Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Ismi Faiza Shawli
NIM: 1113070000131
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
1440 H / 2019
PENGARUH SELF-ESTEEM, SOCIAL COMPARISON, THIN
IDEAL INTERNALIZATION, DAN RASA SYUKUR
TERHADAP BODY DISSATISFACTION IBU
PASCAMELAHIRKAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Ismi Faiza Shawli
NIM. 1113070000131
Pembimbing
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
1440 H / 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Sidang Munaqosyah
Anggota
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
A) Fakultas Psikologi
B) September 2019
C) Ismi Faiza Shawli
D) Pengaruh Self-Esteem, Social Cmparison, Thin Ideal Internalization dan
Rasa Syukur terhadap Body Dissatisfaction ibu pascamelahirkan
E) xiii + 87
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable self-esteem,
social comparison, thin ideal internalization dan rasa syukur terhadap
body dissatisfaction pada ibu pascamelahirkan di Jabodetabek. Subjek
penelitian ini berjumlah 201 ibu pascamelahirkan yang diambil dengan
teknik non-probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur yang
terdiri dari Body Image Rating Scale (BIRS), Upward and Downward
Comparison Scale (UDACS), State Self-Esteem Scale (SSES),
Sociocultural Attitudes Toward Appearance Questionnaire-3 (SATAQ-
3), CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji
validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan sebagai
teknik untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh secara bersama
sama dari self-esteem, social comparison, thin ideal internalization dan
rasa syukur pada ibu pascamelahirkan di Jabodetabek sebesar 78%. Hasil
uji hipotesis minor menunjukan bahwa tiga variabel memiliki pengaruh
yang signifikan antara lain upward comparison, thin ideal internalization
dan rasa positif bersyukur.
Saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperkaya IV dari
body dissatisfaction dengan variabel demografi, seperti tingkat konsumsi
media massa, media sosial ataupun perkembangan zaman pada saat ini.
Penelitian selanjutnya juga dapat menyempurnakan penelitian ini dengan
variabel usia, agar dapat diperluas atau dispesifikasi lagi sehingga hasil
penelitiannya lebih baik.
G) Bahan bacaan: 47; 8 buku + 36 jurnal + 3 skripsi
ABSRACT
A) Faculty of Psychology
B) September 2019
C) Ismi Faiza Shawli
D) The Influence of Self-Esteem, Social Comparison, Thin Ideal
Internalization and Gratitude on Postpartum Mother Body Dissatisfaction
E) Xiii + 87
F) This study aims to determine the effect of variable self-esteem, social
comparison, thin ideal internalization and gratitude on body dissatisfaction
of postpartum mothers in Jabodetabek. The subject in research is 201
postpartum mothers in Jabodetabek which were taken with non-probability
sampling techniques. The researchers modify scales consist of Body Image
Rating Scale (BIRS), Upward and Downward Comparison Scale (UDACS),
State Self-Esteem Scale (SSES), Sociocultural Attitudes Toward
Appearance Questionnaire-3 (SATAQ-3). CFA (Confirmatory Factor
Analysis) was used to test the validity of instrument and Multiple
Regression Analysis was used as technique to test the research hypothesis.
The results showed that there is an effect of social comparison, self-
esteem, thin ideal internalization and gratitude on body dissatisfaction of
postpartum mothers at 78%. Minor hypothesis test result indicated three
variables that have significant influences among others; upward
comparison, thin ideal internalization and gratitude.
Any suggestion for another research is to enrich body
dissatisfaction’s independent variable with demographic variable as if
quantity of use media massa, social media or the development of the times
as this time. Another research can improve age as independent variable to
be enlarge or to be specified to make this research better.
G) Refrence: 47; 8 books + 36 journals + 3 thesis
KATA PENGANTAR
atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini lancer. Shalawat serta salam semoga tetap Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
D angkatan 2013.
4. Para Dosen & Staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan selama peneliti
menyelesaikan studi.
5. Orang tua, mertua dan suami peneliti; Bapak Drs. Syauki Muchsin, M.Pd,
Ibu Yeli Yulianingsih, Ibu Syahriah, M.Pd serta suami tercinta Faqih
Khairul Fikri, S.Psi yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, pengertian,
sudah hadir dalam hidup Ibu. Semoga Ibu bisa jadi contoh yang baik untuk
Nayya. Aamiin.
7. Teman-teman “HYT” khususnya Acah, Karin, Ani yang dengan suka rela
Tanpa kalian penelitian ini tidak bisa berlangsung, terima kasih banyak.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
maupun tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
penelitian.
menunjukan kondisi tidak sesuai fakta dengan keinginan telah dialami oleh pria
maupun wanita. Khususnya pada wanita, body dissatisfaction kerap kali menjadi
sebagain besar wanita menyatakan tidak puas atau tidak senang terhadap tubuh
Baik pria maupun wanita memiliki rentang kehidupan yang berbeda. Pada
masa dewasa awal, biasanya seorang wanita telah memasuki gerbang kehidupan
yang baru (menikah, memiliki anak, dll). Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa
dewasa awal dimulai pada usia 18 hingga 40 tahun. Sedangkan Papalia, Olds &
berkisar antara usia 20 – 40 tahun dimana pada masa ini terjadi pelepasan peran
sebagai remaja ke peran baru sebagai orang dewasa. Hurlock (2002) orang dewasa
kedudukannya dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Masa dewasa ini
adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang
penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
Ketika seorang wanita telah masuk gerbang pernikahan, tentu tidak lama
lagi akan merasakan masa-masa kehamilan. Masa kehamilan adalah salah satu
tugas perkembangan yang didambakan oleh sebagian besar wanita yang telah
yang khas dalam segi fisik. Sari & Siregar (2012) menyatakan bahwa perubahan
fisik meliputi payudara mengencang, sering buang air kecil dan merasa lelah serta
adanya kenaikan berat badan dan pembesaran pada bagian perut. Diketahui bahwa
kenaikan berat badan yang ideal pada wanita selama kehamilan sekitar 6,5 – 16,5
kg (Sari, 2009).
Sikap terhadap berat dan bentuk tubuh selama kehamilan memiliki dampak
penting terhadap kenaikan berat badan selama kehamilan dan kesehatan mental ibu
setelah melahirkan (Sari, 2009). Sikap dan persepsi terhadap berat dan bentuk tubuh
disebut juga sebagai body image (Warren & Rio, 2012). Perubahan fisik selama
kehamilan berkonsekuensi terhadap perubahan body image perempuan (Sari &
Siregar, 2012). Henderson & Jones (2006) mengidentifikasi bahwa selain khawatir
tentang bagaimana mereka akan mengatasi nyeri proses melahirkan, ibu juga
bayi atau persalinan, yaitu masa ketika sang ibu menyesuaikan diri baik fisik
maupun psikis dengan proses pengasuhan anak. Periode ini berlangsung kira-kira
selama enam minggu atau hingga tubuh melakukan penyesuaian diri ke keadaan
mempengaruhi kondisi fisik yang tampak dari luar pada diri seorang ibu
pascamelahirkan. Stein & Fairbun (dalam Jordan, Cadevila & Johnson, 2005)
menjelaskan bahwa setelah melahirkan, tubuh jarang cepat kembali seperti bentuk
tubuh sebelum hamil sehingga banyak wanita yang tidak siap dengan perubahan
fisiknya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hisner (dalam
Jordan, Cadevila, & Johnson, 2005) yang mengemukakan bahwa 75% wanita
dewasa muda pascamelahirkan gelisah akan berat badannya dan khawatir dengan
Terdapat penelitian lain oleh Fischman (Jordan, Cadevila & Johnson, 2005) yang
menemukan bahwa 70% wanita tidak puas dengan tubuhnya enam bulan
pascamelahirkan dan 30% lainnya masih merasa tidak puas lebih dari satu tahun
pascamelahirkan.
tubuh dan ukuran tubuh wanita, dan bagi banyak wanita hal tersebut dirasakan
bentuk tubuhnya atau merasa citra tubuh negatif (Jenkin & Tiggermann, 1997;
Rallis, Skouteris, Wetheim & Paxton, 2007; Skouteris, Carr, Wetheim, Paxton &
yang cukup signifikan antara berat badan dan kepuasan bentuk tubuh wanita
sebelum hamil dan setelah melahirkan, hasil penelitian itu menunjukan bahwa
wanita yang telah melahirkan lebih berat 4.88 kg dibandingkan berat badan sebelum
hamil, sehingga hal itu menyebabkan berkurangnya kepuasan pada berat badan dan
bentuk tubuh mereka setelah melahirkan (Jenkin & Tiggemann, 1997). Penelitian
yang sama juga menunjukan bahwa pengalaman ketidakpuasan wanita pada tubuh
ada di posisi puncak yaitu ketika periode setelah melahirkan dibandingkan waktu
sebelum hamil atau kehamilan akhir (Rallis, Skouteris, Wertheim & Paxton, 2007).
dirinya sendiri, juga ternyata mengacu pada masalah lain. Sebagai contoh, wanita
yang kepuasan tubuhnya rendah pada bentuk tubuhnya, juga kecil kemungkinannya
untuk menyusui (Bames, Stein, Smith, & Pollock, 1997; Foster, Slade, & Wilson,
1996; Walker & Freeland-Graves, 1998). Body dissatisfaction pada wanita dewasa
asupan nutrisi dan kalori serta menurunnya kualitas ASI (Erbil, Senkul & Basara,
2012).
Kajian mengenai body dissatisfaction ini menjadi penting untuk para ibu
pascamelahirkan. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti pada bulan Maret 2019 terhadap sepuluh ibu pascamelahirkan yang
memiliki rentang usia dewasa awal. Sembilan dari sepuluh ibu menyatakan bahwa
mereka merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya saat ini, sehingga sangat
body dissatisfaction meliputi: self-esteem (Heatherton & Polivy, 1991), thin ideal
internalization (Vartanian et al., 2013), sensitivitas, poor coping skill (Vander Walk
Ricciardelli & Williams, 2000), kepribadian dan negative affect (Vander Wal &
Thelen, 2000). Parental and peer emphases, karakteristik keluarga (Vander Wal &
Thomas, 2004), marital satisfaction, peer relationship, body mass index (Friedman,
Dixon, Brownwell, Whisman & Wiffley, 1999), parenting style menopausal status
(Sleeve & Tiggerman, 2010), social comparison (Myers & Crowther, 2009),
pendapatan keluarga dan usia (Gjerdingen et al., 2009). Faktor-faktor tersebut
dengan ukuran tubuh ideal. Pada body dissatisfaction ini perilaku membandingkan
sosial merupakan salah satu penyebab munculnya perasaan tidak puas (body
dissatisfaction) terutama pada wanita. Hal ini dibuktikan oleh Myers & Crowther
(2009) dalam penelitian meta analisisnya yang menyebutkan bahwa ketika individu
dengan Myres & Crowther (2009), Vartanian & Dey (2013) dalam penelitiannya
korelasi antara thin ideal internalization dan body dissatisfaction. Selain menjadi
dissatisfaction.
Perbandingan sosial merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam
seseorang (Jones, 2001). Perbandingan sosial dibedakan menjadi dua dimensi yaitu
upward comparison (perbandingan ke atas) dan downward comparison
preferensi terhadap target yang lebih tinggi atau lebih rendah dari dirinya (O’Brien
et al., 2009).
dijadikan perbandingan merupakan orang dengan bentuk tubuh yang jauh lebih baik
dikarenakan dengan membandingkan diri terhadap orang lain yang tidak lebih baik
membuat dirinya puas dengan bentuk tubuhnya terlepas dari titik awal evaluasi diri
yang dilakukannya.
self-esteem. Pada kasus body dissatisfaction, self-esteem atau harga diri sangat
dipengaruhi oleh persepsi negatif dari individu yang berhubungan dengan berat
badan dan bentuk tubuh (Daley et al., 2008). Penelitian Daley et al., (2008) ini
esteem) sangat penting dalam pengembangan citra tubuh yang positif, karena tubuh
menurut pandangan orang lain merupakan hal pertama yang dinilai dalam kontak
tinggi percaya bahwa mereka cukup pintar dan memiliki kemampuan yang baik
dengan nilai koefisien negatif, yang berarti performance self-esteem yang rendah
yang memiliki social self-esteem yang tinggi cenderung peduli terhadap pandangan
orang lain tentang bentuk tubuhnya dan berpengaruh terhadap body dissatisfaction.
Sehingga individu yang rendah social self-esteem-nya sering kali cemas dalam
pengalam sosialnya dan kerap khawatir akan bagaimana orang lain memandang
dalam melihat kondisi fisik tubuhnya, bagaimana agar terlihat menarik dan
Thin ideal internalization ini menurut Vartanian & Dey (2013) dalam penelitiannya
tubuh ideal menurutnya dan gagal memperoleh penilaian yang ideal akan
penelitiannya ini, Vartanian & Dey (2013) menyimpulkan bahwa thin ideal
& Crowther, 2009). Disebutkan juga dalam penelitiannya bahwa individu dengan
usia muda memiliki afeksi negatif yang lebih besar dalam penampilan tubuhnya
dibanding individu dengan usia yang lebih tua. Augustus-Horvath & Tylka (2011)
dewasa muda dan dewasa madya memiliki kesamaan tingkat body dissatisfaction-
nya, sedangkan pada individu dalam rentang usia dewasa akhir cenderung tidak
kasih, bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama hidup, baik dari
Tuhan, manusia, makhluk lain, dana lam semesta yang kemudian mendorong
seseorang untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia dapatkan. Peneliti
dissatisfaction ini karena ketika kita bersyukur, akan memunculkan rasa puas
terhadap sesuatu yang dimiliki maupun peristiwa yang sedang atau telah dialami.
terhadap bentuk tubuhnya jika gemuk akan mengalami depresi dan gangguan pada
nafsu makannya. Ketidaksesuaian bentuk tubuh akan memunculkan sifat tidak puas
pada dirinya. Sesorang yang merasa bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan akan merasa orang tersebut cenderung kurang puas atau kurang senang
terhadap bentuk tubuh yang dimiliki, sehingga menimbulkan rasa tidak bersyukur
melakukan penelitian tentang pengaruh self esteem, social comparison, thin ideal
tetapi masalah utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengaruh self
esteem, thin ideal internalization, social comparison & rasa syukur pada body
definisi yang dikemukakan oleh Shroff et al., (2009) yaitu persepsi negatif
akan citra tubuh pada komponen afektif, kognitif dan perilaku terhadap
c) Thin ideal internalization dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang
dalam hal ini menilai bentuk tubuh dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
e) Rasa syukur dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang dikemukakan
berterima kasih, bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama
hidup, baik dari Tuhan, manusia, makhluk lain, dan alam semesta yang
yang ia dapatkan.
g) Usia objek penelitian mengacu pada penelitian dari August Horvath &
Tylka (2011) adalah usia dewasa muda & dewasa madya namun peneliti
memilih untuk usia dewasa muda saja karena pada usia dewasa muda
pascamelahirkan?
Secara pokok penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
ibu pascamelahirkan.
ideal internalization dan rasa syukur. Sehingga menambah ilmu baru bagi peneliti
dan para pembaca. Selain itu, instansi terkait seperti Departemen Kesehatan untuk
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para ibu
konsekuensi terhadap bentuk tubuh setelah baru melahirkan dan meningkatkan self-
LANDASAN TEORI
Body dissatisfaction merupakan bagian dari body image (citra tubuh), yang
mana citra tubuh negatif akan menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap tubuh.
Body image oleh Grogan (2008) didefinisikan sebagai persepsi, pemikiran, dan
menarik atau tidak, dan emosi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh
seseorang.
salah satu tampilan fisik meskipun menujukkan kepuasan pada tampilan fisik yang
lain. Dengan kata lain, ada beberapa aspek dan penampilan individu yang dinilai
negatif.
antara bentuk tubuhnya sendiri dengan bentuk tubuh ideal yang diharapkan. Cash
dan Henry (1995) mengungkapkan body dissatisfaction sebagai pikiran dan
perasaan negatif individu terkait dengan ukuran, bentuk, berat tubuhnya dan
secara fisik. Begitu pula Grogan (2008) yang menyebutkan seseorang dengan body
tubuhnya, yakni merasa tidak memiliki tubuh yang bagus. Menurut Silberstain,
diri sesuai standar ideal. Individu merasa tidak puas dan mencoba segala sesuatu
dissatisfaction sebagai persepsi negatif dan rasa tidak puas terhadap bagian tubuh
teori yang diusung oleh Shroff et al. (2009) yang mengatakan bahwa body
dissatisfaction ialah ketidaksenangan atau keidakpuasan seseorang terhadap aspek-
kategori (kompenen afektif, kognitif dan perilaku) seperti yang terdapat dalam
dan informasi yang berkaitan dengan citra tubuh disimpan dan diproses.
ukuran tubuhnya sendiri dengan bentuk dan ukuran tubuh yang dianggap
1. Self-esteem
2. Social comparison
1954). Myers & Crowther (2009) dalam penelitian meta analisisnya yang
4. Rasa syukur
berterima kasih, bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama
hidup, baik dari Tuhan, manusia, makhluk lain, dana lam semesta yang
yang ia dapatkan.
5. Kepuasan pernikahan
perkawinan.
6. Self compassion
7. Usia
8. Media sosial
bebas yang pengaruhnya cukup signifikan dengan body dissatisfaction yaitu self
dissatisfaction, diantaranya:
a. Figural rating scale/skala figur tubuh. Skala pengukuran ini dikenal juga
dengan teknik siluet. Dikembangkan pada tahun 1950-an dan tetap banyak
mulai dari ukuran yang sangat kupus hingga yang sangat gemuk, dan
tubuh ideal menurutnya. Perbedaan antara kedua figur yang dipilih ini
partisipan, dan figur yang dipilih juga mengindikasikan apakah tubuh ideal
menurutnya lebih kurus atau lebih gemuk dari ukuran tubuhnya saat ini.
secara global, dan juga sebagai review yang lengkap dalam pengukuran
(2) The Eating Disorder Inventory (EDI) oleh Garner, Olmsted, dan Polivy
(3) The Body Shape Questionnaire (BSQ) oleh Cooper, Taylor, dan
(4) The Body Attitude Questionnaire (BAQ) yang dikembangkan oleh Ben-
Tovim dan Walker pada tahun 1001. Terdiri dari 6 aspek: fatness, self-
(5) The Body Image Rating Scale (BIRS) oleh Gonzales-Marti, Bustos,
Jordan dan Mayville (2012) yang mengadospsi teori dari Shroff et al.,
(2009). Terdiri dari 15 item yang mengukur 3 aspek: kognitif, afektif &
perilaku.
Gonzales-Marti et al., (2012) yaitu The Body Image Rating Scale (BIRS). Peneliti
teori yang diutarakan Shroff et al., (2009) dengan segala pembahasannya. Selain itu
alat ukur ini juga dinilai konsisten (a = .73-.80), BIRS memiliki tingkat relabilitas
dengan test-retest setelah dua minggu (r = .76-.89) serta validitas konstruk yang
kondisi dimana individu memaknai tubuh ideal dari stimulus dan informasi yang
sebagai proses dimana seseorang telah didukung atau dibawa untuk melihat ke titik
yang menjadi bagian dari system kepercayaan mereka. Proses internalisasi ini
disebut juga sebagai reinforcement social atau penguatan ulang dalam lingkungan
Dalam proses sosialisasi, seperti sosialisasi citra tubuh ideal oleh media
peniruan terhadap model-model sehingga apa yang telah ditiru menjadi sebagian
tingkah laku ideal yang dipromosikan oleh media, seperti: bentuk tubuh yang
tingkat kesadaran dan hal yang mendukung seseorang terhadap persepsi bentuk
tubuh ideal. Masing-masing item terdiri dari 5 poin skala, namun dalam penelitian
ini hanya menggunakan 4 poin skala (1 = sangat tidak setuju, hingga 4 = sangat
setuju. Skor yang tinggi mengindikasikan bahwa responden memiliki tingkat thin
ideal internalization yang cukup tinggi. Alat ukut ini memiliki nilai validitas
sebesar 0.95 yang diakui mengukur thin ideal internalization terhadap body
dissatisfaction.
Teori social comparison dikembangkan oleh Festinger (1954) yang pada mulanya
dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara itulah orang bisa
mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh kemampuan
yang dimilikinya.
Teori social comparison dari Festinger (1954) ini menjelaskan bahwa setiap
langsung, individu mencari cara untuk melakukan hal tersebut dengan cara
melakukan perbandingan antara diri sendiri dengan individu lain, atau yang biasa
untuk evaluasi diri tidak tersedia, maka membandingkan diri sendiri kepada orang
lain dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan dasar manusia untuk evaluasi diri.
dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya
kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat
Menurut Festinger (1954) seseorang selalu ingin terlihat lebih baik dari
orang lain karena lebih baik dari orang lain merupakan sesuatu yang membuatnya
dapat menyesuaikan diri dengan kultur barat dalam kehidupannya. Hal inilah yang
selanjutnya yang mulai fokus pada social comparison sebagai cara peningkatan
upward) dan memperluas motivasi perbandingan sosial (Van Lange et al., 2012).
Jones (2001) mendefinisikan social comparison sebagai penilaian kognitif
yang dibuat oleh individu tentang sesuatu yang dimilikinya dibandingkan dengan
sesuatu milik orang lain. Wheeler (dalam Van Lange et al., 2012) menjelaskan
bahwa social comparison dilakukan seseorang sebagai bentuk dari kognisi sosial.
Seseorang berpikir untuk membuat evaluasi terhadap dirinya serta peningkatan diri
yang bertujuan agar dirinya lebih baik. Selain itu, dalam konteks objek
mereka. Dimana setiap wanita akan membandingkan dirinya dengan wanita juga,
begitupula dengan pria yang akan membandingkan dirinya dengan sesama pria.
Bahkan perbandingan dilakukan dengan objek yang lebih spesifik. Sebagai contoh,
seorang wanita yang telah menikah akan membandinakan dirinya dengan wanita
yang telah menikah pula, perbandingan bisa dilakukan dalam hal kebahagiaan
dalam pernikahan dan sebagainya. (Wheeler dalam Van Lange et al., 2012)
Menurut Wheleer (dalam Van Lange et al., 2012) hal yang menjadikan
orang lain. Dalam perilaku membandingkan ini seseorang akan menemukan dua
jenis perbandingan yaitu ke atas dan ke bawah (upward & downward comparison).
dalam melakuan perbandingan meluas tidak hanya sekedar bentuk evaluasi diri
perbandingan ke atas. Jadi social comparison baik itu upward comparison ataupun
downward comparison yang dilakukan oleh seseorang memiliki tujuan agar dapat
(1954) yang dapat disimpulkan bahwa social comparison merupakan proses saling
ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan
kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Menurut Festinger (1954) teori social comparison ini dibedakan menjadi dua tipe:
membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya lebih baik
daripada dirinya.
Pengukuran terhadap social comparison telah banyak dilakukan salah satunya oleh
O’Brien et al., (2009) dengan alat ukur yang dinamakan The Upward and
seberapa sering individu melakukan perbandingan dirinya terhadap orang lain yang
terdiri dari dua subskala: upward dan downward. Untuk kedua subskala tersebut,
setiap item menggunakan 5 poin skala (1 = sangat tidak setuju, hingga 5 = sangat
setuju), yang kemudian diadaptasi oleh peneliti menjadi 4 poin skala. Rata-rata item
dalam penelitian ini karena dimensi dari pengukuran ini sesuai dengan teori yang
diungkapak Festinger (1954) dan dengan segala pembaharuan yang diadaptasi oleh
O’Brien et al., (2009). Selain itu validitas alat ukur ini dianggap cukup baik dengan
2.4 Self-Esteem
pada dirinya sendiri. Penilaian tersebut berupa penolakan atau penerimaan terhadap
sendiri. Self-esteem dijadikan tolak ukur harga diri sebagai seorang manusia,
Adapun menurut Rosenberg (Martin, Nuflez, Navarro dan Grijalvo, 2007) self-
esteem merupakan perasaan dan pemikiran individu tentang penilaiain terhadap diri
positif atau negatif terhadap dirinya sejauh mana individu tersebut merasa berharga
diri sendiri atau perasaan menerima diri sendiri secara menyeluruh berdasarkan
ditunjukkan pada dirinya sendiri. Dibagi menjadi tiga dimensi yaitu performance
esteem yang tinggi. Seseorang dengan social self-esteem yang rendah akan
melihat fisik mereka meliputi skills, penampilan menarik, body image dan
dikembangkan oleh Janis dan Field pada tahun 1959. Skala ini mengukur
Kemudian pada tahun 1980, JFS dimodifikasi oleh Flenning dan Courtney
pada tahun 1984 dengan mengganti format responnya (5-7 skala) dan
menambahkan pertanyaan untuk dimensi lain dari self-esteem (Heatherton
oleh Rosenberg pada tahun 1965, terdiri dari 10 item dengan menggunakan
c) State Self-Esteem Scale (SSES) adalah alat ukur yang dikembangkan oleh
Heatherton & Polivy pada tahun 1991 merupakan pengembangan dari Janis-
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada State Self
Esteem Scale (SSES) yang dikembangkan oleh Heatherton & Polivy (1991).
Instrument yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari 7 item yang
mengukur aspek performance self esteem, 7 item mengukur social self-esteem, dan
6 item mengukur physical appearance self-esteem. Alat ukur ini memiliki nilai
berterima kasih, bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama hidup,
baik dari Tuhan, manusia, makhluk lain, dana lam semesta yang kemudian
mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama seperti yang ia dapatkan.
berterima kasih dan bahagia sebagai respon atas suatu pemberian, baik pemberian
tersebut merupakan keuntungan yang nyata dari orang tertentu ataupun kedamaian
yang diperoleh dari keindahan alamiah. Bersyukur menurut Peterson & Seligman
menyiratkan adanya perasaan positif; baik itu puas, bahagia, damai, maupun
berterima kasih karena suatu hal yang sedikit tetapi dinilainya positif atau
menguntungkan. Misalnya orang yang hidup miskin tetapi merasa bahagia karena
ia bersyukur masih dapat hidup sampai sekarang, atau sebagai contoh ibu
pascamelahirkan yang merasa tidak percaya diri akan kondisi tubuhnya tetapi tetap
bahagia karena ia baru saja melahirkan seorang anak. Penderitaan juga dapat
suatu hal yang kecil maupun hal yang menyedihkan dapat menumbuhkan perasaan
dan perspektif secara lebih luas mengenai kehidupan, yaitu pandangan bahwa hidup
adalah suatu anugerah (Peterson & Seligman, 2004). Dengan melihat dan
merasakan penderitaan sebagai sesuatu yang positif, maka seseorang akan bisa
meningkatkan kemampuan coping barunya baik secara sadar maupun tidak, dapat
memicu timbulnya pemaknaan terhadap diri yang akan membawa hidup seseorang
ke arah yang lebih positif (Mc Millen dalam Krause, 2006). Beberapa studi juga
memiliki tujuan hidup dan penerimaan diri. Orang yang bersyukur juga memiliki
coping yang positif dalam menghadapi kesulitan hidup, mencari dukungan sosial
yang terbaik bagi masalahnya. Watkins et al., (2003) juga menyatakan bahwa rasa
yaitu: (1) perasaan apresiasi yang hangat terhadap seseorang atau sesuatu; (b)
keinginan atau kehendak baik (goodwill) yang ditunjukan kepada seseorang atau
sesuatu; dan (c) kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi
dan kehendak baik yang dimiliknya. Menurut Fitzgerald (1998), ketiga komponen
ini merupakan komponen yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan, karena
dalam hatinya. Selain Fitzgerald (1998), Watkins dkk (2003) juga mengemukakan
empat karakteristik orang yang bersyukur. Menurut Watkins (2003), individu yang
sudah tersedia pada kebanyakan orang, seperti udara untuk bernafas, air untuk
bahagia, serta apresiasi atas hal-hal yang diperoleh selama hidup, baik dari Tuhan,
manusia, makhluk lain, dana lam semesta, yang kemudian mendorong seseorang
yaitu: (a) perasaan apresiasi yang hangat terhadap seseorang atau sesuatu; (b)
keinginan atau kehendak baik (goodwill) yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu; dan (c) kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi
dan kehendak baik yang dimilikinya. Menurut Fitzgerald (1998), ketiga komponen
ini merupakan komponen yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan, karena
apresiasi di dalam hatinya. Selain Fitzgerald (1998), Watkins dkk (2003) juga
sudah tersedia pada banyak orang, seperti udara untuk bernafas, air untuk hidup
mengekspresikan bersyukur.
Barat dengan tujuan untuk mengukur rasa syukur, diantaranya adalah Gratitude
yang memodifikasi teori Fitzgerald (1998) dan Watkins (2003) dan menyelipkan
dapat dirangkum dalam suatu kerangka berpikir bahwa pada umumnya kaum ibu
pascamelahirkan ingin memiliki tubuh yang ideal menurut dirinya. Hal tersebut
sosial, maka mereka memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi terhadap body
dissatisfaction. Ibu yang cenderung mengalami body dissatisfaction ini akibat dari
puas akan selalu muncul dari individu akibat perbandingan yang dilakukannya
Rasa tidak puas terhadap bentu tubuh muncul akibat perbandingan ke atas
orang yang lebih baik, selain dapat memberi informasi dan mendapatkan inspirasi
positif juga dapat membuat seorang ibu pascamelahirkan tersebut merasa tertekan
dan khawatir dengan bentuk tubuhnya sendiri. Hal ini dikarenakan individu selalu
merasa lebih buruk dibanding orang lain setelah melakukan perbandingan ke atas
(upward comparison). Seringnya intensitas ibu pascamelahirkan dalam melakukan
tubuhnya.
bawah, maka ia akan mendapat objek perbandingan yang lebih buruk dari dirinya.
Dengan membandingkan tubuhnya dengan orang lain yang lebih buruk, seseorang
berharap akan tampil lebih percaya diri dengan penampilan tubuhnya. Namun
seringkali justru reaksi negatif muncul dengan implikasi rasa kecewa dan tidak puas
Penghargaan terhadap diri yang rendah membuat seseorang tidak percaya diri
dengan apa yang telah dimilikinya. Termasuk juga dalam hal body dissatisfaction,
bahwa wanita yang mengalami body dissatisfaction kemudian melakukan diet, hal
ini dikarenakan self-esteem mereka berada pada tingkat yang cukup rendah. Dengan
self-esteem yang rendah wanita cenderung memiliki persepsi yang negatif terhadap
percaya bahwa mereka cukup pintar dan memiliki kemampuan yang baik dalam
caranya memperoleh tubuh yang ideal. Seorang ibu yang yakin dengan usahanya
dalam memperoleh tubuh ideal tentunya akan puas dengan penampilan tubuhnya.
meraih tubuh ideal meskipun usaha yang dilakukannya sudah cukup banyak,
pandangan orang lain tentang bentuk tubuhnya. Sehingga ibu yang rendah social
akan pandangan orang lain tentang bentuk tubuhnya. Ibu yang khawatir dengan
tubuhnya dihadapan lingkungan sosialnya. Lain halnya dengan ibu yang memiliki
social self-esteem yang tinggi, mereka tentunya tampil didepan lingkungan sosial
melihat kondisi fisik tubuhnya, bagaimana agar ia terlihat menarik dan menjadikan
stigma positif untuk dirinya. Seorang ibu yang baru melahirkan akan mengalami
body dissatisfaction jika dirinya tidak memiliki harga diri terhadap bentuk
tubuhnya. Ibu yang kurang menghargai bentuk tubuhnya sendiri terbilang jarang
memperhatikan kondisi fisik tubuhnya sehingga pada akhirnya ketika dia sadari
bahwa kondisi tubuhnya sangat buruk, maka yang terjadi adalah rasa tidak puas
terhadap diirnya.
body dissatisfaction. Internalisasi tubuh ideal membuat ibu memiliki afeksi negatif
terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya saat ini. Beberapa penelitian juga telah
frekuensi yang ditampilkan media, kemudian ketika mereka gagal mencapai apa
mereka. Perasaan negatif inilah yang membawa seorang ibu ke arah ketidakpuasan
seseorang memandang wajah, bentuk tubuh dan gaya danri sisi fisiknya. Media
massa dan masyarakat memiliki pernanan yang penting dalam memberi tekanan
pada ibu pascamelahirkan agar memiliki bentuk tubuh dan keterampilan tertentu.
Umumnya wajah dan bentuk tubuh yang dianggap cantik oleh wanita ialah dia yang
langsing, tinggi, berkulit putih, hidung mancung dan lain sebagainya. Penilaian
seperti itu akan membuat seorang ibu pascamelahirkan menjadi stress, gagal
atau kecantikan dan ketampanan adalah suatu hal yang relatif, karena perbedaan
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Dan Allah SWT telah melimpahkan
banyak kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya di dunia ini. Mereka diberi
pendengaran, penglihatan dan hati. Kenikmatan tersebut begitu banyak dan tak
terhingga, sehingga tidak ada satupun diantara manusia yang mampu menghitung
betapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya kepada manusia. Salah satu wujud
syukur itu ialah mensyukuri semua pemberian atau nikmat yang diberikan oleh
Allah SWT melalui kepuasan terhadap bentuk tubuh individu itu sendiri.
social comparison, thin ideal internalization serta rasa syukur berperan sebagai
SELF-ESTEEM
Social self-esteem
Physical
self-estem
Performance
self-esteem
BODY
DISSATISFACTION
SOCIAL COMPARISON
Upward comparison
Downward comparison
Apresiasi
Rasa positif
Kecenderungan bertindak
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Self-esteem, Social comparison, Thin
ideal internalization dan rasa syukur terhadap Body Dissatisfaction
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang
rasa syukur.
diajukan, maka hipotesis mayor dari penelitian ini adalah: ada pengaruh yang
signifikan dari self esteem, social comparison, thin ideal internalization & rasa
JABODETABEK.
awal di JABODETABEK.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari social self-esteem terhadap
JABODETABEK.
JABODETABEK.
awal di JABODETABEK.
JABODETABEK.
awal di JABODETABEK.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dari rasa positif terhadap body
JABODETABEK.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
uji validitas konstruk, teknik analisis data serta prosedur penelitian. Pada penelitian
ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-masing
dan rasa syukur) terhadap body dissatisfaction. Pendekatan yang digunakan untuk
Populasi dalam penelitian ini merupakan ibu dewasa awal pascamelahirkan yang
berdomisili di JABODETABEK.
Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur
tertentu dan diharapkan dapat mewakili satu populasi. Pada penelitian ini, subjek
yang dijadikan sampel adalah kaum ibu pascamelahirkan pada usia dewasa awal di
JABODETABEK.
google docs (kuesioner yang disebar melalui link internet). Teknik ini dilakukan
a) Dependent variable
b) Independent variable
Pada penelitian ini, variable yang akan diteliti dan menjadi dependent variable
1. Self-esteem
2. Social comparison
4. Rasa syukur
dirinya sendiri.
5. Rasa syukur adalah perasaan berterima kasih, bahagia, serta apresiasi atas
hal-hal yang diperoleh selama hidup, baik dari Tuhan, manusia, makhluk
tersedia, dengan cara memilih jawaban yang sudah ditentukan yang menggunakan
skala Likert terhadap empat pilihan jawaban, yakni sebagai berikut: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
dipilih sesuai dengan jenis penyataan yakni favorable atau unfavorable. Untuk
jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS, S, TS, STS) dengan
nilai (1, 2, 3, 4). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak sebaliknya
dari kiri ke kanan (STS, TS, S, SS) dengan nilai (4, 3, 2, 1).
Skala body dissatisfaction yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
Kemudian diadaptasi itemnya oleh peneliti agar mudah dimengerti oleh responden
Skala ini menggunakan model skala Likert. Respon jawaban yang diberikan
terdiri dari empat poin skala, yaitu mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju) hingga 4
(Sangat Setuju). Total terdapat 12 item yang mengukur 3 aspek (4 item aspek
kognitif, 4 item aspek afektif dan 4 item aspek perilaku). Tanggapan untuk item
dari skala tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari body
dissatisfaction. Adapun blue print skala BIRS dijelaskan pada table 3.2 sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Blue Print The Body Image Rating Scale (BIRS)
Item
No Dimensi Indikator Jumlah
Fav Unfav
Merasa puas atau tidak puas
1 Afektif terhadap penampilan dan bentuk 1 ,4 2, 3 4
tubuhnya
Jumlah 12
menggunakan skala yang dikembangkan oleh Heatherton & Polivy (1991) yaitu
State Self-Esteem Scale (SEES). Instrumen terdiri dari 4 item yang mengukur aspek
model Likert ini diadaptasi menjadi empat poin, yaitu mulai dari 1 (Sangat Tidak
Setuju) hingga 4 (Sangat Setuju). Tanggapan untuk setiap item dari skala SEES
Physical
Pandangan tentang penampilan
3 Appearance 5 6, 7, 8 4
menarik dan gambaran tubuhnya
self-esteem
Jumlah 12
Skala social comparison yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
menggunakan skala yang dikembangkan oleh O’Brien et al. (2009) dengan alat
ukur yang dinamakan The Upward and Downward Appearance Comparison Scale
(UDACS). Instrumen ini terdiri dari dua subskala, upward dan downward. Untuk
kedua subskala tersebut setiap item menggunakan 5 poin skala (1 – Sangat Tidak
Setuju, hingga 5 – Sangat Setuju), yang kemudian diadaptasi oleh peneliti menjadi
dan 4 item mengukur downward comparison) yang diadaptasi oleh peneliti agar
lebih mudah dipahami responden. Peneliti menggunakan alat ukur UDACS dalam
penelitian ini karena dimensi dari pengukuran ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan Festinger (1954). Adapun blue print skala social comparison ini
Jumlah 8
(SATAQ-3). Instrumen ini terdiri dari 30 item yang mengukur tingkat kesadaran
dan persepsi seseorang terhadap bentuk tubuh ideal, namun dalam penelitian ini
hanya menggunakan 5 item. Masing-masing item terdiri dari 5 poin skala, namun
dalam penelitian ini diadaptasi hanya menggunakan 4 poin skala (1 = Sangat Tidak
Setuju, hingga 4 = Sangat Setuju). Adapun blue print skala SATQ-3 dijelaskan pada
Mendefinisikan tubuh
yang ideal
Thin Ideal berdasarkan orang
1 1, 2, 3, 4, 5 5
Internalization lain yang diamati
(model majalah,
bintang film, dll)
Jumlah 5
Watkins (2003) yang mengatakan bahwa bersyukur memiliki tiga komponen, yaitu:
(1) Memiliki rasa apresiasi (sense of appreciation) terhadap orang lain ataupun
Tuhan dan kehidupan. (2) Perasaan positif terhadap kehidupan yang dimiliki. (3)
Tabel 3.6
Tabel Blue Print Skala Mengukur Rasa Syukur Fitzgerald (1998) dan Watkins
(2003)
Item
No Dimensi Indikator Jumlah
Fav Unfav
Memiliki rasa apresiasi terhadap
Sense of
1 orang lain ataupun Tuhan dan 1, 2, 3, 4 4
appreciation
kehidupan
Jumlah 12
3.3.5 Variabel Demografis
responden diminta untuk mengisi data diri. Variabel demografis dalam penelitian
ini adalah baby feeding choices, tingkat pendidikan, latar belakang pekerjaan dan
Dalam rangka pengajuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
Factor Analysis) untuk pengujian validitas instrument. Adapun logika dari CFA
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atau item-
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya megukur satu faktor saja, bergitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu factor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05) maka hipotesis
diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur
apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di-drop dan
sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di-drop. Sebab hal ini tidak
Penggunaan faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa
akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini
bukanlah skor yang diperoleh dari variable pada umumnya, melainkan justru
setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda
perkiraan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan factor skor yang telah diubah
menjadi t score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis
korelasi dan refresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan
benar hanya mengukur variabel body dissatisfaction. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square
= 406.39, df= 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.181. Oleh karena itu, peneliti
(tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai
tentang koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Body Dissatisfaction
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.85 0.07 12.92 ⎷
2 0.21 0.07 2.84 ⎷
3 0.49 0.07 7.24 ⎷
4 0.58 0.07 8.22 ⎷
5 0.64 0.06 10.1 ⎷
6 0.21 0.07 3.06 ⎷
7 0.53 0.07 7.84 ⎷
8 0.41 0.07 5.8 ⎷
9 0.42 0.07 6.09 ⎷
10 0.6 0.07 8.79 ⎷
11 0.19 0.07 2.72 ⎷
12 0.9 0.06 14.16 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan ( t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.7, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa semua item > 1,96. Dengan demikian 12 item
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel social self-esteem. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 0.79,
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 0.00, df = 1, P-value = 0.97348, RMSEA = 0.00. Nilai Chi-
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor ada yang dibawah
1,96. Dengan demikian secara keseluruhan terdapat 1 item yang di-drop dan 3
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Social Self-Esteem
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.85 0.07 12.73 ⎷
2 -0.09 0.08 -1.13 x
3 0.82 0.07 12.28 ⎷
4 0.65 0.07 9.52 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96) X = tidak signifikan
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel physical self-esteem. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 10.66,
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Physical Self-Esteem
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.61 0.07 8.97 ⎷
2 0.96 0.06 15.36 ⎷
3 0.8 0.07 12.15 ⎷
4 0.6 0.07 8.72 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan ( t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan
item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan item tidak
ada yang di-drop dan seluruhnya 4 item akan diikut sertakan dalam analisis
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variable performance self-esteem. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 8.93,
df = 2, P-value = 0.01148, RMSEA = 0.132. Oleh karena itu, peneliti melakukan
beberapa item tibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Performance Self-Esteem
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.69 0.07 10.36 ⎷
2 0.78 0.07 11.82 ⎷
3 0.87 0.06 13.44 ⎷
4 0.68 0.07 9.76 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.10, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa keseluruhan item signifikan karena t > 1,96. Dengan
demikian, secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop dan seluruhnya 4 item
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel upward comparison. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 25.51,
dibebasakan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Upward Comparison
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 1.02 0.06 16.71 ⎷
2 0.77 0.07 11.7 ⎷
3 0.74 0.07 11.35 ⎷
4 0.62 0.07 9.25 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan ( t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.9, peneliti meliihat muatan faktor dari tiap item. Kemudian
diketahui bahwa semua item signifikan karena t > 1,96 sehingga secara keseluruhan
item tidak ada yang di-drip dan seluruh 4 item akan diikut sertakan dalam analisis
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variable downward comparison. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 41.19,
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Berdasarkan tabel 3.12, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian dikertahui bahwa semua item signifikan karena t > 1,96 sehingga secara
keseluruhan item tidak ada yang di-drop dan seluruhnya 4 item akan diikut sertakan
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variable thin ideal internalization. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 22.41,
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Thin Ideal Internalization
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.4 0.09 4.71 ⎷
2 0.46 0.12 3.97 ⎷
3 0.56 0.1 5.77 ⎷
4 0.72 0.12 5.87 ⎷
Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan
item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan item tidak
ada yang di-drop dan seluruhnya 5 item akan diikut sertakan dalam analisis
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variable apresiasi rasa syukur. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 47.27,
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Apresiasi Rasa Syukur
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.82 0.06 12.92 ⎷
2 0.99 0.06 16.63 ⎷
3 0.64 0.07 9.71 ⎷
4 0.71 0.07 10.83 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.12, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan
item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan item tidak
ada yang di-drop dan seluruhnya 4 item akan diikut sertakan dalam analisis
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel perasaan positif rasa syukur. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-Square = 2.47, df = 2,
0.05 (tidak signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Perasaan Positif
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.92 0.06 15.44 ⎷
2 0.66 0.07 10 ⎷
3 0.79 0.06 12.62 ⎷
4 0.64 0.07 9.65 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96).
Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan
item signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian, secara keseluruhan item tidak
ada yang di-drop dan seluruhnya 4 item akan diikut sertakan dalam analisis
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur variabel kecenderungan untuk bertindak rasa syukur. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
= 0.0000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) dan
RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kecenderungan untuk
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Kecenderungan Bertindak
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.19 0.09 2.1 ⎷
2 -0.11 0.07 -1.48 x
3 1.04 0.29 3.63 ⎷
4 0.56 0.17 3.39 ⎷
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96)
Berdasarkan tabel 3.14, peneliti melihat muatan faktor dari tiap item.
Kemudian diketahui bahwa terdapat satu item yang muatan faktornya < 1,96 yaitu
item nomor 2. Dengan demikian, secara keseluruhan item yang akan di-dropnya
yaitu item nomor 2 yang artinya item tersebut tidak akan dianalisis dalam
signifikan dengan nilai t > 1,96 dan selanjutnya akan diikut sertakan dalam analisis
lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah:
Y=a + b1 + X1 + b2 + X2 + b3 + X3 + b4 + X4 + b5 + X5 + b6 + X6 + X7 + X8 + X9 + e
Keterangan:
Y = body dissatisfaction
a = intersep atau konstanta
b = koefisien regresi
X1 = social self-esteem
X2 = physical self-esteem
X3 = performance self-esteem
X4 = upward comparison
X5 = downward comparison
X6 = thin ideal internalization
X7 = rasa apresiasi syukur
X8 = perasaan positif rasa syukur
X9 = kecenderungan untuk bertindak rasa syukur
e = error
Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu regresi berganda
terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi varians dari self-
berikut:
##$%&
R2 =
##'
2. Uji F
3. Uji t
karena itu sebelum didapat nilai t dari setiap IV, harus didapat dahulu nilai
uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. Hasil
uji t ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan diperoleh oleh peneliti
nantinya.
Secara garis besar penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
b. Memilih item yang valid dan reliable dengan cara men-drop item
yang tidak valid dan tidak reliable, sehingga tidak digunakan dalam
analisis data.
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti membahas hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
meliputi empat bagian, yaitu gambaran umum subjek penelitian, deskripsi data
Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang
susu pada bayi (baby feeding choices). Gambaran subjek penelitian dijelaskan pada
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan
Keluarga, Jumlah Anak dan Pemilihan Pemberian Susu (Baby Feeding Choices)
Frekuensi Persentase
Pendidikan SMA/sederajat 63 31.3
D3 22 10.9
S1 115 57.2
S2 11 5.4
belakang pendidikan terakhir S1 jumlahnya paling banyak yaitu 115 orang atau
pekerjaan, Ibu Rumah Tangga jumlahnya paling banyak yaitu 80 orang atau
pendapatan keluarga paling banyak adalah > 5 juta yaitu 138 orang atau 68,6%.
Pemilihan pemberian susu pada bayi (baby feeding choices) ASI berjumlah 176
Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji statsistika deskriptif dari sampel yang
berjumlah 201 orang. Berdasarkan table 4.2 dapat diketahui nilai minimum dan
maksimum dari tiap variabel yang diteliti. Tabel 4.2 juga menunjukan nilai mean
Tabel 4.2
Hasil Statistika Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Body dissatisfaction 201 21.13 78.21 50 1.00E+01
Social self-esteem 201 26.94 75.2 50 1.00E+01
Performance self-esteem 201 32.44 80.45 50 1.00E+01
Physical appearance self-esteem 201 32.19 78.36 50 1.00E+01
Upward comparison 201 25.84 75.48 50 1.00E+01
Downward comparison 201 25.12 79.66 50 1.00E+01
Thin Ideal Internalization 201 21.42 80.88 50 1.00E+01
Apresiasi rasa syukur 201 36.36 78.41 50 1.00E+01
Kecenderungan bertindak rasa
syukur 201 26.3 82.96 50 1.00E+01
Rasa positif syukur 201 34.29 87.19 50 1.00E+01
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui jumlah subjek dalam penelitian
berjumlah 201 orang, dengan nilai mean 50 dan standard deviation 1.00E + 01,
masing-masing variable memiliki nilai minimum & maximum yang berbeda, tetapi
dari seluruh variable memiliki nilai maximum yang lebih tinggi dibanding nilai
minimum.
internalization & rasa syukur menjadi dua skor, yaitu skor rendah dan tinggi.
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategorisasi Rumus
Rendah X < Mean
Tinggi X > Mean
Adapun kategorisasi skor tiap variabel akan dijelaskan pada table 4.4 sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Frekuensi %
Variabel
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Body Dissatisfaction 99 102 49.3 50.7
Social Self-Esteem 111 90 55.2 44.8
Performance Self-Esteem 86 115 42.8 57.2
Physical Appearance Self-Esteem 136 65 67.7 32.3
Upward Comparison 96 105 47.8 52.2
Downward Comparison 103 98 51.2 48.8
Thin Ideal Internalization 114 87 56.7 43.3
Apresiasi Rasa Syukur 87 114 43.3 56.7
Kecenderungan Untuk Bertindak 86 115 42.8 57.2
Perasaan Positif 108 93 53.7 46.3
Berdasarkan pada table 4.4 dapat dilihat dari 201 subjek penelitian,
memiliki tingkat frekuensi dan presentase yang berbeda-beda. Pada variable body
dissatisfaction terdapat 102 orang yang memiliki rasa body dissatisfaction yang
tinggi.
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 1.7. Seperti yang sudah disebutkan pada bab
3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara
Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang
dilihat yaitu besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV
terhadap DV dan signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk table R
Tabel 4.5
Std. error
Adjusted
Model R R Square of the
R Square
estimate
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.78 atau 78,0%.
Artinya proporsi varians dari body dissatisfaction yang dijelaskan oleh self-esteem
untuk bertindak) dalam penelitian ini adalah sebesar 78% sedangkan 22% sisanya
variabel terhadap body dissatisfaction. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada table
4.6 berikut:
Tabel 4.6
Anova
Model Sum of squares df Mean square F Sig.
Regression 15590.228 9 1732.248 75.029 0
Residual 4409.772 191 23.088
Total 20000 200
Jika dilihat dari kolom keenam dari kiri (Sig.) pada table 4.6 dapat diketahui
bahwa nilai signifikan lebih kecil (p < 0.05). Maka hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variable terhadap dependen
variabel yaitu body dissatisfaction ditolak, dan yang diterima adalah hipotesis
alternatif. Artinya adalah ada pengaruh yang signifikan self-esteem (social self
dissatisfaction.
masing IV. Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficents
Model Sig
B Std. Error Beta
Body Dissatisfaction 6.567 2.694 0.016
Social Self-Esteem -0.049 0.04 -0.049 0.090
Performance Self-Esteem -0.076 0.045 -0.076 0.051
Physical Self-Esteemr 0.335 0.053 0.335 0.392
Upward Comparison 0.608 0.05 0.608 0.000
Downward Comparison 0.128 0.054 0.128 0.941
Thin Ideal Internalization -0.035 0.051 -0.035 0.000
Apresiasi rasa syukur -0.083 0.042 -0.083 0.496
Kecenderungan bertindak 0.045 0.052 0.45 0.223
Rasa positif -0.004 0.05 -0.04 0.020
sebagai berikut:
Body dissatisfaction = 6.567 – 0.0049 social self esteem – 0.076 performance self-
Keterangan:
Dari persamaan diatas terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan yaitu
koefisien negatif. Karena nilai sig > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
dengan arah koefisien negatif. Karena nilai sig > 0.05 maka dapat
arah koefisien positif. Karena nilai sig > 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak
koefisien positif. Karena nilai sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi dapat
pula.
koefisien positif. Karena nilai sig >0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
koefisien negatif. Karena nilai sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi dapat
yang dimiliki.
7. Variabel sense of appreciation memiliki signifikansi 0.496 dengan arah
koefisien negative. Karena nilai sig > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesisi nihil (H0) diterima. Jadi dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh
koefisien positif. Karena nilai sig > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nihil (H0) diterima. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh
negatif. Karena nilai sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi dapat disimpulkan
tinggi.
Variable
masing variable independen tersebut dianalisis satu per satu. Pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independent Variable
Std. Error Change statistic
R Adjusted R
Model R of the
Square R Square Square F Change df1 df2 Sig. F
Estimate
Change Change
1 .078 .006 .001 9.99424 .006 1.231 1 199 .269
2 .27 .137 .128 9.33623 .131 30.039 1 198 .000
3 .692 .479 .472 7.26931 .342 129.604 1 197 .000
4 .877 .769 .764 4.85581 .289 245.499 1 196 .000
5 .88 .774 .768 4.81311 .005 4.493 1 195 .035
6 .88 .775 .768 4.81616 .001 0.753 1 194 .387
7 .882 .779 .771 4.7894 .004 3.174 1 193 .076
8 .883 .78 .77 4.79252 .001 0.749 1 192 .388
9 .883 .78 .769 4.80498 .000 0.005 1 191 .941
a. Predictors: (constant), kecenderungan untuk bertindak, social self-esteem, upward
comparison, thin ideal internalization, rasa positif, apresiasi rasa syukur, performance
self-esteem, physical self-esteem, downward comparison
13,1%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena sig < 0.05.
34,2%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena sig < 0.05.
0,5%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik karena sig < 0.05.
6. Sumbangan variabel apresiasi rasa syukur terhadap body dissatisfaction
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Adapun
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari social comparison, thin ideal
yaitu; upward comparison, thin ideal internalization dan rasa positif. Sedangkan
prediktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap body dissatisfaction pada ibu
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi perilaku body
pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan positif terhadap perilaku body
tersebut dapat diartikan jika skor upward comparison seseorang tinggi maka skor
body dissatisfaction akan tinggi ataupun sebaliknya. Temuan ini selaras dengan
penelitian Swami et al. (2008) yang menyebutkan bahwa wanita selalu merasa tidak
puas karena seringkali figur yang dilihat sebagai perbandingan merupakan seorang
model yang notabene memiliki tubuh yang sempurna, dengan kata lain individu
tubuhnya dengan orang lain yang terlihat lebih baik. Perilaku tersebut memberi
dampak negatif yang menimbulkan persepsi bahwa dirinya memiliki tubuh yang
dijadikan perbandingan merupakan orang dengan bentuk tubuh yang jauh lebih baik
dirinya dengan figur lain yang terlihat lebih baik dibandingkan dirinya, seperti dari
terlevisi, melihat para artis yang terlihat sudah langsing kembali setelah melahirkan,
atau melihat sesama ibu yang memiliki berat badan ideal, dan lain sebagainya.
Variabel lainnya yang memiliki pengaruh signifikan dengan arah hubungan
yang positif terhadap body dissatisfaction adalah thin ideal internalization. Dari
arah hubungan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat thin ideal
internalization maka semakin rendah tingkat body dissatisfaction yang dialami ibu.
Hasil ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vartanian dan
Dey (2013) yang mengatakan bahwa wanita yang melihat model dan kemudian
Dengan begitu semakin tinggi thin ideal internalization yang dilakukan individu,
tubuh ideal yang cukup tinggi sehingga ketika melihat bentuk tubuhnya sendiri
mereka merasa kecewa dan body dissatisfaction pun muncul. Thin ideal
langsing, para model atau artis yang dijumpai di sosial media maupun televisi pun
cantik ialah yang memiliki ciri-ciri seperti itu, sehingga hal itu membuat para ibu
Ibu melihat figur yang diinternalisasikan memiliki tubuh yang ideal olehnya
Vartanian dan Dey (2013) juga menjelaskan ketika wanita menginternalisasi tubuh
ideal dan mendapatkan kesenjangan dengan tubuh yang dimilikinya, maka dalam
penelitian ini adalah rasa positif dengan arah negatif. Dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi rasa positif dalam diri individu, semakin rendah rasa body
dissatisfaction yang dialami. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Watkins, dkk (2003) yaitu seseorang yang tidak merasa kekurangan akan memiliki
yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap body dissatisfaction adalah social self-
Temuan ini tidak sejalan dengan Cash dan Pruzinsky (2002) yang menyatakan
bahwa self-esteem memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah yang negatif.
Dapat diartikan seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan
seseorang yang memiliki harga diri yang rendah akan meningkatkan persepsi tubuh
yang negatif sehingga muncul body dissatisfaction. Hasil yang berbeda dikarenakan
subjek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ibu pasca-melahirkan,
sehingga berbeda dengan Cash & Pruzinsky yang melakukan penelitian kepada
para remaja.
Variabel downward comparison tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap body dissatisfaction dengan arah yang positif. Temuan ini sejalan dengan
seseorang yang membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih buruk
darinya cenderung puas dengan bentuk tubuhnya. Hal ini dikarenakan dengan
membandingkan dirinya terhadap orang lain yang lebih buruk bentuk tubuhnya
dengan bentuk tubuhnya, terlepas dari titik awal evaluasi diri yang dilakukannya.
terhadap body dissatisfaction. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitzgerald (1998) dan Watkins, Woodward, Stone & Kolts (2003)
yang berbeda antara yang dilakukan oleh peneliti dengan Fitzgerald (1998) dan
Watkins, Woodward, Stone & Kolts (2003) adalah karena penelitian sebelumnya
tidak berfokus pada objek ibu pasca-melahirkan, yaitu laki-laki dan perempuan usia
20 – 70 tahun sehingga memiliki hasil yang tidak sama dengan penelitian yang
body dissatisfaction adalah ekspresi rasa syukur. Hal ini tidak sejalan dengan
bertindak positif sebagai ekspresi dari perasaan positif dan rasa syukur yang
dimiliki, sehingga tidak memiliki rasa body dissatisfaction pada dirinya sendiri.
Hasil penelitian yang berbeda antara yang dilakukan oleh peneliti dengan Fitzgerald
ditujukan kepada siapa saja baik laki-laki maupun perempuan di rentang usia 20 –
5.3 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan untuk
dapat melengkapi penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis maupun saran
praktis.
1. Pada penelitian ini masih ada variabel yang terkait secara teoritis dengan
oleh variabel lain diluar penelitian ini. Maka peneliti menyarankan agar
hamil dan melahirkan, dua hal tersebut pasti akan mempengaruhi bentuk
tubuh ibu. Tidak perlu melihat orang lain yang terlihat lebih baik
yang bertubuh lebih indah ataupun hal lain yang membuat persepsi
penelitian ini, peneliti berharap agar ibu tidak perlu melihat seseorang
yang dianggap lebih baik dari ibu, karena setiap orang pasti memiliki
Ata, R. N., Thompson, J. K., & Small, B. J. (2011). Effects of exposure thin ideal
media images on body dissatisfaction: testing the inclusion of a disclaimer
versus warning label. Body image, 10, 472-480.
Bucchianeri, M. M., Arikian, A. J., Hannan, P. J., Eisenberg, M. E., & Neumark-
Sztainer, D. (2013). Body dissatisfaction from adolescence to young
adulthood: findings from a 10-year longitudinal study. Body image, 10(1),
1-15.
Cash, T. E. & Henry, P. E. (1995). Women’s body images: the results of a national
survery in the USA. Sex roles, 33(1/2), 19-28.
Cash, T. F., Flemming, E. C., Alindogan, J., Steadman, L., & Whitehead, A. (2002).
Beyond body image as a trait the development and validation of the body
image states scale. Eating disorders, 10)2), 103-113.
Cash, T. F., & Pruzinsky, T. 2002. Body image: A handbook of theory, research
and clinical. New York: Guilford Publication.
Charles, N. & Kerr, M. (1986). Food for feminist thought. Sociological Review,
34(3): 537-72.
Cooper, P. J., Taylor, M. J., Cooper, Z., & Fairburn, C. G. (1987). The devolepment
and validation of the body shape questionnaire. International journal of
eating disorder, 6(4), 485-494.
Daley, K. A., Jimerson, D. C., Heatherton, T. F., Metzger, E. D., & Wolfe, B. E.
(2008). State self-esteem ratings in women with bulimia nervosa and
bulimia nervosa remission. Eat disorder, 55(2), 339-353.
Erbil, N., Senkul, A., & Basara, G. F. (2012). Body Image among Turkish women
during the first year postpartum. Health Care Women International. 33(2) :
125-137.
Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human relation, 7,
117-140.
Friedman, M. A., Dixon, A. E., Brownell, K. D., Whisman, M. A., & Wilfley, D.
E. (1999). Marital status, marital satisfaction, and body image
dissatisfaction. International journal of eating disorders, 26(1), 81-85.
Garner, D. M., Olmsted, M. P., & Polivy, J. (1983). The eating disorder inventory:
a measure of cognitive-behavioral dimensions of anorexia nervosa and
bulimia. Anorexia Nervosa, 173-184.
Gjerdingen, D., Fontaine, P., Crow, S., McGovern, P., Center, B., & Miner, M.
(2009). Predictor of mother’s postpartum body dissatisfaction. Women
health, 49(6), 491-504.
Gunarsa, S. (1982). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hasni, N. I., Karini, S. M., & Andayani, T. R. (2013). Hubungan antara citra tubuh
saat hamil dan kestabilan emosi dengan postpartum blues di Puskesmas
Grogol Sukoharjo. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
1(2), 30-42.
Henderson, C., & Jones, K. (2006). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Jordan, K., Cadevila, R., dan Johnson, S. (2005). Baby or beauty: A Q study into
post pregnancy body image. Journal of Reproductive and Infant
Psychology. 23(1): 19-31.
Krause, N. (2006). Gratitude toward god, health and stress in late life. Research in
Aging, 28(2), 163.
Listiyandini Ratih A., Nathania A., Syahniar D., Sonia L., Nadya R. (2015).
Mengukur rasa syukur: perkembangan model awal skala bersyukur versi
Indonesia. Jurnal Psikologi Ulayat. 2(2), 473-496.
Martin J., Nunez L., Navarro & Grijalvo. (2007). The Rosenberg self-esteem scale:
translation and validation in university students. The Spanish journal of
psychology. 10(2), 458-467.
Michinton, J,. (1993). Maximum self-esteem. Golden Books Centre SDN. BHD:
Kuala Lumpur.
Neumark-Sztainer, D., Paxton, S. J., Hannan, P. J., Haines, J. & Story, M. (2006).
Does body satisfaction matter? Five-year longitudinal associations between
body satisfaction and health behaviors in adolescent females and males.
Journal of adolescent health, 39, 244-251.
O’Brien, K. S., Caputi, P., Minto, R., Peoples, G., Hooper, C., Kell, S., Sawley, E.
(2009). Upward and downward physical appearance comparisons:
development of scales and examination of predictive qualities. Body image,
6, 201-206.
Rallis S., Skouteris, H., Wertheim, E, H., Paxton, S. J., Predictors of body image
during the first year postpartum: a prospective study. Women Health. 2007;
45:87-104.
Sari, S. H. (2009). Pengaruh body image terhadap penyesuaian diri wanita pada
kehamilan pertama. Naskah Puslikasi Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Sari, A. P. (2011). Hubungan antara citra tubuh terhadap harga diri pada ibu
postpartum primipara di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Jurnal
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sari, S. H., & Siregar, A. R. (2012). Peran body image terhadap penyesuaian diri
perempuan dewasa dini pada kehamilan pertama. Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
Sarwer, D., Thompson, J. K., & Cash, T. F. (2008). Body image and obesity in
adulthood. Psychiatric clinics of North America. 28, 69-87.
Secord, P. F., & Jourard, S. M. (1953). The appraisal of body cathexis: body-
cathexis and the self. Journal of consulting psychology, 17(5), 343-347.
Shroff, H., Calogero, R. M., & Thompson, J. K. (2009). Assessment of body image.
Handbook of assessment of methods for eating behaviors and weight-
related problems, 115-136.
Silberstein, L. R., Striegel-Moore, R. H., Timko, C., Rodin, J., 1988. Behavioral
and psychological implication of body dissatisfaction. Do men and women differ?
Sex roles, 19, 219-232.
Stice, E., & Whitenton, K. (2002). Risk factor for body dissatisfaction in adolescent
girls a longitudinal investigation. Developmental psychology, 38(5), 669-
678.
Swami, V., Salem, N., Furnham, A., & Tovee, M. J. (2008). Initial examination of
the validity and reliability of the female photographic figure rating scale for
body image assessment. Personality and individual differences, 44, 1752-
1761.
Thomas, K., Ricciardelli, L. A., & Williams, R. J. (2000). Gender traits and self-
concept as indicators of problem earing and body dissatisfaction among
children. Sex roles, 43(7-8), 441-458.
Vander Wal, J. S., & Thomas, N. (2004). Predictors of body image dissatisfaction
and disturbed eating attitudes and behaviors in African American and
Hispanic girls. Eating behaviors, 5(4), 291-301.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone T., dan Kolts, R. L. (2003). Gratitude and
happiness: Development of a measure of gratitude, and relatishionsip with
subjective well-being. Social Behavior and Personality, 31 (5), 431-452.
Assalamualaikum wr wb
Salam sejahtera untuk kita semua, semoga Ibu senantiasa dalam lindungan Tuhan
YME
Saya Ismi Faiza Shawli mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, saat ini sedang melaksanakan penelitian mengenai Body Dissatisfaction
pada Ibu pasca-melahirkan, sebagai salah satu syarat memperoleh strata 1 (S1)
Sarjana Psikologi.
Silakan ibu mengisi kuesioner ini dengan memilih salah satu yang sesuai dengan
kondisi ibu saat ini, dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini.
Data diri dan semua jawaban ibu akan diolah secara general, bukan perorangan.
Data dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan
penelitian, oleh karena itu diharapkan ibu mengisi jawaban dengan sejujur-
jujurnya.
Bantuan ibu dalam mengisi pertanyaan pada kuesioner dibawah amat berarti bagi
keberhasilan penelitian ini, untuk itu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. Wb
Hormat saya,
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menurut saya penggunaan vitamin baik untuk
membentuk tubuh ideal
2 Keindahan tubuh bukanlah hal penting bagi saya
3 Saya dapat melihat sisi positif dari berat badan saya
4 Saya berpikir bahwa saya harus membentuk tubuh
seperti yang saya inginkan
5 Harga diri saya sangat tergantung pada penampilan
tubuh saya
6 Saya merasa puas dengan tubuh saya ketika saya melihat
di cermin
7 Saya tidak peduli bagaimana keadaan tubuh saya
8 Saya tidak puas dengan tubuh saya
9 Saya akan melakukan apa saja demi memperindah tubuh
saya
10 Saya menghabiskan banyak waktu untuk bercermin
11 Saya tidak mengupayakan apapun untuk memperindah
tubuh saya
12 Saya selalu melakukan pengecekan berat badan saya
13 Saya membandingkan diri saya dengan orang yang
tubuhnya terlihat lebih baik dari saya
14 Ketika melihat seseorang dengan tubuh yang sempurna,
saya bertanya bagaimana agar saya dapat seperti mereka
15 Di pesta atau acara lainnya, saya membandingkan
penampilan fisik saya dengan penampilan fisik orang
lain yang lebih menarik dari saya
16 Saya berpikir bagaimana agar tubuh saya lebih menarik
dibandingkan orang yang kelebihan berat badan
17 Saya tidak pernah membandingkan diri saya dengan
orang lain yang terlihat lebih menarik dari saya
18 Pada pesta atau acara lainnya, saya membandingkan
penampilan fisik saya dengan penampilan fisik orang
lain yang kurang menarik
19 Saya tidak pernah membandingkan diri saya dengan
orang lain yang terlihat lebih besar tubuhnya dibanding
saya
20 Saya tidak mempedulikan orang lain yang ukuran
tubuhnya lebih besar dibanding saya
21 Saya khawatir dengan anggapan orang lain mengenai
kesuksesan atau kegagalan saya
22 Saya merasa bahwa orang lain menghormati dan
mengagumi saya
23 Saya khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan
tentang saya
24 Saya tidak pernah mempedulikan apa yang orang lain
pikirkan tentang saya
25 Saya merasa diri saya tidak semenarik dulu
26 Saya merasa tubuh saya tetap menarik bagaimanapun
keadaannya
27 Saya percaya diri dengan keadaan diri saya sekarang
28 Saya yakin walaupun saya sudah menjadi ibu-ibu, saya
tetap menarik
29 Saya sangat percaya diri dengan kemampuan yang saya
miliki saat ini
30 Saya merasa bahwa kemampuan intelektual saya rendah
31 Saya yakin atas kemampuan intelektual saya dapat
bersaing dengan yang lain
32 Saya merasa tidak ada yang bisa saya banggakan dari
kemampuan saya
33 Saya ingin tubuh saya terlihat lebih ideal seperti orang
kebanyakan
34 Saya merasa tubuh saya jauh dari kata ideal
35 Saya percaya diri dengan tubuh saya walaupun tubuh
saya tidak ideal
36 Saya merasa tidak ada kepentingan saya membentuk
tubuh agar ideal
37 Saya pikir walaupun tubuh saya tidak ideal, saya akan
baik-baik saja
38 Saya merasa kelangsingan badan saya sama seperti
badan orang lain yang ideal di luar sana
39 Saya yakin dengan keadaan tubuh saya saat ini saya
tetap bahagia
40 Saya merasa dicintai oleh orang sekitar saya dengan
keadaan diri saya sepenuhnya
41 Saya merasa beruntung ada di dunia ini bagaimanapun
keadaan diri saya
42 Saya bersyukur sampai saat ini saya baik-baik saja
43 Saya yakin bahwa keadaan tubuh saya yang sekarang
adalah yang terbaik untuk saya
44 Saya merasa kesehatan anak saya lebih berharga
dibandingkan tubuh saya sekarang
45 Saya puas dengan apa kondisi tubuh saya sekaran
46 Saya sedih dengan keadaan diri saya
47 Saya menjaga tubuh saya sebagai bentuk syukur atas
karunia Tuhan
48 Saya tidak memperhatikan pola hidup saya karena saya
yakin tubuh saya akan selalu seperti ini
49 Saya menggunakan waktu yang saya punya untuk
berolahraga untuk menjaga tubuh saya
50 Saya tidak punya banyak waktu untuk berolahraga