Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Raiza Gumala
1113070000119
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
MOTTO
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
(Frederick E. Crane)
menciptakan kasih.
(Benjamin Franklin)
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2018
C) Raiza Gumala
D) Pengaruh Traits Kepribadian, Ekspresi Emosi dan Dukungan Sosial Online
terhadap Subjective Well-Being pengguna media sosial
E) xiv + 87 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh traits kepribadian
(extraversion, neuroticism dan psikotisme), ekspresi emosi (positive
expressivity, negative expressivity dan impuls strength) dan dukungan sosial
online (tangible support, belonging support, self-esteem support dan
appraisal support) terhadap subjective well-being pengguna media sosial.
Penelitian ini dilakukan pada 302 pengguna media sosial dengan rentang usia
18-25 tahun. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non-probability sampling. Untuk alat ukur subjective well-being
menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and
Negative Experience (SPANE). Untuk alat ukur traits kepribadian
menggunakan skala Eysenck Personality Questionnaire Revised (EPQ-R).
Untuk alat ukur ekpresi emosi mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur
Berkeley Expressivity Questionnaire (BEQ). Untuk dukungan sosial online
menggunakan Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL). Uji
validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA)
dengan bantuan software Mplus 7. Sedangkan analisis data menggunakan
teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 22.0.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) May 2018
C) Raiza Gumala
D) The Effect of Personality Traits, Emotional Expressivity and Online Social
Support on Subjective Well-Being social media user
E) xiv + 87 pages + Appendix
F) This study aim to examine the effect of personality traits (extraversion,
neuroticism and psychoticism), emotional expressivity (positive
expressivity, negative expressivity and impulse strength) and online social
support (tangible support, belonging support, self-esteem support and
appraisal support) on subjective well-being social media user.
This study was conducted to 302 social media user ranging age between
18 to 25 years. The sampling technique used is non-probabililty sampling
technique. Subjective well-being are measured using two instruments:
Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Scale of Positive and Negative
Experience (SPANE). For the personality traits scale using Eysenck
Personality Questionnaire-Revised (EPQ-R). For emotional expressivity
scale adapted and modified Berkeley Expressivity Questionnaire (BEQ).
For online social support scale using Interpersonal Support Evaluation
List Developed (ISEL). The validity of measuring equipment using
confirmatory factor analysis technique (CFA) with the help of software
Mplus 7 and the data analysis using multiple regression analysis
techniques with the help of software SPSS 22.0.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
viii
kakak penulis, serta keluarga besar penulis. Terima kasih yang tak terhingga
untuk setiap dukungan, kasih sayang dan kesabaran serta segala doa yang tak
henti-hentinya dipanjatkan untuk penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Semua sahabat terdekat penulis, Zakia Sabiq, S.Psi, Noor Uyun Nadhifah, Sri
Ratna Dani P, Mega Anggraeni, Amelia Suci Latifah, Annisa Mufliyanti, Dewi
Ratih Ayu Safitri, Hutami Dwi Arthasari, Roro Dea Pangestika, Ria Febriyanti,
Tisa Anindya Savitri, Lia Kurnia Loka dan Fathia Nabila Agfa S.Psi yang
selalu memberikan dukungan, motivasi dan kesabaran dalam mendampingi
peneliti selama penulisan skripsi. Terima kasih untuk masa kuliah yang lebih
berwarna.
8. Agusti Yolandari, S.Psi yang telah sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Serta Dwi Apcita Estorina, S.Pd, Imam
Akbar, S.Kep, Rauzan Sumara, S.Si, Afifah Hajidah dan Yovieta Lestari, S.Pd,
terima kasih banyak untuk segala dukungan yang diberikan selama ini.
9. Seluruh keluarga besar KPA MAHACHALA yang telah memberikan
pengalaman dan pembelajaran yang kekeluargaan selama masa kuliah. Terima
kasih atas seluruh saran, masukan dan kritikan yang membangun bagi penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak
atas dukungan, doa dan pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga seluruh dukungan, bantuan dan bimbingan dapat
dibalas dengan balasan yang sebaik-baiknya. Selain itu melihat kekurangan dan
keterbatasan penulis, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan penelitian ini.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO..................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
x
2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 83
LAMPIRAN.................................................................................................... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan.............................................................. 38
Tabel 3.2 Blue Print Skala Subjective Well-Being..................................... 39
Tabel 3.3 Blue Print Skala Traits Kepribadian.......................................... 39
Tabel 3.4 Blue Print Skala Ekspresi Emosi.............................................. 40
Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial Online................................ 41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Subjective Well-Being.............................. 45
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion............................................. 46
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Neuroticism.............................................. 47
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Psychoticism............................................. 48
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Ekspresi Emosi.......................................... 49
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Appraisal Support..................................... 50
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Tangible Support....................................... 52
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Self-Esteem Support.................................. 53
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Belonging Support.................................... 54
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian.......................................... 60
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian...................................... 62
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor.......................................................... 63
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel......................................................... 63
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi............................................... 66
Tabel 4.6 Tabel Anova............................................................................... 67
Tabel 4.7 Koefisien Regresi......................................................................... 68
Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable............. 72
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini, jutaan orang di seluruh dunia menggunakan media sosial untuk
surat elektronik, blog, maupun media sosial atau jejaring sosial. Khususnya
implikasi jangka panjang dalam hal subjective well-being dan kinerja kognitif
persepsi tentang diri dan oleh karena itu, kerentanan di kalangan muda lebih besar
(Frison dan Eggermont, 2016), penggunaan media sosial secara pasif (Wenninger,
Krasnova dan Buxmaan, 2014), merasa iri (Appel, Crusius dan Alexander, 2015;
Christofides dan Desmarais, 2009; Utz dan Beukeboom, 2011), merasa kesepian
(Burke, Marlow dan Lento, 2010). Selain itu, individu memiliki keyakinan bahwa
1
2
terlibat dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 ini, sebagian
diantaranya diminta untuk tidak mengakses situs jejaring sosial Facebook selama
perasaan bahagia (88%), menikmati hidup (84%), antusias (61%) dan tegas
Facebook selama seminggu melaporkan rasa sedih (34%), cemas (54%), marah
(20%), depresi (33%) dan kesepian (25%), selain itu partisipan juga melaporkan
serta merasa lebih kurang bahagia dibandingkan individu lain (Tromholt, Lundby,
Chou dan Edge (2012) juga menemukan bahwa individu yang mengakses
Facebook lebih lama akan lebih mudah mengingat pesan positif dan gambar-
gambar bahagia yang memberikan impresi bahwa individu lain lebih bahagia.
Hasil dari penelitian tersebut juga melaporkan bahwa semakin lama individu
individu lain dan semakin setuju bahwa hidup tidak adil. Jika ditinjau lebih jauh,
penelitian yang dilakukan oleh Wenninger, Krasnova, dan Buxmann (2014) yang
secara terus menerus dapat menurunkan subjective well-being, baik dalam aspek
afektif maupun kognitif. Dengan kata lain, semakin lama individu mengakses
Facebook, semakin buruk perasaan individu dari waktu ke waktu dan kepuasan
penurunan kepuasan hidup ini terjadi diakibatkan pada saat individu mengakses
situs jejaring sosial, individu telah merasa buruk (misalnya, merasa bosan,
kesepian, cemas, atau merasa tertekan). Tidak hanya dari segi bagaimana individu
aktif), perasaan iri juga dituding sebagai prediktor penurunan kepuasan hidup
hidup pengguna situs jejaring sosial. Perasaan iri muncul di media sosial akibat
pengguna membandingkan diri dengan individu lain dalam domain yang relevan
dengan dirinya. Membandingkan diri merupakan salah satu langkah untuk menilai
seberapa baik kehidupan individu selama ini. Penilaian ini nantinya akan
berpengaruh pada kepuasan hidup individu. Tidak dapat dipungkiri bahwa situs
muncul karena individu lain memiliki atribut yang diinginkan, terlebih jika atribut
tersebut sulit didapatkan oleh individu. Adanya fitur berbagi foto serta video di
situs jejaring sosial akan merangsang munculnya perasaan iri ketika mengakses
situs jejaring sosial yang pada akhirnya mengancam kepuasan hidup jika individu
tidak mengetahui bagaimana cara menekan perasaan ini. Berbagai uraian di atas
cara menggunakan hingga emosi yang muncul ketika mengakses situs jejaring
sosial. Alih-alih membuat pengguna terhibur, situs jejaring sosial menjadi media
Dari hasil survei yang penulis sebarkan pada bulan November 2017
tahun, dari 122 mahasiswa yang mengisi pernyataan, 54.9% menghabiskan waktu
di atas enam jam per minggu untuk mengakses situs jejaring sosial. Jika pengguna
sosial, maka kemungkinan untuk merasa lebih buruk dari pengguna lain akan
kemudian melahirkan perasaan iri pada pengguna lain, sedangkan perasaan iri
dilaporkan menjadi ancaman tersembunyi bagi para pengguna situs jejaring sosial
(Aswin, 2017).
Suasana hati dan emosi diberi label afektif, mewakili evaluasi individu
tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, mencakup afek positif dan afek
negatif (Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999). Afek positif mengacu pada emosi
5
(Diener, 2000). Sedangkan afek negatif merupakan emosi dan mood yang tidak
Afek positif dan afek negatif merupakan salah satu aspek dari subjective
Oishi (2002) diartikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap
puas dengan kondisi hidupnya, sering merasakan emosi positif dan jarang
hidupnya dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak
menyenangkan dan oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti
kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers & Diener, 1995). Dengan kondisi
subjective well-being yang baik diharapkan pengguna media sosial dapat memiliki
hubungan sosial yang baik dengan individu lain, baik secara online maupun
offline.
6
bahwa kepribadian merupakan hal yang lebih berpengaruh pada subjective well-
being dibandingkan dengan faktor lainnya, hal ini dikarenakan beberapa variabel
media sosial untuk pembaruan status, memberi komentar dan menambah teman.
Pengaruh dari ekspresi emosi juga bisa menjadi salah satu faktornya, hal
ini diungkapkan oleh Liu, Tov, Konsinski dan Qiu (2015) dalam jurnalnya yang
tingkatan ekspresi emosi mana yang memprediksi SWB pengguna media sosial—
ekspresi emosi positif pada Facebook tidak berhubungan dengan kepuasan hidup,
sedangkan ekspresi emosi negatif dalam jangka waktu sembilan sampai sepuluh
menunjukkan bahwa kedua tipe ekspresi emosi dan jangka waktu dari pembaruan
7
status menentukan mana ekspresi emosi saat pembaruan status di Facebook yang
penggunanya.
dukungan sosial. Menurut Argyle (dalam Carr, 2004), dukungan sosial terhadap
Diener dan Seligman (2002) menemukan bahwa individu yang sangat bahagia
memiliki hubungan sosial yang luas dan memuaskan serta menghabiskan sedikit
tidak bahagia memiliki hubungan sosial yang secara signifikan lebih buruk
dibanding rata-rata.
fungsi komunikasi yang tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi. Wong dan Ma
tingkatan efek yang sama dengan komunikasi secara umum sebagai dukungan
sosial. Dukungan sosial online dapat diperoleh melalui media sosial seperti
dikalangan dewasa yang bukan pelajar. Sebaliknya, dalam konteks budaya Asia
8
dengan aspek dukungan sosial. Secara khusus, kepuasan hidup diprediksi oleh
well-being yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang
Agar penelitian ini lebih terarah, penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel
berikut:
Oishi, 2002).
9
3. Ekspresi Emosi adalah perubahan perilaku yang menyertai emosi (Gross dan
Jhon, 1997).
4. Dukungan sosial online yaitu mengacu pada sumber materi, informasi, dan
5. Responden penelitian ini adalah pengguna aktif media sosial seperti Facebook,
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem support pada variabel
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan belonging support pada variabel
Terdapat dua tujuan dari penelitian ini, pertama untuk menguji pengaruh traits
psikologi sosial yang diaplikasikan dalam dunia maya. Selain itu diharapkan dapat
Secara praktis, hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi orang tua maupun
tenaga pendidik, dalam memberikan intervensi maupun arahan yang tepat bagi
dengan baik agar dapat terjalin interaksi sosial yang baik dan lancar dalam dunia
maya.
BAB 2
LANDASAN TEORI
sebagai apa yang individu pikirkan dan bagaimana perasaan individu tentang
kognitif dan afektif individu terhadap hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi
tingkat suasana hati negatif dan kepuasan hidup yang tinggi. Pengalaman positif
yang diwujudkan dalam subjective well-being yang tinggi adalah konsep inti
penilaian kognitif dan afektif. Penilaian kognitif meliputi kepuasan hidup dan
penilaian afektif meliputi mood dan emosi, yaitu perasaan emosional positif dan
12
13
being sebagai sebuah kategori yang luas dari fenomena yang mencakup respon
(mood) maupun trait yang relatif stabil (kepuasan hidup). Mood dan emosi diberi
label afektif, mewakili evaluasi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan individu.
definisi Diener dan Oishi (2002). Diener dan Oishi (2002) mendefinisikan
menggunakan definisi Diener dan Oishi (2002), karena dapat mewakili dan sesuai
Terdapat dua komponen umum dalam subjective well-being yaitu kognitif dan
afektif:
1. Dimensi kognitif
keuangan, pekerjaan dan waktu luang. Indikator pengguna media sosial dikatakan
kognitif yaitu desire to change life, satisfaction with current life, satisfaction with
past, satisfaction with future dan significant with others’ views of one’s life.
2. Dimensi afektif
Dimensi dasar dari subjective well-being adalah afek, termasuk mood dan emosi
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dimensi afek ini mencakup afek
afek negatif yaitu emosi dan mood yang tidak menyenangkan (Diener, 2000).
Afek negatif merupakan kehadiran simptom yang menyatakan bahwa hidup tidak
jika dalam empat minggu terakhir mengalami perasaan positif, negatif, baik,
Diener (2009) menyatakan bahwa kepuasan hidup dan afek positif dan
negatif cenderung berkorelasi. Hal ini disebabkan oleh penilaian individu terhadap
peristiwa, aktivitas dan kejadian dalam hidupnya. Sekalipun kedua hal ini
mengenai hidup individu secara menyeluruh, sedangkan afek positif dan negatif
Terdapat tiga alat ukur yang dikembangkan oleh Diener yang dapat digunakan
1. Satisfaction With Life Scales (SWLS) yang terdiri dari lima item dengan
2. Flourishing Scale (FS) yang terdiri dari delapan item dirancang untuk
mengukur social-psychological.
positif dan negatif terlepas dari asal individu, tingkat gairah atau sifat dalam
4. Positive Affect Schedule (PANAS) untuk mengukur evaluasi afek positif dan
afek negatif dalam satu waktu dengan menggunakan skala likert. Alat ukur ini
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari
Satisfaction With Life Scales (SWLS) untuk mengukur evaluasi kognitif yaitu
nilai kepuasan hidup individu secara global. Dan untuk mengukur komponen
(SPANE). Alasan penulis menggunakan skala SWLS dan SPANE, karena alat
ukur ini sesuai dengan penelitian ini dan alat ukur ini memiliki validitas dan
mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan dengan pria, dan lebih
banyak mencari bantuan terapi untuk mengatasi gangguan ini; namun pria dan
Shuman menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena wanita mengakui adanya
Ellison dan koleganya (dalam Eddington dan Shuman, 2005) menyatakan bahwa
kebermaknaan pada masa krisis (Pollner dan koleganya dalam Eddington dan
Shuman, 2005). Taylor dan Chatters (dalam Eddington dan Shuman, 2005)
melalui keterbukaan pada jaringan sosial yang terdiri dari individu yang memiliki
Penelitian yang dilakukan oleh Seligman (dalam Diener dan Scollon, 2003)
sosial yang dinilai baik. Diener dan Scollon (2003) menyatakan bahwa hubungan
yang dinilai baik harus mencakup dua dari tiga hubungan sosial. Hubungan sosial
4. Dukungan sosial
Menurut Yasmeen, Khan, Jamshaid, Salman dan Abbas (dalam Wong dan Ma,
(2016) menyatakan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi yang
tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi, komunikasi melalui media online juga
dapat memiliki tingkatan efek yang sama dengan komunikasi secara umum
sebagai dukungan sosial. Dukungan sosial online dapat diperoleh melalui media
5. Kepribadian
individu.
6. Ekspresi Emosi
Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) menyatakan bahwa ekspresi emosi dalam
subjective well-being diberi jangka waktu tertentu agar efektif untuk menentukan
psikologis penggunanya.
emosi dan dukungan sosial untuk diteliti, untuk menguji apakah benar bahwa
sosial.
kompleksi dari fenomena tentang istilah yang digunakan. Istilah personality atau
kepribadian memiliki banyak definisi, tetapi tidak ada definisi tunggal yang
diterima secara universal. Kepribadian sering disamakan dengan social skill dan
keefektifan.
aspek-aspek unik atau khas dari tingkah laku. Dalam hal ini, kepribadian
merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus tentang individu dan yang
mewakili si pribadi.
cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Allport (dalam
Hall dan Lindzey, 1993) menyatakan bahwa kepribadian merupakan apa orang itu
sesungguhnya. Kepribadian meliputi apa yang paling khas dan paling karakteristik
kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Eysenk juga
kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari
Alwisol, 2009). Traits kepribadian menurut Eysenk (dalam Alwisol, 2009) adalah
20
menggunakan teori kepribadian Eysenck karena teori ini memiliki dua diantara
sebelumnya.
1. Ekstraversion
dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
memiliki ciri antusias, mudah bergaul, emosi positif, aktif, ambisius dan ramah
2. Neuroticism
Menurut Feist dan Feist (2009), individu dengan skor neuroticism tinggi
yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif serta rasa khawatir dan rasa
tidak aman, secara emosional labil. Sedangkan individu dengan neuroticism yang
21
rendah akan cenderung lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan
mudah mengalami kecemasan, suasana hati mudah berubah, dan mudah depresi.
3. Psychoticism
normal, tetapi ketika stres berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit
inventori yang pengaruhnya luas, dalam arti digunakan oleh banyak pakar untuk
melakukan penelitian atau untuk memahami klien, maupun dalam arti menjadi ide
keduanya.
revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap
dipublikasikan).
karena alat ukur ini sesuai dengan penelitian ini dan alat ukur ini memiliki
Definisi lain oleh Gross dan Jhon (1997), ekspresi emosi mengacu pada
perubahan perilaku yang menyertai emosi. Lebih lanjut, Gross dan Jhon (1997)
menyatakan emosi muncul ketika ada pemicu eksternal maupun internal. Jika
23
dan non-verbal. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa aspek perilaku sengaja digunakan
seperti itu tampak sangat fleksibel, mudah berubah, sadar dan disengaja.
Kring, Smith dan Neale (1994) lebih menekankan ekspresi emosi sebagai
perbedaan individu. Menurut Kring, Smith, dan Neale (1994) individu secara
yang menyertai emosi (Gross & Jhon, 1997). Alasan penulis menggunakan teori
yang diusung oleh Gross dan Jhon (1997) karena penulis menganggap bahwa
definisi tersebut sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Dua diantara tiga
Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004) menjelaskan tiga dimensi dari
strength:
24
1. Positive Expressivity
King dan Emmons (dalam Gross dan Jhon, 1997) menjelaskan bahwa
2. Negative Expressivity
King dan Emmons (dalam Gross dan Jhon, 1997) mendefinisikan negative
jika respon emosi negatif diekspresikan melalui perilaku marah, kesal, tidak
Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004) menjelaskan impuls strength
sebagai sebuah pengalaman emosi yang kuat, melalui pengalaman emosi itu
individu terdorong untuk mengekspresikan emosi atau perasaan serta sangat sulit
menyembunyikan perasaannya.
Ekspresi Emosi dapat diukur berdasarkan beberapa instrumen atau alat ukur,
diantaranya:
25
yang terdiri dari dua dimensi, yaitu positive emotional expressivity dan
3. Berkeley Expressivitty Questionnaire (BEQ) oleh Gross dan Jhon (1997) untuk
mengukur Ekspresi Emosi individu yang terdiri dari 16 item dibagi dalam tiga
Expressivitty Questionnaire (BEQ) yang diadaptasi dari Gross dan John dalam
(Lavee & Ben-Ari, 2004) agar sesuai dengan sampel. Skala Berkeley Expressivitty
berdasarkan aspek ekspresi emosi. Skala ini disusun berdasarkan aspek ekspresi
strength.
Uchino dalam Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
ataupun bantuan yang diterima dari orang lain. Dukungan bisa didapatkan dari
berbagai sumber seperti pasangan, keluarga, teman atau komunitas. Individu yang
mendapatkan dukungan sosial merasa dicintai, dihargai dan dianggap bagian dari
bantuan tingkah laku maupun materi yang di dapat dari hubungan sosial sehingga
Individu dengan dukungan sosial yang tinggi mengalami stress lebih sedikit ketika
materi, informasi, dan psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, sehingga
situasi stres yang tinggi, individu yang dekat dengan individu lain mungkin lebih
mudah makan dan tidur, olahraga yang cukup dan jauh dari kekerasan. Individu
yang diberi dukungan sosial akan memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk
dukungan sosial online dengan merujuk pada definisi dari Cohen. Cohen (2004)
menyatakan dukungan sosial online mengacu pada sumber materi, informasi dan
dengan apa yang ingin diteliti dan dimensi-dimensinya lebih berpengaruh dan
tersesat.
2. Belonging support, suatu bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada
individu lain yang dapat diandalkan ketika individu ingin melakukan suatu
belonging support yaitu ketika mendapat bantuan dari individu di media sosial
untuk diajak berbicara saat kesepian, memiliki keluarga dan teman yang dapat
diandalkan.
feedback positif dari individu lain, memiliki individu di media sosial yang
merasa lebih baik dari individu sebaya, memiliki kepuasan hidup lebih tinggi
baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna
dimiliki.
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen atau alat ukur yang dapat
1. Skala konstruk teori dukungan sosial dari Sarafino dan Smith (2011) yang
dukungan persahabatan.
membuat tujuh item yang dikembangkan oleh Kim dan Lee (2011) yang
sosial.
sosial online dari Cohen dan Huberman (1983) yang memiliki 40 item pernyataan.
Skala ISEL dari Cohen dan Huberman (1983) dimodifikasi berdasarkan penelitian
Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016) agar sesuai dengan sampel.
Alasan penulis menggunakan skala konstruk teori dukungan sosial online dari
Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016), karena alat ukur ini sesuai dengan
Line dan sejenisnya, biasanya memiliki interaksi dengan individu lain yang
individu yang menduduki posisi tertinggi dalam pengggunaan media sosial ingin
adanya dukungan sosial yang didapatkan dan hal ini berdampak pada subjective
komunikasi yang baik dengan teman-temannya, maka akan merasa sangat bahagia
(Kim & Lee, 2011) yang berarti individu tersebut memiliki emosi yang positif.
30
ketika individu tersebut merasa puas dengan kondisi hidupnya, sering merasakan
emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif (Diener dan Oishi, 2002).
merupakan individu yang menarik diri dan tidak mampu menyesuaikan diri secara
sosial (McCroskey, Daly dan Sorensen, 1976). Sedangkan individu yang memiliki
tempramen individu. Hal ini didukung oleh Fujita (dalam Eddington dan Shuman,
dibedakan.
31
menambah teman. Hal ini sesuai dengan tipe kepribadian extraverts secara offline,
individu lain, terbuka dan ramah. Sedangkan, individu dengan tipe kepribadian
neuroticism lebih suka menggunakan pembaruan status sebagai salah satu cara
Hans Eysenck (dalam Feist dan Feist, 2009) menyatakan individu dengan
tingkat neuroticism yang rendah akan cenderung lebih gembira dan puas terhadap
hidup. Sedangkan individu dengan neuroticism yang tinggi adalah individu yang
emotionally reactive. Individu yang seperti ini dapat dikatakan memiliki tingkat
kecemasan berkomunikasi yang tinggi jika perasaan cemasnya muncul pada saat
emosi terkait secara konseptual. Wilson dan Gullone dalam Lavee dan Ben-Ari,
emosi negatif (Keltner; Larsen and Ketelaar; Waltson dan Clark, dalam Lavee dan
Ben-Ari, 2004) serta berhubungan negatif dengan pengalaman emosi positif dan
dukungan sosial (Yasmeen et al dalam Wong dan Ma, 2016). Wong dan Ma
(2016) menyatakan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi yang
tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi. Eiswen Tsz Kin Wong dan Will Wai-Kit
Ma (2016) berpendapat bahwa komunikasi via online dapat memberi efek yang
pemaknaan individu tentang hubungan yang dijalin melalui jejaring sosial dalam
dan Seligman (2002) menemukan bahwa individu yang sangat bahagia memiliki
hubungan sosial yang luas dan memuaskan serta menghabiskan sedikit waktu
bahagia memiliki hubungan sosial yang secara signifikan yang lebih buruk.
impuls strength), dan dukungan sosial online (appraisal support, tangible support,
H6 = Ada pengaruh yang signifikan impuls strength pada variabel ekspresi emosi
H10 = Ada pengaruh yang signifikan belonging support pada variabel dukungan
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah sekumpulan individu yang berada di wilayah
usia 18 sampai dengan 25 tahun dan pengguna aktif jejaring sosial Facebook,
Instagram, WhatsApp, Line dan Snapchat. Jumlah populasi dalam penelitian ini
dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditetapkan sebanyak 300 orang. Pada
bulan November penulis menyebar kuesioner online yang diisi oleh 175
responden dan offline disebar sebanyak 200. Sedangkan jumlah kuesioner offline
yang kembali sebanyak 128 kuesioner, dikarenakan terdapat beberapa item yang
tidak terisi sehingga perlu untuk di drop dan tidak diikutsertakan dalam penelitian.
merespon. Penulis menggunakan dua media penggumpulan data yaitu offline dan
online.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
variabel subjective well-being sebagai variabel terikat (dependent variable) dan traits
35
36
sebagai variabel bebas (independent variable) kedua dan dukungan sosial online
Adapun definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
esteem yang rendah, mudah cemas, suasana hati mudah berubah dan
mudah depresi.
4. Dukungan sosial online adalah dukungan yang mengacu pada sumber materi,
yang dimiliki.
tersesat
positif dari individu lain, merasa mendapat perhatian dari individu lain,
merasa lebih baik dari individu sebaya, kepuasan hidup lebih tinggi
kesepian, memiliki keluarga dan teman untuk sering diajak bertemu dan
mengadaptasi model Likert. Setiap item diukur melalui empat kategori jawaban
yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya jumlah respon yang bersifat netral
dan memudahkan responden dalam memilih. Model ini dibagi menjadi dua
kategori item pernyataan yaitu favorable dan unfavorable serta menentukan nilai.
Dalam penelitian ini skala yang digunakan terdiri dari empat alat ukur, yaitu
skala subjective well-being, skala traits kepribadian, skala ekspresi emosi dan
Skala subjective well-being yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari
satisfaction with life scale (SWLS) yang disusun oleh Diener dan koleganya
Sedangkan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) oleh Diener dan
koleganya (2009) untuk mengukur evaluasi afektif terdiri dari 12 item pernyataan.
39
dari Eysenck (dalam Francis, Brown dan Philipchalk, 1992). Alat ukur ini terdiri
penelitian ini penulis hanya melakukan uji validitas pada 18 dari 24 item yang
Questionnaire (BEQ) yang diadaptasi dari Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-
Ari, 2004). Penulis melakukan modifikasi alat ukur BEQ berdasarkan indikator
dari tiga dimensi yang ada. Alasan penulis memodifikasi alat ukur BEQ untuk
menyesuaikan item skala dengan subjek penelitian. Alat ukur ini terdiri dari 10
item pernyataan untuk mengukur tiga dimensi dari Gross dan John (dalam Lavee
dan Ben-Ari, 2004), yaitu ekspresi emosi positif, ekspresi emosi negatif dan
impuls strength
Nomor Item
No Dimensi Indikator Jumlah
Fav Unfav
1 Positive - - Bahagia 5
Expressivity - - Antusias 3 3 item
- - Semangat 2
2 Negative - - Marah 6
Expresivity - - Kesal 7
- - Tidak peduli 10 5 item
- - Sedih 1
- - Muak 9
3 Impuls - - Pengalaman emosi kuat 4
2 item
Strength - - Sulit menahan emosi 8
Jumlah 10 item
dari Cohen dan Huberman (1983) dimodifikasi berdasarkan penelitian Wong dan
Developed (ISEL) dari Cohen dan Huberman (1983) berdasarkan penelitian Wong
dan Ma (2016) untuk menyesuaikan item skala dengan subjek penelitian. Alat
ukur Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL) terdiri dari 40 item
pernyataan.
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-
square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja. Sedangkan, jika nilai Chi–Square signifikan (p<0.05), artinya bahwa item
tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional. Maka
ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa
diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan yang hendak di ukur, dengan
menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan (t<1,96) maka item
tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu
7. Selain itu, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut juga harus di drop. Sebab hal ini tidak
tersebut akan dieliminasi. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa
yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi). Adapun asumsi
dieliminasi atau tidaknya item adalah jika tidak terdapat lebih dari tiga korelsi
atas. Dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan
44
yaitu Subjective well-being. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 984.593, df = 119, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.146 dan CFI= 0.723. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 20 (dua puluh) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
0.966. Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Subjective well-being
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung faktor
skor.
3.4.2.1 Extraversion
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
extraversion. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit,
0.981. Jika dilihat dari nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
46
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item extravesion disajikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat satu item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 15.
Dengan demikian, item 15 di drop dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan
faktor skor.
3.4.2.2 Neuroticism
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
neuroticism. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit,
0.960. Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
47
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item neuroticism disajikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
faktor skor.
3.4.2.3 Psychoticism
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
psychoticism. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor
dan CFI= 0.860. Jika dilihat nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu psychoticism.
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
48
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item psychoticism disajikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat satu item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 3.
Dengan demikian, item 3 di drop dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan
faktor skor.
yaitu Ekspresi Emosi. Pada uji validitas ini, dalam melakukan CFA penulis
menggabung ketiga dimensi ekspresi emosi, dengan alasan kualitas item tidak
baik. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 59.060, df = 26, p-value = 0.0002, RMSEA = 0.043 dan CFI= 0.913.
49
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi emosi
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat enam item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 5 dari
item 4, 8 dari dimensi impuls strength. Dengan demikian, item tersebut di drop
yaitu appraisal support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
RMSEA = 0.164 dan CFI= 0.651. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
chi-square = 61.980, df = 26, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.046 dan CFI= 0.963.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item appraisal support
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 11 dan
item 36. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
yaitu tangible support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
RMSEA = 0.150 dan CFI= 0.499. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
chi-square = 59.686, df = 25, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.046 dan CFI= 0.940.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item tangible support
Dari tabel di atas dapat ditttlihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 9 dan
item 14. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
yaitu self-esteem support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 143.823, df = 35, p-value = 0.0000,
RMSEA = 0.085 dan CFI= 0.664. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 4 (empat) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 69.739, df = 31, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.044 dan CFI= 0.871.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI model ini telah fit dengan data. Oleh karena itu, penulis
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item self-esteem support disajikan pada tabel 3.13.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 4, item 8
dan item 37. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis
yaitu belonging support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 467.852, df = 35, p-value = 0.0000, RMSEA
= 0.186 dan CFI= 0.497. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 56.105, df = 24, p-value = 0.0002, RMSEA = 0.044 dan CFI= 0.963.
54
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item belonging support
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 10, item
15, item 25 dan item 27. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari
item-item yang telah memenuhi kriteria item yang valid. Sehingga didapat faktor
item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam
menghitung faktor skor (true score). True score inilah yang akan dianalisis dalam
analisis berikutnya.
T score, dengan mean=50 dan standar deviasi (SD)=10. Sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif dan setiap variabel memiliki satuan yang
adalah teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini
hubungan antara dependent variable dengan lebih dari satu independent variable.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10+ e
Keterangan:
X1 = Extraversion
X2 = Neuroticism
X3 = Psychoticism
X4 = Positive Expressivity
X5 = Negative Expressivity
X6 = Impuls Strength
X7 = Appraisal support
X8 = Tangible support
X9 = Self-esteem support
X10 = Belonging support
e = Residual dari dependent variable
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
agar dapat menjawab hipotesis dalam Bab II. Untuk mendapat hasil analisis
square) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan dependent variable yang
dependent variable.
Keterangan:
Keterangan:
variable. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi.
Jika nilai t > 1,96 maka IV yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap dependent variable dan sebaliknya. Adapun rumus uji t yang digunakan
adalah:
Keterangan:
bi = koefisien regresi untuk independent variable (i)
Sbi = standar deviasi sampling atau standar error dari
dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan
analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan stepwise
regression.
dengan
penelitian. Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji
yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat dijelaskan dan
signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya
variable sekaligus.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini adalah 302 pengguna aktif media sosial wilayah
jenis kelamin, usia, pekerjaan, tipe pengguna media sosial dan frekuensi
Sporadic 34 3.9%
Lurker 41 4.7%
Tipe Pengguna Socializer 128 14.8%
media sosial Debater 7 0.8%
Advanced 91 10.5%
Tidak mengisi 1 0.1%
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak
60
61
media sosial dengan status mahasiswa lebih banyak daripada pengguana media
sosial dengan status karyawan dan lainnya. Jumlah pengguna media sosial dengan
media sosial dengan status karyawan sebanyak 13 orang (1.5%) dan lainnya
sebanyak 23 orang (2.7%). Berdasarkan tipe pengguna media sosial, jumlah tipe
sporadic sebanyak 34 orang (3.9%), tipe lurker sebanyak 41 orang (4.7%), tipe
debater sebanyak 7 orang (0.8%), tipe advanced sebanyak 91 orang (10.5%) dan
media sosial dalam sehari, responden yang menggunakan media sosial <1 jam
sebanyak 16 orang (1.9%), 1-2 jam sebanyak 114 orang (13.2%), >6 jam 167
orang (19.3%) dan sisanya yang tidak mengisi sebanyak 5 orang (0.6%).
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni
(true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada
setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan
mentrasformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-score menjadi positif
diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor mean,
62
standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel penelitian.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor subjective well-being, extraversion,
pada skala yang sama dengan mean 50 dan standar deviasi 10.
Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah subjective well-being
adalah 7.81 dan skor tertinggi adalah 70.83. Pada variabel extraversion skor
terendah yaitu 35,69 dan skor tertinggi 60,74. Pada variabel neuroticism, skor
terendah yaitu 31,64 dan skor tertinggi 60,07. Pada variabel psikotisme skor
terendah yaitu 46,84 dan skor tertinggi 93,08. Pada variabel positive expressivity
skor terendah yaitu 17,49 dan skor tertinggi 74,11. Pada variabel negative
expressivity skor terendah yaitu 25,12 dan skor tertinggi 78,06. Pada variabel
appraisal support skor terendah yaitu 21,28 dan skor tertinggi 70,52. Pada
variabel tangible support skor terendah yaitu 22,95 dan skor tertinggi 75,27. Pada
63
variabel self-esteem support skor terendah yaitu 23,07 dan skor tertinggi 71,63.
Pada variabel belonging support skor terendah yaitu 24,56 dan skor tertinggi
69,23.
Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang perlu
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Dalam hal ini
Kategori Rumus
Rendah X < Mean - 1SD
Tinggi X > Mean + 1SD
rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada tabel
di bawah ini:
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengguna media sosial yang memiliki
subjective well-being yang berkategori rendah sebanyak 156 orang (51.7%) dan
pengguna media sosial yang memiliki subjective well-being tinggi sebanyak 146
orang (48.3%).
memiliki extraversion yang berkategori rendah sebanyak 156 orang (51.7%) dan
pengguna media sosial yang memiliki subjective well-being tinggi sebanyak 146
orang (48.3%).
memiliki neuroticism dengan kategori rendah sebanyak 125 orang (41.4%) dan
pengguna media sosial yang memiliki neuroticism yang tinggi sebanyak 177
orang (58.6%).
memiliki psychoticism dengan kategori rendah sebanyak 261 orang (86.4%) dan
orang (13.6%).
yang memiliki positive ekspresivity dengan kategori rendah sebanyak 143 orang
(47.4%) dan pengguna media sosia yang memiliki positive ekspresivity yang
yang memiliki negative ekspresivity dengan kategori rendah sebanyak 142 orang
65
(47.0%) dan pengguna media sosial yang memiliki negative ekspresivity yang
yang memiliki appraisal support dengan kategori rendah sebanyak 127 orang
(42.1%) dan pengguna media sosial yang memiliki appraisal support yang tinggi
yang memiliki tangible support dengan kategori rendah sebanyak 142 orang
(47.0%) dan pengguna media sosial yang memiliki tangible support tinggi
yang memiliki self-esteem support dengan kategori rendah sebanyak 158 orang
(52.3%) dan pengguna media sosial yang memiliki self-esteem support yang
sosial yang memiliki belonging support dengan kategori rendah sebanyak 132
orang (43.7%) dan pengguna media sosial yang memiliki belonging support yang
menggunakan multiple regression. Data yang dianalisis yaitu true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis
66
22.0. Dalam analisis regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-
square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang
pertama penulis melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)
Berdasarkan data tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar
0.279 atau 27.9%. Artinya proporsi varians dari subjective well-being yang
adalah sebesar 27.9%. Sedangkan 72.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
variabel terhadap subjective well-being. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.6.
pengaruh traits kepribadian, ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap
subjective well-being signifikan yaitu 0.000 (p < 0.05). Hal ini menolak hipotesis
nihil (mayor) yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi
yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig., (kolom keenam). Jika Sig., <
68
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
T Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 32,761 8,317 3,939 ,000
Extraversion ,143 ,059 ,127 2,416 ,016*
Neuroticism -,246 ,061 -,223 -4,067 ,000*
Psikotisme ,009 ,069 ,007 ,134 ,893
Positive ,180 ,050 ,192 3,600 ,000*
Negative -,124 ,050 -,133 -2,495 ,013*
Appraisal Support -,026 ,079 -,025 -,331 ,741
Belonging Support ,272 ,082 ,249 3,325 ,001*
Self Esteem Support ,278 ,065 ,235 4,301 ,000*
Tangible Support -,141 ,074 -,126 -1,897 ,059
a. Dependent Variable: Subjective Well-Being
signifikansi 0.016 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
well-being. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya semakin tinggi nilai
sosial.
signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
well-being. Tanda panah koefisien adalah negatif, artinya semakin tinggi nilai
sosial.
subjective well-being.
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
dengan signifikansi 0.013 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
semakin tinggi nilai negative expresivity maka semakin rendah subjective well-
dengan signifikansi 0.741 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, appraisal
dengan signifikansi 0.001 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
dengan signifikansi 0.059 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, tangible
dimasukkan satu per satu kedalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat
atau tidak.
tabel 4.8 kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu
per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari
tiap independent variable yang dimasukkan secara satu per satu tersebut. Kolom
ketiga merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent
variable yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom keempat adalah nilai F
bebas bagi independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari numerator
dan denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan
dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F
72
tabel, maka kolom selanjutnya yaitu kolom signifikansi akan dituliskan dan
sebaliknya.
persamaan. Besarnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:
Change Statistics
R
Model R
Square
Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F
Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 ,246a ,060 ,057 9,07014 ,060 19,286 1 300 ,000*
2 ,369b ,136 ,131 8,70994 ,076 26,326 1 299 ,000*
3 ,374c ,140 ,131 8,70825 ,003 1,116 1 298 ,292
4 ,422d ,178 ,167 8,52793 ,038 13,736 1 297 ,000*
5 ,452e ,204 ,190 8,40487 ,026 9,760 1 296 ,002*
6 ,455f ,207 ,191 8,40306 ,003 1,127 1 295 ,289
7 ,471g ,222 ,203 8,33885 ,015 5,561 1 294 ,019*
8 ,520h ,270 ,251 8,08708 ,049 19,591 1 293 ,000*
9 ,529i ,279 ,257 8,05144 ,009 3,599 1 292 ,059
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig < 0.05)
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig < 0.05)
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.292 (sig > 0.05)
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig <
being.
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.004 (sig <
being.
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.267 (sig >
being.
74
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.019 (sig <
being.
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig <
being.
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar, 0.056 (sig > 0.05)
being.
terbesar diberikan oleh variabel neuroticism 7.6%, extraversion 6%, self esteem-
support 4,9%, positive expresivity 3.8%, negative expresivity 2.6% dan belonging
support 1.5%.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan didapatkan hasil yang kemudian dianalisis oleh
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari traits kepribadian,
koefisien regresi terhadap dependent variable, pada penelitian ini terdapat enam
support.
75
76
5.2 Diskusi
kepribadian, ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap subjective well-
being pengguna media sosial yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa ada
ekstraversion memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz (dalam
Diener, 2009) dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut Diener
dan Lucas dalam (Diener, Lucas, dan Oishi, 2002) extraversion merupakan traits
memiliki tanda negatif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai neuroticism
maka semakin rendah subjective well-being pengguna media sosial. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz (dalam Diener, 2009)
77
dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut Diener dan Lucas
dalam (Diener, Lucas dan Oishi, 2002) neuroticism merupakan salah satu traits
Hal ini didukung oleh Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005) yang
neurotisme dan afek tidak menyenangkan tidak bisa dibedakan. Magnus dan
psychoticism memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai
sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz
(dalam Diener, 2009) dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut
Diener dan Lucas dalam (Diener, Lucas, dan Oishi, 2002) traits kepribadian yang
dan extraversion.
positive expressivity memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lin, Tov dan Liu
(2014) dan penelitian Qiu, Lin, Leung dan Tov (2012). Namun tidak sejalan
78
dengan penelitian Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015). Perbedaan hasil penelitian
ini dengan Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) dikarenakan faktor skala alat
ukur, skala respon, jumlah sampel yang berbeda, jumlah platform dan adanya
tinggi ekspresi emosi negatif yang diperoleh maka semakin rendah subjective
well-being pengguna media sosial. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Lin, Tov dan Liu (2014). Penelitian ini sejalan dengan Liu, Tov,
Konsinski, dan Qiu (2015) yang menunjukkan bahwa tipe negative expressivity
berhubungan dengan kepuasan hidup dengan arah hubungan negatif dan efektif
ini sejalan dengan penelitian Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) dan Qiu, Lin,
Leung dan Tov (2012). Variabel ini tidak sejalan karena terjadi kesalahan saat
memodifikasi alat ukur. Kesalahan terjadi ketika penulis melakukan uji validitas,
dengan alasan kualitas item tidak baik. Dari hasil uji validitas, semua item
variabel impulse strength harus di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
sosial. Variabel appraisal support memiliki tanda pada koefisien adalah negatif,
artinya semakin tinggi nilai appraisal support maka semakin rendah subjective
well-being pada pengguna media sosial. Penelitian ini sejalan dengan Kim (2014).
Menurut Kim (2014) dukungan sosial melalui Facebook tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepuasan hidup. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016) yang menunjukkan adanya
prosedur penelitian, jumlah sampel, kriteria sampel dan p-value (p < 0.001) pada
penelitian yang dilakukan oleh Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma
(2016).
Variabel tangible support memiliki tanda koefisien negatif, artinya semakin tinggi
nilai tangible support maka semakin rendah subjective well-being pada pengguna
media sosial. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
well-being walaupun efeknya kecil. Perbedaan hasil ini dengan Wong dan
kriteria sampel dan p-value (p < 0.001) pada penelitian yang dilakukan.
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
variabel yang tidak terukur saat uji validitas, yaitu variabel impuls strength
sehingga dimensi tersebut harus di drop dan tidak memiliki pengaruh secara
signifikan. Selain itu, sampel dan demografi dalam penelitian ini tidak dapat
dikonfirmasi terutama yang disebar secara online. Penelitian ini juga memiliki
seharusnya lebih sedikit dibandingkan umum, namun jika dilihat dari sampel
5.3 Saran
terkait dengan penelitian serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
subjective well-being.
2. Skala ukur ekspresi emosi dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator
dari dimensi ekspresi emosi, namun saat melakukan uji validitas terlihat
skala ukur lain yang lebih baik untuk mengukur ekspresi emosi, agar hasil yang
sosial dengan tanda panah pada koefisien adalah negatif. Oleh karena itu,
konseling ataupun terapi untuk mengurangi emosi negatif yang dimiliki secara
menyatakan segala hal yang dirasakan melalui jaringan sosial agar dapat
individu tersebut. Sehingga para pengguna media sosial disarankan lebih sering
media sosial, yaitu variabel self-esteem support dan belonging support yang
sosial dengan tanda panah pada koefisien adalah positif. Oleh karena itu, perlu
keadaan diri yang individu miliki agar tetap merasa keadaan dirinya lebih
DAFTAR PUSTAKA
Appel, H., Crusius, J., & Gerlach, A. L. (2015). Social comparison, envy, and
depression on Facebook: A study looking at the effects of high
comparison standards on depressed individuals. Journal of Social and
Clinical Psychology, 34(4), 277-289
Aswin, Indah Megawati. (2017). Hubungan penggunaan pasif dan iri dengan
kepuasan hidup pengguna situs jejaring sosial. Skripsi: Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Burke, M., Marlow, C., & Lento, T. (2010). Social network activity and social
well-being. Proceedings of the SIGCHI Conference on Human
Factors in Computing Systems, 1909–1912. ACM
Cohen, S & McKay, G. (1984). Social support, stress and the buffering
hypothesis: A theoreical analysis. Dalam S. E. Taylor & J. E. Singer
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 253-267). Hillsdale
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Measuring
the functional components of social support. (I. G. Sarason, & B. R.
Sarason, Penyunt.) Social Support: Theory, Research and
Applications, 73-94
Chou, H.-T. G., & Edge, N. (2012). “They are happier and having better lives than
I am”: The impact of using facebook on perceptions of others’ lives.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(2), 117–121
84
Diener, E., & Scollon, C. (2003). Subjective well-being is desirable, but not the
summun bonum. Paper to be delivered at the university of minnesota
interdisciplinary workshop on well-being, 1-20
Diener, E., & Seligman, E. P. (2002). Very happy people. Psychological science,
13(1), 81-84
Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being: The science of
happiness and life satisfaction. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 63-73). Oxford
University Press
Diener, E., Suh, M. E., Lucas, R. E., Smith, H. L. (1999). Subjective well-being:
Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276 – 302
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New measures of well-being: Flourishing and
Positive and Negative Feelings. Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing
Well-Being: The Collected Works of Ed Diener (Social Indicators
Research Series 39 ed., 247-266). Springer
Duggan, M., Ellison, N. B., Lampe, C., Lenhart, A., & Maden, M. (2015). Social
Media Update 2014. Diakses pada 06 April 2018 dari
http://www.pewinternet.org/2015/01/09/social-media-update-2014/
Facebook Newsroom. (2017). Diakses pada 06 April 2018 dari Company Info:
https://newsroom.fb.com/company-info/
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7 edition ed.). New York
Frison, E., & Eggermont,. (2016). Exploring the relationships between different
types of Facebook use, perceivec online social support and
adolescents' depressed mood. Social Science Computer Review, 34(2),
153-171
Gerson, J., Plagnol, A. C., & Corr, P. J. (2016). Subjective well-being and social
media: do personality traits moderate the impact of social comparison
on facebook? Computers in Human Behavior, 63, 813-822
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (3rd ed.). (A.
Supratiknya, Penyunt., & Yustinus, Penerj.) Yogyakarta: Kanisius
Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-being.
International Journal of Communication, 2201-2221
Kim, J. Y., Chung, N., & Ahn, K. M. (2014). Why people use social networking
services in Korea: The mediating role of self-disclosure on subjective
well-being. Information Development, 30, 276-287
Kim, J., & Lee, J.-E. R. (2011). The facebook paths to happiness: effect of the
number of facebook friends and self-presentation on subjective well-
86
Krasnova, H., Wenninger, H., Widjaja, T., & Buxmann, P. (2013). Envy on
facebook: A hidden threat to users’ life satisfaction?. Proceedings of
Wirtschafts informatik, 92, 1–16
Lin, H., Tov, W., & Liu, Q. (2014). Emotional disclosure on social networking
size: The role of network structure and psychological needs.
Computers in Human Behavior, 342-350
Liu, P., Tov, W., Konsinski, M., & Qiu, D. J. (2015). Do facebook status updates
reflect subjective well-being?. Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking
Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2003). Introduction to Personality (7th
ed.). New York: John Wiley & Sons, INC
Muise, A., Christofides, E., & Desmarais, S. (2009). More information than you
ever wanted: Does Facebook bring out the green-eyed monster of
jealousy?. Cyber Psychology and Behavior, 12(4), 441–444.
Myers, D.G., dan Diener, E. (1995). Who is happy. Psychological Science, 6 (1),
10-19
87
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., BS, Lin, L. Y., et al.
(2017). Social media use and perceived social isolation amoung young
adults in the U.S. Behalf of American Journal of Preventive Medicine
Qiu, L., Lin, H., Leung, A. K., & Tov, W. (2012). Putting their best foot forward:
emotional disclosure on facebook. Cyberpsychology, Behavior and
Social Networking, 15(10), 569-572
Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2013). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicator, 117(2), 561–576. Doi:10.1007/s11205-013-
0361-4
Tromholt, M., Lundby, M., Andsbjerg, K., & Wiking, M. (Eds.). (2015). The
Facebook experiment does social media affect the quality of our lives.
Diakses pada 02 Juli 2018 dari http://www.univcongress.info/en/the-
facebook-experimentdoes-social-media-affect-the-quality-of-our-lives
19461/
Uchida, Y., Kitayama, S., Mesquita, B., Reyes, J. S. S., & Morling, B. (2008). Is
perceived emotional support benefical? well-being and health in
independent and interdependent cultures. Personality and social
psychology bulletin, 34 (741). Doi: 10.1177/014616728315157
Utz, S., & Beukeboom, C. J. (2011). The role of social network sites in romantic
relationships: Effects on jealousy and relationship happiness. Journal
of Computer-Mediated Communication, 16(4), 511–527
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. CyberPsychology & Behavior, 584-590
88
Wang, J., Zhang, L., J., D., Su, & Q., Z. (2012). The relationship among the big
five personality factors, self esteem, narcissism, and sensation-seeking
to chinese university students uses of social networking sites (SNSs).
Computers in Human Behavior, 28, 2313-1319. Doi:
org/10.1016/j.chb.2012.07.001
Wong, E. T., & Ma, W. W.-K. (2016). Exploring relationship between online
social support and individual online subjective well-being among
young adults. ICA Annual coference (International Communication
Association)
Yasmeen, B., Khan, M. Z., Jamshaid, N., Salman, M., & Abbas, S. (2015). Heart
and kidney patients: Correlational patterns of social support with
coping strategies and subjective well-being. The Profesional Medical
Journal, 22, 235-243
DAFTAR PUSTAKA
Appel, H., Crusius, J., & Gerlach, A. L. (2015). Social comparison, envy, and
depression on Facebook: A study looking at the effects of high
comparison standards on depressed individuals. Journal of Social and
Clinical Psychology, 34(4), 277-289
Aswin, Indah Megawati. (2017). Hubungan penggunaan pasif dan iri dengan
kepuasan hidup pengguna situs jejaring sosial. Skripsi: Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Burke, M., Marlow, C., & Lento, T. (2010). Social network activity and social
well-being. Proceedings of the SIGCHI Conference on Human
Factors in Computing Systems, 1909–1912. ACM
Cohen, S & McKay, G. (1984). Social support, stress and the buffering
hypothesis: A theoreical analysis. Dalam S. E. Taylor & J. E. Singer
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 253-267). Hillsdale
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Measuring
the functional components of social support. (I. G. Sarason, & B. R.
Sarason, Penyunt.) Social Support: Theory, Research and
Applications, 73-94
Chou, H.-T. G., & Edge, N. (2012). “They are happier and having better lives than
I am”: The impact of using facebook on perceptions of others’ lives.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(2), 117–121
83
84
Diener, E., & Scollon, C. (2003). Subjective well-being is desirable, but not the
summun bonum. Paper to be delivered at the university of minnesota
interdisciplinary workshop on well-being, 1-20
Diener, E., & Seligman, E. P. (2002). Very happy people. Psychological science,
13(1), 81-84
Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being: The science of
happiness and life satisfaction. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 63-73). Oxford
University Press
Diener, E., Suh, M. E., Lucas, R. E., Smith, H. L. (1999). Subjective well-being:
Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276 – 302
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New measures of well-being: Flourishing and
Positive and Negative Feelings. Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing
Well-Being: The Collected Works of Ed Diener (Social Indicators
Research Series 39 ed., 247-266). Springer
Duggan, M., Ellison, N. B., Lampe, C., Lenhart, A., & Maden, M. (2015). Social
Media Update 2014. Diakses pada 06 April 2018 dari
http://www.pewinternet.org/2015/01/09/social-media-update-2014/
Facebook Newsroom. (2017). Diakses pada 06 April 2018 dari Company Info:
https://newsroom.fb.com/company-info/
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7 edition ed.). New York
Frison, E., & Eggermont,. (2016). Exploring the relationships between different
types of Facebook use, perceivec online social support and
adolescents' depressed mood. Social Science Computer Review, 34(2),
153-171
Gerson, J., Plagnol, A. C., & Corr, P. J. (2016). Subjective well-being and social
media: do personality traits moderate the impact of social comparison
on facebook? Computers in Human Behavior, 63, 813-822
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (3rd ed.). (A.
Supratiknya, Penyunt., & Yustinus, Penerj.) Yogyakarta: Kanisius
Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-being.
International Journal of Communication, 2201-2221
Kim, J. Y., Chung, N., & Ahn, K. M. (2014). Why people use social networking
services in Korea: The mediating role of self-disclosure on subjective
well-being. Information Development, 30, 276-287
Kim, J., & Lee, J.-E. R. (2011). The facebook paths to happiness: effect of the
number of facebook friends and self-presentation on subjective well-
86
Krasnova, H., Wenninger, H., Widjaja, T., & Buxmann, P. (2013). Envy on
facebook: A hidden threat to users’ life satisfaction?. Proceedings of
Wirtschafts informatik, 92, 1–16
Lin, H., Tov, W., & Liu, Q. (2014). Emotional disclosure on social networking
size: The role of network structure and psychological needs.
Computers in Human Behavior, 342-350
Liu, P., Tov, W., Konsinski, M., & Qiu, D. J. (2015). Do facebook status updates
reflect subjective well-being?. Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking
Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2003). Introduction to Personality (7th
ed.). New York: John Wiley & Sons, INC
Muise, A., Christofides, E., & Desmarais, S. (2009). More information than you
ever wanted: Does Facebook bring out the green-eyed monster of
jealousy?. Cyber Psychology and Behavior, 12(4), 441–444.
Myers, D.G., dan Diener, E. (1995). Who is happy. Psychological Science, 6 (1),
10-19
87
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., BS, Lin, L. Y., et al.
(2017). Social media use and perceived social isolation amoung young
adults in the U.S. Behalf of American Journal of Preventive Medicine
Qiu, L., Lin, H., Leung, A. K., & Tov, W. (2012). Putting their best foot forward:
emotional disclosure on facebook. Cyberpsychology, Behavior and
Social Networking, 15(10), 569-572
Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2013). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicator, 117(2), 561–576. Doi:10.1007/s11205-013-
0361-4
Tromholt, M., Lundby, M., Andsbjerg, K., & Wiking, M. (Eds.). (2015). The
Facebook experiment does social media affect the quality of our lives.
Diakses pada 02 Juli 2018 dari http://www.univcongress.info/en/the-
facebook-experimentdoes-social-media-affect-the-quality-of-our-lives
19461/
Uchida, Y., Kitayama, S., Mesquita, B., Reyes, J. S. S., & Morling, B. (2008). Is
perceived emotional support benefical? well-being and health in
independent and interdependent cultures. Personality and social
psychology bulletin, 34 (741). Doi: 10.1177/014616728315157
Utz, S., & Beukeboom, C. J. (2011). The role of social network sites in romantic
relationships: Effects on jealousy and relationship happiness. Journal
of Computer-Mediated Communication, 16(4), 511–527
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. CyberPsychology & Behavior, 584-590
88
Wang, J., Zhang, L., J., D., Su, & Q., Z. (2012). The relationship among the big
five personality factors, self esteem, narcissism, and sensation-seeking
to chinese university students uses of social networking sites (SNSs).
Computers in Human Behavior, 28, 2313-1319. Doi:
org/10.1016/j.chb.2012.07.001
Wong, E. T., & Ma, W. W.-K. (2016). Exploring relationship between online
social support and individual online subjective well-being among
young adults. ICA Annual coference (International Communication
Association)
Yasmeen, B., Khan, M. Z., Jamshaid, N., Salman, M., & Abbas, S. (2015). Heart
and kidney patients: Correlational patterns of social support with
coping strategies and subjective well-being. The Profesional Medical
Journal, 22, 235-243
LAMPIRAN 1
89
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Saya mengharapkan
bantuan Anda untuk mengisi kuesioner ini.
Dalam menjawab kuesioner ini tidak ada jawaban salah atau benar. Anda
bebas dalam menentukan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
Setiap jawaban yang Anda berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi
kuesioner ini mohon diteliti kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan
yang tidak terjawab atau terlewati.
Atas kesediaan dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Raiza Gumala
90
91
Inform Consent
Data Responden
Nama/ Inisial :
Domisili :
Usia :
Jenis Kelamin :
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Pekerjaan saat ini :
1. Pelajar
2. Mahasiswa
3. Karyawan
4. Lainnya (Sebutkan)_______________________
Saya menyatakan bersedia untuk mengisi kuesioner ini dan akan mengisi sesuai
dengan keadaan diri saya.
Hormat saya,
Nama/ Inisial
92
Skala 1
1. Media sosial merupakan bagian dari aktivitas harian saya.
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
2. Apa kegunaan media sosial bagi Anda?
Saya menggunakan media sosial secara kebetulan dan tidak menentu
(kadang-kadang)
Saya menggunakan media sosial secara konstan (terus-menerus), tetapi
hanya untuk mengamati saja tanpa berkontribusi
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk bersosialisasi dengan
orang lain
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk diskusi serius tentang
masalah publik
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk bersosialisasi dan
diskusi masalah publik
3. Berapa banyak media sosial yang Anda miliki?
1 – 2
3 – 4
5 – 6
Lebih dari 7
4. Media sosial apa saja yang Anda gunakan?
*centang semua yang sesuai
Facebook
Instagram
WhatsApp
Line
Snapchat
Lainnya (sebutkan)______________________________
5. Media sosial apa yang paling sering Anda gunakan?
*centang semua yang sesuai
Facebook
Instagram
WhatsApp
Line
Snapchat
Lainnya (sebutkan)_____________________________
6. Kira-kira berapa total teman di media sosial yang Anda miliki?
Kurang dari 200
93
200-600
601-1000
Lebih dari 1000
7. Dalam seminggu terakhir, rata-rata, seberapa banyak per hari Anda
menggunakan media sosial secara aktif?
Kurang dari 1 jam
1-2 jam
Lebih dari 6 jam
8. Seberapa senang Anda menggunakan media sosial?
*tandai salah satu yang sesuai
(sangat senang) 7 6 5 4 3 2 1 (Sangat tidak
senang)
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak
terjawab atau terlewati.
Skala 2
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Sebagian besar hidup saya hampir mendekati tipe ideal
saya.
2. Kondisi penggunaan media sosial saya sangat baik.
3. Saya puas dengan penggunaan media sosial saya.
4. Sejauh ini saya mendapatkan hal-hal penting yang saya
inginkan dalam penggunaan media sosial.
5. Jika saya bisa mengulang hidup saya, saya tidak akan
mengubah apapun.
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Skala 3
Dalam empat minggu terakhir ini saya mengalami perasaan...
Tidak
No. Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
1. Positif
2. Negatif
3. Baik
4. Buruk
94
5. Menyenangkan
6. Tidak menyenangkan
7. Bahagia
8. Sedih
9. Takut
10. Gembira
11. Marah
12. Puas
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Skala 4
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah suasana hati Anda sering naik turun?
2. Apakah Anda orang yang banyak bicara?
3. Apakah hutang Anda membuat Anda khawatir?
4. Apakah Anda lebih bersemangat?
5. Apakah Anda pernah bersikap egois dengan mementingkan diri Anda
sendiri dibandingkan berbagi apapun?
6. Maukah Anda minum obat yang mungkin memiliki efek aneh atau
berbahaya?
7. Pernahkah Anda menyalahkan seseorang karena melakukan sesuatu
yang Anda tahu benar-benar kesalahan Anda?
8. Apakah Anda lebih memilih untuk betindak sesuai keinginan Anda
dibandingkan berdasarkan peraturan?
9. Apakah Anda sering merasa 'muak'?
10. Pernahkah Anda mengambil sesuatu (bahkan pin atau kancing) milik
orang lain?
11. Apakah Anda menyebut diri Anda orang yang gugup?
12. Apakah Anda berfikir bahwa pernikahan adalah hal yang kuno?
13. Bisakah Anda dengan mudah memeriahkan pesta yang agak
membosankan?
14. Apakah Anda seseorang yang mudah khawatir?
15. Apakah Anda sering menjadi bagian dari acara sosial?
16. Apakah Anda khawatir jika Anda tahu ada kesalahan dalam
pekerjaan Anda?
17. Pernahkah Anda curang dalam bermain game?
18. Apakah Anda sering merasa 'gelisah'?
19. Apakah Anda pernah memanfaatkan seseorang?
20. Apakah Anda kebanyakan diam saat berada bersama orang lain?
21. Apakah Anda sering merasa kesepian?
22. Apakah lebih baik mengikuti peraturan masyarakat daripada
mengikuti aturan sendiri?
23. Apakah orang lain menganggap Anda sangat bersemangat?
24. Apakah Anda selalu mempraktikkan apa yang Anda nasihatkan?
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
95
Skala 5
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Kadang saya menangis saat melihat postingan menyedihkan
di media sosial.
2. Saya tertawa terbahak-bahak setiap melihat postingan meme
di media sosial.
3. Saya menunjukkan perasaan saya ketika saya bahagia
dengan mempostingnya di media sosial.
4. Saya menghindari meposting apapun yang saya rasakan ke
dalam media sosial.
5. Saya menghindari memposting hal-hal negatif yang terjadi
pada saya saat update di media sosial.
6. Saya tidak masalah untuk memposting hal-hal buruk yang
menimpa saya di media sosial.
7. Saya menggerutu saat melihat postingan yang
menyenangkan dari orang lain.
8. Jika saya tersindir dengan postingan negatif teman saya,
saya menceritakannya ke teman dekat saya.
9. Saya menghapus komentar negatif yang diberikan pada
postingan saya.
10. Saya tidak peduli bila ada yang memberi komentar negatif
pada postingan saya.
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Skala 6
Pasti Mungkin Mungkin Pasti
No. Pernyataan
salah salah benar benar
1. Ada beberapa orang di media sosial
yang saya percaya untuk
membantu memecahkan masalah
saya.
2. Jika saya memerlukan bantuan
untuk memperbaiki alat atau
memperbaiki kendaraan saya, ada
seseorang di media sosial yang
akan menolong saya.
3. Sebagian besar teman saya di
media sosial lebih menarik dari
96
saya.
4. Ada seseorang di media sosial yang
bangga dengan prestasi saya.
5. Saat saya merasa kesepian, ada
beberapa orang di media sosial
yang bisa saya ajak bicara.
6. Tidak ada teman saya di media
sosial yang merasa nyaman
membicarakan masalah pribadi
yang intim.
7. Saya sering bertemu atau berbicara
dengan keluarga atau teman di
media sosial.
8. Kebanyakan orang yang saya tahu
di media sosial sangat memikirkan
saya.
9. Jika saya perlu ke bandara pagi-
pagi sekali, saya sulit mencari
seseorang di media sosial untuk
mengantar saya.
10. Saya merasa seperti saya tidak
diikutsertakan oleh teman saya di
media sosial.
11. Tidak ada orang di media sosial
yang bisa memberi saya pandangan
objektif tentang bagaimana saya
menangani masalah saya.
12. Ada beberapa orang di media sosial
yang saya suka menghabiskan
waktu dengan mereka meski
berbeda karakter dengan saya.
13. Saya berpikir bahwa teman-teman
saya di media sosial merasa bahwa
saya tidak pandai membantu
mereka memecahkan masalah
mereka.
14. Jika saya sakit dan membutuhkan
seseorang (teman, anggota
keluarga, atau kenalan) untuk
membawa saya kepada dokter, saya
akan kesulitan menemukan
seseorang di media sosial.
15. Jika saya ingin melakukan
perjalanan sehari (misalnya ke
pegunungan, pantai, atau luar
negeri), saya akan kesulitan
menemukan seseorang di media
sosial untuk pergi dengan saya.
16. Jika saya membutuhkan tempat
tinggal selama seminggu karena
97
sosial.
28. Sebagian besar teman saya di
media sosial lebih berhasil
membuat perubahan dalam
kehidupan mereka daripada saya.
29. Jika saya harus pergi ke luar kota
selama beberapa minggu, akan sulit
untuk menemukan seseorang di
media sosial yang akan merawat
rumah atau apartemen saya
(tanaman, hewan peliharaan,
kebun, dll).
30. Tidak ada seseorang di media
sosail yang bisa saya percaya untuk
memberi saya nasihat keuangan
yang baik.
31. Jika saya ingin makan siang
dengan seseorang, saya dapat
dengan mudah menemukan
seseorang di media sosial untuk
bergabung dengan saya.
32. Saya lebih puas dengan hidup saya
daripada dengan kebanyakan
orang.
33. Jika saya terdampar 10 mil dari
rumah, ada seseorang di media
social yang bisa saya hubungi yang
akan datang dan menjemput saya.
34. Tidak ada seorangpun di media
sosial yang akan merayakan pesta
ulang tahun untuk saya.
35. Saya sulit menemukan seseorang di
media sosial yang akan
meminjamkan mobil mereka
selama beberapa jam.
36. Jika krisis keluarga muncul, akan
sulit untuk menemukan seseorang
di media sosial yang bisa memberi
saya saran tentang cara
menanganinya.
37. Saya lebih dekat dengan teman-
teman saya di media sosial
daripada kebanyakan orang lain.
38. Setidaknya ada satu orang di media
sosial yang saya tahu dapat
memberi saran yang benar-benar
saya percaya.
39. Jika saya membutuhkan bantuan
untuk pindah ke rumah atau
apartemen baru, saya akan
99
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Terima Kasih
LAMPIRAN 3
1. SUBJECTIVE WELL-BEING
100
101
2. TRAITS KEPRIBADIAN
SYNTAX EXTRAVERSION
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE EXT1-EXT6;
CATEGORICAL ARE EXT1-EXT6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: EXT BY EXT1* EXT2-EXT6*;
EXT@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
SYNTAX NEUROTICISM
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE NEU1-NEU6;
CATEGORICAL ARE NEU1-NEU6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: NEU BY NEU1* NEU2-NEU6*;
NEU@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
SYNTAX PSYCHOTICISM
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE PSI1-PSI6;
CATEGORICAL ARE PSI1-PSI6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: PSI BY PSI1* PSI2-PSI6*;
PSI@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
103
3. EKSPRESI EMOSI
Descriptives
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Regresi
a
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Tangible,
Negative,
Psikotisme,
SelfEsteem,
Positive, . Enter
Extraversion,
Neuroticism,
Appraisal,
b
Belonging
Model Summary
Change Statistics
R
R Adjusted R Std. Error of Square F Sig. F
Model R Square Square the Estimate Change Change df1 df2 Change
a
1 ,529 ,279 ,257 8,05144 ,279 12,577 9 292 ,000
108
109
a
ANOVA
b
1 Regression 7337,678 9 815,298 12,577 ,000
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model Summary
Change Statistics
a
1 ,246 ,060 ,057 9,07014 ,060 19,286 1 300 ,000
110
b
2 ,369 ,136 ,131 8,70994 ,076 26,326 1 299 ,000
c
3 ,374 ,140 ,131 8,70825 ,003 1,116 1 298 ,292
d
4 ,422 ,178 ,167 8,52793 ,038 13,736 1 297 ,000
e
5 ,452 ,204 ,190 8,40487 ,026 9,760 1 296 ,002
f
6 ,455 ,207 ,191 8,40306 ,003 1,127 1 295 ,289
g
7 ,471 ,222 ,203 8,33885 ,015 5,561 1 294 ,019
h
8 ,520 ,270 ,251 8,08708 ,049 19,591 1 293 ,000
i
9 ,529 ,279 ,257 8,05144 ,009 3,599 1 292 ,059
a
ANOVA
b
1 Regression 1586,578 1 1586,578 19,286 ,000
c
2 Regression 3583,738 2 1791,869 23,620 ,000
d
3 Regression 3668,361 3 1222,787 16,125 ,000
e
4 Regression 4667,306 4 1166,826 16,044 ,000
f
5 Regression 5356,800 5 1071,360 15,166 ,000
g
6 Regression 5436,411 6 906,068 12,832 ,000
h
7 Regression 5823,078 7 831,868 11,963 ,000
i
8 Regression 7104,356 8 888,044 13,578 ,000
j
9 Regression 7337,678 9 815,298 12,577 ,000
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a
Excluded Variables
Collinearity
Statistics
Partial
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance
b
1 Neuroticism -,280 -5,131 ,000 -,284 ,968
b
Psikotisme -,033 -,581 ,562 -,034 ,990
b
Positive ,145 2,615 ,009 ,150 ,998
b
Negative -,154 -2,764 ,006 -,158 ,986
b
Appraisal ,098 1,734 ,084 ,100 ,971
b
Belonging ,180 3,239 ,001 ,184 ,979
b
Self Esteem ,313 5,770 ,000 ,317 ,960
b
Tangible ,014 ,244 ,807 ,014 ,965
c
2 Psikotisme -,057 -1,056 ,292 -,061 ,983
c
Positive ,196 3,676 ,000 ,208 ,971
114
c
Negative -,115 -2,105 ,036 -,121 ,963
c
Appraisal ,091 1,669 ,096 ,096 ,970
c
Belonging ,159 2,956 ,003 ,169 ,972
c
Self Esteem ,257 4,666 ,000 ,261 ,893
c
Tangible -,014 -,251 ,802 -,015 ,955
d
3 Positive ,198 3,706 ,000 ,210 ,970
d
Negative -,109 -1,993 ,047 -,115 ,950
d
Appraisal ,093 1,713 ,088 ,099 ,969
d
Belonging ,158 2,936 ,004 ,168 ,972
d
Self Esteem ,254 4,535 ,000 ,254 ,862
d
Tangible -,011 -,201 ,840 -,012 ,953
e
4 Negative -,172 -3,124 ,002 -,179 ,887
e
Appraisal ,066 1,221 ,223 ,071 ,948
e
Belonging ,137 2,573 ,011 ,148 ,959
e
Self Esteem ,235 4,250 ,000 ,240 ,853
e
Tangible -,024 -,449 ,654 -,026 ,949
f
5 Appraisal ,057 1,062 ,289 ,062 ,945
f
Belonging ,128 2,435 ,015 ,140 ,956
f
Self Esteem ,219 3,982 ,000 ,226 ,844
f
Tangible -,022 -,416 ,678 -,024 ,949
g
6 Belonging ,173 2,358 ,019 ,136 ,489
g
Self Esteem ,227 4,104 ,000 ,233 ,837
g
Tangible -,084 -1,282 ,201 -,075 ,624
h
7 Self Esteem ,243 4,426 ,000 ,250 ,828
h
Tangible -,146 -2,143 ,033 -,124 ,563
i
8 Tangible -,126 -1,897 ,059 -,110 ,561