Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Indah Oktaviana
NIM: 11150700000023
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019M
PENGART]H WISDOM & KNOWLEDGEDAN JUSTICE
TERIIADAP S UB TE C TIVE I,YELL-BEING
KARYAWAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Indah Oktaviana
NIM: 11150700000023
*" rry
N
Dr. Abdul Rahman Shaleh. M.Si
NIP. 19720823 1999903 1 002
, FAKULTASPSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
l440Ht20t9M
LEMBAR PENGESAHAN
Sidang Munaqasyah
Anggota
M
Dr. Abdul Rahman Shaleh. M.Si
NIP. 19720823 1999903 I 002
t
LEMBAR PERNYATAAN
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (Sl) di Universitas Islam Negeri
1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2019
C) Indah Oktaviana
D) Pengaruh Wisdom & Knowledge dan Justice Terhadap Subjective Well-Being
Karyawan
E) xvi + 106 halaman + lampiran
F) Karyawan yang memiliki subjective well-being yang tinggi akan merasakan
perasaan atau emosi yang menyenangkan dan memiliki sedikit emosi negatif.
Sebuah organisasi atau perusahaan dikatakan berhasil apabila karyawannya
merasa sejahtera dalam lingkungan kerja dan kehidupannya. Seseorang dapat
mencapai kesejahteraan melalui karakter-karakter positif yang dikembangkan
dalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh wisdom &
knowledge dan justice terhadap subjective well-being pada karyawan.
Populasi yang dipilih adalah karyawan dari dua perusahaan BUMN.
Pengambilan sampel sebanyak 416 dari dua perusahaan BUMN dimana 133
sampel dari Bank BJB dan 233 sampel dari PT. Adhi Karya. Pengambilan sampel
pada Bank BJB dilakukan menggunakan probability sampling dengan metode
simple random sampling dan pada PT. Adhi Karya menggunakan probability
samplinng dengan metode systematic random sampling. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur subjective well-being pada penelitian ini adalah FS (Flourishing
Scale) dan SPANE (Scale of Positive and Negative Affect) yang dikembangkan
oleh Diener & Diener (2009), alat ukur yang digunakan untuk mengukur wisdom
& knowledge adalah VIA-IS (Values in Action Inventory of Strengths) yang
dikembangkan oleh Peterson & Seligman (2004), dan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur justice adalah VIA-IS (Values in Action Inventory of Strengths)
yang dikembangkan oleh Peterson & Seligman (2004).
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan wisdom & knowledge dan justice terhadap subjective
well-being karyawan dengan proporsi varians sebesar 19,6%. Kemudian
berdasarkan hasil uji koefisien regresi pada masing-masing variabel dapat
diketahui bahwa terdapat dua variabel yang signifikan mempengaruhi subjective
well-being yaitu: creativity dan fairness dengan arah yang positif.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi
pembaca untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
subjective well-being seperti creativity dari variabel wisdom & knowledge dan
fairness dari variabel justice.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Indah Oktaviana
D) Effect of Wisdom & Knowledge and Justice on the Subjective Well-Being of
Employees
E) xvi + 106 pages + attachments
F) Employees who obtain high value on the subjective well-being will be having a
pleasant feeling or cheerful emotions and lower value on negative emotions. The
organization or company is considered achieving success if their employees feel
wealthy in their work and life environment. Employees are able to get wealthiness from
positive characters that have been developed in their life. The purpose of this research
is to evaluate the effect of wisdom & knowledge, and justice on subjective well-being
on employees.
The population was selected from the employees of two BUMN’s companies.
The total number of sampling was 416 comprises of 2 BUMN’s companies i.e. 133
samples came from BJB Bank and 233 samples came from PT. Adhi Karya. The
sampling method carried out in this research were probability sampling with the simple
random method at BJB Bank and systematic random sampling method at PT. Adhi
Karya. The measuring systems used to evaluate the employee’s well being were called
FS (Flourishing Scale) and SPANE (Scale of Positive and Negative Affect), developed
by Diener & Diener in 2009. The measuring system used to evaluate wisdom &
knowledge was called VIA -IS (Values in Action Inventory of Strengths) developed by
Peterson & Seligman in 2004.
The result of the major hypothesis shows there is a significant influence of
wisdom & knowledge and justice towards employees’ subjective well-being with a
proportion of variance by 19.6%. Meanwhile the minor hypothesis that focuses on the
significant coefficient test for each regression towards the dependent variable shows
there is two regression coefficient that influences the employees’ subjective well-being
i.e. creativity and fairness which move towards a positive direction.
The results of this research can be used as a positive input for the institution to
give more attention towards factors that affect the employees’ subjective well-being,
especially wisdom & knowledge, and justice.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
2. Bpk. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang telah
saran dengan segenap kesabarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
maksimal.
3. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
viii
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Kedua orang tua penulis ayahanda Mahali dan ibunda Asmaria, beserta seluruh
keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
finansial dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas kesabaran dan
6. Muhammad Hafizh Hanandito B.IT (Hons). Terimakasih telah menjadi salah satu
orang tersabar, berbagi suka dan duka, memberikan pengertian, semangat, dan
7. Seluruh anggota tim penelitian Bpk. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si. Terimakasih
telah menjadi tim yang baik, memberikan dukungan dan menguatkan satu sama
8. Sahabat penulis, Niko Fikri Hermawan, Nurliana Rahayu, Tsania Muna, Rana
menjadi bagian penting dalam hidup penulis, terimakasih atas motivasi dan
9. Para senior terbaik kak Hendri, kak Bella Dwi Putri, kak Elisa, kak Afrizal, kak
Hasan, dan kak Yaden. Terimakasih telah menjadi kakak senior yang baik untuk
bantuannya sedari penulis masih menjadi mahasiswa baru dikampus hingga saat
ini.
ix
10. Seluruh teman-teman dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dan
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Maka dari itu dengan sangat terbuka
penulis menerima adanya saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan untuk
Penulis
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………..………………………… 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………..………....………… 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ………………………………….………......8
1.2.2 Perumusan Masalah ……………………………....…….…….… ..9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………...…...…………… ..9
1.3.1 Tujuan Penelitian ………………………..…………………….... ..9
1.3.2 Manfaat Penelitian …………………..…………………………. ..9
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ………………………..………………. 10
1.3.2.2 Manfaat Praktis ……………………………….………… 10
xi
2.3 Justice ………………………………………………………………… 21
2.3.1 Definisi Justice ………………………………………................. 21
2.3.2 Dimensi-Dimensi Justice ………………………………..............22
2.3.3 Pengukuran Jusctice ………………………………………......... 23
2.4 Kerangka Berpikir …………………………………………………....... 23
2.5 Hipotesis Penelitian …………………………………………….…....... 32
2.5.1 Hipotesis Mayor ………………………………………...……… 32
2.5.2 Hipotesis Minor ………………………………............................ 32
xii
4.3.5 Kategorisasi Tingkat Open-mindedness ……………...………… 63
4.3.6 Kategorisasi Tingkat Perspective ………………………………. 63
4.3.7 Kategorisasi Tingkat Citizenship ……………………………….. 64
4.3.8 Kategorisasi Tingkat Fairness ………………………………….. 64
4.3.9 Kategorisasi Tingkat Leadership ……………………………….. 65
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ………………………………………… 66
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian …………………………… 66
4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Indpendent Variable …... 71
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap individu ingin merasa sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan subjektif atau
banyak hal yang dapat dilakukan seseorang untuk mencapai kesejahteraannya, salah
satunya adalah dengan bekerja. Bekerja pada suatu bidang pekerjaan sudah menjadi
tuntutan dalam hidup dari seseorang, melalui bekerja akan menjadikan individu lebih
pembelajaran yang didapat dari pengalaman di lingkungan kerja, dan melalui kegiatan
pekerjaan lainnya.
karyawannya merasa sejahtera. Oleh karena itu sumber daya manusia (karyawan)
berperan aktif dalam setiap kegiatan perusahan untuk mewujudkan tujuan dari
(2014), dilansir dari laman sindonews.com mengatakan bahwa ratusan pekerja BUMN
Perum Jasa Tirta (PJT) I memilih mogok kerja dan melakukan unjuk rasa untuk
menuntut kesejahteraan. Selain itu, Heksantoro (2017) yang dikutip dari laman
detik.com mengatakan bahwa lebih dari 1.000 karyawan sebuah pabrik ban di
1
2
Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 06 Desember 2017 melakukan aksi mogok kerja.
kesejahteraan.
Hal tersebut sejalan dengan hasil survey PWC pada tahun 2017 yang dilansir
tidak merasa sejahtera dalam bekerja dan kehidupannya (Joeng, 2017). Konflik di
dunia pekerjaan memang masih menjadi pembicaraan hangat hingga saat ini, terlebih
tahun 2003 dinyatakan perusahaan atau suatu organisasi wajib memberikan fasilitas,
pelatihan, perlindungan keselamatan fisik maupun mental dan pengupahan yang layak
tugas dan tanggung jawabnya kepada perusahaan di samping itu juga dapat mencapai
kesejahteraannya.
Studi lapangan telah dilakukan pada tanggal 17 November 2018 pada karyawan
BUMN yang mengungkapkan bahwa mereka merasa sejahtera dengan kehidupan dan
pekerjaannya. Hal itu disebabkan karena perusahaan berlaku adil bagi setiap karyawan,
meminimalisir perasaan negatif terhadap rekan kerja dan atasan. Selain itu, narasumber
tersebut sehingga meskipun mereka bekerja sesuai SOP, namun pihak perusahaan tetap
3
memberikan ruang kepada setiap pegawainya apabila memiliki ide atau kreativitas
kesejahteraan meningkat dari 67,5 menjadi 69,1 poin. Hal tersebut dikarenakan
karyawan pada saat ini lebih memiliki pandangan yang positif terhadap keseimbangan
dalam kerja dan kehidupan mereka sehari-hari karena memiliki pandangan yang positif
kehidupan organisasi (Grant & Spence, 2007) dan telah menjadi fokus perhatian dalam
masyarakat dan media (Farid & Lazarus, 2008). Subjective well-being merupakan suatu
fenomena yang mencakup tanggapan emosional setiap individu, domain kepuasan dan
penilaian secara menyeluruh mengenai kepuasan hidupnya (Diener, Suh, Lucas &
Smith 1999). Menurut Harter, Schmidt dan Keyes (2002), menyatakan bahwa
pekerjaan merupakan salah satu bagian yang berpengaruh dalam kehidupan seorang
Diener, Lucas dan Oishi (dalam Snyder & Lopez, 2002) mengemukakan bahwa
kognitif dan afektif seseorang tentang kehidupannya. Evaluasi ini termasuk reaksi
emosional terhadap peristiwa serta penilaian kognitif kepuasan hidup. Seseorang yang
menyenangkan dan sedikit memiliki emosi negatif, sebaliknya individu yang memiliki
4
mengalami sedikit kegembiraan dan kerap merasakan emosi negatif seperti kemarahan
dan kecemasan (Diener, 2000). Dengan demikian, subjective well-being adalah konsep
luas yang mencakup pengalaman emosi, tingkat suasana hati dan kepuasan hidup.
Pengalaman positif yang diwujudkan dalam subjective well-being tinggi adalah konsep
inti psikologi positif karena mereka membuat hidup menjadi bermanfaat. Atas dasar
kekuatan karakter (character strengths) yang ada dalam diri individu karena dapat
2004). Individu dengan karakter yang baik atau kuat biasanya dinilai karena individu
karakter yang lemah dapat dikatakan sebagai kurang mampu atau bahkan tidak mampu
yang termasuk dalam character strengths yaitu wisdom & knowledge (creaitivity,
Penelitian lain dari Proctor, Maltby dan Linley (2011) mengungkapkan bahwa
seseorang. Yayasan Manuel D dan Rhoda Mayerson (Dalam Peterson & Seligman,
Menurut Baltes, Gluck dan Kunzmann (dalam Snyder dan Lopez 2002),
pekerjaan selalu berkaitan dengan kebijaksanaan dalam hal ini adalah wisdom, sebagai
memahami sifat defisit yang ada dalam perilaku manusia. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ardelt dan Edwards (2015), bahwa kebijaksanaan atau wisdom
memiliki hubungan yang kuat dengan subjective well-being terlebih pada usia dewasa
akhir, hal ini mungkin karena kemampuan mengatasi permasalahan dikehidupan pada
usia dewasa lebih baik serta lebih bisa menerima keadaannya saat ini.
Heckhausen, Dixon dan Baltes (dalam Snyder & Lopez 2002) dalam
menjadi salah satu bagian terpenting dari beberapa karakteristik yang diharapkan orang
di akhir masa dewasanya. Menurut Baltes, Gluck dan Kunzmann (dalam Snyder &
Lopez 2002) bahwa wisdom saat ini tidak hanya terfokus pada aspek-aspek positif pada
usia dewasa akhir, melainkan untuk semua fase dalam konteks kehidupannya sebagai
sarana menuju kehidupan yang baik bahkan optimal. Avey et al., (2012) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara kekuatan karakter
6
kesejahterannya.
kepentingan sendiri dan orang lain. Artinya adalah pentingnya wisdom & knowledge
bagi individu dalam kehidupannya terlebih dalam suatu pekerjaan, hal ini berkaitan
(Peterson & Seligman, 2004). Dengan kata lain, kekuatan karakter adalah salah satu
hal yang penting karena dapat mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih baik.
bahwa ada hubungan antara keadilan atau justice yang menunjukkan bahwa persepsi
persepsi kesetaraan karyawan di tempat kerja. Le, Zheng dan Fujimoto (2016) dalam
Persepsi justice bagi individu juga merupakan peran penting dalam mencapai
7
kesejahterannya. Individu yang memiliki justice yang tinggi cenderung akan mudah
pekerjaannya.
mempengaruhi potensi dari karakter individu ketika individu tersebut memiliki tekanan
atau hambatan dalam kehidupannya serta mampu menganalisis kehidupan yang pernah
halnya dengan mengembangkan karakter wisdom & knowledge dan justice yang
kesejahteraannya.
kreativitas yang tinggi baik dalam menyelesaikan pekerjaan di kantor maupun dalam
kegiatan yang lain, memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
pengalaman atau hal yang belum pernah ia coba, dapat mempertimbangkan sesuatu
sebelum mengambil keputusan dan mempunyai perencanaan yang matang untuk masa
depannya. Selain itu, karyawan dengan justice yang tinggi cenderung akan memiliki
rasa tanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya, mempunyai sudut pandang yang
objektif, menghargai pendapat orang lain, dan ketika menjadi leader dalam suatu tim
semua anggota dengan adil serta dapat bertanggung jawab terhadap timnya.
8
Melihat dari fenomena dan hasil pemaparan dari berbagai sumber mengenai
pentingnya subjective well-being dari berbagai aspek khususnya dari sisi kekuatan
karakter atau character strengths dalam hal ini adalah wisdom & knowledge dan
justice, karena dapat mengarahkan perilaku individu ke arah yang positif dan
meminimalisir hal-hal negatif, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang subjective well-being tersebut. Atas dasar inilah penulis memilih
judul “Pengaruh Wisdom & Knowledge dan Justice terhadap Subjective well-being
Karyawan”
masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (Wisdom & Knowledge dan
1. Subjective well-being mengacu pada sejauh mana seseorang percaya atau merasa
kehidupan seseorang darinya atau perspektifnya sendiri (Diener, Lucas & Oishi,
2018).
Seligman, 2004).
4. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan dari dua perusahaan BUMN yakni
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari wisdom & knowledge dan justice
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi wisdom & knowledge
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetehaui pengaruh wisdom & knowledge
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian mengenai
subjective well-being dari sisi wisdom & knowledge yang merupakan bagian dari
Penelitian ini diharapkan dapat menciptakan program dan pelatihan yang berpengaruh
LANDASAN TEORI
Proctor, Maltby dan Linley (2011) mengungkapkan bahwa subjective well-being atau
respon emosi yang positif, negatif umum dan evaluasi domain kognitif yang spesifik
kepuasan hidup dan evaluasi afektif (suasana hati dan emosi), seperti perasaan emosi
positif dan negatif. Seseorang dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika
mereka puas dengan kondisi kehidupan mereka dimana sering merasakan emosi positif
persepsi tentang kehidupan yang meliputi evaluasi secara kognitif dan emosional atau
kehidupan yang meliputi evaluasi secara kognitif dan emosional atau afektif yang
11
12
subjective well-being mengacu pada semua jenis evaluasi, baik positif maupun negatif
dalam kehidupannya, termasuk evaluasi kognitif reflektif, seperti kepuasan hidup dan
kepuasan kerja, minat dan keterlibatan dan evaluasi afektif peristiwa kehidupan, seperti
suka cita dan kesedihan. Jadi, subjective well-being adalah istilah umum yang
digunakan individu untuk menilai mengenai kehidupan mereka dan peristiwa yang
mereka alami.
Menurut Diener, Lucas & Oishi, (2018), subjective well-being mengacu pada
sejauh mana seseorang percaya atau merasa hidupnya berjalan dengan baik dan
perspektifnya sendiri. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori dari Diener, et
al., (2018) karena teori tersebut relevan dengan yang hendak diteliti.
kedalam seluruh aspek baik kognitif, emosonial maupun afektif. Artinya adalah
Menurut Diener (2018) terdapat dua aspek dalam subjective well-being, yaitu aspek
kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mencakup kepuasan hidup secara global atau
luas dan evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu. Sedangkan aspek afektif
mencakup evaluasi terhadap keberadaan afek positif dan evaluasi terhadap afek negatif.
hidup individu baik secara global maupun domain tertentu. Berikut ini adalah
penjelasan dari evaluasi kepuasan hidup secara global dan kepuasaan hidup secara
keluarga.
cenderung akan merasakan hal-hal positif lebih tinggi dan sedikit merasakan hal-
hal negatif. Berikut ini adalah penjelasan dari evaluasi terhadap keberadaan aspek
hati dan emosi yang menyenangkan, seperti sukacita dan kasih sayang. Aspek
penting bagi individu tersebut karena hidupnya berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan.
b. Evaluasi terhadap afek negatif. Afek negatif termasuk suasana hati dan emosi
dialami oleh individu seperti rasa cemas, merasa kurang beruntung terhadap
Berbagai hasil penelitian dan literatur telah menghasilkan sejumlah variabel yang
being salah satunya adalah wisdom & knowledge. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ardelt (2015) bahwa kebijaksanaan atau wisdom memiliki
15
hubungan yang kuat dengan kesejahteraan subjektif terlebih pada usia dewasa
akhir, hal ini karena kemampuan mengatasi permasalahan dikehidupan pada usia
dewasa lebih baik serta lebih bisa menerima keadaannya saat ini.
2. Justice
hubungan antara keadilan atau justice yang menunjukkan bahwa persepsi keadilan
berdasarkan situasi mengenai perincian di tempat kerja. Le, Zheng & Fujimoto
pariwisata.
Secara umum orang yang religius cenderung memiliki tingkat subjective well-
being yang lebih tinggi dan lebih spesifik. Partisipasi dalam layanan keagamaan,
affiliasi, hubungan dengan Tuhan dan berdoa juga dikaitkan dengan tingkat
4. Pendapatan
Diener, Lucas dan Oishi (2002) juga menyebutkan ada pengaruh pendapatan pada
subjective well-being. Namun, hanya memberikan pengaruh yang kecil. Hal ini
hanya karena jika individu memiliki pendapatan yang tinggi akan menghabiskan
16
waktu lebih banyak untuk bekerja dan tidak memiliki banyak waktu untuk
5. Pekerjaan
Menurut Harter, Schmidt dan Keyes (2002), pekerjaan merupakan salah satu
6. Pendidikan
Menurut Diener et.al., (2009) tingkat pendidikan memiliki korelasi yang positif
dengan subjective well-being. Hubungan ini kuat pada populasi negara miskin dan
negara berkembang.
penelitian ini adalah wisdom & knowledge dan justice, dikarenakan variabel tersebut
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur subjective well-being, di
antaranya yaitu:
1. SWLS (Satisfaction with Life Scale). Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener
et.al (1985). Alat ukur ini terdiri dari lima item untuk mengukur nilai individu
2. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule). Alat ukur ini dikembangkan
oleh Clark, Watson, dan Tellegen (1998). Alat ukur ini terdiri dari 20 item yang
3. FS (Flourishing Scale). Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener et.al (2009). Alat
ukur ini terdiri dari delapan item singkat yang menggambarkan aspek penting
fungsi manusia mulai dari hubungan positif, perasaan kompeten, hingga memiliki
4. SPANE (Scale of Positif and Negatif Experience). Alat ukur ini dikembangkan
oleh Diener et.al (2009). Alat ukur ini terdiri dari 12 item untuk mengukur
Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur Flourishing Scale dan Scale
of Positif and Negatif Experience (SPANE) yang dikembangkan oleh Diener et.al
(2009) karena kedua alat ukur tersebut relevan dengan apa yang hendak diteliti dan
Ardelt (2011) membagi wisdom dalam tiga dimensi yaitu dimensi kognitif, reflektif
dan afektif yang kemudian dijelaskan definisi operasionalnya. Wisdom ditinjau dari
untuk mengetahui kebenaran. Dimensi reflektif yaitu memahami makna yang lebih
18
dalam dari fenomena dalam peristiwa tersebut dan dimensi afektif yaitu merasakan hal-
Snyder dan Lopez (2002) mengungkapkan definisi wisdom dalam teori implisit
intelektual yang kuat, pengetahuan dan pengalaman yang banyak dalam memhami
manusia, serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan secara teoritis dan praktis.
Komponen reflektif mengacu pada pengetahuan mengenai dunia dan dirinya sendiri,
terbuka terhadap pengalaman baru, serta mampu belajar dari kesalahan. Komponen
sosioemosional mencakup interaksi sosial dengan baik, seperti peka dan peduli
adalah komponen motivasi yang mengacu pada niat-niat baik yang dikaitkan dengan
adalah salah satu bentuk intelejensi tetapi berbeda dengan IQ dan bukan merupakan
pengetahuan yang diperoleh dari membaca buku, kuliah ataupun belajar dari fakta.
akuisisi dan penggunaan informasi dalam pelayanan kehidupan yang baik. Wisdom &
knowledge bisa disebut sebagai kekuatan kognitif. Pada penelitian ini, penulis
19
menggunakan teori wisdom dari Peterson dan Seligman (2004) karena teori tersebut
Menurut Peterson dan Seligman, (2004) kekuatan dari wisdom & knowledge
memiliki ide atau tingkah laku yang orisinil, unik, baru, mengejutkan dan tidak
Curiosity merupakan ketertarikan individu yang berasal dari dalam terhadap suatu
pengalaman. Individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi cenderung akan
3. Love of Learning
dan intensitas individu dalam memperoleh informasi dan keterampilan baru secara
mengenai minat mereka. Jika individu memiliki (strengths) love of learning, maka
individu tersebut akan menyatu secara kognitif. Individu akan mengalami perasaan
20
positif berkenaan dengan proses perolehan keterampilan, pemuasan rasa ingin tahu,
atau pada saat mempelajari pengetahuan yang baru. Kekuatan ini membantu
individu untuk bangkit dari kritikan dan tantangan (Peterson & Seligman, 2004).
mempertimbangkan bukti yang ada secara adil jika terdapat bukti-bukti yang
terbuka akan bukti-bukti baru yang bisa mengubah keyakinan yang dimiliknya.
5. Perspective
waktu yang panjang, yang dapat dimengerti bagi dirinya dan orang lain. Berbeda
penting dan sulit dalam berperilaku dan makna hidup, biasanya menggunakan
segala sesuatu untuk kebaikan atau kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.
Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur VIA-IS (Values in Action Inventory
menggunakan 120 item untuk enam virtues dan 24 kekuatan karakter. Dalam penelitian
ini, penulis hanya menggunakan item-item dari kekuatan karakter dan virtues wisdom
21
& knowledge. Total item yang digunakan untuk variabel ini adalah 25 item, dimana
setiap item yang digunakan akan mengukur aspek dari wisdom & knowledge itu sendiri.
ukur tersebut relevan dan dapat mengukur seluruh dimensi dari wisdom.
2.3 Justice
Justice secara umum merujuk pada apa yang membuat hidup seseorang adil. Secara
umum, mungkin bagaimana individu itu mampu mensetarakan orang. Maka dari itu
kita membutuhkan keadilan menurut Rawls (dalam Peterson & Seligman, 2004).
kesetaraan dan dapat berkomitmen dengan stabil agar individu mampu untuk memilih
jenis tindakan seperti apa jika terjadi peristiwa negatif. Dengan seperti itu kehidupan
dengan interaksi antara individu, kelompok atau masyarakat. Selain itu, justice juga
berorganisasi yang sehat misalnya keadilan, kepemimpinan dan tim kerja. Pada
penelitian ini, penulis menggunakan teori dari Peterson dan Seligman (2004) karena
Peterson dan Seligman (2004) membagi beberapa karakter dalam justice sebagai
berikut:
ini memiliki rasa tanggung jawab kepada kelompok yang bersangkutan dan
menarik beban mereka sendiri sebagai anggota kelompok, bukan karena keadaan
2. Fairness
Moral judgment akan menghasilkan kekuatan karakter yang disebut fairness, yaitu
proses dimana suatu individu mempunyai sudut pandang yang akan menilai hal-hal
yang baik dan buruk menurut moral dari individu masing-masing. Orang yang
secara adil, memberikan kesempatan yang sama pada orang lain dan tidak
3. Leadership
Suatu karakter yang dapat mendorong anggota kelompok untuk bekerja, menjaga
mengevaluasinya. Dalam hal ini leadership yang dimaksud adalah motivasi untuk
23
orang lain, mampu mengatur aktivitas pribadi dan orang lain dalam suatu sistem
yang terintegrasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur VIA-IS (Values in Action Inventory
menggunakan 120 item untuk enam virtues dan 24 kekuatan karakter. Dalam penelitian
ini, penulis hanya menggunakan item-item dari kekuatan karakter dan virtues justice
yang terdiri dari 15 item, dimana setiap item yang digunakan akan mengukur aspek
dari justice itu sendiri. Alat ukur VIA-IS (Values in Action Inventory of Strengths)
digunakan oleh penulis karena alat ukur tersebut relevan dan dapat mengukur seluruh
Karyawan merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah organisasi perusahaan.
akan berjalan dengan lancar apabila karyawan bekerja dengan baik dan secara totalitas.
karyawan itu sendiri. Karyawan dengan subjective well-being yang tinggi dapat
subjective well-being yang tinggi cenderung akan memberikan dampak positif lebih
banyak pada perusahaan itu sendiri, selain itu juga dapat memberikan dampak positif
yang tinggi bagi individu tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Harter, Schimdt,
dan Keyes (2002), bahwa pekerjaan merupakan salah satu bagian dari yang
masyarakat.
dikembangkannya. Dengan kata lain, kekuatan karakter adalah salah satu hal yang
penting karena dapat mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih baik. Dengan
mengembangkan karakter wisdom & knowledge dan justice yang merupakan bagian
kekuatan karakter atau character strengths merupakan prediktor dari subjective well-
being (Peterson & Seligman, 2004). Wisdom & knowledge merupakan kekuatan
akuisisi dan penggunaan informasi dalam pelayanan kehidupan yang baik. Sedangkan
relevan dengan interaksi antara individu, kelompok atau masyarakat. (Peterson &
Seligman, 2004).
25
Individu yang memiliki karakter yang baik atau kuat biasanya mampu
lemah kurang mampu atau bahkan tidak mampu mengatasi persoalan dalam
dirinya seperti wisdom & knowledge dan justice, karena karakter-karakter positif dapat
mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu wisdom &
knowledge dan justice menjadi sangat penting untuk diteliti. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardelt dan Edwards (2015) pada 156 anggota
masyarakat yang relatif sehat, 23 penghuni panti jompo dan 18 pasien di rumah sakit.
dengan subjective well-being terlebih pada usia dewasa akhir, hal ini karena
kemampuan mengatasi permasalahan dikehidupan pada usia dewasa akhir lebih baik
Menurut Peterson dan Seligman (2004) terdapat beberapa aspek dalam wisdom
perspective. Dari semua aspek tersebut dapat dilihat apakah individu atau karyawan
merasa sejahtera dalam hidupnya dalam hal ini adalah subjective well-being.
Creativity, ditandai dengan individu yang memiliki ide atau tingkah laku yang orisinil,
unik, baru, mengejutkan dan tidak biasa (Peterson & Seligman, 2004). Karyawan yang
memiliki kreativitas yang tinggi cenderung akan mudah memberikan kontribusi yang
26
positif bagi dirinya sendiri seperti dapat mudah dalam menyelesaikan pekerjannya,
merasa puas dengan diri dan kehidupannya, dengan begitu ketika individu merasa puas
suatu pengalaman. Individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi cenderung akan
(Peterson & Seligman, 2004). Karyawan yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
menyukai pengalaman yang baru juga dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas,
menyukai pengalaman baru dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi diduga dapat
merasakan kesejahteraan dan tidak tertekan dalam bekerja. Karyawan yang memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi serta ketertarikan terhadap pengalaman yang tinggi, akan
mencoba mempelajari hal-hal yang bisa dieksplor dari hal-hal yang baru ditemuinya.
memperoleh informasi dan keterampilan baru secara umum atau spesifik yang
(Peterson & Seligman, 2004). Jika karyawan memiliki (strengths) love of learning,
keterampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari pengetahuan yang
keterampilan yang dimiliki, serta rasa ingin tahu yang tinggi memiliki efek yang
positif, karena hal tersebut dapat menunjang karyawan untuk terus mengeksplor diri
mengenai apa yang ingin dia ketahui dan belum diketahui dari orang lain. Dengan
demikian, hal tersebut akan membuat individu tersebut merasa puas dengan dirinya
karena rasa keingintahuannya terhadap suatu hal telah terpenuhi sehingga dapat
mempertimbangkan bukti yang ada secara adil jika terdapat bukti-bukti yang
keputusan, lebih objektif dan akan terbuka pada pendapat orang lain, serta dapat
menjadikan karyawan berpikir kritis. Sehingga karyawan tersebut tidak akan langsung
dengan baik dan benar. Dengan demikian, karyawan yang memiliki pandangan objektif
kesejahterannya.
dalam waktu yang panjang, dapat dimengerti bagi dirinya dan orang lain (Peterson &
kepada orang lain, memiliki cara pandang terhadap dunia dengan masuk akal untuk diri
sendiri serta orang lain. Pemberian nasihat yang baik biasanya didasarkan atas
28
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang karyawan adalah baik dan
bermanfaat bagi orang lain. Karakteristik perspective yang dimiliki oleh seorang
karyawan dapat dirasakan melalui kebermanfaatan terhadap apa yang dia berikan serta
cara pandang yang baik terhadap dunia memiliki efek yang baik untuk dirinya sendiri
dan orang lain. Karyawan yang memiliki perspective yang tinggi cenderung akan
mempersiapkan dan memikirkan masa depan dirinya dan mungkin juga keluarganya,
hal ini akan membuat karyawan tersebut memiliki rencana hidup yang lebih matang
depan, dapat menimbulkan perasaan yang positif dan akan membuatnya merasa puas
kebijaksanaan dan pengetahuan atau wisdom & knowledge bagi individu dalam
akan berperilaku selama bekerja serta dapat meminimalisir hal-hal negatif yang terjadi,
seperti putus asa atau stress ketika dihadapkan dengan pekerjaan yang sulit.
Selain itu, keadilan dalam hal ini adalah justice juga merupakan faktor penting
958 karyawan di 228 organisasi atau perusahaan, mengungkapkan bahwa justice sangat
kelompok, loyal pada kelompok, berbagi dengan kelompok (Peterson & Seligman,
2004). Karyawan yang memiliki citizenship yang tinggi cenderung akan mudah dalam
menyesuaikan diri dengan situasi ditempat kerja. Karyawan akan memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi kepada kelompok atau tim dalam bekerja, mementingkan
kepentingan kelompok, selain itu juga dapat memberikan efek positif bagi perusahaan.
Fairness, yaitu proses dimana suatu karyawan mempunyai sudut pandang yang
akan menilai hal-hal yang baik dan buruk menurut moral dari individu masing-masing
(Peterson & Seligman, 2004). Karyawan yang memiliki karakter fairness yang tinggi
cenderung akan memperlakukan orang lain secara adil, memberikan kesempatan yang
sama untuk orang lain dan tidak menilai orang secara subjektif melainkan secara
objektif. Individu yang memiliki karakter tersebut akan memiliki pandangan yang
positif terhadap orang lain, dengan kata lain individu tersebut akan mudah dalam
memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya dan disisi lain akan memberikan dampak
positif pada perusahaan karena satu sama lain dapat memperlakukan orang lain secara
Leadership yang dimaksud adalah mengambil peran pemimpin dalam sistem sosial
atau kelompok. Selain itu, karyawan yang memiliki leadership mampu mempengaruhi
cenderung akan mudah dalam memberikan kontribusi yang positif bagi dirinya dan
lingkungannya. Hal ini dikarenakan justice juga memiliki peran penting terhadap
baik pada kelompok, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, mampu menilai hal-
hal yang baik dan buruk secara objektif, memiliki keterbukaan terhadap lingkungannya
memperlakukan semua orang sama baiknya, menghormati pendapat orang lain, akan
memberikan reaksi yang positif dari orang lain terhadap karyawan tersebut, sehingga
hubungan antara satu karyawan dengan yang lainnya menjadi baik dan hal itu akan
kesejahteraannya.
mempersiapkan bekal hidup untuk masa depan, bertanggung jawab terhadap tugas dan
pekerjaannya, memiliki sudut pandang yang objektif, dapat menjadi leader yang baik
31
dengan cara memperlakukan oranglain secara adil maka akan membuat perasaan dan
pikirannya menjadi positif, membuatnya merasa puas dengan diri dan kehidupannya,
individu tersebut. Dengan begitu, wisdom & knowledge dan justice menjadi sangat
penting bagi setiap orang, karena dapat meminimalisir hal-hal negatif yang terjadi
dalam kehidupannya, serta dapat dengan mudah mengatasi persoalan dan hambatan
dalam kehidupannya. Hal inilah yang membuat penulis ingin menelaah lebih lanjut
mengenai wisdom & knowledge dan justice terhadap subjective well-being pada
karyawan.
Secara ringkas model penelitian ini dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut:
Creativity
Curiosity
Love of learning
Open-mindedness
Perspective Subjective
well-being
Justice
Citizenship
Fairnes
Leaderhsip
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih harus
diuji atau diteliti. Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat apakah tingkat subjective
rendahnya skor pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu
wisdom & knowledge dan justice. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka
Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari wisdom & knowledge (creativity, curiosity,
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi creativity dari variabel wisdom &
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi curiosity dari variabel wisdom &
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi love of learning dari variabel wisdom &
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi open-mindedness dari variabel wisdom
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi perspective dari variabel wisdom &
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi citizenship dari variabel justice terhadap
subjective well-being.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi fairness dari variabel justice terhadap
subjective well-being.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi leadership dari variabel justice terhadap
subjective well-being.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan dari dua perusahaan BUMN yaitu Bank
BJB dan PT. Adhi Karya. Kemudian, pada Bank BJB penelitian ini menggunakan
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode
yang digunakan ialah simple random sampling yaitu sampel diambil secara acak tanpa
google form. Berdasarkan data yang diterima, didapatkan sebanyak 183 sampel.
Pada PT. Adhi Karya penelitian ini menggunakan teknik probability sampling
yang mana seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode yang digunakan ialah metode
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disebarkan pada 250 sampel dari 1665
1665/250 = 7. Namun, kuesioner yang kembali hanya sebanyak 233. Maka total
keseluruhan sampel dari kedua perusahaan pada penelitian adalah 416 sampel.
34
35
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu subjective well-being sebagai
variabel terikat (Dependent Variable), sedangkan wisdom & kowledge, justice dan
1. Subjective well-being mengacu pada sejauh mana seseorang percaya atau merasa
kehidupan seseorang darinya atau perspektifnya sendiri (Diener, Lucas & Oishi,
2018).
2. Wisdom & Knowledge yang dimaksud dalam penelitian Peterson dan Seligman
(2004) yaitu salah satu bentuk inteligensi tetapi berbeda dengan IQ dan bukan
belajar dari fakta. Menurutnya juga wisdom & Knowledge dapat dikatakan sebagai
dengan akuisisi dan penggunaan informasi dalam pelayanan kehidupan yang baik.
Wisdom & Knowledge bisa disebut sebagai kekuatan kognitif. Menurut Peterson
suatu pengalaman.
36
memperoleh informasi dan keterampilan baru secara umum atau spesifik yang
dalam waktu yang panjang, yang dapat dimengerti bagi dirinya dan orang lain.
3. Justice yang dimaksud dalam penelitian Peterson dan Seligman (2004) yaitu
yang akan menilai hal-hal yang baik dan buruk menurut moral dari individu
masing-masing.
Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk model skala Likert. Instrumen model skala
37
likert yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS).
Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan
Tabel 3.1
Model Skala Likert
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu skala
wisdom & knowledge dan skala justice sebagai independen variabel. Instrumen tersebut
Untuk mengukur subjective well-being, pada penelitian ini menggunakan alat ukur FS
(Flourishing Scale) yang terdiri dari 8 item yang diadaptasi oleh Ed Diener dan Robert
Biswas-Diener (2009) untuk mengukur komponen kognitif dan alat ukur SPANE
(Scale of Positif and Negative Experience) yang terdiri dari 12 item untuk mengukur
komponen afektif, positif 6 item dan negatif 6 item yang dimodifikasi oleh Ed Diener
dan Robert Biswas-Diener (2009). Total seluruh item yang digunakan untuk mengukur
subjective well-being pada penelitian ini adalah 20 item. Adapun blue print dari skala
Tabel 3.2
Blue Print skala Subjective Well-Being
Butir soal
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
Untuk mengukur wisdom, digunakan alat ukur VIA-IS (Values in Action Inventory of
Strengths) yang dikembangkan oleh Peterson dan Seligman (2004). VIA-IS terdiri dari
120 item untuk enam virtues dan 24 kekuatan karakter. Dalam penelitian ini, penulis
hanya menggunakan item-item dari kekuatan karakter dan virtues wisdom &
knowledge, yang terdiri dari 25 item. Adapun blue print dari skala wisdom &
Tabel 3.3
Blue Print skala Wisdom & Knowledge
Butir soal
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
Untuk mengukur justice, digunakan alat ukur dari VIA-IS (Values in Action Inventory
of Strengths) yang dikembangkan oleh Peterson dan Seligman (2004). VIA-IS terdiri
dari 120 item untuk enam virtues dan 24 kekuatan karakter. Namun dalam penelitian
ini, penulis hanya menggunakan item-item dari kekuatan karakter dan virtues justice.
Setiap item yang digunakan akan mengukur aspek dari justice itu sendiri yang terdiri
daftardari 15 item untuk mengukur skala justice. Penulis menggunakan rentangan skala
4 yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju” dan “sangat setuju”. Adapun blue
print dari skala tersebut berdasarkan dimensinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Blue Print skala Justice
Butir soal
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
Kemampuan bekerja dengan
1 Citizenship 1,2,3,4,5 - 5
situasi kelompok
Memperlakukan oranglain secara
2 Fairness 6,7,8,9,10 - 5
adil
Kemampuan untuk 11,12,13
3 Leadership - 5
mempengaruhi oranglain 14,15
Wisdom & Knowledge dan 3) Justice. Untuk menguji validitas konstruk instrumen
berupa Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pengujian analisis CFA ini delakukan
1) Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisisi terhadap respon atas item-itemnya.
2) Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtest
hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtest bersifat
unidimensional.
3) Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut
matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
4) Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p>0,05), maka hipotesis nihil tersebut
5) Jika model fit, maka langkah selanjutnya yaitu menguji apakah item signifikan atau
tidak untuk mengukur apa yang akan di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa
41
yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop. Dalam penelitian ini,
signifikan adalah item yang memiliki t-value lebih dari 1.96 (t>1.96).
6) Terakhir, jika dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif
maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item yang
bersifat positif (favorable). Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan
Penulis ingin menguji apakah 20 item yang digunakan untuk mengukur variabel
hanya menguji subjective well-being. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 2059.47, df = 170, P-value =
0.00000, RMSEA = 0.188. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan satu sama lain. Setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 63 kali, maka diperoleh model fit dengan chi-square =
130.82, df = 109, P-value = 0.07580, RMSEA = 0.025. Artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
42
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran subjective well-being pada tabel 3.5 dibawah ini:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Skala Subjective Well-Being
positif dan signifikan, sementara lima item nomor 10, 14, 16, 17, 19 memiliki nilai
3.4.2.1 Creativity
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-tem
tersebut benar-benar hanya mengukur creativity. Dari hasil analisis CFA yang
43
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 18.20, df =
5, P-Value = 0.00270 RMSEA = 0.092. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran sebanyak 2 kali, maka diperoleh model
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran creativity disajikan pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Skala Creativity
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.2.2 Curiosity
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-tem
tersebut benar-benar hanya mengukur curiosity. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 37.19, df =
5, P-Value = 0.00000 RMSEA = 0.143. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran sebanyak 2 kali, maka diperoleh model
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran curiosity disajikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Skala Curiosity
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur love of learning. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 7.73, df = 5, P-
Value = 0.17168, RMSEA = 0.042. Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu love of learning.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran love of learning disajikan pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Skala Love of Learning
No. Item Faktor Loading Standar Error T-Value Keterangan
1 0,56 0,06 9,22 √
2 0,56 0,06 9,18 √
3 0,65 0,06 10,76 √
4 0,66 0,06 10,92 √
5 0,50 0,06 8,04 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan)
46
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.2.4 Open-mindedness
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-tem
tersebut benar-benar hanya mengukur open-mindedness. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 16.18, df =
5, P-Value = 0.00636 RMSEA = 0.084. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran sebanyak 1 kali, maka diperoleh model
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran open-mindedness disajikan pada tabel 3.9
berikut:
47
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Skala Open-mindedness
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.2.5 Perspective
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-tem
tersebut benar-benar hanya mengukur perspective. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 19.71, df =
5, P-Value = 0.00142 RMSEA = 0.097. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran sebanyak 2 kali, maka diperoleh model
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
48
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran perspective disajikan pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Skala Perspective
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.3.1 Citizenship
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur citizenship. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 8.17, df = 5, P-
Value = 0.14698, RMSEA = 0.045. Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu citizenship.
49
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran citizenship disajikan pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Skala Citizenship
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.3.2 Fairness
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur fairness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata fit, dengan Chi-Square = 6.81, df = 5, P-Value =
50
0.23493, RMSEA = 0.034. Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu fairness.
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran fairness disajikan pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Skala Fairness
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
3.4.3.3 Leadership
Penulis menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur leadership. Dari hasil analisis CFA yang
51
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 10.27, df
0.000. Artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran leadership disajikan pada tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Skala Leadership
No Koefisien Standar error T-Value Signifikan
Item 1 0.68 0.06 12.28 √
Item 2 0.70 0.06 12.52 √
Item 3 0.70 0.06 11.87 √
Item 4 0.62 0.06 10.11 √
Item 5 0.48 0.06 8.6 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favourable. Dengan demikian
Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya) yaitu subjective
Analysis), maka akan didapat data variabel berupa true-score yang selanjutnya
dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda. Karena dalam penelitian ini
akan dilakukan pegujian hipotesis dengan analisis statistik, maka hipotesis penelitian
yang ada diubah menjadi hipotesis mayor. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam
analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi
berganda di mana terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk memprediksi variabel
yang terikat.
Pada penelitian ini terdapat delapan independent variabel (variabel bebas) dan
satu dependent variabel (variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk
Keterangan:
X1 = Creativity
X2 = Curiosity
X3 = Open-mindedness
X4 = Love of Learning
X5 = Perspective
X6 = Citizenship
X7 = Fairness
X8 = Leadership
e = residu
Adapun data yang dianalisis persamaan diatas adalah hasil dari pengukuran
yang sudah ditransformasikan ke dalam true score. Dalam hal ini, true score adalah
faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS dengan menggunakan item
yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien regresi tidak mengalami
atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang terhitung lebih rendah dari yang
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien
Adapun jika R2 signifikan (p<0.05) maka proporsi varians Y yang di pengaruhi oleh
kedua faktor (wisdom & knowledge dan justice) secara keseluruhan adalah signifikan.
Jika telah terbukti signifikan, maka penulis akan menguji variabel mana dari delapan
variabel independen tersebut yang signifikan. Dalam hal ini penulis menguji signifikan
54
atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki skor t>1.96 maka
koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan, sebaliknya jika t<1.96 maka
variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam taraf signifikansi 0.05 atau 5%).
informasi yaitu:
wisdom & knowledge dan jutice dalam mempengaruhi subjective well-being karyawan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah 416 karyawan dari dua Perusahaan BUMN. Pada
tabel 4.1 penulis akan memaparkan beberapa karakteristik responden berdasarkan jenis
Tabel 4.1
Karakteristik Sampel Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 416 sampel dalam penelitian
ini terlihat bahwa sebagian besar responden adalah Laki-laki. Banyaknya jumlah
responden Laki-laki adalah 228 atau 55% sedangkan responden Perempuan adalah 188
atau 45%. Selain itu, berdasarkan rentang usia, didapatkan hasil bahwa sebagian
responden dengan usia 18-21 tahun sebanyak 12 atau 3%, responden dengan usia 22-
55
56
39 tahun sebanyak 289 atau 69% sedangkan responden dengan usia 40-59 tahun
sebanyak 298 atau 72% responden sudah menikah dan sebanyak 115 atau 28%
responden belum menikah sedangkan responden dengan status bercerai atau divorce
hanya 3 atau 0,7%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar dari responden berjenis
Dalam analisis deskripsi statistik pada penelitian ini digunakan skor berupa skor faktor.
Skor faktor didapat dengan merubah semua item yang ada pada dimensi yang sama
menjadi satu faktor yaitu disebut factor score pada software SPSS, bukan dengan cara
menjumlahkan item-item yang ada. Factor score dibuat dengan menggunakan metode
estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Kemudian, factor score diubah menjadi true
score untuk menghilangkan bilangan negatif dengan cara melakukan proses komputasi
melalui formula T-score = 50 + (10). True score dalam penelitian ini hanya digunakan
masing-masing variabel pada penelitian ini seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Karena semua skor telah berada pada skala yang sama, maka mean pada skala ini
adalah 50. Namun, distribusi setiap variabel memiliki tingkat yang bervariasi. Oleh
57
karena itu, didapatkan distribusi frekuensi dengan titik minimum, maksimum, dan
Tabel 4.2
Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Dari tabel tersebut dapat dilihat skor subjective well-being, creativity, curiosity,
diletakan pada skala yang sama, maka mean kesembilan variabel adalah 50. Kolom
minimum dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap
memiliki nilai terendah dengan nilai 4.34. Sementara itu, berdasarkan kolom
Tabel 4.3
Uji Beda (T-test) Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin
laki-laki memiliki mean sebesar 49.7197, sedangkan responden dengan jenis kelamin
perempuan memiliki mean sebesar 50.3999 dengan signifikansi 0.756 (>0.05). Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan subjective well-being
Tabel 4.4
Uji Beda (T-test) Subjective Well-being Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden dengan usia 18-21
tahun memiliki mean sebesar 51.5915, responden dengan usia 22-39 tahun memiliki
mean sebesar 50.8567 dan responden dengan usia 40-59 tahun memiliki mean sebesar
59
47.6809 dengan signifikansi 0.524 (>0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Tabel 4.5
Uji Beda (T-test) Subjective Well-being Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan status belum
menikah memiliki mean sebesar 51.2690, responden dengan status menikah memiliki
mean sebesar 49.4918 dan responden dengan status divorce atau bercerai memiliki
mean sebesar 51.8373 dengan signifikansi 0.123 (>0.05). Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan subjective well-being berdasarkan status
pernikahan.
kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan skor pada variabel yang diukur apakah
subjek tergolong kelompok dengan skor rendah atau skor tinggi. Sebelum
tinggi, penulis menetapkan norma dari skor dengan menggunakan mean dan standar
deviasi (dalam tabel 4.6). Setelah itu akan didapatkan persentase pada masing-masing
Tabel 4.6
Norma Kategorisasi Skor Variabel
Kategori Rumus
Tinggi >M + 1SD
Sedang M – SD ≤ x ≤ M + SD
Rendah <M – 1SD
Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel subjective well-being yang dibagi
menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang
dan tinggi.
Tabel 4.7
Kategorisasi Tingkat Subjective well-being
being yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa dari seluruh sampel, sebagian besar
Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel creativity yang dibagi menjadi tiga
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4.8
Kategorisasi Tingkat Creativity
responden dengan persentase 10,1% memiliki tingkat creativity yang tinggi. Hal ini
menandakan bahwa dari seluruh sampel, sebagian besar sampel memiliki creativity
yang tinggi.
Selanjutnya pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel curiosity yang dibagi
menjadi tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang
dan tinggi.
62
Tabel 4.9
Kategorisasi Tingkat Curiosity
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 45 10.8%
Sedang 330 79.3%
Tinggi 41 9.9%
Total 416 100.0
responden dengan persentase 9,9% memiliki tingkat curiosity yang tinggi. Hal ini
menandakan bahwa dari seluruh sampel, sebagian besar sampel memiliki curiosity
yang rendah.
Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel love of learning yang dibagi menjadi
tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan
tinggi.
Tabel 4.10
Kategorisasi Tingkat Love of Learning
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 40 9.6%
Sedang 336 80.8%
Tinggi 40 9.6%
Total 416 100.0
memiliki tingkat love of learning yang rendah. Kemudian sebanyak 40 responden atau
Pada tabel 4.11 menunjukkan sebaran variabel open-mindedness yang dibagi menjadi
tiga kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan
tinggi.
Tabel 4.11
Kategorisasi Tingkat Open-mindedness
Kategori Jumlah Presentase
Rendah 36 8.7%
Sedang 344 82.7%
Tinggi 36 8.7%
Total 416 100.0
tinggi.
Pada tabel 4.12 menunjukkan sebaran variabel perspective yang dibagi menjadi tiga
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4.12
Kategorisasi Tingkat Perspective
8,2% memiliki tingkat perspective yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dari
seluruh sampel yang diteliti sebagian besar sampel berada pada tingkat perspective
rendah.
Pada tabel 4.13 menunjukkan sebaran variabel citizenship yang dibagi menjadi tiga
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4.13
Kategorisasi Tingkat Citizenship
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 41 9.9%
Sedang 338 81.3%
Tinggi 37 8.9
Total 416 100
responden dengan persentase 8,9% memiliki tingkat citizenship yang tinggi. Maka
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari seluruh sampel yang diteliti sebagian
Pada tabel 4.14 menunjukkan sebaran variabel fairness yang dibagi menjadi tiga
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
65
Tabel 4.14
Kategorisasi Tingkat Fairness
responden dengan persentase 11,5% memiliki tingkat fairness yang tinggi. Dari seluruh
sampel yang diteliti maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel yang
Pada tabel 4.15 menunjukkan sebaran variabel leadership yang dibagi menjadi tiga
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4.15
Kategorisasi Tingkat Leadership
dengan persentase 9,1% memiliki tingkat leadership yang tinggi. Dari seluruh sampel
66
yang diteliti maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel berada pada titik
tinggi.
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 16.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi
ada tiga hal yang dilihat, pertama melihat R-Square untuk mengetahui persentase (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah
variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
penulis melihat besaran R-Square untuk mengetahui persentase (%) varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent variable. Adapun langkah pertama adalah
melihat besaran R-Square. Untuk tabel R-Square, dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
R Square
Pada tabel 4.16 dapat diketahui bahwa R-Square sebesar 0,196 atau 19,6%.
Artinya, proporsi varians terhadap variabel subjective well-being yang dijelaskan oleh
67
luar penelitian ini. Langkah kedua yaitu penulis menguji apakah seluruh independen
variabel dalam hal ini adalah wisdom & knowledge (creativity, curiosity, love of
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependen variabel yaitu subjective well-
being. Adapun langkkah kedua atau hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai
berikut:
Tabel 4.17
Anova Signifikansi Pengaruh Seluruh Independent Variable Terhadap Dependent
Variable
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 7045.615 8 880.702 12.372 .000b
1 Residual 28972.981 407 71.187
Total 36018.596 415
a. Dependent Variable: SWB
b. Predictors: (Constant), Leadership, Openmindedness, Fairness, Curiosity, Creativity, Perspective,
Loveoflearning, Citizenship
Berdasarkan uji F pada tabel 4.17, dapat dilihat bahwa p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p = 0.000 dengan nilai p<0.05. Jadi, dengan demikian hipotesis
nihil yang berbunyi “tidak ada pengaruh wisdom & knowledge dan justice terhadap
subjective well-being” ditolak. Artinya adalah, ada pengaruh yang signifikan dari
68
independen variabel yaitu wisdom & knowledge (creativity, curiosity, love of learning,
independen variabel. Jika Sig. <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
Tabel 4.18
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 25.002 3.326 7.518 .000
Creativity .169 .081 .141 2.077 .038
Curiosity .021 .075 .018 .285 .776
Loveoflearning -.098 .082 -.082 -1.201 .231
1 Openmindedness -.137 .082 -.116 -1.674 .095
Perspective .078 .082 .065 .949 .343
Citizenship -.004 .081 -.004 -.054 .957
Fairness .447 .078 .385 5.723 .000
Leadership .024 .081 .020 .294 .769
a. Dependent Variable: SWB
69
Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel
yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu: (1) creativity; dan (2) fairness.
Sementara enam variabel lain tidak signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
1. Creativity pada variabel wisdom memiliki koefisien regresi sebesar 0.169 dengan
nilai p=0.038 (p<0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan antara dimensi creativity dengan subjective well-
being ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa creativity memiliki pengaruh yang
2. Curiosity pada variabel wisdom memiliki koefisien regresi sebesar 0.21 dengan
nilai p=0.776 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan antara dimensi curiosity dengan subjective well-being
tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa curiosity tidak memiliki pengaruh
3. Love of learning pada variabel wisdom memiliki koefisien regresi sebesar -0.098
dengan nilai p=0.231 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan
70
tidak ada pengaruh yang signifikan antara love of learning dengan subjective well-
being tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa love of learning tidak memiliki
dengan nilai p=0.095 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan
subjective well-being tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa open-
being.
5. Perspective pada variabel wisdom memiliki koefisien regresi sebesar 0.078 dengan
nilai p=0.343 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan antara dimensi perspective dengan subjective well-
being tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa open-mindedness tidak
6. Citizenship pada variabel justice memiliki koefisien regresi sebesar -0.004 dengan
nilai p=0.957 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan antara dimensi citizenship dengan subjective well-
being tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa citizenship tidak memiliki
7. Fairness pada variabel justice memiliki koefisien regresi sebesar 0.447 dengan nilai
p=0.000 (p<0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa fairness memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap subjective well-being. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi
8. Ladership pada variabel justice memiliki koefisien regresi sebesar 0.024 dengan
nilai p=0.769 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan antara dimensi leadership dengan subjective well-
being tidak ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa leadership tidak memiliki
Berdasarkan tabel 4.18, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih kuat.
Dalam penelitian ini, variabel fairness memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap
subjective well-being. Maka dari itu, penulis melakukan analisis regresi berganda
analisis regresi dan dapat melihat signifikansi dari penambahan R2 tersebut. Hal ini
Tabel 4.19
Model Summary Proporsi Varians Tiap-tiap Independent Variable terhadap
Dependent Variable
R
Model R Change Statistics
Square
R Square Sig. F
F Change df1 df2
Change Change
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 4.19, dapat diketahui bahwa:
= 0.000.
= 0.392.
Change = 0.459.
= 0.072.
= 0.129.
0.000.
0.769
yaitu creativity dan fairness yang signifikan sumbangannya terhadap subjective well-
being, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan
well-being.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh dari seluruh independent variable terhadap dependent variable
ditolak. Dengan demikian kesimpulan yang di peroleh adalah ada pengaruh yang
well-being karyawan sebesar 19,6%, namun masih ada 80,4% dependent variabel
Sementara berdasarkan hasil uji koefisien regresi yang telah dilakukan, terdapat
creativity dan fairness. Kedua variabel tersebut memberikan pengaruh positif terhadap
subjective well-being. Variabel lain yang tidak signifikan yaitu: curiosity, love of
dependen variabel ditemukan dua variabel yang memiliki pengaruh signifikan yaitu
creativity dan fairness, dengan memiliki sumbangan pengaruh sebesar 11,4% dari
creativity dan sebesar 6,7% dari fairness. Sedangkan variabel lainnya tidak ditemukan
74
75
5.2 Diskusi
Fokus pada penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh wisdom & knowledge
Hasil pengujian hipotesis pengaruh wisdom & knowledge dan justice terhadap
subjective well-being yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
19,6% sedangkan 80,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah wisdom & knowledge
dan justice. Pemilihan virtue yang digunakan diambil berdasarkan fenomena yang
penulis temukan pada karyawan, serta pentingnya wisdom & knowledge dan justice
pada karyawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa
dimensi creativity dalam variabel wisdom & knowledge berpengaruh secara signifikan
dan menunjukkan arah yang positif terhadap subjective well-being. Creativity memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0.169 atau 16,9% dengan nilai p=0.038 (p<0.05).
yang tinggi mampu menciptakan ide-ide yang baru sehingga hal tersebut mampu
merasa puas dan bahagia dalam kehidupan dan pekerjaannya. Artinya bahwa ketika
76
individu menuangkan ide-ide kreatif selama bekerja akan memiliki subjective well-
Hal tersebut didukung dengan hasil observasi yang dilakukan pihak HRD dari
masing-masing perusahaan tersebut bahwa setiap karyawan memiliki cara kerja yang
kepada karyawannya, sehingga secara tidak langsung individu tersebut akan merasa
Dengan begitu, individu tersebut akan mudah memberikan kontribusi yang positif bagi
dirinya dan perusahaannya. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi creativity
Hal ini sejalan dengan pendapat Park, Peterson dan Seligman (2004) dalam
penelitiannya yang menyebutkan bahwa dimensi dari wisdom & knowledge memiliki
uji koefisien regresi dimensi lain dari wisdom & knowledge seperti curiosity, love of
terhadap subjective well-being. Hal ini bisa disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi individu itu sendiri. Salah satunya adalah adanya karakteristik
variabel justice berpengaruh secara signifikan dan menunjukkan arah yang positif
terhadap subjective well-being. Fairness memiliki nilai koefisien sebesar 0.447 atau
77
44,7% dengan nilai p=0.000 (p<0.05). Dapat disimpulkan bahwa ketika karyawan
mempunyai sudut pandang yang baik, dapat menilai hal yang baik dan buruk secara
objektif, dapat memperlakukan orang lain secara adil, memberikan kesempatan yang
sama untuk orang lain, maka akan memberikan pandangan yang positif bagi orang lain
sehingga individu tersebut merasa puas, dan meminimalisir hal-hal negatif sehingga
dengan begitu subjective well-being dirinya akan meningkat. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lawson, Noblet, dan Rotwell (2009) di Australia
yang mengemukakan bahwa adanya persepsi dari dimensi justice dalam hal ini adalah
karyawan.
variabel justice. Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, dimensi tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini menarik
karena berbeda dengan hasil penelitian Le, Zheng dan Fujimoto (2016) yang
mengungkapkan bahwa seluruh dimensi justice memiliki pengaruh yang kuat terhadap
subjective well-being pada karyawan. Sedangkan pada penelitian ini hanya satu
dimensi dari variabel justice yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
subjective well-being. Hal ini bisa disebabkan karena ada banyak faktor yang dapat
hubungan antar variabel yang memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Hasil
78
terhadap dependent variable sebesar 19,6%, namun setelah dilakukan uji koefisien
regresi pada masing-masing variabel hanya creativity dari variabel wisdom &
knowledge dan fairness dari variabel justice yang berpengaruh secara signifikan
dimensi dari wisdom & knowledge sudah terwakili oleh variabel creativity dan seluruh
dimensi justice sudah terwakili oleh variabel fairness. Selain itu, hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan subjective well-being
berdasarkaan faktor demografis seperti jenis kelamin, usia dan status pernikahan, hal
individu sehingga tentu penilaian subjective well-being setiap orang tidak akan sama.
Dari beberapa tinjauan literatur yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki hasil
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Namun, hal tersebut tidak meragukan
5.3 Saran
Pada penelitian ini, penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis
dan saran praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis sebagai bahan
menguraikan saran praktis sebagai masukan bagi pembaca sehingga dapat mengambil
manfaat dari penelitian ini. Saran yang penulis berikan berdasarkan temuan dalam
penelitian ini.
79
itu, disarankan bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel creativity dan
fairness secara lebih luas, karena ada kemungkinan seluruh dimensi dari wisdom
& knowledge terwakili oleh variabel creativity dan seluruh dimensi dari justice
2. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan subjective well-being
berdasarkan jenis kelamin, usia dan status pernikahan, namun pada penelitian-
faktor demografis. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat
diteliti lebih lanjut faktor demografis seperti jenis kelamin, usia dan status
yang sudah dimiliki melalui berbagai pelatihan atau training baik yang diadakan
segala sesuatu sebelum melakukan suatu hal terhadap orang lain, melakukan
bekerja sama dengan tim dalam suatu kegiatan, sehingga dapat meningkatkan
komunikasi baik, memahami karakter satu sama lain, dengan begitu dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ardelt, M & Edwards, C.A. (2015). Wisdom at the end of life: an analysis of mediating
and moderating relations between wisdom and subjective well-being. Journals
of Gerontology: Social Science. 00(00). 1-12. doi:10.1093/geronb.gbv051.
Avey, B.J., Luthans, F., Hannah, T.S., Sweetman, D & Peterson, C. (2012). Impact of
employees’ character strengths of wisdom on stress and creative performance.
Human Resource Management Journal. 22(2). 165-181. doi: 10.1111/j.1748-
8583.2010.00157. x.
Baltes, P.B., Gluck, J & Kunzmann, U. (2002). Wisdom its structure and function in
regulating successful life span development dalam C.R Snyder & S.J Lopez.
Handbook of positive psychology, New York: Oxford University Press.
Diener, E.D., Emmons, R. A., Larsen, R.J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction with
life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75.
Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E & Smith, H.L. (1999). Subjective well-being: three
decades of progress. American Psychological Association. 125(2). 276-302.
Diener, E. (2000). Subjective well-being. The science of happiness and a proposal for
a national index. American Psychological Association. 55(1). 34-43.
Diener, E., Lucas, E & Oishi, S. (2002). Positive psychology dalam C.R Snyder & S.J
Lopez. Handbook of positive psychology, New York: Oxford University Press.
Diener, E., Oishi, S & Lucas, R. (2003). Personality, culture, and subjective well-being:
emotional and cognitive evaluations of life. Annual Review Psycholog. 54. 403-
425.
Diener, E (2005). Subjective well being : the science happiness and life satissfaction
dalam C.R Snyder & S.J Lopez. Handbook of Positive Psychology, New York:
Oxford Univerity Press.
Diener, E., Wirtz, D., Biswas R., Tov, W., Prieto, K.C., Choi D & Oishi, S. (2009).
New measures of well-being. Social Indicators Research Series 39. doi:
10.1007/978-90-481-2354-4 12.
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Prieto, K.C., Choi, D., Oishi, S & Biswas, R. (2010).
New well-being measures: short scales to assess flourishing and positive and
negative feelings. Social Indicator Research. 97. 143-156.
Diener, E., Lucas R.E & Oishi, S. (2018). Advances and Open Questions in the Science
of Subjective Well-being. Collabra: Psychology. 4(1). 1-49. doi:
10.1525/collabra.115.
Farid, M & Lazarus H. (2008). Subjective well-being in rich and poor countries.
Journal of Management Development. 27(10). 1053-1065a.
Grant, A.M & Spence G.B. (2007). Professional and peer life coaching and the
enhancement of goal striving and well-being: An Exploratory Study. The
Journal of Positive Psychology. 2(3). 185-194.
Heckhausen, Dixon, & Baltes. (1989). Dalam Snyder, C.R & Lopez, S.J. (2004).
Handbook of positive psychology, New York: Oxford University Press.
Henle, C.A. (2005). Predicting workplace deviance from the interaction between
organizational justice and personality. Journal of Managerial Issues. 27(2).
Jannah., Fakhri & Julianto (2017). Rentang Kehidupan Manusia (Life Span
Development). 3(1)
Lawson, K.J., Noblet, A.J & Rodwell, J.J. (2009). Promoting employee wellbeing: the
relevance of work characteristics and organizational justice. Health Promotion
International. 24(3).
Le, H., Zheng, C & Fujimoto, Y. (2016). Inclusion, organisational justice and employee
wellbeing. International Journal of Manpower. 37(6). 1-21.
Manuel, D & Mayerson R. (2004) dalam Peterson, C & Seligman, M.E.P. Character
Strengths and Virtues: A Handbook and Classification New York: Oxford
Univerity Press.
83
McGrath, R. E. (2017). Technical report: The VIA Assessment Suite for Adults:
Development and evaluation. Cincinnati, OH: VIA Institute on Character.
Park, N., & Peterson, C. (2006). Moral competence and character strengths among
adolescents: the development and validation of the values in action inventory
of strengths for youth. Journal of Adolescence, 29, 891-905.
Park, N., & Peterson, C., & Seligman, M.E.P. (2004). Strengths of character and well-
being. Journal of Social and Clinical Psychology, 23(5). 603-619.
Peterson, C & Seligman, M.E.P. (2004) Character Strengths and Virtues; A Handbook
& Classification. New York: Oxford Univerity Press.
Proctor, C., Maltby, J & Linley, P.A. (2011). Strengths use as a predictor of well-being
and health-related quality of life. Journal Happiness Study. doi:
10.1007/s10902-009-9181-2.
Schmidt, H.J.K F.L & Keyes, C.L.M (2002). Well-Being in The Workplace and
Relationship to Business Outcomes: A Review of The Gallup Studies. In C.L
Keyes & J. Hadit (Eds), Flourishing: The Positive Person and the Good Life
(pp. 205-224). Washington D.C.
Snyder, C.R & Lopez, S.J. (2004). Handbook of positive psychology, New York:
Oxford University Press.
Sternberg, R.J (2002). Wisdom its structure and function in regulating successful life
span development dalam C.R Snyder & S.J Lopez. Handbook of positive
psychology, New York: Oxford University Press.
Subagyo, J.P. (1997). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tortia, E.C. (2007). Worker well-being and perceived fairness: survey-based findings
from Italy. The Journal of Socio-Economic. doi:10.1016/j.socec.2007.10.005.
Umar, J. (2012). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, II(2),
115-116. ISSN: 2089-6247
84
Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and validation of brief
measures of positive and negative affect: The PANAS scales. Journal of
Personality and Social Psychology, 54, 1063–1070.
Website :
LAMPIRAN
86
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdIbnMKNGrYJtZUo9-
nYYq8VnacM6HwcK4eht7MXqhmg3hKA/viewform?vc=0&c=0&w=1
87
1. Bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas
3. Kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian dan
(……………….…….)
88
3. Lampiran Kuesioner
Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam Sejahtera,
Kepada responden yang saya hormati,
Perkenalkan nama saya Indah Oktaviana, mahasiswi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan segenap tim peneliti. Saat ini saya dan tim peneliti sedang
melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) mengenai karakter
positif individu dan kesejahteraan subjektif karyawan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan saudara untuk turut serta membantu
dalam memberikan data mengenai hal tersebut. Kerjasama yang saya harapkan adalah
kesediaan saudara untuk mengisi serangkaian butir pernyataan secara jujur apa
adanya.
Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah serta saudara dapat mengisi kolom
nama dengan inisial, agar saudara dapat lebih merasa leluasa untuk menjawab jujur apa
adanya sesuai dengan keadaan diri saudara. Adapun informasi atau data yang saudara
berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian, dan akan dijamin kerahasiaannya serta
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Hormat Saya,
Peneliti
89
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Email :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Status Pernikahan :
Jumlah Anak/Tanggungan :
Suku/Etnik :
Unit Kerja :
Instansi Perusahaan :
Penghasilan/bulan :
Pengeluaran/bulan :
90
Kuesioner Penelitian
Petunjuk Pengisian
yang telah disediakan yang sesuai dengan diri saudara/i pada kolom jawaban dengan
STS : Sangat Tidak Setuju (Jika sangat tidak setuju dengan situasi dan kondisi
keseharian saudara/i).
TS : Tidak Setuju (Jika tidak setuju dengan situasi dan kondisi keseharian saudara/i).
SS : Sangat Setuju (Jika sangat setuju dengan situasi dan kondisi keseharian
saudara/i)
Contoh
Skala 1
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya menjalani hidup dengan terarah dan bermakna
2 Hubungan sosial saya mendukung dan bermanfaat
Saya terlibat dan tertarik pada kegiatan sehari-hari
3 saya
Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
4 kesejahteraan orang lain
Saya memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
5
menjalani kegiatan yang penting bagi saya
Saya orang yang baik dan menjalani kehidupan yang
6 baik
7 Saya optimis tentang masa depan saya
8 Orang lain menghormati saya
9 Saya merasa hal-hal positif terjadi di hidup saya
10 Saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif
Saya mengharapkan hal baik akan terjadi dalam
11 hidup saya
12 Saya sering merasa hal buruk terjadi di hidup saya
13 Saya merasa nyaman dengan hidup saya saat ini
Selama sebulan terakhir, saya merasa tidak nyaman
14 dengan diri saya
15 Saya menjalani hidup dengan senang
16 Kondisi kehidupan saya menyedihkan
17 Saya takut menghadapi masa depan
18 Saya menjalani hari dengan riang setiap harinya
19 Saya mudah tersinggung
20 Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat ini
92
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
Mampu menghasilkan ide-ide baru dan berbeda
1
merupakan salah satu keunggulan saya
Saya suka memikirkan cara-cara baru untuk melakukan
2
sesuatu
Saya selalu datang dengan cara-cara baru untuk
3
melakukan sesuatu
Teman-teman saya mengatakan bahwa saya memiliki
4
banyak ide baru dan berbeda
5 Saya seorang pemikir original
6 Saya selalu sibuk dengan sesuatu yang menarik
7 Saya senang dengan berbagai kegiatan yang berbeda
8 Saya punya banyak minat
Saya bisa menemukan sesuatu yang menarik dalam
9
situasi apapun
10 Saya pikir hidup saya sangat menarik
11 Saya senang ketika saya belajar sesuatu yang baru
12 Saya benar-benar seorang pembelajar seumur hidup
13 Saya menghabiskan waktu untuk membaca
14 Saya membaca berbagai macam buku
Saya suka membaca buku-buku nonfiksi untuk
15
kesenangan saya
16 Saya menghargai kemampuan saya untuk berpikir kritis
Jika topiknya tepat, saya bisa menjadi pemikir yang
17
sangat rasional
18 Saya suka berpikir secara mendalam
19 Saya selalu menimbang pro dan kontra
Saya mencoba mencari alasan kuat untuk keputusan
20
penting saya
Orang menggambarkan saya sebagai orang yang sangat
21
bijaksana
Saya selalu bisa melihat banyak hal dan melihat
22
gambaran besarnya
23 Saya memiliki pandangan yang matang pada kehidupan
Saya mungkin tidak mengatakannya kepada orang lain,
24 tapi saya menganggap diri saya adalah orang yang
bijaksana
25 Orang menganggap saya sebagai orang yang bijaksana
93
Skala 3
No Pernyataan STS TS S SS
Saya melakukan yang terbaik ketika saya menjadi
1 seorang anggota kelompok
Tanpa pengecualian, saya mendukung rekan satu tim
2 saya atau sesama anggota kelompok
Bahkan jika saya tidak setuju dengan mereka, saya selalu
3 menghormati para pemimpin kelompok saya
Penting bagi saya untuk menghormati keputusan yang
4 dibuat oleh kelompok saya
Saya dengan senang hati mengorbankan kepentingan
5 pribadi untuk kepentingan kelompok yang saya ikuti
Saya memperlakukan semua orang sama tanpa
6 memandang siapa mereka
2. ANOVA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 7045.615 8 880.702 12.372 .000b
1 Residual 28972.981 407 71.187
3. Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
4. Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
416
Valid N (listwise)
106
Model Summary
Model R R Adjusted R Std. Error Change Statistics
Square Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change