Oleh :
ANISSA FITRIA
NIM : 11140700000016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
Kerja keras selalu terbayar, meskipun bukan dengan hal yang kamu
harapkan. Berikhlaslah dengan kerja kerasmu, dan bersyukurlah atas kerja
kerasmu.
“Karya kecil ini aku persembahkan untuk Ayah dan Mama tercinta,
juga Adekku. Terima kasih selalu mengiringi setiap langkahku dengan
doa mu, selalu menghangatkan dengan kasih sayangmu. Sebagian
kecil yang dapat aku berikan saat ini, doakan aku selalu.”
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat
Emosi, Dukungan Sosial, dan Rasa Syukur terhadap Penerimaan Diri Orang
Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus”. Shalawat serta salam tak
menyadari bahwa tidak mudah untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya
bantuan, bimbingan, dukungan, masukan, dan do‟a dari berbagai pihak. Oleh
kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dekan Fakultas Psikologi UIN
penulis ucapkan atas kesabaran dan keikhlasan serta motivasi yang telah
skripsi ini.
vii
4. Kedua orang tua tercinta, yaitu Bapak Yusuf Hendriyanto dan Ibu
Rohatiah, dan adik penulis Syahid Ali Adamiri. Terima kasih atas segala
belum cukup untuk membalas semua yang ayah dan mama berikan.
semester satu, terima kasih atas kebaikan kalian. Terima kasih untuk
malas datang, yaitu Bunga, Nabila, dan Septi. Terima kasih untuk teman-
teman Psikologi 2014 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Sukses
selalu.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
Anissa Fitria
viii
DAFTAR ISI
ix
3.4 Uji Validitas Konstruk ……………………………………………... 35
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Penerimaan Orang Tua .……… 37
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Kecerdasan Emosi ……………. 38
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Sosial ……………... 40
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Rasa Syukur ………………….. 45
3.5 Teknik Analisis Data ……………………………………………….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………... 50-60
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ………………………………. 50
4.2 Analisis Deskriptif …………………………………………………. 50
4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian ………………………………………. 51
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 52
4.4.1 Uji Regresi Berganda ……………………………………….. 52
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians …………………………………. 57
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN …………………….. 61-66
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 61
5.2 Diskusi ……………………………………………………………… 61
5.3 Saran ………………………………………………………………... 64
5.3.1 Saran Teoritis ………………………………………………... 64
5.3.2 Saran Praktis …………………………………………………. 65
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 67
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 70
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran seorang anak sangat dinantikan bagi pasangan suami isteri sebagai
pelengkap di dalam keluarga dan generasi penerus dalam suatu keluarga. Melihat
segala proses tumbuh kembang sang anak merupakan proses yang dinantikan oleh
setiap orang tua. Tumbuh kembang yang berjalan baik pada setiap fasenya
merupakan kebahagiaan. Namun, bila ternyata ketika lahir maupun saat proses
perasaan yang dirasakan orang tua berbeda (Rachmayanti, 2007). Padahal anak
adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai karunia yang paling
berharga dan patut disyukuri. Kelainan yang dialami anak dapat berupa kelainan
secara fisik (tunanetra, tunarungu, tidak dapat berjalan, dan sebagainya) maupun
pasal 5 ayat (2), (3), dan (4) dinyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah
khusus dapat diartikan anak yang berada di daerah terpencil atau terbelakang serta
khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak memiliki potensi kecerdasan dan
1
2
Solicha, 2009).
belum punya data akurat dan spesifik mengenai berapa banyak jumlah anak
anak berkebutuhan khusus yang berhasil didata ada sekitar 1,5 juta jiwa. Namun
secara umum, PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia
tua baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional di
dalam diri orang tua. Reaksi orang tua yang muncul pertama kali ketika
merasa bersalah, marah, malu, dan menolak sehingga tidak sedikit yang
Tidak mudah bagi orang tua yang anaknya berkebutuhan khusus untuk
(acceptance). Ada masa orang tua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat
apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian memilih tidak
dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anaknya (Faradina, 2016).
tercermin melalui adanya perhatian yang kuat, cinta kasih terhadap anak, serta
segala hal. Membutuhkan kerja sama dari orang tua dan saudara-saudara terdekat
khusus (dalam hal ini adalah anak down syndrome), bukanlah hal yang mudah.
yang dilakukan oleh Skotko (2011) dari Children’s Hospital Boston menunjukkan
hal yang luar biasa; keluarga penderita down syndrome tidak merasa minder,
putus asa, atau takut melainkan sangat bahagia. Alasannya memiliki anak down
penolakan yang dilakukan oleh orang tua menimbulkan dampak negatif bagi anak
seperti anak merasa tidak aman, inferior, terisolasi, ketidakcakapan secara sosial,
dan kecemasan pada anak. Sedangkan, sikap penerimaan dari orang tua membuat
lain, tertarik dengan suatu kegiatan, ramah, kooperatif, dan stabil secara emosi
(Johnson & Medinnus, 1969). Dengan demikian, akan terbentuk suatu ikatan
antara orang tua dengan anak yang akan membantu perkembangan emosional
4
2007).
(1986) yaitu kecerdasan emosi karena kemampuan dalam mengontrol emosi dan
emosional orang lain untuk memecahkan masalah dan mengatur perilaku yang
merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain,
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Seseorang yang
memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi, sedikit mengalami tekanan emosi
ketika berhadapan dengan keadaan yang membuat stres. Dengan kata lain,
individu tersebut lebih sering mengalami perasaan positif. Seperti hasil penelitian
yang dilakukan oleh Landa, Martos, dan Zafra (2010) dijelaskan bahwa individu
dimiliki dan mampu mengurangi emosi yang negatif dikatakan bahwa individu
tersebut memiliki penerimaan diri, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi yang
cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka penerimaan orang tua yang
memiliki anak dengan kebutuhan khusus dapat mudah dicapai dengan kecerdasan
emosi yang baik. Menurut Schneiders (1955) individu yang memiliki kecerdasan
dirinya dalam suatu perubahan kondisi dimana tuntutan yang nyata dari kehidupan
individu dewasa dapat diatasi dengan cara yang efektif dan sehat. Artinya dengan
hidupnya dengan rasa percaya diri dan berusaha mencari pemecahan masalah
dengan cara-cara yang aman untuk diri dan lingkungannya, serta dapat diterima
secara sosial.
mempengaruhi penerimaan orang tua yang memiliki anak autis diantaranya adalah
agama, sikap para ahli yang mendiagnosa anaknya, tingkat pendidikan suami
isteri, status perkawinan, sikap masyarakat umum, usia dari masing-masing orang
penerimaan diri orang tua yang memiliki anak dengan keterbelakangan intelektual
behavioral control.
membuat orang tersebut lebih merasa dicintai, bernilai, dan merupakan bagian
dari lingkungan. Hal ini membuat seseorang yang mendapatkan perlakuan dari
lingkungan sosial yang mendukung akan dapat menerima dirinya sendiri dengan
lebih baik. Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri,
atau bantuan yang tersedia untuk orang dari orang-orang atau kelompok lain.
mengatakan bahwa mereka membutuhkan konseling publik untuk para ibu yang
seorang ibu perlu diterima oleh orang lain (misalnya seorang profesional dokter,
keterbelakangan dari anak-anak mereka. Hal ini juga didukung oleh pernyataan
Marni dan Yuniawati (2015) dalam studinya yang berpendapat bahwa individu
yang mendapat dukungan sosial memiliki beban psikologis yang ringan. Adanya
motivasi dari orang lain, kesediaan orang lain mendengarkan keluh kesah,
tersedianya informasi, adanya diskusi dan bertukar pikiran dengan orang lain akan
membuat individu merasa lebih nyaman dan merasa diperhatikan sehingga beban
psikologis yang terasa berat dan ditanggung sendiri akan terasa lebih ringan.
Sebaliknya, individu yang tidak mendapat dukungan sosial akan memiliki beban
terhadap penerimaan orang tua dengan mengambil subjek orang tua yang
bagian dari well-being. Penelitian yang dilakukan oleh Wood, et al, (2009)
7
positif, tujuan hidup dan penerimaan diri. Menurut Emmons dan Mc Cullough
(2002) gratitude atau rasa syukur merupakan sebuah bentuk emosi yang kemudian
berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat
sesuatu atau situasi. Al-Fauzan (2005) menyebutkan bahwa rasa syukur adalah
berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan,
baik dengan hati, lisan maupun perbuatan. Mujib (2017) menyebutkan bahwa
karakter syakir (yang bersyukur) yaitu menampakkan nikmat Allah SWT yang
Linley & Joseph, 2004), disebutkan bahwa bersyukur dapat membuat individu
selalu optimis dalam menghadapi masalah dan mencegah kondisi patologis. Ada
banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari bersyukur, diantaranya yaitu bisa
kebahagiaan.
untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh kecerdasan emosi, dukungan sosial,
dan rasa syukur terhadap penerimaan diri orang tua yang memiliki anak
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
kecerdasan emosi, dukungan sosial, dan rasa syukur terhadap penerimaan diri
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Adapun pengertian tentang
yang kuat, cinta kasih terhadap anak, serta sikap penuh kebahagiaan untuk
tersedia untuk orang dari orang-orang atau kelompok lain, yang terdiri dari:
4. Rasa syukur dalam penelitian ini menyebutkan bahwa karakter syakir (yang
5. Subjek dalam penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak
berikut :
rasa syukur terhadap penerimaan orang tua pada anak dengan kebutuhan
khusus?
5. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap penerimaan orang tua pada
4. Menguji pengaruh rasa syukur terhadap penerimaan orang tua pada anak
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat
kecerdasan emosi, dan rasa syukur orang tua yang memilki anak
LANDASAN TEORI
dimana seseorang dapat menerima keadaan diri atau orang terdekatnya yang tidak
fungsi keberadaan dirinya dengan baik. Menurut Jersild (1958) penerimaan diri
adalah kesediaan untuk menerima dirinya yang mencakup keadaan fisik, sosial,
sendiri berarti harus mampu menerima apa adanya (real self), bukan seperti apa
yang diinginkan (ideal self), serta memiliki harapan yang realistis sesuai dengan
ditandai dengan perhatian yang besar dan kasih sayang kepada anak. Menurut
Rohner (2008) penerimaan orang tua mengarah pada kehangatan, kasih sayang,
dimana orang tua dapat merasakan dan menunjukkan kepada anaknya secara fisik
maupun verbal. Menurut Johnson dan Medinnus (1969) penerimaan orang tua
adalah pemberian cinta tanpa syarat sehingga penerimaan terhadap anak tercermin
melalui adanya perhatian yang kuat, cinta kasih terhadap anak, serta sikap penuh
11
12
merupakan bagian dari penerimaan diri (Johnson & Medinnus, 1969). Maka
definisi yang digunakan peneliti adalah definisi dari Johnson dan Medinnus
(1969) yaitu penerimaan orang tua adalah pemberian cinta tanpa syarat sehingga
penerimaan terhadap anak tercermin melalui adanya perhatian yang kuat, cinta
kasih terhadap anak, serta sikap penuh kebahagiaan untuk terlibat dalam
mengasuh anak.
1. Menghargai anak
Anak sebagai individu dengan segenap perasaan yang dimiliki. Orang tua
mengekspresikan perasaannya.
identik sekalipun. Hal ini berlaku juga untuk anak berkebutuhan khusus,
sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas agar
Kasih sayang yang tulus dari orang tua kepada anak sangat dibutuhkan.
tulus.
Acceptance)
faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua yang memiliki anak autis
kemampuan keuangan keluarga, latar belakang agama, sikap para ahli yang
masyarakat umum, usia dari masing-masing orang tua, dan sarana penunjang
seperti program terapi untuk anak. Brillhart (1986) mengatakan bahwa faktor yang
asertif, dan health locus of control (Zalewska, et al, 2006). Nishinaga (2004)
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua adalah rasa
penerimaan orang tua peneliti mengambil beberapa dari faktor tersebut untuk
penerimaan orang tua dari Berger yang terdiri dari orientasi keluar,
Terdiri dari 13 item skala kontrol perilaku (terdapat empat dimensi yaitu
perilaku penerimaan atau penolakan dari orang tua. Pada model kuesioner
Medinnus (1969) yaitu menghargai anak, menilai anak sebagai diri yang unik,
orang lain untuk memecahkan masalah dan mengatur perilaku. Maka, individu
yang cerdas secara emosi lebih mudah mengetahui keadaan diri sendiri dan orang
lain, dalam hal tersebut membuatnya dapat berpikir dan menampilkan perilaku
yang baik. Salovey & Meyer (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosi
tantangan dan tekanan hidup. Sedangkan kesadaran emosi dan ekspresi emosi
menggunakan teori kecerdasan emosi Goleman yaitu proses mental yang terlibat
diri serta keadaan emosional orang lain untuk memecahkan masalah dan mengatur
perilaku.
definisi dasar tentang kecerdasan emosi yang menyebutkan lima wilayah utama :
Mengenali emosi diri adalah salah satu dasar kecerdasan emosi, karena
2. Mengelola Emosi
dengan rasa empati yang tinggi akan mudah menangkap sinyal-sinyal dari
orang lain seperti emosi. Kunci memahami perasaan orang lain adalah
18
5. Membina Hubungan
Untuk mengukur kecerdasan emosi, alat ukur yang digunakan antara lain :
Alat ukur ini dikembangkan oleh Meyer (2002) skala ini dibuat untuk
EQ-I dikembangkan oleh Bar-On (2010). Skala ini terdiri dari 15 subskala
SREIS (Schutte, 1998) terdiri dari 33 item yang setiap itemnya mengukur
Dari keempat alat ukur tersebut yang telah penulis paparkan di atas,
tidak menemukan seluruh aspek-aspek kecerdasan emosi dari Goleman dalam satu
skala. Oleh karena itu, maka penulis menyusun sendiri skala emosi berdasarkan
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan.
kepedulian, harga diri, atau bantuan yang tersedia untuk orang dari orang-orang
atau kelompok lain. Dukungan bisa datang dari banyak sumber seperti pasangan,
informasi serta merasa dirinya dicintai, diperhatikan terhormat, dan dihargai, serta
merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orang
20
tua, kekasih atau kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam
lingkungan masyarakat.
penulis adalah definisi dari Sarafino (2011) yang mengartikan dukungan sosial
mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri, atau bantuan yang tersedia
Dimensi dukungan sosial menurut Sarafino (2011) dibagi menjadi empat dimensi,
yaitu :
1. Dukungan emosional
3. Dukungan informasi
saran, atau umpan balik tentang cara orang tersebut melakukan sesuatu.
21
agar orang tua memberlakukan diet tepung untuk anak autis, dan
sebagainya.
4. Dukungan kelompok
diantaranya:
awalnya SSQ dibentuk pada tahun 1983 oleh Sarason, Levine, dan Basbha
berjumlah 27 item dari dua aspek (persepsi akan jumlah orang dan tingkat
(Sarason, 1983).
oleh Barrera, Sandler, dan Ramsay (1981). Terdiri dari 40 item dengan
dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan teori dukungan sosial Sarafino (2011)
Menurut Emmons dan Mc Cullough (2002) gratitude atau rasa syukur merupakan
sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan
Al-Fauzan (2005) menyebutkan bahwa rasa syukur adalah berterima kasih kepada
Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan, baik dengan hati, lisan
maupun perbuatan.
menampakkan nikmat Allah SWT yang diberikan kepadanya. Syukur lisan artinya
menampakkan dengan pujian dan pengakuan, syukur hati artinya penyaksian dan
merasa senang, dan syukur badan artinya tunduk dan patuh terhadap perintah-
Nya. Karakter syakir juga diartikan sebagai kesadaran individu bahwa apa yang
diperbuat atau dirasakan tidak/belum bernilai apa-apa, meskipun hal itu telah
Dari pengertian rasa syukur di atas, maka definisi yang digunakan penulis
adalah definisi dari Mujib (2017) yang menyebutkan bahwa karakter syakir (yang
1. Lisan
2. Hati
akan apa yang telah diterima. Mengetahui bahwa segala yang diberikan
maupun ujian harus diterima dengan senang hati. Firman Allah SWT :
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika
(QS Ibrahim:7).
3. Perbuatan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Individu hendaknya memiliki
kesadaran bahwa yang diberikan adalah sedikit, dan yang diterima adalah
banyak.
24
1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 7 (sangat setuju) (Emmons &
Mc Cullough, 2002).
Dari dua alat ukur yang telah penulis paparkan di atas, penulis tidak
menggunakannya sebagai skala rasa syukur karena tidak terdapat seluruh aspek
rasa syukur dari teori Mujib. Oleh karena itu, maka penulis menyusun sendiri
skala syukur berdasarkan teori Mujib (2017) dengan aspek-aspek seperti lisan,
Memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan beban berat bagi orang tua baik
secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional di dalam
diri orang tua. Reaksi orang tua yang muncul pertama kali ketika mengetahui
bahwa anaknya berkebutuhan khusus yaitu shock, sedih, kecewa, merasa bersalah,
marah, malu, dan menolak sehingga tidak sedikit yang memperlakukan anak
secara kurang baik (Puspita, 2004). Penerimaan orang tua yang memiliki anak
mengemukakan bahwa penerimaan orang tua adalah pemberian cinta tanpa syarat
25
kuat, cinta kasih terhadap anak, serta sikap penuh kebahagiaan untuk terlibat
negatif bagi anak seperti anak merasa tidak aman, inferior, terisolasi,
dimengerti, lebih ceria, memperhatikan orang lain, tertarik dengan suatu kegiatan,
ramah, kooperatif, dan stabil secara emosi (Johnson & Medinnus, 1969). Brillhart
tua yang memiliki anak autis diantaranya adalah dukungan dari keluarga besar,
kemampuan keuangan keluarga, latar belakang agama, sikap para ahli yang
masyarakat umum, usia dari masing-masing orang tua, dan sarana penunjang.
Nishinaga (2004) mengatakan bahwa faktor penerimaan diri orang tua yang
bagian dari well-being. Penelitian yang dilakukan oleh Wood, et al, (2009)
26
kecerdasan emosi. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi,
pandangan yang positif akan segala hal membuat keadaan sulit yang dialami
mengalami stres yang berat maka cara pandang individu mengenai diri dan
berusaha mencari pemecahan masalah dengan cara-cara yang aman untuk diri dan
individu yang buruk jika tidak ada kecerdasan emosi sehingga penerimaan orang
tua akan kehadiran anak berkebutuhan khusus sulit tercapai. Jika penerimaan
orang tua sulit tercapai maka orang tua akan mengalami kesulitan untuk menerima
kehadiran anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini berarti bahwa dibutuhkan
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan. Oleh karena itu, kecerdasan emosi memiliki peranan penting
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua
dukungan dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan dari lingkungan sekitar
seperti tetangga, dokter, masyarakat, dan orang tua lain yang memiliki nasib sama.
Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan orang tua adalah rasa syukur.
khusus. Memiliki rasa syukur atas anugerah anak berkebutuhan khusus akan
bahwa anak berkebutuhan khusus adalah titipan yang harus tetap disyukuri.
Bersyukur membuat orang tua selalu optimis dalam menerima kehadiran anaknya
Dari uraian di atas maka dapat digambarkan bagan seperti pada gambar
berikut :
KECERDASAN EMOSI
DUKUNGAN SOSIAL
Dukungan Emosional
Dukungan Kelompok
RASA SYUKUR
JENIS KELAMIN
TINGKAT PENDIDIKAN
Hipotesis Mayor :
khusus.
Hipotesis Minor :
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel kecerdasan emosi terhadap
H2: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan emosional pada
kebutuhan khusus.
H3: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan nyata atau
H4: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan informasi pada
kebutuhan khusus.
H5: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan kelompok pada
kebutuhan khusus.
H6: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel rasa syukur terhadap
H7: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap penerimaan orang
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus (tuna netra, tuna grahita, tuna rungu, tuna wicara, down syndrome, ADHD)
Jakarta dan Tangerang karena alasan keterjangkauan penulis dan cukup banyak
sekolah khusus atau klinik tumbuh kembang anak di Jakarta dan Tangerang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
dihitung. Kuesioner disebar secara langsung sebanyak 215 kuesioner dengan cara
accidental selama kurun waktu Juli – Oktober. Setelah empat bulan, kuesioner
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel
bebas.
30
31
1. Penerimaan orang tua adalah pemberian cinta tanpa syarat dari orang tua yang
tercermin melalui adanya perhatian yang kuat, cinta kasih terhadap anak,
Penerimaan diri diukur dengan skala penerimaan diri yang dibuat sendiri oleh
peneliti berupa item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak
(sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju, dan sangat setuju).
3. Dukungan sosial adalah dukungan yang tersedia untuk orang tua yang
yang dibuat sendiri oleh peneliti berupa item-item menggunakan skala likert
(sangat tidak setuju, tidak setuju, agak setuju, setuju, dan sangat setuju).
4. Rasa syukur adalah menampakkan nikmat dari Allah SWT yang diberikan
kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Rasa syukur
diukur dengan skala rasa syukur yang dibuat sendiri oleh peneliti berupa
32
item-item menggunakan skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, agak
dukungan sosial, dan rasa syukur. Untuk model skala, peneliti menggunakan
model skala likert, dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak
penyusunan item-item instrumen. Jawaban dari setiap instrumen ini terdiri dari
empat kategori jawaban, yaitu “Sangat Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS),
tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri
dari pernyataan yang mendukung aspek (favourable) dan pernyataan yang tidak
Tabel 3.1
Proporsi Nilai Skala Penerimaan Orang Tua
Pilihan Pernyataaan
Favourable Unfavourable
Sangat Tidak Setuju 1 5
Tidak Setuju 2 4
Agak Setuju 3 3
Setuju 4 2
Sangat Setuju 5 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat
dan Medinnus (1969) yaitu menghargai anak, menilai anak sebagai diri
tanpa syarat.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Penerimaan Orang Tua
Tabel 3.3
Blue Print Skala Kecerdasan Emosi
Tabel 3.4
Blue Print Skala Dukungan Sosial
Tabel 3.5
Blue Print Skala Rasa Syukur
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
atas item-itemnya.
36
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
∑ - S = 0.
chisquare. Jika hasil chisquare tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak
signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang
6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus dikeluarkan. Sebab hal ini tidak sesuai
Peneliti menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur penerimaan orang tua. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata belum fit, dengan
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-square = 118.83, df = 97, P-
value = 0.06551, RMSEA = 0.033. Artinya model satu faktor dapat diterima,
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut siginifikan (valid)
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
Dari tabel 3.6 terdapat 19 item yang signifikan (t > 1.96) dan 1 item yang
tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 5. Dengan begitu, item nomor 5 akan
di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk ke dalam analisis dalam
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Penerimaan Orang Tua
Peneliti menguji apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur kecerdasan emosi. Dari awal hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata belum fit, dengan
Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 115 kali terhadap model dengan
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-square = 180.48, df = 160,
P-value = 0.12796, dan RMSEA = 0.025. Artinya model satu faktor dapat
39
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kecerdasan
emosi.
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosi
Keterangan: valid = signifikan (t > 1.96); tidak valid= tidak signifikan (t < 1.96)
40
Dari tabel 3.7 terdapat 24 item yang signifikan (t > 1.96) dan satu item
yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item nomor 9. Dengan begitu, item nomor 9
akan di-drop yang artinya item tersebut tidak akan masuk ke dalam analisis dalam
faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable.
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan emosional. Dari awal hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata belum fit, dengan
value = 0.44430, dan RMSEA = 0.000. Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan emosional.
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
41
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Dukungan Emosional
Dari tabel 3.8 seluruh item yaitu item nomor 1 sampai dengan item nomor
faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable.
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
Dari awal hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
0.124. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak dua kali terhadap model
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-square = 2.17, df
= 3, P-value = 0.53694, dan RMSEA = 0.000. Artinya model satu faktor dapat
42
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Dukungan Nyata atau Instrumental
Dari tabel 3.9 seluruh item yaitu item nomor 1 sampai dengan item nomor
faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable.
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan informasi. Dari awal hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata belum fit, dengan
value = 0.36384, dan RMSEA = 0.020. Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan informasi.
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Dukungan Informasi
Dari tabel 3.10 seluruh item yaitu item nomor 1 sampai dengan item
nomor 5 adalah signifikan (t > 1.96). Item-item yang signifikan seluruhnya sudah
faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable.
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan kelompok. Dari awal hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata belum fit, dengan
value = 0.38791, dan RMSEA = 0.006. Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan kelompok.
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Dukungan Kelompok
Dari tabel 3.11 seluruh item yaitu item nomor 1 sampai dengan item
nomor 5 adalah signifikan (t > 1.96). Item-item yang signifikan seluruhnya sudah
faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable.
Peneliti menguji apakah 16 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur rasa syukur. Dari awal hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata belum fit, dengan Chi-
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-square = 65.06, df = 57, P-
value = 0.21658, dan RMSEA = 0.026. Artinya model satu faktor dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu rasa syukur.
46
yang hendak diukur, dan juga menentukan apakah item tertentu perlu dibuang
atau tidak. Disini yang diuji adalah hipotesis nihil mengenai koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran rasa
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Rasa Syukur
Dari tabel 3.12 seluruh item yaitu item nomor 1 sampai dengan item
muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat
47
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+ e
Keterangan :
Y = penerimaan diri
a = konstanta / intercept
b = koefisien regresi
X1 = kecerdasan emosi
X2 = dukungan emosional dari dukungan sosial
X3 = dukungan nyata atau instrumental dari dukungan sosial
X4 = dukungan informasi dari dukungan sosial
X5 = dukungan kelompok dari dukungan sosial
X6 = rasa syukur
X7 = jenis kelamin
X8 = tingkat pendidikan
e = residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan di atas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien
diri yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh Independent Variable yang bisa
jumlahkuadratregresi SSreg
R² = =
jumlahkuadrattotal SSy
Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji variabel mana
dari 8 variabel independen tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti
menguji signifikan atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki
skor t > 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan,
sebaliknya jika t < 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam
yaitu :
kecerdasan emosi, dukungan sosial, rasa syukur, jenis kelamin, dan tingkat
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian ini merupakan 210 orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskritif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum, mean,
dan standar deviasi dari setiap variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya
skor variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dlihat pada
tabel 4.2.
50
51
Tabel 4.2
Tabel analisis deskriptif
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari kolom minimum diketahui variabel
jenis kelamin dan tingkat pendidikan memiliki nilai terendah dengan nilai 1.00.
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Adapun norma kategorisasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Norma Interpretasi
>M + 1SD Tinggi
M – SD ≤ x ≤ M + SD Sedang
<M – 1SD Rendah
emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
Tabel 4.4
Skor Kategorisasi
Frekuensi
Variabel Rendah Sedang Tinggi
Penerimaan orang tua 32 (15.2%) 34 (16.2%) 144 (68.6%)
Kecerdasan emosi 19 (9.0%) 35 (16.7%) 156 (74.3%)
Dukungan emosional 24 (11.5%) 40 (19.1%) 146 (69.4%)
Dukungan nyata atau 27 (12.9%) 32 (15.2%) 151 (71.9%)
instrumental
Dukungan informasi 14 (6.7%) 55 (26.3%) 141 (67.0%)
Dukungan kelompok 30 (14.3%) 44 (21.0%) 136 (64.8%)
Rasa syukur 24 (11.4%) 40 (19.0%) 146 (69.5%)
Pada tahapan ini menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi
berganda yang perhitungannya menggunakan software SPSS 22. Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan dalam analisis regresi, pertama adalah besaran R square
ketiga adalah melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
menganalisis besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada
Tabel 4.5
Tabel R square
sebesar 0.411 atau sekitar 41.1%. Artinya 41.1% bervariasinya variabel dependen
terhadap penerimaan diri. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Tabel Anova Keseluruhan IV terhadap DV
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom paling
kanan adalah 0.000 atau p = 0.000 dengan nilai p kurang dari 0.05 (p < 0.05).
54
Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
dan rasa syukur) terhadap penerimaan diri ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang
independen variabel. Jika Sig. kurang dari 0.05 (Sig. < 0.05) atau nilai t lebih
besar dari 1.96 (t > 1.96) maka koefisien tersebut signifikan yang berarti bahwa
Unstandardizeed Standa
Coefficients rdized
Coeffic
ients
Std.
Model B Beta T Sig.
Error
1 (Constant) 11.953 4.137 2.890 .004
Kecerdasan Emosi .211 .074 .213 2.848 .005*
Dukungan Emosional -.011 .080 -.011 -.134 .893
Dukungan Nyata atau
.066 .085 .060 .783 .435
Instrumental
Dukungan Informasi .019 .074 .019 .253 .801
Dukungan Kelompok .022 .069 .022 .312 .756
Rasa Syukur .385 .066 .394 5.829 .000*
Jenis Kelamin -1.097 1.388 -.048 -.790 .430
Tingkat Pendidikan 1.282 .321 .230 3.897 .000*
a. Dependent Variable:
PENERIMAANDIRI
55
Dalam kolom sig pada tabel koefisien regresi di atas, terlihat bahwa hanya
variabel kecerdasan emosi, rasa syukur, dan tingkat pendidikan yang memiliki
nilai Sig. < 0.05 (t > 1.96). Artinya tiga variabel tersebut berpengaruh secara
1. Kecerdasan Emosi
Variabel kecerdasan emosi memiliki koefisien regresi sebesar 0.211 dengan nilai
signifikan sebesar 0.005 (Sig. < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan
menunjukkan tanda yang positif, artinya semakin tinggi dalam kecerdasan emosi
2. Dukungan Emosional
nilai signifikan sebesar 0.893 (Sig. > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
0.066 dengan nilai signifikan sebesar 0.435 (Sig. > 0.05). Hasil ini menunjukkan
penerimaan diri.
4. Dukungan Informasi
56
nilai signifikan sebesar 0.801 (Sig. > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
5. Dukungan Kelompok
nilai signifikan sebesar 0.756 (Sig. > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
6. Rasa Syukur
Variabel rasa syukur memiliki koefisien regresi sebesar 0.385 dengan nilai
signifikan sebesar 0.000 (Sig. < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa rasa syukur
menunjukkan tanda yang positif, artinya semakin tinggi rasa syukur maka akan
7. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin memiliki koefisien regresi sebesar -1.097 dengan nilai
signifikan sebesar 0.430 (Sig. > 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa jenis
8. Tingkat Pendidikan
Variabel tingkat pendidikan memiliki koefisien regresi sebesar 1.282 dengan nilai
signifikan sebesar 0.000 (Sig. < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat
Informasi lainnya yang dapat diperoleh pada tabel 4.7 di atas yaitu
semakin besar koefisien beta variabel independen maka semakin dominan pula
sebesar 0.022
sebesar 0.019
sebesar -0.011
penerimaan diri adalah sebesar 0.411, yang artinya 41.1 % dari bervariasinya
independen terhadap penerimaan diri dapat dilihat pada tabel berikut ini :
dengan F = 65.228, df1 = 1, df2 = 208, Signifikan F Change = 0.000 (Sig. <
0.05)
0.004 atau 0.4% dalam varians penerimaan diri. Sumbangan tersebut tidak
59
dengan F = 33.018, df1 = 1, df2 = 203, Signifikan F Change = 0.000 (Sig. <
0.05)
dengan F = 0.086, df1 = 1, df2 = 202, Signifikan F Change = 0.770 (Sig. >
0.05)
dengan F = 15.898, df1 = 1, df2 = 201, Signifikan F Change = 0.000 (Sig. <
0.05)
60
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah : “ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi,
dukungan informasi, dukungan kelompok), rasa syukur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan terhadap penerimaan orang tua pada anak dengan kebutuhan khusus”.
secara signifikan terhadap penerimaan orang tua yaitu kecerdasan emosi, rasa
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian yang dijelaskan pada bab 4, penjelasan secara berurut
Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi orang tua maka semakin tinggi pula
penerimaan orang tua dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Landa, Martos, dan Zafra (2010) bahwa individu yang
mampu memelihara atau meningkatkan intensitas emosi positif yang dimiliki dan
61
62
memiliki penerimaan yang cukup tinggi. Dengan emosi positif yang dipelihara
dan tingkatkan orang tua akan mampu mengelola emosi, berempati, mampu
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan orang tua pada anak
dengan kebutuhan khusus. Hasil dalam penelitian ini bertolak belakang dengan
bahwa salah satu faktor penerimaan orang tua yang memiliki anak dengan
orang tua apabila orang tua merasa dirinya mampu untuk mengatasi kondisi yang
menimpanya. Pada proporsi varians terdapat satu variabel dukungan sosial yaitu
dukungan emosional yang signifikan terhadap penerimaan diri orang tua yang
Ketiga adalah variabel rasa syukur. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
berdasarkan koefisien regresi, variabel ini memiliki koefisien regresi positif dan
rasa syukur orang tua maka semakin tinggi pula penerimaan orang tua dan
63
sebaliknya. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan teori dari Emmons dan Mc
Cullough (2002) yaitu gratitude atau rasa syukur merupakan sebuah bentuk emosi
atau perasaan,yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang
menanggapi atau bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. Rasa syukur yang
tertanam pada diri orang tua membuat orang tua akan lebih mudah menerima
ikhlas apa yang sudah diberikan. Selanjutnya pada proporsi varians, rasa syukur
semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula
penerimaan orang tua dan sebaliknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang
tua maka semakin luas wawasan keilmuan orang tua. Hal ini sejalan dengan
salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap anak adalah
tingkat pendidikan suami isteri. Wawasan yang luas akan membuka cara pandang
orang tua mengenai anak berkebutuhan khusus sehingga orang tua mengerti
64
bahwa yang diperlukan adalah menerima anak dengan sepenuh hati bukan
terdahulu bisa diakibatkan oleh beberapa hal baik sampel, social desireability dan
ini adalah tidak adanya metode eksperimental untuk memperkaya hasil penelitian
ini dan melihat lebih dalam mengenai penerimaan orang tua pada anak dengan
kebutuhan khusus.
5.3 Saran
ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan
membagi saran menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis.
disarankan :
rasa syukur, dan tingkat pendidikan terhadap penerimaan orang tua pada anak
yang paling besar terhadap penerimaan orang tua pada anak dengan
kebutuhan khusus, hasil ini bisa menjadi langkah awal untuk penelitian
tua.
65
2. Pada penelitian ini terdapat variabel lainnya yang juga memiliki pengaruh
khusus yaitu rasa syukur. Peneliti menyarankan agar variabel rasa syukur
orang tua pada anak dengan kebutuhan khusus maka penulis menyarankan
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi orang
tua maupun keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk lebih
tua. Sesuai dengan hasil dalam penelitian ini orang tua dapat lebih mengenali
emosi diri dan introspeksi diri sehingga dapat merepresentasikan emosi secara
proporsional. Memotivasi diri sendiri saat merasa lelah dan sedih dengan cara
dalam hati bahwa anak berkebutuhan khusus harus kita terima dan diberikan
dipengaruhi secara signifikan oleh kecerdasan emosi dan rasa syukur, maka
dapat disarankan kepada orang tua untuk selalu mengembangkan emosi yang
Serta meningkatkan rasa syukur atas apapun yang diberikan oleh Allah SWT
Extremera, N., Aranda, D. R., Galan, P., & Salguero, J.M. (2011). Emotional
intelligence and its relation with hedonic and eudemonic well-being: a
prospective study, Personality and Individual Difference, 51, 11-16
Faradina, N. (2016). Penerimaan Diri pada Orang Tua yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Psikologi. 4 (4), 386-396.
67
68
Landa, J.M.A., Martos, M. P., & Zafra, E.L. (2010). Emotional intelligence and
personality traits as predictors of psychological well-being in spanish
undergraduates. Social Behaviour and Personality. 38(6), 783-794.
Mc Cullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, Jo-Ann. (2002). The Grateful
Disposition: A Conceptual and Empirical Topography. Journal of Personality
and Social Psychology, 82, 112-127.
Newman, Isadore, et al, (1983). The alpha-omega scale: The measurement of stress
situation coping styles. Ohio Journal of Science (Ohio Academy of Science).
83 (5), 241-246.
Rachmayanti, S & Zulkaida, A. (2007). Penerimaan diri orang tua terhadap anak
autisme dan peranannya dalam terapi autisme. Jurnal Psikologi. 1 (1), 7-17.
Universitas Gunadarma.
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., et al. (1983). Assesing social support:
The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and Social
Psychology. 44, 127-139.
Schneiders, A. A. (1955). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,
Rinehart, Winston.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden, C.
J., Dornheim, L. (1998). Development and validation of a measure of
emotional intelligence. Personality and Individual Differences. 25, 167-177.
Pergamon.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., Kolts, R. L. (2003). Gratitude and
happiness: Development of a measure of gratitude, and relationships with
subjective well-being. Social Behavior and Personality. 31 (5), 431-452.
Society for Personality Research, Inc.
Wood, A.M., Joseph, S., & Maltby, J. (2009). Gratitude Predicts Psychological Well-
be-ing above The Big Five Facets. Personality and Individual Differences. 46.
443–447.
LAMPIRAN
70
72
KUESIONER PENELITIAN
Kepada
Yth Responden Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Anissa Fitria mahasiswi Program Strata-I (SI) Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian sebagai bagian dari
pemenuhan tugas akhir. Saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
penelitian ini. Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk
pengisisan yang telah diberikan. Adapun data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan,
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya.
Kesediaan Bapak/Ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya
mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Hormat Saya
Anissa Fitria
anissafitria14@gmail.com / 089639271089
I. Identitas Responden
a. Nama / Inisial :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan terakhir :
e. No.Hp :
II. Petunjuk Pengisian
a. Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan
dan Anda diminta untuk memberikan pendapat tentang pernyataan
rersebut dengan cara memilih salah satu dari jawaban yang tersedia.
b. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih, mohon
benar-benar jujur. Jawaban Anda sepenuhnya rahasia dan akan dapat
digunakan hanya jika Anda menjawab secara akurat.
c. Tidak ada jawaban yang dianggap salah, oleh karena itu, pilihlah
satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai atau yang paling
menggambarkan diri Anda.
d. Disetiap pernyataan terdapat 5 pilihan jawaban yang menyatakan :
STS = Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan sangat tidak sesuai
dengan diri Anda
73
Skala 1
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
1 Saya menghargai hal apapun yang telah dilakukan anak
2 Sebagai orang tua, saya memberikan hak-hak anak
3 Bila anak menyampaikan keluh kesah, saya bersikap cuek
4 Saya antusias untuk mendengarkan apa yang anak ceritakan
5 Saya membiarkan anak mengotori lantai sebagai bentuk
mengekspresikan perasaannya
6 Saya memahami bahwa anak kami berbeda dengan anak lainnya
7 Saya merasa malu ketika anak berperilaku tidak wajar di tempat
umum
8 Saya memaklumi jika anak berperilaku berbeda dengan
kebanyakan anak lainnya
9 Saya tidak menuntut anak untuk menjadi seperti anak yang lain
10 Ketika bersama anak, saya melihat keunikan yang ada pada
dirinya
11 Saya mengajarkan anak untuk dapat membersihkan diri sendiri
seperti mandi, buang air kecil, dan buang air besar
12 Menurut saya kemandirian anak dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sangatlah penting
13 Saya memberikan banyak pembelajaran untuk mengetahui
potensi anak
14 Saya mengabaikan potensi anak
15 Terapi adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi
anak
16 Saya mencintai anak walaupun ia berkebutuhan khusus
17 Saya merasa bahwa anak adalah anugerah yang besar dalam
74
hidup
18 Saya menerima apapun kekurangan anak
19 Merawat anak berkebutuhan khusus merupakan kesusahan bagi
saya
20 Penting bagi saya merawat anak berkebutuhan khusus dengan
penuh kasih sayang
Skala 2
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
1 Saya mengerti perasaan yang sedang saya alami
2 Saya tetap menyadari apa yang saya rasakan, walau dalam
keadaan marah
3 Saya dapat mengontrol emosi
4 Saya tidak memikirkan dampak yang akan muncul bila sedang
marah
5 Saya dapat mengendalikan diri saat amarah memuncak
6 Saya mengontrol perasaan marah yang dirasakan
7 Saya segera merubah perasaan sedih menjadi perasaan bahagia
8 Saya tetap berpikir positif terhadap kritikan meskipun sedang
kesal
9 Saat sedang stress, saya lebih mudah marah
10 Bila sedang tidak enak hati, saya mudah tersinggung
11 Saya yakin dengan apa yang saya cita-citakan
12 Saya berpikiran positif dengan hal yang saya jalani
13 Apabila menemui hambatan dalam mencapai tujuan, saya akan
terus mencari cara lain
14 Saya segera bangkit kembali ketika putus asa
15 Saya merasa tidak memiliki masa depan lagi
16 Saya dapat mengetahui perasaan teman walaupun dia tidak
bercerita
17 Saya mengetahui perasaan orang lain dari ekspresi wajah
mereka
75
Skala 3
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
1 Saya tidak merasa sendirian karena memiliki sahabat yang
peduli
2 Jika merasa lelah, pasangan senantiasa menghibur saya
3 Pasangan meluangkan waktu untuk saya dan anak-anak
4 Pasangan seperti tidak peduli dengan perasaan saya
5 Saya dapat berbagi kesedihan dan kebahagiaan dengan keluarga
6 Keluarga merasakan apa yang saya rasakan
7 Keluarga menawarkan bantuan financial ketika saya
membutuhkan
8 Keluarga tidak mau direpotkan ketika saya membutuhkan
bantuan secara financial
9 Teman saya mau meminjamkan uang disaat saya membutuhkan
10 Ketika saya memerlukan bantuan, tetangga seperti tidak
bersedia membantu
11 Jika saya sedang sibuk, pasangan menawarkan diri untuk
membantu
12 Jika saya mengeluh akan suatu hal, keluarga senantiasa
menasehati saya
13 Keluarga bersedia memberikan informasi yang saya butuhkan
14 Ketika membutuhkan saran, saya tidak mendapatkannya dari
76
keluarga
15 Saya mendapatkan saran-saran ketika bercerita kepada sahabat
16 Pasangan dapat menenangkan hati saya dengan nasehat-
nasehatnya
17 Saya dapat berbagi cerita dengan teman yang memiliki masalah
serupa dalam suatu perkumpulan
18 Bergabung dengan komunitas tertentu bagi saya tidak begitu
penting
19 Saya merasakan banyak sekali manfaat ketika bergabung
dengan komunitas / perkumpulan
20 Saya senang berbagi pengalaman dengan teman seperkumpulan
21 Teman komunitas memberikan kekuatan tersendiri bagi saya
sebagai orang tua
Skala 4
NO PERNYATAAN STS TS AS S SS
1 Saya mengucapkan “Alhamdulillah” ketika mendapat nikmat
dari Sang Pemberi
2 Mengucapkan “terimakasih” kepada Tuhan adalah kebiasaan
saya ketika mendapatkan nikmat
3 Saya cenderung menyesali apa yang telah diterima
4 Saya berdoa untuk segala hal yang diharapkan
5 Saya berdoa ketika saat mendapat musibah saja
6 Saya meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Tuhan
7 Saya menganggap musibah sebagai ujian untuk lebih baik
8 Saya merasa senang atas apapun yang Tuhan berikan
9 Saya merasa kecewa ketika mendapat musibah
10 Keadaan saya saat ini adalah pemberian Allah
11 Ketika mendapat musibah, saya menyalahkan Tuhan
12 Saya menyisihkan sebagian harta untuk orang yang
membutuhkan
77
PATH DIAGRAM