Anda di halaman 1dari 121

PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEJAHTERAAN


SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PENGGUNA INSTAGRAM

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Faradila Yunan Mutiara


11140700000072

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PENGGUNA INSTAGRAM

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Faradila Yunan Mutiara


NIM: 11140700000072

Pembimbing:

Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si


NIP. 19720823 1999903 1 002

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN


SOSIAL DAN AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF MAHASISWA PENGGUNA
INSTAGRAM” telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juli 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi.

Jakarta, 18 Juli 2018

Sidang Munaqasah

Dekan/ Wakil Dekan/


Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota

Desi Yustari Muchtar, M.Psi, Psikolog Drs. Akhmad Baidun, M.Si


NIP. 19821214 200801 2 006 NIP. 19640814 200112 1 001

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Juli 2018

FaradilaYunan Mutiara
NIM : 11140700000072

iv
ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


B) Juni 2018
C) Faradila Yunan Mutiara
D) Pengaruh Presentasi Diri, Dukungan Sosial, dan Afinitas Media Sosial terhadap
Kesejahteraan Subjektif pada Mahasiswa Pengguna Instagram
E) xiv + 103 halaman + lampiran
F) Individu yang memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi ditandai dengan
timbulnya emosi positif dan hilangnya emosi negatif. Kesejahteraan subjektif yang
tinggi dapat membawa pengaruh yang positif terhadap bagaimana individu dalam
menggunakan media sosial Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap
kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram.
Menggunakan pendekatan kuantitatif, populasi penelitian ini yaitu
mahasiswa pengguna Instagram di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel
penelitian sebanyak 241 mahasiswa pengguna Instagram di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non
probability sampling dengan teknik accidental sampling. Alat ukur penelitian ini,
The Flourishing Scale (FS) dan Scale of Positive and Negative Affect (SPANE)
yang dikembangkan Diener & Diener (2009), lalu The Self Presentation on
Facebook Questionnaire (SPFBQ) oleh Michikyan, Dennis & Subrahmanyam
(2015), selanjutnya Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS)
oleh Zimet et al (1988), dan Social Media Affinity Scale (SMA Scale) Gerlich,
Browning & Westermann (2010). Uji validitas instrumen menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji hipotesis penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama yang diperoleh
dari penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan antara presentasi diri,
dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejahteraan subjektif pada
mahasiswa. Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis minor terdapat empat varibel
yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu; presentasi diri, family support,
significant other support, dan redeeming value.
Berdasarkan hasil, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan
variabel lain seperti jenis kelamin, agama dan spiritualitas, dan kepribadian.
Sedangkan berdasarkan temuan pada variabel presentasi diri terdapat pengaruh
yang signifikan dengan arah negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Sehingga
penulis menyarankan mahasiswa tidak terlalu berlebihan ketika mengekspos
tentang diri, memberikan ekspektasi yang tinggi kepada orang lain dan lainnya, agar
menampilkan presentasi diri yang tidak berlebihan.

G) Bahan bacaan: 2 buku + 52 jurnal + 2 artikel + 2 skripsi

v
ABSTRACT

A) Faculty of Psychology
B) June 2018
C) Faradila Yunan Mutiara
D) The Influence of Self-Presentation, Social Support, and Social Media Affinity
on Subjective Well-being to Students College of Instagram Users
E) xiv + 103 pages + attachments
F) Individuals who have high subjective well-being are characterized by the
emergence of positive emotions and loss of negative emotions. High subjective
well-being can have a positive influence on how individuals use Instagram social
media. This study aims to examine the effect of self-presentation, social support,
and social media affinity on subjective well-being of students using Instagram.
Using a quantitative approach, the population of this study is 29,604 college
students who use Instagram at Syarif Hidayatullah Islamic State University, with
the number of Instagram users not yet defined. The research sample was 241
students using Instagram at the Syarif Hidayatullah Islamic State University in
Jakarta. Sampling is using non probability sampling with accidental sampling
technique. The measuring instrument of this study, The Flourishing Scale (FS) and
Scale of Positive and Negative Affect (SPANE) developed by Diener & Diener
(2009), then The Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ) by
Michikyan, Dennis & Subrahmanyam (2015), then Multidimensional Scale of
Perceived Social Support (MSPSS) by Zimet et al (1988), and Social Media
Affinity Scale (SMA Scale) by Gerlich, Browning & Westermann (2010). Test
instrument validity using Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hypothesis testing
of this study uses multiple regression analysis.
Based on the results of the major hypothesis test, the first conclusion
obtained from this study, there is a significant effect between self-presentation,
social support, and social media affinity for subjective well-being of college
students. Then, based on the results of the minor hypothesis test there are four
variables with significant regression coefficient values, self-presentation, family
support, significant other support, and redeeming value.
Based on the results, further research can consider other variables such as
gender, religion and spirituality, and personality. While based on the findings on
the self presentation variable there is a significant influence with negative direction
on subjective well-being. So the writer recommends that college students not be too
excessive when exposing about themselves, giving high expectations to others, so
that present their self that are not excessive.

G) Reading material: 2 books + 52 journals + 2 articles + 2 theses

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari

kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW beserta pengikutnya.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya.

2. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, sebagai pembimbing dari mulai semprop

hingga skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, arahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ayahanda Hasnan Mahatmantong, Ibunda Tri Yuli Hariningsih, Kakak

Faradiba Yunan Permata dan adik Faradina Yunan Az-Zahra sebagai tempat

pulang hati ini dan peneduh dikala teriknya perhelatan hidup ini. Terima

kasih.

vii
5. Sahabat penulis Atikah Dwi Frugani, Nisa Sa’adatu Fitrya, Khansa

Khairunnisa, Tina Deviana, Rifda Riski Nanda, Adzillah Izmi Syahida, Putri

Nuraini dan Diah Lestari. Juga sahabat penulis di kostan, Dhea Alda Mutya,

Arfah Naila “Bela” dan Hanina Maulidha. Hidup tidak akan benderang tanpa

tawa dan perkelahian kita. Terima kasih.

6. Para senior terbaik, Ka Muhammad Dwirifqi, Ka Hendra Nur Sucipto dan Ka

Kaffa Merdeka,serta senior lain yng tidak dapat penulis sebukan satu persatu.

Terima kasih telah menuntun dalam langkah kerasnya perskripsian dan telah

membuka mata dan hati penulis untuk lebih sungguh-sungguh dalam hidup

maupun dalam belajar.

7. Pihak terkait yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Tidak ada

perkenalan tanpa sebuah alasan. Terima kasih kepada semua orang yang

pernah berbagi sesuatu dengan penulis dan telah membantu membentuk

pribadi penulis sehingga memiliki kekuatan agar skripsi ini bisa rampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir

kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang

besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan

berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 22 Juni 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-18


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah...............................................................15
1.2.1 Pembatasan Masalah ..............................................................................15
1.2.2 Perumusan Masalah ...............................................................................16
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .......................................................17
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................17
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................18

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 20-42


2.1 Kesejahteraan Subjektif ...................................................................................20
2.1.1 Definisi Kesejahteraan Subjektif ...........................................................20
2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Subjektif ...........................................................21
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif............................22
2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif .....................................................25
2.2 Presentasi Diri ..................................................................................................27
2.2.1 Definisi Presentasi Diri ..........................................................................27
2.2.2 Dimensi Presentasi Diri .........................................................................30
2.2.3 Pengukuran Presentasi Diri ....................................................................30
2.3 Dukungan Sosial ..............................................................................................31
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial ......................................................................31
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial......................................................................32
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial ................................................................33
2.4 Afinitas Media Sosial .......................................................................................34
2.4.1 Definisi Afinitas Media Sosial ...............................................................34
2.4.2 Dimensi Afinitas Media Sosial ..............................................................35
2.4.3 Pengukuran Afinitas Media Sosial.........................................................36
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................36
2.6 Hipotesis Penelitian..........................................................................................42

ix
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 44-60
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................44
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................................44
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ..........................................................................46
3.4 Uji Validitas Konstruk .....................................................................................50
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesejahteraan Subjektif ....................................52
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Presentasi Diri ..................................................53
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial ...............................................55
3.4.3.1 Uji Validitas item family support ..............................................55
3.4.3.2 Uji Validitas item friend support ...............................................56
3.4.3.3 Uji Validitas item significant other support ..............................57
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Afinitas Media Sosial .......................................58
3.4.4.1 Uji Validitas item redeeming value ...........................................58
3.4.4.2 Uji Validitas item shared interest..............................................59
3.4.4.3 Uji Validitas item business & organizations .............................60
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................60

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 64-73


4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................................64
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................................65
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel ....................................................................66
4.3 Uji Hipotesis Penelitian....................................................................................67
4.3.1 Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel .................................73

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 76-83


5.1 Kesimpulan .....................................................................................................76
5.2 Diskusi .............................................................................................................76
5.3 Saran .................................................................................................................82
5.3.1 Saran Teoritis .........................................................................................82
5.3.2 Saran Praktis ..........................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................85


LAMPIRAN ..........................................................................................................91

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor skala likert ... ....................................................................... 47


Tabel 3.2 Blue print alat ukur Kesejahteraan Subjektif .................................. 47
Tabel 3.3 Blue print alat ukur Presentasi Diri ................................................ 48
Tabel 3.4 Blue print alat ukur Dukungan Sosial............................................. 49
Tabel 3.5 Blue print alat ukur Afinitas Media Sosial ..................................... 50
Tabel 3.6 Muatan faktor Kesejahteraan Subjektif .......................................... 53
Tabel 3.7 Muatan faktor Presentasi Diri ......................................................... 54
Tabel 3.8 Muatan faktor family support ......................................................... 55
Tabel 3.9 Muatan faktor friend support .......................................................... 56
Tabel 3.10 Muatan faktor significant other support ......................................... 57
Tabel 3.11 Muatan faktor redeeming value ...................................................... 58
Tabel 3.12 Muatan faktor shared interest......................................................... 59
Tabel 3.13 Muatan faktor business & organizations ........................................ 60
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................... 64
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 68
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Varibael ................................................. 66
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................. 67
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .................................................. 68
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ........................ ... 69
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ........................................................................... 70
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV ............. 74

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 42

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Kuesioner ................................................................................ 91


Lampiran2 Hasil CFA ............................................................................... 99
Lampiran3 Hasil Uji Regresi ................................................................... 107

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subjective Well-being (SWB) atau disebut kesejahteraan subjektif sangat penting

dimiliki setiap individu, karena hidup yang baik merupakan hidup yang memiliki

fokus pada kriteria seperti mencintai sesama, menyenangkan, atau memiliki

wawasan tentang kualitas hidup, hal tersebut ada dalam konsep kesejahteraan

subjektif. Seseorang yang memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi, akan

merasakan perasaan yang menyenangkan dan sedikit memiliki emosi negatif,

sebaliknya individu yang memiliki kesejahteraan subjektif rendah cenderung

merasakan ketidakpuasan terhadap hidup, mengalami sedikit kegembiraan, dan

kerap merasakan emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan (Diener, 2000).

Kesejahteraan subjektif juga dapat disebut sebagai derajat penilaian

individu secara keseluruhan terhadap kualitas hidupnya (Veenhoven dalam Suh,

2000). Sementara itu kesejahteraan subjektif dapat dilihat dari dua dimensi, yakni

dimensi kognitif dan dimensi afektif. Melalui sisi kognitif, individu yang memiliki

kesejahteraan subjektif tinggi adalah individu yang merasa puas dalam hidupnya,

sedangkan dari sisi afektif individu yang memiliki kesejahteraan subjektif tinggi

adalah yang memiliki emosi senang dan selalu bersyukur (Myers & Diener,

1995). Kesejahteraan terdiri dari penilaian kognitif terhadap keseluruhan kepuasan

hidup dan refleksi afektif yang ditunjukkan oleh seringnya pengalaman pengaruh

positif dan jarang terjadinya pengalaman negatif (Diener, Suh, Lucas, & Smith,

1
2

1999). Oleh karena itu, terdapat tiga struktur kesejahteraan (kepuasan hidup,

pengaruh positif, dan pengaruh negatif) yang mewakili evaluasi subjektif

seseorang terhadap kehidupannya yakni, disebut sebagai kesejahteraan subjektif.

Memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi mencerminkan individu

berpikiran positif dalam hidup dan cenderung bahagia. Dalam konteks

kebahagiaan atau happiness, telah diperdebatkan definisinya oleh para ilmuwan,

maka dari itu kesejahteraan subjektif dijadikan istilah ilmiah untuk kebahagiaan

(Diener, Scollon & Lucas 2003). Diener juga menggunakan serta memperjelas

istilah kesejahteraan subjektif ini sebagai sinonim dari kebahagiaan (Snyder &

Lopez, 2007). Tiga domain utama kehidupan yang dikaitkan dengan kebahagiaan,

yakni hubungan sosial, kesehatan dan pekerjaan (Lyubomirsky, King, & Diener,

2005). Sementara itu interaksi antara ketiga domain ini, hubungan sosial

tampaknya menjadi penentu kebahagiaan yang paling penting, karena manusia

adalah makhluk sosial (Doğan, U & Adıgüzel, A, 2017). Pada “zaman now” saat

ini, hubungan sosial yang dilakukan oleh individu mempunyai berbagai bentuk,

selain melalui tatap muka atau face-to-face interaction, juga dapat dengan bantuan

teknologi berupa media sosial.

Newman dan Newman (dalam Mierzwa & Jurjewicz, 2016) mengatakan

manfaat yang diidentifikasi kesejaheraan subjektif dalam media sosial adalah

peningkatan kontak sosial dengan keluarga dan teman serta kemampuan untuk

mengembangkan hubungan baru melalui media sosialnya. Salah satu media sosial

yang paling diminati saat ini adalah Instagram. Instagram sendiri adalah aplikasi

seluler (iOS dan Android) yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto
3

menjadi gambar yang menarik secara visual, yang kemudian dapat dibagikan

dengan follower di Instagram.

Melalui penelitian sebelumnya bahwa hampir setengah (46,6%) foto yang

di unggah pada Instagram masuk dalam kategori Selfies and Friends (Hu,

Manikonda & Kambhampati, 2014). Foto dengan konten wajah didalamnya

diketahui akan mengundang feedback berupa lebih banyak likes dan comment

pada foto individu, dibandingkan dengan foto yang tidak terdapat wajah di

dalamnya seperti foto food, fashion, atau quotes (Bakhshi, Shamma & Gilbert,

2014). Lalu feedback berupa likes dan comment pada foto akan meningkatkan

kesejahteraan pada individu ketimbang dengan foto yang mempunyai lebih sedikit

likes dan comment (Valkenburg, Peter & Schouten, 2006). Lainnya, Obi, AN

(2014) menjelaskan frekuensi penggunaan Facebook dan total aktivitas online

meninggkatkan kesejahteraan individu, dalam hal emosional, kualitas hidup dan

hubungan sosial.

Selain itu untuk melihat kesejahteraan subjektif penggunaan Instagram

bukanlah hal yang tidak terduga karena kenyamanan paling penting yang

ditawarkan kepada individu melalui Instagram adalah memfasilitasi hubungan

sosial (Doğan, U & Adıgüzel, A, 2017). Di Indonesia sendiri, menjadi negara

dengan pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik. Berdasarkan 700 pengguna

aktif bulanan atau disebut Monthly Active User (MAU) yang diraup oleh

Instagram secara global, 45 juta penggunanya berasal dari Indonesia (Bohang F

K, 2017). Melalui survei yang dilakukan Pew Research Center diketahui

berdasarkan usia, sekitar separuh pengguna media sosial (51%) yang berusia (18-
4

24) tahun mengatakan sulit untuk meninggalkan media sosialnya. Lalu secara

khusus, sebanyak 81% mengatakan mengunjungi Instagram setiap hari, dengan

55% melaporkan melakukannya beberapa kali dalam sehari (Smith & Anderson,

2018).

Menurut Seligman (1998), ilmu Psikologi bukan hanya studi tentang

kelemahan dan kerusakan, namun psikologi juga studi tentang kekuatan dan

kebajikan. Individu yang memiliki kesejahteraan subjektif juga merupakan

individu yang sehat dan optimis (Diener, 2000). Disisi lain penulis menemukan

dampak negatif kesejahteraan subjektif dalam media sosial, penelitian sebelumnya

oleh Lup, Trubh, dan Rosenthal (2015) yang mengatakan terdapat hubungan

positif antara penggunaan Instagram dengan simptom depresi. Depresi sendiri

menghambat kesejahteraan subjektif karena seringnya timbul emosi negatif.

Lainnya, pengguna Facebook dapat merusak kesejahteraan subjektif pada

affecttive well-being individu (Verduyn, et al, 2015). Penggunaan media sosial

juga dihubungkan dengan kebahagiaan yang rendah.

Penggunaan media sosial secara positif signifikan dengan technostress.

Individu yang menggunakan sejumlah besar teknologi pada umumnya telah

ditemukan memiliki tingkat technostress yang lebih tinggi (Brooks, 2015).

Konsisten dengan literatur stres, tingkat technostress yang lebih tinggi dikaitkan

dengan kebahagiaan yang lebih rendah. Juga, The Happiness Research Institute

(dalam Çolak & Doğan, 2016) menyimpulkan bahwa individu yang tidak

menggunakan Facebook selama satu minggu memiliki kebahagiaan tingkat tinggi


5

pada akhir pekan dan mulai berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang lebih

banyak dan lebih menikmati kehidupan sosial mereka.

Hasil survei pada 10 orang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

pada bulan November 2017 diketahui bahwa sebanyak 8 dari 10 orang

mengatakan mudah iri, dan tertekan ketika terlalu sering menggunakan Instagram.

Secara khusus, hal ini diperkuat dengan penelitian Krasnova, et al (2015)

menunjukkan bahwa konsumsi informasi pada media sosial dikaitkan dengan

perasaan iri yang tidak diinginkan, yang pada gilirannya terkait secara negatif

dengan kesejahteraan subjektif pada dimensi kognitif dan afektif pengguna.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa media sosial dalam hal ini

Instagram dapat dikaitkan secara positif dan negatif dengan kesejahteraan

subjektif. Temuan yang kontradiktif ini, kemudian menimbulkan pertanyaan

pada penulis, apakah mahasiswa yang menunjukkan kebahagiaan pada Instagram,

memiliki perasaan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sehingga penulis tertarik

untuk melihat kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram.

Kesejahteraan subjektif sendiri dapat diartikan sebagai analisis ilmiah bagaimana

individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang melibatkan reaksi

emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan, suasana hati, serta

penilaian terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan, dan kepuasan pada domain

spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif menyangkut studi tentang

apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan atau kepuasan (Diener, Oishi, &

Lucas, 2003).
6

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif, seperti

jenis kelamin, kepribadian, spritualitas, religiusitas, dan masih banyak lagi.

Namun, pada penelitian ini penulis tertarik untuk melihat pengaruh presentasi diri,

dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejateraan subjektif.

Penelitian oleh Kim dan Lee (2011) mengatakan terdapat efek positif langsung

dari presentasi diri (self presentation) yang positif pada kesejahteraan subjektif

pengguna Facebook, sehingga dapat kita simpulkan bahwa kebahagiaan pengguna

Facebook akan meningkat ketika menjaga dan meneguhkan citra diri yang positif

melalui presentasi diri. Ada kemungkinan bahwa tindakan presentasi diri yang

positif dapat mencerminkan kecenderungan orang untuk memiliki keyakinan

positif atas diri individu, dimana memperoleh manfaat psikologis mengenai

peningkatan diri individu (Robins & Beer, 2001).

Melalui hal diatas dapat kita lihat bahwa kesejahteraan subjektif dapat

dipengaruhi oleh presentasi diri. Kini semakin bergesernya konsep gaya hidup

yang berkembang, fungsi media sosial juga mengalami perubahan. Saat ini media

sosial menjadi salah satu ajang untuk mengekspresikan perasaan atau pikiran

kepada orang lain, momen yang di posting merupakan momen yang dapat

menunjang citra diri sebagai bentuk dari presentasi diri individu dalam media

sosial. Presentasi diri merupakan proses dimana individu mencoba untuk

membentuk apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan apa yang dirinya

pikirkan tentang diri sendiri (Goffman, 1959).

Ketika berinteraksi dengan orang lain, perhatian individu tertuju pada

bagaimana orang akan menilai diri individu dengan baik. Lalu individu akan
7

berusaha mengontrol bagaimana orang lain berfikir mengenai dirinya, sehingga

perlu melakukan impression management, yaitu usaha utuk mengatur kesan yang

orang lain tangkap mengenai kita baik secara disadari maupun tidak disadari

(Schlenker, 1980). Sebagai bagian dari impression managemen, kita melakukan

presentasi diri seperti yang kita inginkan dengan bebagai macam tujuan.

Secara spesifik individu mencoba menampilkan identitas yang berbeda

dari dirinya di dalam situasi yang berbeda pula (Kowalsky & Leary 1990).

Sehingga, terdapat 2 strategi umum di dalam mencapai sasaran presentasi diri.

Pertama ingratiation, istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang

dimotivasi oleh keinginan untuk diterima dan disukai. Ketika individu ingin

disukai atau diterima, akan berusaha menampilkan yang terbaik, contohnya

dengan cara banyak memberikan senyum, menganggukan kepalanya,

memperlihatkan ekspresi menyetujui dan kalau perlu akan menolong,

memberikan pujian dan bahkan menjilat. Kedua self-promotion, yaitu suatu istilah

yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang dimotivasi oleh suatu

keinginan untuk lebih dari individu lain dan dihormati karena kompetensi yang

dimiliki (Jones & Pittman, 1982). Ketika individu ingin dihormati berdasarkan

kompetensinya, akan berusaha memberikan kesan kepada orang lain dengan cara

membicarakan diri sendiri, dan memperlihatkan pengetahuan, status dan

eksploitasi.

Erving Goffman (1959) mencontohkan seperti, mengapa Anda berpakaian

seperti yang Anda lakukan? Apakah Anda memiliki kesan? Suatu style yang ingin

anda gunakan? Bagaimana Anda menata rambut Anda? Sama hal nya dengan
8

presentasi diri pada pengguna Instagram. Seperti, berapa banyak jumlah followers

anda? berapa banyak like anda dalam satu foto? seberapa sering anda membuat

video Instastories? atau apakah anda ingin menjadi seorang selebgram (seorang

yang terkenal dari Instagram)? Namun tidak semua perilaku publik ditentukan

oleh presentasi diri. Meskipun demikian, kebanyakan orang sangat memahami

bahwa perilaku publik akan mempengaruhi tampilan cara orang lain melihat diri

individu, misalnya menghabiskan waktu terlalu banyak hanya untuk memutuskan

pakaian untuk dibeli. Hal ini sangat berdampak pada para pengguna Instagram,

dimana para pengguna Instagram akan melakukan presentasi diri untuk dapat apa

yang menjadi kebutuhan (needs) dari penggunanya. Orang dapat memutuskan

gambar apa yang ingin ditampilkan di Instagram dengan mengunggah foto atau

video berbeda yang menyoroti karakteristik tertentu untuk mempertahankan kesan

positif di depan orang lain (Ellison, Heino & Gibbs, 2006). Individu membentuk

profil diri dan kepribadian pada Instagram, dengan cara mengatur diri individu

menjadi seperti apa keinginannya, bagaimana dunia tempat tinggal individu,

keinginan dan hubungan dengan orang lain secara subjektif melalui berbagi

informasi.

Presentasi diri yang dilakukan secara online, merupakan presentasi diri

yang dilakukan individu dalam konteks online, bukan melalui tatap muka secara

langsung, dalam hal menciptakan kesan atau memberikan kesan pada orang lain

(Rui & Stefanone, 2013). Selanjutnya presentasi diri online menurut Michikyan et

al (2014) yakni individu dapat menampilkan berbagai aspek yang berbeda dari

diri (self) dalam berinteraksi di jejaring sosial. Maka salah satu cara individu
9

mempresentasikan diri tidak hanya melalui cara berinteraksi langsung (face-to-

face) dengan orang lain. Michikyan et al (2014) dalam penelitiannya pada

Facebook, diri individu yang ditampilkan dapat berupa real self, ideal self,

maupun false self. Real self atau menampilkan diri yang sebenarnya, ideal self

atau menampilkan berupa keinginan atau harapan yang ingin dibentuk oleh

penggunanya, dan dapat juga menampilkan false self dari dirinya atau tidak

sepenuhnya benar akan dirinya sebagai wujud presentasi diri.

Selain presentasi diri hal lain yang turut mempengaruhi kesejahteraan

subjektif adalah dukungan sosial (social support). Dihubungkan dengan

kesejahteraan subjektif, yakni interaksi sosial, juga merupakan salah satu faktor

penentu kesejahteraan subjektif itu sendiri. Dalam Linely et al (2004) Pavot dan

Diener menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari

kesejahteraan subjektif. Dukungan sosial menjadi penting dan menarik untuk

diperbincangkan karena didalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi kepada

suatu yang posistif seperti kesejahteraan (Siedlecki et al, 2013).

Çolak & Doğan (2016) menyatakan dukungan sosial memprediksi

kebahagiaan secara positif dan signifikan, kurangnya dukungan sosial

menyebabkan individu menjadi tidak bahagia. Sementara individu yang memiliki

pengalaman positif akan merasa diakui, memiliki, dapat menjadi diri sendiri,

merasa dihargai, dan memiliki hidup yang bermakna. Ada konsensus umum

bahwa dukungan sosial berhubungan positif dengan kesejahteraan subjektif,

bahkan beberapa menyarankan bahwa dukungan sosial diperlukan untuk

kesejahteraan subjektif (Baumeister & Leary, 1995). Dukungan sosial dianggap


10

dapat mempromosikan kesejahteraan dengan mempengaruhi emosi, kognisi dan

perilaku dengan cara mendorong pengaruh positif (Cohen & Lakey, 2000).

Dukungan sosial sendiri merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk

dari individu yang akan menimbulkan persepsi bahwa seseorang merasa dicintai,

dihargai dan disayangi, dan dengannya dapat memberikan bantuan pada individu

lain yang mengalami tekanan dalam kehidupannya, menurut Weiss (dalam

Cutrona, 1987). Berbicara mengenai dukungan sosial, kuantitas dan kualitas

dalam dukungan sosial juga perlu diperhatikan karena setiap orang memiliki

anggapan atau persepsi yang berbeda tentang jumlah dukungan sosial yang

diperlukan, bisa jadi seseorang memerlukan benyak orang lain untuk

mendukungnya tetapi dapat pula hanya menginginkan satu orang saja untuk

mendukungnya (Sarason, 1983).

Dukungan sosial tak cukup pada persoalan kuantitas saja namun juga

memperhatikan kualitas dari dukungan itu sendiri. Hal ini merujuk pada ketepatan

seseorang dalam memberikan dukungan, karena ketepatan tersebut yang nantinya

akan dirasakan oleh individu yang membutuhkan dukungan. Jika di rasa tepat

maka akan dianggap memuaskan dan sebaliknya, jika dirasa tidak tepat maka

akan dianggap tidak dapat memuasakan bahkan dianggap tidak perlu (Sarason,

1983).

Sementara itu Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) mengenalkan

dukungan sosial dengan perceived support atau dukungan sosial yang dirasakan,

dimana inividu mempersepsikan dukungan sosial itu tersedia dan cukup terpenuhi

oleh individu yang membutuhkan. Pada Gülaçti (2010), dukungan sosial yang
11

dirasakan menjadi sumber daya dukungan ketika individu membutuhkan, dapat

diidentifikasi dalam perspektif kualitatif subjektif dan dapat diukur, juga

dilaporkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan lebih menentukan daripada

dukungan sosial yang diterima pada kesehatan mental.

Sejalan dengan dukungan sosial yang terdapat di media sosial tidak dapat

dilakukan secara nyata (enacted support), namun dengan perceived support

individu dapat merasakan bagaimana adanya dukungan sosial dari keluarga,

teman dan seseorang yang istimewa melalui media sosial.

Dalam lingkungan sosial masyarakat, teman merupakan sumber penting

dari support emosional dan praktis, dengan demikian dianggap sebagai elemen

kunci dari kebahagiaan (Myers D G, 2000). Sementara itu pertemanan dalam

media sosial, seperti Instagram, mungkin akan lebih mudah untuk berteman

dengan orang lain, karena dapat dengan mudah mengikuti siapa saja yang

memiliki akun Instagram. Penelitian yang dilakukan oleh Atikah, Ranu, dan

Kamila (2017), dukungan sosial pada media sosial menjelaskan proporsi varians

yang signifikan dari kesejahteraan subjektif, serta menunjukkan bahwa dukungan

sosial pada media sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan subjektif. Media sosial telah mengubah cara individu berinteraksi

satu sama lain dengan menyediakan platform online untuk keterlibatan sosial.

Teori selektivitas sosioemosional (Carstensen, 1987, 1992) mengatakan

bahwa tujuan sosial berubah seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya

usia, keinginan individu untuk berinteraksi dengan kenalan dan tingkat kepuasan

dari interaksi akan menurun. Dengan demikian, individu secara selektif


12

mengurangi jaringan sosialnya, memusatkan waktu dan energi pada kontak sosial

yang lebih dekat secara intim, seperti teman dekat dan keluarga. Namun, tidak

jelas apakah jumlah individu dalam jaringan sosial lebih kecil karena pilihan atau

keadaan. Adapun perbedaan dalam kontak sosial dan tujuan sosial ini

menunjukkan bahwa mungkin ada perbedaan usia dalam bagaimana orang

menjalani pengalaman, atas dukungan sosial dan kesejahteraan subjektifnya.

Gonzales & Hancock (2010) mengemukakan dengan hanya melihat dan

menunjukkan tampilan koneksi 'teman', sejumlah besar teman Facebook bisa

menunjukkan pengguna akan koneksi sosial individu dan dapat meningkatkan

kesejahteraan subjektif. Melihat usia mahasiswa dengan usia (18-24) tahun

dimana lebih tertarik dalam pertemanan yang luas bukan yang secara mendalam.

Penelitian terdahulu mengenai pengguna Facebook, dengan melihat (secara

visual) jumlah teman yang banyak, mungkin terlihat luas dalam jaringan

pertemanan bukan untuk tujuan mengembangkan hubungan yang serius atau

mendalam. Terutama bagi pengguna Facebook dengan jumlah teman Facebook

yang sangat banyak, banyak dari 'teman' ini mungkin tidak lebih dari sekelompok

besar penonton pasif untuk konten yang ditampilkan di halaman Facebook.

Karena itu, jumlah teman Facebook mungkin memiliki hubungan positif dengan

dukungan sosial hanya sampai pada titik tertentu dan mungkin merupakan asosiasi

negatif di luar hal tersebut (Kim & Lee, 2011). Oleh karena itu, dapat diasumsikan

bahwa, jumlah teman pada Instagram akan memiliki hubungan dengan dukungan

sosial yang persepsikan. Umpan balik (feedback) positif yang diterima oleh
13

pengguna media sosial merupakan salah satu bentuk dari dukungan sosial pada

media sosial terhadap penggunanya.

Salah satu penjelasan mengenai efek penggunaan media sosial terhadap

kesejahteraan subjektif menurut Ellison, Steinfield, dan Lampe (2007),

mengatakan bahwa pengguna Facebook dapat membantu mengatasi hambatan

yang dihadapi oleh mahasiswa yang memiliki kepuasan terhadap diri yang rendah.

Studi lain menemukan bahwa hubungan positif terkait kesejahteraan

subjektif dan penggunaan Facebook secara keseluruhan dan Instagram (Pittman &

Reich, 2016). Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media

sosial. Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media

sosial sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap

media sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan

menjadi salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.

Dalam penggunaan media sosial tidak ditemukan adanya perbedaan

gender di antara pria dan wanita. Selain itu, menunjukkan juga media sosial

sebagai alat yang bagus untuk digunakan dalam dunia pembelajaran, baik untuk

mahasiswa maupun pengajar. Gerlich, Browning dan Westermann (2010)

mengkategorikan penggunaan afinitas media sosial ke dalam tiga kategori yakni

redeeming value, shared interest, dan business & organizations. Pertama,

redeeming value, dapat diartikan sebagai pentingnya nilai yang dimiliki dalam diri

pribadi individu ketika menggunakan media sosial. Kedua, shared interest,

diartikan sebagai suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar

pengguna media sosial.


14

Ketiga, business & organizations, merupakan kemampuan penggunaan

media sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas,

komunitas, atau organisasi tertentu. Lopez (2014) melihat individu dengan afinitas

media sosial yang tinggi akan lebih dipengaruhi oleh pemakaian media sosial

yang tinggi daripada individu dengan afinitas media sosial yang lebih rendah,

individu yang memiliki afinitas media sosial yang tinggi menggunakan media

sosial sebagai tempat medapatkan informasi.

Tujuan penggunaan media sosial mungkin termasuk, tetap berhubungan

dengan teman, belajar tentang peristiwa baru dan terkini, menghabiskan waktu

luang, konformitas, berkomunikasi dengan orang lain, untuk kesenangan, berbagi

foto dan video, menyatakan pendapat, bertemu orang baru, mencari dan membeli

barang (belanja online). Menurut Valkenburg, Peter, dan Schouten (2006), alasan

peningkatan penggunaan ini karena mudah dan murah digunakan. Selain yang

disebutkan di atas, individu yang memiliki masalah dalam lingkungan keluarga

dan memiliki orientasi ke arah media sosialnya akan peduli tentang diri sendiri

dan dapat mengekspresikan diri (Çalışkan & Özbay, dalam Doğan & Adıgüzel,

2017).

Wang (2011) mengungkapkan bahwa mahasiswa dipengaruhi oleh media

sosial. Media sosial itu menarik, karena tidak hanya memberikan mahasiswa

dunia yang lain untuk mendapatkan teman, juga menyediakan cara yang baik

untuk melepaskan tekanan. Dalam media sosial dan aplikasi di mana individu

menghabiskan sebagian besar waktu untuk memainkan peran dalam periode


15

perkembangan individu. Terutama, remaja dan mahasiswa menggunakan media

sosial secara intensif (Tektaş, 2014).

Penulis memutuskan untuk menggunakan variabel presentasi diri,

dukungan sosial, dan afinitas media sosial sebagai faktor yang mungkin

mempengaruhi kesejahteraan subjektif dalam konteks mahasiswa pengguna

Instagram. Sehingga penulis memutuskan untuk menggunakan Pengaruh

presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap

kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram sebagai judul

penelitian.

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis membatasi ruang lingkup

masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (presentasi diri, dukungan

sosial, dan afinitas media sosial) terhadap variabel terikat (kesejahteraan

subjektif). Adapun batasan tiap variabel adalah:

1. Kesejahretaan subjektif yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

analisis ilmiah bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap

kehidupannya, yang melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah

peristiwa kehidupan, suasana hati, serta penilaian idnvidu terhadap kepuasan

hidup, kebermaknaan, dan kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan.

Jadi, kesejahteraan subjektif menyangkut studi tentang apa yang orang awam

sebut sebagai kebahagiaan atau kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003).
16

2. Presentasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentasi diri

online yakni, bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai

aspek yang berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self

dalam berinteraksi di jejaring media sosial (Michikyan, et.al, 2014).

3. Dukungan Sosial adalah persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang

bersumber oleh terdekat individu meliputi keluarga, teman, dan seseorang

yang spesial (Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley, 1988) dengan dimensi yakni,

Family Support, Friend Support, dan Significant Other Support.

4. Afinitas Media Sosial adalah ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan

penggunaan) terhadap media sosial. Dengan dimensi yakni, Redeeming Value,

Shared Interest, dan Business & Organizations (Gerlich, Browning, dan

Westermann, 2010).

5. Sampel dalam penelitin ini adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta berusia (18-24) tahun pengguna Instagram.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis

mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend

support, dan significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming

value, shared interest, dan business & organiztions) terhadap kesejahteraan

subjektif?

2. Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif?


17

3. Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif?

4. Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif?

5. Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel

dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

6. Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

7. Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

8. Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas

media sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

9. Dari variabel penelitian yang dianalisis manakah yang memiliki pengaruh

paling besar dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif?

10. Berapakah proporsi varians dari tiap variabel yang dianalisis terhadap

kesejahteraan subjektif?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyan penelitian yang

telah penulis rumuskan sebelumnya. Oleh karena itu tujuan dan manfaat dalam

penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitian, yakni:

1. Apakah ada pengaruh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend

support, dan significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming
18

value, shared interest, dan business & organiztions) terhadap kesejahteraan

subjektif?

2. Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif?

3. Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif?

4. Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif?

5. Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel

dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

6. Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

7. Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

8. Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas

media sosial terhadap kesejahteraan subjektif?

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dari

psikologi sosial yang diaplikasikan dalam dunia maya atau online. Selain itu

diharapkan dapat membantu menerangkan faktor psikologis apa saja yang dapat

berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa


19

pengguna Instagram. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan

subjektif seluruh mahasiswa, salah satunya berupa membuat kegiatan rancangan

program dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya

kesejahteraan subjektif.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kesejahteraan Subjektif

2.1.1 Definsi Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan Subjektif adalah penilaian kognitif terhadap keseluruhan kepuasan

hidup dan refleksi afektif kebahagiaan yang ditunjukkan oleh seringnya

pengalaman positif dan jarang terjadinya pengalaman negatif (Diener, Suh, Lucas

& Smith, 1999). Sementara Veenhouven (dalam Diener, 1994) menjelaskan

bahwa kesejahteraan subjektif merupakan tingkat di mana seseorang menilai

kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan dan merasakan emosi

yang menyenangkan.

Kesejahteraan subjektif menunjukkan kepuasan hidup dan evaluasi

terhadap domain kehidupan yang penting seperti pekerjaan, kesehatan, dan

hubungan. Juga termasuk emosi, seperti keceriaan dan keterlibatan, dan

pengalaman emosi yang negatif, seperti kemarahan, kesedihan, dan ketakutan

yang sedikit. Dengan kata lain, kebahagiaan adalah nama yang diberikan untuk

pikiran dan perasaan yang positif terhadap hidup seseorang. Menurut Andrew dan

Withey (dalam Diener, 1994) mengatakan bahwa kesejahteraan subjektif

merupakan evaluasi kognitif dan sejumlah tingkatan perasaan positif atau negatif

seseorang.

Dalam penelitian ini kesejahteraan subjektif dijelaskan sebagai analisis

ilmiah bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang

20
21

melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan,

suasana hati, serta penilaian individu terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan,

dan kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif

menyangkut studi tentang apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan atau

kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Kesejahteraan subjektif terbagi dalam

dua dimensi, yakni kognitif dan afektif dari diri individu. Dimensi kognitif

mencakup analisis mengenai bagaimana individu mengevalusi kehidupannya baik

secara global maupun secara spesifik. Semantara dimensi afektif mencakup reaksi

emosional individu dalam kehidupannya, yakni banyaknya emosi positif dan

kurangnya emosi negatif.

2.1.2 Dimensi Kesejahteraan subjektif

Menurut Diener dan Oishi (2005) terdapat dua dimensi dasar kesejahteraan

subjektif, yaitu dimensi kognitif dan afektif. Dimensi kognitif mencangkup

evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global dan evaluasi terhadap kepuasan

domain tertentu. Sedangkan dimensi afektif mencangkup evaluasi terhadap

keberadaan emosi positif dan evaluasi terhadap keberadaan emosi negatif.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Dimensi kognitif dari kesejahteraan subjektif adalah evaluasi terhadap

kepuasan hidup individu. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi

evaluasi umum (global) dan evaluasi khusus (domain tertentu). Berikut ini

penjelasan lebih lanjut mengenai kedua penilaian tersebut.

 Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi individu

terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini


22

merupakan penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan

hidupnya (Diener & Oishi, 2005).

 Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang dibuat

individu dalam mengevaluasi domain tertentu dalam kehidupannya, seperti

kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial,

kehidupan dengan pasangan dan kehidupan dengan keluarga (Diener &

Oishi, 2005).

2. Dimensi afektif dari kesejahteraan subjektif merefleksikan pengalaman dasar

yang terjadi dalam hidup seseorang. Dimana dimensi tersebut dikategorikan

menjadi evaluasi terhadap emosi positif dan emosi negatif.

 Evaluasi terhadap keberadaan afek positif. Afek atau emosi yang

menyenangkan merupakan bagian dari kesejahteraan subjektif karena

merefleksikan reaksi individu yang dianggap penting bagi individu

tersebut karena hidupnya berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan

(Diener & Oishi, 2005).

 Evaluasi terhadap keberadaan afek negatif. Afek negatif termasuk suasana

hati dan emosi yang tidak menyenangkan serta merefleksikan respon

negatif yang dialami oleh individu dalam hidup, kesehatan, tiap kejadian

yang terjadi dan pada lingkungan sekitar (Diener & Oishi, 2005).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif

Ada beragam faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif individu


23

1. Faktor Internal:

 Jenis Kelamin

Eddington dan Shuman (2008) menyatakan penemuan menarik mengenai

perbedaan jenis kelamin dan kesejahteraan subjektif. Wanita lebih banyak

mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan dengan pria, dan lebih

banyak mencari bantuan terapi untuk mengatasi gangguan ini, namun pria dan

wanita mengungkapkan tingkat kebahagiaan global yang sama. Lebih lanjut,

Shuman menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena wanita mengakui

adanya perasaan tersebut sedangkan pria menyangkalnya. Sementara Diener

(2009) menyatakan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan

kesejahteraan subjektif yang signifikan antara pria dan wanita. Namun wanita

memiliki intensitas perasaan negatif dan positif yang lebih banyak

dibandingkan pria.

 Kepribadian

Tatarkiewicz (dalam Diener 1984) menyatakan bahwa kepribadian merupakan

hal yang lebih berpengaruh pada kesejahteraan subjektif dibandingkan dengan

faktor lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa variabel kepribadian

menunjukkan kekonsistenan dengan kesejahteraan subjektif. Campbell (dalam

Diener, 1984) menunjukkan bahwa kepuasan terhadap diri merupakan

prediktor kepuasan terhadap hidup.


24

 Presentasi Diri

Kim dan Lee (2011) menemukakan terdapat efek positif langsung dari

presentasi diri yang positif pada kesejahteraan subjektif, demikian

kebahagiaan pengguna media sosial akan meningkat ketika menjaga dan

meneguhkan citra diri positif melalui presentasi diri. Ada kemungkinan bahwa

tindakan presentasi diri yang positif dapat mencerminkan kecenderungan

orang untuk memiliki keyakinan positif atas diri sendiri, makaakan

memperoleh manfaat psikologis mengenai peningkatan diri individu (Robins

& Beer, 2001).

2. Faktor Eksternal:

 Dukungan Sosial

Pavot dan Diener menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu

faktor dari kesejahteraan subjektif (Linely et al, 2004). Dukungan sosial

menjadi penting karena di dalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi

kepada suatu yang posistif seperti kesejahteraan (Siedlecki et al., 2013).

 Agama dan Spiritualitas

Secara umum orang yang religius cenderung untuk memiliki tingkat

kesejahteraan yang lebih tinggi, dan lebih spesifik (Diener 2009). Partisipasi

dalam pelayanan religius, afiliasi, hubungan dengan Tuhan, dan berdoa

dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ellison (dalam

Eddington & Shuman, 2008), menyatakan bahwa setelah mengontrol faktor

usia, penghasilan, dan status pernikahan responden, kesejahteraan subjektif


25

berkaitan dengan kekuatan yang berelasi dengan Yang Maha Kuasa, dengan

pengalaman berdoa, dan dengan keikutsertaan dalam aspek keagamaan.

Pengalaman keagamaan menawarkan kebermaknaan hidup, termasuk

kebermaknaan pada masa krisis, menurut Pollner (dalam Eddington &

Shuman, 2008). Taylor dan Chatters (dalam Eddington & Shuman, 2008)

menyatakan agama juga menawarkan pemenuhan kebutuhan sosial seseorang

melalui keterbukaan pada jaringan sosial yang terdiri dari individu yang

memiliki sikap dan nilai yang sama.

 Media Sosial

Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media sosial.

Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media sosial

sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap

media sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan

menjadi salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.

2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektif telah diukur dengan berbagai macam cara dalam berbagai

penelitian. Tidak ada satu skala yang secara khusus digunakan atau lebih baik dari

pada skala yang lain. Banyak skala yang ada menggunakan satu item dengan

kategori respon yang berbeda. Dalam kajian literatur yang penulis lakukan,

menemukan beberapa alat ukur untuk mengukur kesejahteraan subjektif, yaitu:


26

1. SWLS (Satisfaction With Life Scale).

Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985).

Alat ukur ini terdiri dari lima item untuk mengukur nilai individu mengenai

kepuasan hidupnya.

2. PANAS (Positive Affect Negative Affect Schedule).

Alat ukur ini dikembangkan oleh Watson, Clark dan Tellegen (1988). Alat ini

digunakan untuk mengukur tingkat afek positif dan afek negatif individu yang

terdiri dari 20 item.

3. The Flourishing Scale.

Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener et al (2009), digunakan untuk mengukur

kesejahteraan subjektif. Skala ini terdiri dari 8 item (α = 0,87) yang

menggambarkan aspek penting dari fungsi manusia berkaitan dengan pemenuhan

individu atau aktualisasi diri.

4. SPANE (Scale of Positive and Negative Experience)

Alat ukur ini untuk mengukur perasaan positif dan negatif terlepas dari asal,

tingkat gairah, atau sifat dalam budaya barat di mana sebagian skala telah

diciptakan yang terdiri dari 12 item, dimana untuk mengukur komponen afektif

positif terdiri dari 6 item dan negatif terdiri dari 6 item (Diener et al., 2009).

Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur yaitu, Flourishing Scale (FS) dan

Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang dikembangkan oleh

Diener, et al (2010). Alasan penggunaan skala tersebut karena ingin melihat

kepuasan hidup individu secara kognitif dan afektif, dimana Flourishing Scale

(FS) untuk mengukur komponen kognitif yang berkaitan dengan pemenuhan


27

individu atau aktualiasi diri dan Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE) untuk mengukur komponen afektif, yakni afek positif dan afek negatif.

2.2 Presentasi Diri

2.2.1 Definisi Presentasi Diri

Fungsi paling dasar presentasi diri adalah mendefinisikan sifat situasi sosial

(Goffman, 1959). Presentasi diri ini pertama kali dikenalkan oleh Erving Goffman

(1959) dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in Every Day Life,

mencatat bahwa kehidupan sosial sangat terstruktur. Selanjutnya Goffman (1959)

menjelaskan tentang bagaimana kita menampilkan kesan baik yang akan kita

sampaikan kepada orang lain seperti penampilan teatrikal. Diatas panggung

teatrikal pemain diharuskan menampilkan kesan yang baik bagi penontonnya.

Psikologi sosial menamai istilah presentasi diri dengan istilah yang lebih umum

dikenal dengan manajemen kesan (impression manajemen).

Presentasi diri yang juga dikenal sebagai impression management adalah

perilaku yang digunakan untuk meregulasi kesan orang lain terhadap diri individu

(Goffman, 1959). Presentasi diri merupakan usaha secara sengaja untuk bertindak

dengan cara tertentu yang menciptakan kesan khusus tentang diri. Tujuan dasar

dari presentasi diri adalah menata interaksi agar mendapatkan hasil yang kita

inginkan (Taylor & Sears, 2009). Menurut Myers (1987), presentasi diri adalah

ungkapan diri yang ditunjukkan dalam bentuk lain agar membuat orang lain

menyukai kesan pada dirinya atau sebuah kesan yang cocok untuk suatu rencana

tertentu.
28

Bentuk presentasi diri kini mempunyai berbagai bentuk, salah satunya

presentasi diri melalui media sosial, yakni presentasi diri online. Presentasi diri

online sendiri merupakan presentasi diri yang dilakukan individu bukan dalam

konteks bertatap muka secara langsung atau faca-to-face interaction, melainkan

dalam konteks online untuk menciptakan kesan atau mengesankan orang lain (Rui

& Stefanone, 2013). Presentasi diri online dikatakan oleh Michikyan et.al. (2014)

adalah menampilkan diri individu dengan berbagai aspek yang berbeda dari self

atau diri seperti real self, ideal self dan false self dalam berinteraksi di jejaring

media sosial. Michikyan et. al (2014) menemukan dalam penelitiannya pada

Facebook, orang tidak hanya menampilkan real self atau dirinya yang sebenarnya;

ataupun ideal self berupa keinginan atau harapan yang diingkan individu;

melainkan juga false self dari dirinya yaitu diri yang tidak sepenuhnya benar

sebagai wujud presentasi diri.

Salah satu tempat individu melakukan presentasi diri yakni Instagram.

Pada Instagram, orang dapat memutuskan gambar apa yang ingin ditampilkan

dengan mengunggah foto atau video berbeda yang menyoroti karakteristik

tertentu untuk mempertahankan kesan positif di depan orang lain (Ellison, Heino

& Gibbs, 2006).

Dalam penelitian ini presentasi diri yang digunakan adalah presentasi diri

online oleh Michikyan et.al. (2014), alasannya karena bisa saja apa yang

ditampilkan seseorang dalam dunia online-nya khususnya pengguna Instagram

dalam penelitian ini bukan sepenuhnya diri yang sebenarnya atau bisa jadi

memang dirinya yang sebenarnya yang bisa berpengaruh terhadap interakasinya


29

baik secara online maupun offline. Oleh karena itu penulis ingin

mengaplikasikannya untuk mahasiswa pengguna Instagram.

Menurut Subrahmanyam dan Šmahel (2010), presentasi diri online

difasilitasi oleh beberapa hal, antara lain :

1. Nicknames (usernames)

Nicknames atau Usernames dapat menyampaikan informasi mengenai jenis

kelamin pada penggunanya, contohnya “prettygurl245”.

2. A/s/l code

Age/sex/location ini adalah informasi yang paling dasar untuk menunjukan suatu

identitas pada lingkungan internet, biasanya individu yang online di chat rooms

menjadikan a/s/l code sebagai kode untuk menanyakan identitas pada pengguna

lain.

3. Avatar

Biasanya avatars digunakan oleh pengguna permainan online sebagai identitas

atau persona, yang dimana dapat disesuaikan sesuai dengan kriteria atau wujud

yang diinginkan penggunanya. Avatars dapat dibentuk oleh beberapa cara,

misalnya seperti animasi berbentuk manusia.

4. Foto dan video

Foto dan video dapat digunakan sebagai presentasi diri online, dimana dengan

sangat mudah untuk di unggah pada blogs, social networking profiles, dan di

berbagai situs lainnya.


30

2.2.2 Dimensi Presentasi Diri

Menurut Manago, Graham, Greenfield, dan Salimkhan (2008) penggunaan

jejaring sosial sebagai interaksi sosial melibatkan presentasi yang berbeda dari diri

atau self. Sama halnya menurut Michikyan et.al. (2014) bahwa apa yang

ditampilkan individu pada jejaring sosialnya seperti Facebook bisa jadi aspek

yang berbeda dari diri yang sebenarnya.

Adapun dimensi presentasi diri menurut Michikyan et.al. (2014) adalah

sebagai berikut :

1. Real Self, merupakan perasaan sebenarnya yang muncul karena termotivasi

oleh atribut internal, seperti menampilkan diri apa adanya di Instagram.

2. Ideal Self, merupakan diri ideal yang dipahami dalam atribut ideal seperti

aspirasi, harapan dan keinginan diri yang mungkin melibatkan baik versi

negatif ataupun positif dari diri, seperti menunjukkan keinginan diri yang

diharapkan di Instagram.

3. False Self, merupakan perasaan ataupun tindakan yang tidak benar bagi diri

sendiri dan dilandaskan atas alasan yang berbeda, seperti deception

(menyajikan informasi yang tidak sepenuhnya benar), exploration (mencoba

berbagai hal yang berbeda dari diri) dan impress others (mengesankan orang

lain sesuai dengan yang diharapkan).

2.2.3 Pengukuran Presentasi Diri

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan alat ukur yang diadaptasi oleh

Michikyan et.al. (2014), yakni The Self Presentation on Facebook Questionnaire

(SPFBQ) yang berjumlah 17 item, untuk mengukur presentasi diri individu secara
31

online. Dengan menggunakan pengukuran ini, didapatkan informasi tentang

presentasi diri online pada pengguna Facebook, lalu alat ukur ini nantinya akan

diadapasi agar sesuai untuk mengukur presentasi diri secara online pada

mahasiswa pengguna Instagram.

2.3 Dukungan Sosial

2.3.1 Definisi Dukungan Sosial

Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) menggambarkan dukungan sosial

sebagai diterimanya dukungan yang diberikan oleh orang terdekat individu

meliputi dukungan keluarga, dukungan pertemanan, dan dukungan dari orang

yang spesial yang berada disekitar individu. Semenatara, Barrera (1986)

menyebutkan tiga istilah konsep yang terkait dengan dukungan sosial. Pertama,

social emeddedness, yaitu banyaknya hubungan yang terjadi antar individu

dengan significant others yang mungkin akan menawarkan bantuan. Konsep ini

berlawanan dengan social isolation. Dalam konsep ini menunjukkan bahwa

individu memiliki banyak teman, sahabat, anggota keluarga, rekan kerja, kolega,

teman sejawat yang dapat dijadikan sumber untuk mendapatkan dukungan sosial.

Kedua, enacted support, merupakan ketersediaan dukungan sosial yang

sebenarnya. Konsep ini berkenaan dengan adanya tindakan nyata ketika individu

diberi bantuan. Dengan kata lain individu memugkinkan memiliki jarinagn

pertemanan yang banyak dan luas, namun tidak semua teman yang dimilikinya

memberikan bantuan atau dukungan secara nyata. Lalu ketiga, perceived support,

merupakan penilaian kognitif bahwa individu tersebut terhubung dengan orang

lain. Dukungan ini merupakan persepsi bagaimana dukungan sosial itu tersedia
32

dan cukup terpenuhi oleh individu yang membutuhkan. Individu mungkin

memiliki banyak teman yang menawarkan dukungan, namun terkadang dukungan

itu dinilai tidak bermanfaat atau diberikan secara tidak konsisten.

Caplan (1974) mengartikan dukungan sosial sebagai sebuah sistem yang

terdiri dari agregat sosial yang terus memberikan individu kesempatan untuk

mendapatkan sebuah feedback tentang diri sendiri dan untuk sebuah validasi dari

harapan individu terhadap orang lain. Sedangkan Cobb (1967) mengartikan

dukungan sosial sebagai sebuah informasi yang mengarahkan seseorang untuk

percaya bahwa sebenarnya ia diperhaatikan, dihargai, dicintai, memiliki jaringan

komunikasi dan juga memilliki kewajiban bersama yang harus dipenuhi.

Dari beberapa definisi di atas, penelitian ini akan menggunakan definisi

dukungan sosial menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) yakni,

persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang bersumber oleh orang terdekat

individu meliputi keluarga, teman, dan seseorang yang spesial.

2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial

Adapun dimensi dukungan sosial menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley

(1988), adalah:

1. Family Support (Dukungan keluarga), merupakan sumber bantuan atau

dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap individu seperti membantu

dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional, seperti

memperoleh pemecahan masalah memalui keluarga dan memperoleh

dukungan dan bantuan emosional dari keluarga.


33

2. Friend Support (Dukungan Teman), merupakan sumber bantuan atau

dukungan yang diberikan oleh teman individu seperti membantu dalam

kegiatan tiap hari maupun bentuan dalam bentuk lainnya, seperti mendapatkan

bantuan dari teman, memperoleh strategi coping yang efektif dalam

menyelesaikan masalah individu melalui teman, dan berbagi kesulitan

bersama teman.

3. Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa), merupakan

sumber bantuan atau dukungan yang diberikan oleh seseorang yang berarti

(orang yang spesial) dalam hidup individu diamana akan membuat individu

merasa nyaman dan dihargai, seperti, merasa dihargai dan dipercayai, dan

merasa bahwa orang lain bisa nyaman berada bersama individu.

2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial

Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrument yang di gunakan untuk

mengukur dukungan sosial, yaitu:

1. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh

Dunkel-Schetter, C. Folkman, S., & Lazarus, R. S. (1987). Alat ukur ini terdiri

dari 40 item yang mengukur 4 dimensi. Item ISEL mencakup dimensi tangible

support, belonging support, self-esteem support dan appraisal support,

belonging support, self-esteem support dan appraisal support. Alat ukur ini

memiliki skala likert 4 poin yang berkisar dari “Sangat Tidak Sesuai” sampai

“Sangat Sesuai”

2. Social Support Questionnaire (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh

Sarason, I. G., Levine, H.M., Basham, R.B. (1983) Alat ukur ini terdiri dari 27
34

item dengan 5 poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan

dukungan sosial (emotional, interpersonal, dan material) dan selanjutnya

mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima. Setiap item dinilai

dengan 5 poin tipe skala Likert berkisar dari tidak sama sekali (1), hampir

tidak sama sekali (2), sedikit (3), banyak (4), dan banyak sekali (5).

Dalam penelitian ini, penulis mengukur dukungan sosial dengan

menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley

(1988), yang mengemukakan 3 (tiga) komponen dukungan sosial yang di sebut

sebagai Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), adapun

komponen tersebut yaitu: Family Support (Dukungan keluarga), Friend Support

(Dukungan Teman), dan Significant Other Support (Dukungan Orang yang

Istimewa). Alat ukur ini memiliki 12 item dengan model skala likert yang

menggunakan skala dari 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju,

dan 4 = Sangat Setuju.

2.4 Afinitas Media Sosial

2.4.1 DefinisiAfinitasMedia Sosial

Menurut Kaplan A dan Haelein M (2010) mendefinisikan media sosial sebagai

sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar fondasi

teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran oleh

penggunanya. Istilah dari “Web 2.0” digunakan secara khusus untuk menjelaskan

teknologi semacam wikis, weblogs, dan media internet lainnya. web 2.0 penting

untuk media sosial karena mampu mempercepat pertumbuhan dari media sosial.

Lainnya, media sosial didefinisikan sebagai situs web yang tidak hanya
35

menampilkan daftar koneksi sosial seseorang yang diartikulasikan secara visual,

tetapi juga menyediakan fitur teknologi (contoh: Profil publik) di mana pengguna

dapat menampilkan dirinya kepada orang lain (Boyd & Ellison, 2007). Definisi

media sosial juga datang dari Walter & Riviera (2004) yang mengatakan media

sosial sebagai hubungan yang ada antara jaringan orang.

Lalu menurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012), adalah media

yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial atau menjadi sosial secara

daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lainnya dengan orang lain. Kaplan

A dan Haelein M (2010) juga menuturkan terdapat enam jenis media sosial:

proyeksi kolaborasi, blog dan microblogs, komunitas konten, situs jaringan sosial,

dan virtual game.

Untuk melihat penggunaan media sosial akan digunakan afinitas media

sosial oleh Gerlich, Browning, dan Westerman (2010) Gerlich, Browning dan

Westermann (2010), yang menyatakan afinitas media sosial sebagai ketertarikan

(menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap media sosial. Dalam

penggunaan media sosial tidak ditemukan adanya perbedaan gender di antara pria

dan wanita. Selain itu, menunjukkan juga media sosial sebagai alat yang bagus

untuk digunakan dalam dunia pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun

pengajar.

2.4.2 Dimensi Afinitas Media Sosial

Adapun dimensi afinitas media sosial menurut Gerlich, Browning, dan

Westermann (2010), adalah:


36

1. Redeeming Value, merupakan nilai yang terdapat dalam diri pribadi individu

ketika menggunakan media sosial, seperti nilai pribadi dari pengguna media

sosial.

2. Shared Interest, merupakan suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share)

minat antar pengguna media sosial, seperti pengalaman dan berbagi minat

antar pengguna media sosial.

3. Business & Organizations, merupakan kemampuan penggunaan media sosial

dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas, komunitas, atau

organisasi tertentu, seperti kemampuan dari pengguna media sosial

(Instagram) untuk mengelompokkan pengguna dalam kelasnya.

2.4.3 Pengukuran Afinitas Media Sosial

Dalam penulisan ini menggunakan alat ukur berupa Social Media Affinity Scale

(SMA Scale) oleh Gerlich, Browning, dan Westermann (2010), yang mengukur

terhadap penggunaan, kepercayaan, dan frekuesi responden tentang media sosial

dalam hal ini Instagram secara umum. Total item pada alat ukur SMA Scale ini

berjumlah 13 item untuk mengukur 3 dimensi yakni, Redeeming Value, Shared

Interests, dan Business & Organizations pada pengguna media sosial Instagram.

Alat ukur ini memiliki 13 item dengan model skala likert yang sembilan

dinyatakan positif dan empat dalam negatif.

2.5 Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh presentasi diri, dukungan

sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa

pengguna Instagram. Tiga domain utama kehidupan yang dikaitkan dengan


37

kebahagiaan, yakni hubungan sosial, kesehatan dan pekerjaan (Lyubomirsky,

King, & Diener, 2005). Sementara itu interaksi antara ketiga domain ini,

hubungan sosial tampaknya menjadi penentu kebahagiaan yang paling penting,

melihat saat ini maraknya terjadi hubungnan sosial memalui media sosial salah

satunya Instagram. Ada kemungkinan bahwa tindakan presentasi diri yang positif

dapat mencerminkan kecenderungan orang untuk memiliki keyakinan positif atas

diri, akan memperoleh manfaat psikologis mengenai peningkatan diri (Robins &

Beer, 2001). Menurut Rui dan Stefanone (2013) presentasi diri yang dilakukan

individu dalam konteks online, bukan melalui tatap muka secara langsung atau

face-to-face interaction, dalam hal menciptakan kesan atau memberikan kesan

pada orang lain. Melalui Instagram presentasi diri terjadi secara online, dimana

individu harus melakukan presentasi atas dirinya, demi menampilkan apa yang

ingin individu bentuk untuk profil dirinya.

Presentasi diri online menurut Michikyan et.al. (2014) yakni individu

dapat menampilkan berbagai aspek yang berbeda dari diri (self) dalam

berinteraksi di jejaring media sosial. Michikyan et.al (2014) juga menemukan

dalam penelitiannya pada Facebook, aspek yang ditampilkan individu dapat

berupa real self, ideal self, danfalse self, yakni mencakup perasaan asli dari

individu yang menggunakan media sosial, laludiri yang dapat dipahami dalam hal

atribut ideal (contoh: Aspirasi, harapan, dan keinginan) dan mungkin melibatkan

versi negatif dan positif, dan terakhir, diriyang tidak sesuai dengan individu

sesungguhnya dengan berbagai macam alasan terjadinya.


38

Selain presentasi diri, ada dukungan sosial yang turut mempengaruhi

kesejahteraan subjektif. Dalam Linely et al (2004) Pavot dan Diener menyebutkan

bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari kesejahteraan subjektif.

Dukungan sosial menjadi penting dan menarik untuk diperbincangkan karena di

dalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi kepada suatu yang posistif seperti

kesejahteraan (Siedlecki et al, 2013).

Dukungan sosial sendiri menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley

(1988) yakni diterimanya (perceived) dukungan yang diberikan keluarga, teman,

dan orang spesial yang berada disekitar individu. Perceived social support juga

didefinisikan sebagai keseluruhan kesan seseorang tentang apakah jaringan

sosialnya cukup mendukung atau tidak. Dengan kata lain, dukungan sosial yang

dirasakan adalah nilai estimasi diri seseorang (Sorias, dalam Gülaçti, 2010).Zimet,

Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) mengemukakan tiga aspek dukungan sosial

yakni, bersumber dari keluarga (family support), dari teman (friend support), dan

terakhir bersumber dari orang yang istimewa (significant others support).

Pertama, family support (dukungan keluarga), merupakan persepsi bantuan atau

dukungan yang bersumber dari keluarga terhadap individu seperti membantu

dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional. Gülaçti (2010)

menyatakan dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai dukungan yang

bersumber dari keluarga, teman, tetangga dan lembaga yang meningkatkan

dinamika psikologis, dan membantu individu dalam aspek afektif, fisik, dan

kognitif. Melalui perspektif individu, tempat di mana interaksi sosial dimulai

adalah keluarga.
39

Kedua, Friend Support (Dukungan Teman), merupakan persepsi bantuan

atau dukungan yang bersumber dari teman individu seperti membantu dalam

kegiatan keseharian maupun bentuan dalam bentuk lainnya. Dengan adanya

pertumbuhan dan perkembangan, interaksi sosial individu meluas menuju

lingkungan terdekatnya. Pada masa anak, di samping interaksi keluarga, interaksi

individu dengan lingkungan sekolah dan lingkungan sosialnya mulai semakin

penting. Pada mahasiswa sumber dukungan teman juga dapat menjadi penting,

karena beberapa mahasiswa tinggal di kostan yang jauh dari keluarga demi lebih

dekat menuju kampus, demikian terlepas dari orang tua, teman menjadi tempat

untuk mendapatkan kenyamanan. Terakhir adalah Significant Other Support

(Dukungan Orang yang Istimewa), merupakan persepsi mengenai bantuan atau

dukungan yang bersumber dari seseorang yang berarti (orang yang spesial) dalam

hidup individu diamana akan membuat individu merasa nyaman dan dihargai.

Dukungan sosial juga diklaim dapat memberi individu kemampuan

mengatasi masalah kesehatan, mengurangi depresi, meningkatkan kompetensi

individu dalam masa yang penuh stres, memiliki efek positif secara keseluruhan

dan keseimbangan emosional, persepsi menilai sendiri, kepuasan hidup dan

kesejahteraan psikologis (Sorias, dalam Gülaçti, 2010).

Dalam Kim (2014) menemukan sebuah studi tindak lanjut oleh Kraut, et al

(2002), efek positif penggunaan internet terhadap kehidupan sosial dan well-

being. Rae dan Lonborg (2015) juga menemukan bahwa pemakaian Facebook

menaikkan level kesejahteraan subjektif diantara para penggunanya, yang

mengakses Facebook untuk menjaga hubungan yang telah ada (bukan untuk
40

mencari teman baru), agar tetap berhubungan dengan teman yang juga

menggunakannya.

Penggunaan media sosial sendiri memiliki pengaruh terhadap kesejateraan

subjektif pada individu, hal ini dibuktikan oleh salah satu penjelasan mengenai

efek penggunaan media sosial terhadap kesejahteraan subjektif menurut Ellison,

Steinfield, dan Lampe (2007), mengatakan bahwa pengguna Facebook dapat

membantu mengatasi hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa yang memiliki

kepuasan terhadap diri yang rendah.

Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media sosial.

Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media sosial

sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap media

sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan menjadi

salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.

Gerlich, Browning, dan Westermann (2010) membagi afinitas media sosial

menjadi 3 komponen yakni, redeeming value, interest, dan business &

organizations. pertama, redeeming value yang merupakanpentingnya nilai yang

dimiliki dalam diri pribadi individu ketika menggunakan media sosial. kedua,

shared interest adalah suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar

pengguna media sosial. ketiga, business & organizations adalah kemampuan

penggunaan media sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam

kelas, komunitas, atau organisasi tertentu.

Melalui asumsi diatas penulis memutuskan menggunakan platform

Instagram untuk mencari pengaruh presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas
41

media sosial terhadap kesejahteraan subektif pada mahasiswa. Pertanyaan yang

mungkin muncul mengenai alasan dalam pemilihan sampel yakni pada mahasiswa

yang menggunakan Instagram, terkait dengan pemaparan pada fenomena yang

terjadi di media sosial saat ini seperti yang telah dijelaskan dalam bab

sebelumnya. Instagram memiliki efek yang besar terhadap individu pada usia

mahasiswa (18-24) tahun, terutaman di Indonesia yang merupakan negara dengan

pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik.

Melalui hal ini dapat kita lihat bahwa kesejahteraan subjektif dapat

dipengaruhi oleh hal seperti presentasi diri, dukungan sosial, maupun afinitas

media sosial. Maraknya komunikasi melalui online atau dengan menggunakan

media sosial, sehingga kesejahteraan subjektif kemungkinan juga dipengaruhi

oleh media sosial. Secara ringkas, model penelitian ini dapat dilihat pada bagan

kerangka berpikir berikut:


42

Presentasi Diri

Dukungan Sosial:

Family Support

Friend Suport

Kesejahteraan
Significant Other Support
Subjektif

Afinitas Media Sosial

Redeeming Value

Shared Interest

Business & Organizations

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat apakah tingkat kesejahteraan subjektif

pada mahasiswa yang merupakan dependent variable, bergantung pada tinggi

rendahnya skor pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini

yaitu presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial.

Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang

masih harus diujikan. Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


43

Hipotesis Mayor :

H1: Ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri, dimensi dukungan sosial

(family support, friend support dan significant other support), dan dimensi

afinitas media sosial (redeeming value, shared interest, dan business&

organizations) terhadap kesejahteraan subjektif.

Sedangkan hipotesis minor dalam penelitian ini, yaitu:

H2: Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif

H3: Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif

H4: Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial

terhadap kesejahteraan subjektif

H5: Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel

dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif

H6: Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif

H7: Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media

sosial terhadap kesejahteraan subjektif

H8: Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas

media sosial terhadap kesejahteraan subjektif.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia (18-24) tahun pengguna

Instagram, yang merupakan Mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini sampel berjumlah 241 orang.

Pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling, alasan pemilihan

teknik ini adalah karena kemungkinan terpilihnya sampel dari setiap anggota

populasi tidak dapat dipastikan, dengan teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu accidental sampling, dimana instrument atau kuesioner ini akan

diberikan kepada mahasiswa yang penulis temui pada saat penelitian berlangsung

dengan menggunakan kusioner offline dan kusioner online dalam bentuk

googleforms.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Adapun variabel penelitian ini, yaitu Kesejahteraan subjektif yang dijadikan

sebagai variabel terikat (Dependent Variabel). Sedangkan presentasi diri,

dukungan sosial, dan afinitas media sosial akan dijadikan sebagai variabel bebas

(Independent Variabe). Adapun definisi operasional tiap variabel dalam peneltian

ini adalah:

1. Kesejahretaan subjektif yang dimaksud dalam penelitian ini analisis ilmiah

bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang

melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan,

44
45

suasana hati, serta penilaian terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan, dan

kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif

menyangkut studi tentang apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan

atau kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Adapun dimensi kesejahteraan

subjektif meliputi, kognitif dan afektif:

 Dimensi kognitif berupa evaluasi terhadap kepuasan hidup individu.

Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum (global)

dan evaluasi khusus (domain tertentu).

 Dimensi afektif berupa pengalaman dasar yang terjadi dalam hidup

seseorang. Dimana dapat dikategorikan menjadi evaluasi terhadap

keberadaan afek positif dan evaluasi terhadap afek negatif.

2. Presentasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentasi diri

online yakni, bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai

aspek yang berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self

dalam berinteraksi di jejaring media sosial (Michikyan, et.al, 2014).

3. Dukungan sosial adalah persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang

bersumber oleh orang terdekat individu meliputi keluarga, teman, dan

seseorang yang spesial (Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley, 1988). Adapun

dimensi dukungan sosial meliputi family support, friend support, dan

significant other support:

 Family Support (Dukungan keluarga) adalah persepsi bantuan yang

bersumber dari keluarga terhadap individu seperti membantu dalam

membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional.


46

 Friend Support (Dukungan Teman) adalah persepsi bantuan yang

bersumber dari teman individu seperti membantu dalam kegiatan

keseharian maupun bentuan dalam bentuk lainnya.

 Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa) adalah

perspsi bantuan yang bersumber dari seseorang yang berarti dalam hidup

individu seperti membuat individu merasa nyaman dan dihargai.

4. Afinitas Media Sosial adalah Ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan

penggunaan) terhadap media sosial (Gerlich, Browning dan Westermann,

2010). Adapun dimensi afinitas media sosial meliputi redeeming value, shared

interest, dan business & organizations:

 Redeeming Value merupakan nilai pribadi yang dimiliki oleh para

pengguna media sosial, ketika menggunakan media sosial.

 Shared Interest merupakan pengalaman dan berbagi minat antar

pengguna media sosial.

 Business & Organizations merupakan kemampuan penggunaan media

sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas,

komunitas, atau organisasi tertentu.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Subjek diminta

untuk memilih salah satu dari tiap pilihan jawaban yang menunjukan kesesuaian

pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model
47

skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif

(unfavorable). Perhitungan skor tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Bobot Nilai Jawaban Skala Likert


Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas empat alat

ukur, yaitu: alat ukur kesejahteraan subjektif, alat ukur presentasi diri, alat ukur

dukungan sosial, dan alat ukur afinitas media sosial.

1. Kesejahteraan Subjektif

Mengukur kesejahteraan subjektif digunakan 2 alat ukur yakni, (FS) Flourishing

Scale dan SPANE (Scale of Positive and Negative Experience) yang diaptasi oleh

Ed Diener dan Robert Biswas-Diener (2009). Pertama, FS (Flourishing Scale)

terdiri dari 8 item dengan respon jawaban menggunakan skala likert untuk

mengukur komponen kognitif. Kedua, SPANE (Scale of Positive and Negative

Experience) yang berjumlah 12 item untuk mengukur komponen afektif positif

terdiri dari 6 item dan afek negatif terdiri dari 6 item. Adapun blue print dari skala

kesejahteraan subjektif ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Kesejahteraan Subjektif

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah


 Evaluasi kepuasan hidup secara global 1, 2, 3, 4 4
Kognitif
 Evaluasi kepuasan hidup secara domain tertentu 5, 6, 7, 8 4
9, 11, 13, 15,
 Afek Positif 6
18, 20
Afektif
10*, 12*, 14*,
 Afek Negatif 6
16*, 17*, 19*
Total Item 20
Ket: (*) unfavorable
48

2. Presentasi Diri

Alat ukur berupa Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ)

didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Michikyan, Dennis dan

Subrahmanyan (2014) terhadap presentasi diri online pengguna Facebook. Item

pada alat ukur SPFBQ ini berjumlah 17 item untuk mengukur presentasi diri

online yang digunakan oleh Michikyan et. al (2014) dalam penelitiannya pada

pengguna Facebook. Penelitan kali ini, penulis menggunakan teknik modifikasi

alat ukur dengan menambahkan 5 item, sehingga total menjadi item 22 serta akan

diadaptasi untuk pengguna Instagram. Adapun Blue print alat ukur presentasi diri

online dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur SPFBQ

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah


 Menunjukkan diri yang berbeda di 1, 2, 3, 4, 10, 11, 12,
False Self 10
Instagram dengan di dunia nyata 13, 14, 15
 Menampilkan diri apa adanya di
Real Self 5, 6, 7, 8, 9 5
Instagram
 Menunjukkan keinginan diri yang 16, 17, 18, 19, 20, 21,
Ideal Self 7
diharapkan di Instagram 22
Total Item 22

3. Dukungan Sosial

Dalam penelitian ini, penulis mengukur dukungan sosial dengan menggunakan

alat ukur yang diadaptasi dari Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), yang

mengemukakan 3 (tiga) komponen dukungan sosial yang di sebut sebagai

Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), adapun dimensi

tersebut adalah: Family Support (Dukungan keluarga), Friend Support (Dukungan

Teman), dan Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa). Alat
49

ukur ini memiliki 12 item dengan model skala likert yang menggunakan skala dari

1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju.

Tabel 3.4 Blue Print Alat Ukur Dukungan Sosial

Nomor
Dimensi Indikator Jumlah
Item
 Memeperoleh pemecahan masalah memalui
3, 8, 11
Family keluarga
4
Support  Memeperoleh dukungan dan bantuan emosional
4
dari keluarga
 Mendapatkan bantuan dari teman 6,7
 Memeperoleh strategi coping yang efektif dalam
Friend 12
menyelesaikan masalah individu melalui teman 4
Support
 Berbagi kesulitan bersama teman
9
 Merasa dihargai dan dipercayai 2, 10
Significant
 Merasa orang lain bisa nyaman berada bersama 4
Other Support 1, 5
individu
Total Item 12

4. Afinitas Media Sosial

Alat ukur berupa Social Media Affinity Scale (SMA Scale) didapatkan

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gerlich, Browning, dan Westermann

(2010), terhadap penggunaan, kepercayaan, dan frekuesi responden tentang media

sosial. Total item pada alat ukur SMA Scale ini berjumlah 13 item untuk

mengukur 3 aspek yakni, Redeeming Value, Shared Interests, dan Business &

Organizations pada pengguna media sosial Instagram. Alat ukur ini memiliki 13

item dengan model skala likert yang sembilan dinyatakan positif dan empat dalam

negatif, serta menggunakan skala dari 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju,

3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju.

Adapun Blue print alat ukur afinitas media sosialdapat dilihat pada tabel

3.5 berikut:
50

Tabel 3.5 Blue Print Alat Ukur Afinitas Media Sosial

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah


 Nilai pribadi dari pengguna media sosial 2*, 4*, 5, 6, 9*,
Redeeming Value 7
(Instagram) 10*12
 Pengalaman dan berbagi minat antar pengguna
Shared Interest 1, 3, 8 3
media sosial (Instagram)
 Kemampuan dari pengguna media sosial
Business &
(Instagram) untuk mengelompokkan pengguna 7, 11, 13 3
Organizations
dalam kelasnya
Total Item 13
Ket: (*) unfavorable

3.4 Uji Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas

instrumen yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory Faktor

Analysis (CFA). Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk

menilai validitas konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data.

Validitas konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan konstruksi

instrumen yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling

memadai adalah dengan teknik analisis faktor konfirmatori.

Dalam analisis faktor konfirmatori, struktur faktor secara eksplisit

dihipotesiskan dan diuji untuk cocok dengan struktur kovarians dari variabel yang

diukur. Pendekatan ini juga memungkinkan untuk menguji model fit faktor.

Meskipun pendekatan ini berguna untuk konfirmasi teori, prosedur CFA

memberikan pedoman untuk "model pemangkasan" atau model modifikasi, yang

dapat menunjukkan perubahan dalam struktur faktor yang diusulkan. Dengan

demikian, prosedur konfirmasi dapat digunakan untuk merevisi dan


51

menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial (Floyd & Widaman, 1995).

Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012) :

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas tiap

itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes

bersifat unidimensional.

3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang

seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini

disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,

yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka

tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga

dinyatakan dengan Σ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor

saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika
52

hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.

Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan taraf kepercayaan 95%

sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value

lebih dari 1,96 (t > 1,96).

6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai

dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Adapun pengujian analisis

CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.70.

3.4.1 Uji Validitas Skala Kesejahteraan Subjektif

Penulis menguji apakah ke 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kesejahteraan subjektif. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

1094.79 df = 170, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.151, oleh sebab itu,

penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square= 111.86, df = 90, P-value = 0.05915, RMSEA =

0.032.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu kesejateraan subjektif. Kemudian penulis melihat apakah item

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
53

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6

dibawah ini:

Tabel 3.6
Muatan Faktor Kesejahteraan Subjektif
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.57 0.04 13.79 Valid
2 0.44 0.03 12.88 Valid
3 0.55 0.03 15.82 Valid
4 0.42 0.03 13.87 Valid
5 0.59 0.04 15.21 Valid
6 0.60 0.03 18.21 Valid
7 0.56 0.03 17.82 Valid
8 0.48 0.03 13.98 Valid
9 0.96 0.04 22.26 Valid
10 0.51 0.03 16.03 Valid
11 0.21 0.04 5.96 Valid
12 0.46 0.03 13.61 Valid
13 0.60 0.03 17.64 Valid
14 0.41 0.04 11.32 Valid
15 0.96 0.04 26.13 Valid
16 0.48 0.04 13.09 Valid
17 0.56 0.04 12.77 Valid
18 0.73 0.04 20.74 Valid
19 0.39 0.04 9.45 Valid
20 0.45 0.03 14.46 Valid

3.4.2 Uji Validitas Skala Presentasi Diri

Penulis menguji apakah ke 22 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur presentasi diri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 1843.20, df =

209, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0,180, oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square = 132.22, df = 108, P-value = 0.05668, RMSEA = 0.031.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
54

faktor yaitu presentasi diri. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini:

Tabel 3.7
Muatan Faktor Presentasi Diri
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.50 0.04 12.20 Valid
2 0.40 0.04 9.51 Valid
3 0.50 0.04 12.33 Valid
4 0.46 0.04 12.69 Valid
5 0.49 0.04 12.31 Valid
6 -0.37 0.05 -6.70 Tidak Valid
7 0.18 0.05 4.40 Valid
8 -0.01 0.05 0.13 Tidak Valid
9 0.51 0.05 11.13 Valid
10 0.35 0.04 8.64 Valid
11 0.66 0.04 17.27 Valid
12 0.65 0.04 16.32 Valid
13 0.45 0.04 11.80 Valid
14 0.68 0.04 17.90 Valid
15 0.48 0.04 13.67 Valid
16 0.35 0.04 8.17 Valid
17 0.42 0.05 8.28 Valid
18 0.24 0.04 5.79 Valid
19 0.30 0.05 6.05 Valid
20 0.17 0.05 3.67 Valid
21 0.32 0.04 7.84 Valid
22 0.51 0.04 14.57 Valid

Berdasarkan tabel 3.7 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada

yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui item 6 dan item 8 terdapat

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor,

diketahui bahwa item 6 memiliki t > 1.96, sehingga akan item 6 dan ietm 8 akan

didrop.
55

3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial

3.4.3.1 Uji Validitas Item Family Support

Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur Family Support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 37.71, df = 2, P-value =

0.00000, dan nilai RMSEA = 0.271, oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

0.07, df = 1, P-value = 0.79151, RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu family support. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini:

Tabel 3.8
Muatan Faktor Family Support
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
3 0.94 0.07 12.89 Valid
4 0.85 0.06 14.73 Valid
8 0.82 0.07 11.88 Valid
11 0.75 0.05 14.66 Valid

Berdasarkan tabel 3.8 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada

yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
56

3.4.3.2 Uji Validitas Item Friend Support

Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur Friend Support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 32.47, df = 2, P-value =

0.00000, dan nilai RMSEA = 0.256, oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

0.18, df = 1, P-value = 0.67055, RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu friend support. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini:

Tabel 3.9
Muatan Faktor Friend Support
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
6 0.78 0.07 11.52 Valid
7 0.70 0.07 10.55 Valid
9 0.96 0.07 14.01 Valid
12 0.72 0.05 13.97 Valid

Berdasarkan tabel 3.9 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada

yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
57

3.4.3.3 Uji Validitas Item Significant Other Support

Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur Significant Other Support. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

56.81, df = 2, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.338, oleh sebab itu,

penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 0.14, df = 1, P-value = 0.71023, RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu significant other support. Kemudian penulis melihat apakah item

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10

dibawah ini:

Tabel 3.10
Muatan Faktor Significant Other Support
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.88 0.06 14.36 Valid
2 0.90 0.06 14.59 Valid
5 0.91 0.05 18.66 Valid
10 0.92 0.05 18.44 Valid

Berdasarkan tabel 3.10 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
58

3.4.4 Uji Validitas Skala Afinitas Media Sosial

3.4.4.1 Uji Validitas Item Redeeming Value

Penulis menguji apakah ke 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur Redeeming Value. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 155.08, df = 14,

P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.205, oleh sebab itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

square = 10.25, df = 9, P-value = 0.33042, RMSEA = 0.024.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu redeeming value. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11 dibawah ini:

Tabel 3.11
Muatan Faktor Redeeming Value
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
2 0.74 0.12 6.29 Valid
4 0.51 0.10 5.14 Valid
5 0.43 0.07 6.39 Valid
6 0.16 0.06 5.29 Valid
9 0.60 0.09 6.86 Valid
10 0.19 0.06 3.37 Valid
12 0.11 0.07 1.65 Tidak Valid

Berdasarkan tabel 3.11 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan factor,
59

terdapat satu item yang tidak valid karena karena t > 1.96, yakni item 12, sehingga

item 12 akan didrop.

3.4.4.2 Uji Validitas Item Shared Interest

Penulis menguji apakah ke 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur shared interest. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata item fit, dengan Chi-square = 0.00, df = 0, P-value =

1.00000, dan nilai RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu shared interest. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini:

Tabel 3.12
Muatan Faktor Shared Interest
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.50 0.07 7.62 Valid
3 0.82 0.11 7.62 Valid
8 0.72 0.10 7.62 Valid

Berdasarkan tabel 3.12 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
60

3.4.4.3 Uji Validitas Item Business & Organizations

Penulis menguji apakah ke 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur business & organizations. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item fit, dengan Chi-square = 0.00,

df = 0, P-value = 1.00000, dan nilai RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model

dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu

faktor yaitu business & organizations. Kemudian penulis melihat apakah item

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13

dibawah ini:

Tabel 3.13
Muatan Faktor Business & Organizations
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 1.11 0.36 3.10 Valid
3 0.52 0.17 3.10 Valid
8 0.21 0.07 3.10 Valid

Berdasarkan tabel 3.13 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah

ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang

muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor

seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi

berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)

adalah kesejahteraan subjektif, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah


61

presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial.Setelah melakukan

analisis faktor dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA), maka akan

didapatkan data variabel yang berupa true-score yang selanjutnya dijadikan input

untuk dianalisis dengan regresi berganda.

Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis

nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada

penelitian ini digunakan analisis regresi berganda di mana terdapat lebih dari satu

variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat

tujuh independent variable (variabel bebas) dan satu dependent variable (variabel

terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Y’ = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Keterangan:
Y‟ = Nilai prediksi Y (Kesejahteraan Subjektif)
a = interception (konstanta)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Presentasi Diri
X2 = Family Support
X3 = Friend Support
X4 = Significant Other Support
X5 = Reedeming Value
X6 = Shared Interest
X7 = Business & Organizations
e = Residu

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu

koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians


62

dari dependent variable yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent

variable secara keseluruhan.

Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan
independent variable
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi yang dapat
dihitung jika koefisien regresi telah diperoleh)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat dari dependent variable)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada F-

test. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat

apakah pengaruh dari independent variable terhadap dependent variable

signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df-nya

(dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah independent variable yang dianalisis

sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah

total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut

sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:


Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel

Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh tiap

independent variable terhadap dependent variable. Hal ini dilakukan melalui uji t
63

(t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti

independent variable. yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap dependent variable, dan sebaliknya.

Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :

Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Total sampel pada penelitian ini berjumlah 241 orang yang merupakan

mahasiswa/i pengguna Instagram di UIN Syarif Hidayatullah yang termasuk

dalam kelompok usia emerging adults. Dalam tahapan perkembangan, emerging

adults berusia sekitar (18-24) tahun (Papalia, Feldman & Martorell, 2012).

Tahapan ini biasanya ditandai dengan masuknya individu ke jenjang perkuliahan.

Berikut adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia,

intensitas, dan durasi menggunakan Instagram.

Tabel 4.1
Subjek Penelitian:
Subjek Jumlah Responden Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 72 29,88%
Perempuan 169 70,12%
Total Responden 241 100%
Usia
7 2,90%
18 tahun
21 8,71%
19 tahun
30 12,45%
20 tahun
90 37,35%
21 tahun
70 29,04%
22 tahun
13 5,40%
23 tahun
10 4,15%
24 tahun
241 100%
Total Responden
Intensitas Menggunakan Instagram
58 24,07%
1-3 Kali Sehari
81 33,64%
3-6 Kali Sehari
102 42,32%
>6 Kali Sehari
241 100%
Total Responden
Durasi Menggunakan Instagram
74 30,70%
<1 Jam Sehari
99 41,08%
1-3 Jam Sehari
68 28,22%
>3 Jam Sehari
241 100%
Total Responden

64
65

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah

sampel sebanyak 241 orang, terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 72 orang atau 29,88% dan sampel perempuan sebanyak 169 orang atau

70,12%. Dengan komposisi umur yakni, 18 tahun sebanyak 7 orang atau 2,90%,

19 tahun sebanyak 21 orang atau 8,71%, 20 tahun sebanyak 30 orang atau

12,45%, 21 tahun sebanyak 90 orang atau 37,35%, 22 tahnu sebanyak 70 orang

atau 37,35%, 23 tahun sebanyak 13 orang atau 5,40%, dan 24 tahun sebanyak 10

orang atau 4,15%.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,

mean dan standar deviasi variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif
Variable Min Max Mean S. D Variance
Kesejahteraan Subjektif 25.17 76.11 50 9.37753 87.938
Presentasi Diri 14.89 85.99 50 9.14342 83.602
Family Support 25.58 62.36 50 9.21203 84.862
Friend Support 19.86 66.63 50 9.13854 83.513
Significant Other Support 17.07 63.37 50 9.64176 92.964
Redeeming Value 22.48 73.31 50 8.54696 73.050
Shared Interest 15.17 67.73 50 8.07416 65.192
Business & Organizations 13.04 68.97 50 9.29626 86.421

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui pertama bahwa nilai

minimum dari variable kesejahteraan subjektif memiliki nilai minimum = 25.17

dan nilai maksimum = 76.11, mean = 50 dan SD = 9.377. Kedua, presentasi diri
66

memiliki nilai minimum = 14.89 dan nilai maksimum = 85.99, mean = 50 dan SD

= 9.143. Ketiga, family support memiliki nilai minimum = 25.58 dan nilai

maksimum = 62.36, mean = 50, SD = 9.212. Keempat, friend support memiliki

nilai minimum = 19.86 dan nilai maksimum = 66.63, mean = 50, SD =

9.138.Kelima, significant other support memiliki nilai minimum = 17.07 dan nilai

maksimum = 63.37, mean = 50, SD = 9.641. Keenam, redeemiing value memiliki

nilai minimum = 22.48 dan nilai maksimum 73.31, mean = 50, SD = 8.546.

Ketujuh, shared interest memiliki nilai minimum = 15.17 dan nilai maksimum

67.73, mean = 50, SD = 8.074. Kedelapan, business & organizations memiliki

nilai minimum = 13.04 dan nilai maksimum 68.97, mean = 50, SD = 9.296

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel

Setelah melakukan deskripsi statistik dari tiap variabel penelitian, maka hal yang

perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan

menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan

norma pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Norma Kategori
X < Mean Rendah
X ≥ Mean Tinggi

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan

rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini


67

Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi %
Variabel
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kesejahteraan Subjektif 130 111 53.9 46.1
Presentasi Diri 107 134 44.4 55.6
Family Support 123 118 51.0 49.0
Friend Support 160 81 66.4 33.6
Significant Other Support 149 92 61.8 38.2
Redeeming Value 96 145 39.8 60.2
Shared Interest 151 90 62.7 37.3
Business & Organizations 129 112 53.5 46.5

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor pada variabel

kesejahteraan subjektif cenderung rendah. Skor pada variabel presentasi diri

cenderung tinggi. Skor pada variabel family support cenderung rendah juga pada

variabel friend support skor cenderung rendah dan pada variabel significant other

support cenderung rendah juga. Selanjutnya, skor pada variabel redeeming value

cenderung tinggi, namun skor pada variabel shared interest dan variabel business

& organizations cenderung rendah.

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap independent

variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan

dengan teknik multiple regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor

atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu penulis

memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score dengan berdasarkan

rumus yang telah dipaparkan sebelumnya. Alasan penulis menggunakan T score

ini ialah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran dan juga

agar tidak ada responden yang mendapatkan nilai negatif. Pada tahapan ini penulis

menguji hipotesis dengan multiple regression analysis dengan menggunakan


68

software SPSS 16.0. Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat,

yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians dependent

variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara

keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap

dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien

regresi dari tiap independent variable. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

beberapa tahapan. Langkah pertama penulis melihat besaran R2 untuk mengetahui

berapa persen varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent

variable. Selanjutnya untuk tabelyang berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut ini:

Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
square Estimate
1 .584 .342 .322 7.72289

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat di lihat diperolehan R2 sebesar

0,342 atau 34,2%. Artinya proporsi varians dari kesejahteraan subjektif dijelaskan

oleh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend support, dan

significant other support) dan afinitas media sosial (redeeming value, shared

interest, dan business & organizations) sebesar 34,2%, sedangkan 65,8% lainnya

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua penulis

menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap dependent

variable.

Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6


69

Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan Independent VariableTerhadap Dependent
Variable
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7208.297 7 1029.757 17.265 .000
Residual 13896.821 233 59.643
Total 21105.118 240
a. Dependent Variable : Kesejahteraan Subjektif
b. Predictors : (Constant), Presentasi Diri, Family Support, Friend Support, Significant
Other Support, Redeeming Value, Shared Interest, dan Business & Organizations

Berdasarkan pada table 4.6, diketahui bahwa nilai sig. pada kolom paling

kanan adalah sebesar 0.000. dengan demikian diketahui bahwa nilai sig.<0.05,

maka hipotesis nol (nihil) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan

dari dimensi presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend support, dan

significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming value, shared

interest, dan business & organizations) terhadap kesejahteraan subjektif ditolak.

Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri, dukungan sosial

(family support, friend support, dan significant other support), dan afinitas media

sosial (redeeming value, shared interest, dan business & organizations) terhadap

kesejahteraan subjektif.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari tiap independent

variable. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig.< 0.05

maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

kesejahteraan subjektif, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi


70

dari tiap independent variable terhadap kesejahteraan subjektif dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.014 5.208 2.883 .004
PRESENTASI DIRI -.167 .057 -.163 -2.951 .003*
FAMILY SUPPORT .441 .062 .433 7.082 .000*
FRIEND SUPPORT .033 .066 .043 .667 .505
SIGNIFICANT OTHER
.122 .058 .125 2.115 .035*
SUPPORT
REDEEMING VALUE .180 .061 .164 2.441 .003*
SHARED INTEREST .012 .077 .010 2.967 .877
BUSINESS &
.068 .064 .068 1.066 .287
ORGANIZATIONS
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Subjektif
Ket: (*) signifikan

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai

berikut: Kesejahteraan Subjektif = 15.014 – 0.167 (presentasi diri) + 0.441

(family support) + 0.033 (friend support) + 0.122 (significant other support) +

0.180 (redeeming value) – 0.012 (shared interest) + 0.068 (business &

organizations).

Berdasarakan tabel 4.7 signifikansi tiap independet variable dilihat dari

nilai Sig. Nilai Sig. < 0.05 menunjukkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan

signifikan. Hasil yang didapat menunjukkan empat koefisien regresi yang

signifikan, yakni presentasi diri, family support, significant other support, dan

redeeming value. Sedangkan tiga variabel lainnya yaitu friend support, shared

interest, dan business & organizations tidak menunjukkan nilai koefisien regresi

yang signifikan.
71

Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada tiap

independet varible sebagai berikut:

1. Variabel Presentasi Diri

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.167 dengan nilai signifikansi 0.003

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H01 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri terhadap kesejahteraan

subjektif. Koefisien bertanda negatif artinya semakin tinggi presentasi diri, maka

semakin rendah kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

2. Variabel Falmily Support

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.441 dengan nilai signifikansi 0.000

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H02 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari family support terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari family support terhadap kesejahteraan

subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi family support, maka

semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

3. Variabel Friend Support

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.033 dengan nilai signifikansi 0.505

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H03 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari friend support terhadap kesejahteraan subjektif” diterima.


72

Dapat diartikan bahwa friend support tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

4. Variabel Significant Other Support

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.122 dengan nilai signifikansi 0.035

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H04 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari significant other support terhadap kesejahteraan subjektif”

ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari significant other support

terhadap kesejahteraan subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi

significant other support, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada

mahasiswa.

5. Variabel Redeeming Value

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.180 dengan nilai signifikansi 0.003

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H05 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari redeeming value terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari redeeming value terhadap

kesejahteraan subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi

redeeming value, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

6. Variabel Shared Interest

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.012 dengan nilai signifikansi 0.877

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H06 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari shared interest terhadap kesejahteraan subjektif” diterima.

Dapat diartikan bahwa shared interest tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.


73

7. Variabel Business & Organizations

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.068 dengan nilai signifikansi 0.287

(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H07 yang menyatakan “tidak ada pengaruh

yang signifikan dari business & organizations terhadap kesejahteraan subjektif”

diterima. Dapat diartikan bahwa business & organizations tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

4.3.1 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable

Penulis ingin mengetahui bagaimana sumbangan proporsi varians dari setiap

independent variable terhadap dependent variable. Berikut ini akan disajikan

tabel dimana dalam tabel tersebut terdiri atas kolom pertama (model) adalah

independent variable yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R Square)

merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap independent

variable yang dianalisis satu persatu tersebut, kolom keenam (R square change)

merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable

yang dianalisis satu persatu, kolom ketujuh (F change) adalah nilai F hitung bagi

independent variable yang bersangkutan, kemudian kolom df ialah derajat

kebebasan atau taraf nyata bagi independent variable yang bersangkutan dan df

terdiri atas numerator dan denumerator. Lalu yang terakhir adalah kolom

signifikansi (Sig. F change). Besarnya proporsi varians pada orientasi masa depan

dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:


74

Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap Independent Variable Terhadap
Dependent Variable
Change Statistics
Std. Error
Model R Adjusted R
R of the F Sig. F
Square R Square Square df1 df2
Estimate Change Change
Change
1 0.130 0.017 0.013 9.31759 0.017 4.089 1 239 0.044
2 0.532 0.283 0.277 7.97514 0.266 88.233 1 238 0.000
3 0.538 0.289 0.280 7.95562 0.007 2.169 1 237 0.142
4 0.554 0.307 0.295 7.87238 0.018 6.039 1 236 0.015
5 0.580 0.337 0.323 7.17769 0.030 10.556 1 235 0.001
6 0.582 0.338 0.321 7.72515 0.002 0.546 1 234 0.461
7 0.584 0.342 0.322 7.772289 0.003 1.137 1 233 0.287
Predictors: (Constant), presentasi diri, family support, freind support, significant
other support, redeeming value, shared interest

Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Variabel presentasi diri memberikan sumbangan sebesar 1,7% terhadap

varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

change = 4.089 dan df1 = 1 dan df2 = 239 dengan Sig. F Change = 0.044 (Sig.

F Change < 0.05).

2. Variabel family support memberikan sumbangan sebesar 26,6% terhadap

varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

change = 88.233 dan df1 = 1 dan df2 = 238 dengan Sig. F Change = 0.000

(Sig. F Change < 0.05).

3. Variabel friend support memberikan sumbangan sebesar 0,7% terhadap

varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F

change = 2.169 dan df1 = 1 dan df2 = 237 dengan Sig. F Change = 0.142 (Sig.

F Change > 0.05).

4. Variabel significant other support memberikan sumbangan sebesar 1,8%

terhadap varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan


75

dengan F change = 6.039 dan df1 = 1 dan df2 = 236 dengan Sig. F Change =

0.015 (Sig. F Change < 0.05).

5. Variabel redeeming value memberikan sumbangan sebesar 3,0% terhadap

varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F

change = 10.556 dan df1 = 1 dan df2 = 235 dengan Sig. F Change = 0.001

(Sig. F Change < 0.05).

6. Variabel shared interest memberikan sumbangan sebesar 0,2% terhadap

varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F

change = 0.546 dan df1 = 1 dan df2 = 234 dengan Sig. F Change = 0.461 (Sig.

F Change > 0.05).

7. Variabel business & organizations memberikan sumbangan sebesar 0,3%

terhadap varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan

dengan F change = 1.137 dan df1 = 1 dan df2 = 233 dengan Sig. F Change =

0.287 (Sig. F Change > 0.05).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat

dari tujuh independent variable, yaitu presentasi diri, family support, significant

other support, dan reedeming value yang memberikan sumbangan terhadap

varians kesejahteraan subjektif secara signifikan jika dilihat dari besarnya R 2 yang

dihasilkan.
BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan secara

keseluruhan dari presentasi diri, family support, friend support, significant other

support, redeeming value, shared interest, dan business & organizations terhadap

kesejahteraan subjektif. Terdapat empat variabel independen yang signifikan

pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram

yaitu presentasi diri, family support, significant other support, dan redeeming

value. Sementar tiga variabel independen lainnya tidak signifikan dengan

penelitian ini yakni, friend support, shared interest, dan business & organizations.

5.2 Diskusi

Pada bagian ini, penulis membahas diskusi hasil penelitian sebagaimana telah

dipaparkan sebelumnya. Dalam mendiskusikan hasil penelitian ini, penulis

melakukan perbandiangan dengan hasil penelitian terdahulu atau teori yang terkait

dan relevan dengan hasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang

telah dipaparkan sebelumnnya, diperoleh hasil bahwa secara umum mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tingkat kesejahteraan subjektif dengan

kategori rendah.

Hasil analisis regresi secara keseluruhan pada penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh dari presentasi diri, dukungan sosial (family support,

76
77

friend support, dan significant other support), dan afinitas media sosial

(redeeming value, shared interest, dan business & organizations) terhadap

kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram. Akan tetapi, ketika

dilakukan uji signifikansi dari setiap dimensi, terdapat empat dari tujuh variabel

yang nilai koefisien regresinya signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan

subjektif mahasiswa, yaitu; presentasi diri, family support, significant other

support, danredeeming value.

Pertama, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel

presentasi diri berpengaruh secara signifikan dengan arah negatif terhadap

kesejahteraan subjektif. Proporsi varians sebesar 1,7% dan koefisien regresi -

0.167, dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat presentasi diriakan semakin

rendah tingkat kesejahteraan subjektif yang dimiliki mahasiswa, begitupun

sebaliknya. Michikyan et.al (2014), menyebutkan presentasi diri sebagai,

bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai aspek yang

berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self dalam

berinteraksi di jejaring media sosial. Artinya mahasiswa yang menampilkan diri

yang tinggi pada jejaring media sosial Instagram, merasakan tingkat kepuasan

yang rendah ataupun merasa tidak bahagia. Penelitian ini berbanding terbalik

dengan sebelumnya oleh Baumeister, Tice & Hutton (1989) mengatakan individu

dengan kepuasan yang tinggi akan cenderung mempresentasikan diri yang apa

adanya, namun hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini.

Kedua, melalui hasil analisis data, diketahui bahwa variabel family support

berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap kesejahteraan


78

subjektif. Proporsi varians sebesar 26,6% dan memiliki koefisien regresi sebesar

0.441 sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat family support maka

semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif pada mahasiswa, begitupun

sebaliknya. Pada Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), family support

merupakan persepsi dukungan yang bersumber dari keluarga terhadap individu

seperti membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara

emosional. Mahasiswa yang merasakan mendapat dukungan melalui keluarganya

cenderung lebih puas ataupun sejahtera. Sementara mahasiswa yang tidak

merasakan mendapat dukungan dari kelurganya cenderung sulit dalam

menentukan pilihan, dan emosinya kurang stabil, cenderung tidak merasa puas

ataupun sejahtera.Wetzel (2007), dan Prianti, I (2012) mengatakan terdapat

hubungan yang positif perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif

pada mahasiswa. Namun, berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya oleh

Otrar dan Argın (dalam Çolak & Doğan, 2016), yang menyatakan komunikasi

tidak memuaskan dalam keluarga adalah faktor yang mendorong penggunaan

media sosial. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ketika dukungan

sosial dari keluarga menurun, mahasiswa beralih ke media sosial untuk

mendapatkan kepuasan. Perbedaan hasil dalam hal ini, mungkin dikarenakan

penggunan alat ukur kesejahteraan subjektif yang berbeda.

Ketiga, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel friend

support pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil ini

sejalan dengan penelitian oleh Gülaçti (2010) yang mengatakan tidak ada

pengaruh friend support terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.


79

Penjelasan melalui Çolak dan Doğan (2016) mendukung hasil penenlitian ini,

bahwa meskipun media sosial memungkinkan individu untuk membentuk

lingkaran sosial secara virtual, namun kekhawatiran mengenai ketulusan dan

kredibilitas hubungan pengguna media sosial memberikan sebuah fakta bahwa

melalui media sosial tidak memberikan rasa kelengkapan dibandingkan melalui

kontak langsung (face-to-face interaction) yang akhirnya menyebabkan

penurunan tingkat dukungan sosial yang dirasakan oleh mahasiswa. Sementara

itu, berbanding terbalik dengan penelitian ini, (Diener & Seligman, 2002)

mengungkapkan bahwa individu dengan dukungan sosial, memiliki banyak teman

dan membangun hubungan positif dengan orang lain cenderung lebih bahagia.

Keempat, melalui hasil analisis penelitian diketahui bahwa variabel

significant other support pengaruhnya signifikan dengan arah positif terhadap

kesejahteraan subjektif. Lalu memiliki proporsi varians sebesar 1,8% dan

memiliki koefisien regresi sebesar 0.122 sehingga dapat diartikan bahwa semakin

tinggi tingkat significant other support pada mahasiswa maka semakin tinggi pula

tingkat kesejahteraan subjektif yang dimiliki mahasiswa, begitupun sebaliknya.

Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), mengatakan significant other support

merupakan persepsi bantuan atau dukungan yang bersumber dari seseorang yang

berarti (orang yang spesial) dalam hidup individu dimana akan membuat individu

merasa nyaman dan dihargai. Artinya ketika mahasiswa merasakan mendapatkan

dukungan dari seseorang yang berarti, cenderung memiliki tinggkat kepuasan atau

kesejahteraan yang tinggi. Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh Gallagher, E

N dan Vella-Brodrick, D A (2008) bahwa hanya dimensi family support dan


80

significant other support dari tiga dimensi dukungan sosial yang signifikan

dengan kesejahteraan subjektif dimana, family support signifikan dengan negative

affect dan significant other support signifikan dengan positive affect. Selain itu

Malkoç dan Yalçin (2015) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang dirasakan

dari keluarga, teman, dan orang lain yang istimewa secara signifikan berkontribusi

terhadap kesejahteraan subjekttif.

Kelima, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel

redeeming value berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap

kesejahteraan subjektif. Lalu memiliki proporsi varians sebesar 3,0% dan

koefisien regresi sebesar 0.180 sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi

tingkat redeeming value pada mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat

kesejahteraan subjektifnya, begitupun sebaliknya. Gerlich, Browning, dan

Westermann (2010), menyatakan redeeming value sebagai nilai yang dimiliki

dalam diri individu ketika menggunakan media sosial. Artinya mahasiswa

cenderung lebih puas dan bahagia ketika penggunaan media sosial dijadikan

sebagai alat komunikasi yang efektif dan sebagai penyaluran informasi mengenai

pengalaman mahasiswa. Hasil ini menunjukkan redeeming value hanya satu

dimensi dari afinitas media sosial yang secara signifikan mempengaruhi

kesejahteraan subjektif pada mahasisiwa pengguna Instagram di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Ini sejalan dengan penelitan oleh Miao, Y (2016), dimana

hanya variabel redeeming value yang signifikan dari dua dimensi lainnya afinitas

media sosial yang secara positif mempengaruhi niat kedatangan seseorang pada

suatu acara.
81

Keenam, berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel shared

interest pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Gerlich,

Browning dan Westermann (2010) mengartikan shared interest sebagai suatu

pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar pengguna media sosial. Hal

ini menunjukkan bahwa penggunaan Instagram sebagai wadah untuk berbagi

pengalaman dan minat dari mahasiswa tidak mempunyai pengaruh terhadap

kesejahteraan subjektif mahasiswa. Instagram mungkin tidak digunakan oleh

mahasiswa yang ingin menyalurkan pengalaman dan minat sebagai suatu

kepuasan atau kebahagiaan.

Terakhir, berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel business

& organizations pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.

Dalam Gerlich, Browning dan Westermann (2010) mengemukakan business

&organizations sebagai kemampuan penggunaan media sosial dalam

mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas, komunitas, atau organisasi

tertentu.

Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan yang harus dipertimbangkan

ketika mengevaluasi hasil penelitian ini. Pertama, teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini kurang dapat mengeneralisasikan hasil penelitian. Adapun

pengambilan sampel dilakukan di satu kampus saja, yang mungkin tidak mewakili

mahasiswa pada umumnya. Kedua, faktor kesejahteraan subjektif pada penelitian

ini hanya terbatas pada variabel presentasi diri, dukungan sosial dan afinitas

media sosial. Dengan demikian kemungkinan terdapat variabel atau faktor lain

yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Penulis menyadari


82

kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan ini, sehingga

dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan keterbatasan

penelitian ini.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

didalamnya. Maka dari itu, penulis memiliki beberapa saran untuk bahan

pertimbangan sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang terkait dengan

penelitian serupa, yaitu beruapa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Bagi penulis yang tertarik dan berminat pada permasalahan yang sama,

disarankan untuk :

1. Pada penelitian ini, independent variable secara bersama memberikan

sumbangan sebesar 34,2% terhadap dependent variable (kesejahteraan

subjektif), sisanya yakni 65,8% dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian.

Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain seperti jenis kelamin,

agama dan spiritualitas, dan kepribadian.

2. Untuk penelitian yang akan datang perlu memperluas lokasi, kriteria dan usia

pengambilan sampel karena studi ini terbatas hanya dilakukan di satu kampus.

Dimana mungkin tidak mewakili mahasiswa pada umumnya, seperti pengguna

Instagram pada remaja dan rentang usia lain yang masih aktif menggunakan

Instagram, dengan jumlah sampel yang lebih luas dan lebih besar agar lebih

representatif.
83

5.3.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini temuan variabel presentasi diri terdapat pengaruh yang

signifikan dengan arah yang negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya

semakin tinggi presentasi diri, maka semakin rendah kesejahteraan subjektif

pada mahasiswa. Dengan presentasi diri yang tidak berlebihan, seperti tidak

berlebihan mengekspos tentang diri, tidak memberikan ekspektasi yang tinggi

kepada orang lain, tidak menampilkan informasi yang tidak benar dan menjadi

orang lain untuk memuaskan followers pada akun Instagramnya. Hal tersebut

dapat meningkatkan kebahagiaan pada mahasiswa.

2. Pada penelitian ini temuan variabel family support terdapat pengaruh yang

signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya

semakin tinggi family support, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif

pada mahasiswa. Dengan demikian penulis menyarankan bahwa keluarga

hendaknya tetap memberikan dukungan pada mahasiswa. Dukungan dapat

diberikan berupa dukungan emosional seperti perhatian, kasih sayang yang

cukup, kepedulian, juga dukungan yang berupa saran dan arahan akan

meningkatkan kesejahteraan pada mahasiswa.

3. Pada penelitian ini temuan variabel significant other support terdapat

pengaruh yang signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan

subjektif. Artinya semakin tinggi significant other support, maka semakin

tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa. Hal ini dapat dijadikan bahan

masukkan yang positif bagi significant other untuk dapat memperhatikan


84

faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif, yakni melalui

hadirnya significant other disaat mahasiswa membutuhkan, dapat berbagi suka

duka, dapat memberikan kenyamanan, serta peduli dengan apa yang

mahasiswa rasakan. Tersedianya kenyamanan, kepedulian, dan hal lain dari

significant other seperti teman spesial, dosen, psikolog, dan lainnya dapat

membawa kebahagiaan pada mahasiswa.

4. Pada penelitian ini temuan variabel redeeming value terdapat pengaruh yang

signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya

semakin tinggi redeeming value, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif

pada mahasiswa. Ketika mahasiswa menggunakan Instagram sesuai dengan

nilai pribadi dalam diri, maka kesejateraan subjektif akan menigkat. Sehingga

penulis menyarankan sebaiknya mahasiswa perlu mengikuti akun yang sesuai

dengan nilai dalam diri dan positif serta menggunakan Instagram dengan

bijak. Seperti mengunggah dan mengikuti konten positif serta tidak

menggunakan media sosial secara berlebihan.


85

DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, I (2012). Hubungan antara perceived social support dan psychological


well-being pada mahasiswa perantau tahun pertama di Universitas
indonesa.

Atikah, Ranu & Kamila (2017). When your happiness comes from your social
media: social support dari media sosial sebagai prediktor bagi subjective
well-being mahasiswa. Jakarta.

Baumeister, Tice & Hutton (1987). Self‐presentational motivations and


personality differences in self‐esteem. American Psychological
Association, 497-529.

Baumeister, R F & Leary, M R (1995). The need to belong: desire for


interpersonal attachments as a fundamental human motivation.
American Psychological Association, 497-529.

Bakhshi, S., Shamma, D. A., & Gilbert, E. (2014). Faces engage us: Photos with
faces attract more likes and comments on instagram. In Proceedings of
The 32nd Annual ACM Conference on Human Factors in Computing
Systems.

Bohang, F K (2017). Indonesia, pengguna instagram terbesar se-Asia Pasifik.


http://tekno.kompas.com/read/2017/07/27/11480087/indonesia-pengguna-
instagram-terbesar-se-asia-pasifik. Diunggah pada tanggal 5 Desember
2017.

Carstensen, L L (1992). Social and emotional patterns in adulthood: support for


socioemotional selectivity theory. Psychology and Aging, 7(3), 331-338.

Cutrona, C E & Russell, D W (1987). The provisions of social relationships and


adaptation to stress. Advances in Personal Relationships, 37-67.

Çolak, T. S., & Doğan, U. (2016). Does the use of social media ensure social
support and happiness?. International Online Journal of Educational
Sciences, 8(4).

Lakey, B., & Cohen, S. (2000). Social support and theory. Social Support
Measurement and Intervention: A Guide for Health and Social Scientists,
29-52.

Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The
satisfaction with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-
75.
86

Diener. (2000). Subjective well-being: the science of happiness and a proposal


for a national index. American Psychological Association. DOI:
10.1037//0003-066X.55.1.34

Diener, E., Suh, E M., Lucas, R E., & Smith, H L (1999). Subjective well-being :
three decades of progress. American Psychological Association.

Diener, E., Lucas, R E., & Oishi, S (2003). Personality, culture, and subjective
well-being: emotional and cognitive evaluations of life. DOI: 10.1146

Diener, E., Suh, E., & Oishi, S. (1997). Recent findings on subjective well-being.
Indian Journal of Clinical Psychology.

Diener, E & Oishi, S (2005). The nonobvious social psychology of happiness.


Psychological Inquiry, 16(4), 162-167.

Diener, et al (2010). New well-being measures: short scales to assess


flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators
Research, 97(2), 143-156.

Diener, E., & Seligman, M. E. (2002). Very happy people. Psychological


science, 13(1), 81-84.

Doğan, A. E. U., & Adıgüzel, A. (2017). Sources of test anxiety: a qualitative


approach. Children, 8(27).

Ellison NB, Heino R, Gibbs J. (2006). Managing impressions online: self


presentation processesinthe online dating environment. Journal of
Computer-Mediated Communication. DOI:10.1111/j.1083-
6101.2006.00020

Ellison, N. B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook
“friends:” social capital and college students‟ use of online social
network sites. Journal of Computer‐Mediated Communication, 12(4),
1143-1168.

Fajrina, H N (2016). Ada 22 Juta pengguna aktif Instagram dari Indonesia.


https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-185-140353/a
da-22-juta-pengguna-aktif-instagram-dari-indonesia/. Diunduh pada
tanggal 5 Desember 2017

Floyd, F. J., & Widaman, K. F. (1995). Factor analysis in the development and
refinement of clinical assessment instruments. Psychological
Assessment, 7(3), 286.
87

Gallagher, E. N., & Vella-Brodrick, D. A. (2008). Social support and emotional


intelligence as predictors of subjective well-being. Personality and
Individual Differences, 44(7), 1551-1561.

Gerlich, R. N., Browning, L., & Westermann, L. (2010). The social media affinity
scale: implications for education. Contemporary Issues in Education
Research, 3(11), 35.

Goffman, E. (1959). The presentation of self in everyday life. Trad. it. La vita
Quotidiana. New York: Doubleday.

Gonzales, A., & Hancock, J T. (2010) Mirror, mirror on my Facebook wall:


effects of exposure to Facebook on self-esteem. Cyber Psychology,
Behavior & Social Networking. DOI:10.1089/cyber.2009.0411

Gülaçtı, F. (2010). The effect of perceived social support on subjective well-


being. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2(2), 3844-3849.

Hu, Y., Manikonda, L., & Kambhampati, S. (2014). What we Instagram: a first
analysis of Instagram photo content and user types. In Icwsm.

Jones, E. E., & Pittman, T. S. (1982). Toward a general theory of strategic self-
presentation. Psychological Perspectives on The Self, 1(1), 231-262.

Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! the
challenges and opportunities of social media. Business Horizons, 53(1),
59-68.

Kim, J., & Lee, J. E. R. (2011). The Facebook paths to happiness: effects of
the number of Facebook friends and self-presentation on subjective
well-being. Cyber Psychology, Behavior, and Social Networking, DOI:
10.1089/cyber.2010.0374.

Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-
being. International Journal of Communication, 8, 21.

Krasnova, H (2014). The impact of social media use on subjective well-being of


adolescents. Application for the Angelo Dalle Molle Foundation Prize.

Kowalski, R. M., & Leary, M. R. (1990). Strategic self-presentation and the


avoidance of aversive events: antecedents and consequences of self-
enhancement and self-depreciation. Journal of Experimental Social
Psychology, 26(4), 322-336.

Lopez, W. J. (2014). Word of mouth vs. expert reviews: compared using need
for cognition and social media affinity (Doctoral dissertation).
88

Lyubomirsky, S., King, L., & Diener, E. (2005). The benefits of frequent
positive affect: does happiness lead to success?. Psychological
Bulletin, 131(6), 803.

Malkoç, A., & Yalçin, İ. (2015). Relationships among resilience, social support,
coping, and psychological well-being among university studentss. Türk
Psikolojik Danışma ve Rehberlik Dergisi, 5(43).

Miao, Y. (2016). The role of social media as a constraint negotiation resource:


implication for collegiate women's sporting event attendance (Doctoral
Dissertation, Clemson University).

Michikyan, M., Dennis, J & Subrahmanyam, K (2014). Can u guess who i am:
real, ideal, and false self-presentation on Facebook among emerging
adults. Emerging Adults, 1-10, DOI: 10.1177/216769681453442

Myers, D. (1987). Anonymity is part of the magic: individual manipulation of


computer-mediated communication contexts. 251-266.

Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is happy?. Psychological Science, 6(1),
10-19.
Myers, D G (2000). The funds, friends, and faith of happy people. American
Psychological Association, DOI: 10.1037//0003-066X.55,1.56.

Papalia, D. E., Feldman, R. D., & Martorell, G. (2012). Experience human


development.

Pavot, W. & Diener E. (2004). Findings on subjective well-being: applications


to public policy, clinical interventions, and education. Positive Psychology
In Practice, 679-692. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Pavot, W., & Diener, E. (2004). The subjective evaluation of well-being in


adulthood: findings and implications. Ageing International, 29(2), 113-
135.

Pittman, M., & Reich, B. (2016). Social media and loneliness: why an Instagram
picture may be worth more than a thousand Twitter words. Computers
in Human Behavior, 155-167.

Rae, J. R., & Lonborg, S. D. (2015). Do motivations for using Facebook moderate
the association between Facebook use and psychological well-
being?. Frontiers in psychology, 6, 771.
89

Robins, R W & Beer J R (2001). Positive illusions about the self: short-term
benefits and long-term costs. American Psychological Association.
DOI: 10.1037//0O22-3514.80.2.340

Rui, J., & Stefanone, M. A. (2013). Strategic self-presentation online: a cross-


cultural study. Computers in Human Behavior, 29(1), 110-118.

Sarason, I G., Levine, H M., Basham, R B & Sarason, B R (1983). Assesing


social support: the social support questionaire. Journal of Personality
and Social Psychology, 44(1), 127-139.

Schlenker, B. R. (1980). Impression management: the self-concept, social


identity, and interpersonal relations. 168-233.

Seligman, M. E. (1998). What is the good life. American Psychological


Association Monitor, 29(10), 2.

Seligman, M. E. P., & Csikszentmihaly, M (2000). Positive psychology: an


introduction. American Psychological Association, DOI: 10.1037//0003-
066x.55.1.5

Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2014). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicators Research, 117(2), 561-576.

Solomon, D (2013). Moving on from Facebook : using Instagram to connect with


undergraduates and engage in teaching and learning.
http://crln.acrl.org/index.php/crlnews/article/view/8991/9770. Diunduh
pada tanggal 5 Desember 2017.

Subrahmanyam, K., & Smahel, D. (2010). Digital youth: the role of media in
development. Springer Science & Business Media.

Umar, J. (2012). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, II(2),


115-116. ISSN: 2089-6247.

Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. Cyber Psychology & Behavior, 9(5), 584-590.

Wang, Q., Chen, W., & Liang, Y. (2011). The effects of social media on college
students.

Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and validation of
brief measures of positive and negative affect: the PANAS
scales. Journalof Personality and Social Psychology, 54(6), 1063.
90

Widiartanto, Y H (2015). Remaja pilih mana, Facebook atau Instagram?.


http://tekno.kompas.com/read/2015/10/21/15440037/Remaja.Pilih.Mana.F
acebook.atau.Instagram. Diunduh pada tanggal 5 Desember 2017.

Winarno E, 2017. Medsosmu harimaumu: antisipasi dampak negatif media sosial


demi terwujudnya keluarga berketahanan.
https://www.kompasiana.com/mistered/medsosmu- harimaumu-antisipasi-
dampak-negatif-media-sosial-demi-terwujudnya- keluarga-
berketahanan 599573d576168148ce05a212. Diunduh pada tanggal 5
desember 2017.

Wong, W. K. W. (2012). Faces on Facebook: a study of self-presentation and


social support on Facebook. Discovery-SS Student E-Journal, 184-214.

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of perceived social support. Journal of
Personality Assessment, 52(1), 30-41.
91

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

KUESIONER

Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Strata-1 Psikologi Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian
sebagai bagian dari skripsi. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan Anda
untuk dapat mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka
Anda bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri Andadan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan penilaian jabatan. Setiap jawaban yang Anda
berikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk kepentingan
penelitian ini saja.
Mohon baca petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai
mengisi angket ini mohon diteliti kembali jawaban Anda agar tidak ada
pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, Mei 2018

Hormat kami,

Faradila Yunan
92

Data Responden

Inisial : .....................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Usia :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/DIPLOMA/S1
Fakultas / Jurusan / Universitas :

Lama Menggunakan Instagram :


a. < 6 bulan
b. 6 – 12 bulan
c. > 12 bulan

Intensi Mengugunakan Instagram :


a. 1 – 3 kali per hari
b. 3 – 6 kali per hari
c. Lebih dari 6 kali per hari

Durasi Mengunakan Instagram (akumulasi):


a. < 1 jam per hari
b. 1 – 3 jam per hari
c. >3 jam per hari

Akun Sosial Media Selain Intagram (boleh lebih dari satu):


a. Facebook
b. Twitter
c. Path
d. Lainnya, sebutkan …..

Nama akun Instagram (wajib diisi)::

Jumlah followers akun Intagram (wajib diisi):

Jumlah foto Unggah pada akun Instagram (tidak termasuk yang di Archive) :

Jumlah likes terbanyak yang pernah di dapat pada salah satu foto :
93

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian
berikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan
pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Pilihlah pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda dengan


memberikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom disamping
kanan pernyataan.
Contoh :
Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
Saya terlibat dan tertarik pada kehidupan saya
1 √
sehari-hari saya.
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa :
Anda setuju dengan pernyataan bahwa “Saya terlibat dan tertarik pada
kehidupan saya sehari-hari saya.”

BAGIAN KESATU

Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri


Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Setuju, TS= Tidak Setuju, S= Setuju, SS= Sangat Setuju)
Pilihan jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
1 Saya menjalani hidup yang terarah dan bermakna.
Hubungan sosial yang saya miliki bermanfaat bagi
2
saya.
Dalam kegiatan saya sehari-hari, saya selalu
3
terlibat aktif di dalamnya.
Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
4
kesejahteraan yang dialami orang lain.
Saya memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
5
menjalani kegiatan yang penting bagi saya.
Saya adalah orang yang baik dan menjalani
6 kehidupan yang baik.
94

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS S SS
7 Saya optimis terhadap masa depan saya.
8 Orang lain menghormati diri saya.
Saya merasa hal-hal positif terjadi dalam hidup
9
saya.
Pikiran saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran
10
negatif.
Saya mengharapkan hal baik akan terjadi dalam
11
hidup saya.
Saya sering merasa hal buruk telah terjadi dalam
12
hidup saya.
Saya merasa nyaman dengan kehidupan saya saat
13
ini.
Selama sebulan terkahir, saya merasa tidak
14
nyaman dengan diri saya.
15 Saya menjalani hidup dengan perasaan bahagia.
Kondisi yang saya alami dalam kehidupan sangat
16
menyedihkan.
17 Saya takut untuk menghadapi masa depan.
18 Saya menjalani hari dengan riang setiap harinya.
19 Saya orang yang mudah tersinggung.
20 Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat ini.

BAGIAN KEDUA

Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah.
Sebelum mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu,
kemudian berikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom
disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :

STS : Sangat Tidak Sesuai


TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
Terkadang, saya mencoba untuk menjadi orang lain
1 dibanding dengan menjadi diri sendiri diunggahan
Instagram yang saya lakukan.
Saya benar-benar menjadi orang yang sangat
2 berbeda antara kehidupan nyata dan dunia maya.
95

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
Saya mengunggah informasi yang tidak benar-benar
3
menggambarkan diri saya di akun Instagram.
Terkadang, saya menjaga image di unggahan
4
Instagram yang saya lakukan.
Saya memiliki pandangan yang baik terhadapdiri
5 saya dan Instagram adalah tempat bagi saya untuk
menunjukkannya.
Gambaran diri saya di dunia maya sama dengan
6
gambaran diri saya di kehidupan nyata.
Saya sangat memahami apa yang saya inginkan
dalam hidup dan Instagram adalah tempat untuk
7
mengungkapkan pandangan dan keyakinan yang
saya miliki.
Cara saya menampilkan diri di Instagram adalah
8 gambaran diri saya yang sebenarnya di kehidupan
nyata.
Saya bangga terhadap hal-hal yang telah saya capai
9 sehingga saya menunjukkannya pada orang lain
melalui unggahan Instagram saya.
Melalui Instagram, saya dapat menjelajahi berbagai
10 aspek dari diri saya lebih banyak dari apa yang saya
bisalakukan di dunia nyata.
Saya mengedit foto saya di profil Instagram agar
11
saya terlihat lebih baik ataupun berbeda.
Saya merasa bahwaada banyak sisi lain dari diri
12
saya yang saya tunjukkan di akun Instagram.
Saya membandingkan diri saya dengan orang lain
13
di Instagram.
Saya mencoba untuk membuat orang lain terkesan
14
dengan foto-foto yang saya unggah di Instagram.
Saya hanya menunjukkan sifat-sifat dari diri saya
15
yang disukai oleh orang lain.
Saya mengunggah apapun di akun Instagram saya
16
untuk menunjukkan apa yang saya inginkan.
Dalam akun Instagram, saya tetap menjadi diri
17 sayasendiri namun sekaligus menunjukkan juga apa
yang saya inginkan
Saya menunjukkan yang saya inginkan pada akun
18 Instagram tanpa mempedulikan perkataan ataupun
penilaian yang diberikan orang lain.
Saya memiliki standar tersendiri ketika
19 mengunggah apapun di Instagram agar dapat
menunjukkan sisi positif dari diri saya.
96

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
Saya membuat Instastories yang sesuai dengan apa
20
yang saya inginkan.
Saya hanya mengunggah sesuatu yang
21 menunjukkan sisi positif dari diri saya yang ingin
saya perlihatkan di akun Instagram.
Saya mengunggah hal-hal yang saya sukai
22 meskipun hal tersebut bukan apa yang umum saya
lakukan.

BAGIAN KETIGA

Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri


Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS= Sangat Sesuai)
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
Ada seseorang yang istimewa dan selalu ada
1
ketika saya sedang membutuhkannya.
Ada seseorang yang istimewa yang dapat
2
berbagi suka dan dukadengan saya.
Saya memiliki keluarga yang sungguh-sungguh
3
untuk dapat membantu saya
Saya mendapatkan dukungan emosional yang
4
saya butuhkan dari keluarga saya.
Saya memiliki orang yang istimewa yang dapat
5
memberikan kenyamanan bagi saya.
Teman-teman saya sungguh-sungguh ketika
6
berusaha membantu saya.
Saya dapat mengandalkan teman-teman saya
7
ketika sesuatu yang tidakdiinginkan terjadi.
Saya dapat berbicara tentang masalah yang saya
8
alami dengan keluarga saya.
Saya memiliki teman-teman yang dapat berbagi
9
suka dan duka dengansaya.
Ada seseorang yang istimewa dalam hidup saya
10
yang peduli dengan apa yang saya rasakan.
Keluarga saya bersedia membantu saya dalam
11
melakukan pengambilan keputusan.
Saya dapat menceritakan masalah yang saya
12
alami kepada teman-teman saya.
97

BAGIAN KEEMPAT

Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri


Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS= Sangat Sesuai)

Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS S SS
Instagram adalah media yang bagus untuk kita
1 gunakan agar kita dapat tetap berhubungan
satu sama lain.
Bagi saya, Instagram hanya membuang-buang
2
waktu saja.
Instagram memungkinkan orang yang
3 memiliki kesamaan minat untuk tetap saling
terhubung.
Bermain Instagram sangat menghabiskan
4 waktu yang terlalu banyak untuk mengurus
ataupun membaca apa yang adadisana.
Bagi saya, memiliki akunInstagram adalah hal
yang penting karena sayadapat menceritakan
5
tentang diri sendiri maupun aktivitas yang saya
jalani.
Saya suka melihat dan membaca unggahan
yang dilakukan oleh teman-teman atau
6
anggota keluarga saya di akun Instagram
mereka.
Kita dapat menggunakan informasi yang
ditemukan di Instagram untuk membuat
7
keputusan mengenai hal-hal tertentu yang kita
inginkan.
Instagram adalah media yang bagus untuk
membangun komunitas secara online di mana
8
orang-orang yang memiliki minat ataupun sifat
yang sama dapat saling terhubung.
Instagram hanya berguna untuk iseng-iseng
9
saja.
Saya tidak peduli apa yang dilakukan orang
10
lain di akun Instagramnya.
Kehadiran Instagram dapat menggambarkan
berkembangnya kebutuhan akan rasa
11 kebersamaan di antara orang-orang yang
menggunakannya
98

Instagram dapat menjadi alat komunikasi yang


12 efektif di lingkungan pertemanan saya di
kampus.
Instagram memiliki potensi besar untuk
13 digunakan dalam bidang bisnis seperti
pemasaran ataupun popularitas individu
99

LAMPIRAN 2

HASIL OUTPUT CFA

A. Kesejahteraan Subjektif
UJI VALIDITAS KONSTRUK SWB
DA NI=20 NO=241 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X11 X13 X15 X18 X20 X10 X12 X14 X16 X17 X19
PM SY FI=SWB.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
SWB
FR TD 14 11 TD 16 2 TD 4 3 TD 16 15 TD 17 16 TD 17 11 TD 18 16 TD 20 15 TD 10 8 TD 19
9 TD 17 15 TD 18 17 TD 10 2 TD 17 14 TD 16 1 TD 18 15
FR TD 19 15 TD 11 1 TD 19 6 TD 5 3 TD 18 10 TD 2 1 TD 7 1 TD 5 4 TD 20 10 TD 8 7 TD 8 6
TD 7 6 TD 19 12 TD 12 3 TD 20 11 TD 20 12 TD 20 9
FR TD 20 1 TD 18 5 TD 6 5 TD 10 7 TD 18 8 TD 10 6 TD 6 4 TD 4 2 TD 17 7 TD 17 8 TD 17 2
TD 17 5 TD 17 10 TD 14 3 TD 8 4 TD 15 11 TD 14 5
FR TD 13 5 TD 13 9 TD 14 2 TD 12 2 TD 19 18 TD 19 7 TD 15 10 TD 13 8 TD 18 13 TD 12 9
TD 9 3 TD 9 1 TD 18 1 TD 10 1 TD 20 13 TD 20 14 TD 9 5
FR TD 19 17 TD 14 10 TD 11 2 TD 11 10 TD 11 8 TD 19 13 TD 20 19 TD 19 16 TD 18 3 TD
16 11 TD 12 1 TD 13 1 TD 16 5
PD
OU SS TV MI
100

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk kesejahteraan subjektif.


101

B. Presentasi Diri

UJI VALIDITAS KONSTRUK PRESENALL


DA NI=22 NO=241 MA=PM
LA
X5 X6 X7 X8 X9 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X1 X2 X3 X4 X10 X11 X12 X13 X14 X15
PM SY FI=PRESENALL.COR
MO NX=22 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
PDALL
FR TD 4 2 TD 15 14 TD 14 13 TD 14 2 TD 15 13 TD 14 4 TD 4 3 TD 8 6 TD 7 2 TD 3 2 TD 7 6
TD 7 4 TD 20 13 TD 22 11 TD 10 7 TD 15 4 TD 10 8
FR TD 13 2 TD 5 3 TD 8 3 TD 3 1 TD 10 4 TD 6 4 TD 5 4 TD 8 2 TD 16 8 TD 7 3 TD 17 3 TD 6
3 TD 10 2 TD 13 10 TD 2 1 TD 14 7 TD 19 17 TD 20 10
FR TD 14 10 TD 14 5 TD 6 2 TD 9 2 TD 5 2 TD 16 6 TD 21 18 TD 14 11 TD 14 6 TD 17 7 TD
14 1 TD 10 5 TD 12 10 TD 20 6 TD 21 9
FR TD 8 4 TD 13 7 TD 13 5 TD 4 1 TD 9 4 TD 22 10 TD 11 9 TD 19 16 TD 9 7 TD 8 7 TD 17 5
TD 5 1 TD 10 3 TD 10 6 TD 10 9 TD 7 5 TD 15 9 TD 16 9
FR TD 12 2 TD 18 8 TD 15 7 TD 20 3 TD 20 7 TD 20 8 TD 21 8 TD 13 4 TD 22 4 TD 11 5 TD
17 1 TD 17 6 TD 19 3 TD 9 3 TD 7 1 TD 21 15 TD 15 5 TD 15 10 TD 19 6 TD 17 9 TD 20 5
FR TD 16 4 TD 20 4 TD 9 1 TD 22 9 TD 11 2 TD 18 12 TD 19 13 TD 21 2 TD 16 2 TD 11 1 TD
11 6 TD 11 10
PD
OU SS TV MI
102

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item presentasi diri.

C. Dukungan Sosial
Family Support
UJI VALIDITAS KONSTRUK FAMILY
DA NI=4 NO=241 MA=PM
LA
X3 X4 X8 X11
PM SY FI=FAMILY.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
FAMILY
FR TD 3 1
PD
OU SS TV MI
103

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item family support.

Friend Support
UJI VALIDITAS KONSTRUK FRIEND
DA NI=4 NO=241 MA=PM
LA
X6 X7 X9 X12
PM SY FI=FRIBENAR.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
FRIEND
FR TD 2 1
PD
OU SS TV MI

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item friend support.


104

Significant OtherSupport
UJI VALIDITAS KONSTRUK SIGNIFICANT
DA NI=4 NO=241 MA=PM
LA
X1 X2 X5 X10
PM SY FI=SIGBENAR.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
SIGNIFI
FR TD 2 1
PD
OU SS TV MI

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item significant other


support.

D. Afinitas media Sosial


Redeeming Value
UJI VALIDITAS KONSTRUK REDEEMING
DA NI=7 NO=241 MA=PM
LA
X2 X4 X5 X6 X9 X10 X12
PM SY FI=RVSMAUN.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
REDEEMI
FR TD 7 3 TD 4 3 TD 7 4 TD 2 1 TD 7 2
PD
OU SS TV MI
105

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item redeeming value.

Shared Interest
UJI VALIDITAS KONSTRUK SISMA
DA NI=3 NO=241 MA=PM
LA
X1 X3 X8
PM SY FI=SISMA.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
SISMA
PD
OU SS TV MI

Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item shared interest


106

Business & Organizations


UJI VALIDITAS KONSTRUK BOSMA
DA NI=3 NO=241 MA=PM
LA
X7 X11 X13
PM SY FI=BOSMA.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
BOSMA
PD
OU SS TV MI
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item business &
organizations.
107

LAMPIRAN 3

HASIL UJI REGRESI


108

PROPORSI VARIANS

Anda mungkin juga menyukai