saya cukup beruntung untuk bertemu idol dan


dia meminta untuk melakukan hal ilegal, saya
mungkin akan melakukannya.

18. Sangat menyenangkan bergaul dengan orang yang


juga penggemar idol saya.

19. Saat idol gagal atau kalah, saya juga ikut


merasakannya.

20. Jika seseorang memberi uang jutaan rupiah, saya


akan menghabiskannya untuk membeli barang yang
pernah dipakai idol (missal: serbet atau piring
kertas).

21. Saya suka menonton dan mendengarkan info tentang


idol meskipun sedang berada di keramaian.

22. Mengikuti berita mengenai idol hanyalah untuk


mengisi waktu luang.
77

Skala 2

No. Pernyataan S TS STS STS

1. Saya merasa nyaman dalam kedekatan emosional.

2. Saya ingin terbuka pada orang lain tapi saya tidak


bisa mempercayai orang lain.

3. Saya merasa risih saat berhubungan dekat dengan


orang lain.

4. Saya merasa nyaman tanpa berhubungan dekat


dengan orang lain.

5. Saya ingin berhubungan dekat, tetapi saya sulit


percaya orang lain.

6. Saya lebih suka kalau saya tidak bergantung pada


orang lain dan begitupun sebaliknya.

7. Saya sering berpikir apakah orang lain menyukai


saya.

8. Saya menghindari hubungan dekat.

9. Saya merasa bahwa saya lebih menyukai orang lain


dibandingkan mereka.

10. Saya percaya orang lain dan merasa senang saat


mereka dapat mengandalkan saya.

11. Saya sering takut kalau orang lain tidak menyukai


saya.

12 Penting bagi saya untuk menjadi mandiri.

13 Saya takut dikucilkan.

14. Saya mudah untuk dekat dengan orang lain.

15. Saya merasa nyaman berhubungan akrab dengan


lawan jenis.

16. Saya nyaman untuk mandiri.


78

17. Saya tidak khawatir apakah orang lain menyukai


saya atau tidak.

18. Menurut saya, saling bergantung satu sama lain


adalah hal penting.

19. Saya tidak khawatir sendirian karena saya tidak


membutuhkan orang lain.

20. Saya takut ditipu saat terlalu dekat dengan orang


lain.

21. Saya merasa orang lain lebih menarik


dibandingkan saya.

22. Saya percaya orang lain akan membantu saat saya


membutuhkannya.

23. Saya khawatir untuk berhubungan dekat karena


saya takut disakiti/dikhianati

24. Penting bagi saya untuk mengetahui apakah orang


lain menyukai saya atau tidak.
79

Skala 3

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.

2. Kadang-kadang saya berpikir saya tidak baik sama


sekali.

3. Saya merasa memiliki sejumlah kualitas yang baik.

4. Saya mampu melakukan banyak hal sebaik orang


lain.

5. Saya merasa tidak punya banyak hal untuk


dibanggakan.

6. Saya sering merasa tidak berguna.

7. Saya merasa diri saya berharga, setidaknya setara


dengan orang lain.

8. Saya berharap saya bisa lebih menghargai diri


sendiri.

9. Saya orang yang gagal.

10. Saya menerima diri saya apa adanya.


80

Skala 4

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Orang tua dan saya setuju pada segala hal.

2. Saya meminta bantuan orang tua untuk membantu


menyelesaikan suatu masalah sebelum saya
mencobanya sendiri.

3. Saya sering penasaran bagaimana sikap orang tua


saat mereka tidak bersama saya.

4. Walau saya tidak setuju, tetapi pendapat orang tua


saya harus selalu dianggap benar.

5. Anak-anak lebih baik meminta nasehat kepada


sahabatnya daripada orang tuanya.

6. Saat terlibat masalah, saya bergantung pada orang


tua agar mereka yang menyelesaikannya.

7. Ada beberapa hal tentang saya yang tidak diketahui


orang tua.

8. Tindakan orang tua saya saat mereka bersama orang


tuanya berbeda dengan tindakan di rumah.

9. Orang tua mengetahui segala hal tentang saya.

10. Saya mungkin terkejut bila melihat bagaimana


orang tua saya bersikap di suatu acara formal.

11. Saya mencoba memiliki pendapat yang sama


dengan orang tua saya.

12 Saat orang tua sedang di tempat kerja, mereka


bertindak hampir sama seperti di rumah.

13 Jika saya mengalami masalah dengan teman, saya


akan mendiskusikan pada ibu atau ayah sebelum
memutuskan sendiri solusinya.

14. Orang tua saya akan terkejut bila mengetahui


seperti apa saya saat
81

15. Saat nanti menjadi orang tua, saya akan


memperlakukan anak persis seperti perlakuan orang
tua pada saya.

16. Orang tua mungkin akan membicarakan hal yang


berbeda saat saya bersama mereka dan saat tidak
bersama mereka.

17. Ada beberapa hal dari orang tua yang tidak akan
saya lakukan saat nanti menjadi orang tua.

18. Orang tua saya hampir tidak pernah membuat


kesalahan.

19. Saya berharap orang tua akan memahami siapa saya


sesungguhnya.

20. Saat orang tua sedang bersama temannya,


perilakunya sama seperti saat bersama saya.

Mohon periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada jawaban yang
terlewatkan
TERIMA KASIH
82

Lampiran 2

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Celebrity Worship

1. Syntax Celebrity Worship


DV CW
DA NI=22 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
X20 X21 X22
PM SY FI=CW.COR
MO NX=22 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
CW
83

FR TD 13 4 TD 19 14 TD 18 13 TD 20 17 TD 16 7 TD 15 4 TD 22 6 TD 13 9 TD
18 9 TD 14 5 TD 18 4 TD 13 3 TD 21 8 TD 5 4 TD 11 9 TD 2 1 TD 17 12 TD 7 6
TD 22 13 TD 10 3 TD 14 12 TD 22 16 TD 22 11 TD 20 12 TD 10 2 TD 5 2 TD
20 10 TD 18 17 TD 21 14 TD 11 10 TD 13 5 TD 21 11 TD 5 3 TD 17 1 TD 18 6
TD 21 5 TD 15 5 TD 10 5 TD 11 8 TD 17 7 TD 19 11 TD 15 9 TD 18 2 TD 14 9
TD 19 9 TD 15 1 TD 15 13 TD 22 15 TD 16 15 TD 20 15 TD 21 13 TD 12 10 TD
21 3 TD 17 13 TD 17 3 TD 22 12 TD 6 3 TD 18 16 TD 8 5 TD 22 10 TD 17 10
TD 14 10 TD 12 9 TD 20 3 TD 18 8 TD 18 10 TD 22 8 TD 12 13 TD 18 12 TD
21 4 TD 10 1 TD 16 3 TD 16 10 TD 20 16 TD 13 10 TD 10 9 TD 22 20 TD 14 4
TD 4 1 TD 13 2 TD 4 2 TD 16 13 TD 19 15 TD 13 9 TD 13 8 TD 15 3
PD
OU SS TV MI

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Secure

2. Syntax Secure
SECURE
DA NI=7 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=SECURE.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SECURE
FR TD 6 3 TD 3 1 TD 3 2
84

PD
OU SS TV MI

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Fearful

3. Syntax Fearful
F
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=FEARFUL.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
FEARFUL
FR TD 5 4 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
85

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Preoccupied

4. Syntax Preoccupied
PREOCC
DA NI=7 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=PR.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
PREOCC
FR TD 4 3
PD
OU SS TV MI
86

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Dismissing

5. Syntax Dismissing
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=DM.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DISMIS
FR TD 4 3 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
87

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Self-Esteem

6. Syntax Self-Esteem
SE
DA NI=10 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=SE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SE
FR TD 3 1 TD 6 4 TD 8 7 TD 10 1 TD 10 9 TD 9 4 TD 10 7 TD 8 2 TD 8 6 TD 6
1 TD 6 3 TD 9 5 TD 4 3 TD 9 3 TD 9 7 TD 8 1
PD
OU SS TV MI
88

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Parental deidealization

7. Syntax Parental deidealization


EAD
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=DP.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
EAD
FR TD 3 2 TD 4 2 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
89

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Nondependency on


Parents
8. Syntax Nondependency on Parents
NDP
DA NI=4 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=NP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
NDP
FR TD 3 1 TD 3 2
PD
OU SS TV MI
90

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Perceive Parents As


People
9. Syntax Perceive Parents As People
PP
DA NI=6 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=PP.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
PP
FR TD 6 4 TD 6 3 TD 5 1 TD 2 1 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
91

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Individuation


10. Syntax Individuation
IND
DA NI=5 NO=322 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=IND.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
IND
FR TD 3 2 TD 2 1 TD 5 3
PD
OU SS TV MI
92

Lampiran 3
Hasil Uji Hipotesis

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Celebrity Worship 322 19,60 73,31 50,0000 9,35097
Secure 322 26,05 70,23 50,0000 7,81075
Fearful 322 23,21 69,40 50,0000 8,94383
Preoccupied 322 19,75 65,54 50,0000 9,16150
Dismissing 322 23,88 69,90 50,0000 8,22201
Self-esteem 322 16,72 74,56 50,0000 8,62648
Nondependency on 322 27,49 69,05 50,0000 8,09527
Parents
Perceive Parents As 322 30,23 79,74 50,0000 7,52525
People
Individuation 322 19,14 67,83 50,0000 8,05866
Valid N (listwise) 322

Adjusted R Std. Error of the Sig. F


Model R R Square
Square Estimate Change
1 ,322a ,104 ,078 8,97891 ,000
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency
on Parents, Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2914,741 9 323,860 4,017 ,000a
Residual 25153,699 312 80,621
Total 28068,440 321
a. Predictors: (Constant), Usia, Secure, Perceives Parents as People, Nondependency
on Parents, Preoccupied, Dismissing, Self-esteem, Individuation, Fearful
b. Dependent variable: Celebrity Worship
93

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 27.454 9.120 3.010 .003

TSC .032 .072 .027 .445 .657

TFR .134 .070 .128 1.920 .056

TPRO .206 .062 .202 3.308 .001

TDIS .104 .071 .092 1.479 .140

TSE .068 .065 .063 1.045 .297

TNDP -.103 .068 -.089 -1.506 .133

TPP -.023 .070 -.019 -.331 .741

TIND .069 .072 .060 .958 .339

USIA -1.121 1.058 -.058 -1.060 .290

Model Summary

Change Statistics
Std.
Error of R
R Adjusted the Square
Model R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change
a
1 .053 .003 .000 9.35219 .003 .916 1 320 .339
b
2 .230 .053 .047 9.12895 .050 16.842 1 319 .000
c
3 .287 .082 .074 8.99978 .029 10.222 1 318 .002
d
4 .296 .088 .076 8.98726 .005 1.887 1 317 .171
e
5 .304 .093 .078 8.97742 .005 1.695 1 316 .194
f
6 .312 .097 .080 8.96764 .005 1.690 1 315 .195
g
7 .312 .098 .077 8.98180 .000 .007 1 314 .932
h
8 .317 .101 .078 8.98067 .003 1.079 1 313 .300
i
9 .322 .104 .078 8.97891 .003 1.123 1 312 .290

a. Predictors: (Constant), TSC

b. Predictors: (Constant), TSC, TFR

c. Predictors: (Constant), TSC,


TFR, TPRO
94

d. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO,


TDIS

e. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO,


TDIS, TSE

f. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO,


TDIS, TSE, TNDP

g. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO, TDIS, TSE, TNDP, TPP

h. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO, TDIS, TSE, TNDP, TPP,


TIND

i. Predictors: (Constant), TSC, TFR, TPRO, TDIS, TSE, TNDP, TPP,


TIND, USIA

Lampiran 4
Analisis Independent Sample Test
Usia

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means

Sig. (2- Mean


F Sig. t df tailed) Difference

DCW Equal
variances 6.330 .012 -.149 320 .882 -.39376
assumed

Equal
variances not -.108 12.508 .916 -.39376
assumed

Anda mungkin juga menyukai