Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
PENGARUH GAYA HIDUP DAN SIFAT KEPRIBADIAN
TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF
Skripsi
Oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
LEMBAR PENGESAHAN
Sidang Munaqasyah
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,M.si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
NIM: 11140700000010
MOTTO
PERSEMBAHAN
A) Fakultas Psikologi
B) September, 2018
C) Sri Hartini Hastuti
D) Pengaruh Gaya Hidup dan Sifat Kepribadian terhadap Pembelian Impulsif
E) xii + 89 + lampiran
A) Faculty of Psychology
B) September, 2018
C) Sri Hartini Hastuti
D) Influence of Lifestyle and Personality Trait towards Impulsive Buying
Behaviour
E) xii + 89 + lampiran
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk pikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas segala bimbingan, waktu dan tenaga yang
diberikan selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Kedua orang tua penulis Bapak Handono dan Ibu Warsi, terima kasih yang
tak terhingga untuk setiap dukungan (baik moril, material dan spiritual)
serta doa tulus yang tidak pernah henti-hentinya kepada penulis dalam
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Serta saudara penulis, Shera May
Karani terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih
untuk segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
masyarakat yang menarik dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi tantangan
bagi periset pasar karena sifatnya yang kompleks (Ekeng et.al 2012; Awan &
Abbas, 2015; Muruganantham & Bhakat, 2013; Parakh et.al 2016). Salah satu
perubahan penting yang kita saksikan di kalangan konsumen akhir-akhir ini yaitu
heterogenitas, antara lain karena perbedaan suku dan regionalisme (Putra et.al
mencapai beberapa tingkat standar sosial. Ini merupakan sarana untuk memenuhi
waktu di mall dengan teman sebayanya (Pradipto et.al. 2016). Fenomena ini
bahwa orang sering melakukan pembelian yang awalnya tidak mereka inginkan
atau produk yang sama sekali tidak mereka butuhkan, tetapi karena beberapa
alasan yang tidak diketahui, mereka membuat keputusan (Ahmed et.al. 2015).
Faktor lain dari konsumen yaitu ingin terlihat berbeda di lingkungan sekitarnya.
Karena manusia bukan hanya makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk
dapat dibagi menjadi tiga karakteristik: (1) keinginan untuk kesenangan, (2)
pengendalian diri, (3) kebutuhan untuk mengesankan orang lain. Tidak hanya tiga
maupun wanita memiliki potensi yang sama untuk perilaku impulsif dalam
berbelanja (Putra et.al 2017). Jenis kelamin merupakan faktor lain yang
mengkonsumsi produk juga berbeda. Pria dan wanita memiliki karakteristik yang
lahir pada 1990-an hingga awal 2000-an) merupakan generasi yang tumbuh
pembelian dilakukan secara spontan diatas rata-rata (Putra et.al 2017). Sebagai
mall, dan gerai ritel menunjukan adanya peningkatan dalam pembelian impulsif
(Raju et.al 2015). Jumlah mall di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 250 mall
yang terbesar di seluruh Indonesia yang terus tumbuh dengan total luas 4,5 juta
meter persegi pada 2016 dan sekitar 2% hingga 2017. Jadi tidak salah untuk
mengatakan bahwa mall merupakan tempat rekreasi perkotaan (Putra et.al 2017).
menjadi lebih impulsif. Indikasinya adalah sebagai berikut: Dari tahun 2003 -
2011, telah terjadi perubahan pola pembelian, dimana telah terjadi pergeseran dari
69% dari pembeli pada tahun 2003 mengatakan bahwa mereka mungkin akan
membeli barang tambahan yang bergeser ke 39% pembeli pada tahun 2011
dengan mengatakan bahwa mereka selalu membeli barang tambahan. Dari tahun
2008 - 2011, terjadi kenaikan 16% (dari 5% menjadi 21%) pembeli yang biasa
dipromosikan melalui surat kabar dan selebaran. Indikasi ini diperoleh melalui
merancang strategi baru untuk meyakinkan konsumen agar produk mereka layak
dibeli meski tidak dicari pada saat pembelian (Ebitu & Tom, 2015). Mereka
sedemikian rupa sehingga bisa menarik perhatian. Salah satu yang memengaruhi
sebagian besar konsumen adalah melihat produk gratis dan diskon yang
ditawarkan oleh toko (Vishnu & Raheem, 2013). Selain itu, musik telah lama
dianggap sebagai cara yang efisien dan efektif untuk menciptakan suasana hati
yang positif dan berkomunikasi secara nonverbal (Saad & Metawie, 2015).
ada dalam daftar belanja mereka. Godaan untuk melakukan pembelian yang tidak
perlu ini akhirnya mengarah pada pembelian impulsif (Ebitu & Tom, 2015).
faktor mood), dan faktor individual (misalnya sifat pembelian impulsif). Oleh
karena itu, ketika orang melakukan pembelian impulsif mereka sering tergoda
daripada hari biasa. Karena pada umumnya, mereka merasa berbelanja merupakan
kegiatan yang santai dan untuk memenuhi kebutuhan. Alasan utama dibalik
pada konsumen (Raju et.al 2015). Dengan demikian, konsumen harus lebih sadar
akan usaha pemasar untuk memanipulasi suasana hati mereka untuk memengaruhi
keputusan pembelian. Selain itu, konsumen dapat mengurangi belanja dengan cara
membeli yang dibutuhkan saja dan hanya membawa uang tunai yang cukup untuk
terencana. Pembelian impulsif bisa terjadi dimana saja dan kapan saja (Aqmala &
Farida, 2014). Pembelian impulsif bisa menjadi perilaku pembelian yang tidak
masuk akal. Di sisi lain, pembelian impulsif dapat dilihat secara positif bahwa ia
proses pembelian rasional dapat dipandang sebagai tanggung jawab (Chung et.al
2015). Selain itu, suasana hati dapat memicu pembelian impulsif. Suasana hati
impulsif agar dapat membeli sesuatu untuk memanjakan diri dan adanya
menyebabkan individu untuk menghibur diri, dimana orang itu berusaha untuk
menyingkirkan depresi atau mengusir suasana hati yang buruk (Bessouh &
Belkhir, 2018).
oleh kepribadian dan gaya hidup (Anitha, 2016). Banyak faktor yang
yang sama terkait dengan pembelian impulsif (Bhuvaneswari & Krishnan, 2015).
2013; Lukito & Tulipa, 2016). Faktor internal meliputi (gaya hidup, kepribadian,
hidup terpenuhi (Zahra & Awan, 2017). Gaya hidup belanja juga bisa berdampak
pada perilaku pembelian impulsif. Gaya hidup belanja mengacu pada pola
lain (Sathish & Rajamohan, 2012; Khan et.al. 2011). Berbeda dengan konsumen
di masa lalu, konsumen saat ini cenderung mengejar gaya belanja hedonik melalui
kepribadian individu berbeda satu sama lain dan kecenderungan impulsifnya juga
(Mathai & Haridas, 2014). Studi menunjukan bahwa ciri kepribadian dapat
penjualan dan terkadang karena sifat kepribadian (Mathai & Haridas, 2014).
2017).
penulis akan memfokuskan terhadap dua faktor yaitu gaya hidup dan sifat
hidup dan sifat kepribadian secara bersamaan untuk melihat pengaruhnya terhadap
pembelian impulsif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh
demografi. Pada penelitian ini hanya menggunakan faktor internal saja, yaitu gaya
1. Pembelian impulsif
dibatasi pada pembelian yang tidak rasional dengan mengacu kepada teori
Verplanken & Herabadi (2001), yang memiliki dua dimensi yaitu cognitive
dan affective.
2. Gaya hidup
Gaya hidup (lifestyle) yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada gaya
waktu, apa yang mereka minati, pendapat mereka menurut pandangan mereka
tentang diri dan lingkungan sekitar, dengan mengacu kepada teori Plummer
(1974), yang memiliki tiga dimensi yaitu activity, interests dan opinion.
3. Sifat kepribadian
Sifat kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan teori The
Big Five Personality Trait yang merupakan suatu pendekatan dalam melihat
manusia melalui sifat yang terdiri atas lima domain kepribadian. Adapun
dimensi-dimensi sifat kepribadian yaitu Openness, Conscientiousness,
4. Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibatasi pada mahasiswa
1. Apakah ada pengaruh gaya hidup (activity, interests, opinion) dan sifat
2. Apakah ada pengaruh dimensi activity pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
3. Apakah ada pengaruh dimensi interests pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
4. Apakah ada pengaruh dimensi opinion pada variabel gaya hidup terhadap
pembelian impulsif?
Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua hal, yaitu tujuan
1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari gaya
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel
pembelian impulsif.
sumber data tambahan bagi perkembangan studi tentang gaya hidup, sifat
LANDASAN TEORI
impulsif adalah cara untuk menyalurkan atau mengatasi emosi. Dalam konteks
emosi positif, pembelian impulsif berfungsi sebagai cara untuk menghargai diri
sendiri. Dalam emosi negatif, pembelian impulsif berfungsi sebagai cara untuk
menghibur diri sendiri. Pembelian impulsif yaitu sebagai pembelian yang tidak
produk, dengan informasi yang jelas tentang penawaran dan membantu konsumen
merupakan reaksi cepat yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Menurut
Zhou dan Gu (2015) pembelian impulsif umumnya dianggap identik dengan
reaktif ini tidak serta merta dihubungkan dengan kebutuhan fungsional produk,
namun dengan kesenangan dan aspek simbolis (nilai hedonis) yang diberikan oleh
pembelian yang cepat dan tidak terencana, diikuti oleh adanya konflik fikiran dan
dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, merasakan kepuasan dan
teori dari Verplanken & Herabadi (2001), pembelian impulsif sebagai pembelian
diantaranya:
1. Faktor Internal
a) Gaya hidup
Konsumen merupakan fondasi dasar setiap bisnis. Saat ini konsumen melihat,
berpikir, memilih dan membeli produk sesuai gaya hidupnya dan menjadi
b) Kepribadian
c) Emosi
ruang dimana emosi memainkan peran utama (Nair & Das, 2015).
2. Faktor Eksternal
a) Promosi Penjualan
Promosi penjualan dapat memanipulasi konsumen untuk membeli produk.
yang diberikan oleh pemasar kepada pembeli. Ini terbukti bahwa konsumen
akan membeli lebih banyak dari yang mereka harapkan (Iram & Chacharkar,
2017).
3. Faktor Situasional
a) Produk Baru
positif terhadap niat membeli dan pembelian impulsif. Oleh karena itu, kata
dari mulut ke mulut dan opini orang lain memainkan peran penting dalam
2009).
4. Faktor demografi
a) Usia
Berbagai peneliti telah mencoba menjalin hubungan antara usia dan perilaku
2015).
b) Jenis Kelamin
Secara umum dapat diamati bahwa wanita lebih condong ke arah belanja dan
2015).
c) Pendapatan
memiliki kebiasaan untuk belanja lebih banyak (Luniya & Verghese, 2015).
Faktor internal (gaya hidup dan kepribadian) merupakan faktor yang akan
dimensi, yaitu:
1. Kognitif
Kognitif menyangkut kurangnya perencanaan dan pertimbangan saat
2. Afektif
penelitian ini yaitu kognitif dan afektif. Karena dimensi tersebut berhubungan
yaitu :
Verplanken dan Herabadi (2001), yang terdiri dari 20-item. Alat ukur ini
dibagi menjadi dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Dimensi kognitif
dan rasa penyesalan. Koefisien alpha dari kognitif = 0,91 dan untuk dimensi
Hausman (2000), yang terdiri dari 7-item. Alat ukur ini digunakan untuk
3. Materialism (MVS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Richins and Dawson
(1992), yang terdiri dari 18-item. Alat ukur ini mengukur materialisme pada
2004).
ukur ini adalah karena dimensi-dimensi IBT (cognitive dan affective) sesuai
dengan hal yang akan diukur. Selain itu, IBT memiliki koefisien alpha dari
kognitif sebesar 0,91 dan untuk dimensi afektif sebesar 0,83 sehingga dapat
dikatakan reliabel.
2.2 Gaya Hidup
Menurut Plummer (1974) gaya hidup mengukur aktivitas orang dalam hal
mereka menurut pandangan mereka tentang diri dan lingkungan sekitar, dan
Sementara itu Adler, gaya hidup digunakan untuk mengacu pada rasa
hidup seseorang yang mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap
orang lain, dan sikap terhadap dunia. Ini adalah hasil interaksi antara faktor
keturunan, lingkungan, dan kekuatan kreatif seseorang (Feist & Feist, 2008).
Dengan konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap orang
memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior, dan dapat mewarnai
atau tidak mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial. Namun setiap orang
melakukannya dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup adalah cara
yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus, yang
ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada (Alwisol, 2009).
faktor seperti keluarga, budaya dan kelas sosial. Gaya hidup seseorang sangat
penting bagi pemasar karena mereka menghadapi setiap jenis perbedaan jenis
orang dengan berbagai perilaku, perasaan dan sikap (Ahmed et.al. 2015).
para pemasar. Gaya hidup merupakan cara seseorang hidup termasuk sikap
individu terhadap dunia. Gaya hidup adalah ekspresi dari konsep diri seseorang
pengambilan keputusan setiap konsumen (Anitha, 2016). Gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang diungkapkan melalui aktivitas, minat dan pendapat
merupakan cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan
khusus, seperti bagaimana mereka menghabiskan waktu, apa yang mereka minati,
pendapat mereka menurut pandangan mereka tentang diri dan lingkungan sekitar.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Plummer (1974), gaya
waktu, apa yang mereka minati, pendapat mereka menurut pandangan mereka
tentang diri dan lingkungan sekitar, dan beberapa karakteristik dasar seperti tahap
Menurut Plummer (1974), membagi gaya hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Aktivitas (activity) adalah perilaku nyata yang dapat diamati seperti
shopping activities.
2) Minat (interests) adalah perhatian terhadap objek tertentu seperti apa yang
self representation.
seperti pandangan tentang diri dan lingkungan disekitar mereka, yang meliputi
products".
(1974), yang terdiri dari 36-item. Alat ukur ini mengukur Activity, Interests,
about themselves, dan opinion about products (kwan et. al 2008). Psikografis
atau gaya hidup mengacu pada minat konsumen terhadap aktivitas konsumen
(AIO). Lebih spesifik lagi, hal itu berfokus pada apa yang orang suka lakukan,
bidang minat mereka, dan pendapat orang tentang berbagai hal (Krishnan,
2011).
2. Values and Lifestyle (VALS). Alat ukur ini dikembangkan oleh Mitchell
2002). Alat ukur ini mengukur dimensi yang mendasari persepsi gaya hidup
yang terdiri dari 36 item dengan faktor loading diatas 0,50. VALS digunakan
3. List of Values (LOV). Alat ukur ini dikembangkan oleh Kahle (1983), yang
terdiri dari 9 nilai. Skala penting lainnya untuk menilai sistem nilai
interests dan opinion (AIO) Plummer (1974) yang dikembangkan oleh (kwan
et. al 2008). Alasan peneliti menggunakan alat ukur ini karena aspek-aspek
2.3 Kepribadian
mengekspresikan diri dan memahami orang lain dalam hidup kita. Goldberg
(1990) secara bebas mengaitkan lima besar dengan kekuatan, cinta, pekerjaan,
pengaruh dan akal (yaitu O, C, E, A dan N). Kemungkinan bahwa kehidupan ini
dapat diidentifikasi dalam semua atau sebagian besar budaya, bahkan jika ada
kepribadian dimulai dengan asumsi bahwa ada perbedaan individu yang stabil
(Shoda & Smith, 2003). Definisi kepribadian juga dapat mencakup gagasan
keunikan manusia. Terdapat aspek internal dan eksternal yang unik dan relatif dari
Dengan demikian, kepribadian adalah kelompok karakteristik yang unik dan dapat
berubah sebagai tanggapan terhadap situasi yang berbeda (Schultz & Schultz,
2005).
Kepribadian didefinisikan oleh Feist dan Feist (2008), sebagai ciri yang
individu dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas
perilaku di berbagai situasi. Sifat mungkin unik, umum untuk beberapa kelompok,
tetapi pola mereka berbeda untuk setiap individu. Jadi setiap orang meskipun
seperti orang lain dalam beberapa hal, memiliki kepribadian yang unik. Definisi
produk dan proses. Orang memiliki beberapa struktur terorganisir sementara, pada
perasaan, pikiran, dan perilaku yang khas. Dengan mengatakan “perasaan, pikiran,
perilaku sosial mereka (Cervone & Pervin, 2013). Menurut Farhana (2008) sifat
kepribadian adalah suatu ciri dari tingkah laku seseorang yang sudah menjadi
ini, peneliti menggunakan teori dari Goldberg (1990), kepribadian pertama kali
diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan
perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami
ketidaksempurnaan.
diandalkan.
ketertiban.
ketidakpercayaan.
temperamen.
Tabel 2.2 Costa and McCrae’s Five-Factor Model of Personality
Skor Tinggi Skor Rendah
Openness Imajinatif, kreatif, inovatif,Realistis, tidak kreatif,
lebih menyukai variasi, konvensional, lebih
penasaran, bebas. menyukai rutinitas,
konservatif.
Conscientiousness Teliti, pekerja keras, Lalai, malas, tidak teratur,
terorganisir dengan baik, terlambat, tanpa tujuan,
tepat waktu, ambisius, keluar.
tekun.
Extraversion Penuh kasih sayang, mudah Pemalu, penyendiri,
bergaul, banyak bicara, pendiam, sadar, pasif,
menyukai kesenangan, tidak berperasaan.
aktif.
Agreeableness Lembut hati, mudah Kejam, curiga, pelit,
dipercaya, dermawan, antagonis, kritis, mudah
ramah toleran, bersahabat. tersinggung.
Neuroticism Cemas, temperamental, Tenang, terkadang
mengasihani diri sendiri, tempramen, bangga
sadar diri, emosional, dengan dirinya sendiri,
rentan. nyaman.
Sumber: Feist & Feist (2008)
Berdasarkan uraian diatas kepribadian Big Five merupakan salah satu teori
pembelian impulsif.
1. Big Five Inventory (BFI). Alat ukur ini dikembangkan oleh Goldberg (1993),
yang terdiri dari 44 item dengan reliabilitas konstruk pada extraversion = 0.67,
2. The Revised NEO Personality Inventory (NEO PI-R). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Costa & McCrae (1992), yang terdiri dari 240 item. NEO
3. The Mini International Personality Item Pool (The Mini-IPIP). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Goldberg (1999), yang terdiri dari 20 item. The Mini-IPIP
merupakan ukuran singkat yang dapat diterima secara psikometrik dan praktis
dari faktor-faktor kepribadian big five. Skala Mini-IPIP, dengan empat item
big five memiliki konsistensi internal yang konsisten dan dapat diterima di
Dari beberapa alat ukur diatas, penelitian ini akan menggunakan Big
ukur ini karena aspek-aspek yang akan diukur sesuai dengan apa yang akan
diteliti.
2.4 Kerangka Berpikir
impulsif ini dilakukan, maka akan timbul konflik dalam diri konsumen yang
disebut heart vs mind (konflik antara pikiran dan perasaan). Konflik ini pada
diinginkan.
aspek yang dapat menggambarkan perilaku tersebut, yaitu kognitif dan afektif.
keputusan pembelian, dan aspek afektif yang terkait dengan perasaan senang dan
dipengaruhi oleh gaya hidup dan sifat kepribadian. Gaya hidup mempunyai sifat
yang tidak permanen atau cepat berubah. Plummer (1974) mengatakan bahwa
kepribadian Big Five, yang memiliki lima dimensi yang membedakan berdasarkan
Pembelian impulsif merupakan aspek yang unik dari gaya hidup konsumen.
berorientasi pada perilaku serta perasaan, sikap, dan pendapat mereka. Segmentasi
gaya hidup mengelompokan individu ke dalam jenis gaya hidup yang dicirikan
lainnya melalui penggunaan produk yang meningkatkan citra diri dan sosial
mereka. Untuk mendapatkan citra diri yang unik, kebutuhan akan keunikan
membantu pelanggan melalui konsumsi suatu produk (Husnain & Akhtar, 2015).
kreativitas individu (Feist & Feist, 2008). Individu yang berpikiran terbuka cepat
dalam mempelajari hal-hal baru. Skor rendah pada dimensi ini dianggap cukup
konservatif dan memiliki perilaku konvensional. Mereka cukup pendiam dan tidak
berbagi emosi, padahal skor tinggi pada dimensi ini mempunyai ide-ide baru dan
suka menghibur orang. penasaran dengan ide orang lain, perasaan terbuka,
memiliki ide dan berorientasi pada tindakan (Farid & Ali, 2018). Sehingga,
memiliki karakteristik patuh, tepat waktu, dapat melakukan pekerjaan dengan baik
kepribadian yang mencerminkan bagaimana suatu individu berbeda dari yang lain
dalam hal pengendalian diri, tanggung jawab, dan kerja keras. Sifat kepribadian
ini melibatkan individu yang penuh semangat, terencana, mengatur dan fokus
pada tujuan mereka, yang membantu mereka untuk melaksanakan tugas mereka
secara efektif. Individu dengan skor rendah pada sifat ini, cukup ceroboh, tidak
banyak memusatkan perhatian pada kehidupan, dan dapat mudah. Individu yang
mendapat skor tinggi pada sifat ini lebih fokus pada perencanaan dan pengeluaran
impulsif (Farid & Ali, 2018). Sehingga peneliti memiliki pandangan bahwa
individu dengan skor rendah pada dimensi ini akan melakukan pembelian
impulsif.
bicara dan aktif (Feist & Feist, 2008). Individu dengan skor rendah pada sifat ini
tidak begitu ramah, suka menyendiri dan tidak suka bergantung pada orang lain.
Individu yang memiliki skor tinggi pada sifat ini selalu berpikiran positif, percaya
diri, energik dan antusias. Skor tinggi pada extraversion suka mengeksplorasi hal-
hal baru dalam hidup yang membuat mereka pergi untuk melakukan pembelian
impulsif demi mengalami hal-hal baru, karena mereka memiliki kendali diri yang
rendah terhadap diri mereka sendiri (Farid & Ali, 2008). Selain itu, extraversion
dan mendapatkan perhatian dari orang lain. Reaksi yang menguntungkan ini
yang dapat dipercaya, jujur, baik hati, sederhana dan baik hati (Feist & Feist,
pembelian impulsif. Menurut (Farid & Ali, 2008) agreeableness berkaitan dengan
hubungan positif dengan orang lain. Individu dengan skor tinggi dalam sifat ini
yaitu mengorbankan diri, prihatin dan penuh kasih sayang. Mereka selalu siap
membantu orang lain dan mengharapkan orang lain membantu mereka dengan
cara yang sama seperti yang mereka lakukan dengan sepenuh hati. Individu
dengan skor tinggi pada sifat ini cenderung masuk akal dan berpikir sebelum
tidak stabil secara emosional dan memiliki emosi negatif. Individu yang memiliki
sifat ini pemarah, murung dan stres. Skor tinggi pada neuroticism mungkin
menghadapi beberapa masalah, karena sifat ini menuntun seseorang untuk muncul
dengan ide yang tidak logis dan tidak masuk akal, yang mungkin berakhir dengan
hasil negatif. Individu yang memiliki skor tinggi dalam sifat ini cenderung sangat
depresif, sangat impulsif dan tidak berdaya (Farid & Ali, 2008). Ada hubungan
positif antara neuroticsm dan perilaku pembelian impulsif karena kecemasan atau
Activity
Interests
Opinion
Pembelian
Impulsif
Kepribadian
Openness
Conscientiousness
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism
Berdasarkan model pada Gambar 2.1 dan landasan teori yang telah
Hipotesis Mayor
Hipotesis Minor
BAB 3
METODE PENELITIAN
22.176 mahasiswa (Bagian Akademik Pusat, 2018). Sampel dalam penelitian ini
ini sebanyak 275 Mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta.
sampling karena peneliti tidak memiliki daftar nama lengkap dari populasi.
peneliti belum tentu dapat menemui setiap anggota sampel yang terpilih. Oleh
karena itu sampel diambil hanya berdasarkan yang bisa ditemui saja, yang dalam
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini memungkinkan peneliti memilih subjek
dependent variable.
b. Variabel gaya hidup terdiri dari: activity, interests, opinion dan variabel
pembelian yang cepat dan tidak terencana. Pembelian impulsif mencakup dua
2. Gaya hidup adalah pola hidup yang diungkapkan melalui aktivitas, minat dan
pendapat seseorang.
2) Minat (interests) adalah perhatian terhadap objek tertentu seperti apa yang
berbentuk kuesioner dengan menggunakan model Likert. Pada skala penelitian ini
digunakan empat alternatif pilihan jawaban menggunakan skala 1-4 (1: sangat
tidak setuju – 4: sangat setuju). Setiap individu memiliki jawaban yang berbeda-
beda, tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah. Cara menjawabnya
adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu alternatif pilihan
jawaban yang sudah disediakan. Item disusun dalam bentuk pernyataan favorable
Tabel 3.2
Skor Pengukuran Skala
Pernyataan
Alternatif Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat tidak sesuai 1 4
Tidak sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat sesuai 4 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis alat
ukur yaitu alat ukur pembelian impulsif, gaya hidup dan kepribadian. Alat ukur
tersebut disusun oleh penulis berdasarkan adaptasi dari alat ukur penelitian
dari 20-item. IBT menggunakan skala model Likert dengan rentang 4 poin
55
setuju). Adapun blue print dari skala pembelian impulsif adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Skala Pembelian Impulsif
Jml
Item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Kognitif Individu yang kurang 1,6,7,8,10 - 10
mempunyai pertimbangan
dalam melakukan suatu
pembelian
Individu yang kurang 2,3,4,5,9 -
mempunyai rencana yang
matang dalam melakukan
suatu pembelian
2. Afektif Individu yang memiliki 12,13,18,1 - 10
dorongan membeli yang 9,20
cukup kuat
Individu yang merasa 14,15,16 -
senang ketika berbelanja
Individu yang sulit 11,17 -
meninggalkan barang ketika
berada di toko
Jml 20
dikembangkan oleh Plummer (1974), yang terdiri dari 36-item dan penulis
Adapun blue print dari skala gaya hidup adalah sebagai berikut:
56
Tabel 3.4
Blue Print Skala Gaya Hidup
Jml Item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Activities Individu yang senang 1,2,3,4 - 4
melakukan banyak
kegiatan
Individu yang mempunyai 5,6,7,8,9,10 - 7
aktivitas terkait dengan ,11
perbelanjaan
2. Interests Individu yang mempunyai 12,13,14,15 - 7
minat terkait dengan mode ,16,17,18
Individu berpakaian baik 19,20,21 - 3
merupakan bentuk
representasi diri
Individu yang banyak 22,23,24,25 - 4
menghabiskan kegiatan di
rumah
Individu yang senang 26,27,28 - 3
menghabiskan waktu
dengan keluarga
3. Opinions Individu yang mempunyai 29,30,31,32 - 4
pendapat tentang diri
sendiri
Individu yang mempunyai 33,34,35,36 - 4
pendapat tentang suatu
produk
Jml 36
dikembangkan oleh Goldberg (1993). Alat ukur ini berjumlah 44 item. BFI
dengan 4 poin agar tidak ada jawaban pada skala 3 (ragu-ragu). Adapun
Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis
faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam
dengan menggunakan software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item dengan
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-
diuji dengan chi-square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan
58
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi
yang dihitung menurut teori atau model. Jika nilai chi-square tidak
signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak
ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model”
tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja
(unidimensional).
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata
tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Beberapa hal yang
diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t < 1,96), maka item
semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu
banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga), maka item
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur pembelian
impulsif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
RMSEA = 0.14. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 131.68, df = 109 P-
value = 0.06870, RMSEA = 0.028, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu pembelian impulsif maka diperoleh model fit seperti pada
gambar 3.1.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6.
61
karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
Skala activity terdiri atas 11 item. Peneliti menguji apakah 11 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur activity. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
0.038, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu activity
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7.
63
faktor item 1,2,3,6,7,8,9,11 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 4,5,10 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
Skala interests terdiri atas 17 item. Peneliti menguji apakah 17 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur interests. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
0.014, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu interests
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8.
karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada
item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
Skala opinion terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada
bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur opinion. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
0.047, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu opinion
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
faktor item 29,30,32,33,34,36 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 31,35 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
67
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
Skala openness terdiri atas 10 item. Peneliti menguji apakah 10 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur openness. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
0.036, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu openness
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Openness
No Item Koefisien Std. Eror T value Signifikan
5 0.71 0.06 12.57 V
10 0.44 0.06 7.05 V
15 0.59 0.06 9.09 V
20 0.75 0.06 12.87 V
25 0.65 0.06 11.34 V
30 0.58 0.06 9.54 V
35 -0.18 0.07 -2.57 X
40 0.40 0.06 6.35 V
41 0.19 0.07 2.89 V
44 0.39 0.06 6.23 V
Keterangan: tanda V = Signifikan (t>1.96)
demikian secara keseluruhan item nomor 35 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
RMSEA = 0.176. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
69
value = 0.09281, RMSEA = 0.040, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu conscientiousness maka diperoleh model fit seperti pada gambar
3.6.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11.
70
faktor item adalah signifikan karena t > 1.96 secara keseluruhan item bernilai
positif. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut dianalisis dalam
Skala extraversion terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
RMSEA = 0.034, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaitu extraversion maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.7.
71
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
demikian secara keseluruhan item nomor 31 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
72
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaitu agreeableness maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.8.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
73
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
demikian secara keseluruhan item nomor 27 di drop karena memiliki nilai t < 1.96
ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut
Skala neuroticism terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur neuroticism. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
0.045, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
74
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14.
faktor item adalah signifikan karena t > 1.96 secara keseluruhan item bernilai
positif. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut dianalisis dalam
terhadap dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan
lebih dari satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini
adalah:
Keterangan:
Y = Impulsive Buying
a = konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Activity
X2 = Interests
X3 = Opinion
X4 = Openness
X5 = Conscientiousness
X6 = Extraversion
X7 = Agreeableness
76
X8 = Neuroticism
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
dimana semakin kecil nilai SEE, maka model regresi semakin tepat dalam
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig).
< 0.05 juga menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) signifikan.
3. Uji t
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah 275 orang mahasiswa aktif UIN Syarif
dijelaskan gambaran subjek berdasarkan dari jenis kelamin dan usia pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Perempuan 180 65.5%
Laki-Laki 95 34.5%
Total 275 100.0
Semester
2 114 41.5%
4 68 24.7%
6 42 15.3%
8 51 18.5%
Total 275 100.0
Usia
17 tahun 5 1.8%
18 tahun 53 19.3%
19 tahun 73 26.5%
20 tahun 66 24.0%
21 tahun 41 14.9%
22 tahun 29 10.5%
23 tahun 8 2.9%
Total 275 100.0
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah
berdasarkan usia, yang paling mendominasi adalah usia 19 tahun, dan yang paling
sedikit adalah usia 17 tahun dan 23 tahun. Terdapat sampel berusia 17 tahun
sebanyak 1.8%, usia 18 tahun sebanyak 19.3%, usia 19 tahun sebanyak 26.5%,
usia 20 tahun sebanyak 24.0%, usia 21 tahun sebanyak 14.9%, usia 22 tahun
selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik
adalah skor murni (true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw
score. Proses ini ditujukan agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil
menjadi z-score. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor
ditransformasi ke rumus T. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai
dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif menyajikan
nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi serta kategorisasi tinggi
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mean dari
Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini
dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan rendah. Selanjutnya, peneliti
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi menggunakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus
T score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pedoman interpretasi skor
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 56,0% atau 154
memiliki pembelian impulsif yang tinggi, yaitu 44,0% atau 121 responden. Dapat
Pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi skor dimensi gaya
hidup, dapat dilihat bahwa 51,3% atau 141 responden memiliki activity yang
rendah. Sedangkan responden yang memiliki activity yang tinggi, yaitu 48,7%
atau 134 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat activity dari keseluruhan
Pada variabel interests, dapat dilihat bahwa sebesar 54,9% atau 151
interests yang tinggi, yaitu 45,1% atau 124 responden. Dapat disimpulkan bahwa
kategorisasi rendah.
opinion. Dapat dilihat bahwa sebesar 42,5% atau 117 responden memiliki opinion
yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki opinion yang tinggi, yaitu
57,5% atau 158 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat opinion dari
skor dimensi kepribadian, dapat dilihat bahwa 48,0% atau 132 responden
83
yang tinggi, yaitu 52,0% atau 143 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
tinggi.
dilihat bahwa sebesar 53,1% atau 146 responden memiliki conscientiousness yang
Pada variabel extraversion dapat dilihat bahwa sebesar 50,5% atau 139
memiliki extraversion yang tinggi, yaitu 49,5% atau 136 responden. Dapat
bahwa sebesar 48,0% atau 132 responden memiliki neuroticism yang rendah.
Sedangkan responden yang memiliki neuroticism yang tinggi, yaitu 52,0% atau
84
regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu peneliti memindahkan skala faktor skor
sebelumnya pada bab 3. Alasan penulis menggunakan T score ini ialah untuk
menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran dan juga agar tidak ada
regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara
variable yang dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel yang
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .607a .369 .350 7.51192
a. Predictors: (Constant), neuroticsm, opinion, openness, extraversion, conscien,
agreeabl, interests, activity
sebesar 0,369 atau 36,9%. Artinya proporsi varians dari pembelian impulsif yang
regresi yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. Jika Sig. < 0.05 maka
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa nilai p (sig) pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0,000 atau dengan nilai p < 0,05. Artinya terdapat
pembelian impulsif.
independent variable. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan
independent variable terhadap pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
Hal ini berarti dari delapan hipotesis minor terdapat empat yang signifikan.
1. Variabel Activity
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,506 dengan signifikan 0,000 (p <
2. Variabel Interests
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021 dengan signifikan 0,764 (p >
3. Variabel Opinion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.001 dengan signifikansi 0,986 (p >
4. Variabel Openness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,073 dengan signifikansi 0,241 (p >
5. Variabel Conscientiousness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,214 dengan signifikan 0,001 (p <
6. Variabel Extraversion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,126 dengan signifikan 0,017 (p <
pembelian impulsif.
7. Variabel Agreeableness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,049 dengan signifikan 0,423 (p >
8. Variabel Neuroticism
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,194 dengan signifikan 0,001 (p <
pembelian impulsif.
variable tersebut dianalisis satu per satu. Pada tabel 4.8 dipaparkan besarnya
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
109,784, df1= 1, df2 = 273 dan Sig. F change = 0,000 (p < 0,05).
= 0,947, df1 = 1, df2 = 272 dan Sig. F change = 0,331 (p > 0,05).
= 0,017, df1 = 1, df2 = 271 dan Sig. F change = 0,895 (p > 0,05).
= 0,882, df1 = 1, df2 = 270 dan Sig. F change = 0,349 (p > 0,05).
dengan F change = 18,245, df1 = 1, df2 = 269 dan Sig. F change = 0,000
(p > 0,05).
change = 2,191, df1 = 1, df2 = 268 dan Sig. F change = 0,140 (p > 0,05).
91
change = 0,552, df1 = 1, df2 = 267 dan Sig. F change = 0,458 (p > 0,05).
change = 10,722, df1= 1, df2= 266 dan Sig. F change = 0,001 (p > 0,05).
92
BAB 5
5.1 Kesimpulan
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari variabel gaya hidup
neuroticism.
5.2 Diskusi
terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya hidup dan kepribadian terhadap
impulsif yang rendah dengan presentase sebesar 56,0%. Artinya mahasiswa tidak
secara langsung dan spontan yang didorong oleh perasaan kuat untuk membeli.
terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bashir et.al. (2013) menunjukan adanya pengaruh yang signifikan gaya
seseorang hidup termasuk sikap individu terhadap dunia. Gaya hidup adalah
ekspresi dari konsep diri seseorang yang menghasilkan kebutuhan dan keinginan
(Anitha, 2016).
94
dimensi activity yang rendah sebesar 51.3%. Hal tersebut menunjukan bahwa
yang meliputi hobi, acara sosial dan perbelanjaan. Activity memiliki pengaruh
impulsif. Jadi semakin tinggi activity maka akan semakin tinggi pembelian
impulsif.
bahwa gaya hidup mengacu pada aktivitas konsumen. Lebih spesiifik lagi, hal itu
berfokus pada apa yang orang suka lakukan. Artinya, dimensi activity merupakan
gaya hidup belanja bisa berdampak pada perilaku pembelian impulsif. Gaya hidup
impulsif yaitu interests dan opinion. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
interests yang rendah. Dapat diartikan bahwa, individu dengan gaya hidup
impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.021, yang berarti bahwa interests
(2011) yang mengatakan bahwa gaya hidup mengacu pada minat konsumen.
sekitar mereka yang meliputi keluarga, rumah, pekerjaan, mode, makanan, media,
terlibat lebih dalam kegiatan belanja memiliki minat yang lebih tinggi dalam
yaitu sebesar 57,5%. Artinya individu dengan gaya hidup dimensi opinion ini
memiliki kecenderungan pandangan tentang diri dan dunia sekitar. Opinion tidak
regresi sebesar -0.214, yang berarti bahwa opinion secara negatif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi opinion maka akan semakin rendah
96
pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Krishnan, J (2011) yang mengatakan bahwa gaya hidup mengacu pada opini
orang tentang berbagai hal. Artinya dimensi opinion merupakan pendapat tentang
diri dan dunia disekitar yang meliputi diri pribadi, isu sosial, politik, bisnis,
signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mathai
kepribadian terhadap pembelian impulsif. Hal ini terjadi karena setiap individu
memiliki kepribadian dan pola perilaku mereka sendiri yang berbeda dalam segala
hal. Perilaku pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh sifat kepribadain ini.
kategori rendah dan memiliki presentase sebesar 53,1%. Individu yang memiliki
kecenderungan tipe kepribadian ini memiliki karakteristik yang lalai, malas, tidak
teratur, terlambat, dan tanpa tujuan (Feist & Feist, 2008). Artinya, individu yang
mendapat skor rendah pada dimensi ini tidak mempertimbangkan dan menahan
diri untuk pembelian yang berlebihan. Dengan demikian, dalam situasi pembelian
pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.214 yang berarti
diri, bertanggung jawab kepada orang lain dan perilaku yang mengarah pada
tujuan. Individu yang sangat menghargai sifat ini dianggap metodis dan
terorganisir dengan baik. Sementara mereka yang rendah pada sifat ini dianggap
memainkan peran utama dalam perencanaan untuk masa depan, dengan demikian
impulsif.
berperasaan (Feist & Feist, 2008). Sehingga individu yang rendah pada sifat ini
terhadap pembelian impulsif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.126 yang
dengan pembelian impulsif. Artinya orang-orang pada tipe ini akan lebih
kategori tinggi, yaitu sebesar 52,0%. Individu yang memiliki kecenderungan tipe
sendiri, sadar diri, emosional, rentan (Feist & Feist, 2008). Individu dengan skor
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi neuroticism maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
& Hanzaee (2014) menemukan hubungan positif antara pembelian impulsif dan
emosional dan sering mengeluh karena khawatir dan cemas serta sakit fisik,
seperti sakit kepala, pusing, dan sakit perut. Penelitian lain, Badgaiyan & Verma
penelitian ini pada kepribadian openness cenderung berada pada kategori tinggi
yaitu sebesar 52,0%. Individu dengan kepribadian ini memiliki karakteristik yang
imajinatif, kreatif, inovatif, penasaran, dan bebas (Feist & Feist, 2008). Individu
yang tinggi pada sifat ini dianggap memiliki kemauan untuk menikmati
pengalaman dan ide-ide baru serta bersedia untuk menerima perubahan. Sehingga
regresi sebesar 0.073 yang berarti bahwa openness secara positif memengaruhi
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi openness maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
orang-orang dengan dimensi ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika
individu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berarti memiliki kontrol kognitif
100
kategori rendah, yaitu sebesar 66,2%. Individu yang memiliki kecenderungan tipe
tersinggung (Feist & Feist, 2008). Individu dengan tingkat agreeableness yang
rendah meragukan hal-hal yang tidak mereka ketahui secara pribadi. Orang
agreeableness tidak akan mengalami respon emosional negatif yang kuat, karena
kurang dapat diterima dan orang-orang ini lebih baik dalam pengaturan emosional
pembelian impulsif. Jadi semakin tinggi agreeableness maka akan semakin tinggi
pembelian impulsif.
terdahulu dapat disebabkan oleh beberapa hal baik seperti sampel penelitian,
tempat penelitian, teknik pengambilan data, alat ukur yang digunakan, maupun
perbedaan budaya, seperti bahasa terutama dalam mengadaptasi tiap item dari
skala baku yang berbahasa Inggris. Hal ini penting karena akan memudahkan
responden dalam memahami dan mengisi setiap butir pernyataan pada skala yang
dibuat. Maka peneliti harus menerjemahkan ke bahasa Indonesia yang baik dan
mudah dimengerti, jika ada kalimat atau kata yang sulit dimengerti maka
kurang akurat. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak memasukkan
5.3 Saran
menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran teoritis sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti yang akan meneliti dependent variabel yang sama dan
saran praktis sebagai bagian dari kesimpulan dan masukan bagi individu-individu
penelitian, yaitu:
yang memengaruhi tingkat pembelian impulsif selain gaya hidup dan sifat
penelitian sebelumnya.
dan impulsif.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
penelitian, yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi
pembelian impulsif. Hal ini sesuai dengan visi UIN Syarif Hidayatullah
keislaman.
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dalam hal ini, berarti orang yang
apa saja yang dibutuhkan, dan lebih sadar dalam melakukan pembelian.
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dalam hal ini, berarti orang yang
kebutuhan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, R.R., Soomro, H.A., Ali, K. & Ali, W. (2015). Influence of lifestyle and
cultural values on impulse buying behavior. Journal of Culture, Society
and Development. 10,2422-8400.
Altukar, A., & Kesari, B. (2017). Impulse buying: a consumer trait prospective in
context of central India. 19(2)1-17.
Amos, C., Holmes, G.R. & Keneson, W.C. (2014). A meta-analysis of consumer
impulse buying. Journal of Retailing and Consumer Services. 86-97.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jretconser.2013.11.004.
Anandan, C., Mohanraj, M. P., & Madhu, S. (2006). A study of the impact of
values and lifestyle (VALS) on brand loyalty with special reference to
english newspaper. XIMB Journal of Management. 97-112.
Badgaiyan, A.J., & Verma, A. (2014). Instrinsic factors affecting impulse buying
behavior – evidence from India. Journal of Retailing and Consumer
Services. 537-549.
Badgaiyan, A.J., Verma, A., & Dixit, S. (2016). Impulsive buying tendency:
measuring important relationships with a new perspective and an
indigenious scale. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S097038961630057X.
106
Banerjee, S., & Saha, S. (2012). Impulse buying behavior in retail stores –
triggering the senses. Asia Pacific Journal of Marketing & Management
Review. 1(2)1-21.
Bashir, S., Zeeshan, M., Sabbar, S., Hussain, R., & Sarki, I. (2013) Impact of
cultural values and life style on impulse buying behavior: a case study of
Pakistan. International Review of Management and Business Research
Journal. 2(1)193-200.
Bessouh, N., & Belkhir, D.O. (2018). The effect mood on impulse buying
behavior-case of Algerian buyers. Austin Journal of Business
Administration and Management. 2(1)1-6.
Cervone, D., & Pervin, L.A. (2013). Personality theory and research (Twelfth
Ed). United States: New Aster by Aptara, Inc.
Chung, N., Song, H.G., & Koo, C. (2015). A theoretical model of impulsive
buying behavior in tourism social commerce. Diunduh tanggal 1
Desember 2017 dari https://agrilifecdn.tamu.edu/ertr/files/2015/02/Chung-
Song-and-Koo.pdf.
Donnellan, M.B., Oswald, F.L., Baird, B.M., & Lucas, R.E. (2006). The Mini-
IPIP scales: Tiny-yet-effective measures of the Big Five factors of
personality. American Psychological Association. 18(2),192-203.
107
Ebitu & Tom. (2015). Impulse buying behavior and demographic analysis among
university of calabar students, Nigeria. Journal of Marketing and
Consumer Research. 17.42-48.
Ekeng, A.B., Lifu, F.L., & Asinya, F.A. (2012). Effect of demographic
characteristics on consumer impulse buying among consumers of calabar
municipality, cross river. Journal SAVAP International. 3(2)568-574.
Enrico, A., Aron, R., & Oktavia, W. (2014). The factors that influenced
consumptive behavior: a survey of university students in Jakarta.
International Journal of Scientific and Research Publications. 4(1)1-6.
Francis, L.J., Lewis, C.A., Ziebertz, H.G. (2006) ‘The short-form revised Eysenck
personality Questionnaire (EPQ-S): A German edition’. Social Behavior
and Personality an International Journal. 34(2), 197-204.
Gohary, A., & Hanzaee, K.H. (2014). Personality traits as predictors of shopping
motivations and behaviors: a canonical correlation analysis. Arab
Economic and Business Journal. 166-174.
Harmanciouglu, N., Finney, R.Z., & Joseph, M. (2009). Impulse purchase of new
products: an empirical analysis. Journal of Product & Brand Management.
18(1)27-37.doi: 10.1108/10610420910933344.
Husnain, M., & Akhtar, M.W. (2015). Impact of lifestyle on brand preferences.
Journal of Business Administration Research. 4(2)30-39.
108
Iram, M., & Chacharkar. (2017). Model of impulse buying behavior. Journal of
Management Research. 9(1)45-53.
Khan, H., Razi, A., Ali, S. A., & Asghar, A. (2011). Identifying consumer
lifestyle. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business.
3(8)250-268.
Lakshmi, V.J., Niharika, A., & Lahari, G. (2017). Impact of gender on consumer
purchasing behavior. IOSR Journal of Business and Management.19(8)33-
36.
Lins, A., Doka, A., Bottequin, E., Odabasic, A., Pavlovic, S., Merchan, A.,
Golasa, A., & Hylander, F. (2015). The Effects of Having, Feeling, and
Thinking on Impulse Buying in European Adolescents. Journal of
International Consumer Marketing. 27(5)414-428.
Lukito, R.S.H., & Tulipa, D. (2016). Impulse buying behavior on consumer retail
fashion in Surabaya – Indonesia. Diunduh tanggal 1 Desember 2017 dari
http://repository.wima.ac.id/10287/.
Luniya, P., & Verghese, M. (2015). A study on impulse buying and its
determinants: A literature review. Pacific Business Review International.
8(1)66-69.
Mathai, S. T., & Haridas, R. (2014). Personality its impact on impulse buying
behavior among the retail customers in Kochin city. Journal of Business
and Management. 16(4)48-55.
Nair, D., & Das, S. (2015). Impact of emotional intelligence on impulse buying
and product value proposition. European Journal of Bussiness and
Management. 7(1)165-172.
Pandey, A.C., & Pandey, M.K. (2013). Impact of lifestyle on brand preference of
buyer behavior. International Monthly Referred Journal of Research In
Management and Technology. 2(13)151-165.
Parakh, A., Bindal, S., & Saldanha, A. (2016). Impulse buying behavior in
adolescents. Imperial Journal of Interdiciplinary. 2(4)273-279.
Putra, A.H.P.K., Said, S., & Hasan, S. (2017). Implication of external and internal
factors of mall consumers in Indonesia to impulse buying behavior.
International Journal of Business Accounting and Management. 2(4)1-10.
Raju, K.V., Kumar, D.P., & Raju, S.S. (2015). A comprehensive review of
impulse purchase process and various factors affecting it. Journal of
Business and Management. 17(12)81-107.
Rana, S., & Tirthani, J. (2012). Effect of education, income and gender on
impulsive buying among Indian consumer an empirical study of
readymade garment customers. Indian Journal of Applied
Research.1(12)145-146).
Richins, M.L. (2004). The material values scale: measurement properties and
development of a short form. Journal of Consumer Research. 31(1),209-
219.
Rizkiyani, F., & Yudiana, W. (2015). The Indonesian big five inventory (BFI) in a
Sundanese adolescent sampel: personality structure and. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences. 9(14)58-66 Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/312376701.
Saad, M., & Metawie, M. (2015). Store environment, personality factors and
impulse buying behavior in Egypt: the mediating roles of shop enjoyment
and impulse buying tendencies. Journal of Business and Management
Sciences. 3(2)69-77.
110
Sathish, S., & Rajamohan (2012). Consumer behavior and lifestyle marketing.
International Journal of Marketing, Financial Services and Management
Research. 1(10)152-166.
Schultz, D.P,. & Schultz, S.E. (2005). Theories of Personality 8th edition. USA:
Wadsworth.
Shahjehan, A., Qureshi, J.A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The effect of
personality on impulsive and compulsive buying behaviors. African
Journal of Business Management. 6(6),2187-2194.
Shehzadi, K., Ahmad, M., Cheema, A. M., & Ahkam, A. (2016). Impact of
personality traits on compulsive buying behavior: mediating role of
impulsive buying. Journal of Service Science and Management. 9.416-
432.
Soto, C.J., & John, O.P. (2009). Ten facet scales for the Big Five Inventory:
Convergence with NEO PI-R facets, self-peer agreement, and discriminant
validity. Journal Research In Personality. 84-90.
Vazifehdoost, H., Rahnama, A., & Mousavian, S.J. (2014). Evaluation of the
influence of fashion involvement, personality characteristics, tendency to
hedonic consumption and store environment on fashion-oriented impulse
buying. Mediterranean Journal of Social Sciences. 5(16)223-
231,doi:10.5901/mjss.2014.v5n16p223.
Zahra, R., & Awan, A.G. (2017). Consumers behavior towards the choice of
shopping malls and traditional market. Global Journal of Management
Social Sciences and Humanities. 3(3)373-394.
Zhou, H., & Gu, Z. (2015). The effect of different price presentations on
consumer impulse buying behavior: the role of anticipated regret.
American Journal of Industrial and Business Management. 27-36.
112
LAMPIRAN
113
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Selamat pagi/siang/sore,
Hormat Saya,
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : P/L
Usia :
Semester :
Fakultas :
Bersedia mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan.
TTD
(Nama/Inisial)
SKALA I
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
1. Saya biasanya berpikir dengan hati-hati
sebelum membeli sesuatu.
SKALA II
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
1. Saya selalu memikirkan tugas.
2. Ketika sudah memulai belajar, saya
akan sulit untuk berhenti.
3. Belajar adalah hal terpenting dalam
hidup saya.
4. Saya seorang pekerja keras.
5. Saat waktu luang, saya akan pergi
berbelanja.
6. Belanja adalah hal yang penting bagi
saya untuk mendapatkan pengetahuan
mode.
7. Saya membeli baju setiap saya
berbelanja.
8. Saya perlu memiliki berbagai macam
pakaian di lemari pakaian saya.
9. Saya memiliki banyak pilihan pakaian
untuk digunakan pada saat yang
berbeda-beda.
10. Saya membutuhkan berbagai macam
pilihan saat menentukan pilihan
berpakaian.
11. Saya suka berbelanja pakaian di
berbagai toko.
12. Saya selalu memperhatikan trend
fashion terbaru.
13. Saya lebih banyak menghabiskan uang
118
terkenal.
35. Saya lebih suka membeli produk asing
daripada produk lokal.
36. Kualitas produk merek asing biasanya
lebih baik daripada merek lokal.
SKALA III
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Saya menilai diri saya sebagai seorang yang …..
1. Banyak bicara.
2. Cenderung mencari-cari kesalahan
orang lain.
3. Mengerjakan tugas dengan cermat.
4. Depresi, mudah murung.
5. Orisinil, suka menemukan ide-ide
baru.
6. Pendiam.
7. Suka menolong, tidak mementingkan
diri sendiri.
8. Kurang hati-hati.
9. Santai, mengatasi stress dengan baik.
10. Suka penasaran dengan banyak hal
yang berbeda.
11. Bersemangat, penuh energi.
12. Mencari-cari masalah dengan orang
lain.
13. Seorang pekerja yang dapat
diandalkan.
14. Kadang merasa tegang.
15. Cerdas, pemikir yang dalam.
16. Membangkitkan semangat orang lain.
17. Mempunyai sifat pemaaf.
18. Cenderung tidak teratur.
19. Seringkali merasa khawatir.
20. Memiliki imajinasi yang baik.
21. Cenderung pendiam.
22. Mudah percaya pada orang lain.
23. Cenderung pemalas.
24. Stabil secara emosional, tidak mudah
kecewa.
25. Seorang yang berdaya cipta.
26. Kepribadian asertif, suka terus terang.
27. Memiliki sifat dingin dan suka
menyendiri.
120
LAMPIRAN 3
Output CFA
a. Pembelian Impulsif
UJI VALIDITAS KONSTRUK PEMBELIAN IMPULSIF
DA NI=20 NO=275 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20
PM SY FI=IMPULSIF.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
IMPULSIF
FR TD 17 15 TD 19 13 TD 8 5 TD 16 14 TD 7 6 TD 16 4 TD 16 9 TD 15 5 TD 2 1 TD 16 12 TD
18 13 TD 20 5 TD 19 11 TD 13 2 TD 12 5 TD 18 17 TD 15 12 TD 10 8 TD 11 8 TD 16 1 TD 20
17 TD 17 16 TD 17 12 TD 20 14 TD 14 4 TD 15 4 TD 9 5 TD 12 6 TD 19 15 TD 15 11 TD 19 14
TD 14 13 TD 19 16 TD 9 6 TD 9 7 TD 16 7 TD 12 7 TD 10 3 TD 8 3 TD 19 17 TD 19 9 TD 16 11
TD 7 5 TD 3 1 TD 5 3 TD 10 5 TD 17 14 TD 20 16 TD 20 4 TD 19 12 TD 20 12 TD 13 1 TD 19
10 TD 13 10 TD 10 7 TD 8 7 TD 7 3 TD 8 6 TD 10 6 TD 6 5 TD 18 6
PD
OU SS TV MI
122
b. Activity
UJI VALIDITAS KONSTRUK ACTIVITY
DA NI=11 NO=275 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
PM SY FI=ACT.COR
MO NX=11 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ACTIVITY
FR TD 11 4 TD 10 4 TD 11 10 TD 5 4 TD 10 5 TD 4 3 TD 11 3 TD 10 3 TD 8 7 TD 6 2 TD 7 3
TD 7 4 TD 9 6 TD 8 2
PD
OU SS TV MI
123
c. Interests
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERESTS
DA NI=17 NO=275 MA=PM
LA
ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21
ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28
PM SY FI=INT.COR
MO NX=17 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTEREST
FR TD 14 7 TD 15 2 TD 16 12 TD 9 5 TD 17 3 TD 13 9 TD 10 6 TD 17 15 TD 15 3 TD 3 2 TD
17 2 TD 13 10 TD 5 4 TD 10 9 TD 12 2 TD 16 2 TD 16 15 TD 7 4 TD 16 3 TD 17 16 TD 17 12
TD 12 3 TD 15 12 TD 13 11 TD 15 7 TD 13 5 TD 6 2 TD 8 6 TD 6 5 TD 10 4 TD 13 1 TD 16 14
TD 16 7 TD 14 12 TD 14 11 TD 7 6 TD 5 2 TD 13 12 TD 12 9 TD 17 11 TD 10 8 TD 8 4 TD 16
13 TD 13 4 TD 8 5 TD 15 1 TD 7 2 TD 14 2 TD 12 7 TD 14 8 TD 4 2 TD 11 8 TD 6 1 TD 17 13
TD 9 3 TD 7 5 TD 14 9 TD 15 14 TD 14 3 TD 7 3 TD 17 7 TD 17 14
PD
OU SS TV MI
124
d. Opinion
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPINION
DA NI=8 NO=275 MA=PM
LA
ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 ITEM35 ITEM36
PM SY FI=OP.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPINION
FR TD 6 2 TD 8 4 TD 8 1 TD 7 6 TD 5 4 TD 4 3 TD 7 1
PD
OU SS TV MI
125
e. Openness
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPENNESS
DA NI=10 NO=275 MA=PM
LA
ITEM5 ITEM10 ITEM15 ITEM20 ITEM25 ITEM30 ITEM35 ITEM40 ITEM41 ITEM44
PM SY FI=OP.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPENNESS
FR TD 6 2 TD 4 3 TD 6 3 TD 8 7 TD 9 6 TD 7 6
PD
OU SS TV MI
126
f. Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK CONSCIENTIOUSNESS
DA NI=9 NO=275 MA=PM
LA
ITEM3 ITEM8 ITEM13 ITEM18 ITEM23 ITEM28 ITEM33 ITEM38 ITEM43
PM SY FI=NESS.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONSCIEN
FR TD 9 4 TD 5 4 TD 9 5 TD 8 3 TD 4 1 TD 9 2 TD 4 2 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
127
g. Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK EXTRAVERSION
DA NI=8 NO=275 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM6 ITEM11 ITEM16 ITEM21 ITEM26 ITEM31 ITEM36
PM SY FI=EX.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EXTRA
FR TD 4 3 TD 7 2 TD 5 2 TD 7 5 TD 5 4 TD 7 4 TD 8 3 TD 8 4 TD 6 4 TD 8 2
PD
OU SS TV MI
128
h. Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK AGREEABLENESS
DA NI=9 NO=275 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM7 ITEM12 ITEM17 ITEM22 ITEM27 ITEM32 ITEM37 ITEM42
PM SY FI=AGREE.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AGREEABL
FR TD 3 1 TD 9 5 TD 8 3 TD 8 1 TD 8 6 TD 8 7 TD 7 2 TD 9 6 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
129
i. Neuroticism
UJI VALIDITAS KONSTRUK NEUROTICISM
DA NI=8 NO=275 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM9 ITEM14 ITEM19 ITEM24 ITEM29 ITEM34 ITEM39
PM SY FI=NEURO.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
NEUROTIC
FR TD 7 2 TD 5 2 TD 7 5 TD 2 1 TD 6 5 TD 8 3
PD
OU SS TV MI
130
LAMPIRAN 4
Output Deskriptif dan Hasil Uji Regresi
Descriptive Statistics
Model Summary
Change Statistics
ANOVAb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.245 6.685 1.832 .068
Activity .506 .070 .491 7.185 .000
Interest .021 .071 .019 .301 .764
Opinion -.001 .069 -.001 -.017 .986
openness .073 .062 .068 1.176 .241
conscien -.214 .066 -.192 -3.244 .001
extraversion .126 .052 .126 2.413 .017
agreeabl .049 .061 .046 .803 .423
neuroticsm .194 .059 .180 3.274 .001
a. Dependent Variable: impulsif
Model Summary
Change Statistics
R Adjusted
Mode Squar R Std. Error of the R Square Sig. F
l R e Square Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 .536a .287 .284 7.88198 .287 109.784 1 273 .000
2 .538b .289 .284 7.88274 .002 .947 1 272 .331
3 .538c .289 .281 7.89701 .000 .017 1 271 .895
4 .540d .292 .281 7.89874 .002 .882 1 270 .349
5 .580e .337 .324 7.65797 .045 18.245 1 269 .000
6 .585f .342 .327 7.64107 .005 2.191 1 268 .140
7 .586g .343 .326 7.64746 .001 .552 1 267 .458
8 .607h .369 .350 7.51192 .025 10.722 1 266 .001
a. Predictors: (Constant),
activity
b. Predictors: (Constant),
activity, interest
c. Predictors: (Constant), activity, interest,
opinion
d. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness
e. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion,
openness, conscien
f. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien,
extraversion
g. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien,
extraversion, agreeabl
h. Predictors: (Constant), activity, interest, opinion, openness, conscien, extraversion,
agreeabl, neuroticsm