1 SKRIPSI
2 Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
3
5 Oleh :
6 Vega Ayu Arasibenginiate
7 11140700000106
8
9 FAKULTAS PSIKOLOGI
10 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
11 JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
iii
MOTTO
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Vega Ayu Arasibenginiate
D) The Effect of Perceived Psychological Stress, Self-Efficacy, Gratitude, and
Social Support on the Resilience in Autoimmune Patients
E) x + 70 pages + 4 attachments
F) Resilience is a factor that enables a person to produce, encourage, and even
become stronger through difficult circumstances. For a resident of drug abuse
rehabilitation, having good resilience is a very important thing to be able to
complete all rehabilitation processes. The purpose of this research is to know
the effect of perceived psychological scale, self-efficacy, gratitude, and social
support on the resilience in resident of autoimmune’s patient.
This study used a quantitative approach with 220 samples and applies in
Community Of Autoimmune Indonesia. Sampling was done using non-
probability sampling technique. This reasearch used four was adopted
measurements of The Brief Resilience Scale developed by Smith et al (2008),
Perceived stress Scale developed by Cohen (1988), The New General Self-
Efficacy Scale developed by Chen et al (1997), The Gratitude Questionnaire-
Six Item Form (GQ-6) yang developed by McCullough, Emmons, and tsang
(2001), and The Multidimensional Scale of Perceived Social Support
developed by Zimet et al (1988). CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used
to analyze the validity of measurements, and data analysis technique used to
analyze the research is multiple regression analysis.
Based on the results of major hypothesis test, the first conclusion obtained from
this study is there is a significant effect of perceived psychological stress, self-
efficacy, gratitude, and social support on the resilience of autoimmune’s patient
with 22.8% as proportion of variant. Based on the minor hypothesis test there
is one significant variables, namely perceived psychological stress. These
variables have a positive effect on the resilience in resident of autoimmune’s
patient.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan para penerus
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
2. Ibu Dr. Yunita Faela Nisa, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah
viii
terima kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
5. Seluruh dosen dan staff Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Kedua orang tua penulis Bapak Sutaryo, Ibu Muntasirah, beserta kedua adik
penulis Zaskia Nailah Nashirah, dan Naurah Khalilah Aryora, terima kasih atas
semua doa restu, dukungan, motivasi dan sumber inspirasi serta semangat luar
biasa yang telah kalian berikan kepada penulis untuk selalu meneruskan
7. Diah Lestari, Fauzi Farhan, Ricky Agus, Tri Projo Firmansah, Indra Rukmana,
Muhammad Ilham Fahreza, dan Robi Zulkarnaen terima kasih telah selalu ada
menemani penulis dari semester satu, hingga sekarang dalam keadaan suka
maupun duka, selalu memberikan semangat pada penulis dan mendoakan yang
Chofid, Nadia Salsabila Hartin, Ellisa Dwi Yuliana, Feby Rhomana Sari, Niki
Yuniarti, dan Farida Gusti Anggraeni terima kasih telah memberikan banyak
inspirasi, selalu ada menemani penulis dalam suka maupun duka, selalu
ix
9. Seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2014, terima kasih telah menjadi
10. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan semangat
serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun.
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………..... ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………. iv
MOTTO……………………………………………………………………...…...v
ABSTRAK .............................................................................................................vi
ABSTRACT……………………………………………………………………..vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
xi
2.4.2. Dimensi Gratitude ........................................................................ 25
2.4.3. Alat Ukur Gratitude ....................................................................... 26
2.5 Dukungan Sosial…………………………………………… .……… 26
2.4.1. Pengertian Dukungan Sosial ......................................................... 26
2.4.2. Dimensi Dukungan Sosial ............................................................. 28
2.4.3. Alat Ukur Dukungan Sosial ........................................................... 29
2.5. Kerangka Berpikir ............................................................................. 29
2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 32
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
adalah sebuah konsep yang menunjukkan hubungan adaptif antara seseorang dan
Coatsworth (dalam Goldstein & Brooks, 2005) ada dua hal yang perlu diperhatikan
tidak dapat dikatakan sebagai individu yang resilien jika ia tidak menghadapi
Kedua, hasil yang baik. Seseorang dikatakan resilien jika ia berhasil menghadapi
menyatakan bahwa setiap manusia akan menghadapi situasi krisis. Situasi krisis
yang dihadapi oleh manusia adalah situasi dimana seseorang mengalami masalah
yang akan menimbulkan rasa tertekan, seperti stres, konflik, kesulitan, kegagalan,
menghadapi keadaan sulit atau pengalaman negatif. Ada kalanya individu dapat
menerima setiap kejadian dengan lapang dada dan mampu bersikap adaptif, tapi
ada juga yang larut dalam keterpurukan. Atribut psikologi yang dibutuhkan oleh
individu agar dapat menerima kejadian dan mampu bersikap adaptif dengan cepat
inilah yang disebut dengan resiliensi. Jika tidak memiliki kemampuan resiliensi,
maka individu akan larut dalam keterpurukan dalam waktu yang lama.
atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan.
Individu merasa tertekan ketika menjalankan proses pengobatan dan dampak dari
semangat hidup, maka dari itu mereka membutuhkan resiliensi untuk bangkit dari
kronis adalah individu yang terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga
tidak mudah bangkit menjadi orang yang kuat (Sugeng, Prayogi, & Agung, 2016.)
Kasus lainnya, tingginya resiko kematian penyakit lupus dan diagnosa yang
sering terlambat dapat menimbulkan dampak psikologis pada para pasien. Mereka
para pasien merasa minder, gelisah, dan perasaan lain yang berkecamuk dan
membutuhkan daya adaptasi yang luar biasa supaya memiliki perasaan optimis
3
untuk bertahan hidup dan sembuh. Karena jika tidak, mereka akan terus larut dalam
dan bangkit selama menjalani masa pengobatan. Becker dan Newsom (2005) telah
resiliensi adalah faktor yang signifikan untuk manajemen penyakit kronis di antara
individu di kemudian hari. Tahun berikutnya, Chan, Lai, dan Wong (2006)
menyelidiki hubungan antara resiliensi dan status hasil individu dengan penyakit
kronis jantung koroner. Studi ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki daya
tahan lebih tinggi cenderung meningkatkan kualitas hidup dalam kesehatan fisik,
Secara global, pada tahun 2012 diperkirakan 56 juta orang meninggal karena
penyakit kronis. Salah satu contoh dari penyakit kronis tersebut ialah penyakit
autoimun. Saat ini, angka kejadian penyakit kronis terus meningkat, diantaranya
yaitu penyakit lupus, salah satu jenis dari penyakit autoimun (Situasi Lupus di
Indonesia, 2016).
penyakit autoimun. Penyakit ini kronis dan bisa mengancam nyawa, serta
wanita. Penyakit autoimun menduduki peringkat pertama dari daftar sepuluh topik
4
kesehatan paling populer. Penyakit autoimun adalah salah satu dari 10 penyebab
Kesehatan Dunia atau WHO mencatat jumlah penderita penyakit lupus di seluruh
dunia dewasa ini mencapai lima juta orang, dan di Indonesia mencapai sekitar
terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit lupus, dengan 550
43 tahun. (Srivastava & Boyer, 2010). Masa pengobatan penyakit autoimun yang
resiliensi, mereka akan larut dalam keterpurukan dan menyebabkan kondisi mereka
penyandang lupus, diperoleh hasil bahwa setelah memperoleh diagnosa lupus 83%
5
penyandang mengalami kondisi psikologis seperti drop, sedih, kecewa, kaget, putus
asa, dan takut karena menderita penyakit yang langka. Hal inilah yang
penelitian yang dilakukan oleh Febriani dan Wahyudi (2018), 8 dari 17 penyandang
Guillain Barre Syndrome, salah satu jenis dari autoimun, memiliki tingkat resiliensi
di atas rata-rata. Mereka memiliki seluruh karakteristik resiliensi yang kuat namun
masih harus memperkuat resiliensi mereka. Pollock, Christian, dan Sands (dalam
Sarafino & Smiths: 2011) menyatakan bahwa individu yang mampu mengatasi
memunginkan mereka melihat sisi baik atau menemukan makna dari situasi sulit.
(2001), faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi adalah faktor internal yaitu self-
esteem dan efikasi diri, juga faktor eksternal yaitu dukungan dari orang sekitar.
hubungan yang erat dengan masalah kesehatan. Individu yang menderita penyakit
dapat mengalami stress. Prasetyo dan Kustanti (2014) menyatakan bahwa individu
seperti cemas, stres atau bahkan depresi. Reaksi tersebut sesungguhnya muncul
mencapai resiliensi yang optimal. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat
Perceived stress merupakan tekanan psikologis atau stres yang terjadi ketika
dengan kemampuan memaknai stres dengan baik dapat membantunya dalam usaha
membentuk resiliensi, yaitu efikasi diri. Efikasi diri adalah salah satu faktor internal
tujuan tertentu, maka akan membantu individu tersebut untuk dapat beradaptasi
dengan baik dalam suatu kondisi sulit. McCubbin (2001) merumuskan salah satu
faktor internal pembentuk resiliensi, yaitu efikasi diri sebagai suatu keyakinan
dengan dampak stres psikologis yang ditimbulkan oleh kejadian traumatis (Ong,
2006). Dalam penelitian ini, peneliti memperhitungkan faktor efikasi diri sebagai
resiliensi, yaitu gratitude. Peterson dan Seligman (2004) melihat bahwa di tengah
secara lebih positif. Salah satu keutamaan yang dimiliki individu untuk bisa
perspektif secara lebih luas mengenai kehidupan, yaitu pandangan bahwa hidup
adalah suatu anugerah (Peterson & Seligman, 2004). Hasil penelitian Hwei dan
positif dan terima kasih kepada dukungan yang diterima individu untuk
orang lain, tetapi itu juga merujuk pada perasaan atau persepsi seseorang bahwa
8
yang dirasakan. Dukungan yang diterima dan dirasakan dapat memiliki efek yang
berbeda pada kesehatan (Sarafino & Smith, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Raisa dan Ediati (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
Kelas IIA Wanita. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh
memperhitungkan adanya faktor lain yang memengaruhi resiliensi, yaitu usia dan
jenis kelamin. Grotberg (1997) menyebutkan usia dan jenis kelamin di dalam
menunjukkan bahwa faktor demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, ras, dan
penelitian oleh Rinaldi (2010) menunjukkan hal yang sama bahwa laki-laki lebih
dan dukungan sosial yang dapat memengaruhi resiliensi maka penulis mengajukan
Autoimun”.
9
Agar penelitian ini lebih terarah maka objek yang diteliti dibatasi hanya mengenai
1. Resiliensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai ketahanan terhadap
penyakit, adaptasi, dan pertumbuhan, kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih
2. Perceived stress yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tekanan psikologis
atau stres yang terjadi ketika individu merasa bahwa tuntutan lingkungan melebihi
3. Efikasi Diriyang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa suatu keyakinan
yang dimiliki oleh individu mengenai kemampuannya untuk melakukan suatu hal
(Bandura, 2008).
emosi, atau suasana hati terhadap peran orang lain dan juga pengalaman yang
5. Dukungan Sosial yang dimaksud sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara
minimal dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk
other(Zimet, 1988).
10
6. Aspek demografi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah usia dan jenis
kelamin.
Autoimun Indonesia
penyandang autoimun?
penyandang autoimun?
autoimun?
6. Adakah pengaruh yang signifikan dimensi friend pada variabel dukungan sosial
autoimun?
penyandang autoimun?
penyandang autoimun. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui variabel
atau dimensi mana yang memiliki pengaruh terbesar terhadap variabel resiliensi.
faktor demografi, terutama pada penyandang autoimun. Selain itu, penelitian ini
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan terhadap pihak terkait yaitu
para penyandang autoimun untuk dapat resilien dan terus semangat serta
LANDASAN TEORI
2.1 Resiliensi
berkembang pada kondisi yang menekan (adverse condition) dan untuk mengetahui
(McCubbin, 2001).
individu untuk menghadapi kondisi kesulitan atau penderitaan. Resiliensi pada diri
individu akan membuat individu mampu untuk dapat mengatasi kesulitan yang
pulih dari stres. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah mereka melakukan uji
coba alat ukur resiliensi baru yang diciptakan untuk menilai kemampuan untuk
merujuk pada definisi resiliensi yang dikemukakan oleh Smith et. al. (2008) yang
12
13
pertumbuhan, kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih dari stres. Definisi ini
autoimun agar mereka tetap bertahan dalam menjalani masa pengobatan yang lama
yang dilakukan oleh Smithbersifat unidimensional, atau hanya satu dimensi saja.
Dijelaskan bahwa skala ini dirancang untuk menilai kemampuan agar bangkit
kembali atau pulih dari stres sebagai dimensi utama dari resiliensi(Smith, et.al.
2008).
Selain itu, menurut Reivich and Shatte (2002), resiliensi terdiri dari tujuh
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk tetap tenang dan
selama kesulitan.
Individu yakin dan memiliki harpan yang baik dan percaya bahwa dirinya dapat
mengidentifikasi secara tepat akar dari persoalan yang tengah ia hadapi. Untuk
individu bahwa ia berkeyakinan bahwa orang lain yang berada dalam satu
sistem yang sama dengan dirinya adalah penyebab dari persoalan yang
tengah dihadapinya.
membaca psikologis dan emosi yang tengah dirasakan oleh orang lain di
sekitarnya, dengan melihat ekspresi wajah, intonasi suara, dan body language
individu bahwa ia mempunyai kemampuan untuk dapat keluar dari masalah yang
7. Reaching out, individu yang memiliki reaching out merupakan individu yang
mempunyai kemampuan untuk dapat memahami dirinya sendiri dengan baik dan
menemukan arti serta tujuan hidupnya melalui kesulitan yang tengah ia jalani.
Scale yang dilakukan oleh Smith untuk meneliti upaya individu agar bangkit
kembali atau pulih dari stres. Kemampuan untuk dapat memulihkan individu yang
Tingkat stres yang dirasakan oleh individu tergantung pada persepsi, penilaian
individu dengan lingkungannya, ketika individu baik aktif maupun pasif berusaha
5. Proses resiliensi, yaitu kemampuan resiliensi dibentuk dalam jangka pendek atau
jangka panjang terhadap stres yang membantu individu untuk bangkit kembali
dari stres.
6. Positive outcome, adaptasi hidup yang suksees dalam tugas perkembangan yang
adalah:
1. Internal protective factor, merupakan faktor protektif yang bersumber dari diri
2. External protective factor, merupakan faktor protektif yang bersumber dari luar
rangsangan.
efektif.
pada sumber-sumber dari luar, dan anak yang lebih tua bergantung pada sumber-
resiliensi.
resiliensi dalam dirinya ketika pelaku sosial yang ada di sekelilingnya memiliki
3. Emosi positif, emosi positif sangat dibutuhkan ketika menghadapi suatu situasi
yang kritis dan dengan emosi positif dapat mengurangi stres secara lebih baik.
menjalani kehidupuan.
dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor stress, efikasi diri dan
resiliensi danjuga berfokus pada faktor eksternal yaitu dukungan sosial, serta
variabel demografi yaitu usia dan jenis kelamin yang juga merupakan faktor
pembentuk resiliensi.
18
Beberapa alat ukur yang telah digunakan dalam pengukuran resiliensi dalam
penelitian adalah:
Skala ini disusun oleh Reivich dan Shatte (2002), bersifat multidimensional
control (IC), 0,662 optimism (OP), 0,702 causal analysis (CA), 0,7333 empathy
Skala ini disusun oleh Connor dan Davidson (2003), bersifat multidimensional
Skala ini disusun oleh Smith et.al. (2008), bersifat unidimensional dan terdiri
Alat ukur untuk mengukur resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah The Brief Resilience Scale yang disusun oleh Smith (2008) dengan
pertimbangan untuk melihat kemampuan individu agar bangkit dan pulih dari stres
2.2 PerceivedStress
Tekanan psikologis atau stres terjadi ketika individu merasa bahwa tuntutan
menyebabkan keadaan afektif negatif (misalnya, perasaan cemas dan depresi), yang
akan memberikan efek langsung pada proses biologis atau pola perilaku yang
Perceived stress adalah perasaan atau pikiran yang dimiliki seseorang terhadap
dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah
atribut kehidupan modern. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup
yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau
dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun
termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain,
definisi stress yang dikemukakan oleh Cohen (2013) yang menyatakan bahwa
tekanan psikologis atau stres terjadi ketika individu merasa bahwa tuntutan
menyebabkan keadaan afektif negatif (misalnya, perasaan cemas dan depresi), yang
20
akan memberikan efek langsung pada proses biologis atau pola perilaku yang
memengaruhirisiko penyakit.
unidimensional, atau hanya satu dimensi saja. Dijelaskan bahwa skala ini dirancang
untuk menilai persepsi seseorang mengenai stres, perasaan dan juga pemahaman
Hewitt, Flett, dan Mosher (1992) menjelaskan dua dimensi stres, yaitu:
1. Perceived distress. Reaksi afeksi negatif seperti kesal, marah, gugup, dan
2. Perceived control, rasa percaya diri, merasa mampu mengatasi stres dan
stres, dan juga pemahaman mereka selama beberapa bulan terakhir mengenai stres.
21
Skala ini disusun oleh McNair, et al (1981), bersifat multidimensional dengan enam
Skala ini disusun oleh Cohen (1983), bersifat unidimensional untuk mengukur
Skala ini disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995), bersifat multidimensional
tiga dimensi (depression, anxiety, dan stress)dan terdiri dari 21 item (α = 0.88).
Penelitian ini akan menggunakan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS)
terdiri dari 10 item. Peneliti menggunakan alat ukur ini untuk melihat bagaimana
Efikasi diri pada awalnya didefinisikan sebagai jenis harapan yang hampir spesifik
mencapai suatu hasil tertentu (Bandura, 1977). Definisi efikasi diri tentunya telah
diperluas, namun tetap mengacu pada definisi bahwa efikasi diri adalah
22
Reivich and Shatte (2002) merumuskan efikasi diri sebagai suatu keyakinan
masalah yang timbul dalam hidupnya. Individu yang memiliki efikasi diri yang
dihadapinya dan tidak akan menyerah jika cara yang mereka tempuh untuk
memecahkan masalah tersebut belum berhasil, melainkan mencari cara lain yang
merujuk pada definisi yang dipaparkan oleh Bandura (1989) yang menyatakan
Efikasi diri berdasarkan hasil penelitian menggunakan New General Self Efficacy
bahwa dalam skala ini, dimensi mengenai efikasi dirihanya fokus untuk
Dimensi dari New General Self Efficacy Scale merujuk kepada teori Bandura
(1997) yang menyatakan bahwa efikasi diri terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
biasa dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi.
General Self Efficacy Scale yang mengacu pada teori Bandura (1997)dan bersifat
Beberapa alat ukur yang telah digunakan dalam pengukuran efikasi diri dalam
penelitian adalah:
Alat ukur ini disusun oleh Shere et al(1982), bersifat multidimensional dengan
Alat ukur ini disusun oleh Chen dan Gully (1997) yang merupakan
untuk mengukur upaya individu dalam beradaptasi dengan situasi yang baru dan
Alat ukur ini dikembangkan oleh Drenna dan Owen mengikuti Bandura (1997)
Penelitian ini akan menggunakan alat ukur New General Self Efficacy Scale
yang dibuat oleh Chen dan Gully (1997) bersifat unidimensional dan terdiri dari
8 item. Pemilihan alat ukur ini disesuaikan dengan kondisi penyandang autoimun,
untuk melihat upaya individu beradaptasi dengan situasi baru yang mereka hadapi
2.4 Gratitude
Lazarus (1994) menyatakan bahwa gratitude adalah emosi empatik yang dihasilkan
dan dapat berempati dengan usaha yang telah dikeluarkan orang lain untuk mereka.
sebagai sifat yang mempengaruhi, emosi, atau suasana hati terhadap peran orang
Gratitude adalah rasa terima kasih dan gembira sebagai respon atas suatu
pemberian, baik dari orang lain dalam suatu bentuk yang nyata, atau perasaan damai
25
secara alamiah. Rasa terima kasih dibedakan menjadi personal dan transpersonal.
Rasa terimakasih personal adalah rasa terimakasih kepada orang lain, sedangkan
rasa terima kasih transpersonal adalah rasa terima kasih kepada Tuhan, atau kepada
Emmons, dan Tsang (2002) yang memaparkan gratitude dapat dianggap sebagai
sifat yang memengaruhi, emosi, atau suasana hati terhadap peran orang lain dan
b. Keinginan atau kehendak baik yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.
kehidupan sehari-hari.
Alat ukur ini disusun oleh Watkins et al (1998) bersifat multidimensional dengan
Alat ukur ini disusun oleh McCullough, Emmons, dan tsang (2002) bersifat
Alat ukur ini disusun oleh McCullough, Emmons, dan Tsang (2002), bersifat
berterima kasih dalam kehidupan sehari-hari dan terdiri atas 6 item (α = 0.82).
terdiri atas satu dimensi dan juga 6 item, untuk melihat peran gratitude dalam
2.5Dukungan Sosial
seseorang meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang. Selain itu, dukungan sosial
juga menerima dorongan atau pengorbanan, semangat dan nasihat dari orang lain.
27
Zimet et. al. (1988) mendefiniskan dukungan sosial sebagai sebuah pertukaran
sumber daya antara minimal dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak
bertujuan untuk membantu. Dukungan sosial sebagai faktor postif yang membantu
sosial dapat berasal dari lingkungan sekitar seperti family, friend dan significant
other. Tingkat dukungan sosial yang tinggi akan mengurangi gejala kegelisahan
orang lain, atau menerima dukungan. Tetapi itu juga merujuk pada perasaan atau
diperlukan yaitu, dukungan yang dirasakan. Dukungan yang diterima dan dirasakan
dapat memiliki efek yang berbeda pada kesehatan (Sarafino & Smith, 2011).
Dari berbagai pemaparan yang disampaikan oleh para ahli, peneliti merujuk
pada definisi dukungan sosial yang dikemukakan oleh Zimet et. al. (1988) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara
minimal dua individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk
berasal dari lingkungan sekitar seperti family, friend dan significant other.
28
Zimet et. al. (1988) menyebutkan bahwa dukungan sosial terdiri dari tiga dimensi:
bentuk lainnya.
yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupan individu seperti
Kemudian dimensi dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith (2011) yaitu:
Penelitian ini akan menggunakan dimensi oleh Zimet et.al (2008) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari lingkungan sekitar seperti
Alat ukur ini disusun oleh Procidano dan Heller (1983) bersifat multidimensional
dengan dua dimensi (family dan friend) dan terdiri dari 10 versi item dari PSS-Fa
Alat ukur ini disusun oleh Cohen dan Hoberman (1985), bersifat multidimensional
Alat ukur disusun oleh Zimet et. al. (1988), bersifat multidimensional dengan tiga
yang dapat terbentuk karena faktor internal maupun eksternal individu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal yang membentuk resiliensi yaitu
perceived stress, efikasi diri, dan gratitudeserta faktor eksternal individu yaitu
Faktor internal yang pertama adalah perceived stress. Cohen (2013) menyatakan
bahwa tekanan psikologis atau stres terjadi ketika individu merasa bahwa tuntutan
Maka dari itu, peneliti ingin melihat bagaimana persepsi seseorang dalam
menghadapi kejadian yang dianggap sebagai stres sebagai upaya resiliensi untuk
Faktor internal kedua yaitu efikasi diri. Menurut Bandura (2008),efikasi diri
adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam
sedang dihadapi, tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki pengaruh signifikan
terhadap kecakapan resiliensi, hal ini membuktikan bahwa efikasi diri memiliki
memiliki efikasi diri yang tinggi, maka resiliensi pada diri individu juga akan tinggi.
memengaruhi, emosi, atau suasana hati terhadap peran orang lain dan juga
pengalaman yang didapat selama hidup.Hasil penelitian oleh Hwei dan Abdullah
terima kasih kepada sumber dukungan yang diterima individu untuk menghadapi
Selain faktor internal, faktor eksternal juga diperhitungkan oleh peneliti, dalam
penelitian ini yaitu dukungan sosial. Zimet et. al. (1988) menjabarkan dukungan
sosial sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara minimal dua individu yang
dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk membantu. Dukungan sosial
sebagai faktor postif yang membantu dalam pemeliharaan kesehatan maupun dalam
positif antara dukungan sosial dengan resiliensi. Dalam hal ini, diasumsikan
individu yang mendapatkan dukungan sosial tinggi dari lingkungan sekitar akan
Faktor demografi juga diperhitungkan oleh peneliti, yaitu usia dan jenis kelamin.
jenis kelamin, ras, dan bahasa memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi.
Hasil penelitian oleh Rinaldi (2010) menunjukan laki-laki lebih resilien dibanding
penyandang autoimun.
32
Perceived stress
Efikasi Diri
Gratitude Resiliensi
Dukungan Sosial
Family
Friend
Significant Other
Usia
Jenis Kelamin
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
variable yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu perceived stress, efikasi
Hipotesis mayor:
Ha: “Perceived stress, efikasi diri,gratitude, dukungan sosial, usia, dan jenis
resiliensi.
autoimun.
autoimun.
autoimun.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi family dalam variabel dukungan sosial
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi friend dalam variabel dukungan sosial
autoimun.
Semua hipotesis penelitian di atas akan dijadikan hipotesis nol untuk diuji secara
statistik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah penyandang autoimun yang sedang menjalani
LDHS (Lima Dasar Hidup Sehat). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
kesediaan pada calon sampel yang berada dalam kondisi yang memungkinkan
dalam komunitas populasi untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah resiliensi pada
penelitian ini adalah perceived stress, efikasi diri, gratitude, dukungan sosial,usia,
kemampuan untuk bangkit kembali atau pulih dari stres.Resiliensi akan diukur
34
35
dengan skala hasil adaptasi dari Brief Resilience Scale yang disusun oleh Smith
2. Perceived stress yaitu tekanan psikologis atau stres yang timbul ketika individu
tersebut, yang dipicu oleh peristiwa negatif. Perceived stressakan diukur dengan
skala hasil adaptasi Perceived Stress Scale yang disusun oleh Cohen (1988).
kemampuannya untuk melakukan suatu hal. Efikasi diriakan diukur dengan skala
hasil adaptasi dari New General Self-Efficacy Scale yang disusun oleh Chen et.
al. (1997).
yang mempengaruhi, emosi, atau suasana hati terhadap peran orang lain dan juga
5. Dukungan sosial sebagai sebuah pertukaran sumber daya antara minimal dua
individu yang dipersepsikan oleh salah satu pihak bertujuan untuk membantu.
Dukungan sosial akan diukur dengan skala hasil adaptasi dari The
Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang disusun oleh Zimet et.
al. (1988).
36
pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lima alat ukur, yaitu alat ukur
resiliensi, alat ukur perceived stress, alat ukur efikasi diri, alat ukur gratitude, dan
alat ukur dukungan sosial. Alat ukur resiliensi, perceived stress, dan efikasi diri
menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai
1 sampai Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Kemudian, alat ukur gratitude dan
dukungan sosial menggunakan tujuh pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju
Penilian terhadap butir unfavorable dinilai melalui Sangat Tidak Setuju (STS)
dengan nilai 5 sampai Sangat Setuju (SS) dengan nilai 1, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan nilai 7 dan Sangat Setuju (SS) dengan nilai 1. Perhitungan skor tiap-
Tabel 3.1
Format skoring skala likert lima pilihan jawaban
Sangat Tidak Netral Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
Favorable 1 2 3 4 5
Unfavorable 5 4 3 2 1
Tabel 3.2
Format skoring skala likert tujuh pilihan jawaban
Sangat Tidak Agak Netral Agak Setuju Sangat
Tidak Setuju Tidak setuju Tidak
Setuju Setuju setuju
Favorable 1 2 3 4 5 6 7
Unfavorable 7 6 5 4 3 2 1
37
Pada penelitian ini, skala dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu skala resiliensi,
skala perceived stress, skala efikasi diri, skala gratitude, dan skala dukungan sosial,
sebagai berikut:
3.3.1. Resiliensi
(Skala Resiliensi Singkat) yang disusun oleh Smith et. al. (2008), bersifat
unidimensional dengan 6 item dengan model likert skala 1 sampai 5 (Sangat Tidak
Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju).Peneliti menggunakan alat ukur
Adapun blue print dari skala resiliensi ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Blue print Skala Resiliensi
Dimensi Contoh Item Fav Unfav Jumlah
Resiliensi Saya cenderung bangkit kembali dengan cepat 1,3,5 2,4,6 6 item
setelah masa-masa sulit
Total 6 item
Pengukuran perceived stress dalam penelitian ini akan menggunakan skala adaptasi
dari Perceived Stress Scale yang disusun oleh Cohen (1988), bersifat
unidimensional terdiri dari 10 item dengan model skala likert 1 sampai 5. Peneliti
persepsi seseorang mengenai stres selama beberapa bulan terakhir. Adapun blue
print dari skala perceived stressdapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:
38
Tabel 3.3
Blue printSkala Perceived stress
Dimensi Contoh Item Fav Unfav Jumlah
Perceived Dalam sebulan terakhir, seberapa sering 4,5,7,8 1,2,3,9,10
Stress Anda kesal karena suatu kejadian yang tidak 10 item
terduga?
Total 10 item
Pengukuran efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan skala adaptasi dari New
General Self-Efficacy Scale yang disusun oleh Chen et. al. (1997), bersifat
unidimensional dan terdiri dari 8 item dengan model likert skala 1 sampai 5. Peneliti
penyandang autoimun. Adapun blue print dari skala efikasi diri ini dapat dilihat
Tabel 3.4
Blue printSkalaEfikasi Diri
Dimensi Contoh Item Fav Jumlah
Efikasi Diri Saya akan berhasil mengatasi banyak 1,2,3,4,5,6,7,8 8 item
tantangan.
Total 8 item
3.3.4 Gratitude
Pengukuran gratitude dalam penelitian ini adalah skala yang dikembangkan oleh
McCullough, Emmons, dan Tsang (2001), terdiri dari 6 item dengan model likert
skala 1 sampai 7 (Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Agak Tidak Setuju, Netral,
Agak setuju, Setuju, Sangat Tidak Setuju). Peneliti menggunakan skala ini dengan
kelelahan dalam mengisi kuesioner. Adapun blue print dari skala gratitude ini dapat
Tabel 3.6
Skala blue print Gratitude
Dimensi Contoh Item Fav Unfav Jumlah
Gratitude Saya memiliki banyak hal dalam 1,2,4,5 3,6 6 item
hidup yang patut disyukuri.
Total 6 item
Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini merupakan hasil adaptasi dari
skala The Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang terdiri dari tiga
dimensi dan total 12 item dimana setiap 4 item mewakili dimensi; family, friend,
dan significant other dengan model likert skala 1 sampai 7. Peneliti menggunakan
Adapun blue print dari skala dukungan sosialini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Blue print Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator Contoh Item Fav Jumlah
1 Family a. ada dukungan keluarga Keluarga saya 3,4,8,11 4 item
b. ada dukungan emosional dari benar-benar
keluarga mencoba
c. dukungan keluarga dalam untuk
penyelesaian masalah membantu
d. dukungan keluarga dalam saya.
pengambilan keputusan
2 Friend a. ada dukungan teman Saya dapat 6,7,9,12 4 item
membicarakan
b. dukungan keberadaan dari masalah saya
teman kepada teman-
c. dukungan emosional dari teman saya
teman
d. dukungan teman dalam
penyelesaian masalah
3 Significant a. ada dukungan dari orang Ada orang- 1,2,5,10 4 item
other tertentu orang yang
b. ada dukungan emosional dari peduli dengan
orang tertentu perasaan saya.
c. dukungan rasa nyaman dari
orang tertentu
d. dukungan perasaan dari orang
tertentu
Total 12 item
40
instrumen yang dipakai, yaitu 1) Brief Resilience Scale, 2) Perceived Stress Scale,
konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Confirmatory Faktor Analysis (CFA).CFA adalah suatu bagian dari analisis faktor
yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam mengukur
konstruk yang hendak diukur.Prosedur uji validitas konstruk dengan CFA adalah
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
2. Disusun hipotesis teori bahwa seluruh item yang disusun adalah valid
bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefiniskan (teori
unidimensional).
pada butir 2 adalah benar, maka semestinya item hanya mengukur satu faktor
saja (unidimensional).
halini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan
pengukuran (residual).
antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item berdasarkan
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=∑ atau
menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan (p>0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak. Artinya, teori
yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
2. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di drop karena
unfavorable atau negatif sudah sesuai (di reverse) skornya sehingga menjadi
42
positif. Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada jawaban benar
ataupun salah.
dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini berarti bahwa item
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan dalam subab berikut:
Dalam perhitungan data Confirmatory factor Analysis (CFA) satu faktor dari
value = 0.00000, skor RMSEA = 0.179. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000
< 0.05, sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
5, P-value = 0.28666, RMSEA = 0.033, dengan P-value > 0.05, artinya model ini
sudah fit. Dengan demikian, item yang ada pada konstruk resiliensi ini hanya
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
43
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Resiliensi
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.19 0.07 2.83
2 0.48 0.08 6
3 0.22 0.07 3.24
4 0.16 0.07 2.4
5 -0.45 0.08 -5.75 X
6 1.04 0.12 8.96
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, setelah dilakukan pengujian CFA, lima item memiliki
muatan faktor positif dan memiliki t > 1.96 dan satu item memiliki muatan faktor
negatif. Sehingga terdapat satu item yang harus di-drop dari konstruk resiliensi,
Dalam perhitungan data Confirmatory factor Analysis (CFA) satu faktor dari
= 35, P-value = 0.00000, skor RMSEA = 0.194. Dari hasil tersebut nilai P-value =
0.00000 < 0.05, sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
= 22, P-value = 0.17939, RMSEA = 0.035, dengan P-value > 0.05, artinya model
ini sudah fit. Dengan demikian, item yang ada pada konstruk perceived stress ini
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
44
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Perceived stress
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.63 0.06 9.8
2 0.88 0.06 14.6
3 0.79 0.06 13.92
4 0.08 0.07 1.13 X
5 0.29 0.07 4.48
6 -0.65 0.06 -10.64 X
7 0.15 0.07 2.28
8 -0.22 0.07 -3.24 X
9 0.86 0.06 15.39
10 0.91 0.05 16.77
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, setelah dilakukan pengujian CFA, tujuh item memiliki
muatan faktor positif serta t > 1.96, dan tiga item memiliki muatan faktor negatif.
Sehingga item nomor 4,6, dan 8 harus di-drop dari konstrukperceived stress.
Dalam perhitungan data Confirmatory factor Analysis (CFA) satu faktor dari
konstruk efikasi diri diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 319.01, df = 20,
P-value = 0.00000, skor RMSEA = 0.261. Dari hasil tersebut nilai P-value =
0.00000 < 0.05, sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
= 9, P-value = 0.21264, RMSEA = 0.039, dengan P-value > 0.05, artinya model ini
sudah fit. Dengan demikian, item yang ada pada konstruk efikasi diri ini hanya
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran efikasi
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Efikasi Diri
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.67 0.06 10.85
2 0.85 0.05 15.58
3 0.92 0.05 17.86
4 0.93 0.05 17.99
5 0.93 0.05 18.08
6 0.86 0.05 15.73
7 0.66 0.06 10.69
8 0.74 0.06 12.77
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien
muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96, atau t < 1.96. Berdasarkan
kriteria, seluruh item efikasi dirimerupakan item yang valid berdasarkan dua
kriteria yang dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki nilai
negatif, nilai t value memiliki nilai t > 1.96 atau t < 1.96. Dengan demikian, item-
Dalam perhitungan data Confirmatory factor Analysis (CFA) satu faktor dari
value = 0.00000, skor RMSEA = 0.139. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0.00000
< 0.05, sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
7, P-value = 0.39162, RMSEA = 0.015, dengan P-value > 0.05, artinya model ini
sudah fit. Dengan demikian, item yang ada pada konstruk gratitude ini hanya
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran gratitude
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Gratitude
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.99 0.05 20.17
2 0.87 0.05 16.17
3 0.47 0.06 7.36
4 0.83 0.06 15
5 0.78 0.06 13.74
6 -0.15 0.07 -2.29 X
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
47
Berdasarkan tabel 3.11, setelah dilakukan pengujian CFA, lima item memiliki
muatan faktor positif serta t > 1.96, dan satu item memiliki muatan faktor negatif.
Dalam perhitungan data Confirmatory factor Analysis (CFA) satu faktor dari
= 54, P-value = 0.00000, skor RMSEA = 0.206. Dari hasil tersebut nilai P-value =
0.00000 < 0.05, sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Penulis melakukan
modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk
= 20, P-value = 0.10394, RMSEA = 0.043, dengan P-value > 0.05, artinya model
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Dukungan Sosial
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Family
1 0.98 0.05 19.72
2 0.96 0.05 18.93
3 0.82 0.06 14.44
4 0.86 0.05 15.75
Friend
5 1.03 0.06 18.61
6 0.89 0.06 14.41
7 0.97 0.06 16.43
8 0.74 0.06 12.14
Significant
Other
9 0.92 0.05 17.39
10 0.99 0.05 19.72
11 1.04 0.05 20.47
12 0.98 0.05 19.60
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12, setelah dilakukan pengujian CFA, seluruh item dukungan
sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki nilai negatif, nilai t value
memiliki nilai t > 1.96 atau t < 1.96. Dengan demikian, item-item tersebut tidak ada
yang di-drop.
adalah:
49
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+e
Y = resiliensi
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = perceived stress
X2 = efikasi diri
X3 = gratitude
X4 = family
X5 = friend
X6 = significant other
X7= umur
X8= jenis Kelamin
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara reiliensi (DV) dengan perceived stress, efikasi diri,
dependent variable (Y) yang disebabkan oleh independent variable (X) atau yang
dependent variable (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari resiliensi
yang dijelaskan oleh perceived stress, efikasi diri, gratitude, dan dukungan sosial.
𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑅2 =
𝑆𝑆𝑦
Keterangan:
SSreg – Jumlah kuadrat regresi yang dihitung setelah koefisien regresi diperoleh
Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah
pengaruh IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini alah R2 itu sendiri
dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah total sampel untuk df dari pembagi
𝑅 2 ⁄𝑘
𝐹=
(1 − 𝑅2 )⁄(𝑁 − 𝑘 − 1)
Keterangan:
R2 = proporsi varians
N = ukuran sampel
melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti
𝑏𝑖
𝑡𝑖 =
𝑆𝑏𝑖
Di mana bi adalah koefisien regresi untuk IV dan Sbi adalah standar error
sampling.
BAB 4
Total sampel dalam penelitian ini adalah 220 orang penyandang autoimun yang
Tabel 4.1
Gambaran Umum Penyandang Autoimun
Jumlah Presentasi
Usia:
15 – 60 Mean = 36.5818
SD = 11.70597
Jenis Kelamin:
Laki-laki 13 5.9
Perempuan 207 94.1
Jenis Penyakit:
Systemic Lupus Erythematosus 64 29.1
Scleroderma 4 1.8
Rheumatoid Arthritis 76 34.5
Sjogren Syndrome 21 9.5
Multiple Sclerosis 5 2.3
Dan lain-lain 50 22.7
Lama diagnosa:
1 - 5 tahun 126 57.3
6 10 - tahun 60 27.3
≥ 10 tahun 34 25.5
Jenis pengobatan:
Obat 199 90.5
Herbal 9 4.1
Terapi 8 3.6
Dan lain-lain 4 1.8
Jumlah 220
51
52
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel
sebanyak 220 orang, terdapat 5.9% merupakan laki-laki dan 94.1% merupakan
perempuan. Kemudian rata-rata usia dalam penelitian ini adalah kisaran 36 tahun.
dengan jumlah sebesar 76 orang (34.5%). Rentang waktu diagnosa dalam penelitian
ini berada dominan pada waktu 1 sampai 5 tahun yaitu dengan jumlah sebesar 126
orang (57.3%). Jenis pengobatan yang paling banyak dilakukan dalam penelitian
Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis akan melakukan analisis deskriptif. Hasil
analisis deskriptif adalah hasil gambaran mengenai data dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif akan menyajikan nilai minimum,
maksimum, mean, dan standard deviasi serta kategorisasi tinggi dan rendahnya
skor variabel penelitian. Gambaran mengenai hasil deskriptif akan disajikan dalam
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Resiliensi 220 31.37 69.20 50.000 8.162209
Perceived stress 220 30.71 70.01 50.000 9.45910
Efikasi Diri 220 15.53 63.46 50.000 9.70659
Gratitude 220 5.18 5.33 50.000 9.69706
Family 220 19.58 57.63 50.000 9.92730
Friend 220 23.56 60.63 50.000 9.69559
Significant Other 220 18.87 57.61 50.000 9.98890
Valid N (listwise) 220
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai
mean dari seluruh variabel adalah 50. Selain itu, nilai minimum dari resiliensiadalah
53
31.37 dengan nilai maksimum 69.2, dan SD = 8.16209. Kedua, perceived stress
dengan nilai minimum = 30.71, nilai maksimum = 70.01, dan SD = 9.45910. Ketiga,
55.33, dan SD = 9.69706. Kelima, family dengan nilai minimum = 19.58, nilai
hal yang perlu dilakukan adalah kategorisasi terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dan t-score . Dalam hal ini, ditetapkan
Tabel 4.3
Norma Skor Kategorisasi
Norma Interpretasi
X < Mean - 1Standar Deviasi Rendah
X > Mean + 1Standar Deviasi Tinggi
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan bahwa pada variabel resiliensi, 48.6% dari total
yang diteliti, resiliensi yang paling dominan berada pada kategori rendah. Pada
variabel perceived stress, 53.6% dari total responden memiliki tingkat perceived
stress tinggi, dan 45.9% responden meiliki tingkat perceived stress rendah. Dapat
stress yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Pada variabel efikasi diri,
56.4% dari total responden memiliki tingkat efikasi diri tinggi, dan 43.6%
responden memiliki tingkat efikasi diri rendah. Dapat disimpulkan bahwa dari
keseluruhan responden yang diteliti, tingkat efikasi diri yang paling dominan
berada pada kategori tinggi. Pada variabel gratitude, 70.0% dari total responden
memiliki tingkat gratitude tinggi, dan 30.0% responden memiliki tingkat gratitude
rendah. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat
gratitude yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Pada variabel family,
68.2% dari total responden memiliki tingkat family tinggi, dan 31.8%
55
keseluruhan responden yang diteliti, tingkat family yang paling dominan berada
pada kategori tinggi. Pada variabel friend, 59.1% dari total responden memiliki
tingkat friend tinggi, dan 40.9% responden memiliki tingkat friend rendah. Dapat
disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat friend paling
dominan berada pada kategori tinggi. Pada variabel significant other, 70.9% dari
total responden memiliki tingkat significant other tinggi, dan 29.1% responden
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga. Dalam
regresi ada tiga hal yang dilihat, pertama melihat R Square untuk mengetahui
pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)
Tabel 4.5
R square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .478 0.228 0.199 7.30504
a. Predictors: (Constant), perceived stress, efikasi diri, gratitude, dukungan sosial.
56
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R Square sebesar 0.228 atau 22.8%.
Artinya proporsi varian dari resiliensi yang dijelaskan oleh perceived stress, efikasi
diri, gratitude, dan dukungan sosial adalah sebesar 22.8%, sedangkan 77.2%
pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
Tabel 4.6
Anova Pengaruh seluruh IV terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3329.979 8 416.247 7.800 .000b
Residual 11259.721 211 53.364
Total 14589.700 219
a. Predictors: (Constant), perceived stress, efikasi diri, gratitude, dukungansosial.
b. Dependent Variable:R
Berdasarkan uji F pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada
kolom paling kanan adalah p = 0.000 dengan nilai p < 0.05. jadi, dengan demikian
IV. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti variabel
Tabel 4.7
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model t Sig.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 19.389 6.195 3.130 .002
Perceived Stress .371 .055 .429 6.745 .000*
Efikasi Diri .072 .068 .085 1.039 .300
Gratitude .081 .074 .096 1.031 .304
Family .016 .072 .020 .225 .822
Friend -.064 .074 -.077 -.871 .385
Significant Other -.012 .082 -.014 -.141 .888
Usia .393 .803 .031 .490 .625
Jenis Kelamin 3.162 2.103 .092 1.503 .134
a. Dependent Variable: R
Resiliensi’ = 19.389 + 0.371 *perceived stress+ 0.072 efikasi diri +0.081 gratitude
+ -0.016 family + -0.064 friend + -0.012 significant other + 0.393 usia + 3.162
jenis kelamin.
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.371 dengan taraf signifikansi .000 (sig <
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh
bahwa semakin tinggi variabel perceived stress, maka semakin tinggi pula
resiliensi.
Diperolah nilai koefisien regresi sebesar 0.072 dan taraf signifikansi .300 (sig >
0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh efikasi
diri terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel efikasi diri pengaruhnya tidak
3. Variabel gratitude
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.081 dan taraf signifikansi .304 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh gratitude
4. Variabel family
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.016 dan taraf signifikansi .882 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh family
5. Variabel friend
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.064 dan taraf signifikansi .385 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh friend
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.012 dan taraf signifikansi .888 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh
7. Variabel usia
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.393 dan taraf signifikansi .625 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh umur
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 3.162 dan taraf signifikansi .134 (sig >
0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh jenis
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih
kuat. Dalam hal ini, penulis menggunakan koefisien regresi yang terstandarisasi
(standardized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka koefisien regresi mana
yang menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap variabel dependen. Variabel
perceived stress memiliki pengaruh yang paling kuat dengan nilai β = .429.
varian pada resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
60
Tabel 4.8
Proporsi Varians
R R Square Sig.F
Model R square Change F change df1 df2 Change
1 .488a .201 .201 54.796 1 218 .000
2 .460b .212 .011 2.982 1 217 .086
3 .464c .215 .004 .993 1 216 .320
4 .464d .216 .000 .066 1 215 .798
5 .468e .219 .004 1.022 1 214 .313
6 .468f .219 .000 .010 1 213 .920
7 .469g .220 .001 .180 1 212 .672
8 .478h .228 .008 2.260 1 211 .134
Predictors: (Constant). Perceived stress, efikasi diri, gratitude, family, friend, significant
other, usia, jenis kelamin
df2 = 218.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F = .066 dan df2 =
215.
61
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 1.022 dan df2
= 214.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = .180 dan df2 =
212.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian
ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari perceived
perceived stress.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa secara umum, jumlah perempuan yang
sebesar 207(94.1%) orang perempuan dan 13 (5.9%) laki-laki. Hasil ini sesuai
dibandingkan laki-laki.
Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menunjukkan R square sebesar 0.228 atau 22.8%. Hal ini berarti bahwa variabel
62
63
dijelaskan oleh variabel selain perceived stress, efikasi diri, gratitude, dukungan
penyandang Autoimun. Tekanan psikologis atau stres terjadi ketika individu merasa
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Petrie (2010), yang menyatakan bahwa
ada hubungan signifikan antara perceived stress atau stres yang dirasakan dengan
Lazarus (dalam Kupriyanov & Zhdanov, 2014) membagi stres menjadi dua,
yaitu eustress dan distress. Eustress adalah respon positif terhadap stressor, dan
arousal, bahwa pengelolaan pikiran, emosi, dan perilaku yang baik diperlukan
adalah sedang. Pada penelitian ini, penulis melihat bagaimana persepsi penyandang
autoimun dalam menilai kejadian yang dianggap menjadi pemicu stres melihat
perasaan dan juga pemahaman mereka selama beberapa bulan terakhir mengenai
stres.
menjadi eustress, dan berusaha untuk selalu menjaga stabilitas pikiran, emosi, dan
juga perilaku agar tingkat arousal atau gairah yang mereka miliki berada pada
64
Dalam penelitian ini, variabel yang tidak signifikan adalah efikasi, gratitude,
dukungan sosial, dan faktor demografi. Variabel efikasi diri tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap resiliensi. Hal ini berkaitan dengan keyakinan yang
dimiliki oleh individu mengenai kemampuannya untuk melakukan suatu hal dan
efikasi diri yang tinggi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi
(Taylor & Reyes, 2012.). Skor efikasi diri akan meningkat ketika individu
mengatasi keadaan yang lebih sulit, namun dalam penelitian ini tidak berpengaruh
ini berkaitan dengan sifat yang mempengaruhi, emosi, atau suasana hati terhadap
peran orang lain dan juga pengalaman yang didapat selama hidup. Variabel
nilai koefisien regresi 0.081 dengan sig. sebesar .320. Dengan demikian variabel
resiliensi. Artinya, sifat yang memengaruhemosi, atau suasana hati dan juga
penelitian oleh Kumar dan Dixit (2014) menyatakan bahwa gratitude memiliki
Dimensi family, friend, dan significant other yang terdapat dalam variabel
dukungan sosial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Hal
65
ini berkaitan dengan dukungan sosial sebagai faktor positif yang membantu dalam
berasal dari lingkungan sekitar seperti family, friend dan significant other.Peneliti
bahwa sebagian dari penyandang memilih untuk tidak bergantung kepada siapapun
Variabel faktor demografi, yaitu usia dan jenis kelamin tidak memiliki
resiliensi. Hasil yang serupa tampak pada penelitian ini yang menyatakan bahwa
Terdapat persamaan penyebaran sampel pada kedua penelitian ini, yaitu jumlah
autoimun dengan ruang lingkup yang besar yaitu penyandang autoimun dalam
adalah dalam mengingatkan kembali penyandang untuk mengisi kuesioner. Hal ini
dipicu oleh kondisi brain fog yang mereka alami menyebabkan sebagian lupa
mengisi kuesioner. Kondisi brain fog adalah saat sistem kekebalan tubuh
menempatkan otak dalam mode “energy saver” untuk menghemat energi guna
dan kelancaran memori. Perlu kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan
memeriksa kuesioner yang telah diisi penyandang untuk dipastikan telah mengisi
5.3 Saran
Pada penelitian ini, penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis
dan saran praktis. Penulis memberikan saran secara metodologis sebagai bahan
menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi
pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Saran yang penulis
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians resiliensi yang dijelaskan
dukungan sosial, dan aspek demografi adalah sebesar 22,8%, artinya masih
terdapat faktor lain yang belum diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, penulis
penyebaran dengan metode yang lebih baik untuk memastikan tidak ada
responden yang kebingungan dan agar seluruh item diisi dengan baik.
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi komunitas
dukungan sosial. Resiliensi yang tinggi merupakan faktor internal yang penting dan
dimensi ini memiliki pengaruh yang signifikan dengan sumbangan paling besar
komunitas sudah memiliki banyak kegiatan untuk para penyandang, dalam hal ini
seperti management stress dan umpan balik untuk melatih persepsi dalam menilai
stress, agar para penyandang autoimun dapat mengendalikan stres yang mereka
AARDA. (2016). Autoimmune Disease List. Diakses pada November 2017 dari
https://www.aarda.org/diseaselist/
AARDA. (2016). Women & Autoimunity. Diakses pada November 2017 dari
https://www.aarda.org/who-we-help/patients/women-and-autoimmunity/
Becker, G., & Newsom, E. (2005). Resilience in the face of serious illness among
chronically ill african americans in later life. Journal of Gerontology: Social
Sciences.. Vol:60(4), 214–223.
Chen, Gilad. Stanley M. Gully, & Dov Eden. (2001). Validation of a new general
self-efficacy scale. Organizational Research Method. Sage Publication.
Cobb, S. (1976). Social support as a moderator of life stress. American
Psychosomatic Society, Inc.
Cohen, S., Janicki-deverts, D., & Miller, G. E. (2013). Psychological stress and
disease. Vol: 298(14), 1685–1687.
68
69
Hewitt, Flett & Mosher. (1992). The perceived stress scale: Factor structure and
relation to depression symptoms in a psychiatric sample. Journal of
Psychopathology and Behavioral Assessment, 14 (3), 1-20.
Jang, J. (2012). The effect of social support type on resilience. Alabama: Thesis.
University of Alabama.
Kumar, Arun. Vidushi Dixit. (2014). Forgiveness, gratitude, and resilience among
Indian youth. Indian Journal of helath and Wellbeing. Delhi: Indian
Association of Heath.
Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The Eustress Concept : Problems and
outlooks. Vol:11(2), 179–185.
Lazarus, R.S., & Lazarus, B. N. (1994). Passion and reason: Making sense of our
emotions. New York: Oxford University Press.
Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (n.d.). (2004). Character strengths and virtues:
a handbook and classification.Washington: American Psychologycal
Association.
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience factor. New York: Random House,
Inc.
Resnick, B. Gwyther, L,P., & Roberto. K, A. (2011). Resilience in aging: concepts,
research, and outcomes. New York: Springer.
Rinaldi. (2010). Resiliensi pada masyarakat kota padang ditinjau dari jenis kelamin.
Jurnal Psikologi Volume 3. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang.
Shomon, Mary J. (2002). Living well with Autoimmune disease. New York: Harper
Collins Publisher.
Singh, K & Nan Yu, X. (2010). Psychometric evaluation of the connor-davidson
resilience scale (CD-RISC) in a sample of Indian student. J Psychology,
1, 23-30.
Smith, B. W., Dalen, J., Wiggins, K., Tooley, E., Christopher, P., & Bernard, J.
(2008). The Brief Resilience Scale: Assessing the ability to bounce back.
International Journal of Behavioral Medicine.
Sugeng., Prayogi, A.S, & Agung, G.A.K (2016). Hubungan antara resiliensi
dengan tingkat kecemasan pasien kanker. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, 7 (3), 149-155.
Varghese RP, Norman TSJ, Thavaraj HS. (2015). Perceived stress and self
efficacy among college students: a global review. International journal of
human resource management and research. Vol: 5 (3), 15-24.
LAMPIRAN 1
73
LAMPIRAN 2 KUESIONER
Informed Consent
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk
secara sukarela menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh Vega Ayu
Arasibenginiate mengenai resiliensi penyandang Autoimun. Data yang saya
berikan adalah data yang sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya
akan digunakan dalam keperluan penelitian.
Nama : …………………………………………………………………
No. HP : …………………………………………………………………
Peneliti Partisipan
Kuesioner Penelitian
Salam sejahtera, semoga Anda selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang
Maha Esa. Saya Vega Ayu Arasibenginiate, mahasiswi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat ini sedang
melakukan penelitian skripsi mengenai penampilan sehari-hari.
Bersama dengan hal ini, saya mohon bantuan Anda untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Penelitian ini berisikan sekumpulan pernyataan yang harus
dijawab sesuai dengan apa yang Anda rasakan atau Anda alami. Tidak ada jawaban
benar maupun salah dalam setiap pernyataan. Data yang Anda berikan dijamin
kerahasiaannya karena kuesioner ini bersifat anonim dan akan dipergunakan hanya
untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan Anda menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan terima
kasih.
Hormat
saya,
SKALA 1
NO PERNYATAAN JAWABAN
Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda mendekati dengan selalu
merasa (isi item)
NO PERNYATAAN JAWABAN
SKALA 2
Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan mengenai apa yang Anda rasakan dalam
sebulan terakhir. Anda diminta untuk mengemukakan seberapa sering Anda
merasakan hal tersebut dengan memberi tanda () pada bulatan yang tersedia.
Semakin ke kanan bulatan, Anda merasa selalu merasakan seperti pertanyaan yang
ada. Sebaliknya, semakin kiri bulatan, Anda semakin merasa tidak pernah
merasakan seperti pertanyaan yang ada.
Contoh
NO PERNYATAAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
SKALA 3
Anda diminta untuk merespon setiap pernyataan dengan memberi tanda checklist
() pada bulatan yang tersedia. Semakin ke kanan bulatan, Anda sangat setuju
dengan pernyataan yang ada dan sebaliknya.
NO PERNYATAAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
SKALA 4
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk merespon setiap
pernyataan dengan memberi tanda checklist () pada bulatan yang tersedia.
Semakin ke kanan bulatan, Anda sangat setuju dengan pernyataan yang ada.
Sebaliknya, semakin kiri bulatan, Anda semakin sangat tidak setuju dengan
pernyataan yang ada.
NO PERNYATAAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
SKALA 5
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Anda diminta untuk merespon setiap
pernyataan dengan memberi tanda checklist () pada bulatan yang tersedia.
Semakin ke kanan bulatan, Anda sangat setuju dengan pernyataan yang ada.
Sebaliknya, semakin kiri bulatan, Anda semakin sangat tidak setuju dengan
pernyataan yang ada.
NO PERNYATAAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JAWABAN
Data Identitas
Usia : ………………………………………………………………….
Agama : ………………………………………………………………….
Status : …………………………………………………………………
Pendidikan : …………………………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………………………
Ketika Anda mengalami flare, apakah ada pendekatan spiritual atau aktivitas
keagamaan yang dilakukan? : ………………………………………………
b. Perceived Stress
c. Efikasi Diri
d. Gratitude
e. Dukungan Sosial
Proporsi Varians