Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH RESILIENSI DAN DUKUNGAN SOSIAL

TERHADAP QUALITY OF LIFE ORANG DENGAN HIV AIDS


(ODHA) DI JAKARTA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh :
Naufal Hakim
1112070000101

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H / 2019 M
Motto

“Lakukan yang terbaik, sehingga aku


tak akan menyalahkan diriku sendiri
atas segalanya”
Magdalena Neuner

Skripsi ini saya persembahkan untuk


keluarga dan teman- teman pembaca

v
ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2019
C) Naufal Hakim
D) Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Quality of Life Orang
Dengan HIV AIDS (ODHA) Di Jakarta.
E) XIV + 82 hal + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh resiliensi
(personal competence, acceptance of self and life) dan dukungan sosial (
dukungan emosional, dukungan tangible, dukungan informasi, dukungan
persahabatan, positive social interaction, affectionate support) terhadap
Quality of Life (QoL) orang dengan HIV AIDS (ODHA). Partisipan dalam
penelitian ini adalah orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Jakarta yang
berjumlah 112 orang. Sampel dipilih dengan teknik nonprobability
sampling dengan convenience sampling, dimana subjek dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dibuat oleh peneliti dan kesediaan
subjek untuk merespon. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan
untuk menguji validitas alat ukur, dan multiple regression analysis
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Manfaat dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang psikologi klinis, serta bagi profesi kesehatan lainnya
dapat memberikan gambaran mengenai Quality of Life(QoL).
G) Bahan bacaan : 38 ; 7 situs web + 1 buku + 30 jurnal
H) Kata kunci: Resiliensi, Quality of Life, ODHA, Dukungan Sosial

vi
ABSTRACT

A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Naufal Hakim
D) Effect of Resilience and Social Support on the Quality of Life of People with
HIV AIDS (PLWHA) in Jakarta.
E) XIV + 82 pages + attachment
F) This research was conducted to determine the significance of the effect of
resilience (personal competence, acceptance of self and life) and social support
(emotional support, tangible support, information support, friendship support,
positive social interaction, affectionate support) on Quality of Life (QoL) people
with HIV AIDS (PLWHA). Participants in this study were 112 people with HIV
AIDS (PLWHA) in Jakarta. Samples were selected using a nonprobability
sampling technique with convenience sampling, where subjects were selected
based on the criteria that were made by the researcher and subject's willingness to
respond. CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of
measuring instruments, and multiple regression analysis is used to test research
hypotheses. The benefits of this research are expected to be able to contribute to
science, especially in the field of clinical psychology, as well as for other health
professions to provide an overview of Quality of Life (QoL).
G) Reading material: 38; 7 websites + 1 book + 30 journals
H) Keywords: Resilience, Quality of Life, PLWHA, Social Support

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya. Tidak terlupa dalam yang selalu tercurah kepada suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW. dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur
untuk segala anugerah yang yang tiada terkira, sehingga saat ini penulis dapat
melalui proses studi dan menyelesaikan sebagian syarat untuk mengakhiri
pendidikannya, yakni skripsi.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak
pihak yang senantiasa membimbing penulis dengan cara memberikan ide-ide
ataupun tukar pikiran. Oleh karena itu, perkanankanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah
memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psikolog, dosen pembimbing penulis
dan dosen pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga,
dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan, memberikan inspirasi
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, serta memberikan
motivasi setiap semesternya agar penulis bisa menyelesaikan perkuliahan
dengan sebaik-baiknya.
3. Seluruh dosen, staf pegawai perpustakaan, bidang akademik, bidang
umum, dan bidang keuangan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan ilmu juga pembelajaran bagi
penulis, serta memudahkan penulis dalam proses administrasi.
4. Kedua orang tua tercinta, Ayah Muhammad Taufik dan Mamah Chairani,
istri tercinta , Noura Noormania, serta seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan tak hentinya mendo’akan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

viii
5. Teman-teman angkatan 2012, terima kasih banyak atas kritik dan saran
yang telah diberikan selama ini. Terutama kelas C, terima kasih telah
memberikan banyak pembelajaran baik di dalam ataupun di luar kelas.
6. Sahabat-sahabat tersayang penulis, teman-teman angkatan psikologi UIN
Jakarta 2012, terima kasih telah menemani penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
penulis haturkan yang sebesar-besarnya, untuk do’a dan dukungan selalu
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, tetapi Allah
SWT pasti akan membalasnya berlipat ganda. Tak ada gading yang tak retak,
penulis penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan juga saran selalu diharapkan, guna menghasilkan karya yang lebih
baik lagi. Semoga skripsi ini dapat diwujudkan dan nantinya akan bermanfaat
bagi semua kalangan yang membacanya.

Jakarta, 31 Juli 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................................. 6
1.2.1. Pembatasan masalah ......................................................................... 6
1.2.2. Perumusan masalah ........................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1. Quality of Life................................................................................................. 9
2.1.1. Definisi quaity of life ......................................................................... 9
2.1.2. Faktor-faktor quality of life ............................................................... 9
2.1.3. Dimensi quality of life ........................................................................ 11
2.1.4. Pengukuran quality of life .................................................................. 11
2.2. Resiliensi ........................................................................................................ 13
2.2.1. Definisi Resiliensi .............................................................................. 13
2.2.2. Dimensi Resiliensi ............................................................................. 14
2.2.3. Pengukuran Resiliensi ........................................................................ 15
2.3. Dukungan Sosial ............................................................................................ 15
2.3.1. Definisi Dukungan Sosial .................................................................. 15
2.3.2. Dimensi Dukungan Sosial .................................................................. 17
2.3.3. Pengukuran Dukungan Sosial ............................................................ 17
2.4. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 17
2.5. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

x
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 23
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 24
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 25
3.4. Blueprint Quality of Life ................................................................................ 51
3.5. Blueprint Resiliensi ........................................................................................ 27
3.6. Blueprint Dukungan Sosial ............................................................................ 28
3.7. Prosedur Pengujian Alat Ukur ....................................................................... 28
3.7.1. Uji validitas konstruk ....................................................................... 29
3.7.2. Hasil uji validitas konstruk quality of life ........................................ 30
3.7.3. Hasil uji validitas konstruk resiliensi ............................................... 32
3.7.4. Hasil uji validitas konstruk dukungan sosial .................................... 34
3.8. Metode Analisis Data .................................................................................... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Responden ...................................................................... 40
4.2. Analisis Deskriptif ....................................................................................... 41
4.2.1. Kategorisasi variabel ........................................................................ 42
4.3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................................... 43
4.3.1. Pengujian proporsi varians masing-masing independent
variabel ............................................................................................ 47

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN


5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 50
5.2. Diskusi ......................................................................................................... 51
5.3. Saran ............................................................................................................ 53
5.3.1. Saran metodologis .............................................................................. 53
5.3.2. Saran praktis ....................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55
LAMPIRAN .............................................................................................................. 58

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert ................ 26
Tabel 3.2 Blueprint skala quality of life .................................................................... 26
Tabel 3.3 Blueprint skala Resiliensi ......................................................................... 27
Tabel 3.4 Blueprint skala Dukungan Sosial .............................................................. 28
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Q uality of life ........................................................... 30
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Personal Competence ................................................ 32
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Acceptance of Self and Life ........................................ 34
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Emotional/Informational Support ............................... 35
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Tangible Support ....................................................... 36
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Affectionate Support ................................................ 37
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Positive Social Interaction ....................................... 37

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir............. .................................................. 21

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Pnelitian ..........................................................................58


Lampiran 2 Path Diagram & Syntax ...................................................................69
Lampiran 3 Daftar Tabel .....................................................................................81

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang

sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau

Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang

timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Akibat

menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit

infeksi yang sering berakibat fatal. Penderitanya hanya diberikan obat untuk

memperlambat penyebaran virus dalam tubuh. AIDS merupakan tahap akhir dari

infeksi HIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan

waktu sekitar 10 sampai 15 tahun (WHO, 2015).

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah sebutan bagi seseorang yang

mengidap virus HIV/AIDS. Dari banyaknya Orang yang terkena HIV/AIDS di

Indonesia, ibu rumah tangga menempati tempat teratas. Jumlahnya mencapai 6.539 di

tahun 2014. Data ini dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) di tahun 2007-2014. Data WHO menunjukkan jumlah ODHA di dunia

sebanyak 35 juta orang. Di Indonesia, jumlah ODHA sejak 1987 sampai september

2014 sebanyak 150.296 orang. Berdasarkan laporan provinsi, jumlah kasus infeksi

HIV yang dilaporkan sejak 1987 sampai September 2014 yang terbanyak adalah

provinsi DKI Jakarta (32.782 kasus) (Info DATIN, 2014).

1
2

Sebagian besar ODHA adalah pekerja seks komersial, pengguna narkoba jarum

suntik, pengguna tatto, pekerja seksual, pasangan suami/istri yang terinfeksi

HIV/AIDS. Hasil elisitasi di RSUD Cengkareng, rata-rata orang terkena HIV akibat

dari pergaulan bebas serta lingkungan yang kumuh. Mereka yang terkena HIV/AIDS

berada pada usia produktif serta memiliki pekerjaan yang tidak tetap.

Menurut salah satu perawat RSUD Cengkareng, mereka yang dirawat karena

HIV/AIDS akibat penggunaan jarum, baik jarum suntik ataupun jarum yang

digunakan untuk tatto tubuh. Orang yang terkena HIV/AIDS dan dirawat di RSUD

Cengkareng rata-rata sudah dalam keadaan daya tahan tubuh yang lemah dan terkena

penyakit komplikasi seperti TBC dan hepatitis. Selain penggunaan jarum, tak sedikit

juga yang terkena HIV/AIDS karena melakukan seks bebas.

HIV menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh

manusia, sehingga mudah terkena berbagai infeksi. Beberapa ODHA menjadi lebih

cepat lelah, mengalami demam yang tidak kunjung hilang, penurunan berat badan

secara drastis hingga sering terkapar lemas di tempat tidur akibat dari infeksi HIV.

Menurut Joerban (dalam Astuti dan Budiyani, 2008), hampir 99% penderita

HIV/AIDS mengalami stress berat, Joerban juga menemukan sejumlah pasien

HIV/AIDS yang mengalami depresi berat, dimana pada saat mengetahui dirinya

mengidap penyakit HIV/AIDS, banyak ODHA yang tidak bisa menerima kenyataan

bahwa dirinya tertular HIV/AIDS, sehingga menimbukan depresi dan kecenderungan

bunuh diri pada diri ODHA itu sendiri (dalam Astuti dan Budiyani, 2008). Pada

akhirnya mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari


3

bahkan mereka tidak mampu untuk bekerja lagi. Ketidakmampuan ini telah

mengindikasikan bahwa mereka mengalami penurunan kualitas hidup (Handayani,

2017).

Menurut Strauss, Brix, Fischer, Leppert, Füller, Roehrig (2007) salah satu faktor

yang berkaitan dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang yaitu dengan memiliki

resiliensi. Connor dan Davidson (2003) mendefinisikan resiliensi sebagai kualitas

personal seseorang yang memungkinkan untuk berkembang dalam menghadapi

kesulitan dalam hidupnya. Individu yang resilien akan lebih tahan terhadap stres

sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku. Richard (dalam

Saputra, 2009) menjelaskan bahwa respon stres psikologi biasanya muncul saat

diagnosa diberikan kepada pasien, pasien bisa merasa tidak yakin, terkejut dan

melakukan penyangkalan serta diikuti dengan kemarahan dan kekacauan akut dengan

gejala-gejala kecemasan yang tinggi dan depresi (Saputra, 2009).

Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, maka ODHA harus mampu

mengatasi tekanan psikologis maupun tekanan fisik akibat dari penyakitnya tersebut.

Untuk itu ODHA membutuhkan sikap yang resilien. Connor dan Davidson (2003)

mendefinisikan resiliensi sebagai kualitas personal seseorang yang memungkinkan

untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan hidupnya. Individu yang resilien

akan lebih tahan terhadap stress sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi

dan perilaku (dalam Rahmawti, Listiyandini, Rahmatika, 2019)

Farber, Schwartz, Schaper, Moonen, McDaniel (2000) dalam penelitiannya

menemukan bahwa tingginya level pada faktor-faktor resiliensi berhubungan secara


4

signifikan terhadap tingginya level dari quality of life pada orang yang mengidap

HIV/AIDS. Penelitian mengenai resiliensi dengan quality of life terkait kesehatan

selama ini lebih banyak dilakukan pada subjek dengan kondisi penyakit fisik kronis,

seperti kanker (Mannix, Feldman, Moody 2009), HIV/AIDS (Fang, Vincent,

Calabrese, Heckman, Sikkema, Humphries, 2015).

Dalam penelitian Fatiregun, Mofolorunsho dan Osagbemi (2009) dampak yang

dialami ODHA menunjukkan quality of life yang baik pada sisi agama, keyakinan

pribadi, fisik dan psikologis. Namun quality of life dalam hubungan sosial dan

lingkungan ODHA lebih rendah. Tingkat quality of life dalam hubungan sosial bisa

mencerminkan stigmatisasi dan diskriminasi yang dihadapi ODHA, termasuk isu-isu

seperti hubungan pribadi, kegiatan seksual dan dukungan sosial ODHA memiliki efek

negatif dalam hubungan sosial.

Hal ini juga dikuatkan dengan peneliti melakukan alloanamnesa dengan perawat

Rumah Sakit terhadap salah satu pasien HIV/AIDS di Sanatorium Dharmawangsa,

Jakarta. Mulanya pasien terinfeksi HIV/AIDS diketahui oleh keluarga. Sejak saat itu

keluarga tidak menganggap pasien sebagai bagian dari keluarga. Pasien sadar terkena

HIV/AIDS dan tetap ingin melanjutkan hidupnya bersama keluarga. Namun keluarga

menolak dan tidak menerima pasien. Sejak mendapat penolakan dari keluarga pasien

merasa dirinya tak lagi berguna. Kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh

keluarga untuk mendapatkan perawatan, namun keluarga tidak lagi pernah

menjenguknya. Ini merupakan salah satu contoh penolakan sosial dalam lingkungan

keluarga.
5

Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elisabete, Santos,

Ivan dan Fernanda (2007) di Sao Paulo, Brazil menunjukkan bahwa quality of life

hubungan sosial, dan lingkungan ODHA terlihat rendah. Studi lain Casa dan Fleck

(2000) (dalam Fatiregun. et al, 2009) menyebutkan ODHA memiliki tingkat quality

of life yang lebih baik pada kesehatan fisik dan psikologis, tetapi pada hubungan

sosial memiliki quality of life yang buruk.

Berkembangnya virus HIV pada ODHA juga mengharuskan mereka untuk

berjuang dari masalah sosial. Stigma negatif yang ada pada masyarakat yang

ditunjukkan melalui sikap, cemoohan, hinaan, menjadi tantangan tersendiri bagi

keberlangsungan hidup ODHA. Uchino (2009) mengemukakan bahwa dukungan

sosial dapat diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau

bantuan yang dirasakan individu dari orang lain atau kelompok lain. Menurut

Sarafino (2011) dengan adanya dukungan sosial ini maka seseorang akan merasa

dihargai, dicintai, dan merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga ODHA tidak

merasa didiskriminasi yang nantinya dapat berdampak positif bagi kesehatannya

(dalam Diatmi dan Diah 2014).

Dengan adanya banyak perlakuan terhadap ODHA yang menjadikan mereka

merasa terkesampingkan, serta memiliki resiliensi yang kurang baik, dan quality of

life yang berbeda-beda, maka peneliti ingin melihat quality of life yang dialami

ODHA dari cara mereka menyikapi dirinya terhadap penyakitnya dan perlakuan

lingkungan yang mengucilkannya. Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian


6

dengan judul “Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Quality of life

Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Jakarta”.

1.2 Batasan Masalah dan Rumusan masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Faktor-faktor yang memengaruhi Quality of life (QoL) sangat beragam,

diantaranya adalah Resiliensi, Social Support dan faktor demografi. Agar

pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, peneliti membatasi penelitian

sebagai berikut :

1. Quality of life (QoL) didefinisikan sebagai persepsi individu dari posisi

mereka dalam kehidupan, dalam konteks sistem budaya dan nilai dimana

mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan

kekhawatiran mereka (WHOQOL-BREF 1997).

2. Resiliensi didefinisikan sebagai hasil kekuatan dari dalam diri individu,

sehingga mampu beradaptasi terhadap kondisi ketidakberuntungan yang

dialami individu tersebut (Wagnild dan Young, 1993).

3. Dukungan sosial didefinisikan sebagai sumber daya yang disediakan oleh

orang lain (Sherbourne dan Stewart, 1991).

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

peneliti menguraikan rumusan masalah menjadi “Apakah ada pengaruh yang

signifikan antara Resiliensi, dan Dukungan Sosial terhadap Quality of life orang

dengan HIV/AIDS (ODHA) ?”


7

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara resiliensi, personal

competence, acceptance of self and life, dan dukungan sosial, yaitu

emotional support, informational support, tangible support, positive social

interaction, affectionate support, terhadap quality of life ODHA ?

2. Berapa besar presentase variable yang berpengaruh terhadap quality of life

ODHA ?
8

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh resiliensi, dan dukungan

sosial terhadap Quality of life Orang dengan HIV ADIS (ODHA), serta untuk

mengetahui variabel mana yang memberikan kontribusi besar terhadap Quality of life

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum terdapat dua manfaat penelitian, antara lain manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang psikologi klinis dan juga

dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang hal-hal yang berkaitan

dengan Quality of life serta pengembangan instrumen pengukuran Quality of life.

Manfaat praktis bagi ODHA diharapkan penelitian ini dapat membantu

memperbaiki kualitas hidup mereka. Bagi mahasiswa psikologi dan profesi kesehatan

lainnya dapat memberikan gambaran mengenai Quality of life, dan diharapkan dapat

mengembangkan penelitian ini selanjtnya. Bagi keluarga dapat memberikan

gambaran mengenai ODHA dan hubungan keluarga dengan kerabat, saudara yang

mengidap HIV menjadi lebih baik dengan adanya dukungan sosial sebagai

penyemangat bagi ODHA. Bagi pekerja sosial yang melayani, merawat ODHA

diharapkan tidak mengeluarka stigma negatifnya terlebih ODHA merupakan penyakit

kronis yang membutuhkan perhatian dan perawatan dengan baik.


BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Quality of life (QoL)

2.1.1 Definisi Quality of life

Theofilou (2013) menjelaskan bahwa kualitas hidup merupakan konsep yang

luas meliputi bagaimana individu mengukur kebaikan dari beberapa aspek kehidupan

yang meliputi reaksi emosional individu dalam peristiwa kehidupan, disposisi,

kepuasan hidup, kepuasan dengan pekerjaan, dan hubungan pribadi.

WHO mendefinisikan quality of life sebagai persepsi individu dari posisi mereka

dalam kehidupan, pada konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan

dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran

(WHOQOL 1997). Ini adalah konsep yang luas, berpengaruh sangat kompleks

dengan kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan

sosial, dan hubungan mereka yang menonjol di lingkungan mereka.

Definisi ini mencerminkan pandangan bahwa kualitas hidup mengacu pada

evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks budaya, sosial dan lingkungan.

Karena definisi quality of life berfokus pada apa yang dirasakan subjek, dan tidak

untuk mengukur pada setiap gejala secara rinci mengenai penyakit atau kondisinya,

melainkan efek dari penyakit dan intervensi pada quality of life tersebut. Dengan

demikian, quality of life tidak bisa disamakan hanya sebagai istilah status kesehatan,

gaya hidup, kepuasan hidup, mental, atau kesejahteraan saja.

9
10

Dari uraian di atas, maka quality of life dapat didefinisikan sebagai persepsi

individu dari posisi mereka dalam kehidupan, pada konteks sistem budaya dan nilai di

mana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar

dan kekhawatiran (WHOQOL 1997).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Quality of life (QoL)

Terdapat faktor - faktor yang memengaruhi Quality of life (QoL), diantaranya

adalah :

1. Resiliensi

Menurut Strauss, et al. (2007) salah satu faktor yang berkaitan dalam

meningkatkan kualitas hidup seseorang yaitu dengan memiliki resiliensi.

Connor dan Davidson (2003) mendefinisikan resiliensi sebagai kualitas

personal seseorang yang memungkinkan untuk berkembang dalam

menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Individu yang resilien akan lebih tahan

terhadap stres sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku.

2. Dukungan sosial

Browne (2005) menyatakan lingkungan yang sehat dan mendukung

membantu mereka merasakan sense of belonging dan rasa aman terhadap

lingkungannya. Mereka juga dapat menjalin dan menjaga hubungan yang

berarti saling mendukung dimana mereka dan lingkungan dapat saling

memberikan kontribusi. Rasa saling memiliki inilah yang membantu mereka

mengembangkan sosial yang saling mendukung yang akhirnya dapat

meningkatkan kualitas hidup.


11

2.1.3 Dimensi Quality of life (QoL)

WHOQOL-BREF (1997) membagi dimensi Quality of life kedalam empat

domain, yaitu:

1. Physical health, meliputi pain and discomfort, energy and fatigue, sleep and

rest, activities of daily living, dependence on medicinal substances and

medical aids, mobility, work capacity.

2. Psychological, meliputi positive feeling, thinking, learning, memory, and

concentration; selfesteem; body image and appearance; and negative

feelings, spirituality / religion / personal beliefs.

3. Social relationship, meliputi personal relationships, social support, sexual

activity.

4. Environtment domain, meliputi freedom, physical safety and security; home

environment; financial resources; health and social care, accessibility and

quality; opportunities for acquiring new information and skills; participation

in and opportunities for recreation/leisure activities; physical environment

(pollution, noise, traffic, climate); and transport.

1.1.1 Pengukuran Quality of life (QoL)

Menurut Jaeschke, Guyatt, dan Cook (1992), kulaitas hidup dapat diukur

dengan menggunakan pengukuran kualitas hidup yang teruji dengan baik. Dalam

mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehetan semua ranah akan

diukur dalam dua dimensi yaitu peilaian obyektif dari fungsi atas status keseheatan

dan persepsi sehat yang lebih subyektif. Walaupun dimensi obyejtif penting untuk
12

menetukan derajat kesehatan, tetapi persepsi subyektif dan harapan membuat

penilaian obyektif menjadi kualitas hidup yang sesungguhnya. Suatu instrumen

pengukuran kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep, cakupan, reliabilitas,

validitas dan sensitivitas yang baik pula.

Instrumen untuk mengukur kualitas hidup dalam bentuk kuisioner dapat dibagi

menjadi dua kategori:

1. Instrumen Umum (Generic Instrument)

Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas

hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini

digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional,

ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang

diderita. Contoh : World Health Organization Quality of life group

(WHOQOL), Short Form-36 (SF-36), EuroQOL5 Dimension (EQ-5D).

2. Instrumen Khusus (Spesific Instrument)

Instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu

yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua)

atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contoh: Quality of

life Scale (QLS), Quality of life Interview (QoLI), Lancashire Quality of

life Profile (Lqo3LP), Personal Evaluation of Transisitions in treatment

(PETIT), Quality of life Questionnaire in Schizophrenia (S-QoL)

Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran quality of life dari WHOQOL-

BREF (1997) yang terdiri dari 4 dimensi. Empat dimensi asli dari WHOQOL-BREF
13

menjadi model dan sebagai panduan dalam pengembangan instrumen WHOQOL-

HIV.

1.2 Resiliensi

2.2.1 Definisi Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi

sulit. Orang yang tangguh adalah mereka yang dapat mempertahankan kesehatan

mental yang baik, baik sementara ataupun selamanya pada tantangan dan kesulitan

seperti kesulitan ekonomi (Werner dan Smith, 1992), serangan teror (Fredrickson,

Tugade, Waugh, dan Larkin, 2003), dan stress sehari-hari (Ong, Bergeman, Bisconti,

& Wallace, 2006).

Ketahanan secara luas didefinisikan sebagai kemampuan untuk bangkit kembali

dari keterpurukan dan berhasil beradaptasi dengan tuntutan situasi stres (Tugade dan

Frederickson, 2004). Tugade dan Fredrickson (2004) berpendapat bahwa ketahanan

psikologis mengacu koping dan adaptasi yang efektif meskipun dihadapkan dengan

kerugian, kesulitan atau kesukaran. Menurut (Blok dan Kremen, 1996; Wagnild dan

Young, 1993), beberapa instrumen psikologis telah dikembangkan untuk mengukur

ketahanan (dalam Tugade dan Frederickson, 2004).

Resiliensi disebut sebagai kemampuan untuk "mempertahankan stabilitas

psikologis dalam menghadapi stres" (Keye dan Pidgeon, 2013 dalam Utami, Tanti,

Helmi, dan Fadilla, 2017). Selanjutnya Rojas (2015) menyatakan resiliensi sebagai

kemampuan menghadapi tantangan, resiliensi akan tampak ketika seseorang


14

menghadapi pengalaman yang sulit dan tahu bagaimana menghadapi atau beradaptasi

dengannya.

Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi disebut sebagai keterampilan

coping saat dihadapkan pada tantangan hidup atau proses individu untuk tetap sehat

(wellness) dan terus memperbaiki diri (self repair). Resiliensi diangggap menjadi

proses dinamis yang memanifestasikan dirinya dalam menanggapi keadaan hidup dan

profil kepribadian individu, dan merupakan penanda kesejahteraan dan kepribadian

psikologis yang matang (Khaerani, dan Izzaturrohmah, 2018).

Resiliensi menurut Wagnild dan Young (1993) merupakan hasil kekuatan dari

dalam diri individu, sehingga mampu beradaptasi terhadap kondisi

ketidakberuntungan yang dialami individu tersebut. Terdapat dua aspek resiliensi,

yaitu personal competence dan acceptance of self and life.

Berdasarkan uraian di atas, maka resiliensi merupakan hasil kekuatan dari dalam

diri individu, sehingga mampu beradaptasi terhadap kondisi ketidakberuntungan yang

dialami individu tersebut (Wagnild dan Young, 1993).

2.2.2. Dimensi – dimensi Resiliensi

Wagnild dan Young (1993) mendefinisikan resiliensi sebagai karakteristik

pribadi yang mengurangi pengaruh negatif stres, dan mempromosikan penyesuaian

diri terhadap suatu keadaan. Mereka mengidentifikasi dua dimensi dari resiliensi,

yaitu:
15

1. Personal Competence adalah tingginya tingkat personal competence

mencerminkan karakteristik seperti kemandirian, tekad, daya pikir yang

kuat, dan kebebasan.

2. Acceptance of self and life mencerminkan sebuah rasa perdamaian meskipun

mengalami kesulitan, diiringi oleh kemampuan beradaptasi dan fleksibel.

1.2.1 Pengukuran Resiliensi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran dari instrumen teori

Wagnild dan Young (1993) yang telah mengembangkan Resilience Scale yang

bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat resiliensi individu. Hal ini dianggap sebagai

karakteristik pribadi positif yang meningatkan adaptasi individu. Resilience scale

terdiri dari 25 item, responden diminta untuk menjawab pada tingkat setuju atau tidak

setuju pada setiap item. Pernyataan semua item merupakan pernyataan positif dan

mencerminkan secara akurat.

1.3 Dukungan Sosial

2.3.1. Definisi Dukungan Sosial

Walther dan Boyd (2002) (dalam Khan, 2015) mendefinisikan dukungan sosial

sebagai pertukaran pesan verbal dan non-verbal menyampaikan emosi, informasi,

atau rujukan, untuk membantu mengurangi satu ketidakpastian atau stres. Singkatnya,

dukungan sosial mengacu pada bantuan yang diterima individu untuk meringankan

ketidakpastian atau stres dengan menyampaikan emosi, informasi, atau rujukan ke

penerima.
16

Albrecht dan Adelman (1987) (dalam Khan, 2015) mendefinisikan dukungan

sosial sebagai verbal dan komunikasi nonverbal antara penerima dan penyedia yang

mengurangi ketidakpastian tentang situasi, diri, atau hubungan yang lain, dan fungsi

untuk meningkatkan suatu persepsi kontrol pribadi dalam satu pengalaman.

Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk

penerimaan dari seseorang atau suatu kelompok terhadap individu yang menimbulkan

persepsi bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Sedangkan menurut

Cohen dan Syme (2000) istilah dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial

yang tersedia bagi seseorang atau yang diberikan oleh seseorang yang bukan

profesional baik dukungan informasi, empati, dukungan materil dan pemberian

nasihat. (dalam Diatmi K, Fridari Diah, I.G.A 2014).

Cohen dan Syme (1985) mendefinisikan social support sebagai sumber daya yang

disediakan oleh orang lain. Melihat dukungan sosial dalam hal sumber daya

(informasi atau hal-hal yang berpotensi) memungkinkan bahwa social support

memiliki efek negatif dan positif pada bantuan dan kesejahteraan.

Dalam penelitian ini menggunakan definisi dari Cohen, yang digunakan juga oleh

Sherbourne dan Stewart (1991) yang menyatakan bahwa social support sebagai

sumber daya yang disediakan oleh orang lain. Hal ini dikarenakan definisi tersebut

menggambarkan sesuai dengan fenomena dan variabel yang peneliti lakukan. Selain

itu teori tersebut sudah dilakukan uji validitas pada alat ukurnya.
17

Dimensi Dukungan Sosial

Sherbourne dan Stewart (1991) telah menguraikan lima dimensi utama dukungan

sosial:

1. Emotional Support (ekspresi positif, empathetic understanding,

encouragement of expressions of feelings) adalah emosi yang positif

dicerminkan melalui ekspresi sehari-hari, memiliki rasa empati, mampu

memahami diri sendiri dan orang lain menjadi penguat bagi ODHA dalam

menjalankan kehidupannya.

2. Informational support (the offering of advice, information, guidance or

feedback), dukungan informasi ini dibutuhkan bagi ODHA agar dirinya

merasa mendapat penerimaan yang baik dan didorong untuk sembuh serta

semangat dalam menjalani hidupnya

3. Tangible Support (the provision of material aid or behavioral asisstance),

yaitu dukungan materi yang diperlukan mengingat ODHA menganggap

dirinya tidak berguna sehingga dampak dari itu adalah tidak bisa melakukan

aktivitas sehari-hari seperti orang pada umumnya. Untuk itu dukungan materi

merupakan salah satu komponen yang penting bagi ODHA terutama dari

keluarga, saudara atau sahabat terdekat.

4. Positif Social interaction (the availability of other persons to do fun things

with you), adalah adanya interaksi sosial pada lingkungan tanpa diskriminasi

atau membedakan ODHA dengan orang pada umumnya.


18

5. Affectionate support (involving expressions of love and affection) kebutuhan

akan dukungan untuk dekat dengan orang lain serta dapat mengekspresikan

perasaan. Dari semua dukungan yang ada jika masyarakat pada umumnya,

saudara, keluarga mampu mengadaptasikan ini menerapkan pada ODHA

maka ODHA akan merasa dirinya sama dengan kebanyakan orang lainnya

2.3.2. Pengukuran Dukungan Sosial

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial adalah Social

Support Measures dari Sherbourne dan Stewart (1991). Reliabilitas dari alat ukur ini

sebesar Alpha (α > 0.91). Korelasi antar item tangible support scale sebesar (0.72-

0.87), affection scale sebesar (0.80-0.86), emotional/informational scale (0.82-0.90),

dan positive interaction scale (0.87-0.88). Peneliti memilih menggunakan alat ukur

ini karena dimensi yang diukur dalam alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok,

dibuktikan dengan nilai alpha yang besar dan alat ukur ini digunakan untuk mengukur

chronic illness.

2.4. Kerangka Berpikir

WHOQOL (1997) mendefinisikan QoL adalah persepsi individu dari dalam

kehidupan melalui sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam

hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran. Perasaan

seseorang yang terkena penyakit kronis seperti HIV/AIDS pada umumnya memiliki

kualitas hidup yang kurang karena merasa dirinya tidak berharga. QoL dipengaruhi

berbagai faktor seperti Resiliensi, (Acceptance of self and life, Personal Competence),
19

dan Social support, (emotional support, tangible support, informational support,

positive social interaction, dan affectionate support).

Resiliensi diangggap menjadi proses dinamis yang memanifestasikan dirinya

dalam menanggapi keadaan hidup dan profil kepribadian individu, dan merupakan

penanda kesejahteraan dan kepribadian psikologis yang matang (Khaerani dan

Izzaturrohmah, 2018).

Resiliensi merupakan hasil kekuatan dari dalam diri individu, sehingga mampu

beradaptasi terhadap kondisi ketidakberuntungan yang dialami individu tersebut

(Wagnild dan Young, 1993).

Menurut Wagnild dan Young (1993) dimensi resiliensi terdiri dari, pertama

personal competence, seseorang yang memiliki kemampuan kompetensi yang baik

akan mampu mengelola apa yang sedang dihadapinya dan kuat terhadap tekanan yang

ada. Secara umum apabila ODHA memiliki kompetensi yang baik maka ia mampu

mengontrol dan mengelola apa yang sedang dihadapinya dan mampu menerima

respon masyarakat terhadap dirinya. Kedua, acceptance of self and life adalah

penerimaan terhadap diri dan kehidupannya serta mampu beradaptasi dan fleksibel

terhadap lingkungannya. ODHA yang mampu fleksibel dan beradaptasi

dilingkungannya maka ia memiliki penerimaan diri yang baik.

Dukungan Sosial merupakan suatu dukungan dari lingkungan sekitar untuk

memotivasi kita dalam melakukan aktivitas ataupun dalam kondisi yang kurang

menyenangkan. Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan

bentuk penerimaan dari seseorang atau suatu kelompok terhadap individu yang
20

menimbulkan persepsi bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong

(dalam Diatmi dan Diah, 2014). Terdapat lima dimensi pada social support,

(Emotional Support,, Informational support, Tangible Support, Positif Social

interaction, dan Affectionate support).

Menurut WHOQOL-BREF (1997) Salah satu dimensi dalam quality of life

adalah social relationship. Disebutkan bahwa social relationship terdiri dari personal

relationship, social support dan sexual activity. Secara umum dukungan sosial

memiliki pengaruh langsung terhadap quality of life.

Angermeyer (2002) (dalam Noviarini, 2013) menyebutkan salah satu faktor yang

dapat meningkatkan kualitas hidup adalah adanya dukungan sosial, apabila dukungan

sosial berkurang maka kualitas hidup akan menurun. Menurut Ceballo dan McLoyd

(dalam Noviarini, 2013) dalam lingkungan yang baik, dukungan sosial lebih efektif.

Sumber dukungan sosial yang paling penting adalah dari pasangan, orang tua dan

keluarga. Dengan pemahaman tersebut individu akan tahu kepada siapa ia akan

mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginan yang spesifik,

sehingga dukungan sosial mempunyai makna berarti bagi kedua belah pihak. Hasil

penelitian Sujono (2008), menunjukkan bahwa sumber dukungan terbanyak yang

paling sering diberikan adalah dari pasangan, keluarga dan orang tua karena mereka

merupakan pihak yang paling dekat dan berkepentingan dengan klien.

Sherbourne & Stewart (1991) menguraikan lima dimensi dukungan sosial, yaitu

pertama, emotional support (ekspresi positif, empathetic understanding,

encouragement of expressions of feelings) adalah emosi yang positif dicerminkan


21

melalui ekspresi sehari-hari, memiliki rasa empati, mampu memahami diri sendiri dan

orang lain menjadi penguat bagi ODHA dalam menjalankan kehidupannya. Kedua,

informational support (the offering of advice, information, guidance or feedback).

Dukungan informasi ini dibutuhkan bagi ODHA agar dirinya merasa mendapat

penerimaan dan didorong untuk sembuh serta semangat dalam menjalani hidupnya.

Ketiga, tangible support (the provision of material aid or behavioral asisstance),

yaitu dukungan materi yang diperlukan mengingat ODHA menganggap dirinya tidak

berguna sehingga dampak dari itu adalah tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari

seperti orang pada umumnya. Untuk itu dukungan materi merupakan salah satu

komponen yang penting bagi ODHA terutama dari keluarga, saudara atau sahabat

terdekat. Keempat, positif social interaction (the availability of other persons to do

fun things with you) adalah adanya interaksi sosial pada lingkungan tanpa

diskriminasi atau membedakan ODHA dengan orang pada umumnya. Dengan adanya

interaksi sosial maka akan menimbulkan kesenangan merasa tidak mendapatkan

perlakuan yang berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnyan dan ini akan

meningkatkan kualitas hidup yang positif. Kelima, affectionate support (involving

expressions of love and affection) kebutuhan akan dukungan untuk dekat dengan

orang lain serta dapat mengekspresikan perasaan. Dari semua dukungan yang ada jika

masyarakat pada umumnya, saudara, keluarga mampu mengadaptasikan ini

menerapkan pada ODHA maka ODHA akan merasa dirinya sama dengan kebanyakan

orang lainnya. Sehingga kualitas hidupnya pun baik, tidak terbelenggu dengan apa

yang diidapnya. Semangat hidup akan meningkat dan merasa mampu untuk
22

mendapatkan hak hidup yang sama dan layak seperti orang yang lainnya. Adapun

kerangka berpikir dalam penelitian ini tertera pada bagan sebagai berikut:

Resiliensi
Personal Competence

Acceptance of self and life

Social Support Quality of life (QoL)


Emotional Support
Informational Support
Tangible Support
Positive social interaction
Affectionate support

2.5 Hipotesis Penelitian

2.5.1 Hipotesis Mayor

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan resiliensi, dukungan sosial terhadap

Quality of life (QoL) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

2.5.2 Hipotesis Minor

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan personal competence terhadap Quality of

life (QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan acceptance of self and life terhadap

Quality of life (QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan emotional support terhadap Quality of life

(QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).


23

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan informational support terhadap Quality of

life (QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan tangible support terhadap Quality of life

(QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

H6: Terdapat pengaruh yang signifikan positive social interaction terhadap

(Quality of life (QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

H7: Terdapat pengaruh yang signifikan affectionate support terhadap Quality of

life (QoL) orang dengan HIV/AIDS (ODHA).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang didiagnosa menderita HIV/AIDS

di Jakarta dengan rentang usia 21-55 tahun. Hal ini dikarenakan peneliti ingin

melihat bagaimana quality of life dari penderita HIV/AIDS pada usia produktif.

Data diambil di beberapa puskesmas yang tersebar di wilayah Jakarta Utara dan

Jakarta Timur mulai tanggal 26 September 2017 sampai dengan tanggal 20 Mei

2018.

Sampel Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) memiliki karakteristik sebagai

berikut: (1) HIV dan AIDS selama lebih dari 1 tahun, (2) usia 21-55 tahun, (3)

pria atau wanita (4) berdomisili di Jakarta. Sampel pada penelitian ini bersifat non

probability sampling yang berarti kemungkinan terpilihnya anggota populasi yang

akan menjadi sampel tidak dapat diketahui. Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan accidental sampling, yang artinya cara pengambilan sampel

dengan aksesibilitas nyaman dan ketersediaan responden untuk dijadikan sampel

dalam penelitian. Teknik sampling secara accidental ini juga dapat mempermudah

peneliti dalam menjadi subjek untuk dijadikan sampel dalam penelitian,

ketersediaan responden juga memungkinkan responden mengisi data kuesioner

dengan baik dan penuh tanggung jawab. Jumlah sampel untuk penelitian ini

sebanyak 112 orang.

24
25

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel terikat

(dependent variabel) dan variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian

ini menggunakan dependent variabel yaitu quality of life (QoL). Sedangkan

independent variabel yaitu resiliensi (acceptance of self and life, dan personal

competence) dan dukungan sosial (emotional/informational support, tangible

support, level of independence, affectionate support).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Quality of life yaitu kemampuan individu mengelola kesehatan fisik,

energi dan rasa lelah, aktivitas sehari-hari, serta kapasitas kemampuannya

untuk bekerja. Kemampuan individu mengelola perasaan, dan melihat

segala sesuatunya dengan pandangan positif. Kemampuan dalam

mengelola hubungan secara menyeluruh dan secara personal. Kemampuan

merespon dan bertindak pada lingkungan tertentu (WHO, 1997).

2. Resiliensi yaitu mengidentifikasi kemampuan dirinya dan dapat menerima

dirinya sendiri dan kehidupannya. Kemampuan beradaptasi dengan

lingkungan. Karakteristik pribadi yang mengurangi pengaruh negatif

stress, dan memproosikan penyesuaian diri terhadap suatu keadaan

(Wagnild dan Young, 1993).

3. Dukungan sosial yaitu kemampuan mengelola, menerima, serta

kemampuan beradaptasi dalam lingkungan sosial (Sherbourne dan Stewart,

1991). Empat aspek untuk mengukur dukungan sosial yaitu,


26

emotional/informational support, tangible support, affectionate support,

dan positive social interaction.

1.3 Instrumen Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala model likert pada

dukungan sosial, resiliensi dan Quality of life (QoL) orang dengan HIV/AIDS

(ODHA). Instrumen pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

berupa:

a. Isian biodata subjek penelitian. Isian ini berisikan pertanyaan mengenai

biodata subjek penelitian berupa nama/inisial, usia, status pernikahan.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan model

skala Likert. Subjek diminta menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian

terhadap isi pernyataan dalam empat kategori jawaban, yaitu 1 = Sangat

Tidak Sesuai, 2 = Tidak Sesuai, 3 = Sesuai, 4 = Sangat Sesuai untuk skala

Quality of life , resiliensi dan dukungan sosial. Peneliti memodifikasi skala

dengan menghilangkan pilihan jawaban netral atau normal. Hal ini

dikarenakan akan ada kecenderungan responden untuk memilih jawaban

netral.

b. Metode skoring yang digunakan adalah:

- Item favorable mempunyai angka skor sebagai berikut: tidak

pernah/sangat tidak sesuai = 1, jarang/tidak sesuai = 2, sering/sesuai = 3,

selalu/sangat sesuai = 4.

- Item unfavorable dengan cara merubahnya terlebih dahulu menjadi

favorable dengan cara reverse (membalik) skornya menjadi tidak


27

pernah/sangat tidak sesuai = 4, jarang/tidak sesuai = 3, sering/sesuai = 2,

selalu/sangat sesuai = 1.

Tabel 3.1.
Bobot Nilai
Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak
Pernyataan
Setuju (SS) (S) Setuju (TS) Setuju (STS)
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4

3.4. Quality of life (QoL)

Pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan WHOQOL-BREF (1997) dengan

menggunakan empat variabel yang diukur. Oleh karena itu pernyataan bahwa

Quality of life (QoL) terdiri dari beragam dimensi physical health, psychological,

social relationship, environment.

Tabel 3.2
Blueprint skala Quality of life
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Physical Pain and discomfort, energy and 1,2, 3,4 Seberapa jauh
Health fatigue, sleep and rest, and 16,1 rasa skit fisik
symptom of HIV infection 7,17 anda menghambat
,18 anda dalam
beraktivitas sesuai
kebutuhan anda ?
Psychological Positive feeling, thinking, learning, 5,6, Apakah anda
memory, and concentration; 7,11 dapat menerima
selfesteem; body image and ,19, penampilan tubuh
appearance; and negative feelings 14 anda ?

Social Personal relationships, social 10,1 Seberapa baik


Relationship support, sexual activity, and social 5,20 kemampuan anda
inclusion. ,21, dalam bergaul ?
22,
28

No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Environtment Physical safety and security; home 8,9, Seberapa puaskah
environment; financial resources; 12,1 anda dengan
health and social care, accessibility 3,23 kondisi tempat
and quality; opportunities for ,24, tinggal anda saat
acquiring new information and 25 ini ?
skills; participation in and
opportunities for recreation/leisure
activities; physical environment
(pollution, noise, traffic, climate);
and transport

Jumlah

3.5. Resiliensi

Resiliensi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) diukur dengan

Resilience Scale (RS) yang telah dikembagkan oleh Wagnild dan Young

(1993). Penulis mengambil item yang telah dibuat oleh Wagnild dan Young

(1993) berjumlah 25 item, dimana pernyataan setiap item adalah pernyataan

yang positif yang mewakili dua dimensi dari resiliensi, yaitu: personal

cmpetence dan acceptance of self and life.

Tabel 3.3
Blueprint skala Resiliensi
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Personal Mencerminkan kemandirian, 1,2,3,4,5, Saya dapat
Competence tekad, daya pikir yang kuat. 6,7,8,9,1 mengendalikan segala
0,11,12,1 hal.
3,14,15,1
6,17
Acceptance Mencerminkan sebuah rasa 18,19,20, Saya berteman dengan
Of Self and perdamaian, kemampuan 21,22,23, diri saya.
Life beradaptasi dan fleksibel 24,25
Jumlah
29

3.6. Dukungan Sosial

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial adalah

Social Support Measures dari Sherbourne dan Stewart (1991) dalam

penelitiannya Sherbourne dan Stewart (1991). Reliabilitas dari alat ukur ini

sebesar Alpha Chronbach (α > 0.91). Korelasi antar item tangible support

scale sebesar (0.72-0.87), affection scale sebesar (0.80-0.86),

emotional/informational scale (0.82-0.90), dan positive interaction scale

(0.87-0.88).

Tabel 3.4.
Blueprint skala dukungan sosial
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Emotional Ekspresi positif , empathetic 1,2,3, Saya merasa bahagia
Support understanding,encourageme 4 jika mendapat dukungan
nt of expressions of feelings dari keluarga
Informational The offering of advice, 5,6,7, Saya merasa terbantu
support information, guidance or 8 dengan adanya arahan
feedback dari oranglain
Tangible The provision of material 9,10, Saya merasa senang jika
Support aid or behavioral asisstance 11,12 orang lain dapat
membantu
Positif Social The availability of other 13,14 Saya merasa senang jika
interaction persons to do fun things with ,15 dapat liburan bersama
you keluarga
Affectionate Involving expressions of love 16,17 Saya merasa nyaman
support and affection ,18 jika dekat dengan
keluarga
Jumlah

3.7. Prosedur Pengujian Alat Ukur

3.7.1. Uji validitas konstruk

Untuk menguji validitas konstruk setiap item pada penelitian ini, peneliti

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan Lisrel 8.7.

Namun agar pembaca lebih memahami apa yang dipaparkan pada subbab ini,
30

maka peneliti akan menjelaskan tentang kriteria dalam menentukan item-item

yang valid dan yang tidak valid. Adapun logika dari CFA (Umar. 2010) adalah:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang

didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau

pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,

sedangkkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis

terhadap respon atas item-itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu hal saja dan semua item

dalam satu subtes hanya mengukur satu faktor subtes. Artinya seluruh

subtes hanya mengukur satu faktor saja (faktor level dua).

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang

unidimensional. Matriks korelasi ini disebut juga sigma (∑), kemudian

dibandingkan dnegan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.

Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada

perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga dinyatakan

dengan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji

dengan chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p > 0.05, maka

hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional

tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya satu

faktor saja.
31

5. Jika model fit, makan langkah selanjutnya menguji apakah item

signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan

menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut

tidak dapat mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang

demikian di drop dan sebaliknya.

3.7.2. Hasil uji validitas konstruk quality of life

Pada subbab ini, peneliti menguji apakah 26 item mengenai quality of life

yang ada bersifat unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur quality of

life. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor ternyata tidak fit, chi

square = 402.41, df= 299, P-value= 0.00006, dan RMSEA= 0.056. Namun setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pada beberapa item

dibolehkan atau dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 322.81, df = 294, P-value = 0.11924, RMSEA =

0.030. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu quality of life.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
32

Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Quality of life
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.13 4.86 V
2 0.87 0.13 6.78 V
3 0.98 0.12 7.91 V
4 0.83 0.13 6.48 V
5 0.82 0.13 6.36 V
6 0.89 0.13 7.06 V
7 0.88 0.13 6.94 V
8 0.65 0.13 4.83 V
9 0.57 0.14 4.19 V
10 0.74 0.13 5.62 V
11 0.38 0.14 2.73 V
12 0.72 0.13 5.40 V
13 0.64 0.13 4.79 V
14 0.37 0.14 2.66 V
15 0.32 0.14 2.29 V
16 0.64 0.13 4.78 V
17 0.61 0.13 4.55 V
18 0.16 0.14 1.10 X
19 0.72 0.14 5.46 V
20 0.41 0.14 2.97 V
21 0.64 0.13 4.75 V
22 0.41 0.14 2.93 V
23 0.01 0.14 0.06 X
24 0.23 0.14 1.63 X
25 0.52 0.14 3.28 V
26 0.64 0.13 4.77 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.5 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif, kecuali item 18 nilai-t = 1.10, item 23 nilai-t =

0.06, dan item 24 nilai-t = 1.63. Dengan demikian, item tersebut akan di-drop.

Langkah terakhir yaitu item-item quality of life yang tidak di-drop akan

dihitung skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias

dari kesalahan pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak

menjumlahkan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true


33

score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang

bermuatan positif dan signifikan. Adapun rumus T score yaitu (Umar, 2011):

Tscore = 50 + (10 X Skor faktor)

Setelah didapatkan skor faktor yang telah diubah menjadi T score, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu

dicatat, hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.

3.7.3. Hasil uji validitas konstruk resiliensi

1. Personal Competence

Peneliti menguji apakah 17 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur personal competence. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

735.05, df = 119, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.216. Namun setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square = 61.62, df = 82, P-value = 0.95476, RMSEA = 0.000. Hasil

RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

personal competence.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
34

Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Personal Competence
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.84 0.03 24.15 V
2 0.77 0.04 21.99 V
3 0.82 0.03 24.80 V
4 0.85 0.04 24.88 V
5 0.85 0.04 23.87 V
6 0.81 0.04 19,84 V
7 0.89 0.04 24.06 V
8 0.94 0.04 26.76 V
9 0.85 0.03 25.65 V
10 0.81 0.03 25.28 V
11 0.91 0.03 26.34 V
12 0.81 0.03 23.88 V
13 0.78 0.04 19.96 V
14 0.58 0.04 14.19 V
15 0.62 0.03 18.41 V
16 0.82 0.03 24.74 V
17 0.86 0.03 27.63 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >

1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu

ada item yang di-drop.

2. Accepted of Self and Life

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur accepted of self and life. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan

Chi-square = 135.58, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.228. Namun

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka

diperoleh model fit dengan Chi-square = 7.53, df = 9, P-value = 0.58223,


35

RMSEA = 0.000. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu accepted of self and life.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Accepted of Self and Life
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.08 7.78 V
2 0.61 0.09 6.83 V
3 0.24 0.10 2.43 V
4 0.96 0.07 13.01 V
5 0.84 0.08 10.78 V
6 0.87 0.08 11.03 V
7 0.80 0.08 9.82 V
8 0.22 0.09 2.30 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.7 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >

1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu

ada item yang di-drop.

3.7.4. Hasil uji validitas konstruk dukungan sosial

1. Emotional/Informational Support

Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur emotional/ informational support. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,

dengan Chi-square = 156.21, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.248.

Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan


36

pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama

lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 11.55, df = 11, P-value =

0.39814, RMSEA = 0.021. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu emotional/informational support.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Emotional/Informational Support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.68 0.08 8.18 V
2 0.78 0.08 9.65 V
3 0.92 0.07 12.69 V
4 0.99 0.07 14.37 V
5 0.82 0.08 10.80 V
6 0.81 0.08 10.47 V
7 0.86 0.08 11.43 V
8 0.83 0.08 10.39 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >

1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian, tidak ada

item yang perlu di-drop.

2. Tangible Support

Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur tangible support. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 7.03, df = 2, P-value = 0.02978, RMSEA = 0.150. Setelah dilakukan


37

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square = 0.54, df = 1, P-value = 0.46091, RMSEA = 0.000. Hasil

RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9
Muatan Faktor Item tangible support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
9 0.76 0.09 8.69 V
10 0.86 0.08 11.00 V
11 0.91 0.08 11.58 V
12 0.77 0.08 9.44 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian, tidak perlu ada item

yang di-drop.

3. Affectionate Support

Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur affectionate support. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata model fit, dengan Chi-

square= 0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil RMSEA < 0.05

artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja.


38

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10
Muatan Faktor Item affectionate support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
13 0.72 0.09 8.37 V
14 0.81 0.08 9.71 V
15 0.94 0.08 11.77 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item

yang di-drop.

4. Positive Social Interaction

Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur Positive Social Interaction. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata model fit, dengan

Chi-square= 0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil RMSEA < 0.05

artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Positive Social

Interaction.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
39

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Positive Social Interaction
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
16 0.81 0.08 9.97 V
17 1.10 0.07 16.23 V
18 0.63 0.09 7.27 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item

yang di-drop.

3.8. Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, digunakan teknis

analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini, IV sebanyak 6 buah, sedangkan

DV sebanyak 1 buah.

Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini sebagai berikut:


Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6

Dimana:
Y’ = prediksi quality of life
a = konstan
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = personal competence
X2 = acceptance of self and life
X3 = emotional/informational support
X4 = tangible support
X5 = affectionate support
X6 = positive social interaction
e = residual

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu

koefisien korelasi berganda antara quality of life, resiliensi, dan dukungan sosial.
40

Besarnya kemungkinan quality of life yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R2

merupakan proporsi varians dari quality of life yang dijelaskan oleh resiliensi, dan

dukungan sosial. Dan uji R2 dilakukan untuk membuktikan apakah penambahan

varians dari independen variabel satu per satu signifikan atau tidak

penambahannya.

Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka

dapat diuji dengan menggunakan uji F, pembilang adalah R2 dengan dfnya (yaitu

k), ialah jumlah independen variabel yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 -

R2) dibagi dengan (N - k - 1) dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F

yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang

diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran umum responden

Subjek dalam penelitian ini adalah 112 ODHA yang tersebar di wilayah Jakarta Utara

dan Timur. Dalam penelitian ini membagi rentang usia dengan tiga kategori, yaitu

rentang usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, dan usia 41-50 tahun. Presentase subjek

dalam penilitian ini menurut rentang usia adalah 21-30 tahun, yaitu sebanyak 32.14%,

rentang usia 31-40 tahun sebanyak 57.14% dan sisanya berada di rentang usia 41-50

tahun sebanyak 10.71%.

Dalam penelitian ini, peneliti juga membagi dalam jenis kelamin dalam dua

kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Presentase subjek dalam penelitian ini

berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 80.35%, dan sisanya adalah

berjenis kelamin perempuan sebesar 19.64%. Karakteristik sampel yang diuraikan

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Karakteristik sampel (N = 112)
Karakteristik N
Usia
21-30 tahun 36
31-40 tahun 64
41-50 tahun 12
Jenis Kelamin
Laki-laki 90
Perempuan 22

41
42

4.2. Analisis Deskriptif

Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif dari quality of life. Adapun skor yang

digunakan melakukan analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni (t-score)

yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan untuk

memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil penelitian dependent

variable yang diteliti, dengan demikian raw score pada variabel harus diletakkan

pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan mentransformasi raw score menjadi

z-score.

Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi statistik dari variabel yang

diteliti, acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, median, standar deviasi, nilai

minimum, dan nilai maksimum dari independent variable. Skor tersebut disajikan

dalam tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2
Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Quality of life 112 65.00 102.00 83.6607 11.69088
Personal competence 112 22.00 59.00 42.3125 12.58344
Acceptance of self and life 112 11.00 29.00 22.0625 4.69480
Emotional/informational support 112 13.00 31.00 22.1339 6.34091
Tangible support 112 6.00 16.00 11.3036 2.83746
Affectionate support 112 4.00 14.00 8.8839 2.33171
Positive social interaction 112 3.00 12.00 8.2768 2.56873

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai minimum dari variabel quality of

life adalah 65, maksimum 102, mean 83.66 dan standar deviasi 11.69. Variabel

personal competence memiliki nilai minimum 22, maksimum 59, mean 42.31, dan
43

standar deviasi 12.58. Variabel acceptance of self and life memiliki nilai minimum

11, maksimum 29, mean 22.06, dan standar deviasi 4.69. Variabel

emotional/informational support memiliki nilai minimum 13, maksimum 31, mean

22.13, dan standar deviasi 6.34. Variabel tangible support memiliki nilai minimum 6,

maksimum 16, mean 11.30, dan standar deviasi 2.83. Variabel affectionate support

memiliki nilai minimum 4, maksimum 14, mean 8.88, dan standar deviasi 2.33.

Variabel acceppositive social interaction memiliki nilai minimum 3, maksimum 12,

mean 8.27, dan standar deviasi 2.56.

1.2.1 Kategorisasi variabel

Peneliti menggunakan informasi pada tabel yang telah disajikan sebelumnya sebagai

acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan true

score yang skalanya telah dipindah dengan menggunakan rumus t score. Nilai

tersebut menjadi batas bagi peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi

dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Pedoman Interpretasi Skor Variabel


Kategori Norma
Tinggi X>Mean
Rendah X<Mean

Uraian megenai gambaran kategorisasi skor variabel secara keseluruhan

berdasarkan tinggi rendahnya tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah.
44

Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel pada Keseluruhan Responden
Frekuensi %
Variabel
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Quality of life 50 62 44.64 55.36
Personal competence 50 62 44.64 55.36
Acceptance of self and life 47 65 41.96 58.04
Emotional/informational support 51 61 45.54 54.46
Tangible support 55 57 49.11 50.89
Affectionate support 47 65 41.96 58.04
Positive social interaction 51 61 45.54 54.46

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 112 subjek penelitian. terlihat

pada variabel Quality of life skor tinggi sebanyak 55.36% dan rendah sebanyak

44.64%. Pada variabel personal competence skor tinggi sebanyak 55.36% dan rendah

sebanyak 44.64%. Pada variabel acceptance of self and life skor tinggi sebanyak

58.04% dan rendah sebanyak 41.96%. Pada variabel emotional/informational support

skor tinggi sebanyak 45.54% dan rendah sebanyak 54.46%. Pada variabel tangible

support skor tinggi sebanyak 49.11% dan rendah sebanyak 50.89%. Pada variabel

affectionate support skor tinggi sebanyak 41.96% dan rendah sebanyak 58.04%. Pada

variabel positive social interaction skor tinggi sebanyak 45.54% dan rendah

sebanyak 54.46%.

4.3. Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 20.0. Pada saat melakukan uji regresi terdapat

tiga hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu, melihat besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable, yang berikutnya adalah melihat apakah independent variable


45

berpengaruh signifikan terhadap dependent variable, dan kemudian melihat

signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melihat besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable. Untuk tabel R-square, dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.5
Tabel R-square
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
a
1 .809 .654 .634 6.04849
a. Predictors: (Constant), Positive social interaction, affectionate support, tangible support,
acceptance, emotional/informational support, personal competence
b. Dependent variable: quality of life

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.654 atau

65.4%. Artinya, proporsi varians dari quality of life yang dijelaskan personal

competence, acceptance of self and life, emotional/informational support, tangible

support, affectionate support, dan positive social interaction adalah sebesar 65.4%,

sedangkan 34.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah berikutnya, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable

terhadap quality of life. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6
Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7258.650 6 1209.775 33.068 .000b
1 Residual 3841.350 105 36.584
Total 11100.000 111
a. Dependent Variable: quality of life
b. Predictors: Constant), Positive social interaction, affectionate support, tangible
support, acceptance, emotional/informational support, personal competence
46

Diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05), maka hipotesis nihil

yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent variable

terhadap dependent variable, yaitu quality of life ditolak. Artinya, ada pengaruh yang

signifikan dari personal competence, acceptance, emotional/informational support,

tangible support, affectionate support, dan positive social interaction terhadap quality

of life.

Langkah terakhir adalah melihat nilai dari koefisien regresi dari setiap

independent variable. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan,

berarti independent variabel memiliki dampak yang signifikan terhadap Quaity of life

Dan jika nilai t < 1.96 maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan. Adapun

penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 8.097 3.134 2.584 .011
Personal competence .256 .179 .256 1.426 .157
Acceptance .018 .156 .018 .114 .909
1 Emotional/informational support .422 .176 .422 2.396 .018
Tangible support .042 .147 .042 .286 .776
Affectionate support .100 .141 .100 .705 .482
Positive social interaction .000 .146 .000 .003 .998
a. Dependent Variable: Quality of life

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, dapat disampaikan persamaan

regresi sebagai berikut: (*signifikan)


47

Quality of life = 8.097 + 0.256 x personal competence - 0.018 x acceptance + 0.422

x emotional/informational support* + 0.042 x tangible support +

0.100 x affectionate support + 0.000 x positive social interaction

Dari tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dapat melihat nilai sig. Pada kolom paling kanan (kolom ke-6), jika p <

0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap Quality

of life dan sebaliknya. Dari hasil di atas, koefisien regresi acceptance dan

emotional/informational support memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan

sisanya tidak. Penjelasan nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing

IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel personal competence: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.256

dengan signifikansi 0.157 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

personal competence tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality

of life.

2. Variabel acceptance: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.018 dengan

signifikansi 0.909 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel acceptance

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality of life.

3. Variabel emotional/informational support: diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar 0.422 dengan signifikansi 0.018 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel emotional/informational support secara positif dan signifikan

memengaruhi quality of life. Jadi, semakin besar emotional/informational

support maka semakin tinggi quality of life.


48

4. Variabel tangible support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.042

dengan signifikansi 0.776 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

tangible support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality of

life.

5. Variabel affectionate support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.100

dengan signifikansi 0.482 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

affectionate support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality

of life.

6. Variabel positive social interaction: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.000 dengan signifikansi 0.998 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

positive social interaction tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

quality of life.

Pada tabel 4.6 di atas, dari enam IV (personal competence, acceptance,

emotional/informational support, tangible support, affectionate support, dan positive

social interaction) yang berpengaruh signifikan terhadap DV adalah variabel

emotional/informational support dengan koefisien (beta) 0.422 yang memberikan

pengaruh paling besar terhadap DV. Untuk melihat perbandingan besar kecilnya

pengaruh tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan dua cara, yaitu melihat

signifikansi (p) dan melihat Standardized coefficients (beta) (Umar, 2011).

4.4.Proporsi Varians

Pengujian pada tahapan ini dilakukan bertujuan untuk dapat melihat apakah

signifikan atau tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap independent variable,
49

yang mana independent variable akan dianalisis secara satu per satu. Tabel kolom

pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per satu, lalu dilihat

di kolom ketiga yang merupakan total penambahan varians dependent variable dari

tiap independent variable yang dianalisis satu per satu, lalu dilihat di kolom keenam,

kolom keenam ini merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap

independent variable yang dimasukkan sat per satu, lalu dilihat di kolom df adalah

derajat bebas bagi independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari

numerator dan denumerator. Kolom terakhir yang dilihat adalah kolom sig. F Change

yang fungsinya untuk mengetahui signifikansinya. Di dalam kolom ini dilihat, apabila

nilai p < 0.05 maka independent variable memiliki sumbangan yang signifikan,

artinya penambahan proporsi varians dari independent variable yang bersangkutan,

dampaknya signifikan. Dan sebaliknya, apabila nilai p > 0.05 maka independent

variable yang bersangkutan, dampaknya tidak signifikan. Besarnya proporsi varians

pada perilaku agresi dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R R Adjusted Std. Error Change Statistics
Square R Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change
a
1 .778 .606 .602 6.30761 .606 168.993 1 110 .000
b
2 .782 .612 .604 6.28921 .006 1.645 1 109 .202
c
3 .807 .651 .642 5.98498 .040 12.363 1 108 .001
d
4 .808 .652 .639 6.00630 .001 .235 1 107 .629
e
5 .809 .654 .638 6.01990 .002 .517 1 106 .474
f
6 .809 .654 .634 6.04849 .000 .000 1 105 .998
a. Predictors: (Constant), personal competence, acceptance, emotional/informational support,
tangible support, affectionate support, positive social interaction
50

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Variabel personal competence memberikan sumbangan sebesar 60.6%% dalam

varians quality of life.

2. Variabel acceptance memberikan sumbangan sebesar 0,06% dalam varians

quality of life.

3. Variabel emotional/informational support memberikan sumbangan sebesar

0.40% dalam varians quality of life.

4. Variabel tangible support memberikan sumbangan sebesar 0.01% dalam varians

quality of life.

5. Variabel affection support memberikan sumbangan sebesar 0.02% dalam varians

quality of life.

6. Variabel Positif social interaction memberikan sumbangan signifikan dalam

varians quality of life.


BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, bahwa secara keseluruhan ada pengaruh

yang signifikan antara resiliensi dan dukungan sosial terhadap quality of life pada

penderita ODHA. Berdasarkan proporsi varians yang telah dihitung, diperoleh

hasil bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality

of life sebesar 65,4% . Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji

seluruh independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV). Maka

hipotesis mayor yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara resiliensi dan dukungan sosial terhadap quality of life pada penderita

ODHA tidak ditolak.

Kemudian, peneliti menguji hipotesis untuk mengetahui signifikansi dari

masing-masing koefisien regresi independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV), diperoleh hasil bahwa dari enam variabel, ternyata terdapat satu

variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap quality of life, yaitu

emotional/informational support. Sedangkan variabel personal competance,

acceptance, tangible support, affectionate support, dan positive social interaction

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap quality of life penderita ODHA

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel resiliensi dan

dukungan sosial, dari enam variabel, terdapat satu variabel yang memiliki

51
52

pengaruh signifikan terhadap quality of life. Variabel tersebut adalah

emotional/informational support.

Terdapat sebuah penelitian yang melihat bagaimana pengaruh dari

dukungan sosial terhadap quality of life, dalam penelitian ini menunjukkan

adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa dihargai, dicintai, dan

merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga ODHA tidak merasa

didiskriminasi yang nantinya dapat berdampak positif bagi kesehatannya

(Sarafino, 2011). Pada penelitian ini terbukti bahwa dukungan sosial

memiliki pengaruh yang postif terhadap quality of life. Semakin tinggi dukungan

sosial yang didapatkan oleh ODHA maka semakin mempengaruhi quality of life

ODHA tersebut, utamanya pada emotional/informaional support.

Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan peneliti ketika melakukan

alloanamnesa dengan salah satu perawat pada sebuah rumah sakit. Dimana

seseorang yang terdiagnosa HIV kemudian merasa terkucilkan maka memiliki

dukungan sosial yang lemah, utamanya pada emotional/informational support,

karena dari ruang lingkup sosial yang kecil yaitu keluarga sudah menjauhi dan

tidak menganggapnya.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian yang

dilakukan Elisabete (2007) di Sao Paulo, Brazil menunjukkan bahwa quality of

life hubungan sosial, dan lingkungan ODHA terlihat rendah. Pada studi lain Casa

& Fleck (2000) (dalam Fatiregun. et al, 2009) menyebutkan ODHA memiliki

tingkat quality of life yang lebih baik pada kesehatan fisik dan psikologis, tetapi

pada hubungan sosial memiliki quality of life yang buruk.


53

Pada penelitian ini juga terdapat lima variabel yang tidak memberikan

pengaruh secara signifikan terhadap quality of life, yaitu personal competance,

acceptance, tangible support, affectionate support, dan positive social interaction.

Personal competence dan acceptance of self and life dalam penelitian ini

merupakan kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan orang lain,

menyadari dan menangkap emosi yang muncul dari diri sendiri dan orang lain,

serta memahami dan merasakan emosi tersebut. Dalam penelitian ini tidak

memiliki pengaruh yang siginifikan.

Menurut Wagnild & Young (1993) definisi dari personal competence,

seseorang yang memiliki kemampuan kompetensi yang baik akan mampu

mengelola apa yang sedang dihadapinya dan kuat terhadap tekanan yang ada.

Secara umum apabila ODHA memiliki kompetensi yang baik maka ia mampu

mengontrol dan mengelola apa yang sedang dihadapinya dan mampu menerima

respon masyarakat terhadap dirinya. Kedua, acceptance of self and life adalah

penerimaan terhadap diri dan kehidupannya serta mampu beradaptasi dan

fleksibel terhadap lingkungannya. ODHA yang mampu fleksibel dan beradaptasi

dilingkungannya maka ia memiliki penerimaan diri yang baik.

Penelitian ini juga telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian

dengan ditemukan hasil variabel yang berpengaruh maupun yang tidak

berpengaruh secara signifikan. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan

dapat dikarenakan adanya keterbatasan yang terjadi dalam proses penelitian.

Peneliti tidak membandingkan alat ukur yang digunakan dengan alat ukur lain,

terutama untuk alat ukur resiliensi.


54

Adapun keterbatasan yang dimaksud diantaranya seperti keterbatasan

waktu responden dalam mengisi kuesioner, adanya responden yang tidak bersedia

merespon jawaban pada skala tertentu, sehingga mengisi sesuai dengan

pernyataan yang dipahaminya saja, maupun kurangnya variasi dari sampel.

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian,

peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Oleh

karena itu, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan

praktis agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

Selain itu, supaya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca, orang

tua, dan masyarakat umum, sehingga dapat mengambil manfaat dari

penelitian ini.

5.3.1 Saran metodologis

1. Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti pengaruh quality of life

pada sampel laki-laki dan perempuan yang baru terdiagnosa HIV/AIDS.

2. Dapat diperhatikan kembali dari bentuk – bentuk dukungan sosial,

utamanya terhadap emotional support, jenis pendekatan dukungan

sosial (emotional support) yang diperlukan untuk ODHA.

5.3.2 Saran praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa dimensi

emotional/informational support berpengaruh signifikan terhadap

quality of life ODHA. Untuk itu, peneliti menyarankan agar masyarakat

pada umumnya serta komunitas-komunitas, rekan-rekan pemerhati


55

HIV/AIDS agar lebih informatif bagi ODHA agar kualitas hidup

ODHA dapat meningkat, serta memberikan dukungan secara emosional

(mau mendengarkan keluh kesah, dsb).


DAFTAR PUSTAKA

Angermeyer, M., Holizinger, A., Maschinger, H., & Scengler. (2002). Depression
and quality of life: Result of a follow-up study. International Journal of Social
Psychiatry. 48, 189-199.
Astuti, A., & Budiyani, K. (2008). Hubungan antara dukungan sosial yang diterima
dengan kebermaknaan hidup pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Fakultas Psikologi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Block, J., & Kremen, A.M. (1996). IQ and ego-resiliency: Conceptual and empirical
connections and separateness. Journal of Personality and Social Psychology.
University of California, 70 (2), 349-361.
Browne, G. (2005). Housing, Social Support and People with Schizophrenia: A
grounded theory study comparing boarding houses and private homes. Issues
in Mental Health Nursing, 26, 311-326.
Cohen, S., & Syme, S. L. 1985. Issues in the study and application of social support.
Social Support an Health. San Fransisco. 3-22.
Connor, M. K., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of A New resilience Scale:
The Connor-Davidson Resilience Scae (CD-RISC). Research Article.
Depression and Anxiety, 18;76-82.
Diatmi, K., & Diah, I. G. A. F. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan
Kualitas Hidup pada Orang HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit
Paramacitta. Jurnal Psikologi Udayana. 2014. 1 (2), 353-362.
Dyrbye, L., & Shanafelt, T. (2012). Nurturning Resiliency in Medical Trainees.
Medical Education, 46; 343-348.
Elisabete, C., Santos, M. D., Ivan, F. J., & Fernanda, L. (2007). Quality of life of
people living with HIV/AIDS in São Paulo. Brazil. Rev Saúde Pública 2007;
741 (Suppl. 2) : 647.
Endarti, A. T. (2015). Kualitas Hidup Kesehatan. Konsep, Model, dan penggunaan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Fang, X., Vincent, W., Calabrese, S. K., Heckman, T. G., Sikkema, K. J., Humphries,
D. L., & Hansen, N. B. (2015). Resilience, stress, and life quality in older
adults living with HIV/AIDS. Aging & mental health, 19(11), 1015-1021.
DOI: https://dx.doi.org/10.1080%2F13607863.2014.1003287.

56
57

Farber, E., Schwartz, J., Schaper, P., Moonen, D., & McDaniel, S. (2000). Resilience
factors associated with HIV disease. Psychosomatics. 41, 140-146.
Fatiregun, A. A., Mofolorunsho, K. C., & Osagbemi, K. G. (2009). Quality of life
people living with HIV/AIDS in Kogi State. Nigeria. Benin Journal of
Postgraduate Medicine, 11, 21-27.
Handayani, F., & Dewi, F. S. T. 2017. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup
Orang dengan HIV/AIDS di Kota Kupang. Berita Kedokteran Masyarakat.
33(11). 509-514.
Info DATIN. 2014. Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan
Analisis HIV/AIDS
Jaeschke, R., Guyatt, G. H., & Cook, D. (1992). Quality of life Instruments in the
Evaluation of New Drugs. Pharmaco Economics. 1 (2): 84-94.
Khaerani, M. N., & Izzaturohmah. (2018). Peningkatan Resiliensi Perempuan Korban
Pelecehan Seksual Melalui Pelatihan Regulasi Emosi. Jurnal Penelitian
Psikologi. 3 (1).
Khan Hena. (2015). Effect of Resilience and Social Support on Immune – Activation
in HIV Positive People. The International Journal of Indian Psychology.
Lawford, J. & Eiser, C. (2001). Exploring links between the concept of quality of life
and resilience. Journal of Pediatric Rehabilitation. 4: 209-216.

Mannix, M. M., Feldman, J. M., & Moody, K. (2009). Optimism and health‐related
quality of life in adolescents with cancer. Child: care, health and development,
35(4), 482-488. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365- 2214.2008.00934.x
Noviarini, N. A., Dewi, M. P., & Prabowo, H. (2013). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Pecandu Narkoba Yang Sedang
Menjalani Rehabilitasi. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur & Teknik Sipil). Vol. 5.
Ong, A. D., Bergeman, C. S., Bisconti, T. L., & Wallace, K. A. (2006). Psychological
resilience. positive emotions and successful adaptation to stress in later life.
Journal of Personality and Social Psychology, 91, 730–749.
PKBI. (2015). Penularan HIV/AIDS Terbesar di Indonesia Ternyata di Dalam
Rumah. Diakses dari http://pkbi.or.id/pkbi-penularan-hivaids-terbesar-di-
indonesia-ternyata-di-dalam-rumah/. Ttanggal 20 Januari 2016.
58

Rahmawati, D. B., Listiyandini, R. A., Rahmatika, R. (2019). Resiliensi Psikologis


dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Hidup terkait Kesehatan pada Remaja di
Panti Asuhan. Jurnal Magister Psikologi UMA. 11, 21-30.
Rojas, L. F. (2015). Factor Affecting Academic Resilience in Middle School
Students: A Case Study. Gist Education and Learning Research Journal, 11,
63-78.
Saputra, Bayu Teguh. 2009. Hubungan kepribadian ketangguhan (Hardiness) dan
kecerdasan emosional dengan depresi pada orang dengan HIV-AIDS
(ODHA). Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Skripsi. Tidak diterbitkan.
Sarafino, E. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. 7th ed. Canada:
John Wiley & Son, Inc.
Sherbourne, C. D. & Stewart, A. L. (1991). The MOS social support survey. Social
Science & Medicine, 32(6), 705-714.
Strauss, B., Brix, C., Fischer, S., Leppert, K., Füller, J., Roehrig, B. (2007). The
influence of resilience on fatigue in cancer patients undergoing radiation
therapy (RT). Journal of cancer research and clinical oncology, 133(8), 511-
518.
Theofilou, P. (2013). Quality of life: Definition and Measurement. Europe’s Journal
of Psychology. 9 (1) : 150-162.
Tugade, M. M. & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient individuals use positive
emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of
Personality and Social Psychology. 86. 320–333.
Uchino, B. N. (2009). Understanding the Links Between Social Support and Physical
Health; A Life span perspective with emphasis on the separability of
perceived and received support. Association for Psychological Science, 4. (3),
236-255.
Utami, C. T. & Helmi, A. F. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan
Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 25 (1), 54-65.
Wagnild, G. M. & Young, H. M. (1993). Development and psychometric evaluation
of the resilience scale. Journal of Nursing measurement, 1, (2), 165-178.
WHO. 2015. HIV/AIDS. Diakses dari
http://www.who.int/mediacntre/factsheets/fs360/en/. Tanggal 8 Mei 2016.
59

WHOQOL-BREF. 1997. Measuring Quality of life. the world health organization


quality of life instruments (the whoqol-100 and the whoqol-bref).
WHOQOL-BREF. 1997. US Version. University of Washington Seattle. Washington:
United State of America.
LAMPIRAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam Sejahtera,

Saya, Naufal Hakim mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah

Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Kualitas hidup

ODHA di Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan rekan-rekan untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. Silahkan rekan-rekan mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk yang diberikan. TIDAK

ADA JAWABAN YANG BENAR ATAU SALAH dalam kuesioner ini. Pilihlah jawaban sesuai dengan

keadaan rekan-rekan saat ini. Data diri dan jawaban rekan-rekan sekalian akan sangat bermanfaat bagi

penelitian dan dijamin KERAHASIAANNYA.

Atas perhatian dan partisipasinya, peneliti ucapkan terima kasih.

Hormat Peneliti,

NaufalHakim

60
61

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. (WAJIB
DIISI)

Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin : □ Laki-Laki □ Perempuan


Tahun Terdiagnosa HIV :

Tempat berobat :

Lamanya pengobatan :

Status : □ Belum Menikah □ Menikah


□ Cerai Mati □ Cerai Hidup
Pekerjaan : □ Pegawai Negeri □ Wiraswasta
□ Pegawai Swasta □ Tidak Bekerja
Penghasilan : □ < 1 Jt □ > 4Jt
□ 1-4 Jt
Tempat tinggal : □ Rumah Pribadi □ Rumah Orangtua
□ Kontrak

Ttd,

(..............................)
62

SKALA A

PETUNJUK

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan
dan hal- hal lain dalam hidup anda. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai.
Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan
yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan
jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian
anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda dalam 4
minggu terakhir. Sebagai Contoh, pikirkan dalam dua minggu terakhir pertanyaan
berikut:

Tidak Buruk Biasa- Baik Sangat


Sama biasa saja baik
Sekali
Apakah Anda medapatkan dukungan 1 2 3 4 5
yang anda butuhkan dari orang sekitar
anda?

Lingkari nomor yang menurut anda adalah jawaban yang tepat, yang anda rasa anda
mendapatkan dukungan yang anda butuhkan dari orang sekitar dalam dua minggu
terakhir. Misal, anda merasa cukup mendapatkan dukungan yang anda butuhkan dengan
baik, maka lingkari nomor 4.

Tidak Buruk Biasa- Baik Sangat


Sama biasa saja baik
Sekali
Apakah Anda medapatkan dukungan 1 2 3 4 5
yang anda butuhkan dari orang sekitar
anda?

Bacalah beberapa pertanyaan berikut, pikirkan dan rasakan, kemudian lingkari skala 1-5
yang merupakan jawaban terbaik anda.

Sangat Buruk Biasa-biasa Baik Sangat


buruk saja baik
1. Bagaimana menurut anda 1 2 3 4 5
kualitas hidup anda?
63

Sangat tidak Tidak Memuaskan Sangat


Biasa-
memuas-kan memuaskan memuas-kan
biasa
saja
2. Seberapa puas anda 1 2 3 4 5
terhadap kesehatan
anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa banyak anda telah mengalami hal-hal berikut
ini dalam dua minggu terakhir.

Tidak
Sedikit Sering Sangat Selalu
sama
sering
sekali
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda
menghambat anda dalam beraktivitas 5 4 3 2 1
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda membutuhkan terapi
medis untuk dapat berfungsi dalam 5 4 3 2 1
kehidupan sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda dapat menikmati hidup 1 2 3 4 5
anda?
6. Seberapa jauh anda merasa hidup anda
1 2 3 4 5
berarti?

Tidak Sedikit Sering Sangat Selalu


sama sering
sekali
7. Seberapa jauh anda mampu berkonsentrasi? 1 2 3 4 5

8. Secara umum, seberapa sering anda merasakan 1 2 3 4 5


aman dalam hidup?
9. Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal 1 2 3 4 5
(berkaitan dengan sarana dan prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4
minggu terakhir?

Tidak
Sama
64

Sekali Sedikit Sedang Seringkali Selalu

10. Apakah anda memiliki vitalitas yang


1 2 3 4 5
cukup untuk beraktivitas sehari-hari?
11. Apakah anda dapat menerima
1 2 3 4 5
penampilan tubuh anda?
12. Apakah anda memiliki uang untuk
1 2 3 4 5
memenuhi kebutuhan anda?
13. Seberapa mudah informasi yang anda
perlukan dapat anda peroleh setiap 1 2 3 4 5
harinya?
14. Apakah anda memiliki kesempatan
1 2 3 4 5
untuk bersenang-senang/rekreasi?

Sangat Biasa-biasa
Buruk Baik Sangat
Buruk Saja
Baik

15. Seberapa baik kemampuan anda


1 2 3 4 5
dalam bergaul?

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa baik / seberapa anda merasa nyaman anda
mengalami hal-hal berikut ini dalam dua minggu terakhir?

Sangat Tidak Biasa- Memuas- Sangat


tidak Memuas- biasa kan memuaskan
memuas- kan saja
kan
16. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
dengan tidur anda?
17. Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan anda 1 2 3 4 5
untuk menampilkan aktivitas
kehidupan anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
dengan kemampuan anda
untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
terhadap diri anda?
65

20. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5


dengan hubungan personal /
sosial anda?
21. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
dengan kehidupan seksual
anda?
22. Seberapa puaskah anda dengan
dukungan yg anda peroleh dari 1 2 3 4 5
teman anda?
23. Seberapa puaskah anda
1 2 3 4 5
dengan kondisi tempat anda
tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
akses anda pada layanan
kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda dengan
1 2 3 4 5
transportasi yang harus anda
jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam dua minggu terakhir.

Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu


pernah sering sering
26. Seberapa sering anda memiliki
perasaan negatif seperti ‘feeling 5 4 3 2 1
blue’ (kesepian), putus asa, cemas
dan depresi?

SKALA B

PETUNJUK

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai resiliensi (ketahanan diri) anda. Baca dan
pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan ini sesuai dengan
kondisi diri anda, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban yang telah
tersedia.

STS : Sangat Tidak Sesuai


66

TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai

Sangat Tidak Tidak Sangat


No Pernyataan Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai

Saya mematuhi setiap rencana yang saya


1
buat kedepan.

Saya dapat mengelola sesuatu dengan


2
satu atau lain cara.

Saya dapat bergantung pada diri sendiri


3
daripada orang lain.

Saya selalu tertarik dengan hal-hal yang


4
saya anggap penting.

Saya dapat menjadi diri saya jika saya


5
inginkan.

Saya merasa bangga dengan apa yang


6
telah saya capai.

Saya merasa bahwa saya dapat


7
mengatasi segalanya kapanpun.
8 Saya memiliki tekad.
9 Saya dapat melewati situasi yang sulit.
10 Saya memiliki disiplin diri.

11 Saya selalu tertarik dengan sesuatu.


12 Saya percaya dengan diri sendiri.

Saya dapat diandalkan oleh oranglain


13
dalam keadaan mendesak.

Saya dapat melihat situasi dari berbagai


14
sudut pandang.
67

15 Terkadang saya menyibukkan diri.

Saya dapat menemukan solusi dalam


16
keadaan sulit.

Saya merasa cukup dengan apa yang


17
telah saya lakukan.

Saya dapat menghadapi segala sesuatu


18
dengan tenang.
19 Saya adalah teman bagi diri saya sendiri.

Saya jarang menanyakan hal yang saya


20
anggap tidak penting.

Pada suatu hari saya akan mendapatkan


21
apa yang saya inginkan.

Saya mudah tertawa untuk hal-hal yang


22
lucu.

23 Saya merasa hidup saya berarti.

Saya tidak memikirkan sesuatu yang saya


24
anggap tidak penting.

Saya tidak masalah jika seseorang tidak


25
menyukai saya.

SKALA C

PETUNJUK

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai dukngan sosial. Baca dan pahami baik-
baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan ini sesuai dengan kondisi diri
anda, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban yang telah tersedia.

STS : Sangat Tidak Sesuai


TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
68

SS : Sangat Sesuai

Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Sesuai
Sesuai Sesuai
Sesuai

Saya ingin ada seseorang untuk


1
mendengarkan saya.

Saya ingin ada seseorang yang percaya


2
dengan saya.

Saya ingin seseorang yang mau berbagi


3
dengan saya.

Saya ingin seseorang yang dapat memahami


4
masalah saya.

Saya ingin seseorang dapat memberikan


5
nasihat yang baik kepada saya.

Saya ingin seseorang memberikan informasi


6
kepada saya .

Saya ingin seseorang memberikan


7
informasi yang saya inginkan.

Saya ingin seseorang memberikan saran


8
kepada saya.

Saya ingin seseorang membantu jika saya


9
hanya bisa berbaring ditempat tidur.

Saya ingin seseorang membawa saya ke


10
dokter ketika sakit.

Saya ingin seseorang menyiapkan makan


11
untuk saya.

Saya ingin seseorang dapat membantu


12
tugas harian saya.

Saya ingin seseorang meluangkan waktunya


13
untuk saya.
69

Saya ingin seseorang dapat bersantai


14
dengan saya.

Saya ingin seseorang melakukan sesuatu


15
yang menyenangkan untuk saya.

Saya ingin seseorang menunjukkan rasa


16
cinta dan kasih sayang kepada saya.

17 Saya ingin seseorang dapat memeluk saya.

18 Saya ingin seseorang dapat mencintai saya.


70

SYNTAX & PATH DIAGRAM

QUALITY OF LIFE
71

SETELAH MODIFIKASI

(Path diagram dalam tampilan zoom in)


72

UJI VALIDITAS QUALITY OF LIFE


Number of Iterations = 10
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
QL1 0.65
(0.13)
4.86
QL2 0.87
(0.13)
6.78
QL3 0.98
(0.12)
7.91
QL4 0.83
(0.13)
6.48
QL5 0.82
(0.13)
6.36
QL6 0.89
(0.13)
7.06
QL7 0.88
(0.13)
6.94
QL8 0.65
(0.13)
4.83
QL9 0.57
(0.14)
4.19
QL10 0.74
(0.13)
5.62
QL11 0.38
(0.14)
2.73
QL12 0.72
(0.13)
5.40
QL13 0.64
(0.13)
4.79
QL14 0.37
73

(0.14)
2.66
QL15 0.32
(0.14)
2.29
QL16 0.64
(0.13)
4.78
QL17 0.61
(0.14)
4.55
QL18 0.16
(0.14)
1.10
QL19 0.72
(0.13)
5.46
QL20 0.41
(0.14)
2.97
QL21 0.64
(0.13)
4.75
QL22 0.41
(0.14)
2.93
QL23 0.01
(0.14)
0.06
QL24 0.23
(0.14)
1.63
QL25 0.52
(0.14)
3.82
QL26 0.64
(0.13)
4.77

RESILIENSI
PERSONAL COMPETENCE
74

UJI VALIDITAS RESILIENSI Personal Competence


Number of Iterations = 5
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
LAMBDA-X
SA
--------
PC1 0.84
(0.03)
24.15
PC2 0.77
(0.04)
21.99
PC3 0.82
(0.03)
24.80
PC4 0.85
(0.03)
24.88
PC5 0.85
(0.04)
23.87
PC6 0.81
(0.04)
19.84
PC7 0.89
(0.04)
24.06
PC8 0.94
(0.04)
75

26.76
PC9 0.85
(0.03)
25.65
PC10 0.81
(0.03)
25.28
PC11 0.91
(0.03)
26.34
PC12 0.81
(0.03)
23.88
PC13 0.78
(0.04)
19.96
PC14 0.58
(0.04)
14.19
PC15 0.62
(0.03)
18.41
PC16 0.82
(0.03)
24.74
PC17 0.86
(0.03)
27.63

ACCEPTED OF SELF AND LIFE


76

UJI VALIDITAS RESILIENSI Accepted


Number of Iterations = 30
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
RA1 0.65
(0.08)
7.78
RA2 0.61
77

(0.09)
6.83
RA3 0.24
(0.10)
2.43
RA4 0.96
(0.07)
13.01
RA5 0.84
(0.08)
10.78
RA6 0.87
(0.08)
11.03
RA7 0.80
(0.08)
9.82
RA8 0.22
(0.09)
2.30

DUKUNGAN SOSIAL
EMOTIONAL INFORMATIONAL SUPPORT
78

UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL Emotional Informational Support


Number of Iterations = 17
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
EIS1 0.68
(0.08)
8.18
EIS2 0.78
(0.08)
9.65
79

EIS3 0.92
(0.07)
12.69
EIS4 0.99
(0.07)
14.37
EIS5 0.82
(0.08)
10.80
EIS6 0.81
(0.08)
10.47
EIS7 0.86
(0.08)
11.43
EIS8 0.83
(0.08)
10.39

TANGIBLE SUPPORT

UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL Tangible Support


Number of Iterations = 8
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
TS1 0.76
(0.09)
8.69
TS2 0.86
(0.08)
11.00
TS3 0.91
80

(0.08)
11.58
TS4 0.77
(0.08)
9.44

AFFECTIONATE SUPPORT

UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL Affectionate Support


Number of Iterations = 0
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
AS1 0.72
(0.09)
8.37
AS2 0.81
(0.08)
9.71
AS3 0.94
(0.08)
11.77
81

POSITIVE SOCIAL INTERACTION

UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL Positive Social Interaction


Number of Iterations = 0
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
SA
--------
PSI1 0.81
(0.08)
9.97
PSI2 1.10
(0.07)
16.23
PSI3 0.63
(0.09)
7.27
82

OUTPUT REGRESI
Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of the Change Statistics


Square Square Estimate R Square F df1 df2 Sig. F
Change Change Change
a
1 ,809 ,654 ,634 6,04849 ,654 33,068 6 105 ,000

a. Predictors: (Constant), TPSI, TAS, TTS, TRA, TEIS, TRPC

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
Regression 7258,650 6 1209,775 33,068 ,000

1 Residual 3841,350 105 36,584

Total 11100,000 111

a. Dependent Variable: TQOL


b. Predictors: (Constant), TPSI, TAS, TTS, TRA, TEIS, TRPC

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 8,097 3,134 2,584 ,011

TRPC ,256 ,179 ,256 1,426 ,157

TRA ,018 ,156 ,018 ,114 ,909

1 TEIS ,422 ,176 ,422 2,396 ,018

TTS ,042 ,147 ,042 ,286 ,776

TAS ,100 ,141 ,100 ,705 ,482

TPSI ,000 ,146 ,000 ,003 ,998

a. Dependent Variable: TQOL


83

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error of the Change Statistics


Square Square Estimate R Square F df1 df2 Sig. F
Change Change Change
a
1 ,778 ,606 ,602 6,30761 ,606 168,993 1 110 ,000
b
2 ,782 ,612 ,604 6,28921 ,006 1,645 1 109 ,202
c
3 ,807 ,651 ,642 5,98498 ,040 12,363 1 108 ,001
d
4 ,808 ,652 ,639 6,00630 ,001 ,235 1 107 ,629
e
5 ,809 ,654 ,638 6,01990 ,002 ,517 1 106 ,474
f
6 ,809 ,654 ,634 6,04849 ,000 ,000 1 105 ,998

a. Predictors: (Constant), TRPC


b. Predictors: (Constant), TRPC, TRA
c. Predictors: (Constant), TRPC, TRA, TEIS
d. Predictors: (Constant), TRPC, TRA, TEIS, TTS
e. Predictors: (Constant), TRPC, TRA, TEIS, TTS, TAS
f. Predictors: (Constant), TRPC, TRA, TEIS, TTS, TAS, TPSI

Anda mungkin juga menyukai