Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Naufal Hakim
1112070000101
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H / 2019 M
Motto
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2019
C) Naufal Hakim
D) Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Quality of Life Orang
Dengan HIV AIDS (ODHA) Di Jakarta.
E) XIV + 82 hal + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh resiliensi
(personal competence, acceptance of self and life) dan dukungan sosial (
dukungan emosional, dukungan tangible, dukungan informasi, dukungan
persahabatan, positive social interaction, affectionate support) terhadap
Quality of Life (QoL) orang dengan HIV AIDS (ODHA). Partisipan dalam
penelitian ini adalah orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Jakarta yang
berjumlah 112 orang. Sampel dipilih dengan teknik nonprobability
sampling dengan convenience sampling, dimana subjek dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dibuat oleh peneliti dan kesediaan
subjek untuk merespon. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan
untuk menguji validitas alat ukur, dan multiple regression analysis
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Manfaat dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang psikologi klinis, serta bagi profesi kesehatan lainnya
dapat memberikan gambaran mengenai Quality of Life(QoL).
G) Bahan bacaan : 38 ; 7 situs web + 1 buku + 30 jurnal
H) Kata kunci: Resiliensi, Quality of Life, ODHA, Dukungan Sosial
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Naufal Hakim
D) Effect of Resilience and Social Support on the Quality of Life of People with
HIV AIDS (PLWHA) in Jakarta.
E) XIV + 82 pages + attachment
F) This research was conducted to determine the significance of the effect of
resilience (personal competence, acceptance of self and life) and social support
(emotional support, tangible support, information support, friendship support,
positive social interaction, affectionate support) on Quality of Life (QoL) people
with HIV AIDS (PLWHA). Participants in this study were 112 people with HIV
AIDS (PLWHA) in Jakarta. Samples were selected using a nonprobability
sampling technique with convenience sampling, where subjects were selected
based on the criteria that were made by the researcher and subject's willingness to
respond. CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of
measuring instruments, and multiple regression analysis is used to test research
hypotheses. The benefits of this research are expected to be able to contribute to
science, especially in the field of clinical psychology, as well as for other health
professions to provide an overview of Quality of Life (QoL).
G) Reading material: 38; 7 websites + 1 book + 30 journals
H) Keywords: Resilience, Quality of Life, PLWHA, Social Support
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya. Tidak terlupa dalam yang selalu tercurah kepada suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW. dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur
untuk segala anugerah yang yang tiada terkira, sehingga saat ini penulis dapat
melalui proses studi dan menyelesaikan sebagian syarat untuk mengakhiri
pendidikannya, yakni skripsi.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak
pihak yang senantiasa membimbing penulis dengan cara memberikan ide-ide
ataupun tukar pikiran. Oleh karena itu, perkanankanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah
memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psikolog, dosen pembimbing penulis
dan dosen pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga,
dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan, memberikan inspirasi
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, serta memberikan
motivasi setiap semesternya agar penulis bisa menyelesaikan perkuliahan
dengan sebaik-baiknya.
3. Seluruh dosen, staf pegawai perpustakaan, bidang akademik, bidang
umum, dan bidang keuangan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan ilmu juga pembelajaran bagi
penulis, serta memudahkan penulis dalam proses administrasi.
4. Kedua orang tua tercinta, Ayah Muhammad Taufik dan Mamah Chairani,
istri tercinta , Noura Noormania, serta seluruh keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan tak hentinya mendo’akan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
5. Teman-teman angkatan 2012, terima kasih banyak atas kritik dan saran
yang telah diberikan selama ini. Terutama kelas C, terima kasih telah
memberikan banyak pembelajaran baik di dalam ataupun di luar kelas.
6. Sahabat-sahabat tersayang penulis, teman-teman angkatan psikologi UIN
Jakarta 2012, terima kasih telah menemani penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
penulis haturkan yang sebesar-besarnya, untuk do’a dan dukungan selalu
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, tetapi Allah
SWT pasti akan membalasnya berlipat ganda. Tak ada gading yang tak retak,
penulis penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan juga saran selalu diharapkan, guna menghasilkan karya yang lebih
baik lagi. Semoga skripsi ini dapat diwujudkan dan nantinya akan bermanfaat
bagi semua kalangan yang membacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................................. 6
1.2.1. Pembatasan masalah ......................................................................... 6
1.2.2. Perumusan masalah ........................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
x
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 23
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 24
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 25
3.4. Blueprint Quality of Life ................................................................................ 51
3.5. Blueprint Resiliensi ........................................................................................ 27
3.6. Blueprint Dukungan Sosial ............................................................................ 28
3.7. Prosedur Pengujian Alat Ukur ....................................................................... 28
3.7.1. Uji validitas konstruk ....................................................................... 29
3.7.2. Hasil uji validitas konstruk quality of life ........................................ 30
3.7.3. Hasil uji validitas konstruk resiliensi ............................................... 32
3.7.4. Hasil uji validitas konstruk dukungan sosial .................................... 34
3.8. Metode Analisis Data .................................................................................... 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert ................ 26
Tabel 3.2 Blueprint skala quality of life .................................................................... 26
Tabel 3.3 Blueprint skala Resiliensi ......................................................................... 27
Tabel 3.4 Blueprint skala Dukungan Sosial .............................................................. 28
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Q uality of life ........................................................... 30
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Personal Competence ................................................ 32
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Acceptance of Self and Life ........................................ 34
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Emotional/Informational Support ............................... 35
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Tangible Support ....................................................... 36
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Affectionate Support ................................................ 37
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Positive Social Interaction ....................................... 37
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang
sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau
timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Akibat
menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit
infeksi yang sering berakibat fatal. Penderitanya hanya diberikan obat untuk
memperlambat penyebaran virus dalam tubuh. AIDS merupakan tahap akhir dari
infeksi HIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan
Indonesia, ibu rumah tangga menempati tempat teratas. Jumlahnya mencapai 6.539 di
tahun 2014. Data ini dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
sebanyak 35 juta orang. Di Indonesia, jumlah ODHA sejak 1987 sampai september
2014 sebanyak 150.296 orang. Berdasarkan laporan provinsi, jumlah kasus infeksi
HIV yang dilaporkan sejak 1987 sampai September 2014 yang terbanyak adalah
1
2
Sebagian besar ODHA adalah pekerja seks komersial, pengguna narkoba jarum
HIV/AIDS. Hasil elisitasi di RSUD Cengkareng, rata-rata orang terkena HIV akibat
dari pergaulan bebas serta lingkungan yang kumuh. Mereka yang terkena HIV/AIDS
berada pada usia produktif serta memiliki pekerjaan yang tidak tetap.
Menurut salah satu perawat RSUD Cengkareng, mereka yang dirawat karena
HIV/AIDS akibat penggunaan jarum, baik jarum suntik ataupun jarum yang
digunakan untuk tatto tubuh. Orang yang terkena HIV/AIDS dan dirawat di RSUD
Cengkareng rata-rata sudah dalam keadaan daya tahan tubuh yang lemah dan terkena
penyakit komplikasi seperti TBC dan hepatitis. Selain penggunaan jarum, tak sedikit
HIV menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh
manusia, sehingga mudah terkena berbagai infeksi. Beberapa ODHA menjadi lebih
cepat lelah, mengalami demam yang tidak kunjung hilang, penurunan berat badan
secara drastis hingga sering terkapar lemas di tempat tidur akibat dari infeksi HIV.
Menurut Joerban (dalam Astuti dan Budiyani, 2008), hampir 99% penderita
HIV/AIDS yang mengalami depresi berat, dimana pada saat mengetahui dirinya
mengidap penyakit HIV/AIDS, banyak ODHA yang tidak bisa menerima kenyataan
bunuh diri pada diri ODHA itu sendiri (dalam Astuti dan Budiyani, 2008). Pada
bahkan mereka tidak mampu untuk bekerja lagi. Ketidakmampuan ini telah
2017).
Menurut Strauss, Brix, Fischer, Leppert, Füller, Roehrig (2007) salah satu faktor
yang berkaitan dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang yaitu dengan memiliki
kesulitan dalam hidupnya. Individu yang resilien akan lebih tahan terhadap stres
sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku. Richard (dalam
Saputra, 2009) menjelaskan bahwa respon stres psikologi biasanya muncul saat
diagnosa diberikan kepada pasien, pasien bisa merasa tidak yakin, terkejut dan
melakukan penyangkalan serta diikuti dengan kemarahan dan kekacauan akut dengan
Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, maka ODHA harus mampu
mengatasi tekanan psikologis maupun tekanan fisik akibat dari penyakitnya tersebut.
Untuk itu ODHA membutuhkan sikap yang resilien. Connor dan Davidson (2003)
akan lebih tahan terhadap stress sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi
signifikan terhadap tingginya level dari quality of life pada orang yang mengidap
selama ini lebih banyak dilakukan pada subjek dengan kondisi penyakit fisik kronis,
dialami ODHA menunjukkan quality of life yang baik pada sisi agama, keyakinan
pribadi, fisik dan psikologis. Namun quality of life dalam hubungan sosial dan
lingkungan ODHA lebih rendah. Tingkat quality of life dalam hubungan sosial bisa
seperti hubungan pribadi, kegiatan seksual dan dukungan sosial ODHA memiliki efek
Hal ini juga dikuatkan dengan peneliti melakukan alloanamnesa dengan perawat
Jakarta. Mulanya pasien terinfeksi HIV/AIDS diketahui oleh keluarga. Sejak saat itu
keluarga tidak menganggap pasien sebagai bagian dari keluarga. Pasien sadar terkena
HIV/AIDS dan tetap ingin melanjutkan hidupnya bersama keluarga. Namun keluarga
menolak dan tidak menerima pasien. Sejak mendapat penolakan dari keluarga pasien
merasa dirinya tak lagi berguna. Kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh
menjenguknya. Ini merupakan salah satu contoh penolakan sosial dalam lingkungan
keluarga.
5
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elisabete, Santos,
Ivan dan Fernanda (2007) di Sao Paulo, Brazil menunjukkan bahwa quality of life
hubungan sosial, dan lingkungan ODHA terlihat rendah. Studi lain Casa dan Fleck
(2000) (dalam Fatiregun. et al, 2009) menyebutkan ODHA memiliki tingkat quality
of life yang lebih baik pada kesehatan fisik dan psikologis, tetapi pada hubungan
berjuang dari masalah sosial. Stigma negatif yang ada pada masyarakat yang
bantuan yang dirasakan individu dari orang lain atau kelompok lain. Menurut
Sarafino (2011) dengan adanya dukungan sosial ini maka seseorang akan merasa
dihargai, dicintai, dan merasa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga ODHA tidak
merasa terkesampingkan, serta memiliki resiliensi yang kurang baik, dan quality of
life yang berbeda-beda, maka peneliti ingin melihat quality of life yang dialami
ODHA dari cara mereka menyikapi dirinya terhadap penyakitnya dan perlakuan
dengan judul “Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Quality of life
sebagai berikut :
mereka dalam kehidupan, dalam konteks sistem budaya dan nilai dimana
mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan
signifikan antara Resiliensi, dan Dukungan Sosial terhadap Quality of life orang
ODHA ?
8
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh resiliensi, dan dukungan
sosial terhadap Quality of life Orang dengan HIV ADIS (ODHA), serta untuk
mengetahui variabel mana yang memberikan kontribusi besar terhadap Quality of life
Secara umum terdapat dua manfaat penelitian, antara lain manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang psikologi klinis dan juga
dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang hal-hal yang berkaitan
memperbaiki kualitas hidup mereka. Bagi mahasiswa psikologi dan profesi kesehatan
lainnya dapat memberikan gambaran mengenai Quality of life, dan diharapkan dapat
gambaran mengenai ODHA dan hubungan keluarga dengan kerabat, saudara yang
mengidap HIV menjadi lebih baik dengan adanya dukungan sosial sebagai
penyemangat bagi ODHA. Bagi pekerja sosial yang melayani, merawat ODHA
LANDASAN TEORI
luas meliputi bagaimana individu mengukur kebaikan dari beberapa aspek kehidupan
WHO mendefinisikan quality of life sebagai persepsi individu dari posisi mereka
dalam kehidupan, pada konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan
(WHOQOL 1997). Ini adalah konsep yang luas, berpengaruh sangat kompleks
evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks budaya, sosial dan lingkungan.
Karena definisi quality of life berfokus pada apa yang dirasakan subjek, dan tidak
untuk mengukur pada setiap gejala secara rinci mengenai penyakit atau kondisinya,
melainkan efek dari penyakit dan intervensi pada quality of life tersebut. Dengan
demikian, quality of life tidak bisa disamakan hanya sebagai istilah status kesehatan,
9
10
Dari uraian di atas, maka quality of life dapat didefinisikan sebagai persepsi
individu dari posisi mereka dalam kehidupan, pada konteks sistem budaya dan nilai di
mana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar
adalah :
1. Resiliensi
Menurut Strauss, et al. (2007) salah satu faktor yang berkaitan dalam
menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Individu yang resilien akan lebih tahan
terhadap stres sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku.
2. Dukungan sosial
domain, yaitu:
1. Physical health, meliputi pain and discomfort, energy and fatigue, sleep and
activity.
Menurut Jaeschke, Guyatt, dan Cook (1992), kulaitas hidup dapat diukur
dengan menggunakan pengukuran kualitas hidup yang teruji dengan baik. Dalam
mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehetan semua ranah akan
diukur dalam dua dimensi yaitu peilaian obyektif dari fungsi atas status keseheatan
dan persepsi sehat yang lebih subyektif. Walaupun dimensi obyejtif penting untuk
12
pengukuran kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep, cakupan, reliabilitas,
Instrumen untuk mengukur kualitas hidup dalam bentuk kuisioner dapat dibagi
hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini
yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua)
BREF (1997) yang terdiri dari 4 dimensi. Empat dimensi asli dari WHOQOL-BREF
13
HIV.
1.2 Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi
sulit. Orang yang tangguh adalah mereka yang dapat mempertahankan kesehatan
mental yang baik, baik sementara ataupun selamanya pada tantangan dan kesulitan
seperti kesulitan ekonomi (Werner dan Smith, 1992), serangan teror (Fredrickson,
Tugade, Waugh, dan Larkin, 2003), dan stress sehari-hari (Ong, Bergeman, Bisconti,
dari keterpurukan dan berhasil beradaptasi dengan tuntutan situasi stres (Tugade dan
psikologis mengacu koping dan adaptasi yang efektif meskipun dihadapkan dengan
kerugian, kesulitan atau kesukaran. Menurut (Blok dan Kremen, 1996; Wagnild dan
psikologis dalam menghadapi stres" (Keye dan Pidgeon, 2013 dalam Utami, Tanti,
Helmi, dan Fadilla, 2017). Selanjutnya Rojas (2015) menyatakan resiliensi sebagai
menghadapi pengalaman yang sulit dan tahu bagaimana menghadapi atau beradaptasi
dengannya.
coping saat dihadapkan pada tantangan hidup atau proses individu untuk tetap sehat
(wellness) dan terus memperbaiki diri (self repair). Resiliensi diangggap menjadi
proses dinamis yang memanifestasikan dirinya dalam menanggapi keadaan hidup dan
Resiliensi menurut Wagnild dan Young (1993) merupakan hasil kekuatan dari
Berdasarkan uraian di atas, maka resiliensi merupakan hasil kekuatan dari dalam
diri terhadap suatu keadaan. Mereka mengidentifikasi dua dimensi dari resiliensi,
yaitu:
15
Wagnild dan Young (1993) yang telah mengembangkan Resilience Scale yang
bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat resiliensi individu. Hal ini dianggap sebagai
terdiri dari 25 item, responden diminta untuk menjawab pada tingkat setuju atau tidak
setuju pada setiap item. Pernyataan semua item merupakan pernyataan positif dan
Walther dan Boyd (2002) (dalam Khan, 2015) mendefinisikan dukungan sosial
atau rujukan, untuk membantu mengurangi satu ketidakpastian atau stres. Singkatnya,
dukungan sosial mengacu pada bantuan yang diterima individu untuk meringankan
penerima.
16
sosial sebagai verbal dan komunikasi nonverbal antara penerima dan penyedia yang
mengurangi ketidakpastian tentang situasi, diri, atau hubungan yang lain, dan fungsi
penerimaan dari seseorang atau suatu kelompok terhadap individu yang menimbulkan
Cohen dan Syme (2000) istilah dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial
yang tersedia bagi seseorang atau yang diberikan oleh seseorang yang bukan
Cohen dan Syme (1985) mendefinisikan social support sebagai sumber daya yang
disediakan oleh orang lain. Melihat dukungan sosial dalam hal sumber daya
Dalam penelitian ini menggunakan definisi dari Cohen, yang digunakan juga oleh
Sherbourne dan Stewart (1991) yang menyatakan bahwa social support sebagai
sumber daya yang disediakan oleh orang lain. Hal ini dikarenakan definisi tersebut
menggambarkan sesuai dengan fenomena dan variabel yang peneliti lakukan. Selain
itu teori tersebut sudah dilakukan uji validitas pada alat ukurnya.
17
Sherbourne dan Stewart (1991) telah menguraikan lima dimensi utama dukungan
sosial:
memahami diri sendiri dan orang lain menjadi penguat bagi ODHA dalam
menjalankan kehidupannya.
merasa mendapat penerimaan yang baik dan didorong untuk sembuh serta
dirinya tidak berguna sehingga dampak dari itu adalah tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari seperti orang pada umumnya. Untuk itu dukungan materi
merupakan salah satu komponen yang penting bagi ODHA terutama dari
with you), adalah adanya interaksi sosial pada lingkungan tanpa diskriminasi
akan dukungan untuk dekat dengan orang lain serta dapat mengekspresikan
perasaan. Dari semua dukungan yang ada jika masyarakat pada umumnya,
maka ODHA akan merasa dirinya sama dengan kebanyakan orang lainnya
Support Measures dari Sherbourne dan Stewart (1991). Reliabilitas dari alat ukur ini
sebesar Alpha (α > 0.91). Korelasi antar item tangible support scale sebesar (0.72-
dan positive interaction scale (0.87-0.88). Peneliti memilih menggunakan alat ukur
ini karena dimensi yang diukur dalam alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok,
dibuktikan dengan nilai alpha yang besar dan alat ukur ini digunakan untuk mengukur
chronic illness.
kehidupan melalui sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam
seseorang yang terkena penyakit kronis seperti HIV/AIDS pada umumnya memiliki
kualitas hidup yang kurang karena merasa dirinya tidak berharga. QoL dipengaruhi
berbagai faktor seperti Resiliensi, (Acceptance of self and life, Personal Competence),
19
dalam menanggapi keadaan hidup dan profil kepribadian individu, dan merupakan
Izzaturrohmah, 2018).
Resiliensi merupakan hasil kekuatan dari dalam diri individu, sehingga mampu
Menurut Wagnild dan Young (1993) dimensi resiliensi terdiri dari, pertama
akan mampu mengelola apa yang sedang dihadapinya dan kuat terhadap tekanan yang
ada. Secara umum apabila ODHA memiliki kompetensi yang baik maka ia mampu
mengontrol dan mengelola apa yang sedang dihadapinya dan mampu menerima
respon masyarakat terhadap dirinya. Kedua, acceptance of self and life adalah
penerimaan terhadap diri dan kehidupannya serta mampu beradaptasi dan fleksibel
memotivasi kita dalam melakukan aktivitas ataupun dalam kondisi yang kurang
bentuk penerimaan dari seseorang atau suatu kelompok terhadap individu yang
20
(dalam Diatmi dan Diah, 2014). Terdapat lima dimensi pada social support,
adalah social relationship. Disebutkan bahwa social relationship terdiri dari personal
relationship, social support dan sexual activity. Secara umum dukungan sosial
Angermeyer (2002) (dalam Noviarini, 2013) menyebutkan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan kualitas hidup adalah adanya dukungan sosial, apabila dukungan
sosial berkurang maka kualitas hidup akan menurun. Menurut Ceballo dan McLoyd
(dalam Noviarini, 2013) dalam lingkungan yang baik, dukungan sosial lebih efektif.
Sumber dukungan sosial yang paling penting adalah dari pasangan, orang tua dan
keluarga. Dengan pemahaman tersebut individu akan tahu kepada siapa ia akan
mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginan yang spesifik,
sehingga dukungan sosial mempunyai makna berarti bagi kedua belah pihak. Hasil
paling sering diberikan adalah dari pasangan, keluarga dan orang tua karena mereka
Sherbourne & Stewart (1991) menguraikan lima dimensi dukungan sosial, yaitu
melalui ekspresi sehari-hari, memiliki rasa empati, mampu memahami diri sendiri dan
orang lain menjadi penguat bagi ODHA dalam menjalankan kehidupannya. Kedua,
Dukungan informasi ini dibutuhkan bagi ODHA agar dirinya merasa mendapat
penerimaan dan didorong untuk sembuh serta semangat dalam menjalani hidupnya.
yaitu dukungan materi yang diperlukan mengingat ODHA menganggap dirinya tidak
berguna sehingga dampak dari itu adalah tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti orang pada umumnya. Untuk itu dukungan materi merupakan salah satu
komponen yang penting bagi ODHA terutama dari keluarga, saudara atau sahabat
fun things with you) adalah adanya interaksi sosial pada lingkungan tanpa
diskriminasi atau membedakan ODHA dengan orang pada umumnya. Dengan adanya
perlakuan yang berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnyan dan ini akan
expressions of love and affection) kebutuhan akan dukungan untuk dekat dengan
orang lain serta dapat mengekspresikan perasaan. Dari semua dukungan yang ada jika
menerapkan pada ODHA maka ODHA akan merasa dirinya sama dengan kebanyakan
orang lainnya. Sehingga kualitas hidupnya pun baik, tidak terbelenggu dengan apa
yang diidapnya. Semangat hidup akan meningkat dan merasa mampu untuk
22
mendapatkan hak hidup yang sama dan layak seperti orang yang lainnya. Adapun
kerangka berpikir dalam penelitian ini tertera pada bagan sebagai berikut:
Resiliensi
Personal Competence
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan acceptance of self and life terhadap
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan emotional support terhadap Quality of life
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan tangible support terhadap Quality of life
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang didiagnosa menderita HIV/AIDS
di Jakarta dengan rentang usia 21-55 tahun. Hal ini dikarenakan peneliti ingin
melihat bagaimana quality of life dari penderita HIV/AIDS pada usia produktif.
Data diambil di beberapa puskesmas yang tersebar di wilayah Jakarta Utara dan
Jakarta Timur mulai tanggal 26 September 2017 sampai dengan tanggal 20 Mei
2018.
berikut: (1) HIV dan AIDS selama lebih dari 1 tahun, (2) usia 21-55 tahun, (3)
pria atau wanita (4) berdomisili di Jakarta. Sampel pada penelitian ini bersifat non
akan menjadi sampel tidak dapat diketahui. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dalam penelitian. Teknik sampling secara accidental ini juga dapat mempermudah
dengan baik dan penuh tanggung jawab. Jumlah sampel untuk penelitian ini
24
25
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel terikat
independent variabel yaitu resiliensi (acceptance of self and life, dan personal
dukungan sosial, resiliensi dan Quality of life (QoL) orang dengan HIV/AIDS
(ODHA). Instrumen pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
berupa:
netral.
selalu/sangat sesuai = 4.
selalu/sangat sesuai = 1.
Tabel 3.1.
Bobot Nilai
Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak
Pernyataan
Setuju (SS) (S) Setuju (TS) Setuju (STS)
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
menggunakan empat variabel yang diukur. Oleh karena itu pernyataan bahwa
Quality of life (QoL) terdiri dari beragam dimensi physical health, psychological,
Tabel 3.2
Blueprint skala Quality of life
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Physical Pain and discomfort, energy and 1,2, 3,4 Seberapa jauh
Health fatigue, sleep and rest, and 16,1 rasa skit fisik
symptom of HIV infection 7,17 anda menghambat
,18 anda dalam
beraktivitas sesuai
kebutuhan anda ?
Psychological Positive feeling, thinking, learning, 5,6, Apakah anda
memory, and concentration; 7,11 dapat menerima
selfesteem; body image and ,19, penampilan tubuh
appearance; and negative feelings 14 anda ?
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Environtment Physical safety and security; home 8,9, Seberapa puaskah
environment; financial resources; 12,1 anda dengan
health and social care, accessibility 3,23 kondisi tempat
and quality; opportunities for ,24, tinggal anda saat
acquiring new information and 25 ini ?
skills; participation in and
opportunities for recreation/leisure
activities; physical environment
(pollution, noise, traffic, climate);
and transport
Jumlah
3.5. Resiliensi
Resilience Scale (RS) yang telah dikembagkan oleh Wagnild dan Young
(1993). Penulis mengambil item yang telah dibuat oleh Wagnild dan Young
yang positif yang mewakili dua dimensi dari resiliensi, yaitu: personal
Tabel 3.3
Blueprint skala Resiliensi
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Personal Mencerminkan kemandirian, 1,2,3,4,5, Saya dapat
Competence tekad, daya pikir yang kuat. 6,7,8,9,1 mengendalikan segala
0,11,12,1 hal.
3,14,15,1
6,17
Acceptance Mencerminkan sebuah rasa 18,19,20, Saya berteman dengan
Of Self and perdamaian, kemampuan 21,22,23, diri saya.
Life beradaptasi dan fleksibel 24,25
Jumlah
29
penelitiannya Sherbourne dan Stewart (1991). Reliabilitas dari alat ukur ini
sebesar Alpha Chronbach (α > 0.91). Korelasi antar item tangible support
(0.87-0.88).
Tabel 3.4.
Blueprint skala dukungan sosial
No Item
Dimensi Indikator Contoh Item
Fav Unfav
Emotional Ekspresi positif , empathetic 1,2,3, Saya merasa bahagia
Support understanding,encourageme 4 jika mendapat dukungan
nt of expressions of feelings dari keluarga
Informational The offering of advice, 5,6,7, Saya merasa terbantu
support information, guidance or 8 dengan adanya arahan
feedback dari oranglain
Tangible The provision of material 9,10, Saya merasa senang jika
Support aid or behavioral asisstance 11,12 orang lain dapat
membantu
Positif Social The availability of other 13,14 Saya merasa senang jika
interaction persons to do fun things with ,15 dapat liburan bersama
you keluarga
Affectionate Involving expressions of love 16,17 Saya merasa nyaman
support and affection ,18 jika dekat dengan
keluarga
Jumlah
Untuk menguji validitas konstruk setiap item pada penelitian ini, peneliti
Namun agar pembaca lebih memahami apa yang dipaparkan pada subbab ini,
30
yang valid dan yang tidak valid. Adapun logika dari CFA (Umar. 2010) adalah:
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu hal saja dan semua item
dalam satu subtes hanya mengukur satu faktor subtes. Artinya seluruh
dengan ∑ - S = 0.
dengan chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p > 0.05, maka
tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya satu
faktor saja.
31
menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut
tidak dapat mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang
Pada subbab ini, peneliti menguji apakah 26 item mengenai quality of life
life. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor ternyata tidak fit, chi
square = 402.41, df= 299, P-value= 0.00006, dan RMSEA= 0.056. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pada beberapa item
dibolehkan atau dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh
0.030. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
32
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Quality of life
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.13 4.86 V
2 0.87 0.13 6.78 V
3 0.98 0.12 7.91 V
4 0.83 0.13 6.48 V
5 0.82 0.13 6.36 V
6 0.89 0.13 7.06 V
7 0.88 0.13 6.94 V
8 0.65 0.13 4.83 V
9 0.57 0.14 4.19 V
10 0.74 0.13 5.62 V
11 0.38 0.14 2.73 V
12 0.72 0.13 5.40 V
13 0.64 0.13 4.79 V
14 0.37 0.14 2.66 V
15 0.32 0.14 2.29 V
16 0.64 0.13 4.78 V
17 0.61 0.13 4.55 V
18 0.16 0.14 1.10 X
19 0.72 0.14 5.46 V
20 0.41 0.14 2.97 V
21 0.64 0.13 4.75 V
22 0.41 0.14 2.93 V
23 0.01 0.14 0.06 X
24 0.23 0.14 1.63 X
25 0.52 0.14 3.28 V
26 0.64 0.13 4.77 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.5 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan
semua koefisien bermuatan positif, kecuali item 18 nilai-t = 1.10, item 23 nilai-t =
0.06, dan item 24 nilai-t = 1.63. Dengan demikian, item tersebut akan di-drop.
Langkah terakhir yaitu item-item quality of life yang tidak di-drop akan
dihitung skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias
score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang
bermuatan positif dan signifikan. Adapun rumus T score yaitu (Umar, 2011):
Setelah didapatkan skor faktor yang telah diubah menjadi T score, nilai
baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu
dicatat, hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.
1. Personal Competence
benar-benar hanya mengukur personal competence. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =
modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit
RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
personal competence.
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
34
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Personal Competence
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.84 0.03 24.15 V
2 0.77 0.04 21.99 V
3 0.82 0.03 24.80 V
4 0.85 0.04 24.88 V
5 0.85 0.04 23.87 V
6 0.81 0.04 19,84 V
7 0.89 0.04 24.06 V
8 0.94 0.04 26.76 V
9 0.85 0.03 25.65 V
10 0.81 0.03 25.28 V
11 0.91 0.03 26.34 V
12 0.81 0.03 23.88 V
13 0.78 0.04 19.96 V
14 0.58 0.04 14.19 V
15 0.62 0.03 18.41 V
16 0.82 0.03 24.74 V
17 0.86 0.03 27.63 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu
artinya benar-benar hanya mengukur accepted of self and life. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan
pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka
RMSEA = 0.000. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Accepted of Self and Life
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.08 7.78 V
2 0.61 0.09 6.83 V
3 0.24 0.10 2.43 V
4 0.96 0.07 13.01 V
5 0.84 0.08 10.78 V
6 0.87 0.08 11.03 V
7 0.80 0.08 9.82 V
8 0.22 0.09 2.30 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.7 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu
1. Emotional/Informational Support
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,
pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama
lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 11.55, df = 11, P-value =
0.39814, RMSEA = 0.021. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Emotional/Informational Support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.68 0.08 8.18 V
2 0.78 0.08 9.65 V
3 0.92 0.07 12.69 V
4 0.99 0.07 14.37 V
5 0.82 0.08 10.80 V
6 0.81 0.08 10.47 V
7 0.86 0.08 11.43 V
8 0.83 0.08 10.39 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >
1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian, tidak ada
2. Tangible Support
artinya benar-benar hanya mengukur tangible support. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-
modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit
RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja.
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item tangible support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
9 0.76 0.09 8.69 V
10 0.86 0.08 11.00 V
11 0.91 0.08 11.58 V
12 0.77 0.08 9.44 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)
dan semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian, tidak perlu ada item
yang di-drop.
3. Affectionate Support
artinya benar-benar hanya mengukur affectionate support. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata model fit, dengan Chi-
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item affectionate support
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
13 0.72 0.09 8.37 V
14 0.81 0.08 9.71 V
15 0.94 0.08 11.77 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)
dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item
yang di-drop.
artinya benar-benar hanya mengukur Positive Social Interaction. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata model fit, dengan
artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Positive Social
Interaction.
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis
39
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Positive Social Interaction
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
16 0.81 0.08 9.97 V
17 1.10 0.07 16.23 V
18 0.63 0.09 7.27 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)
dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item
yang di-drop.
DV sebanyak 1 buah.
Dimana:
Y’ = prediksi quality of life
a = konstan
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = personal competence
X2 = acceptance of self and life
X3 = emotional/informational support
X4 = tangible support
X5 = affectionate support
X6 = positive social interaction
e = residual
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu
koefisien korelasi berganda antara quality of life, resiliensi, dan dukungan sosial.
40
telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R2
merupakan proporsi varians dari quality of life yang dijelaskan oleh resiliensi, dan
varians dari independen variabel satu per satu signifikan atau tidak
penambahannya.
dapat diuji dengan menggunakan uji F, pembilang adalah R2 dengan dfnya (yaitu
R2) dibagi dengan (N - k - 1) dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F
HASIL PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah 112 ODHA yang tersebar di wilayah Jakarta Utara
dan Timur. Dalam penelitian ini membagi rentang usia dengan tiga kategori, yaitu
rentang usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, dan usia 41-50 tahun. Presentase subjek
dalam penilitian ini menurut rentang usia adalah 21-30 tahun, yaitu sebanyak 32.14%,
rentang usia 31-40 tahun sebanyak 57.14% dan sisanya berada di rentang usia 41-50
Dalam penelitian ini, peneliti juga membagi dalam jenis kelamin dalam dua
kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Presentase subjek dalam penelitian ini
berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 80.35%, dan sisanya adalah
Tabel 4.1
Karakteristik sampel (N = 112)
Karakteristik N
Usia
21-30 tahun 36
31-40 tahun 64
41-50 tahun 12
Jenis Kelamin
Laki-laki 90
Perempuan 22
41
42
Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif dari quality of life. Adapun skor yang
digunakan melakukan analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni (t-score)
yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan untuk
variable yang diteliti, dengan demikian raw score pada variabel harus diletakkan
pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan mentransformasi raw score menjadi
z-score.
diteliti, acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, median, standar deviasi, nilai
minimum, dan nilai maksimum dari independent variable. Skor tersebut disajikan
Tabel 4.2
Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Quality of life 112 65.00 102.00 83.6607 11.69088
Personal competence 112 22.00 59.00 42.3125 12.58344
Acceptance of self and life 112 11.00 29.00 22.0625 4.69480
Emotional/informational support 112 13.00 31.00 22.1339 6.34091
Tangible support 112 6.00 16.00 11.3036 2.83746
Affectionate support 112 4.00 14.00 8.8839 2.33171
Positive social interaction 112 3.00 12.00 8.2768 2.56873
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai minimum dari variabel quality of
life adalah 65, maksimum 102, mean 83.66 dan standar deviasi 11.69. Variabel
personal competence memiliki nilai minimum 22, maksimum 59, mean 42.31, dan
43
standar deviasi 12.58. Variabel acceptance of self and life memiliki nilai minimum
11, maksimum 29, mean 22.06, dan standar deviasi 4.69. Variabel
22.13, dan standar deviasi 6.34. Variabel tangible support memiliki nilai minimum 6,
maksimum 16, mean 11.30, dan standar deviasi 2.83. Variabel affectionate support
memiliki nilai minimum 4, maksimum 14, mean 8.88, dan standar deviasi 2.33.
Peneliti menggunakan informasi pada tabel yang telah disajikan sebelumnya sebagai
acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan true
score yang skalanya telah dipindah dengan menggunakan rumus t score. Nilai
tersebut menjadi batas bagi peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi
berikut:
Tabel 4.3
berdasarkan tinggi rendahnya tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah.
44
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel pada Keseluruhan Responden
Frekuensi %
Variabel
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Quality of life 50 62 44.64 55.36
Personal competence 50 62 44.64 55.36
Acceptance of self and life 47 65 41.96 58.04
Emotional/informational support 51 61 45.54 54.46
Tangible support 55 57 49.11 50.89
Affectionate support 47 65 41.96 58.04
Positive social interaction 51 61 45.54 54.46
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 112 subjek penelitian. terlihat
pada variabel Quality of life skor tinggi sebanyak 55.36% dan rendah sebanyak
44.64%. Pada variabel personal competence skor tinggi sebanyak 55.36% dan rendah
sebanyak 44.64%. Pada variabel acceptance of self and life skor tinggi sebanyak
skor tinggi sebanyak 45.54% dan rendah sebanyak 54.46%. Pada variabel tangible
support skor tinggi sebanyak 49.11% dan rendah sebanyak 50.89%. Pada variabel
affectionate support skor tinggi sebanyak 41.96% dan rendah sebanyak 58.04%. Pada
variabel positive social interaction skor tinggi sebanyak 45.54% dan rendah
sebanyak 54.46%.
Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 20.0. Pada saat melakukan uji regresi terdapat
tiga hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu, melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh
Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh
Tabel 4.5
Tabel R-square
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
a
1 .809 .654 .634 6.04849
a. Predictors: (Constant), Positive social interaction, affectionate support, tangible support,
acceptance, emotional/informational support, personal competence
b. Dependent variable: quality of life
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.654 atau
65.4%. Artinya, proporsi varians dari quality of life yang dijelaskan personal
support, affectionate support, dan positive social interaction adalah sebesar 65.4%,
sedangkan 34.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
terhadap quality of life. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7258.650 6 1209.775 33.068 .000b
1 Residual 3841.350 105 36.584
Total 11100.000 111
a. Dependent Variable: quality of life
b. Predictors: Constant), Positive social interaction, affectionate support, tangible
support, acceptance, emotional/informational support, personal competence
46
Diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05), maka hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent variable
terhadap dependent variable, yaitu quality of life ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
tangible support, affectionate support, dan positive social interaction terhadap quality
of life.
Langkah terakhir adalah melihat nilai dari koefisien regresi dari setiap
independent variable. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan,
berarti independent variabel memiliki dampak yang signifikan terhadap Quaity of life
Dan jika nilai t < 1.96 maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan. Adapun
Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 8.097 3.134 2.584 .011
Personal competence .256 .179 .256 1.426 .157
Acceptance .018 .156 .018 .114 .909
1 Emotional/informational support .422 .176 .422 2.396 .018
Tangible support .042 .147 .042 .286 .776
Affectionate support .100 .141 .100 .705 .482
Positive social interaction .000 .146 .000 .003 .998
a. Dependent Variable: Quality of life
Dari tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, dapat melihat nilai sig. Pada kolom paling kanan (kolom ke-6), jika p <
0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap Quality
of life dan sebaliknya. Dari hasil di atas, koefisien regresi acceptance dan
sisanya tidak. Penjelasan nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
dengan signifikansi 0.157 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel
of life.
signifikansi 0.909 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel acceptance
sebesar 0.422 dengan signifikansi 0.018 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa
dengan signifikansi 0.776 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel
life.
dengan signifikansi 0.482 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel
of life.
0.000 dengan signifikansi 0.998 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel
quality of life.
pengaruh paling besar terhadap DV. Untuk melihat perbandingan besar kecilnya
pengaruh tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan dua cara, yaitu melihat
4.4.Proporsi Varians
Pengujian pada tahapan ini dilakukan bertujuan untuk dapat melihat apakah
signifikan atau tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap independent variable,
49
yang mana independent variable akan dianalisis secara satu per satu. Tabel kolom
pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per satu, lalu dilihat
di kolom ketiga yang merupakan total penambahan varians dependent variable dari
tiap independent variable yang dianalisis satu per satu, lalu dilihat di kolom keenam,
kolom keenam ini merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap
independent variable yang dimasukkan sat per satu, lalu dilihat di kolom df adalah
derajat bebas bagi independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari
numerator dan denumerator. Kolom terakhir yang dilihat adalah kolom sig. F Change
yang fungsinya untuk mengetahui signifikansinya. Di dalam kolom ini dilihat, apabila
nilai p < 0.05 maka independent variable memiliki sumbangan yang signifikan,
dampaknya signifikan. Dan sebaliknya, apabila nilai p > 0.05 maka independent
Tabel 4.7
Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R R Adjusted Std. Error Change Statistics
Square R Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change
a
1 .778 .606 .602 6.30761 .606 168.993 1 110 .000
b
2 .782 .612 .604 6.28921 .006 1.645 1 109 .202
c
3 .807 .651 .642 5.98498 .040 12.363 1 108 .001
d
4 .808 .652 .639 6.00630 .001 .235 1 107 .629
e
5 .809 .654 .638 6.01990 .002 .517 1 106 .474
f
6 .809 .654 .634 6.04849 .000 .000 1 105 .998
a. Predictors: (Constant), personal competence, acceptance, emotional/informational support,
tangible support, affectionate support, positive social interaction
50
quality of life.
quality of life.
quality of life.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, bahwa secara keseluruhan ada pengaruh
yang signifikan antara resiliensi dan dukungan sosial terhadap quality of life pada
hasil bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality
of life sebesar 65,4% . Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji
hipotesis mayor yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara resiliensi dan dukungan sosial terhadap quality of life pada penderita
variable (DV), diperoleh hasil bahwa dari enam variabel, ternyata terdapat satu
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel resiliensi dan
dukungan sosial, dari enam variabel, terdapat satu variabel yang memiliki
51
52
emotional/informational support.
adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa dihargai, dicintai, dan
memiliki pengaruh yang postif terhadap quality of life. Semakin tinggi dukungan
sosial yang didapatkan oleh ODHA maka semakin mempengaruhi quality of life
Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan peneliti ketika melakukan
alloanamnesa dengan salah satu perawat pada sebuah rumah sakit. Dimana
karena dari ruang lingkup sosial yang kecil yaitu keluarga sudah menjauhi dan
tidak menganggapnya.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian yang
life hubungan sosial, dan lingkungan ODHA terlihat rendah. Pada studi lain Casa
& Fleck (2000) (dalam Fatiregun. et al, 2009) menyebutkan ODHA memiliki
tingkat quality of life yang lebih baik pada kesehatan fisik dan psikologis, tetapi
Pada penelitian ini juga terdapat lima variabel yang tidak memberikan
Personal competence dan acceptance of self and life dalam penelitian ini
merupakan kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan orang lain,
menyadari dan menangkap emosi yang muncul dari diri sendiri dan orang lain,
serta memahami dan merasakan emosi tersebut. Dalam penelitian ini tidak
mengelola apa yang sedang dihadapinya dan kuat terhadap tekanan yang ada.
Secara umum apabila ODHA memiliki kompetensi yang baik maka ia mampu
mengontrol dan mengelola apa yang sedang dihadapinya dan mampu menerima
respon masyarakat terhadap dirinya. Kedua, acceptance of self and life adalah
Peneliti tidak membandingkan alat ukur yang digunakan dengan alat ukur lain,
waktu responden dalam mengisi kuesioner, adanya responden yang tidak bersedia
5.3 Saran
peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Oleh
karena itu, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan
Selain itu, supaya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca, orang
penelitian ini.
Angermeyer, M., Holizinger, A., Maschinger, H., & Scengler. (2002). Depression
and quality of life: Result of a follow-up study. International Journal of Social
Psychiatry. 48, 189-199.
Astuti, A., & Budiyani, K. (2008). Hubungan antara dukungan sosial yang diterima
dengan kebermaknaan hidup pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Fakultas Psikologi. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Block, J., & Kremen, A.M. (1996). IQ and ego-resiliency: Conceptual and empirical
connections and separateness. Journal of Personality and Social Psychology.
University of California, 70 (2), 349-361.
Browne, G. (2005). Housing, Social Support and People with Schizophrenia: A
grounded theory study comparing boarding houses and private homes. Issues
in Mental Health Nursing, 26, 311-326.
Cohen, S., & Syme, S. L. 1985. Issues in the study and application of social support.
Social Support an Health. San Fransisco. 3-22.
Connor, M. K., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of A New resilience Scale:
The Connor-Davidson Resilience Scae (CD-RISC). Research Article.
Depression and Anxiety, 18;76-82.
Diatmi, K., & Diah, I. G. A. F. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan
Kualitas Hidup pada Orang HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit
Paramacitta. Jurnal Psikologi Udayana. 2014. 1 (2), 353-362.
Dyrbye, L., & Shanafelt, T. (2012). Nurturning Resiliency in Medical Trainees.
Medical Education, 46; 343-348.
Elisabete, C., Santos, M. D., Ivan, F. J., & Fernanda, L. (2007). Quality of life of
people living with HIV/AIDS in São Paulo. Brazil. Rev Saúde Pública 2007;
741 (Suppl. 2) : 647.
Endarti, A. T. (2015). Kualitas Hidup Kesehatan. Konsep, Model, dan penggunaan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Fang, X., Vincent, W., Calabrese, S. K., Heckman, T. G., Sikkema, K. J., Humphries,
D. L., & Hansen, N. B. (2015). Resilience, stress, and life quality in older
adults living with HIV/AIDS. Aging & mental health, 19(11), 1015-1021.
DOI: https://dx.doi.org/10.1080%2F13607863.2014.1003287.
56
57
Farber, E., Schwartz, J., Schaper, P., Moonen, D., & McDaniel, S. (2000). Resilience
factors associated with HIV disease. Psychosomatics. 41, 140-146.
Fatiregun, A. A., Mofolorunsho, K. C., & Osagbemi, K. G. (2009). Quality of life
people living with HIV/AIDS in Kogi State. Nigeria. Benin Journal of
Postgraduate Medicine, 11, 21-27.
Handayani, F., & Dewi, F. S. T. 2017. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup
Orang dengan HIV/AIDS di Kota Kupang. Berita Kedokteran Masyarakat.
33(11). 509-514.
Info DATIN. 2014. Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan
Analisis HIV/AIDS
Jaeschke, R., Guyatt, G. H., & Cook, D. (1992). Quality of life Instruments in the
Evaluation of New Drugs. Pharmaco Economics. 1 (2): 84-94.
Khaerani, M. N., & Izzaturohmah. (2018). Peningkatan Resiliensi Perempuan Korban
Pelecehan Seksual Melalui Pelatihan Regulasi Emosi. Jurnal Penelitian
Psikologi. 3 (1).
Khan Hena. (2015). Effect of Resilience and Social Support on Immune – Activation
in HIV Positive People. The International Journal of Indian Psychology.
Lawford, J. & Eiser, C. (2001). Exploring links between the concept of quality of life
and resilience. Journal of Pediatric Rehabilitation. 4: 209-216.
Mannix, M. M., Feldman, J. M., & Moody, K. (2009). Optimism and health‐related
quality of life in adolescents with cancer. Child: care, health and development,
35(4), 482-488. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365- 2214.2008.00934.x
Noviarini, N. A., Dewi, M. P., & Prabowo, H. (2013). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Pecandu Narkoba Yang Sedang
Menjalani Rehabilitasi. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur & Teknik Sipil). Vol. 5.
Ong, A. D., Bergeman, C. S., Bisconti, T. L., & Wallace, K. A. (2006). Psychological
resilience. positive emotions and successful adaptation to stress in later life.
Journal of Personality and Social Psychology, 91, 730–749.
PKBI. (2015). Penularan HIV/AIDS Terbesar di Indonesia Ternyata di Dalam
Rumah. Diakses dari http://pkbi.or.id/pkbi-penularan-hivaids-terbesar-di-
indonesia-ternyata-di-dalam-rumah/. Ttanggal 20 Januari 2016.
58
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam Sejahtera,
Saya, Naufal Hakim mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah
Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Kualitas hidup
Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan rekan-rekan untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Silahkan rekan-rekan mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk yang diberikan. TIDAK
ADA JAWABAN YANG BENAR ATAU SALAH dalam kuesioner ini. Pilihlah jawaban sesuai dengan
keadaan rekan-rekan saat ini. Data diri dan jawaban rekan-rekan sekalian akan sangat bermanfaat bagi
Hormat Peneliti,
NaufalHakim
60
61
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. (WAJIB
DIISI)
Inisial :
Usia :
Tempat berobat :
Lamanya pengobatan :
Ttd,
(..............................)
62
SKALA A
PETUNJUK
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan
dan hal- hal lain dalam hidup anda. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai.
Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan
yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan
jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian
anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda dalam 4
minggu terakhir. Sebagai Contoh, pikirkan dalam dua minggu terakhir pertanyaan
berikut:
Lingkari nomor yang menurut anda adalah jawaban yang tepat, yang anda rasa anda
mendapatkan dukungan yang anda butuhkan dari orang sekitar dalam dua minggu
terakhir. Misal, anda merasa cukup mendapatkan dukungan yang anda butuhkan dengan
baik, maka lingkari nomor 4.
Bacalah beberapa pertanyaan berikut, pikirkan dan rasakan, kemudian lingkari skala 1-5
yang merupakan jawaban terbaik anda.
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa banyak anda telah mengalami hal-hal berikut
ini dalam dua minggu terakhir.
Tidak
Sedikit Sering Sangat Selalu
sama
sering
sekali
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda
menghambat anda dalam beraktivitas 5 4 3 2 1
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda membutuhkan terapi
medis untuk dapat berfungsi dalam 5 4 3 2 1
kehidupan sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda dapat menikmati hidup 1 2 3 4 5
anda?
6. Seberapa jauh anda merasa hidup anda
1 2 3 4 5
berarti?
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4
minggu terakhir?
Tidak
Sama
64
Sangat Biasa-biasa
Buruk Baik Sangat
Buruk Saja
Baik
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa baik / seberapa anda merasa nyaman anda
mengalami hal-hal berikut ini dalam dua minggu terakhir?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam dua minggu terakhir.
SKALA B
PETUNJUK
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai resiliensi (ketahanan diri) anda. Baca dan
pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan ini sesuai dengan
kondisi diri anda, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban yang telah
tersedia.
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
SKALA C
PETUNJUK
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai dukngan sosial. Baca dan pahami baik-
baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab pernyataan ini sesuai dengan kondisi diri
anda, dengan cara memberikan tanda checklist (√) dalam pilihan jawaban yang telah tersedia.
SS : Sangat Sesuai
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Sesuai
Sesuai Sesuai
Sesuai
QUALITY OF LIFE
71
SETELAH MODIFIKASI
(0.14)
2.66
QL15 0.32
(0.14)
2.29
QL16 0.64
(0.13)
4.78
QL17 0.61
(0.14)
4.55
QL18 0.16
(0.14)
1.10
QL19 0.72
(0.13)
5.46
QL20 0.41
(0.14)
2.97
QL21 0.64
(0.13)
4.75
QL22 0.41
(0.14)
2.93
QL23 0.01
(0.14)
0.06
QL24 0.23
(0.14)
1.63
QL25 0.52
(0.14)
3.82
QL26 0.64
(0.13)
4.77
RESILIENSI
PERSONAL COMPETENCE
74
26.76
PC9 0.85
(0.03)
25.65
PC10 0.81
(0.03)
25.28
PC11 0.91
(0.03)
26.34
PC12 0.81
(0.03)
23.88
PC13 0.78
(0.04)
19.96
PC14 0.58
(0.04)
14.19
PC15 0.62
(0.03)
18.41
PC16 0.82
(0.03)
24.74
PC17 0.86
(0.03)
27.63
(0.09)
6.83
RA3 0.24
(0.10)
2.43
RA4 0.96
(0.07)
13.01
RA5 0.84
(0.08)
10.78
RA6 0.87
(0.08)
11.03
RA7 0.80
(0.08)
9.82
RA8 0.22
(0.09)
2.30
DUKUNGAN SOSIAL
EMOTIONAL INFORMATIONAL SUPPORT
78
EIS3 0.92
(0.07)
12.69
EIS4 0.99
(0.07)
14.37
EIS5 0.82
(0.08)
10.80
EIS6 0.81
(0.08)
10.47
EIS7 0.86
(0.08)
11.43
EIS8 0.83
(0.08)
10.39
TANGIBLE SUPPORT
(0.08)
11.58
TS4 0.77
(0.08)
9.44
AFFECTIONATE SUPPORT
OUTPUT REGRESI
Model Summary
a
ANOVA
a
Coefficients
Model Summary