Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
i
PENGARUH KONSEP DIRI DAN LOKUS KONTROL
KESEHATAN TERHADAP KUALITAS HIDUP
PENYANDANG DIABETES
Skripsi
Oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Sidang Munaqasyah
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,M.si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
iii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
iv
MOTTO
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2018
C) Tiara Ersha Octari
D) Pengaruh Konsep Diri dan Lokus Kontrol Kesehatan terhadap Kualitas Hidup
Penyandang Diabetes
E) xiv +141 halaman
F) Kualitas hidup merupakan salah satu faktor penting bagi penyandang diabetes
untuk meningkatkan kesehatannya. Kualitas hidup juga menjadi salah satu
faktor yang dapat mengurangi risiko adanya komplikasi. Menjaga perilaku
agar senantiasa dapat mengontrol gula darah merupakan hal penting untuk
penyandang diabetes. Dengan memiliki konsep diri yang baik, penyandang
diabetes dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Penyandang diabetes yang
memiliki lokus kontrol yang baik juga akan memiliki kualitas hidup yang
baik. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh konsep diri dan lokus kontrol
kesehatan terhadap kualitas hidup penyandang diabetes.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2018
C) Tiara Ersha Octari
D) The Effect of Self-Concept and Health Locus of Control on the Quality of life
in People with Diabetes
E) xiv + 141 pages
F) Quality of life is an important factor for diabetics to improve health and reduce
the risk of complications. Diabetics need to maintain their behavior in order to
control blood sugar. Thus, diabetics need to have a good self-concept. With a
locus of control and good self-concept, people with diabetes will be able to
improve their quality of life. The purpose of this study is to examine the
influence of self-concept and locus of health control on the quality of life of
people with diabetes.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, dan Anugrah-Nya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam peneliti limpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak-
pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis
untuk mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.
2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
peneliti dari awal seminar proposal hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih
atas waktu, kritik, saran dan dukungan yang telah diberikan.
3. Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memotivasi melalui note di AIS. Terima kasih atas waktu dan motivasi yang telah
diberikan.
4. Ibunda dan ayahanda peneliti, Sri Andriaty Hasyim dan Muhammad Natsir Amin.
Terima kasih atas segala dukungan, doa, cinta dan kasih sayangnya. Terima kasih
untuk selalu meyakinkan penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini, apapun
halangannya. Juga Kakak penulis, Ajeng Meinar Rezkita, yang selalu menjadi
contoh yang baik untuk adiknya.
5. Teman-teman Psikologi 2014, khususnya Trya Dara Ruidahasi, Sri hartini Hastuti,
Usni Dwi Ambar, Conita Lutfiyah dan Hanna Marischa selaku sahabat bagi
penulis. Terimakasih atas segala dukungan, bantuan dan kekompakan sejak awal
semester 1 hingga akhir studi di UIN Jakarta ini, dan seterusnya. Juga Robi
Zulkarnain atas bantuan dan canda tawanya.
viii
6. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Fotografi Kalacitra, atas dukungan, doa, dan
canda tawanya selama ini. Terima kasih sudah menjadi tempat penulis untuk
berproses, berkarya, dan selalu menjadi tempat yang hangat untuk disinggahi.
ix
DAFTAR ISI
x
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 48-80
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 48
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 48
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 50
3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................... 57
3.4.1. Uji Validitas Alat Ukur Kualitas Hidup .............................. 59
3.4.2. Uji Validitas Alat Ukur Konsep Diri ................................... 63
3.4.2.1 Dimensi Disposisi Pelindung Kesehatan ................... 63
3.4.2.2 Dimensi Motivasi Menjaga Kesehatan ...................... 65
3.4.2.3 Dimensi Kerentanan ................................................... 67
3.4.2.4 Kebiasaan Berisiko Kesehatan ................................... 68
3.4.2.5 Dimensi Motivasi Entrinsik Penghindaran ................ 70
3.4.3. Uji Validitas Alat Ukur Lokus Kontrol Kesehatan ............. 72
3.4.3.1 Dimensi Internalitas ................................................... 72
3.4.3.2 Dimensi Eksternalitas Kuat Lainnya .......................... 76
3.4.3.3 Dimensi Peluang Eksternalitas ................................... 75
3.5. Teknik Analisis Data ...................................................................... 78
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Kualitas hidup menjadi isu penelitian yang penting dan semakin diakui
sebagai salah satu cara pengukuran dalam perawatan kesehatan dalam beberapa
tahun terakhir (Fitzpatrick, et al., 1992; Costanza, 2008; Malkoc, 2011; Schrag, et
al., 2000; Saravi, et al., 2017). Pentingnya kualitas hidup juga diperhatikan oleh
The Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang memiliki target
Kualitas hidup juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko
mencakup aspek fisik, emosional, dan kesejahteraan sosial seperti fungsi fisik,
keterbatasan peran yang diakibatkan oleh masalah fisik atau emosional, dan
penyandang diabetes berjumlah 422 juta jiwa pada tahun 2014. Pada tahun 2015,
1
2
1,6 juta jiwa meninggal karena diabetes, sedangkan 2,2 juta jiwa lainnya
meninggal karena tingginya gula darah pada tahun 2012. Sedangkan di Indonesia,
diabetes adalah penyebab kematian nomor satu dari angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Pada tahun 2014 lalu, penyandang
diabetes di Indonesia mencapai 9,1 juta orang dan menempati peringkat ke-5
dunia, dari sebelumnya peringkat ke-7 pada tahun 2013 (WHO, 2017; ―Jakarta
peningkatan prevalensi dari tahun 2007 sebanyak 5,7% menjadi 6,9% pada tahun
2013. Dipaparkan pula oleh International Diabetes Federation tahun 2015 bahwa
jiwa. Seperti kondisi di dunia, diabetes menjadi salah satu penyebab kematian
komplikasi seperti serangan jantung, stroke, infeksi kaki yang berisiko amputasi
serta gagal ginjal stadium akhir. Padahal, 90% penyandang diabetes merupakan
diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat dan sebetulnya 80%
dapat dicegah (Kemenkes, 2016). WHO mengungkapkan pada tahun 2012, sekitar
satu juta orang dewasa di wilayah regional Asia Tenggara meninggal karena
3
tingginya gula darah. Kematian tersebut termasuk akibat langsung dari diabetes
dari diabetes, seperti gagal ginjal, penyakit jantung, pembuluh darah dan
tuberkulosis.
dengan penyakit kronis (salah satunya diabetes) memiliki kualitas hidup yang
(Bonomi, 2000; Martinez 2008, Tejada 2012). Setiap individu dengan keadaan
klinis yang sama akan menggambarkan kualitas hidup yang berbeda. Kualitas
hidup membantu perawat untuk memahami pandangan kesehatan pasien dan akan
memudahkan perawatan pasien. Sehingga akan menjadi lebih efektif dan akan
lebih mudah menentukan treatment mana yang akan digunakan sesuai dengan
kualitas hidupnya (Nasiri et al., 2003 & Shafi-Mohammad et al., 2009 dalam
Aliha 2015).
(Pukeliene & Starkauskiene, 2011). Pada faktor eksternal, sosial dan lingkungan
merupakan dua hal yang memengaruhi kualitas hidup. Dalam aspek lingkungan,
banyak dukungan yang ia terima, maka semakin besar tingkat penyesuaiannya dan
semakin rendah manifestasi depresi yang akan terjadi (Perez, et al., 2014).
memiliki hubungan yang linear. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial yang
emosional, tingkat percaya diri, efikasi diri, dan tingkat stres memengaruhi
kualitas hidup seseorang (Ruzevicius & Akranaviciute, 2007; Saravi, et al., 2017).
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat salah satu faktor internal yaitu konsep diri
konsepsi tentang dirinya sendiri terhadap berbagai elemen dalam kehidupan. Dari
sudut pandang ini, penilaian kualitas hidup perlu menyertakan kompleks dan
struktur kepribadian dari konsep diri yang mengacu pada beberapa entitas
subjektif yang berkaitan erat dengan perasaan pribadi dan identitas sebagai faktor
juga telah membuktikan bahwa konsep diri dibentuk oleh interaksi antara
diri individu maka akan memengaruhi kesehatan mentalnya (Bharathi & Sreedevi,
2013).
kualitas hidup, dan menunjukkan bahwa pandangan yang rendah terhadap diri
5
sendiri berkaitan dengan kualitas hidup subjek yang rendah. Zlatanovic (2000)
dalam penelitiannya tentang kualitas hidup, mengatakan bahwa penting dan tidak
pengetahuannya tentang diabetes dan memilik gaya hidup yang selaras dengan
pula oleh Kraai (2017) bahwa optimisme berkaitan dengan peningkatan kualitas
hidup.
Waitman (2016) bahwa individu dengan tingkat kerentanan yang tinggi, maka
akan menyebabkan hipoglikemia (keadaan gula darah yang sangat tinggi) dan
nutrisi yang baik merupakan kunci dari pengobatan diabetes dan kunci mencegah
Selain konsep diri, lokus kontrol kesehatan merupakan parameter yang sering
sebagai faktor penting penentu perilaku kesehatan individu (Greene, et al., 2013).
diteliti sebagai salah satu prediktor atau penentu hasil kesehatan pada penyakit
memiliki kualitas hidup yang tinggi juga (Sharif, 2017). Bagaimana individu
menilai rasa kontrol (sense of control) memiliki dampak terhadap kualitas hidup
yang berperan adalah lokus kontrol (Haskas, et al., 2016). Dengan memiliki lokus
kontrol yang baik, penyandang diabetes memiliki implikasi dan niat yang kuat
hidup melalui perencanaan perilaku yang spesifik (Marrero, 2014; Haskas, et al.,
2016). Diketahui pula usaha untuk pengendalian kontrol diri akan meningkatkan
kesehatan, kepuasan hidup dan konsep diri (Moffit, 2010; Sadaat, 2012; Bigdeloo
pengaruh lokus kontrol internal terhadap kualitas hidup. Sharif (2017) juga
mengatakan bahwa individu dengan lokus kontrol internal yang tinggi akan
manajemen diabetes.
diabetes, tetapi lebih kepada perawat (caregiver) (Du, et al., 2017). Padahal,
lingkungan dan faktor internal efikasi diri dan rasa percaya diri, bukan konsep diri
dan lokus kontrol kesehatan (Kaur, 2015; Keles, 2012; Amir, et al., 1998; Saravi,
et al., 2016).
9
individu dengan faktor internalitas yang tinggi akan memiliki personal kontrol dan
senantiasa berperilaku sehat akan memiliki tingkatan kesehatan yang lebih baik
Peneliti akan memfokuskan pada aspek konsep diri dan lokus kontrol
kesehatan pasien dengan diabetes. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul
―Pengaruh Konsep Diri dan Lokus Kontrol Kesehatan terhadap Kualitas Hidup
Penyandang diabetes‖.
membatasi pada faktor internal saja, yaitu pengaruh konsep diri dan lokus
kontrol kesehatan. Dengan konsep diri yang kuat, penyandang diabetes dapat
memahami apa yang akan mengganggu kesehatannya dan tidak. Selain itu,
dengan lokus kontrol yang baik maka perilaku individu yang berkaitan
pada konsep diri dan lokus kontrol kesehatan terhadap kualitas hidup
konteks nilai dan budaya yang ia miliki dan kaitannya dengan tujuan,
lingkungan.
avoidant motivation)
4. Subjek penelitian ini adalah penyandang diabetes tipe dua yang telah
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh konsep diri dan
hidup?
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB 2
LANDASAN TEORI
Kualitas hidup merupakan konstruk yang luas dan terdiri dari banyak
aspek yang berbeda dan mengarah pada definisi yang berbeda-beda juga
konteks nilai dan budaya yang ia miliki dan kaitannya dengan tujuan,
1997).
2005, p.14 dalam Keles, 2012). Kualitas hidup memiliki arti lebih dari
15
sekedar menghitung kekurangan atau kesakitan pada fisik dan psikis (Ims
kehidupan, dalam konteks nilai dan budaya yang ia miliki dan kaitannya
Faktor tersebut tidak hanya dibagi menjadi kesehatan fisik dan mental saja
tapi kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
eksternal, meliputi:
1. Lingkungan
kita yang disebut ego menjadi eco atau lingkungan (Ims & Jakobsen
2017).
Ketika individu menganggap diri mereka bagian dari alam, dan tidak
hidup (Ims & Jakobsen, 2017). Kualitas hidup tergantung kepada faktor
al., 2002).
2. Dukungan Keluarga
(Odgen, 2007).
3. Sosial
1. Tingkat emosional
2. Percaya diri
lainnya. Harga diri yang rendah mungkin terjadi jika ada perbedaan antara
3. Efikasi diri
psikologis (Elgar, 2005). Efikasi diri dan kualitas hidup memiliki implikasi
klinis yang penting. Karena itu, efikasi diri telah ditetapkan sebagai salah
satu faktor psikologis yang memiliki kaitan erat dengan kualitas hidup
klinis), maka kualitas hidupnya juga akan meningkat (Smith, et al., 2000).
4. Tingkat stres
pikiran individu itu sendiri (Odgen, 2007). Telah diungkapkan juga bahwa
konsep diri yang baik juga (Smith, et al., 1996). Tekanan atau stres dapat
18
5. Konsep Diri
6. Kontrol Diri
memiliki kualitas hidup dan kesehatan perilaku yang tinggi dan puas akan
kondisi yang ada (Kritner & Kiniky, 2005 dalam Bigdeloo, M & Bozorgi,
2016).
19
emosional, percaya diri, efikasi diri, tingkat stress, konsep diri, dan kontrol
penelitian ini akan diteliti lebih lanjut tentang faktor internal konsep diri
Menurut WHO (1998), dimensi kualitas hidup terdiri dari 6 aspek, yaitu:
1. Kesehatan fisik
energi yang ia miliki di dalam tubuhnya, apakah ada rasa sakit yang ia
2. Psikologis
lain-lain.
3. Tingkat Kemandirian
4. Hubungan Sosial
5. Lingkungan
6. Spiritualitas
terdapat 4 aspek yang sama pada alat ukut WHOQOL-100. Dua aspek yaitu
Namun terdapat beberapa alat ukur yang dapat dijadikan acuan, yaitu:
1. WHO memiliki dua alat ukur kualitas hidup, yaitu WHOQOL-100 dan
2. WHOQOL-BREF
Skala ini terdiri dari 26 item (α=0.92) dan 4 domain yaitu keadaan fisik,
3. EuroQol (EQ-5D)
1996. Alat ukur ini memiliki 15 item (α= 0.76) dan 5 dimensi yang terdiri
dari mobilitas, self-care, aktivitas dasar, rasa sakit atau rasa tidak nyaman
22
kategori respon yang berbeda dan akan diberikan skor dari angka 0-100.
serta aspek yang lebih singkat akan memudahkan peneliti untuk berfokus
Konsep diri adalah konstruk yang diartikan sebagai deskripsi diri dan
atribut dan evaluasi perilaku (Piers, 2012). Konsep diri yang baik
dan stabil (Gana, 2011; Leary & Tangney, 2012). Seseorang dikatakan
percaya diri dan kekuatan egonya (ego strength, self esteem), dan
protective behavior), dan efikasi diri (self efficacy) adalah hal yang
3. Kerentanan (vulnerability)
pengalaman sakitnya.
Concept Scale memaparkan aspek dari konsep diri terdiri dari 6 bagian,
yaitu:
1. Fisik (physical)
2. Moral (Moral)
3. Personal (Personal)
tentang dirinya dimana kedua hal tersebut dinilai tanpa melihat aspek
fisik dan tanpa intervensi dari orang lain. Aspek ini merefleksikan
4. Keluarga (Family)
5. Sosial (Social)
6. Pekerjaan (work)
ukur HRSCS yang mengungkapkan bahwa konsep diri terdiri dari lima
dibagikan menjadi item positif dan negarid dan diberikan nilai respon
dari 1-5 poin. Sedangkan 10 item lainnya merupakan item yang diambil
usia 7-90 tahun dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu kurang
MSCS adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur konsep diri.
MSCS memiliki 132 item (α=0.80) yang terbagi dalam 13 dimensi yaitu
Skala ini terdiri dari 80 item (α=0.91) yang hars diisi dengan alternative
Alat ukur ini dikembangkan oleh Ulrich Wiesmann, Ulrike Plotz dan
alat ukur yang dikembangkan oleh Jenifer J. Thomas, PhD dan John
berkaitan dengan konsep diri dalam aspek kesehatan dan cocok untuk kajian
klinis.
2.3.1 Definisi
Konsep lokus kontrol pada awalnya dikemukakan oleh Rotter pada tahun
pada tahun 1977. Kemudian diikuti dengan teori social learning dari
Bandura pada tahun 1977 (Siah, 2017). Lokus kontrol, sebuah konstruk
suster, teman, dll). Individu dengan lokus kontrol internal yang tinggi
percaya bahwa sesuatu terjadi atas hasil dari usaha dan perbuatannya
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori dari Wallston yaitu
1976).
1. Internal
2. Eksternal
kejadian atau sebuah akibat terjadi tergantung pada faktor lain yang
Aspeknya yaitu:
1. Internalitas (internality)
2009).
Skala ini dikembangkan oleh William Homer James pada tahun 1963,
beliau merupakan murid dari Julian Rotter. Tidak seperti skala lokus
(sangat tidak setuju) sampai 3 (sangat setuju). Skala ini terdiri dari 60
item.
dan Robert DeVellis pada tahun 1978. Health Locus of Control Scale
sampai 6 (sangat setuju). Skala ini terdiri dari 3 dimensi yaitu internal
internal, powerful others dan chance. Alat ukur ini merupakan hasil
dilakukan pula tes reabilitasnya pada kedua alat ukur tersebut, dan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur dari Ferraro (1987),
(Ferraro, 1987).
2.4 Diabetes
tersebut terutama terjadi pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah. Hyperglycemia terjadi apabila kadar glukosa darah naik lebih tinggi
retina mata) dengan potensi kebutaan, neuropati (pembuluh darah pada ginjal
mengecil) yang dapat berujung pada kerusakan ginjal, dan atau pengecilan
kondisi penderitanya.
1. Diabetes tipe 1
yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan glukosa dari aliran darah ke sel
tubuh. Dengan bantuan terapi insulin dan perawatan lainnya, bahkan anak
kecil pun bisa belajar mengelola kondisinya dan hidup lama dan sehat
(ADA, 2010).
2010). Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan tidak dapat dicegah
(WHO,1998).
diabetes tipe 1, tubuh memecah gula dan pati yang Anda makan menjadi
(ADA, 2010).
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 berasal dari penggunaan insulin yang tidak efektif oleh
diabetes tipe 2, dan sebagian besar merupakan hasil dari kelebihan berat
badan dan aktivitas fisik (WHO, 1998). Pada diabetes tipe dua, terjadi
resistensi insulin yaitu tubuh tidak menggunakan insulin dengan baik. Pada
39
saat ini, jenis diabetes ini hanya terlihat pada orang dewasa tapi sekarang
3. Diabetes Gestasional
Mereka dan anak-anak mereka juga berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2
1. Depresi (Depression)
2. Cemas (Anxiety)
muncul karena adanya peningkatan gula darah, perubahan berat badan, dan
lain-lain.
diri untuk pasien yang juga berlangsung terus menerus. Hal tersebut diperlukan
Association, 2012).
Kualitas hidup tidak hanya diukur dari faktor eksternal seperti fisik diri,
keluarga, sosial, bahkan tingkat ekonomi saja tetapi juga dari faktor internal
bahwa dengan mengontrol diet (pola makan), tekanan dan gula darah dapat
adanya korelasi antara kualitas hidup dengan lokus kontrol adalah bahwa bagi
adanya korelasi dengan kualitas hidup. Diungkapkan bahwa konsep diri yang
negatif akan menghasilkan cara atau aturan hidup yang tidak baik karena tidak
kesehatan.
dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
maka ia akan terus berusaha menerapkan perilaku sehat. Maka, semakin tinggi
dengan tingkat kerentanan yang tinggi, akan mudah memiliki gula darah yang
terhindar dari hiperglikemia dan komplikasi. Tidak hanya itu, pola makan dan
sering individu menerapkan perilaku yang tidak sehat, maka akan semakin
terjadi karena dirinya sendiri. Individu dengan lokus kontrol internal yang
tinggi akan memiliki kualitas hidup yang tinggi juga. Individu dengan
sehat.
44
dokter, keluarga, dan terapis memegang peran yang besar dalam menentukan
individu memiliki dukungan yang kuat dari keluarga, teman, maupun dokter
menjadi semangat pertama untuk meraih kualitas hidup yang baik. Pada
maka kualitas hidupnya akan tinggi. Keyakinan individu untuk sembuh akan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep diri dan lokus kontrol
sebagaimana berikut:
45
Gambar 2.1
Skema Kerangka Beripikir Penelitian
Konsep Diri
Disposisi pelindung
kesehatan (health protective
disposition)
Motivasi menjaga
kesehatan (health protective
motivation)
Kerentanan
(vulnerability)
Kebiasaan berisiko
kesehatan (health-risky
habits)
Motivasi ekstrinsik-
penghindaran (estrinsic-
avoidant motivation)
Kualitas
Hidup
Lokus Kontrol Kesehatan
Internalitas (internality)
Berdasarkan model pada gambar 2.1 dan kajian teori yang telah dikemukakan
Hipotesis Nihil
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep diri (disposisi pelindung
penyandang diabetes.
Hipotesis Minor
kualitas hidup
47
statistik.
48
BAB 3
METODE PENELITIAN
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah penyandang diabetes yang
dengan cara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel atau kriteria yang telah
adalah:
49
kehidupan, dalam konteks nilai dan budaya yang ia miliki dan kaitannya
1998)
et al., 2008). Pada penelitian ini, konsep diri akan dibagi menjadi enam
bagian yaitu:
dan optimismenya.
c. Kerentanan (vulnerability)
a. Internalitas (internality)
yang berbeda-beda, dan tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah.
Cara menjawabnya adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah
51
satu alternatif pilihan jawaban yang telah tersedia. Item yang ada disusun
pertanyaan favorable dan unfavorable dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2.
Tabel 3.1
Pernyataan pilihan Pernyataan
jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Baik 4 1
Baik 3 2
Buruk 2 3
Sangat Buruk 1 4
Tabel 3.2
Pernyataan pilihan Pernyataan
jawaban Favorable Unfavorable
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis alat
ukur yaitu alat ukur kualitas hidup, lokus kontrol kesehatan dan konsep diri
oleh WHOQOL group pada tahun 1997. Skala ini terdiri dari 26 item dan 4
lagi dan dijadikan versi singkat alat ukur kualitas hidup yang juga
Peneliti akan memodifikasi skala pada kuesioner karena alat ukur ini
Tabel 3.3
Blue print skala kualitas hidup
No item
No Dimensi Indikator Favorable
b. Perasaan negatif 26
c. Perasaan positif 1, 5, 6
b. Dukungan sosial 22
c. Aktivitas seks 21
d. Lingkungan rumah 23
e. Kesempatan mendapatkan 13
informasi
h. Transportasi 25
Total item 26
54
merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Jenifer J. Thomas, PhD dan
bisa mengambil alternatif jawaban yang netral saja. Adapun blue print dari
Tabel 3.4
Blue print skala konsep diri
No item
No Dimensi Indikator Fav Unfav
1 Disposisi a. Stabilitas afektif 1,2,3,5 -
pelindung b. Optimisme 4
kesehatan
total adalah 18. Alat ukur ini dapat digunakan untuk usia 18 hingga 80 tahun,
perlunya melihat lokus kontrol kepada sisi yang lebih spesifik lagi, sehingga
mengambil alternatif jawaban yang netral saja. Adapun blue print dari skala
Tabel 3.5
Blue print skala lokus kontrol kesehatan
No item
No Dimensi Indikator Favorable
a. Individu
1 Internalitas memengaruhi 2, 6
kesehatan
b. Usaha individu
1, 3,
c. Individu sebagai
pengendali 4, 5,
kesehatan
a. Orang lain
2 Peluang sebagai salah satu 7, 12
eksternalitas cara menghindari
diabetes
b. Dipengaruhi 16, 18
ketidaksengajaan
c. Dipengaruhi 13
keberuntungan
Total item 25
Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis
faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam
58
dengan menggunakan software LISREL 8.7. Cara pengujian validitas item dengan
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-
memutuskan ada atau tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut teori
atau model. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p > 0,05), maka item
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata
tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Beberapa hal yang
diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t < 1,96), maka item
59
semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu
banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga), maka item
tersebut perlu di drop atau tidak. Untuk itu, peneliti melakukan uji
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Kualitas Hidup
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.63 0.08 8.06 V
2 0.64 0.08 8.36 V
3 0.30 0.08 3.48 V
4 0.48 0.08 5.58 V
5 0.74 0.07 9.99 V
6 0.76 0.07 10.36 V
7 0.63 0.08 8.14 V
8 0.55 0.08 7.14 V
9 0.69 0.08 9.02 V
10 0.69 0.08 9.00 V
11 0.62 0.08 7.79 V
12 0.65 0.08 8.47 V
13 0.72 0.07 9.75 V
14 0.69 0.08 9.09 V
15 0.70 0.08 7.13 V
16 0.57 0.08 7.13 V
17 0.85 0.07 12.08 V
18 0.65 0.08 8.37 V
19 0.85 0.07 12.22 V
20 0.81 0.07 11.42 V
21 0.60 0.08 7.50 V
22 0.76 0.07 10.46 V
23 0.79 0.07 10.81 V
24 0.71 0.08 9.39 V
25 0.62 0.08 7.92 V
26 0.51 0.08 6.25 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
muatan yang positif dan nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
64
gambar 3.2.
Tabel 3.7
Muatan faktor item disposisi pelindung kesehatan
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.74 0.07 10.74 V
2 0.86 0.07 13.17 V
3 0.91 0.06 14.38 V
4 0.88 0.06 13.79 V
5 0.96 0.06 15.54 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
65
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
didrop.
P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
3.3.
66
Tabel 3.8
Muatan faktor item motivasi menjaga kesehatan
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.88 0.06 13.84 V
2 0.91 0.06 14.65 V
3 0.95 0.06 15.85 V
4 0.75 0.07 10.79 V
5 0.69 0.07 9.63 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t<1,96); X=tidak signifikan
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
didrop.
3.4.2.3 Kerentanan
P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
Tabel 3.9
Muatan faktor item kerentanan
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.80 0.07 0.94 V
2 0.98 0.07 14.28 V
3 0.58 0.08 7.67 V
4 0.21 0.08 2.62 V
5 -0.10 0.08 -1.26 X
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
analisis CFA yang dilakukan, hasilnya ternyata model tidak fit dengan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.10
70
Tabel 3.10
Muatan faktor item kebiasaan berisiko kesehatan
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.76 0.07 10.82 V
2 0.65 0.07 8.71 V
3 0.63 0.07 8.50 V
4 0.83 0.07 12.46 V
5 0.93 0.06 14.78 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t<1,96); X=tidak signifikan
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
didrop.
analisis CFA yang dilakukan, hasilnya ternyata model tidak fit dengan
Penghindaran
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.11
Tabel 3.11
Muatan faktor item motivasi ekstrinsik penghindaran
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.75 0.08 9.79 V
2 0.64 0.08 8.11 V
3 0.39 0.09 4.54 V
4 0.69 0.08 8.82 V
5 0.72 0.08 9.37 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
72
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
yang didrop.
dimensi tersebut.
yaitu internalitas. Maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.7.
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.12
74
Tabel 3.12
Muatan faktor item internalitas
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.61 0.08 8.11 V
2 0.81 0.07 11.73 V
3 0.88 0.06 13.72 V
4 0.90 0.06 14.06 V
5 0.79 0.07 11.51 V
6. 0.79 0.07 11.47 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan muatan faktor (lambda) dan
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
yang dilakukan, hasilnya ternyata model tidak fit dengan nilai Chi-
yaitu eksternalitas kuat lainnya. Maka diperoleh model fit seperti pada
gambar 3.8.
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.13
Tabel 3.13
Muatan faktor item eksternalitas kuat lainnya
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.21 0.08 2.57 V
2 0.67 0.07 9.21 V
3 0.98 0.06 14.41 V
4 0.98 0.06 16.09 V
5 0.64 0.07 8.84 V
6. 0.51 0.08 6.68 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
76
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
didrop.
yang dilakukan, hasilnya ternyata model tidak fit dengan nilai Chi-
gambar 3.9.
77
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.14
Tabel 3.14
Muatan faktor item peluang eksternalitas
No Item Koefisien Std. Error T-Value Signifikan
1 0.77 0.08 10.10 V
2 0.74 0.08 9.78 V
3 0.79 0.07 10.50 V
4 0.67 0.08 8.81 V
5 0.79 0.07 10.54 V
6. 0.74 0.07 9.96 V
Keterangan: tanda V=Signifikan (t>1,96); X=tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan muatan faktor (lambda) dan
muatan yang positif, nilai koefisien (t>1,96) dan koefisien > 0,5
78
didrop.
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah multiple regression
analisis regresi dengan satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel
Keterangan:
Y = Kualitas hidup
b = Koefisien regresi
X3 = kerentanan (vulnerability),
X6 = internalitas (internality)
e = residu
pengujian berikut:
1. R2 (Koefisien Determinasi)
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikansi (Sig).
Sig < 0.05 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2)
⁄
( )⁄( )
3. Uji t
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni
(T-Score) yang merupakan hasil proses konversi dari skor mentah (Raw Score).
Proses ini ditujukan agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil
menjadi skor baku (Z-Score). Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score,
semua skor ditransformasi ke rumus T. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan
disajikan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi serta kategorisasi
tinggi dan rendahnya skor variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KualitasHidup 157 18.97 70.09 50.0000 9.71524
Internalitas 157 19.49 62.76 50.0000 9.55216
EksternalitasKuatLainnya 157 23.94 62.83 50.0000 9.72383
PeluangEksternalitas 157 32.75 74.42 50.0000 9.36295
DisposisiPelindungKesehatan 157 23.13 62.33 50.0000 9.47935
MotivasiMenjagaKesehatan 157 20.45 63.43 50.0000 9.45695
Kerentanan 157 34.66 68.36 50.0000 9.60431
KebiasaanBeresikoKesehatan 157 31.80 74.03 50.0000 9.30818
MotivasiEkstrinsikPenghindaran 157 34.39 76.50 50.0000 8.67566
Valid N (listwise) 157
83
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas, kolom N menunjukkan sampel pada
nilai maksimum dan minimum pada setiap variabel. Dilihat dari kolom minimum,
diketahui variabel kualitas hidup memiliki nilai terendah dengan nilai 18,97.
ekstrinsik penghndaran memiliki nilai tertinggi dengan nilai 76,50. Adapun mean
data penelitian dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari T-Score.
Tabel 4.3
Norma Skor Kategorisasi
Kategori Norma
X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah
X> Mean + 1Standar Deviasi Tinggi
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari tinggi ke rendah
menggunakan nilai mean dan standar deviasi. Maka akan diperoleh nilai
Tabel 4.4
Kategorisasi Responden Penelitian
Variabel Kategori Frekuensi Persen Cumulative
Percent
Kualitas Hidup Rendah 82 52 52,2
Tinggi 75 47,8 100,0
pada kategori rendah. Ketiga dimensi dari variabel lokus kontrol ini memiliki
regresi dengan software IBM SPSS Statistics 21. Langkah pertama, peneliti
yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat
Tabel 4.5
Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 ,872 ,761 ,748 4,87737
Pada tabel 4.5 diketahui bahwa R-Square sebesar 0.761 atau 76,1%.
Artinya, proporsi varian dari kualitas hidup yang dijelaskan oleh disposisi
yang signifikan terhadap kualitas hidup. Adapun uji F dapat dilihat pada
tabel 4.6.
Tabel 4.6
Anova pengaruh seluruh IV terhadap kualitas hidup
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean F Sig.
Square
Regression 11201,493 8 1400,187 58,859 ,000b
1 Residual 3520,736 148 23,789
Total 14722,229 156
a. Dependent Variable: KualitasHidup
b. Predictors: (Constant), MotivasiEkstrinsikPenghindaran,
EksternalitasKuatLainnya, PeluangEksternalitas, Kerentanan, Internalitas,
MotivasiMenjagaKesehatan, KebiasaanBerisikoKesehatan,
DisposisiPelindungKesehatan
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 6,901 7,037 ,981 ,328
Internalitas ,289 ,056 ,284 5,186 ,000*
EksternalitasKuatLainnya ,105 ,044 ,105 2,413 ,017*
PeluangEksternalitas ,024 ,050 ,023 ,479 ,632
1 DisposisiPelindungKesehatan ,433 ,069 ,422 6,271 ,000*
MotivasiMenjagaKesehatan ,176 ,065 ,171 2,721 ,007*
Kerentanan -,087 ,052 -,086 -1,652 ,101
KebiasaanBerisikoKesehatan ,063 ,065 ,061 ,973 ,332
MotivasiEkstrinsikPenghindaran -,141 ,065 -,126 -2,157 ,033*
a. Dependent Variable: KualitasHidup
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, maka persamaan regresinya adalah
Dari persamaan regresi tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 5 variabel yang nilai
lainnya; (3) disposisi pelindung kesehatan; (4) motivasi menjaga kesehatan; dan
(5) motivasi Ekstrinsik penghindaran. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
1. Variabel Internalitas
hidup.
hidup.
hidup.
6. Variabel Kerentanan
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih kuat.
(standardized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka koefisien regresi
β=0,422.
dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis
SPSS. Untuk melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
91
Untuk melihat proporsi varians setiap IV terhadap kualitas hidup, dapat dilihat
Tabel 4.8
Proporsi Varians Kualitas Hidup pada Setiap IV
Pada tabel 4.8, kolom pertama adalah penambahan varians DV dari setiap
IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom kedua merupakan nilai murni
varians DV dari tiap IV yang dimasukkan satu per satu, kolom ketiga adalah nilai
F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang
bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F dengan
DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan
dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel,
maka kolom selanjutnya yaitu kolom signifikansi yang akan dihitung signifikan
dan sebaliknya.
92
df2=150.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
konsep diri dan lokus kontrol kesehatan terhadap kualitas hidup penyandang
uji proporsi varians kualitas hidup pada setiap IV, ditemukan bahwa dimensi
5.2 Diskusi
Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah konsep diri dan lokus
dari variabel konsep diri. Dimensi lain yaitu internalitas dan eksternalitas kuat
kerentanan dan kebiasaan berisiko kesehatan (dari variabel konsep diri) dan
Nicolucci et al. 2013; Bonomi 2000, Martinez 2008, Tejada 2012). Padahal,
Individu dengan kualitas hidup yang tinggi akan dapat mengurangi risiko
signifikan terhadap kualitas hidup. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vickery et al. (2005) dan Elsayed (2011) yang menunjukkan
96
adanya pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap kualitas hidup. Untuk
diri yang positif sangat penting, baik untuk kesehatan mental maupun
fisiknya. Dengan konsep diri yang baik, individu akan terhindar dari penyakit
memiliki konsep diri dimensi disposisi pelindung kesehatan yang rendah. Hal
komitmen terhadap kesehatan, begitu juga dengan rasa percaya diri dan
pengaruh yang signifikan dan secara positif memengaruhi kualitas hidup. Jadi
kualitas hidupnya.
meningkatkan perawatan diri (self care) (Fournier et al. 2002; Nicolucci et al.
(2013). Disebutkan pula bahwa ada beberapa bukti bahwa optimisme dan
Pada dimensi motivasi menjaga kesehatan dari variabel konsep diri, skor
hidupnya.
motivasi sangat dibutuhkan bagi pasien dengan diabetes, dan hubungan antara
merupakan salah satu faktor yang secara positif memengaruhi kualitas hidup
(Gillison, 2006).
merasa takut dengan kondisi kesehatannya dan belum percaya bahwa dirinya
98
terhadap kualitas hidup dengan arah yang negatif. Artinya semakin tinggi
kualitas hidupnya.
perilaku, dan perilaku tersebut merupakan prediktor dari kontrol gula darah
Osborn (2010).
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas hidup dengan arah yang
kondisi psikologis dan kesehatan yang buruk. Disebutkan pula oleh Waitman
diabetes dengan kualitas hidup. Kerentanan merupakan salah satu faktor non
darah yang tidak normal pada penyandang diabetes akan mengganggu baik
kerentanan yang tinggi, akan menyebabkan perasaan putus asa yang disertai
Dimensi lain yang tidak signifikan terhadap kualitas hidup yaitu dimensi
(2017) yang mengatakan gaya hidup sehat, perilaku sehat dan perilaku
kontrol gula darah, menerapkan perilaku sehat, menjaga pola makan dan
100
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan
hasil dan usaha lain dari luar dirinya (keluarga, dokter, obat, dll). Internalitas
secara signifikan memengaruhi kualitas hidup dengan arah yang positif. Maka
kualitas hidupnya.
yang signifikan antara lokus kontrol internal terhadap kualitas hidup. Individu
101
yang tinggi akan memiliki kualitas hidup yang tinggi juga (Sharif, 2016).
Individu dengan internal lokus kontrol juga berkaitan dengan perilaku sehat
yang baik dan meningkatkan keadaan psikologis (Oberle, 1991; Park, 2007;
Stewart, 2011).
hidup. Maka, semakin tinggi peluang eksternalitas maka semakin tinggi pula
kualitas hidupnya.
terhadap kualitas hidup. Disebutkan pula bahwa peran keluarga dan orang-
Mayberry, 2012). Pelayanan kesehatan dan penanganan yang baik dari tenaga
102
medis juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
sendiri dan faktor lain di luar dirinya (dokter, keluarga, obat, dll) tetapi
diabetes lainnya.
teknik pengambilan data yang digunakan, alat ukur yang digunakan dan
5.3 Saran
selanjutnya. Adapun saran tersebut dibagi menjadi dua yakni saran teoritis
topik yang sama dan saran praktis yang diperuntukan bagi pihak yang terkait
penelitian selanjutnya
1. Hasil penelitian ini dapar dijadikan bahan masukan yang positif bagi
hidup sehat.
Oleh sebab itu, para penyandang diabetes perlu yakin akan kemampuan
apabila ada usaha dari diri sendiri, dan apa yang dilakukan untuk
pengaruhnya apabila ada kontrol dari diri sendiri dan orang lain.
memiliki rasa percaya diri bahwa dengan melakukan perilaku yang sehat
Daftar Pustaka
Keles, R (2012). The quality of life and the environment. Social and Behavioral
Sciences. 1877-0428 DOI: 10.1016/j.sbspro.2012.02.059.
Kemenkes, 2016. Menkes: Mari Kita Cegah Diabetes dengan Cerdik. Retrieved
August 2018 http://www.depkes.go.id/article/print/16040700002/menkes-
mari-kita-cegah-diabetes-dengan-cerdik.html
Kemenkes, 2017. Tekan angka kematian melalui program indonesia sehat dengan
pendekatan keluarga. Retrieved August 2018 from
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17061600003
Kennedy, L. Barbara. Lynch, V. Gregory. Schwab, J. John (1998). Assessment of
locus of control in patients with anxiety and depressive disorders. Journal
of Clinical Psychology, 54(4), 509-515 (1998).
Kohler, M. P, Sapp, G.L, Kohler, E. T, Sandoval, R (2002). Tennessee self-
concept scale scores of urban african-american women. Psychological
Reports, University of Alabama at Birmingham. 91(2002), 915-919.
Konskenkorva, T, Koivunen, P, Panne, T, Teppo, H, Alho, O-P (2009). Factors
affecting quality of life impact of adult tonsillectomy. The Journal of
Laryngology & Ontology 123, 1010—1014 DOI:10.1017/S002221510900
5271.
Kostka, Tomasz & Jachimowicz, Violetta (2010). Relationship of quality of life to
dispositional optimism, health locus of control and slf-efficacy in order
subjects living in different environments. Quality of Life Research
19(2010), 351-361 DOI:10.1007/s11136-010-9601-0
Kraai, I. H. Vermeulen, K. M. Hillege, H. L. Jaarsma, T. Hoekstra, T (2017).
Optimism and quality of life in patients with heart failure. Palliative and
Supportive Care. DOI.org/10.1017/S1478951517001055
Laffrey, C. Shirley. Isenberg, Marjorie (2003). The relationship of internal locus
of control, value placed on health, perceived importance of exercise, and
participation in physical activity during leisure. International Journal of
Nursing Studies 40(2003) 453-459 DOI:10.1016/S0020-7489(03)00061-0
Lavenson, Hana (1973). Reliability and validity of the i, p and c scales-a
multidimensional view of locus of control. Americal Psychological
Association Convention.
Leary, M. R & Tangney, J. P (2012). Chapter 4: Self, self-concept, and identity.
Handbook of Self and Identity. (69-74). New York: The Guilford Press.
Low, Lee Lan. Tong, Seng Fah. Low, Wah Yun (2014). Mixed feelings about the
diagnosis of type 2 diabetes mellitus: a consequence of adjusting to health
related quality of life. Coll Antropol 38(1) 11-20
111
Lyu, Wei & Wilonsky, F. D (2017). The onset of adl difficult and changes in
health-related quality of life. Health and Quality of Life Outcomes 15(217)
DOI 10.1186/s12955-017-0792-8.
Malkoc, A (2011). Quality of life and subjective well-being in undergraduate
students. Social and Behavioral Sciences. 1877-0428 DOI:10.1016/
j.sbspro.2011.04.200.
Mannix, M. M. Feldman, M. Jonathan. Moody, Karen (2008). Optimism and
health-related quality of life in adolescents with cancer. Child: Care,
Health and Development DOI:10.1111/j.1365-2214.2008.00934.x
Marrero, D. Pan, Q. Barret-Connor, E. De Groot, M. Zhang, P. Percy, C. Florez,
H. Ackermann, R. Montez, M. Rubin, R. R (2014). Impact of diagnosis of
diabetes on health-related quality of life among high risk individuals: the
diabetes prevention program outcomes study. Qual Life Res. 2014
February 23(1): 75–88. DOI:10.1007/s11136-013-0436-3.
Martinez, V. Yolanda. Aguilar, A. Prado Carlos. Pacheco-Rascon, A. Ramon.
Martinez, J Valdivia Jose (2008). Quality of life associated with treatment
adherence in patients with type 2 diabetes: A cross-sectional study. BMC
Health Services Research 2008, 8(164) DOI:10.1186/1472-6963-8-164
Mayberry, S. Lindsay & Osborn, Y. Chandra (2012). Family support, medication
adherence and glycemic control among adults with type 2 diabetes.
American Diabetes Association Diabetes Care, 35(2012) DOI:
10.2337/dc11-2103
Mazanec, R. Susan. Daly, J, Barbara. Douglas, L. Sara. Lipson, R. Amy (2010).
The relationship between optimism and quality of life in newly diagnosed
cancer patients. Wolter Kluwer Health Cancer Nursing, 33(3), 2010
Mehroof, M & Griffiths, M. D (2010). Online gaming addiction: the role of
sensation seeking, self-control, neuroticism, aggression, state anxiety and
trait anxiety. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking. DOI:
10.1089/cyber.2009.0229.
Mizohata, Sachie & Jadoul, Raynald (2012). Towards international and
interdisiplinary research collaboration for the measurements of quality of
life. Soc Indic Res 2013(111) 683-708 DOI 10.1007/s11205-012-0027-7
Moffitt, T. E, Arseneault, L, Belsky, D, Dickson, N, Hancox, R, J, Harrington, H,
Houts, R, Poulton, R, Roberts, B. W, Ross, S, Sears, M. R, Thomson, W.
M, Caspi, A (2010). A gradient of childhood self-control predict heath,
wealth, and public safety. Department of Psychology and Neuroscience
and Psychiatry and Behavioral Science. DOI /10.1073/pnas.10.10076108.
112
Mufti, W, N & Ullah, I. A (2015). Aggression, self control and quality of life
among working and non working women. European Journal of Bussiness
and Social Sciences. 132 – 140 ISSN: 2235-767X
Myers, H. Valerie. McVay, A. Megan. Brashear, M. Meghan. Johannsen, M. Neil.
Swift, L. Damond. Kramer, Kimberly. Harris, N. Melissa. Earnest, P.
Conrad. Church, S. Timothy (2013). Exercise training and quality of life in
individuals with type 2 diabetes. Diabetes Care 36(2013) 1884-1890,
DOI:10.2337/dc1201153
Nicolucci, A. Burns, Kovacs. K. Holt, R. I. G. Comaschi, M. Hermanns, N. Ishii,
H. Kokoszka, A. Pouwer, F. Skovlund, E. Stuckey, H. Tarkun, I. Vallis,
M. Wens, J. Peyrot, M (2013). Educational and psychological issues
diabetes attitudes, wishes and needs second study (DAWN2): Cross-
national benchmarking of diabetes-related psychosocial putcomes for
people with diabetes. Diabetic Medicine 2013 Diabetes UK DOI:
10.1111/dme.12245
Norris, Susan L. Engelgau, Michael M. Narayan, K M Venkat (2005).
Effectiveness of self-management training in type 2 diabetes. Diabetes
Translation, National Center for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion, Centers for Disease Control and Prevention. Diabetes Care
24(2001) 561-587,
Oberle, Kathleen (1991). A decade of research in locus of control: What have we
learned? Journal of Advanced Nursing, 1991, 16, 800-806.
Odgen, J (2007). Chapter 17: Measuring Health Status. Dalam Conner, M &
Norman (eds). Health Psychology a textbook Fourth Edition. (393-400).
New York: Open University Press.
Osborn, Y. Chandra & Egede, E. Leonard (2010). Validation of an information-
motivation-behavioral skills model of diabetes self-care (IMB-DSC).
Patient Education and Counselling 79(2010) 49-54
DOI:10.1016/j.pec.2009.07.016
Park, L. Crystal & Gaffrey, E. Allison (2007). Relationship between psychosocial
factors and health behavior change in cancer survivors: An investigative
review. The Society of Behavioral Medicine 2007, 34(2) 115-134
Perez, Cassarino Luciana. Dell’Aglio, Debora Dalbosco (2014). Health related
quality of life and social support in adolescents with type 1 diabetes.
Spanish Journal of Psychology 17(2014), 108 1-9
DOI:10.1017/sjp.2014.101
Piers, E. V & Herzberg, D. S (2012). Introduction. Piers-Harris Children’s Self-
Concept Scale Second Edition Manual. (3-4). Retrieved from
https://www.wpspublish.com/store/p/2912/piers-harris-2-piers-harris-
childrens-self-concept-scale-second-edition
113
Stake, Jayne. E (1994). Development and validation of the six-factor self concept
scale for adults. Educational and Psychological Measurement. DOI:
10.1177/0013164494054001006
Stanton, L. Annette. Revenson, A. Tracey. Tennen, Howard (2007). Health
psychology: psychological adjusment to chronic disease. The Annual
Review of Psychology DOI: 10.1146/annurev.psych.58.110405.085615
Stewart, E. Donna & Yuen, Tracy (2011). A systematic review of resilience in the
pshysically ill. The Academy of Psychosomatic Medicin Psychosomatics
2011:52:199–209
Swendeman, D, Comulada, W. S, Ramanathan, N, Lazar, M, Estrin, D (2014).
Reliability and validity of daily self-monitoring by smartphone application
for health-related quality of life, antiretroviral adherence, substance use,
and sexual behavior among people living with hiv. Springer Science +
Bussiness Media New York. DOI 10.1007/s10461-014-0923-8.
Tangney, J. P, Baumeister, R. F, Boone, A. L, (2004). High self control predicts
good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success.
Journal of Personality. Blackwell Publishing.
Tejada, Hernandes. Lynch, Cheryl. Storm, Joni. Egede, Leonard (2012). Effect of
perceived control on quality of life in indigent adults with type 2 diabetes.
Diabetes Educ. 2012 ; 38(2) 256–262. DOI:10.1177/0145721711436135.
Thoits, P. A (2011). Mechanisms linking social ties and supporrt to physical and
mental health. Journal of Health and Social Behavior. Doi:
10.1177/0022146510395592. http://jhsb.sagepub.com
Thomas, J. Jemifer & Moring, C. John (2014). Development of a revised
generalized health-related self-concept inventory. Am J Health Behav.
2014; 38(4) 614-623 DOI: http://dx.doi.org/10.5993/AJHB.38.4.15
Trigwell, Peter. Grant, J. Peter. House, Allan (1997). Motivation and glycemic
control in diabetes mellitus. Journal of Psychosomatic Research,. 43(3)
307-315
Trikkalinou, Aikaterini. Papazafiropoulou, K. Athanasia. Melidonis, Andreas
(2017). Type 2 diabetes and quality of life. World Journal of Diabetes
8(4): 120-129 DOI:10.4239/wjd.v8.i4.120 ISSN 1948-9358
Vacchiano, R. B & Strauss, P. L (1970). Self-evaluating with favorable-
unfavorable response pattern. Fairleigh Dickinson University.
Veiga, F, Leite, A (2016). Adolescents’ Self Concept Short Scale: A Version of
PHCSCS. Social and Behavioral Sciences. 217(2016) 631-637
116
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian
118
119
120
121
122
LAMPIRAN 2
Kuesioner
Kuesioner Penelitian
Perkenalkan saya Tiara Ersha Octari mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang saat ini melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan
skripsi. Untuk itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu saya mengisi
kuesioner apabila Bapak/Ibu memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Merupakan penderita diabetes
2. Sudah terdiagnosa oleh dokter
Dalam pengisian kuesioner, tidak ada jawaban benar ataupun salah dan setiap orang
memiliki jawaban yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda.
Sesuai dengan kode etik penelitian, semua jawaban yang anda berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaan anda, saya ucapkan terima kasih
Hormat saya,
Tiara Ersha Octari
0877-7026-5548/ 0813-8162-3490
tiaraersha@gmail.com
123
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis kelamin : P / L
No HP :
Domisili :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
± Terdiagnosis diabetes selama*:
(Nama/Inisial)
124
SKALA 1
SKALA 2
SKALA 3
sakit
13 Saya adalah tipe orang yang rapuh
14 Sistem imun saya bekerja dengan baik
15 Selama dua minggu terakhir, saya merasa sehat
dan bugar
16 Gaya hidup saya berisiko (terkena penyakit)
17 Di masa lalu, saya sering berperilaku tidak
sehat
18 Saya merasa perilaku tidak sehat itu
menyenangkan
19 Saya adalah tipe orang yang berisiko (terkena
penyakit)
20 Saya terbiasa berperilaku tidak sehat
21 Saya percaya bahwa kegiatan preventif dalam
kesehatan tidak memiliki pengaruh apa-apa
22 Seringkali, saya merasa tidak berdaya dengan
perilaku saya yang tidak sehat
23 Saya sakit atau tidak, tergantung pada takdir
24 Saya tidak merasa terganggu dengan perilaku
saya yang (dapat) membahayakan kesehatan
25 Saya tidak percaya bahwa saya dapat
mencegah penyakit dengan menerapkan
perilaku yang sehat
130
LAMPIRAN 3
Syntax Kerentanan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KERENTANAN
DA NI=5 NO=157 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=RENTAN.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RENTAN
FR TD 4 1
PD
OU SS TV MI
133
Syntax Internalitas
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERNALITAS
DA NI=6 NO=157 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
PM SY FI=INTER.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTER
FR TD 6 4 TD 6 5 TD 6 1 TD 2 1 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
135
Lampiran 4
Output Deskriptif dan Regresi
Descriptive Statistics
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Change Statistics
Square Estimate R Square F df1 df2
Sig. F
Change Change Chang
e
a
1 ,872 ,761 ,748 4,87737 ,761 58,859 8 148 ,000
a. Predictors: (Constant), MotivasiEkstrinsikPenghindaran, EksternalitasKuatLainnya, PeluangEksternalitas,
Kerentanan, Internalitas, MotivasiMenjagaKesehatan, KebiasaanBerisikoKesehatan,
DisposisiPelindungKesehatan
a
ANOVA
a
Coefficients
B Std. Beta
Error
Model Summary