Anda di halaman 1dari 124

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN

KARIR TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII

SMKN 1 DAN 2 CIKARANG BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh :

Syifa Aulia Rahmawati


11160700000038

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

i
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN
KARIR TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII
SMKN 1 DAN 2 CIKARANG BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh :

Syifa Aulia Rahmawati


11160700000038

Pembimbing

Prof. Dr. Achmad Syahid, M. Ag


NIP. 196811071994031005

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN

KARIR TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII SMKN 1 DAN

2 CIKARANG BARAT” telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas

Psikologi Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 Oktober

2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 29 Oktober 2021

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Wakil Dekan/


Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si Yufi Adriani. M.Psi., Ph.D


NIP: 196207241989032001 NIP:197907232007102006

Anggota

Solicha, M.Si Mulia Sari dewi, M.Si


NIP: 197204151999032001 NIP:197805022008012026

Prof. Dr. Achmad Syahid, MA


NIP:196811071994031005

iii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Agustus 2021
C) Syifa Aulia Rahmawati
D) Pengaruh Dukungan Sosial dan Kematangan Karir terhadap Kesiapan Kerja
Siswa Kelas XII SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat
E) Iii + 106 + 20 lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel dukungan sosial dan
kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII SMKN 1 dan 2
Cikarang Barat.
Partisipan penelitian terdiri dari 200 siswa kelas XII SMKN 1 & 2 Cikarang
Barat. Pengambilan data menggunakan teknik non probability sampling dengan
cara menyebar kuesioner secara online. Peneliti mengadaptasi alat ukur The
Work Readiness Scale (WRS) untuk mengukur variable Kesiapan Kerja.
Adaptasi dari The Social Provisions Scale (SPS), Career Maturity Inventory
(CMI). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis
(CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan variabel dukungan sosial dan
kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII SMKN 1 & 2
Cikarang Barat. Secara rinci, dimensi integrasi sosial, kesempatan merasa
dibutuhkan, dan pengendalian karir memberi pengaruh yang signifikan pada
kesiapan kerja. Sedangkan dimensi lain seperti kelekatan, hubungan terpercaya,
bimbingan, adanya pengakuan, kesempatan merasa dibutuhkan, kepedulian
karir, keingintahuan karir, dan keyakinan karir tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan
dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan menambah
variabel lain yang terkait dengan kesiapan kerja yang dianalisis sebagai IV yang
mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII
SMKN 1 & 2 Cikarang Barat.
G) Referensi: 40; 3 Buku + 3 E-book + 29 Jurnal + 2 Artikel + 3 Situs Internet

iv
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) August 2021
C) Syifa Aulia Rahmawati
D) The Effect of Social Support and Career Maturity on Work Readiness of Class
XII Students of SMKN 1 and 2 Cikarang Barat
E) Iii + 106 + 20 attachments
F) This study aims to measure the effect of social support and career maturity on
work readiness of class XII students of SMKN 1 & 2 Cikarang Barat.
Research participants consisted of 200 students of SMKN 1 & 2 Cikarang Barat.
Retrieval of data used non probability sampling technique with how to spread
questionnaires online. The researcher adapted The Work Readiness Scale
(WRS) measuring instrument to measure the work readiness variable. Adapted
from The Social Provisions Scale (SPS), Career Maturity Inventory (CMI).
Validity test of the measuring instrument used confirmatory factor analysis
(CFA). Data analysis used multiple regression analysis techniques.
The result of the study have a significant effect on social support and career
maturity on work readiness of class XII students of SMKN 1 & 2 Cikarang
Barat. In detail, social integration, oppurtunity for nurturance, and career control
has a significant effect on work readiness. Meanwhile, other dimensions such as
attachment, reliable alliance, guidance, reassurance of worth, career concern,
career curiosity, and career confidence does not have a significant effect.
The author hopes that the implication of the result of this study can be reviewed
and developed in further research. For example, by adding other variables
related to work readiness that can be analyzed as Independent Variable which
might have a big influence on work readiness of class XII students of SMKN 1
& 2 Cikarang Barat.
G) Reference; 40; 3 Books + 3 E-book + 29 Journal + 2 Article + 3 Internet Sites

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalammualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini, karena tanpa campur tangan-Nya segala sesuatu tidak

akan terlaksana. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa ilmu

kepada umat manusia di dunia.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Dosen Pembimbing Skripsi, Prof. Dr. Achmad Syahid, M. Ag, yang telah

membimbing peneliti dengan sabar, memberikan motivasi, arahan dan

memberikan nasehat kepada peneliti.

3. Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dan

nasehat kepada peneliti.

4. Dr. Akhmad Baidun, M. Si, Dosen pembimbing akademik peneliti yang

telah membimbing, memberi arahan dan nasehat sejak awal perkuliahan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telahmemberikan ilmu pengetahuan.

vi
6. Para Staff Civitas Akademika Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan baik bagi

peneliti dalam proses administrasi selama masa perkuliahan.

7. Siswa/i kelas 3 SMKN 1 dan SMKN 2 Cikarang Barat yang telah membantu

peneliti dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tua peneliti, Ayah Taupik Rahman, S. Pd dan Ibu Susilawati,

S. Psi yang selalu mendoakan, memberi nasehat dan dukungan kepada

peneliti. Membimbing peneliti dengan sabar dan selalu menghibur dikala

suka maupun duka.

9. Keempat adik peneliti, Atasya Aulia Rahman, Tazkia Mutia Rahman,

Ghifari Fathur Rahman, dan Parisya Aqila Rahman yang selalu mendoakan,

memberi dukungan, dan menghibur peneliti.

10. Sahabat-sahabat “Kuyyyliah” Aulia Ocvianti, Annisa Jannata, Sakawuni,

Paula Aulia, dan Zulpha Aeni Saliss yang selalu mendukung, memberi

saran, membantu dan menghibur peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi

penulisan maupun isi. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk penulisan yang

lebih baik. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat diterima dan

memberikan manfaat yang besar, tidak hanya bagi peneliti namun bagi siapa

saja yang membaca.

Jakarta,11 Januari 2021

Syifa Aulia Rahmawati

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah ................................................................................... 10
1.3 Perumusan Masalah ..................................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 12
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................12
1.5.1 Manfaat Teoritis ....................................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Praktis......................................................................................... 13
BAB II .................................................................................................................. 15
LANDASAN TEORI........................................................................................... 15
2.1 Kesiapan Kerja ............................................................................................. 15
2.1.1 Definisi kesiapan kerja ..............................................................................15
2.1.2 Dimensi kesiapan kerja ..............................................................................16
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja ....................................18
2.1.4 Pengukuran Kesiapan Kerja.......................................................................20
2.2 Dukungan Sosial .......................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial ..........................................................................21
2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial .........................................................................22
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ...................................................................24
2.3 Kematangan Karir ....................................................................................... 26
2.3.1 Definisi Kematangan Karir ........................................................................26
2.3.2 Dimensi Kematangan Karir .......................................................................27
2.3.3 Pengukuran Kematangan Karir ..................................................................29
2.4 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30
2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35

viii
BAB III ................................................................................................................. 37
METODE PENELITIAN ................................................................................... 37
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 37
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............................... 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 40
3.3.1 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................41
3.4 Uji Validitas Konstruk ................................................................................. 46
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesiapan Kerja......................................................48
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial ..................................................50
3.5 Teknik Analisa Data ..................................................................................... 59
BAB IV ................................................................................................................. 63
HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 63
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................... 63
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................................. 65
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ......................................................... 66
4.3.1 Kategorisasi Skor Kesiapan Kerja .............................................................66
4.3.2 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial ..........................................................67
4.3.3 Kategorisasi Skor Kematangan Karir ........................................................69
4.4 Uji Hipotesis ................................................................................................ 70
4.4.1 Uji Hipotesis Kesiapan Kerja .....................................................................71
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing – masing IV terhadap DV ..................76
BAB V................................................................................................................... 80
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................................... 80
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 80
5.2 Diskusi ......................................................................................................... 80
5.3 Saran ............................................................................................................. 84
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................................85
5.3.2 Saran Praktis ..............................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
LAMPIRAN ......................................................................................................... 92

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Kesiapan Kerja................................................................. 42


Tabel 3.2 Blue Print Dukungan Sosial .............................................................. 44
Tabel 3.3 Blue PrintKematangan Karir ............................................................. 46
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Konstruk Kesiapan Kerja ................................. 49
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Dimensi Kelekatan ........................................... 51
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Integrasi Sosial .................................. 52
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Hubungan Terpercaya ........................ 53
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Bimbingan .......................................... 53
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dimensi Adanya Pengakuan ............................ 54
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dimensi Kesempatan Merasa Dibutuhkan .... 55
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dimensi Kepedulian Karir............................. 56
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Dimensi Keingintahuan Karir ...................... 57
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dimensi PengendalianKarir ......................... 58
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Dimensi KeyakinanKarir .............................. 59
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................. 63
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif............................................................................. 65
Tabel 4. 3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................. 66
Tabel 4.4 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkatkesiapan kerja .................... 67
Tabel 4.5 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat dukungan sosial ................ 68
Tabel 4.6 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat kematangan karir .............. 69
Tabel 4.7R square.............................................................................................. 71
Tabel 4.8 Signifikansi seluruh Variabel ............................................................ 72
Tabel 4.9 Koefisien Regresi .............................................................................. 73
Tabel 4. 10 Proporsi Varians Masing-masing Variabel ................................... 77

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Bagan Kerangka Berpikir


Dinamika Pengaruh Dukungan Sosial dan Kematangan Karir terhadap Kesiapan
Kerja…………………………………………………………………………… 34

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner………………………………………………………93
Lampiran 2 Alat Ukur ………………………………………….................94
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian …………………………………………..102
Lampiran 4 Analisis CFA ………………………………………………….104

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu langkah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dapat

dilakukan melalui jenjang pendidikan dan kegigihan untuk belajar. Pendidikan

kejuruan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional. SMK (Sekolah

Menengah Kejuruan) yaitu rangkaian proses pendidikan formal yang diikuti oleh

seseorang yang telah melewati masa SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs

(Madrasah Tsanawiyah) dan memasuki usia remaja tengah. Berdasarkan Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dapat diketahui bahwa

“Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk

dapat bekerja dalam bidang tertentu”.

Clarke & Winch (2007;9) mendefinisikan pendidikan kejuruan yaitu sebagai

pendidikan yang mempersiapkan seorang remaja untuk memasuki dunia

pekerjaan, pendidikan kejuruan ini merupakan suatu proses pembelajaran yang

berkaitan dengan teknik dan praktik. Pengertian ini mengandung pesan bahwa

setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus berkomitmen

menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu. Namun, penelitian

Amalia, dkk (2013) menunjukan hasil kematangan karir peserta didik

mengindikasikan kurang memiliki kepercayaaan diri dalam menentukan

keputusan karir, karena mereka belum dapat mengetahui potensi dan minat yang

ada pada dirinya. Kurangnya rasa percaya diri, membuat peserta didik malu untuk

bertanya kepada pihak Mandiri Enterpreneur Center mengenai jenis pekerjaan

1
dan malu untuk berkonsultasi mengenai pekerjaan yang diinginkan. Peserta didik

juga kurang aktif dalam pencarian karir, mereka cenderung menunggu lowongan

pekerjaan yang ditawarkan.

Data Bank dunia tahun 2010 menyebutkan keterampilan menurut pandangan

pemberi kerja mengkonfirmasikan bahwa keterampilan lulusan menengah atas

tidak memenuhi harapan pemberi kerja. Seperempat dari pekerja baru yang

memiliki ijazah pendidikan menengah atas dianggap memiliki kualitas buruk atau

sangat buruk. Hanya tujuh persen di antara mereka yang dianggap sangat baik,

sementara sebagian besar hanya dianggap “cukup.” Meskipun para pemberi kerja

prihatin dengan kualitas lulusan baik dari sekolah kejuruan maupun dari sekolah

umum, jenis keterampilan dan pekerjaan lulusan dari kedua jenis sekolah tersebut

cukup berbeda. Sekolah kejuruan (SMK) lebih diarahkan pada keterampilan yang

spesifik dengan lapangan kerja tertentu. Para lulusannya dibekali dengan

keterampilan yang dibutuhkan untuk masuk ke bursa kerja secara cepat dan

efektif. Sementara sekolah umum (SMA) bertujuan menyiapkan siswanya untuk

pendidikan lebih lanjut. (Worldbank, 2010)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari 2019

pengangguran terbuka tergolong banyak di Indonesia yang justru dari tamatan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jumlah pengangguran memang berkurang

sebesar 50 ribu orang dari 6,87 juta orang pada bulan Februari 2018 menjadi 6,82

juta orang. Namun, angka pengangguran terbuka di kota sebesar 6,3% masih

lebih tinggi dibanding dengan di desa yaitu 3,45%. Tetapi angka TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) ini menyisakan masalah fundamental, dimana tamatan

2
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi angka pengangguran.

Diketahui dari data BPS bahwa 8,92% dari total tingkat partisipasi angkatan kerja

adalah pengangguran lulusan SMK. Kemudian, 7,92% dari total tingkat partisipasi

angkatan kerja adalah pengangguran diploma (Makki, 2019). Berdasarkan data

kasus tersebut, diketahui bahwa tingkat pengangguran lulusan SMK tergolong

lebih banyak dibandingkan dengan lulusan diploma.

Tingginya pengangguran dari lulusan SMK dikarenakan adanya ketimpangan

dan kesenjangan dengan kebutuhan dunia kerja. Kompetensi yang dimiliki lulusan

nyatanya belum cukup untuk menghadapi kehidupan kerja yang nyata, sehingga

pihak pemberi kerja tidak bisa menempatkan para lulusan dengan posisi kerja

sesuai keahlian yang dikembangkan selama menempuh pendidikan, karena

lulusan dianggap kurang memiliki kesiapan kerja yang matang. Idealnya secara

nasional lulusan SMK yang langsung dapat memasuki dunia kerja sekitar 80-

85%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi peserta didik SMK Negeri 8

Bandung belum sesuai dengan apa yang diharapkan, karena melihat data

penyerapan lulusan ke dunia kerja yang belum sesuai dengan apa yang

diharapkan. Alimudin, dkk (2013).

Data ACDP tahun 2017 menyebutkan penyebab adanya kesenjangan

permintaan dan ketersediaan tenaga terampil kejuruan karena beberapa sebab

yaitu, jumlah jam minimal untuk pelatihan keterampilan kejuruan yang ditetapkan

dalam SK Kemenag belum dipenuhi oleh banyak Madrasah Aliyah (MA), jenis

pelatihan keterampilan tertentu yang ditawarkan tidak mampu menghasilkan

kompetensi yang dibutuhkan dalam waktu yang terbatas yang dialokasikan untuk

3
pelatihan keterampilan dalam kurikulum MA (Madrasah Aliyyah) pada

umumnya, kurikulum yang menggolongkan keterampilan kejuruan sebagai mata

pelajaran intrakurikuler tidak didasarkan pada standar berbasis kompetensi KKNI

yang hasilnya kualitas pengajaran lebih rendah, infrastruktur program

keterampilan tidak muktahir dan juga tidak terawat di kebanyakan MA,

kemampuan pengajar keterampilan kejuruan tidak mutakhir, pelatihan, program

magang, dan kursus sertifikasi yang ditawarkan oleh Balai Latihan Kerja (BLK),

BLPT dan penyedia program magang tidak diminati oleh mayoritas MA yang ikut

serta dalam penelitian, dan pengawasan pelatihan keterampilan di MA oleh

cabang Kemenag lokal, dalam hal pengawasan dan penawaran dukungan pada

MA untuk meningkatkan program mereka masih lemah. Murray, dkk (dalam

ACDP, 2017)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencetuskan

program pernikahan massal antara vokasi dan industri. Program tersebut

dilakukan untuk memecah kebuntuan soal lulusan pendidikan vokasi yang banyak

menganggur. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim

menyebutkan bahwa ada beberapa elemen yang harus dipenuhi antar pernikahan

vokasi dan industri agar terlaksana yaitu mulai dari kurikulum yang diadopsi dari

mitra industri hingga perjanjian rekrutmen. Selain itu, industri dapat memberikan

beasiswa dan ikatan dinas kepada pihak sekolah yang diajak kerjasama.

(JawaPos.com, 2020)

Berdasarkan paparan diatas, kesiapan kerja bagi siswa perlu dipersiapkan

untuk menghadapi persaingan global. Hal ini menjadi penting mengingat

4
persaingan dunia kerja yang semakin ketat dan diperlukan kualitas sumber daya

manusia yang terampil untuk masuk dan bertahan dalam dunia kerja. Kesiapan

kerja merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

kesiapan kerja merupakan salah satu kriteria untuk mengukur kesesuaian kualitas

kerja individu dengan kebutuhan tenaga kerja (Sasmito, A.P, 2017). Kesiapan

kerja akan mendorong individu untuk meningkatkan mobilitas kerjanya dan

membantu menghasilkan sumber daya manusia yang lebih fleksibel, terampil,

berkualitas, dan mampu dipekerjakan. Pada akhirnya, mereka diharapkan dapat

memenuhi persyaratan pasar kerja (Andrews, J & Helen Hogson, 2008). Kesiapan

kerja digambarkan sebagai kesiapan individu untuk menyesuaikan diri dengan

tuntutan budaya di tempat kerja (Parker, A.J, 2011)

Kesiapan menurut Kamus Psikologi adalah tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikkan sesuatu

(Chaplin, 2011). Penelitian Ganing, dkk (2013) menyebutkan bahwa usia

perkembangan peserta didik SMK yang masih tergolong remaja (16-19 tahun),

maka peserta didik perlu mendapatkan pembinaan kesiapan kerja, memiliki nilai

untuk pengembangannya memerlukan pendidikan formal seperti SMK untuk

dapat adaptif dengan lingkungan sosialnya, dapat mengembangkan bakatnya.

Dapat disimpulkan bahwa siswa bisa berprestasi secara terus-menerus dan

memiliki kemauan yang tinggi untuk mendapatkan apa yang siswa inginkan,

melatih kemandirian, mengenal kemampuan dirinya, dan mengenal lingkungan

sosial dan budayanya. Jackson & Mc Dermott (dalam Masole & Gideon, 2016)

Banyak organisasi memiliki ekspektasi umum tentang kemampuan lulusan untuk

5
menambah nilai langsung ke organisasi dan juga untuk memfasilitasi

pertumbuhan dan peningkatan kinerja yang berkelanjutan melalui inovasi,

Luscombe, Lewis, & Biggs (dalam Masole & Gideon, 2016).

Hasil penelitian Suditu, Stan dan Safta (2011) menunjukkan bahwa individu

yang memiliki pengalaman praktik kerja, kompetensi, harmonisasi keterampilan,

memiliki strategi dalam pemecahan masalah, memiliki sertifikasi kemampuan

oleh selain lembaga formal lebih baik tingkat kesiapan kerjanya. Selanjutnya

penelitian Caballero & Walker (2011) penelitian mengidentifikasi bahwa lulusan

dilihat dari “Kesiapan Kerja” sebagai indikasi potensi mereka dalam hal kinerja

pekerjaan dan kemajuan karir. Berdasarkan penelitian Caballero & Walker (2011),

diketahui bahwa seseorang yang memiliki kesiapan kerja terlihat dari karakteristik

pribadi, ketajaman organisasi, kompetensi kerja dan kecerdasan sosial.

Masalah psikologis yang akan dialami remaja jika tidak ada pilihan karir

cenderung memiliki gangguan emosi dan kepribadian seperti pesimistis, gangguan

kecemasan (anxiety disorder), dan konsep diri negatif serta self esteem yang

rendah (Saka, Gati, dan Kelly, 2008). Jika siswa SMK tidak ada pilihan karir

maka siswa SMK belum memiliki kesiapan untuk bekerja dan cenderung

memiliki gangguan psikologis.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja, salah satunya adalah

dukungan sosial. Dukungan sosial mampu memfasilitasi proses pengambilan

keputusan dalam mengeksplorasi karir individu (Jiang, Z, 2017). Diyakini bahwa

individu membutuhkan bantuan dari lingkungan sekitarnya, seperti teman, guru,

orang tua, dan orang-orang yang memiliki kapasitas dalam bidang tertentu dalam

6
merencanakan karirnya (Patel, S, et al, 2008). Dukungan sosial menjadi faktor

eksternal untuk menentukan karir yang akan dipilih dalam hidup. Dukungan sosial

didefinisikan sebagai keberadaan atau adanya seseorang yang dapat dipercaya,

yang memahami, memperlihatkan dan mencintai kita (Cutrona 1987). Dukungan

sosial dalam persiapan karir dianggap sebagai komponen penting untuk

membantu remaja dalam mengembangkan keputusan pengambilan karir, Marock

(dalam Coetzee & Beukes, 2010). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan (Kidd,

dkk dalam Coetzee & Beukes, 2010) yang menemukan bahwa persepsi individu

terhadap dukungan yang mereka terima dalam perencanaan pengembangan karir

mereka dan karir masa depan secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan dan

kesiapan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2015) menunjukklan hasil uji

hipotesis bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pengalaman prakerin,

hasil belajar mata diklat produktif, dan dukungan sosial keluarga secara bersama-

sama terhadap kesiapan kerja siswa SMKN 2 Ciamis sebesar 32,7%. Selanjutnya

penelitian Baiti, dkk (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara

dukungan orang tua terhadap kesiapan kerja siswa SMK Program Studi Keahlian

Teknik Elektronika se Kabupaten Sleman, yang dimana dukungan orang tua

termasuk dalam dukungan sosial. Sejalan dengan penelitian diatas Tentama, dkk

(2020) menunjukkan bahwa dukungan sosial dan pengaturan diri mampu

memberikan kontribusi pada tingkat kesiapan kerja siswa di Sekolah Menengah

Kejuruan Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Selanjutnya penelitian Utami, dan

Dwityanto (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat

7
signifikan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. Sumbangan

efektif antara variabel dukungan sosial dengan kesiapan kerja sebesar 42,6 %, hal

tersebut berarti masih terdapat 57,4 % variabel lain yang mempengaruhi kesiapan

kerja diluar variabel dukungan sosial seperti faktor dari dalam diri yang meliputi

kecerdasan, ketrampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motivasi,

kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita, dan tujuan dalam bekerja.

Sedangkan faktor-faktor dari luar diri sendiri meliputi lingkungan dunia kerja,

rasa aman dalam pekerjaannya, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan

sekerja, hubungan dengan pimpinan, dan gaji. Selain itu, subjek penelitian

memiliki dukungan sosial dan kesiapan kerja yang tergolong tinggi.

Salah satu bentuk dukungan sosial yaitu dari instansi sekolah. Sekolah harus

mengadakan bimbingan karir peserta didik untuk mengetahui pilihan karir dan

meningkatkan kematangan karirnya. Bimbingan karir adalah salah satu jenis

layanan dari program bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling

merupakan program sekolah yang difokuskan untuk memfasilitasi para siswa agar

memperoleh pengembangan diri yang optimal. Di sekolah para siswa diusahakan

untuk bisa mengetahui dan menguasai kompetensi, baik yang berkaitan dengan

pelajaran ataupun yang berkaitan dengan pengembangan diri pribadi, sosial, dan

kehidupan karirnya (Wong, 2019). Maka dari itu, diharapkan kepada instansi-

instansi pendidikan formal untuk menyelenggarakan psikotes agar peserta didik

dapat mengetahui bakat dan minatnya, tidak hanya itu peserta didik juga harus

mengetahui bagaimana situasi dan lingkungan dalam dunia kerja agar nantinya

8
peserta didik dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan

keterampilannya.

Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu

kematangan karir. Kematangan karir merupakan hal yang sangat penting dalam

menata dan menentukan kehidupan yang diinginkan seseorang. Dalam teori

kematangan karir, siswa harus memiliki pendekatan untuk tugas pilihan karir

dengan kepedulian akan masa depan mereka, pengendalian pribadi atas karir

mereka, keingintahuan untuk bereksperimen dan menjelajahi peluang sosial, dan

kepercayaan diri untuk terlibat dalam merancang pekerjaan masa depan dan

rencana pelaksanaan agar dapat mewujudkannya (Savickas, 2005). Kematangan

karir ditandai dengan kesiapan seseorang dalam menentukan pilihan karir yang

realistis dengan dirinya (Savickas, 1990:4). Penelitiah oleh Pangastuti dkk, (2019)

menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh postif dan siginifikan dari

variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII Jurusan Bisnis

dan Manajeman di SMK Kristen 1 Surakarta sebesar 20,7%. Selanjutnya Afriani

dkk, (2015) hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kematangan karirsecara

parsial dan simultan berpengaruh terhadap tingkat kesiapan kerja siswa kelas XII

kompetensi keahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Semarang.

Berdasarkan paparan diatas penting kiranya meneliti lebih lanjut untuk melihat

pengaruh dukungan sosial, dan kematangtan karir, terhadap kesiapan kerja. Maka

dari itu, peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Dukungan Sosial, dan Kematangan Karir, Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas

XII SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat.”

9
1.2 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh

variabel bebas (dukungan sosial, dan kematangan karir) terhadap variabel terikat

kesiapan kerja. Adapun pembatasan perumusan masalah mengenai konstruk yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kesiapan kerja merupakan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dari institusi pendidikan, sehingga memiliki

kesiapan dalam bekerja atau siap untuk sukses dalam lingkungan kerja

(Caballero, Walker, & Fuller, 2011).

b. Dukungan sosial adalah suatu proses hubungan yang terbentuk dari

individu oleh persepsi bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan disayangi,

untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-

tekanan dalam kehidupannya. Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987).

c. Kematangan karir yaituindividu telah memiliki kesiapan untuk membuat

keputusan terhadap pilihan-pilihan karirnya dengan tepat dan bijaksana

(Savickas, 2001).

d. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tiga (3) SMKN

1 & 2 Cikarang Barat yang dimana SMK ini adalah lembaga pendidikan

kejuruan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam

bidang atau keterampilan yang dimiliki para peserta didiknya.

10
1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara bersama-bersama variabel

dukungan sosial dan kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa

SMK?

2. Apakah ada pengaruh dimensi kelekatan terhadap kesiapan kerja siswa

SMK?

3. Apakah ada pengaruh dimensi integrasi sosial terhadap kesiapan kerja

siswa SMK?

4. Apakah ada pengaruh dimensi hubungan terpercaya terhadap kesiapan

kerja siswa SMK?

5. Apakah ada pengaruh dimensi bimbingan terhadap kesiapan kerja siswa

SMK?

6. Apakah ada pengaruh dimensi adanya pengakuan terhadap kesiapan kerja

siswa SMK?

7. Apakah ada pengaruh dimensi kesempatan merasa dibutuhkan terhadap

kesiapan kerja siswa SMK?

8. Apakah ada pengaruh dimensi kepedulian karir terhadap kesiapan kerja

siswa SMK?

9. Apakah ada pengaruh dimensi keingintahuan karir terhadap kesiapan

kerja siswa SMK?

11
10. Apakah ada pengaruh dimensi pengendalian karir terhadap kesiapan

kerja siswa SMK?

11. Apakah ada pengaruh dimensi keyakinan karir terhadap kesiapan kerja

siswa SMK?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini ialah sebagai

berikut:

1. Untuk memperoleh data apakah dukungan sosial dan kematangan karir

memiliki pengaruh atau tidak secara signifikan terhadap kesiapan kerja

siswa kelas XII SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat.

2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dimensi-dimensi dukungan

sosial dan kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII

SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat.

3. Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh yang dapat diprediksi oleh

dukungan sosial dan kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa

kelas XII SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pengaruh dukungan sosial dan kematangan karir terhadap kesiapan kerja

siswa SMK.

12
2. Sebagai tambahan wawasan tentang kajian ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan dan psikologi industri dan organisasi.

3. Memberikan gambaran untuk pengembangan penelitian kesiapan kerja

siswa untuk terjun ke dunia kerja.

4. Mengembangkan alat ukur dukungan sosial, kematangan karir, dan

kesiapan kerja dengan memberikan gambaran uji validitas pada masing-

masing alat ukur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi organisasi atau instansi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat,

dan menjadi bahan evaluasi mengenai kesiapan kerja terutama bagi

peserta didik yang sedang menempuh masa studi (undergraduate).

Sehingga, instansi pendidikan kejuruan dapat mengembangkan tingkat

kesiapan kerja pada peserta didiknya. Selain itu, penelitian ini dapat

digunakan oleh kalangan SMK, hal ini diharapkan akan memberikan

sumbang praktis untuk para pengajar di SMK mengenai dasar

pengelolaan siswa, sehingga siswa dapat lebih terarah akan dunia kerja.

Penelitian ini juga diharapkan agar memberikan pengetahuan baru bagi

dunia pendidikan terutama instansi pendidikan SMK bahwasannya

beberapa variabel yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu dukungan

sosial, dan kematangan karir selain faktor lain seperti keterampilan,

pengalaman kerja, self-efficacy, kurikulum sekolah, fasilitas sekolah, dan

sebagainya. Sehingga, instansi pendidikan terutama SMK dapat

13
mempersiapkan strategi untuk mencapai kesiapan kerja peserta didik

melalui pendidikan, pelatihan, dan informasi yang sesuai.

2. Bagi para peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan mampu

memberikan pengetahuan tentang pentingnya dukungan sosial dan

kematangan karir terhadap kesiapan kerja, sehingga nantinya dalam

proses pembelajaran hingga waktunya lulus dari pendidikan kejuruan,

para peserta didik dapat mempersiapkan dan mengeluarkan seluruh

energi dan keterampilan yang dimiliki untuk bersaing dalam dunia kerja.

14
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesiapan Kerja

2.1.1 Definisi kesiapan kerja

Hillage dan Polard (1998) menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan

kemampuan individu untuk mendapatkan pekerjaan awal, mempertahankan

pekerjaan, berpindah di antara peran dalam organisasi yang sama, mendapatkan

pekerjaan baru jika diperlukan dan idealnya mengamankan pekerjaan yang sesuai

dan cukup memuaskan. Harvey (2001) mengartikan kesiapan kerja sebagai hal

menyinggung mengenai atribut lulusan dan menyiratkan bahwa individu-individu

ini memiliki dan mampu menunjukkan atribut-atribut untuk mendapatkan

pekerjaan.

Sementara itu menurut Yorke (2006) mengartikan kesiapan kerja sebagai

suatu set keterampilan dasar, pemahaman atau pengetahuan dan atribut pribadi

(sikap) yang membuat lulusan lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan

sukses dalam pekerjaan yang mereka pilih, yang menguntungkan diri mereka

sendiri, tenaga kerja, masyarakat dan ekonomi. Pendapat yang sama juga

dikemukakan oleh Brady (2010) kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi

individu, seperti sifat siap bekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan,

bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu

bagaimana cara untuk mempertahankan pekerjaan setelah pekerjaan itu

didapatkan. Senada dengan pendapat di atas Caballero, Walker, dan Fuller (2011)

mendefinisikan kesiapan kerja sebagai sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

15
dimiliki oleh seseorang dari institusi pendidikan, sehingga memiliki kesiapan

dalam bekerja atau siap untuk sukses dalam lingkungan kerja.

Dari beberapa definisi di atas maka peneliti menggunakan definisi kesiapan

kerja dari Caballero, Walker, dan Fuller (2011) yakni kesiapan kerja sebagai

sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dari institusi

pendidikan, sehingga memiliki kesiapan dalam bekerja atau siap untuk sukses

dalam lingkungan kerja.

2.1.2 Dimensi kesiapan kerja

Dimensi kesiapan kerja menurut Caballero, Walker, dan Fuller (2011) yaitu:

1. Karakteristik pribadi (Personal characteristics)

Mengacu pada sumber daya pribadi yang dimiliki individu, seperti

keterampilan pribadi, pengarahan diri, pengetahuan diri, kemampuan

beradaptasi, dan fleksibilitas, ketahanan dalam menghadapi tuntutan kerja

yang mungkin akan terus meningkat dalam lingkungan kerja atau dunia

kerja.

2. Kecerdasan organisasi (Organisational acumen)

Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan dimana mereka

akan bekerja. Kecerdasan organisasi mencakup kematangan, kesadaran

organisasi, sikap bekerja, tanggung jawab sosial, pengetahuan global, dan

pembelajaran seumur hidup atau pengarahan diri. Kecerdasan organisasi

juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan seseorang, karena saat bekerja

seseorang memerlukan pengembangan diri yang terus menerus untuk

menjadi seorang yang professional dalam bidangnya.

16
3. Kompetensi kerja (Work competence)

Kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang untuk memasuki

dunia kerja. Berfokus pada kemampuan teknis yang dimiliki seperti

kemampuan organisasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan

kreativitas atau inovasi.

4. Kecerdasan sosial (Social intelligence)

Kemampuan seseorang untuk dapat menerima feedback yang diberikan

pada saat bekerja. Mampu bekerja sebagai bagian dari suatu tim, memiliki

rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan dan timnya atau orang lain,

memiliki keterampilan interpersonal atau sosial, kemampuan beradaptasi,

dan keterampilan komunikasi.

Dari dimensi-dimensi yang telah dikemukakan maka dalam penelitian ini,

penulis menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Caballero et al (2011)

karena dari dimensi-dimensi tersebut sesuai dengan tujuan dan latar belakang

penelitian ini yakni meneliti kesiapan kerja dari SMK.

17
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja

Terdapat beberapa faktor yang dikemukakan oleh para ahli yang

mempengaruhi kesiapan kerja, antara lain:

a. Faktor internal atau yang bersumber dalam diri individu, meliputi:

1. Kemampuan inteligensi, Minat, dan Bakat

Caballero et al, (2011), dan Winkel (2015) menunjukkan bahwa

ketiga hal diatas mempengaruhi kesiapan kerja.

2. Motivasi

Sukardi (1993), Stewart & Knowles dalam Caballero et al, (2011),

Chakraborty, Gupta dan Saha (2017), dan Ahmad (2020)

menunjukkan bahwa motivasi besar pengaruhnya untuk mendorong

peserta didik dalam memasuki dunia kerja, dan menunjukkan adanya

hubungan antara motivasi dan kesiapan kerja.

3. Keterampilan

Caballero et al, (2011), Chakraborty, Gupta dan Saha (2017)

Putriatama dkk (2016), dan Ihsan (2018) menunjukkan bahwa

keterampilan individu mempunyai pengaruh yang signifikan dan

positif tehadap kesiapan untuk melakukan suatu pekerjaan.

4. Pengetahuan tentang dunia kerja dan Pengalaman kerja

Sukardi (1993), Putriatama dkk (2016) menunjukkan bahwa

pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman kerja mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan kerja.

18
5. Self-efficacy

Ganing, dkk (2013), Latif, dkk (2017), dan Solfema, dkk (2019),

menunjukkan self-efficacy memiliki hubungan yang positif dan

signifikan terhadap kesiapan kerja.

6. Kecerdasan Emosional

Mashigo (2014) dan Masole (2016), menunjukkan bahwa kecerdasan

emosional dapat mempengaruhi kesiapan kerja.

7. Kematangan Karir

Mashigo (2014), Afriani dkk, (2015), dan Pangastuti dkk, (2019)

kematangan karir menjadi salah satu faktor internal yang

mempengaruhi kesiapan kerja.

b. Faktor eksternal, meliputi:

1. Dukungan sosial

Baiti, dkk (2014), Lestari, dkk (2015), Utami, dan Dwityanto (2016),

dan Sari (2017), menunjukkan bahwa dukungan sosial menjadi faktor

eksternal yang mempengaruhi dan memiliki hubungan positif dan

signifikan dengan kesiapan kerja.

2. Sistem pendidikan & kurikulum

Harry, Chinyamurindi dan Mjoli (2018) menyebutkan bahwa sistem

pendidikan memengaruhi kesiapan kerja. Diketahui dalam

penelitiannya, sistem pendidikan yang rendah membuat kesiapan kerja

dari lulusan rendah. Selain itu, kurikulum yang digunakan juga

memengaruhi kesiapan kerja dari lulusan.

19
3. Status sosial atau Ekonomi

Myers (2012), dan Harry, Chinyamurindi dan Mjoli (2018) Status

sosial atau ekonomi menjadi salah satu faktor yang memengaruhi

kesiapan kerja

Dalam penelitian ini, faktor yang akan diteliti yaitudukungan sosial

dan kematangan karir. Kedua faktor ini dipilih karena berdasarkan

latar belakang masalah, kedua faktor itu menjadi salah satu faktor

penting dalam kesiapan kerja.

2.1.4 Pengukuran Kesiapan Kerja

Terdapat dua alat ukur kesiapan kerja, yaitu:

1. Work Readiness Inventory (WRI) dirancang untuk membantu pekerja

mengidentifikasi dan kemudian membahas sifat-sifat kesiapan kerja yang

akan memungkinkan mereka untuk lebih memenuhi tantangan tempat

kerja saat ini. WRI dikembangkan oleh Brady (2010) yang berisi tentang

laporan diri secara singkat yang dirancang untuk survei enam aspek

kesiapan: tanggung jawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, self-

view, kesehatan dan keselamatan. Terdiri dari 36 item pernyataan yang

berkaitan dengan kesiapan. Reliabilitas alat ukur WRI adalah 0,87 maka

dikatakan reliabel.

2. The Work Readiness Scale (WRS) yaitu pengukuran kesiapan kerja yang

dikembangkan oleh Caballero, Walker, dan Fuller (2011). Kesiapan kerja

memiliki empat aspek yaitu karakteristik pribadi, kecerdasan organisasi,

20
kecerdasan sosial, dan kompetensi kerja yang terdiri dari 64 item dengan

realibilitas 0,96 sehingga dapat dikatakan reliabel.

Dari kedua alat ukur di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengukur

kesiapan kerja akan menggunakan alat ukur Work Readiness Scale (WRS) yang

dikembangkan oleh Caballero, Walker, dan Fuller. Alat ukur ini digunakan karena

lebih sesuai dengan tujuan penelitian yang akan mengukur mengenai kesiapan

kerja pada peserta didik dan alat ukur ini adalah alat ukur terbaru dan sesuai

dengan iklim dunia kerja saat ini.

2.2 Dukungan Sosial

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial biasa didefinisikan sebagai keberadaan seseorang yang

dapat dipercayai, yang memahami, memperhatikan, dan mencintai kita.

Sedangkan menurut Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) dukungan sosial

merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu oleh persepsi

bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan disayangi, untuk memberikan bantuan

kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya. Zimet

Dahlem, Zimet & Farley (1988) memberikan pengertian dukungan sosial adalah

keyakinan individu akan ketersediaan dukungan sosial dari keluarga, teman dan

orang-orang terdekat (significant others) sewaktu ia membutuhkan. Sarafino

(1998) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian,

penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.

Menurut Schwarzer (2003) dukungan sosial yaitu dapat dianggap sebagai

sumber daya yang diberikan oleh orang lain, sebagai bantuan penanggulangan

21
atau sebagai pertukaran sumber daya. Sarafino dan Smith (2011) menyatakan

bahwa dukungan sosial merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau

sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya

bahwa ia sayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Sedangkan menurut

Taylor (2012) dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta

merasa dirinya dicintai dan diperhartikan, terhormat, dan dihargai, serta

merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbalik dari orang

tua, kekasih, kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan

masyarakat.

Dalam penelitian ini teori yang dipakai yaitu teori Weiss (dalam Cutrona

& Russell, 1987). Dukungan sosial merupakan suatu proses hubungan yang

terbentuk dari individu oleh persepsi bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan

disayangi, untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-

tekanan dalam kehidupannya.

2.2.2 Dimensi Dukungan Sosial

Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) merumuskan dimensi dari

dukungan sosial yang didasarkan pada teori Weiss (1974) tentang fungsi

hubungan sosial diantaranya yaitu:

1. Kelekatan (attachment), yaitu dukungan pengekspresian dari kasih

sayang dan cinta yang diterima individu dan kelekatan secara emosional

sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Sumber

dukungan ini biasanya didapatkan dari pasangan intim, teman dekat, dan

keluarga.

22
2. Integrasi sosial (social integration), yaitu dukungan yang dapat

menimbulkan perasaan memiliki pada individu karena menjadi anggota

didalam kelompok yang dapat membagi minat, serta aktivitas sosial

sehingga individu merasa dirinya diterima oleh kelompok tersebut.

3. Hubungan terpercaya (reliable alliance), yaitu pengetahuan yang dimiliki

individu bahwa individu dapat mengandalkan bantuan yang nyata dari

dirinya sendiri maupun orang lain, individu yang menerima bantuan ini

akan merasa tenang karena individu menyadari ada orang yang dapat

diandalkan untuk menolong bila individu menghadapi kesulitan.

4. Bimbingan (guidance), yaitu bentuk dukungan untuk mendapatkan

nasehat dan informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan

mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya dukungan sosial ini berasal

dari ulama di masyarakat, kepala sekolah, guru, dan orang tua.

5. Adanya pengakuan (reasurance of worth), yaitu bentuk pengakuan atas

kemampuan dan keahlian individu yang menerima penghargaan dari

orang lain atau lembaga terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai-

nilai yang dimiliki oleh individu. Sumber dukungan sosial ini dapat

berasal dari keluarga, instansi, dan sekolah atau organisasi.

6. Kesempatan merasa dibutuhkan (oppurtunity for nurturance), yaitu

dukungan berupa perasaan bahwa individu dibutuhkan oleh orang lain

atau terjalinnya hubungan interpersonal.

Dalam penelitian ini, digunakan dimensi berdasarkan Weiss (dalam

Cutrona & Russell, 1987). Alasan pemilihan dimensi atau aspek dalam

23
penelitian ini yaitu karena dimensi tersebut sejalan dengan definisi yang

digunakan.

2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial

1. The MSPSS (The Multidimensional Scale of Perceived Social Support)

yaitu sebuah instrumen dukungan sosial 12 item yang mengukur

dukungan sosial pada dua dimensi (dukungan emosional dan dukungan

instrumental) berdasarkan tiga sumber yaitu keluarga, teman, dan yang

signifikan lainnya. MSPSS dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet,

& Farley (1988) untuk mengukur kecukupan dukungan sosial yang

dirasakan, sifat multidimensional dari instrumen ini tidak terletak pada

jumlah dimensi yang diukur, tetapi dari pengukuran tiga sumber

spesifik dari kecukupan dukungan yang dirasakan yaitu keluarga,

teman, dan orang lain yang signifikan. Alat ukur MSPSS ini memiliki

koefisien reliabilitas untuk 12-item MSPSS adalah 0,93. Keluarga,

Teman, dan Subskala Lainnya yang signifikan menunjukkan masing-

masing 0,91, 0,89, dan 0,91 (Zimet & Mitchell, 2000). Penelitian yang

sama juga dilakukan oleh Nadel (2014) dengan menguji tiga dimensi

dari item MSPSS yang menghasilkan nilai signifikansi yang sama

dengan yang dilakukan Zimet & Mitchell (2000).

2. The Social Provisions Scale (SPS) mempunyai tujuan untuk menguji

sejauh mana hubungan sosial individu. SPS dikembangkan oleh Weiss

(dalam Cutrona & Russell, 1987) yang instrumennya berisi 24 item,

dari enam hal sebagai berikut: kelekatan (attachment), integrasi sosial

24
(social integration), hubungan terpercaya (reliable alliance), bimbingan

(guidance), adanya pengakuan (reassurance of worth), dan kesempatan

untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance). Hasil uji

validitas konstruk terhadap instrumen The Social Provisions Scale

dengan menggunakan pendekatan confirmatory factor analysis (CFA)

mengungkapkan bahwa seluruh item bersifat unidimensional, artinya

hanya mengukur satu faktor saja. Dapat disimpulkan bahwa model satu

faktor pada seluruh item yang diteorikan oleh instrumen The Social

Provisions Scale diterima. Hal ini dikarenakan dari seluruh item

dikatakan valid dan bersifat unidimensional atau hanya mengukur satu

faktor saja. Kriteria sebagai item yang baik, yaitu (1) memiliki muatan

faktor positif, (2) valid (signifikan, t >1,96 atau t < -1.96), dan (3)

memiliki korelasi antar kesalahan pengukuran yang tidak lebih dari tiga

atau dengan kata lain item tersebut bersifat unidimensional.

Dalam penelitian ini peneliti memilih alat ukur The Social

Provisions Scale (SPS). Hal ini disebabkan karena SPS mengukur 6

dimensi yang akan peneliti ukur, dan seluruh item dikatakan valid dan

bersifat unidimenional yang mengukur satu faktor saja.

25
2.3 Kematangan Karir

2.3.1 Definisi Kematangan Karir

Kematangan karir merupakan aspek penting yang harus dicapai oleh

individu. Tidak adanya kematangan karier akan mengakibatkan ketidakpastian

dalam menentukan karirnya, yang kemudian akan menghambat pencapaian karier

di masa depan. Kematangan karir awalnya disebut dengan “vocational maturity

(kematangan kejuruan)”, konstruk yang sekarang dikenal sebagai “career

maturity (kematangan karier)” diusulkan oleh Super 64 tahun yang lalu (Super,

1955). Crites (1995) mendefinisikan kematangan karir sebagai sejauh mana

individu telah menguasai tugas pengembangan kejuruan termasuk komponen

pengetahuan dan sikap, yang sesuai dengan kondisi perkembangan karirnya.

Dari hasil kajian literatur, definisi istilah kematangan karir dinyatakan

sebagai “…congruence between an individual’s vocational behavior and the

expected vocational behavior at the age” (Super dalam Ilfiandra). Selain itu,

Super (Patton & Lokan, 2001) menyatakan “career maturity is the readiness to

make appropriate career decisions”. Individu dikatakan mencapai kematangan

dalam karirnya apabila telah memiliki kesiapan untuk membuat keputusan

terhadap pilihan-pilihan karirnya dengan tepat dan bijaksana (Savickas, 2001).

Menurut Super (2004) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan

individu untuk menyelesaikan dan mengatasi tugas-tugas perkembangan karir.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti mengacu pada definisi yang

dikemukakan oleh Savickas (2001) yang menyebutkan bahwa individu

dikatakanmencapai kematangan dalam karirnya apabila telah memiliki kesiapan

26
untuk membuat keputusan terhadap pilihan-pilihan karirnya dengan tepat dan

bijaksana.

2.3.2 Dimensi Kematangan Karir

Savickas (2011) menjelaskan bahwa ada empat dimensi dalam kematangan

karir:

1. Kepedulian Karir (Career Concern), yang dimaksud adalah kepedulian

terhadap sejauh mana individu berorientasi dan terlibat dalam proses

pengambilan keputusan karir individu. Kepedulian individu terhadap

karirnya berarti individu memiliki orientasi yang penting dalam

mempersiapkan masa depan. Ini menunjukkan kesadaran orang akan tugas

pengembangan karir dan transisi karir yang harus dihadapi dan pilihan

yang harus diambil dalam jangka pendek dan jangka panjang. Individu

harus membuat rencana untuk diri mereka sendiri, mengantisipasi,

mengenali, menarik, dan berorientasi pada karir masa depan. Kurangnya

perhatian terhadap karir adalah ketidaktahuan tentang karir dan itu

mencerminkan tidak adanya rencana, dan pesimisme tentang masa depan.

2. Keingintahuan Karir (Career Curiosity), adalah perasaan ingin tahu untuk

mencoba dan menemukan peluang dalam lingkungan sosial.

Keingintahuan mengacu pada inisiatif dalam mempelajari tenaga kerja

yang mengarah pada perilaku pencarian informasi, termasuk keterbukaan

mereka terhadap pengalaman baru, mengeksplorasi diri sendiri, dan

merefleksikan kompatibilitas antara diri dan tenaga kerja. Kurangnya rasa

27
ingin tahu dapat dilihat sebagai kurangnya kejelasan tentang tenaga kerja

dan konsep diri yang tidak akurat.

3. Pengendalian Karir (Career control) berartisejauh mana seseorang

mencari bantuan dalam pengambilan keputusan karir dengan meminta

informasi atau saran dari orang lain bahwa seseorang akan merasakan

tanggung jawab untuk membangun karir melalui menentukan arah karir,

tegas dalam memilih karir, dan teliti atau bersungguh-sungguh dalam

memilih karir, daripada mengandalkan kesempatan atau keberuntungan.

Lebih baik individu mengambil pendekatan yang disiplin, tidak tergesa-

gesa, berorientasi pada tujuan, dan terorganisir dalam melakukan tugas-

tugas pengembangan kejuruan. Kurangnya pengendalian karir dapat

disebut keragu-raguan yang akan menimbulkan kebingungan, dan

prokrastinasi.

4. Keyakinan Karir (Career Confidence), menunjukkan antisipasi

keberhasilan dalam memecahkan masalah kompleks yang terlibat dalam

pengambilan keputusan karir dan pilihan pekerjaan. Individu

membutuhkan kepercayaan diri untuk bertindak berdasarkan minat dan

aspirasi mereka. Kurangnya kepercayaan disebut hambatan karir.

Dalam penelitian ini, digunakan dimensi berdasarkan teori Savickas (2011).

Alasan pemilihan dimensi atau aspek dalam penelitian ini yaitu karena dimensi

diatas sejalan dengan definisi yang digunakan.

28
2.3.3 Pengukuran Kematangan Karir

1. Career Maturity Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan Savickas

pada tahun 2011. Skala ini memiliki 24 item pernyataan, setelah dilakukan

analisis item yaitu daya beda atau diskriminasi item melalui corrected

item-total correlation diperoleh item gugur sebanyak 8 item dan item yang

memiliki daya beda yang baik (r it > 0.30) sebanyak 16 item. Berdasarkan

hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa item variabel kematangan karir dari

24 item menjadi 16 item memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak

dari 0,381 sampai 0,647 dengan koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,849

sehingga skala kematangan karir dinyatakan reliabel.

Dalam penelitian ini peneliti memilih alat ukur Career Maturity Inventory

(CMI). Hal ini disebabkan karena alat ukur CMI sesuai dengan definisi dan aspek

yang digunakan.

29
2.4 Kerangka Berpikir

Setiap individu pasti memerlukan kesiapan dalam hidupnya seperti kesiapan

untuk bekerja demi membiayai anggota keluarga dan untuk bertahan hidup,

kesiapan kerja yang akan dihadapi oleh individu bersumber dari internal maupun

eksternal. Maka dari itu seseorang butuh pendidikan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang mumpuni agar bisa bersaing dan bertahan dalam dunia

kerja. Khususnya kesiapan kerja bagi siswa SMK, karena tujuan dari pendidikan

kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

bekerja dalam bidang tertentu. Hal ini menjadi sangat penting untuk

mempersiapkan lulusan SMK yang akan terjun ke dunia kerja.

Masalah psikologis jika seseorang tidak mempunyai kesiapan kerja yaitu

cenderung memiliki gangguan emosi dan kepribadian seperti pesimistis, gangguan

kecemasan (anxiety disorder), dan konsep diri negatif serta self esteem yang

rendah.

Faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja salah satunya adalah dukungan

sosial. Menurut Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) dukungan sosial

merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu oleh persepsi

bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan disayangi, untuk memberikan bantuan

kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupannya. Individu

tidak dapat hidup sendiri sekalipun orang tersebut sangat mandiri. Kesiapan kerja

dapat diidentifikasi dengan melihat dukungan sosialnya dalam kebutuhan

psikologisnya seperti kelekatan, integrasi sosial, hubungan terpercaya, bimbingan,

adanya pengakuan, dan kesempatan merasa dibutuhkan.

30
Peneliti menduga bahwa adanya dukungan sosial yang dirasakan oleh lulusan

atau siswa dan siswi SMK ketika menghadapi situasi untuk masuk dalam dunia

kerja berpengaruh terhadap kesiapan kerja. Hal ini dapat terlihat dari adanya

dukungan sosial seperti dukungan dari keluarga, teman dan orang yang dianggap

penting oleh siswa dan siswi SMK. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016)

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara dukungan sosial

dengan kesiapan kerja.

Kelekatan yaitu dukungan pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang

diterima individu dan kelekatan secara emosional sehingga menimbulkan rasa

aman bagi yang menerima. Sumber dukungan ini biasanya didapatkan dari

pasangan intim, teman dekat, dan keluarga. Peneliti berasumsi bahwa ketika siswa

dan siswi SMK merasa mendapat dukungan sosial yang berasal dari keluarga,

baik secara emosional maupun finansial, siswa dan siswi SMK tersebut akan

memiliki kesiapan kerja yang tinggi. Asumsi tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Utami (2016) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga

berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

Selain kelekatan, integrasi sosial juga penting untuk individu dapat dukungan

yang menimbulkan perasaan memiliki karena menjadi anggota didalam kelompok

yang dapat membagi minat, serta aktivitas sosial sehingga individu merasa dirinya

diterima oleh kelompok tersebut. Selain itu, Menurut Utami (2016), dukungan

dari teman sebaya juga tak kalah pentingnya, karena remaja cenderung lebih

banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.

31
Selanjutnya ada hubungan terpercayayaitu pengetahuan yang dimiliki

individu bahwa individu dapat mengandalkan bantuan yang nyata dari dirinya

sendiri maupun orang lain seperti guru. Menurut Utami (2016), dukungan orang

yang dianggap penting misalnya seorang guru memberikan arahan, masukan-

masukan juga membimbing siswanya untuk siap bekerja sesuai dengan

bidangnya.

Bimbingan yaitu bentuk dukungan untuk mendapatkan nasehat dan informasi

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang

dihadapi.

Adanya pengakuanyaitu bentuk pengakuan atas kemampuan dan keahlian

individu yang menerima penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap

kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.

Kesempatan merasa dibutuhkanyaitu dukungan berupa perasaan bahwa

individu dibutuhkan oleh orang lain atau terjalinnya hubungan interpersonal.

Selain dukungan sosial yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja ada kematangan

karir juga. Kematangan karir ini adalah bekal seorang individu untuk memasuki

dunia kerja. Menurut Savickas (2001) Individu dikatakan mencapai kematangan

dalam karirnya apabila telah memiliki kesiapan untuk membuat keputusan

terhadap pilihan-pilihan karirnya dengan tepat dan bijaksana. Rendahnya

kematangan karir akan menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan

karir. Ada empat dimensi kematangan karir menurut Savickas yaitu kepedulian

karir, keingintahuan karir, pengendalian karir, dan keyakinan karir yang dapat

mempengaruhi kesiapan kerja.

32
Kepedulian karir berarti individu harus membuat rencana untuk diri mereka

sendiri, mengantisipasi, mengenali karir yan dipilih, dan berorientasi pada karir

masa depan.

Keingintahuan karir juga penting untuk meningkatkan kematangan karir yang

mengacu pada inisiatif dalam mempelajari tenaga kerja yang mengarah pada

pencarian informasi, termasuk keterbukaan mereka terhadap pengalaman baru,

mengeksplorasi diri sendiri, dan merefleksikan kompatibilitas antara diri dan

tenaga kerja.

Selanjutnya ada pengendalian karir yaituseseorang mencari bantuan dalam

pengambilan keputusan karir dengan meminta informasi atau saran dari orang lain

bahwa seseorang akan merasakan tanggung jawab untuk membangun karir

melalui menentukan arah karir, tegas dalam memilih karir, dan teliti atau

bersungguh-sungguh dalam memilih karir.

Dimensi kematangan karir yang terakhir adalah keyakinan karirmenunjukkan

antisipasi keberhasilan dalam memecahkan masalah kompleks yang terlibat dalam

pengambilan keputusan karir dan pilihan pekerjaan. Individu membutuhkan

kepercayaan diri untuk bertindak berdasarkan minat dan aspirasi mereka.Peneliti

berasumsi jika kematangan karirnya tinggi maka kesiapan kerjanya akan

mendapat hasil yang positif.

33
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan bagan kerangka

berpikir sebagai berikut:

Dukungan Sosial
Kelekatan

Integrasi sosial

Hubungan Terpercaya

Bimbingan

Adanya Penghargaan

Kesempatan untuk Kesiapan


merasa dibutuhkan kerja atau
v work readiness

Kematangan karir

Kepedulian karir

Keingintahuan karir

Pengendalian karir

Kepercayaan karir

2.1 Gambar Bagan Kerangka Berpikir


Dinamika Pengaruh Dukungan Sosial dan Kematangan Karir terhadap Kesiapan Kerja

34
2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti mengemukakan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kematangan karir

terhadap kesiapan kerja.

H2: Ada pengaruh yang signifikan kelekatan (attachment) pada variabel

dukungan sosial terhadap kesiapan kerja.

H3: Ada pengaruh yang signifikan integrasi sosial (social integration) pada

variabel dukungan sosial terhadap kesiapan kerja.

H4: Ada pengaruh yang signifikan hubungan terpercaya (reliable alliance)

pada variabel dukungan sosial terhadap kesiapan kerja.

H5: Ada pengaruh yang signifikan bimbingan (guidance) pada variabel

dukungan sosial terhadap kesiapan kerja.

H6: Ada pengaruh yang signifikan adanya pengakuan (reassurance of worth)

pada variabel dukungan sosial terhadap kesiapan kerja.

H7: Ada pengaruh yang signifikan kesempatan merasa dibutuhkan

(opportunity for nurturance) pada variabel dukungan sosial terhadap

kesiapan kerja.

H8: Ada pengaruh yang signifikan kepedulian karir (career concern) pada

variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja.

35
H9: Ada pengaruh yang signifikan keingintahuan karir (career curiosity) pada

variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja.

H10: Ada pengaruh yang signifikan pengendalian karir (career control) pada

variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja.

H11: Ada pengaruh yang signifikan sikap dalam keyakinan karir (career

confidence) pada variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di seluruh SMKN

Cikarang Barat yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan klasifikasi

remaja akhir dengan rentang usia 17-18 tahun. Jumlah populasi di SMKN ini adalah

1057 siswa dengan perincian jumlah siswa laki-laki 599 orang dan siswa perempuan

458 orang. Dalam penelitian ini peneliti menentukan jumlah sampel penelitian

sebanyak 200 sampel yang merujuk pada teori Roscoe (1975) dimana sampel yang

tepat untuk penelitian yaitu lebih dari 30 dan kurang dari 500.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

nonprobability sampling dan pengambilan data dilakukan dengan penyebaran

kuesioner dalam bentuk google form. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 200 responden yang merupakan siswa dan siswi SMKN di daerah Cikarang

barat yang akan menghadapi dunia kerja.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri atas satu variabel terikat atau dependent variable

(DV) dan sepuluh variabel bebas atau independent variable (IV). Dalam penelitian

ini variabel terikatnya adalah kesiapan kerja dan dimensi-dimensi dari dukungan

sosial dan kematangan karir menjadi variabel bebas pada penelitian ini.

Selanjutnya disusun definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Berikut penjelasan dari definisi operasional masing-masing

variabel:

37
1. Kesiapan kerja merupakan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang dari institusi pendidikan, sehingga memiliki kesiapan dalam

bekerja atau siap untuk sukses dalam lingkungan kerja.

a. Karakteristik pribadi (personal characteristics)

Pengetahuan seseorang tentang sumberdaya pribadi yang dimilikinya,

seperti: ketahanan,kemampuan beradaptasi, pengetahuan diri, dan

pengembangan pribadi.

b. Kecerdasan organisasi (organisational acumen)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang lingkungan dimana mereka

akan bekerja, seperti: kematangan, kesadaran organisasi, sikap bekerja, dan

pengarahan diri.

c. Kompetensi kerja (work competence)

Kemampuan atau keahlianyang dimiliki individu untuk memasuki dunia

kerja, seperti: kemampuan berorganisasi, berpikir kritis, mempunyai

kreativitas, dan pemecahan masalah.

d. Kecerdasan sosial (social intelligence)

Kemampuan seseorang untuk dapat menerima feedbackyang diberikan pada

saat bekerja yang mencakup mampu bekerja dengan tim, orientasi

interpersonal, dan kemampuan beradaptasi.

2. Dukungan sosial adalah proses hubungan yang terbentuk dari individu oleh

persepsi bahwa seseorang dicintai, dihargai, dan disayangi, untuk memberikan

bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dikehidupannya.

38
a. Kelekatan (attachment)

Seseorang memperoleh kelekatan secara emosional sehingga menimbulkan

rasa aman bagi yang menerima.

b. Integrasi sosial (social integration)

Seseorang merasa memiliki kemampuanuntuk berbagi minat, perhatian,

serta aktivitas sosial sehingga individu merasa dirinya diterima oleh

kelompok tersebut.

c. Hubungan terpercaya (reliable alliance),

Seseorang dapat mengandalkan bantuan yang nyata dari dirinya sendiri

maupun orang lain.

d. Bimbingan (guidance)

Seseorang mendapatkan nasehat dan informasi yang diperlukanuntuk

memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi.

e. Adanya pengakuan (reasurance of worth)

Seseorang menerima penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap

kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.

f. Kesempatan merasa dibutuhkan (oppurtunity for nurturance)

Seseorang merasa dibutuhkan oleh orang lain dan terjalinnya hubungan

interpersonal.

3. Kematangan karir adalahkesiapan untuk membuat keputusan terhadap pilihan-

pilihan karirnya dengan tepat dan bijaksana.

39
a. Kepedulian karir (career oncern)

Individu berorientasi dan terlibat dalam perencanaan karir dan proses

pengambilan keputusan karir.

b. Keingintahuan karir (career curiosity)

Individu memiliki rasa ingin tahu untuk mencoba dan menemukan peluang

dalam lingkungan sosial seperti mencari informasi.

c. Pengendalian karir (career control)

Individuakan merasakan tanggung jawab untuk membangun karir melalui

menentukan arah karir, tegas dalam memilih karir, dan teliti dalam memilih

karir.

d. Keyakinan karir (career confidence)

Individu membutuhkan kepercayaan diri untuk bertindak berdasarkan minat

dan aspirasi mereka.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi. Data

penelitian tentang kesiapan kerja, dukungan sosial, dan kematangankarir dapat

diungkap dalam penelitian ini menggunakan instrumen berdasarkan skala model

Likert. Angket dibuat berisi item-item instrumen yang berupa pernyataan dan skoring

dilakukan menggunakan empat alternatif jawaban untuk setiap pernyataan yaitu dari

pilihan “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, dengan tidak memasukkan

alternatif jawaban netral, dengan tujuan untuk lebih melihat kecenderungan kearah

setuju atau tidak setuju.

40
Penelitian ini menggunakan alat ukur adaptasi sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan alat ukur yang telah ada sebelumnya.

3.3.1 Instrumen Pengumpulan Data

Skala pengukuran terdiri dari tiga buah skala, yaitu:

1. Instrumen Pengumpulan Data Kesiapan Kerja

Instrumen kesiapan kerja diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Caballero et.al., (2011) yang berjudul “The Work Readiness Scale

(WRS)”yang kemudian dilakukan modifikasi oleh peneliti agar sesuai

dengan judul penelitian yang dibuat. Peneliti memodifikasi butir instrumen

menjadi 46 butir instrumen dari 64 butir instrumen karena pada beberapa

item telah menerangkan hal yang sama dengan item lainnya. Sehingga

peneliti melakukan efisiensi item dengan menggunakan 46 butir item dari 64

item yang tersedia. Pada hasil uji validitas instrumen penelitian Caballero

et.al. (2011), diperoleh hasil validitas instrumen yang berjumlah 64 butir

dinyatakan valid. Dalam penelitian Caballero et.al. (2011) terdapat hasil uji

reliabilitas instrumen penelitian tersebut, diperoleh hasil reliabilitas

instrumen yang terdiri dari 64 item dengan reliabilitas sebesar 0,96 sehingga

alat ukur dapat dikatakan reliabel.

41
Tabel 3.1 Blue Print Kesiapan Kerja
No Dimensi Indikator Nomor Contoh Item
item
1 Karakteristik - Pengetahuan diri 1, 2, 3, 4, Saya memiliki
Pribadi - Ketahanan 5,6*, 7*, 8*, pemahaman teoritis
- Keterampilan 9*, 10, 11*, yang kuat tentang
pribadi 12,13,14*, bidang pekerjaan saya
15*

2 Kecerdasan - Kematangan 16, 17, 18, 19, Saya memiliki


Organisasi - Kesadaran 20, 21, 22, 23, pandangan yang matang
organisasi 24*, 25, 26, tentang hidup
- Sikap bekerja 27, 28, 29, 30,
- Pengarahan diri 31, 32

3 Kompetensi - Kemampuan 33, 34, 35, 36, Tetap tenang di bawah


Kerja organisasi 37 tekanan adalah salah
- Inovasi satu kemampuan saya
- Pemecahan
Masalah
4 Kecerdasan - Kemampuan 38, 39, 40*, Membangun hubungan
Sosial beradaptasi 41*, 42, 43, dengan orang lain
- Keterampilan 44*, 45, 46 adalah salah satu
komunikasi kekuatan saya

Jumlah

46
Keterangan: reverse item (*)

2. Instrumen Pengumpulan Data Dukungan Sosial

Instrumen pengumpulan data dukungan sosial yang berbentuk skala bernama

The Social Provisions Scale (SPS) Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987)

42
mempunyai tujuan untuk menguji sejauh mana hubungan sosial responden.

Instrumennya berisi 24 item, dari enam dimensi sebagai berikut: kelekatan

(attachment), integrasi sosial (social integration), ketergantungan untuk dapat

diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance), adanya penghargaan

atau pengakuan (reasurance of worth), dan kesempatan untuk merasa

dibutuhkan (oppurtunity for nurturance). Peneliti menambahkan item atau

pernyataan dalam skala menggunakan model yang dikembangkan dari

adaptasi skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala ini

terdiri dari 24 item pernyataan yang mengukur dukungan sosial.

43
Tabel 3.2 Blue Print Dukungan Sosial
No Dimensi Indikator Nomor Contoh Item
item
1 Kelekatan - Kasih sayang 1*, 2, 3*, Saya merasa bahwa saya
(attachment) - Merasa aman 4 tidak memiliki hubungan
pribadi yang dekat dengan
orang lain

2 Integrasi sosial - Dukungan 5, 6, 7*, Ada seseorang yang


(social terhadap minat 8* menikmati kegiatan sosial
integration) yang sama dengan yang
saya lakukan

3 Hubungan - Mengandalkan 9, 10*, Jika sesuatu terjadi, tidak


terpercaya orang lain 11, 12* ada yang akan membantu
(reliable - Bantuan nyata saya
alliance)
4 Bimbingan - Nasehat 14, 13*, Ada seseorang yang bisa
(guidance) 15, 16* saya ajak bicara tentang
keputusan penting dalam
hidup saya

5 Adanya - Penghargaan 17, 18*, Saya memiliki hubungan di


pengakuan terhadap 19*, 20 mana kompetensidan
(reasurance of kemampuan keterampilan saya diakui
worth) - Merasa dihargai

6 Kesempatan - Perasaan 21, 22, Ada seseorang yang


merasa dibutuhkan oleh 23*, 24* bergantung pada saya untuk
dibutuhkan orang lain mendapatkan bantuan
(oppurtunity
for
nurturance)
Keterangan: reverse item (*)

3. Instrumen Pengumpulan Data Kematangan Karir

Instrumen pengumpulan data kematangan karir menggunakan skalaCareer

Maturity Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan Savickas pada tahun

44
2011. Skala ini memiliki 24 item pernyataan, setelah dilakukan analisis item

yaitu daya beda atau diskriminasi item melalui corrected item-total

correlation diperoleh item gugur sebanyak 8 item dan item yang memiliki

daya beda yang baik (r it > 0.30) sebanyak 16 item.Berdasarkan hasil uji

reliabilitas, diketahui bahwa item variabel kematangan karir dari 24 item

menjadi 16 item memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak dari 0,381

sampai 0,647 dengan koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,849 sehingga

skala kematangan karir dinyatakan reliabel.

45
Tabel 3.3 Blue PrintKematangan Karir
No Dimensi Indikator Nomor Contoh Item
item
1 Kepedulian - Kesadaran Tidak ada gunanya
karir karir 1*, 2*, 3*, memutuskan pekerjaan
- Perencanaan 4*, 5*, 6* ketika masa depan begitu
karir tidak pasti
2 Keingintahuan - Mencari Saya tahu sedikit tentang
karir informasi 7*, 8*, 9*, persyaratan pekerjaan
- Mengekplorasi 10*, 11*,
diri 12*

3 Pengendalian - Kemauan 13*, 14, Jika saya ragu tentang apa


karir berkarir 15, 16, yang ingin diputuskan,
- Bertanggung 17*, 18 saya meminta saran orang
jawab atas tua atau teman
pilihan
karirnya
4 Keyakinan - Keyakinan 19*, 20*, Saya memiliki banyak
karir akan 21*, 22*, minat sehingga sulit untuk
kemampuan 23*, 24* memilih hanya satu
yang dimiliki pekerjaan
- Memiliki
kepercayaan
diri
Keterangan: reverse item (*)

3.4 Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan tahap analisa data, peneliti menguji alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis

(CFA) menggunakan bantuan software Lisrell 8.70. CFA adalah suatu bagian dari

analisis faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid

dalam mengukur konstruk yang hendak diukur.

Menurut Umar (2011) langkah-langkah dalam menguji validitas dari setiap alat ukur

atau instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

46
1. Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat nilai

Chi- Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p>0.05)

berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya

mengukur satu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke langkah

ketiga, yaitu melihat muatan faktor pada masing-masing item. Namun jika nilai

Chi-Square signifikan (p<0.05), maka diperlukan modifikasi terhadap model

pengukuran yang diuji langkah kedua ini.

2. Jika nilai Chi-Square signifikan, maka dilakukan modifikasi model pengukuran

dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada beberapa

item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti bahwa selain suatu

item mengukur konstruk yang seharusnya diukur (sesuai dengan teori), juga

dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari

satu hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling

berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka model terakhir inilah yang

digunakan pada langkah selanjutnya.

3. Setelah diperoleh model pengukuran yang fit (unidimensional) maka dilihat

apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Jika ada, item tersebut harus di

drop atau tidak diikutsertakan dalam analisis perhitungan factor score.

4. Dengan menggunakan SPSS dan model unidimensional (satu faktor) kemudian

dihitung (destimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk

variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item

yang baik saja (tidak didrop). (Umar, 2011).

47
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesiapan Kerja

Pada uji validitas konstruk kesiapan kerja ini, peneliti menguji item kesiapan

kerja yang berjumlah 46 item yang mewakili empat dimensi yaitukarakteristik

pribadi, kecerdasan organisasi, kompetensi kerja, dan kecerdasan sosial. Uji validitas

ini bertujuan untuk mengetahui apakah model yang terbentuk sudah fit dengan

persyaratan nilai P-value > 0.05 atau RMSEA <0.05.

Hasil pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang

fit dengan Chi-Square = 1099.30, df =989, P-Value = 0.00801, dan RMSEA = 0.024.

Setelah peneliti melakukan modifikasi 2 kali terhadap model, maka diperoleh model

fit dengan Chi-Square = 1042.32, df = 987, P-Value = 0.10795, dan RMSEA =

0.017. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 46 item dari kesiapan kerjabersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur kesiapan kerjasaja. Selanjutnya

adalah pengujian yang dilakukan dengan melihat T-value dan muatan faktor, jika

nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan tidak perlu di drop. Berikut tabel

koefesien muatan faktor untuk item pengukuran kesiapan kerja:

48
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Konstruk Kesiapan Kerja
Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.53 0.10 5.14 √
2 0.63 0.10 6.28 √
3 0.52 0.10 5.09 √
4 0.59 0.10 5.84 √
5 0.51 0.10 4.98 √
6 0.52 0.10 5.07 √
7 0.48 0.10 4.68 √
8 0.47 0.10 4.57 √
9 0.45 0.10 4.37 √
10 0.47 0.10 4.59 √
11 0.24 0.11 2.29 √
12 0.63 0.10 6.24 √
13 0.27 0.11 2.61 √
14 0.43 0.10 4.13 √
15 0.33 0.10 3.20 √
16 0.59 0.10 5.89 √
17 0.61 0.10 6.05 √
18 0.55 0.10 5.36 √
19 0.64 0.10 6.39 √
20 0.61 0.10 6.05 √
21 0.65 0.10 6.51 √
22 0.52 0.10 5.04 √
23 0.68 0.10 6.87 √
24 0.80 0.10 8.29 √
25 0.57 0.10 5.67 √
26 0.69 0.10 7.01 √

49
27 0.64 0.10 6.39 √
28 0.48 0.10 4.68 √
29 0.52 0.10 5.13 √
30 0.73 0.10 7.40 √
31 0.61 0.10 6.03 √
32 0.61 0.10 6.06 √
33 0.47 0.10 4.60 √
34 0.69 0.10 6.92 √
35 0.62 0.10 6.12 √
36 0.43 0.10 4.19 √
37 0.60 0.10 5.94 √
38 0.51 0.10 5.02 √
39 0.55 0.10 5.37 √
40 0.42 0.10 4.05 √
41 0.59 0.10 5.83 √
42 0.46 0.10 4.48 √
43 0.56 0.10 5.54 √
44 0.47 0.10 4.53 √
45 0.40 0.10 3.90 √
46 0.37 0.10 3.55 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.4, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial

Peneliti menguji item dukungan sosial yang terdiri dari 24 item berdasarkan 6

dimensi yang telah ditetapkan. Dimensi yang terdapat didalam pengukuran ini yaitu;

50
kelekatan, integrasi sosial, hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, dan

kesempatan merasa dibutuhkan. Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

model yang terbentuk sudah fit dengan persyaratan P-value > 0.05 dan RMSEA <

0.05.

a. Kelekatan

Peneliti menguji 4 item dari dimensi kelekatan. Hasil pengujian CFA dengan

model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 44.69,

df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.328. Setelah peneliti melakukan

modifikasi 1 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

2.41, df = 1, P-Value = 0.12052, dan RMSEA = 0.084. Adapun koefisien muatan

faktor untuk item – item kelekatan dijelaskan pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Dimensi Kelekatan


Koefiien Std. Error T-Value Signifikan
Item

1 0.71 0.09 8.11 √


2 0.15 0.08 1.84 X
3 0.80 0.09 8.69 √
4 -0.34 0.08 -4.25 X
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.5 terdapat item yang memiliki nilai t < 1.96 yaitu item 2 dan 4. Hal

ini menunjukkan bahwa hanya item 2 dan 4 yang harus di-drop atau dihilangkan dan

tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.

b. Integrasi sosial

Peneliti menguji 4 item dari dimensiintegrasi sosial. Hasil pengujian CFA dengan

model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 96.08,

51
df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.486. Setelah peneliti melakukan

modifikasi 1 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

1.12, df = 6, P-Value = 0.28969, dan RMSEA = 0.025. Adapun koefisien muatan

faktor untuk item – item Integrasi sosial dijelaskan pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Integrasi Sosial


Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

5 0.52 0.07 7.45 √


6 0.23 0.06 3.62 √
7 1.12 0.07 15.45 √
8 0.67 0.07 9.36 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.6, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

c. Hubungan terpercaya

Peneliti menguji 4 item dari dimensihubungan terpercaya. Hasil pengujian CFA

dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square

= 53.18, df = 2,P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.359. Setelah peneliti

melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 3.23, df = 1, P-Value = 0.07221, dan RMSEA = 0.106. Adapun

koefisien muatan faktor untuk item – item hubungan terpercayadijelaskan pada

tabel 3.7 sebagai berikut:

52
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dimensi Hubungan Terpercaya
Koefiien Std. Error T-Value Signifikan
Item

9 0.53 0.07 7.58 √


10 0.96 0.07 14.64 √
11 0.39 0.07 5.49 √
12 0.84 0.07 12.54 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.7, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

d. Bimbingan

Peneliti menguji 4 item dari dimensibimbingan. Hasil pengujian CFA dengan

model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 57.06,

df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.372. Setelah peneliti melakukan

modifikasi 2 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

0.00, df = 0, P-Value = 1.00000, dan RMSEA = 0.000. Adapun koefisien muatan

faktor untuk item – item bimbingandijelaskan pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dimensi Bimbingan


Koefiien Std. Error T-Value Signifikan
Item

13 0.64 0.07 9.61 √


14 0.93 0.06 16.70 √
15 0.99 0.05 18.75 √
16 0.71 0.06 11.38 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

53
Pada tabel 3.8, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

e. Adanya pengakuan

Peneliti menguji 4 item dari dimensiadanya pengakuan. Hasil pengujian CFA

dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square

= 35.43, df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.290. Setelah peneliti

melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 0.10, df = 1, P-Value = 0.75025, dan RMSEA = 0.000. Adapun

koefisien muatan faktor untuk item – item adanya pengakuan dijelaskan pada

tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dimensi Adanya Pengakuan


Koefiien Std. Error T-Value Signifikan
Item

17 0.94 0.06 15.51 √


18 0.75 0.06 11.97 √
19 0.76 0.07 11.12 √
20 0.77 0.06 12.33 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.9, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

f. Kesempatan merasa dibutuhkan

Peneliti menguji 4 item dari dimensikesempatan merasa dibutuhkan. Hasil

pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit

54
dengan Chi-Square = 80.44, df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.444.

Setelah peneliti melakukan modifikasi 2 kali terhadap model, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-Value = 1.00000, dan RMSEA =

0.000. Adapun koefisien muatan faktor untuk item – itemkesempatan merasa

dibutuhkan dijelaskan pada tabel 3.10 sebagai berikut:

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dimensi Kesempatan Merasa Dibutuhkan


Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

21 0.48 0.09 5.39 √


22 1.09 0.14 7.75 √
23 0.45 0.09 5.20 √
24 1.72 0.29 6.01 √
Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.10, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item disertakan

dalam analisis selanjutnya.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kematangan Karir

Peneliti menguji item kematangan karir yang terdiri dari 24 item berdasarkan 4

dimensi yang telah ditetapkan. Dimensi yang terdapat didalam pengukuran ini yaitu;

kepedulian karir, keingintahuan karir, pengendalian karir, dan keyakinan karir. Uji

validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah model yang terbentuk sudah fit

dengan persyaratan P-value >0.05 dan RMSEA < 0.05.

a. Kepedulian karir

Peneliti menguji 6 item dari dimensi kepedulian karir. Hasil pengujian CFA

dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square

= 7.98, df = 4, P-Value = 0, 09223 dan RMSEA = 0.071. Setelah peneliti

55
melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 2.16, df = 3, P-Value = 0.54040, dan RMSEA = 0.000. Adapun

koefisien muatan faktor untuk item – itemkepedulian karirdijelaskan pada tabel

3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dimensi Kepedulian Karir


Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

1 0.34 0.07 4.70 √

2 0.66 0.07 9.26 √

3 0.23 0.06 3.63 √

4 0.94 0.10 9.37 √

5 0.59 0.07 8.58 √

6 0.91 0.08 11.77 √

Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.11, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item

disertakan dalam analisis selanjutnya.

b. Keingintahuan karir

Peneliti menguji 6 item dari dimensikeingintahuan karir. Hasil pengujian CFA

dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square

= 118.16, df = 9, P-Value = 0, 00000 dan RMSEA = 0.247. Setelah peneliti

melakukan modifikasi 3 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 10.06, df = 6, P-Value = 0.12225, dan RMSEA = 0.058. Adapun

56
koefisien muatan faktor untuk item – itemkeingintahuan karirdijelaskan pada

tabel 3.12 sebagai berikut:

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Dimensi Keingintahuan Karir


Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

7 0.56 0.07 8.31 √

8 0.81 0.06 13.84 √

9 0.94 0.05 17.18 √

10 0.94 0.06 15.52 √

11 0.65 0.06 9.98 √

12 0.72 0.06 11.59 √

Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.12, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item

disertakan dalam analisis selanjutnya.

c. Pengendalian karir

Peneliti menguji 6 item dari dimensipengendalian karir. Hasil pengujian CFA

dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square =

118.57, df = 9, P-Value = 0, 00000 dan RMSEA = 0.247. Setelah peneliti

melakukan modifikasi 4 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 2.88, df = 5, P-Value = 0.71853, dan RMSEA = 0.000. Adapun

koefisien muatan faktor untuk item – itempengendalian karir dijelaskan pada tabel

3.13 sebagai berikut:

57
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dimensi PengendalianKarir
Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

13 0.59 0.08 7.20 √

14 0.57 0.07 7.77 √

15 0.58 0.07 7.89 √

16 -0.81 0.11 -7.71 X

17 0.65 0.09 7.27 √

18 -0.41 0.08 -5.29 X

Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.13 terdapat item yang memiliki nilai t < 1.96 yaitu item 16 dan 18.

Hal ini menunjukkan bahwa hanya item 16 dan 18 yang harus di-drop atau

dihilangkan dan tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.

d. Keyakinan karir

Peneliti menguji 6 item dari dimensikeyakinan karir. Hasil pengujian CFA dengan

model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square = 72.97,

df = 9, P-Value = 0, 00000 dan RMSEA = 0.189. Setelah peneliti melakukan

modifikasi 3 kali terhadap model, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =

5.87, df = 6, P-Value = 0.43760, dan RMSEA = 0.000. Adapun koefisien muatan

faktor untuk item – itemkeyakinan karir dijelaskan pada tabel 3.14 sebagai

berikut:

58
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Dimensi KeyakinanKarir
Item Koefiien Std. Error T-Value Signifikan

19 0.60 0.07 8.05 √

20 0.50 0.07 6.82 √

21 0.40 0.08 5.33 √

22 0.66 0.07 9.62 √

23 0.78 0.07 11.60 √

24 0.71 0.07 10.08 √

Keterangan: √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak signifikan (t < 1.96)

Pada tabel 3.14, seluruh item memiliki nilai t > 1.96. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan seluruh item

disertakan dalam analisis selanjutnya.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untukmenentukan

ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari

variable bebas (independent variable) yaitu, dukungan sosial (kelekatan, integrasi

sosial, hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, dan kesempatan merasa

dibutuhkan), dan kematangan karir (kepedulian karir, keingintahuan karir,

pengendalian karir, dan keyakinan karir) terhadap kesiapan kerja (dependent

variable).

59
Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10+ e

Keterangan :

Y = Nilai Prediksi Y (Kesiapan Kerja)

a = Konstan Intersepsi

b = Koefisien regresi untuk masing-masing independent variable

X1 = Kelekatan

X2 =Integrasi Sosial

X3 = Hubungan Terpercaya

X4 = Bimbingan

X5 = Adanya Pengakuan

X6 = Kesempatan Merasa Dibutuhkan

X7 = Kepedulian Karir

X8 = Keingintahuan Karir

X9 = Pengendalian Karir

X10 = Keyakinan Karir

e= Residual dari dependent variable

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model

yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan

analisis. Untuk mendapat hasil analisis regresi berganda, penulis menggunakan

bantuan software IBM SPSS versi 25 untuk mengolah data hasil penelitian.

60
Berdasarkan teknik analisis regresi berganda, akan diperoleh:

1. R2 (R-Square)

Untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

dependent variable.

Adapun rumus untuk menghitung R2, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

R2 = Proporsi varians yang dijelaskan oleh keseluruhan independent variable

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah

diperoleh

SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)

2. Uji Hipotesis R2

Selanjutnya, R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F.

3. Uji Hipotesis Koefisien Regresi

Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh

masing – masing independent variable terhadap dependent variable. Hal ini

dilakukan melalui uji T (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96

maka IV yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

dependent variable dan sebaliknya. Adapun rumus uji T yang digunakan adalah:

61
Keterangan :

bi = Koefisien regresi untuk independent variable(i)

Sbi = Standar deviasi sampling atau standar error dari bi

62
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan gambaran data subjek penelitian seperti

jenis kelamin, sekolah, jurusan kejuruan subjekpenelitian. Partisipan dalam

penelitian ini merupakan siswa – siswi kelas XII SMKN 1 dan SMKN 2 Cikarang

Barat. Total subjek penelitian sebanyak 200 orang (74 laki-laki dan 126 perempuan).

Berikut merupakan gambaran subjek penelitian secara keseluruhan.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian


Deskripsi N %

Jenis Kelamin

Laki-laki 74 37%

Perempuan 126 63%

SMKN 1 Cikarang Barat 92 46%

Jurusan

T. Komputer Jaringan 15 16%

Desain Pemodelan & Informasi Bangunan 16 17%

T. Mekanik Industri 9 10%

T. Pemesinan 21 23%

Elektronika Industri 9 10%

T. Bisnis Sepeda Motor 7 8%

T. Gambar Bangunan 4 4%

63
T. Pengelasan 11 12%

SMKN 2 Cikarang Barat 108 54%

Jurusan

Akuntansi 85 79%

Otomatisasi & Tata KelolaPerkantoran 9 8%


Bisnis Daring & Pemasaran 6 5%

Multimedia 3 3%

Animasi 1 1%

T. Komputer Jaringan 4 4%

Memiliki Pengalaman Bekerja

Ya 155 77.5%

Tidak 45 22.5%

Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam

penelitian ini berjumlah 200 orang. Dengan rincian, respondendengan jenis kelamin

laki-laki berjumlah 74 orang (37%) dan perempuan berjumlah 126 orang (63%). Hal

ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, jumlah responden perempuan lebih

banyak dari laki-laki. Siswa SMK yang paling banyak mengisi kuesioner penelitian

yaitu dari SMKN 2 Cikarang Barat. Jurusan responden dalam penelitian ini

didominasi oleh jurusan Akuntansi sebanyak 85 orang (79%) dan respondenyang

memiliki pengalaman bekerja atau magang yaitu sebanyak 155 responden (77.5%).

64
4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum,

mean (rata-rata), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Selanjutnya, nilai

mean akan digunakan untuk menentukan kategorisasi skor variabel penelitian.

Deskripsi data penelitian disajikan dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif


N Min Max Mean St. Dev

Kesiapan Kerja 200 31.29 76.34 49.9999 9.63709

Kelekatan 200 34.77 73.48 50.0020 9.99531

Integrasi Sosial 200 21.55 67.43 49.9989 9.06869

Hubungan Terpercaya 200 37.55 67.21 50.0004 8.63842

Bimbingan 200 42.30 65.31 49.9996 9.26060

Adanya Pengakuan 200 45.13 76.72 50.0002 8.41376

Kesempatan Merasa 200 38.66 71.88 50.0001 8.31580


Dibutuhkan

Kepedulian Karir 200 31.77 79.44 50.0006 8.64728

Keingintahuan Karir 200 43.82 75.20 49.9994 9.01335

Pengendalian Karir 200 20.21 63.55 49.9993 8.92567

78.73 50.0028 8.45725


Keyakinan karir 200 30.38

Berdasarkantabel 4.2, dapat dilihat dari kolom minimum diketahui variabel

pengendalian karir memiliki nilai terendah dengan nilai 20.21. Sementara itu,

65
berdasarkan kolom maximum diketahui variabel kepedulian karir memiliki nilai

tertinggidengan nilai 79.44.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk mengelompokkan atau

menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok menurut suatu jenjang

kontinum tertentu. Contoh dari jenjang kontinum adalah dari rendah ke tinggi.

Jenjang kontinumini akan digunakan dalam kategorisasi skor variabel penelitian.

Kategorisasi skor variabel dilakukan dengan menggunakan norma tertentu. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan norma rendah dan tinggi seperti yang tertera

pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4. 3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian


Kategori Norma

Rendah X < Mean

Tinggi X > Mean

Setelah kategori tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan perolehan

nilai presentase kategori untuk variabel kesiapan kerja, kelekatan, integrasi sosial,

hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, kesempatan merasa

dibutuhkan, kepedulian karir, keingintahuan karir,pengendalian karir, dan keyakinan

karir. Masing-masing variabel akan dikategorikan sebagai rendah dan tinggi.

4.3.1 Kategorisasi Skor Kesiapan Kerja

Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel berdasarkan tinggi dan

rendahnya variabel kesiapan kerja dijelaskan pada tabel 4.4 berikut:

66
Tabel 4.4 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkatkesiapan kerja
Kategori Frekuensi Presentase

Tinggi 137 51.5%

Rendah 63 48.5%

Total 200 100.0%

Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat 137 responden (51.5%) memiliki

skor kesiapan kerja tinggi dan 63 responden (48.5%) memiliki skor kesiapan kerja

rendah.

4.3.2 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial

Pada tabel 4.5 akan dijelaskan mengenai distribusi sampel berdasarkan variabel

independen, pertama akan dielaskan mengenai tingkat dukungansosial yang terdiri

dari enam dimensi yaitu kelekatan, integrasi sosial, hubungan terpercaya,bimbingan,

adanya pengakuan, dan kesempatan merasa dibutuhkan.

67
Tabel 4.5 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat dukungan sosial
Dimensi Kategori Frekuensi Presentase

Kelekatan Tinggi 137 68.5%

Rendah 63 31.5%

Integrasi sosial Tinggi 139 69.5%

Rendah 61 30.5%

Hubungan terpercaya Tinggi 131 65.5%

Rendah 69 34.5%

Bimbingan Tinggi 120 60.0%

Rendah 80 40.0%

Adanya pengakuan Tinggi 143 71.5%

Rendah 57 28.5%

Kesempatan merasa dibutuhkan Tinggi 140 70.0%

Rendah 60 30.0%

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner subjek dalam penelitian ini, subjek

memiliki tingkat dukungan sosial yang berbeda-beda. Setiap dimensi dibagi menjadi

dua kategori, tinggi dan rendah. Dari tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 137

responden (68.5%) memiliki skorkelekatan tinggi dan 63 responden (31.5%)

memiliki skor kelekatan rendah. Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat 139

responden (69.5%) memiliki skor integrasi sosial tinggi dan 61 responden (30.5%)

memiliki skor integrasi sosial rendah. Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat

131 responden (65.5%) memiliki skor hubungan terpercaya tinggi dan 69 responden

68
(34.5%) memiliki skor hubungan terpercaya rendah. Dari tabel tersebut diketahui

bahwa terdapat 120 responden (60.0%) memiliki skor bimbingan tinggi dan 80

responden (40.0%) memiliki skor bimbingan rendah. Dari tabel tersebut diketahui

bahwa terdapat 143 responden (71.5%) memiliki skor adanya pengakuan tinggi dan

57 responden (28.5%) memiliki skor adanya pengakuan rendah. Dari tabel tersebut

diketahui bahwa terdapat 140 responden (70.0%) memiliki skor kesempatan merasa

dibutuhkan tinggi dan 60 responden (30.0%) memiliki skor kesempatan merasa

dibutuhkan rendah.

4.3.3 Kategorisasi Skor Kematangan Karir

Pada tabel 4.6 akan dijelaskan mengenai distribusi sampel berdasarkan variabel

independen, pertama akan dielaskan mengenai tingkat kematangan karir yang terdiri

dari empat dimensi yaitu kepedulian karir, keingintahuan karir, pengendalian karir,

dan keyakinan karir.

Tabel 4.6 Kategorisasi subjek berdasarkan tingkat kematangan karir


Dimensi Kategori Frekuensi Presentase

Kepedulian karir Tinggi 113 56.5%

Rendah 87 43.5%

Keingintahuan karir Tinggi 138 69.0%

Rendah 62 31.0%

Pengendalian karir Tinggi 128 64.0%

Rendah 72 36.0%

Keyakinan karir Tinggi 138 69.0%

Rendah 62 31.0%

69
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner subjek dalam penelitian ini, subjek

memiliki tingkat kematangan karir yang berbeda-beda. Setiap dimensi dibagi

menjadi dua kategori, tinggi dan rendah. Dari tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat 113

responden (56.5%) memiliki skor kepedulian karir tinggi dan 87 responden (43.5%)

memiliki skor kepedulian karir rendah. Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat

138 responden (69.0%) memiliki skor keingintahuan karir tinggi dan 62 responden

(31.0%) memiliki skor keingintahuan karir rendah. Dari tabel tersebut diketahui

bahwa terdapat 128 responden (64.0%) memiliki skor pengendalian karir tinggi dan

72 responden (36.0%) memiliki skor pengendalian karir rendah. Dari tabel tersebut

diketahui bahwa terdapat 138 responden (69.0%) memiliki skor keyakinan karir

tinggi dan 62 responden (31.0%) memiliki skor keyakinan karir rendah.

4.4 Uji Hipotesis

Analisis uji hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik analisis berganda. Data yang dianalisis adalahfactor score dan

true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor.

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 25. Dalam regresi ada tiga hal yang

dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians

variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen, kedua apakah secara

keseluruhan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

70
dependen, dan ketiga melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing variabel independen.

4.4.1 Uji Hipotesis Kesiapan Kerja

Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama

peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians variabel

dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Selanjutnya untuk tabel R

square dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7R square


Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of


Square the estimate

1 .735a .540 .515 6.70833

a. Predictors: (Constant), CONFIDANCE, KEL, AP, CONCERN, CONTROL, IS,


KMD, HT, CURIOUS, BIM

Dari tabel 4.7 dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.540 atau

54%. Artinya proporsi varians dari variabel kesiapan kerja yang dijelaskan oleh

dukungan sosial, dan kematangan karir sebesar 54%, sedangkan 46% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti

menganalisis dampak dari seluruh variabel independen terhadap kesiapan kerja.

Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

71
Tabel 4.8 Signifikansi seluruh Variabel

Model Sum of Squares Df Mean F Sig.


Square
1 Regression 9976.511 10 997.651 22.169 .000b

Residual 8505.324 189 45.002

Total 18481.835 199

a. Dependent Variable: KESIAPAN


b. Predictors: (Constant), CONFIDANCE, KEL, AP, CONCERN, CONTROL, IS,
KMD, HT, CURIOUS, BIM

Jika melihat kolom keenam dari kiri diketahui bahwa nilai p (sig) sebesar

0.000. Dengan demikian diketahui bahwa p (0.000) < 0.05, maka hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen

terhadap kesiapan kerja ditolak. Artinya, ada pengaruhyang signifikan dari dimensi

dukungan sosial, dan kematangan karir terhadap kesiapan kerja.Langkah terakhir

adalah meilhat koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Jika nilai t

> 1,96 atau nilai sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

bahwa variabel independen tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap

variabel kesiapan kerja dan begitupun sebaliknya. Adapun analisisnya ditampilkan

pada tabel 4.9 berikut:

72
Tabel 4.9 Koefisien Regresi
Coefficientsa

UnstandardizedCoefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig

1 (Constant) .594 6.150 .097 .923

KEL -.009 .056 -.009 -.155 .877

IS .353 .065 .332 5.453 .000*

HT .062 .072 .056 .858 .392

BIM .032 .089 .030 .355 .723

AP .083 .070 .073 1.198 .232

KMD .309 .079 .267 3.929 .000*

CONCERN -.101 .062 -.090 -1.635 .104

CURIOUS .032 .078 .030 .405 .686

CONTROL .174 .081 .161 2.162 .032*

CONFIDANCE .053 .068 .046 .772 .441

a. Dependent Variable: KESIAPAN, keterangan: *Signifikan (P<0.05)

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.9. Dapat dijelaskan persamaan

regresi sebagai berikut (*Signifikan) :

Kesiapan Kerja = 0.594-0.009 (kelekatan) + 0.353 (integrasi sosial*) +

0.62(hubungan terpercaya) + 0.032 (bimbingan) + 0.083(adanya pengakuan) +

0.309(kesempatanmerasa dibutuhkan*) - 0.101 (concern) + 0.032 (curious) + 0.174

(control*) + 0.053(confidance).

73
Dari tabel 4.9 dapat dilihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dengan melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6).

Jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya

terhadap kesiapan kerja dan sebaliknya.

Hasil yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3

koefisien regresi yang signifikan, yaitu integrasi sosial, kesempatan merasa

dibutuhkan, dan control (pengendalian karir). Sedangkan 7 variabel lainnya yaitu

kelekatan, hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, concern, curious,

confidance tidak menunjukkan nilai koefisien regresi yang signifikan. Adapun

penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independent

variable sebagai berikut:

1. Variabel Kelekatan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.009dengan nilai signifikansi 0.877 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel kelekatan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

2. Variabel Integrasi Sosial

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.353 dengan nilai signifikansi 0.000 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel integrasi sosialberpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja. Dapat diartikan bahwa semakin

tinggi integrasi sosial yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi tingkat kesiapan

kerja yang dimiliki siswa.

74
3. Variabel Hubungan Terpercaya

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.062dengan nilai signifikansi 0.392 (P <

0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel hubungan terpercaya tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

4. Variabel Bimbingan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.032 dengan nilai signifikansi 0.723 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel bimbingan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

5. Variabel Adanya Pengakuan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.083 dengan nilai signifikansi 0.232 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel adanya pengakuan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

6. Variabel Kesempatan Merasa Dibutuhkan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.309 dengan nilai signifikansi 0.000 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel kesempatan merasa

dibutuhkanberpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja.

Dapat diartikan bahwa semakin tinggi kesempatan merasa dibutuhkan yang

dimiliki siswa, maka semakin tinggi tingkat kesiapan kerja yang dimiliki siswa.

7. Variabel Kepedulian Karir(Concern)

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.101 dengan nilai signifikansi 0.104 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel kepedulian karir(concern) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

75
8. Variabel Keingintahuan Karir (Curious)

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.032 dengan nilai signifikansi 0.686 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabelkeingintahuan karir (curious) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

9. Variabel Pengendalian Karir (Control)

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.174 dengan nilai signifikansi 0.032 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel pengendalian karir(control)berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja. Dapat diartikan bahwa

semakin tinggi pengendalian karir yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi

tingkat kesiapan kerja yang dimiliki siswa.

10. Variabel Keyakinan Karir (Confidance)

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.053 dengan nilai signifikansi 0.441 (P

< 0.05). Hal ini bermakna bahwa variabel keyakinan karir (confidance) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

4.4.2 Pengujian proporsi varians masing – masing IV terhadap DV

Hal selanjutnya yang dilihat dalam analisis regresi adalah proporsi

variansmasing-masing independent variable terhadap dependent variable.

Proporsi varians dilihat dari nilai R Square Change. Apabila nilai Sig. F

Change < 0. 05, maka sumbangan proporsi varians signifikan. Adapun proporsi

varians masing-masing independent variable terhadap dependent variable

dijelaskan dalam tabel 4.10.

76
Tabel 4. 10 Proporsi Varians Masing-masing Variabel
Change Statistic

Mode R R Adjusted Std. Error R F df df2 Sig. F


l Squar R of the Square Change 1 Change
e Square Estimate Change
1 .227a .051 .047 9.41027 .051 10.709 1 198 .001

2 .614b .377 .370 7.64660 .325 102.870 1 197 .000

3 .644c .414 .405 7.43188 .037 12.548 1 196 .000

4 .675d .456 .444 7.18273 .041 14.834 1 195 .000

5 .688e .473 .459 7.08576 .017 6.374 1 194 .012

6 .721f .520 .506 6.77650 .047 19.111 1 193 .000

7 .201g .041 .036 9.46359 .041 8.364 1 198 .004

8 .501h .251 .244 8.38204 .211 55.393 1 197 .000

9 .580i .336 .326 7.91051 .085 25.186 1 196 .000

10 .594j .353 .340 7.83035 .017 5.033 1 195 .026

Berdasarkan tabel 4.10, proporsi varians masing-masing independent variable

dan signifikansinya dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel kelekatanmemberikan sumbangan varians sebesar 0.051 atau 5.1%

dengan Sig. F Change = 0.001 (< 0. 05). Berdasarkan hal tersebut,

sumbangan varians kelekatan diketahui signifikan.

2. Variabel integrasi sosial memberikan sumbangan varians sebesar 0.325 atau

32.5% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05). Berdasarkan hal tersebut,

sumbangan varians integrasi sosial diketahui signifikan.

77
3. Variabel hubungan terpercaya memberikan sumbangan varians sebesar 0.037

atau 3.7% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05). Berdasarkan hal tersebut,

sumbangan varians hubungan terpercaya diketahui signifikan.

4. Variabel bimbingan memberikan sumbangan varians sebesar 0.041 atau 4.1%

dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05). Berdasarkan hal tersebut,

sumbangan varians bimbingan diketahui signifikan.

5. Variabel adanya pengakuan memberikan sumbangan varians sebesar 0.017

atau 1.7% dengan Sig. F Change = 0.012 (< 0. 05). Berdasarkan hal tersebut,

sumbangan varians adanya pengakuan diketahui signifikan.

6. Variabel kesempatan merasa dibutuhkanmemberikan sumbangan varians

sebesar 0.047 atau 4.7% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05).

Berdasarkan hal tersebut, sumbangan varians kesempatan merasa dibutuhkan

diketahui signifikan.

7. Variabel kepedulian karir (concern) memberikan sumbangan varians sebesar

0.041 atau 4.1% dengan Sig. F Change = 0.004 (< 0. 05). Berdasarkan hal

tersebut, sumbangan varians kepedulian karir (concern) diketahui signifikan.

8. Variabel keingintahuan karir (curious)memberikan sumbangan varians

sebesar 0.211 atau 21.1% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05).

Berdasarkan hal tersebut, sumbangan varians keingintahuan karir

(curious)diketahui signifikan.

9. Variabel pengendalian karir (control)memberikan sumbangan varians sebesar

0.085 atau 8.5% dengan Sig. F Change = 0.000 (< 0. 05). Berdasarkan hal

78
tersebut, sumbangan varians pengendalian karir (control)diketahui

signifikan.

10. Variabel keyakinan karir (confidance)memberikan sumbangan varians

sebesar 0.017 atau 1.7% dengan Sig. F Change = 0.026 (< 0. 05).

Berdasarkan hal tersebut, sumbangan varians keyakinan karir (confidance)

diketahui signifikan.

79
BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel dukungan sosial, dan variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja”.

Hasil pengujian pengaruh masing – masing independent variable terhadap

dependent variable (kesiapan kerja) menunjukkan 3 (tiga) variabel yang memiliki

pengaruh yang signifikan yaitu variabel integrasi sosial, kesempatan merasa

dibutuhkan, danpengendalian karir. Sedangkan, 7 (tujuh) variabel lainnya

menunjukkan nilai koefisien regresi yang tidak signifikan, yaitu variabel kelekatan,

hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, kepedulian karir, keingintahuan

karir, dan keyakinan karir. Berdasarkan kategorisasi kesiapan kerja, persentase

kesiapankerja pada kategori rendah dan tinggi, yakni 48.5% untuk kategori rendah

dan 51.5% untuk kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan kerja

pada siswa kelas XII SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat cenderung tinggi.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis, diketahui bahwa variabel

kelekatan, hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, kepedulian karir,

keingintahuan karir, dan keyakinan karir tidak memiliki pengaruh yang

signifikanterhadap kesiapan kerjadan hanya ada tiga yang signifikan terhadap

kesiapan kerjayaitu variabel integrasi sosial, kesempatan merasa dibutuhkan, dan

pengendalian karir. Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut terjadi karena

80
pengaruhresponden yang mengisi kuesioner secara online maka kecendererungan

jawaban bias lebih tinggi. Kemudian ditambah lagi dengan kondisi saat ini adanya

pandemi covid-19 membuat para siswa dan siswi harus tetap belajar daring dan

berada dirumah dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam lingkungan kerja saat ini, kebutuhan untuk memiliki sumber daya pribadi

sangat penting, terlebih bagi siswa SMK yang akan menghadapi dunia kerja. Pekerja

saat ini dituntut untuk melakukan banyak tugas, mempertahankan hubungan

interpersonal yang baik, memenuhi harapan yang tinggi dari manajemen,

mempelajari keterampilan baru untuk memenuhi tuntutan kompetitif yang semuanya

mengarah pada kemungkinan pengalaman stres (Oginska-Bulik, 2005). Hal ini bisa

sangat melelahkan bagi siswa SMK yang akan menghadapi dunia kerja dan pada

akhirnya dapat memiliki efek negatif pada kesiapan kerja mereka. Caballero et.al.,

(2011) menegaskan bahwa kesiapan kerja diyakini sebagai prediktor keberhasilan

yang akan dipertimbangkan dalam seleksi organisasi atau seleksi kerja.

Variabel dukungan sosial merupakan faktor eksternal dari kesiapan kerja.Pada

penelitian ini variabel dukungan sosial keseluruhan memiliki pengaruh yang

signifikan secara positif terhadap kesiapan kerja. Artinya semakin tinggi dukungan

sosial seseorang, maka semakin tinggi kesiapan kerja. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Utami, dan Dwityanto (2016) bahwaterdapat hubungan positif yang sangat

signifikan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. Seseorang yang

memiliki dukungan sosial yang baik akan berusaha dan termotivasi untuk

mempersiapkan karir masa depannya agar siap terjun ke dunia kerja. Salah satu

bentuk dukungan sosial yaitu dari instansi sekolah. Sekolah harus mengadakan

81
bimbingan karir peserta didik untuk mengetahui pilihan karir dan meningkatkan

kematangan karirnya. Bimbingan karir adalah salah satu jenis layanan dari program

bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan program sekolah

yang difokuskan untuk memfasilitasi para siswa agar memperoleh pengembangan

diri yang optimal.

Variabel dukungan sosial terbagi dalam enam dimensi dan setiap dimensi

mempunyai kriteria masing-masing yaitu kelekatan, integrasi sosial, hubungan

terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan, kesempatan merasa dibutuhkan, tidak

semua dimensi dukungan sosial signifikan dan berpengaruh terhadap kesiapan kerja.

Pada penelitian ini hanya dua dimensi yang berpengaruh terhadap kesiapan kerja

yaitu integrasi sosial, dan kesempatan merasa dibutuhkan. Peneliti berasumsi

kesiapan kerja dipengaruhi oleh integrasi sosial, dan kesempatan merasa dibutuhkan

karena siswa atau siswi SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat memiliki kemampuan untuk

berbagi minat, perhatian, serta aktivitas sosial sehingga individu merasa dirinya

diterima oleh kelompok tersebut, dan merasa dibutuhkan oleh orang lain dan

terjalinnya hubungan interpersonal. Di sekolah para siswa diusahakan untuk bisa

mengetahui dan menguasai kompetensi, baik yang berkaitan dengan pelajaran

ataupun yang berkaitan dengan pengembangan diri pribadi, sosial, dan kehidupan

karirnya (Wong, 2019).

Dimensi kelekatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan

kerja. Peneliti berasumsikarena siswa SMKN 1 dan 2 Cikarang Barat menganggap

dukungan secara emosional atau psikologis, dan fisik kurang membantu mereka

dalam persiapan menghadapi dunia kerja.

82
Dimensi integrasi sosial memiliki pengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kesiapan kerja. Peneliti berasumsi bahwasiswa merasa memiliki

kemampuan untuk berbagi minat, perhatian, serta aktivitas sosial sehingga individu

merasa dirinya diterima oleh kelompok tersebut. Dimensi integrasi sosial ini bisa

didapatkan dari teman sebaya. Hurlock (2007) menjelaskan bahwaremaja lebih

banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai

kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada

sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

keluarga.Dapat diartikan bahwa semakin tinggi integrasi sosial yang dimiliki siswa,

maka semakin tinggi tingkat kesiapan kerja yang dimiliki siswa.

Dimensi hubungan terpercaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kesiapan kerja siswa.Dimensi hubungan terpercaya ini bisa didapatkan dariorang

lain. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan

Dwityanto (2016) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

variabel dukungan orang lain dengan kesiapan kerja. Selanjutnya dimensi bimbingan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan kerja siswa. Dimensi

bimbingan ini bisa didapatkan dari orang lain seperti guru atau orang yang berkaitan

dengan dunia kerja. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Utami dan Dwityanto (2016) bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

variabel dukungan orang lain dengan kesiapan kerja, tidak signifikannya dimensi

dukungan orang lain yang dianggap penting dapat disebabkan oleh siswa yang

menganggap bimbingan dari orang lain tidak berfungsi siswa lebih membutuhkan

83
dukungan nyata seperti memberitahu informasi pekerjaan yang akan mereka

butuhkan dalam dunia kerja.

Dimensi adanya pengakuan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kesiapan kerja siswa. Peneliti berasumsi bahwa dimensi adanya pengakuan tidak

berfungsi karena siswa lebih membutuhkan kesempatan yang ada untuk terjun ke

dunia kerja.

Dimensi kesempatan merasa dibutuhkan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kesiapan kerja. Peneliti berasumsi bahwa dimensi tersebut berfungsi karena

siswa SMK membutuhkan kesempatan dari dukungan orang lain, hal ini sejalan

dengan penelitian Utami dan Dwityanto (2016) yang menyatakan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara variabel dukungan orang lain dengan kesiapan

kerja.

Selanjutnya pada penelitian ini variabel kematangan karir memiliki pengaruh

secara positif terhadap kesiapan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pangastuti dkk, (2019) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh postif

dan siginifikan dari variabel kematangan karir terhadap kesiapan kerja siswa kelas

XII Jurusan Bisnis dan Manajeman di SMK Kristen 1 Surakarta.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, ada kekurangan yang terdapat didalamnya. Sehingga penting

untuk diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Adapun saran dalam penelitian ini

terbagi menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis yang semoga dapat

bermanfaat bagi pembaca pada penelitian ini.

84
5.3.1 Saran Teoritis

1. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa hanya ada tiga dimensi

yang berpengaruh terhadap kesiapan kerja yaitu integrasi sosial, kesempatan

merasa dibutuhkan, danpengendalian karir. Disarankan untuk peneliti

selanjutnya meneliti lebih lanjut dimensi-dimensi pada variabel dukungan

sosial dan kematangan karir lainnya yang tidak berpengaruh pada penelitian

ini yaitu kelekatan, hubungan terpercaya, bimbingan, adanya pengakuan,

kepedulian karir, keingintahuan karir, dan keyakinan karir.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK kelas

XII, sehingga untuk penelitian selanjutnya peneliti disarankan untuk

menggunakan sampel dari kelas X, XI, dan XII agar hasil lebih beragam dan

dapat diteliti apakah ditemukan hasil yang berbeda untuk sampel yang

berbeda.

3. Untuk Sekolah Menegah Kejuruan dan Pemerintah setempat diharapkan dapat

menjadikan penelitian ini sebagai informasi bahwa para siswa kejuruan

membutuhkan dukungan sosial dan kematangan karir agar para siswa

mempunyai kesiapan kerja yang lebih matang.

5.3.2 Saran Praktis

1. Kepada pihak sekolah diharapkan untuk mengadakan tes psikologi seperti tes

bakat dan minat terhadap siswa dengan tujuan agar pihak sekolahdan siswa

SMK dapat mengetahui bakat dan minat. Hal ini dirasa perlu untuk siswa

SMK dan guru agar siswa SMK bisa melatih bakat dan minatnya sehingga

85
guru dapat mengarahkan para siswa SMK sesuai bakat dan minat untuk siap

turun ke dunia kerja

2. Kepada Pemerintah setempat diharapkan untuk selalu mengontrol setiap

instansi pendidikan termasukSekolah Menengah Kejuruan agar terpantau dan

berjalan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku terlebih untuk

membuka lowongan khusus lulusan SMK yang tujuannya mempersiapkan

seorang remaja untuk memasuki dunia pekerjaan.

86
DAFTAR PUSTAKA

Alimudin, Imam A., Tatang Permana, dan Sriyono. (2018). Studi Kesiapan Kerja
Peserta Didik SMK Untuk Bekerja di Industri Perbaikan Bodi Otomotif.
Journal of Mechanical Engineering Education, 5 (2), 179-185.

Afriani, Riska., & Rediana Setiyani. (2015). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang
Kompetensi Kejuruan, Penguasaan Soft Skill, Dan Kematangan Karir
Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Akuntansi SMK Negeri 2
Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. Economic Education Analysis Journal,
4 (2).

Ahmad, Stevanni Amalia, Ganefri, dan Riki Mukhaiyar. (2020). The Relationship
Between Motivation and Student Work Readiness At SMKN 1 Lubuk
Sikaping. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 4 (1), 122-127.

Amalia, N. R., dan Muhari. (2013). Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan
Kematangan Karir Pada Peserta Didik Di Mandiri Enterpreneur Center
(MEC) Surabaya. Fakultas Ilmu Pendidikan, Psikologi Universitas Negeri
Surabaya Vol 2, No. 1.

Baiti, Ahmad Awaludin., & Sudji Munadi. (2014). Pengaruh Pengalaman Prakerin,
Prestasi Belajar Dasar Kejuruan Dan Dukungan Orang Tua Terhadap
Kesiapan Kerja Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. 4 (2), 164-180.

Brady, R.P. (2010). Work readiness inventory administrator’s guide. JIST Works, 1-
16 .

Dikutip dari https://jist.com/wp-content/uploads/2016/05/workreadiness-


inventory- administrators-guide.pdf. Pada November 2019

Caballero, C. L., Walker, A., & Fuller T.M. (2011). The Work Readiness Scale
(WRS): Developing a measure to assess work readiness in college graduates.
Journal of Teaching and Learning for Graduate Employability, 2(1), 41.
https://doi.org/10.21153/jtlge2011vol2no1art552.

87
Chakraborty, T., Gupta, D., & Saha, R. (2017). Role of psychological predisposition
on employability of management students : Moderation analysis through soft
skills training. The International Journal of Indian Psychology, 4(2)

Clarke, L., & Winch, C. 2007. Vocational Education: International Approaches,


Developments and Systems. London, UK: Routledge.

Coetzee, M. dan Beukes, C. J. (2010). Employability, emotional intelligence and


career preparation support satisfaction among adolescents in the school-
towork transition phase. Journal of Psychology in Africa, 20(3), 439–446.

Cutrona, C.E. & Daniel W. R. (1987). The provisions of social relationship and
adaptation to stress. Advances in Personal Relationship, Volume 1, Pages
37-67.

Ganing, Yudi, Dwi Utami, dan Hudaniah. (2013). Self Efficacy Dengan Kesiapan
Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
1 (1), 40-52.

Harry, T., Chinyamurindi, W.T., & Mjoli, T. (2018). Perceptions of factors that
affect employability amongst a sample of final-year students at a rural South
African university. SA Journal of Industrial Psychology, 44(0), a1510.
https://doi.org/10.4102/sajip.v44i0.1510.

Harvey, L. (2001). Quality in Higher Education Defining and Measuring


Employability Defining and Measuring Employability. Quality in Higher
Education, 7(2), 97–109.

Hillage, J., & Pollard, E. (1998). Employability : Developing a framework for policy
analysis. Research Brief 85. Department for Education and Employment.

Ihsan, Muhammad. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan


Kerja Pada Siswa SMK Negeri 1 Sinjai. Jurnal Pendidikan, 6 (2), 105-115.

Lestari, I., dan Budi T. R. (2015). Pengaruh Pengalaman Prakerin, Hasil Belajar
Produktif, Dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa
SMK. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, 4 (1), 60-77

88
Makki, S. 2019. Jumlah Pengangguran Februari 2019 Turun Jadi 6,82 Juta Orang.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190506124326-532-
392272/jumlah-pengangguran-februari-2019-turun-jadi-682-juta-orang
(diakses pada tanggal 01 januari 2020).

Masole, L., & Van Dyk, G. (2016). Factors influencing work readiness of graduates:
Anexploratory study. Journal of Psychology in Africa, 26 (1), 70-73.
https://doi.org/10.1080/14330237.2015.1101284

Murray, Rod, Winifred, L. W., Achmad, S., Gusti, N. A. W., Iyus, H., Nur, B. P. U.,
&Adri, B. 2017. Pengembangan Keterampilan Vokasional Di Madrasah
Aliyah. Jakarta: Education Sector Analytical and Capacity Development
Partnership (ACDP) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Asikin, Mohamad Nur. 2020. Mendikbud Uraikan Sistem Pernikahan Massal


IndustriVokasi.
https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/27/06/2020/mendikbud-
uraikan-sistem-pernikahan-massal-industri-vokasi/ (diakses pada tanggal 01
juli 2020).

Pangastuti, Uswatun., & Muhammad Khafid. (2019). Peran Kematangan Karir


dalam Memediasi Kompetensi Kejuruan dan Efikasi Diri terhadap Kesiapan
Kerja Siswa. Economic Education Analysis Journal. 8 (2), 485-500.

Saka, N., Gati, I., & Kelly, K. R. (2008). Emotional and personality-related aspects
of career-decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16(4),
403–424. https://doi.org/10.1177/1069072708318900

Sarafino, E.P.1998. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Third Edition.


United States of American: John Wiley & Sonc, Inc.

Sari, Evi Ratna. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesiapan Kerja.
Psikoborneo, 5 (2), 279-283.

89
Schwarzer, Ralf, Nina K., dan Nina R. (2003). Social Support. New York: Freie
Universität Berlin.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial


Interactions. United States of America: John Willey & Sons Inc.

Savickas, M. L. (2001). A Developmental Perspective on Vocational Behaviour:


Career Patterns, Salience, and Themes. Internat. Jnl. for Educational and
Vocational Guidance. Volume 1, Pages 49-57.

Savickas, M. L. 2005. The theory and practice of career construction. In S. D. Brown


& R. W. Lent (Eds.), Career development and counseling: Putting theory and
research to work (pp. 42–70). Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.

Suditu, M., Stan, E., & Georgiana, C. (2011). Social and creating of new possibilities
for the employability in romania by implementing the tec-toniq 2 project.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 29, 341-346.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.11.248

Sukardi, Dewa Ketut. (1993). Bimbingan Karir di Sekolah-sekolah. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Sukardi, Dewa Ketut. K. (1993). Analisis inventori minat dan kepribadian.


Jakarta:PT. Rineka cipta.

Tentama, Fatwa., & Eva., R., R. (2020). The role of social support and self-
regulation on work readiness among students in vocational high scool.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), 9
(4), 826-832.

Utami, Anita Setyo, dan Achmad Dwityanto. (2016). Hubungan antara dukungan
sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK.Naskah Publikasi. Fakultas
Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Winkel, W. S. (2015). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta:


PT. Grasindo.

90
World Bank. 2010. Hasil pendidikan, Pelatihan dan Bursa Kerja Bagi Kaum Muda
Indonesia.
http://documents1.worldbank.org/curated/pt/716561468038714564/text/5891
60WP0BAHAS10Box353823B01PUBLIC1.txt (diunduh pada tanggal 02
maret 2020).

Yorke, M. 2006. Learning & Employability in higher education : what it is – what it


is not. United Kingdom: Learning and Teaching Support Network (LTSN)
and the Enhancing Student Employability Co-ordination Team (ESECT).

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of perceived social support. Journal of Personality
Assessment, 52(1), 30–41.

Zimet, Gregory & Janie Canty-Mitchell (2000). Psychometric Properties of the


Multidimensional Scale of Perceived Social Support in Urban Adolescents.
American Journal of Community Psychology.

91
LAMPIRAN

92
Lampiran 1

Lampiran Kuesioner

Lampiran Informed Consent

93
Lampiran 2

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


Pada pertanyaan dibawah ini, silakan beri tanda centang atau checklist (√) dimulai dari
pilihan jawaban “SS” (Sangat Setuju) hingga “STS” (Sangat Tidak Setuju) pada pilihan
jawaban yang tertera. Mohon berikan jawaban Siswa/Siswi sesuai dengan kondisi saat
ini.

Petunjuk pemilihan skala:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

94
SKALA PSIKOLOGI KE-1

------- SELAMAT MENGERJAKAN -------

NO Pernyataan STS TS S SS
1 Saya memiliki pemahaman teoritis yang kuat tentang
bidang pekerjaan saya
2 Saya yakin tentang pengetahuan yang saya pelajari
dan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan
tentang bidang yang saya jalani
3 Menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
adalah kekuatan bagi saya
4 Saya yakin bahwa saya akan mampu menerapkan
pengetahuan yang saya pelajari ke tempat kerja
5 Saya tahu kekuatan dan kelemahan saya
6 Saya adalah tipe orang yang menghindari kritik
7 Saya mudah tersinggung
8 Saya tidak menyukai adanya ide tentang perubahan
9 Saya merasa kewalahan oleh keadaan yang
menantang
10 Saya suka berhadapan dengan kebutuhan yang penuh
persaingan
11 Saya merasa stres saat mengelola banyak hal dalam
satu waktu
12 Saya mempunyai ketelitian yang detail
13 Saya merasa pandai membaca bahasa tubuh orang
lain
14 Menangani banyak pekerjaan sekaligus adalah
kelemahan saya
15 Saya mengalami kesulitan memulai tugas
16 Saya memiliki pandangan yang matang tentang hidup

95
17 Saya Ingin sekali terjun ke dalam pekerjaan yang
telah saya pilih
18 Saya tidak sabar untuk mulai bekerja dan terjun ke
dalam proyek
19 Menurut saya, nilai dan keyakinan organisasi
merupakan bagian dari budaya dalam organisasi
20 Saya rasa penting untuk memiliki pemahaman yang
baik tentang proses dan protokol organisasi
21 Saya belajar sebanyak mungkin tentang organisasi
dimana tempat saya bekerja
22 Saya belajar dari karyawan yang telah bekerja di
suatu organisasi selama bertahun-tahun
23 Saya dapat belajar banyak dari karyawan lama,
walaupun mereka tidak memiliki gelar sarjana
24 Tidak suka saat diberitahu untuk melakukan sesuatu
yang berbeda
25 Saya rasa penting untuk menghormati figur otoritas
26 Saya bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan
yang saya buat sendiri
27 Saya rasa penting untuk menghormati rekan kerja
28 Saya tahu bagaimana mengatasi berbagai tuntutan
29 Menurut saya, menjadi yang terbaik di lapangan saat
bekerja sangat penting
30 Saya selalu berusaha memperbaiki diri
31 Saya menjadikan umpan balik (feedback) sebagai
peluang untuk belajar
32 Saya berusaha menyelesaikan tugas dan mencapai
hasil
33 Tetap tenang di bawah tekanan adalah salah satu
kemampuan saya

96
34 Saya terbuka terhadap peluang untuk belajar dan
tumbuh
35 Saya menganggap diri saya kompeten secara teknis
untuk terjun ke dunia kerja
36 Orang-orang mendekati saya untuk mendapatkan ide
yang orisinil
37 Saya dapat menganalisis dan memecahkan masalah
yang kompleks
38 Membangun hubungan dengan orang lain adalah
salah satu kekuatan saya
39 Beradaptasi dengan situasi sosial yang berbeda
adalah salah satu kekuatan saya
40 Saya terkadang malu untuk bertanya jika saya tidak
yakin tentang sesuatu
41 Saya kesulitan membangun kepercayaan dan
hubungan baik
42 Saya bisa belajar banyak dari kolega
43 Saya mudah beradaptasi dengan situasi baru
44 Mendekati senior di tempat kerja adalah kelemahan
saya
45 Saya bisa mengekspresikan diri dengan mudah
46 Saya pandai membuat pidato dadakan

97
SKALA PSIKOLOGI KE-2

NO Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa bahwa saya tidak memiliki
hubungan pribadi yang dekat dengan orang lain
2 Saya merasakan ikatan emosional yang kuat
setidaknya dengan satu orang
3 Saya kurang memiliki keakraban dengan orang
lain
4 Saya memiliki hubungan dekat yang memberi
saya rasa aman dan kesejahteraan emosional
5 Ada seseorang yang menikmati kegiatan sosial
yang sama dengan yang saya lakukan
6 Saya merasa menjadi bagian dari sekelompok
orang yang berbagi sikap dan keyakinan saya
7 Tidak ada orang yang memiliki minat dan
kepedulian yang sama dengan saya
8 Tidak ada orang yang suka melakukan hal-hal
yang saya lakukan
9 Ada orang yang dapat saya andalkan untuk
membantu saya jika saya benar-benar
membutuhkannya
10 Tidak ada seorangpun yang dapat saya
andalkan untuk mencari bantuan jika saya
benar-benar membutuhkannya
11 Ada orang yang bisa saya andalkan dalam
keadaan darurat
12 Jika sesuatu terjadi, tidak ada yang akan
membantu saya
13 Tidak ada seorang pun yang bisa saya tuju

98
untuk membimbing di saat-saat stres mau itu
orang tua, ataupun guru
14 Ada orang yang dapat dipercaya yang bisa saya
hubungi untuk meminta nasehat jika saya
mengalami masalah
15 Ada seseorang yang bisa saya ajak bicara
tentang keputusan penting dalam hidup saya
16 Tidak ada seorangpun yang dapat saya ajak
bicara mengenai masalah secara nyaman
17 Saya memiliki hubungan di mana kompetensi
dan keterampilan saya diakui
18 Orang lain tidak menganggap saya kompeten
19 Saya tidak berpikir orang lain menghargai
keterampilan dan kemampuan saya
20 Ada seseorang yang mengagumi bakat dan
kemampuan saya
21 Ada seseorang yang bergantung pada saya
untuk mendapatkan bantuan
22 Saya merasa bertanggung jawab secara pribadi
atas kesejahteraan orang lain
23 Tidak ada seorangpun yang mengandalkan saya
untuk kesejahteraan mereka
24 Tidak ada yang membutuhkan saya untuk
memperhatikan mereka

99
SKALA PSIKOLOGI KE-3

NO Pernyataan STS TS S SS
1 Tidak ada gunanya memutuskan pekerjaan
ketika masa depan begitu tidak pasti
2 Saya sepertinya tidak terlalu khawatir dengan
pekerjaan saya di masa depan
3 Sejauh saya memilih pekerjaan, sesuatu akan
muncul cepat atau lambat
4 Saya benar-benar tidak dapat menemukan
pekerjaan apa pun yang sangat saya minati
5 Saya jarang memikirkan pekerjaan yang ingin
saya masuki
6 Saya tidak akan khawatir tentang memilih
pekerjaan sampai saya keluar dari sekolah
7 Saya tahu sedikit tentang persyaratan pekerjaan
8 Saya tidak tahu bagaimana cara masuk ke jenis
pekerjaan yang saya inginkan
9 Saya tidak tahu apakah rencana pekerjaan saya
realistis atau tidak
10 Saya mengalami kesulitan dalam
mempersiapkan diri untuk pekerjaan yang ingin
saya lakukan
11 Saya tidak tahu ekskul apa yang harus saya
ambil di sekolah
12 Saya terus bertanya-tanya bagaimana saya bisa
menyesuaikan tipe orang seperti saya dengan
tipe orang yang saya inginkan dalam pekerjaan
saya
13 Memilih pekerjaan adalah sesuatu yang Anda
lakukan sendiri
14 Jika saya ragu tentang apa yang ingin
diputuskan, saya meminta saran orang tua atau
teman
15 Penting untuk berkonsultasi dengan orang
terdekat dan mendapatkan ide-ide mereka
sebelum membuat pilihan pekerjaan
16 Ketika saya memilih karir, saya akan meminta
orang lain untuk membantu saya
17 Saya akan memilih karir tanpa memperhatikan
perasaan orang
18 Dalam membuat pilihan karir, seseorang harus
memperdulikan pikiran dan perasaan anggota

100
keluarga
19 Saya memiliki banyak minat sehingga sulit
untuk memilih hanya satu pekerjaan
20 Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih pekerjaan, sehingga sulit untuk
membuat keputusan
21 Saya terus mengubah pilihan pekerjaan saya
22 Saya sering melamun tentang apa yang saya
inginkan, tetapi saya sama sekali belum
memilih pekerjaan
23 Semua orang sepertinya memberi tahu saya
sesuatu yang berbeda; jadi saya tidak tahu
pekerjaan apa yang harus dipilih
24 Saya tidak bisa mengerti bagaimana beberapa
orang bisa begitu yakin tentang apa yang ingin
mereka lakukan

101
Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

102
103
Lampiran 4
Analisis CFA

1. Kesiapan Kerja

UJI VALIDITAS KONSTRUK KK


DA NI=46 NO=200 MA=PM
LA
I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10
I11 I12 I13 I14 I15 I16 I17 I18 I19 I20
I21 I22 I23 I24 I25 I26 I27 I28 I29 I30
I31 I32 I33 I34 I35 I36 I37 I38 I39 140
I41 I42 I43 I44 I45 I46
PM SY FI=KK.COR
MO NX=46 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KK
FR TD 37 3 TD 14 11
PD
OU SS TV MI

104
105
2. Kelekatan

UJI VALIDITAS KONSTRUK KELEKATAN


DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=KELEKATAN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KELEKATAN
FR TD 4 2
PD
OU SS TV MI

3. Integrasi Sosial

UJI VALIDITAS KONSTRUK INTEGRASI


DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=INTEGRASI.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTEGRASI
FR TD 2 1
PD
OU SS TV MI

106
4. Hubungan Terpercaya

UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPERCAYAAN


DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=KEPERCAYAAN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KEPERCAYAAN
FR TD 3 1
PD
OU SS TV MI

107
5. Bimbingan
UJI VALIDITAS KONSTRUK GUIDANCE
DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=GUIDANCE.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
GUIDANCE
FR TD 4 1 TD 3 1
PD
OU SS TV MI

6. Adanya Pengakuan
UJI VALIDITAS KONSTRUK REWARD
DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=REWARD.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
REWARD
FR TD 3 1
PD
OU SS TV MI

108
7. Kesempatan Merasa Dibutuhkan

UJI VALIDITAS KONSTRUK NEEDED


DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=NEEDED.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
NEEDED
FR TD 4 2 TD 4 1
PD
OU SS TV MI

109
8. Kepedulian Karir

UJI VALIDITAS KONSTRUK CONCERN


DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
I1 I2 I3 I4 I5 I6
PM SY FI=CONCERN.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONCERN
FR TD 6 4 TD 3 1 TD 6 1 TD 3 2 TD 5 3
FR TD 4 2
PD
OU SS TV MI

9. Keingintahuan Karir

UJI VALIDITAS KONSTRUK CURIOUS


DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
I7 I8 I9 I10 I11 I12
PM SY FI=CURIOUS.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CURIOUS
FR TD 5 2 TD 2 1 TD 4 1
PD
OU SS TV MI

110
10. Pengendalian Karir

UJI VALIDITAS KONSTRUK CONTROL


DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
I13 I14 I15 I16 I17 I18
PM SY FI=CONTROL.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONTROL
FR TD 5 4 TD 3 2 TD 4 1 TD 6 5
PD
OU SS TV MI

111
11. Keyakinan Karir

UJI VALIDITAS KONSTRUK CONFIDENCE


DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
I19 I20 I21 I22 I23 I24
PM SY FI=CONFIDENCE.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONFIDENCE
FR TD 3 1 TD 3 2 TD 6 1
PD
OU SS TV MI

112

Anda mungkin juga menyukai