Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

MASYARAKAT ISLAM DALAM MEMBANGUN GRATITUDE


SEMINAR PSIKOLOGI ISLAM
Dosen Pengampu : Syahri Ramadhan, M.Si

Oleh :
Dea Syafitri Rahmadani
198110185

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam ajaran al-qur‟an syukur dapat diartikan rasa terimakasih yang sangat
diperhatiakan oleh Allah dan juga manusia. Efek dari syukur sangat luar bisasa, dapat
membuat seseorang bahagia jika ia bersyukur kepada Allah. Tapi dalam hal ini masih
saja banyak orang yang enggan untuk bersyukur.

Psikologi positif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang


kondisi dan proses individu berkembang dan berfungsi secara optimal dalam
perkembangan atau potensi-potensi positif yang dimiliki. Jika psikologi positif
berkembang dengan baik pada diri sesorang maka ia akan berkembang dengan baik.
Beberapa orang tidak memikirkan psikologi positif yang dimilkinya.

Gratitude merupakan emosi positif yang ada pada individu, individu yang
memiliki rasa bersyukur karna menyadari bahwa dirinya mengalami banya kebaikan,
baik dari tuhan maupun dari orang sekitar. Ada banyak orang diadalam massyarakat
yang tidak memiliki nilai graditude pada dalam dirinya. Ia hanya mampu mengeluh
tentang hidup dan mengutuk dirinya.

Pada dasarnya gratitude merupakan hal yang berhubungan dengan kebaikan.


Ketika seseorang memiliki gratitude didalam dirinya maka kemungkinan besar ia
telah menerima dirinya apa adanya dan cenderung memiliki nilai positif pada dirinya.
Graditude atau rasa bersyukur bisa diungkapkan dengan kata atau rasa kepada orang
lain maupun tuhan yang telah memberikan kebaikan kepadanya.

Banyak masyarakat tidak bersyukur dan memilih hidup hedon dengan segala
hutang yang ia miliki. Ia ingin dipandang kaya dan memiliki harta yang banyak oleh
masyarakat lain, sehingga ia lupa bersyukur dan mengingat bahwa dirinya tidak
memiliki hal yang ingin ia miliki. Bahkan ada juga anak yang memaksa orang tuanya
untuk bekerja keras atau berhutang kepada orang lain untuk memenuhi keinginannya
membeli handphone dengan model terbaru.

Dalam al-qur‟an terdapat beberpa ayat tentang bersyukur yaitu, pada surah
Ibrahim ayat 7. Yang mana arti ayatnya yaitu: “Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu
memaklumkan; „Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.‟”. Allah menyuruh umatnya untuk bersyukur kepada rahmat
yang telah diberikannya kepada kita, dan kemudian Allah akan menambah nikmat
yang akan diberikannya kepada kita.

Hal tersebut juga ada pada al-qur‟an pada surah Al Qamar pada ayat 35 yang
artinya: “sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur,”. Ada juga pada Surat Al Jatsiyah Ayat 12 yang
artinyartinya: “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal
dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-
Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.

Surat An Naml Ayat 40 yang Artinya: “Berkatalah seorang yang mempunyai


ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."".

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara meningkatkan rasa bersyukur kepada masyarakat.
2. Apa yang membuat masyarakat tidak bersyukur.
3. Bagaimana rasa bersyukur yang dimiliki oleh masyarakat.

C. TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah diatas dapat ditetapkan tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui cara meningkatkan rasa bersyukur kepada masyarakat.
2. Mengetahui hal yang membuat masyarakat bersyukur
3. Mengetahui rasa bersyukur yang dimiliki oleh masyarakat

D. KEGUNAAN PENELITIAN
A. Secara Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai gratitude kepada masyarakat luas. Diharapkan juga kepada
peneliti untuk dapat memerikan sumbangan pemikiran mengenai gratitude
seperti apa yang terjadi dalam masyarakat.
B. Secara Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis
dan acuan gratitude terhadap pedoman masyarakat. Sehingga, dapat
memberikan gambaran pada masyarakat di masa mendatang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian Al-Qur’an Sebagai Pedoman
Syukur yang dialami dan dirasakan manusia menjadi penting
dicermati kembali dalam upaya bersungguh-sungguh untuk menuju jalan
lurus Allah. Allah adalah tujuan hidup setiap ciptaan-Nya. Artinya,
ekspresi syukur seperti apa yang telah dilakukan manusia, apakah
sejalan dengan perintah-Nya atau belum. Rasanya, syukur di sini tentu
selalu dimulai sekaligus dipengaruhi oleh epistemologi kesadaran akal pikiran
manusia sekaligus hati perasaannya yang berpengaruh dalam praktik bahasa
agama setiap pribadi manusia.2 Dari sinilah, perbuatan dan pola laku syukur
akan tampak. Pembacaan sekaligus penafsiran kitab suci al-Qur‟an tentu saja
memerlukan metode, pendekatan dan metodologi tertentu sesuai dengan
tujuan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Kata kunci dari syukur adalah suka berterima kasih, tahu diri, tidak
mau sombong, dan tidak boleh lupa Tuhan. Bagi seorang Muslim, kunci
syukur itu adalah ingat Allah. Kita ada karena Allah dan kepada-Nya kita
akan kembali. Di sinilah, syukur seringkali disamakan dengan ungkapan rasa
“terima kasih” dan segala pujian hanya untuk Allah semata. Semakin sering
bersyukur dan berterima kasih, kita akan semakin baik, tenteram dan bahagia.
M. Quraish Shihab dalam buku, Wawasan al-Qur‟an menjelaskan
bahwa kosa kata “syukur” berasal dari bahasa al-Qur‟an yang tertulis
dalam bahasa Arab. Kata syukur adalah bentuk mashdar dari kata kerja
syakara–yasykuru–syukran–wa syukuran–wa syukranan. Kata kerja ini
berakar dengan huruf-huruf syin, kaf, dan ra. Secara bahasa, syukur juga
berasal dari kata “syakara” yang berarti pujian atas kebaikan dan
penuhnya sesuatu. Syukur juga berarti menampakkan sesuatu kepermukaan.
Dalam hal ini menampakkan nikmat Allah. Sedangkan menurut istilah
syara‟, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah
yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat
tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah.
Dalam hal ini, hakikat syukur adalah “menampakkan nikmat,” dan
hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara
lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang
dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya
dengan lidah. M. Quraish Shihab mencatat bahwa dalam al-Quran, kata
“syukur” dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat
kali. Lebih lanjut, M. Quraish Shihab mengutip pandangan Ahmad Ibnu Faris
dalam bukunya Maqayis Al-Lughah menyebutkan empat arti dasar dari kata
tersebut yaitu: Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh.
Kedua, kepenuhan dan kelebatan. Ketiga, sesuatu yang tumbuh di tangkai
pohon (parasit). Keempat, pernikahan, atau alat kelamin.
Mengutip pandangan Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang pakar
bahasa al-Qur‟an dan penulis buku Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran yang
fenomenal, M.Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata “syukur” mengandung
arti “gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke
permukaan.” Lebih lanjut, kata ini menurut ulama berasal dari kata
“syakara” yang berarti “membuka” sehingga ia merupakan lawan dari kata
“kafara” (kufur) yang berarti menutup (salah satu artinya adalah) melupakan
nikmat dan menutup-nutupinya.
Dalam konteks ini, al-Qur‟an telah menginformasikan perlunya
bersikap terbuka dalam kehidupan sebagai bentuk rasa syukur. Secara jelas,
redaksi pengakuan syukur dari Nabi Sulaiman yang diabadikan al-Qur‟an:
“Ini adalah sebagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujiku apakah aku
bersyukur atau kufur” (QS An-Naml: 40). Sementara itu, perlunya sikap
terbuka termaktub dalam ayat ini: “Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka
hendaklah engkau menyebut-nyebut” (QS. Adh-Dhuha: 2). Dalam hal ini,
Nabi Muhammad Saw pun bersabda: “Allah senang melihat bekas (bukti)
nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya”
Dalam bahasan syukur ini, kata syukur di dalam berbagai bentuknya
ditemukan di dalam berbagai ayat dan surat di dalam al Qur‟an. Beberapa
diantaranya adalah kata “syukuran”yang disebutkan sebanyak dua kali, yakni
pada S. Al-Furqan: 62 dan S. Al-Insan: 9.17Ayat syukur ini seringkali
ditafsirkan bahwa kata syukuran tersebut digunakan ketika Allah Swt.
menggambarkan bahwa Allah yang telah menciptakan malam dan siang silih
berganti. Keadaan silih berganti itu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
ingin mengambil pelajaran dan ingin bersyukur atas nikmat yang diberikan
Allah. Di dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir berpendapat bahwa
Allah Yang Mahasuci menjadikan malam dan siang silih berganti dan kejar-
mengejar, yang kesemuanya itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang
hendaknya direnungkan dan diperhatikan oleh orang-orang yang ingat
kepada-Nya atau yang hendak bersyukur kepada-Nya.
Di dalam kaitan ini, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur
mencakup tiga sisi. Pertama, syukur dengan hati, yakni kepuasaan batin atas
anugerah. Kedua, syukur dengan lidah, yakni dengan mengakui anugerah
dan memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan, yakni dengan
memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan
penganugerahannya. Lebih dari itu, al-Qur‟an ternyata juga memerintahkan
umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya (S. Al-
Baqarah:152 dan S. Luqman: 12). Itu sebabnya kita diajarkan oleh Allah
untuk mengucapkan “Alhamdulillah”, yang berarti arti “segala puji hanya
untuk Allah”. Namun, ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur
kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah. Misalnya, al-
Qur‟an secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri
kedua orang tua yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini
(QS. Luqman: 14).
Selain kata syukur, di dalam al-Qur‟an ditemukan juga kata syakur.
Kata syakur ini disebut sebanyak sepuluh kali, tiga di antaranya merupakan
sifat Allah dan sisanya menjadi sifat manusia. Al-Ghazali mengartikan syakur
sebagai sifat Allah adalah Ia yang memberi balasan banyak terhadap pelaku
kebaikan atau ketaatan yang sedikit; Ia yang menganugerahkan kenikmatan
yang tidak terbatas waktunya untuk amalan-amalan yang terhitung dengan
hari-hari tertentu yang terbatas.
Dalam hal ini, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa ada juga
hamba-hamba Allah yang syakur, walau tidak banyak, sebagaimana firman-
Nya di dalam QS. Saba‟: 13. Dari sini, tentu saja makna dan kapasitas syakur
hamba (manusia) berbeda dengan sifat yang disandang Allah. Manusia yang
bersyukur kepada manusia/makhluk lain adalah ia yang memuji kebaikan
serta membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik atau lebih banyak dari apa
yang telah dilakukan oleh yang disyukurinya itu. Syukur yang demikian dapat
juga merupakan bagian dari syukur kepada Allah. Sebab, berdasarkan hadis
Nabi Saw, “Wa-man lam yasykur an-nas lam yasykur Allah; Siapa yang tidak
mensyukuri manusia maka ia tidak mensyukuri Allah”. (HR. Abu Daud dan
At-Turmudzi). Hadis ini dapat dimaknai bahwa siapa yang tidak pandai
berterimakasih (bersyukur) atas kebaikan manusia maka ia pun tidak akan
pandai mensyukuri Allah karena kebaikan orang lain yang diterimanya itu
bersumber juga dari Allah.
B. Manfaat dan Kedahsyatan Syukur
syukur bukanlah kata benda mati. Syukur juga bukan kata sifat saja.
Tapi, syukur merupakan kata kerja yang perlu bukti tindakan nyata hingga
akhir hayat kita. Secara lisan, praktik syukur bisa dibuktikan dengan
mengucapkan kata-kata yang baik sekaligus pujian hanya untuk Allah. Dalam
tindakan, syukur ditandai dengan upaya sungguh-sungguh untuk
memanfaatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk kemanfaatan dan
kemaslahatan semua. Lebih lanjut, syukur secara bahasa dimaknai sebagai
upaya membuka dan mengakui diri. Mengakui apa yang kini diperoleh
dan dirasakan semua dari Allah, oleh Allah dan pada akhirnya untuk Allah.
Ungkapan alhamdulillah yang berarti segala puji untuk Allah merupakan
ekspresi kejujuran. Semakin sering kita mengucap alhamdulillah,
sebetulnya kita melatih diri dalam bersikap jujur dalam hubungannya dengan
Allah. Hal ini berbeda ketika kita jarang atau belum mengucapkan
alhamdulillah. Bisa saja, kita lupa alias kurang menyadari betapa pentingnya
kita mengungkap dan mengucap syukur alhamdulillah sebagai ekspresi
kejujuran lahiriah dan batiniah sebagai ciptaan sekaligus hamba Allah
yang Maha Pengasih.
syukur membuat kita bahagia. Semakin kita sering berekspresi syukur
maka semakin kita bahagia. Dalam konteks inilah, Syukur bisa membuat kita
senyum. Senyum tersebut membuat kita menjadi lebih bahagia. Kisah kasih
syukur terungkap dalam al-Qur‟an surat Luqman ayat 12, yaitu:
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah)
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa
yang tidak bersyukur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.
C.Pengertian Gratititde
Rasa syukur dapat membantu meningkatkan ketahanan, membantu
mengurangi risiko ide bunuh diri dengan meningkatkan makna dalam hidup
(Kleimanetal., 2013). Selain itu Rasa syukur juga dapat disosialisasikan
untuk melindungi kesejahteraan subjektif mahasiswa dan mengatasi kesulitan
pandemi dengan lebih baik (Bono, et al., 2020). Robert Emmons, psikolog
dan pakar dunia tentang syukur menjelaskan bahwa rasa syukur sebagai
pengakuan atas kebaikan dalam hidup kita (yang mungkin kita anggap remeh)
seringkali karena tindakan orang lain (Emmonse & Mccullough, 2003)Saat
bersyukur, individu mengidentifikasi dan menghargai niat dan upaya yang
terlibat dalam tindakan (Emmonse & Mccullough, 2003).
Menurut (Emmonse&Mccullough, 2003)menyatakan bahwa
kebersyukuran adalah suatu kecenderungan untuk menyadari dan merespon
dengan rasa terima kasih terhadap diri sendiri atau orang lain dalam
pengalaman positif/negatif yang dialami. Terdapat 4 faktor yang membentuk
kebersyukuran yaitu, 1) Intensity: Mengucapkan terima kasih diharapkan
memiliki pengalaman positif dibandingkan mereka yang kurang berterima
kasih, 2)Frequency: Memiliki sikap batin penuh terima kasih sering merasa
bersyukur setiap harinya dan rasa berterima kasih bisa di dapat karena
kebaikan kecil atau kesopanan, 3)Span: Mengacu pada banyaknya hal-hal
yang patut di syukuri dalam kehidupan seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan,
dan kehidupan itu sendiri, 4)Density: Mengacu pada jumlah orang-orang yang
kehadirannya telah memberikan dampak positif dalam kehidupan seseorang.
Gratitude didefinisikan sebagai emosi, nilai moral, sikap, personality
trait dan coping style. Gratitude berasal dari bahasa Latin gratia yang berarti
grace atau gratefulness (Lopez & Snyder, 2003). Menurut Emmons (2007),
segala kata yang berasal dari kata gratia selalu berhubungan dengan kebaikan,
kemurahan hati, dan keindahan memberi maupun menerima. Gratitude
memiliki kedudukan utama dalam berbagai pandangan filosofis maupun
religius. Agama-agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Buddha telah
mengakui pentingnya gratitude (Emmons dan Crumpler, 2000) sehingga
gratitude disebut sebagai nilai terbesar dalam diri individu dan menjadi induk
dari nilai-nilai kebaikan yang lain. Gratitude merupakan suatu bentuk emosi
positif dalam mengekspresikan kebahagiaan dan rasa terimakasih terhadap
segala kebaikan yang diterima (Seligman, 2002). Individu bersyukur karena
menyadari bahwa dirinya banyak menerima kebaikan, penghargaan dan
pemberian baik dari Tuhan, orang lain dan lingkungan sekitarnya sehingga
terdorong untuk membalas, menghargai dan berterimakasih atas seegala
sesuatu yang diterimanya dalam bentuk perasaan,perkataan dan perbuatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang
dimaksud di sini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lexy J.
Moleong, bahwa penelitian ini adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Pemaknaan terhadap jenis penelitian ini mengikuti pemaknaan
Sugiyono, bahwa metode penelitian yang digunakan untuk meneliti, obyeknya
alamiah, di mana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
datanya secara triangulasi (gabungan), analisisnya bersifat induktif, dan hasil
penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

B.FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian atau variabel adalah gejala utama berupa konsep
mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang yang
hendak diamati. Selanjutnya, Fokus dalam penelitian ini meliputi dua hal
yakni:
1. Focus tentang pedoman hidup masyarakat
2. Focus terhadap gratitude masyarakat
Hubungan antar fokus dalam penelitian ini belum dapat ditentukan
dalam rencana penelitian dan diharapkan dapat muncul setelah melalui
tahapan analisis hasil penelitian. Oleh sebab itu, jika analisis penelitian dapat
menemukan hubungan antar fokus, maka hubungan tersebut akan disajikan
dalam bagian pembahasan hasil penelitian.
C.SUMBER DATA PENELITIAN
Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber pendukung, baik berupa buku,
artikel, jurnal ilmiah dan lain sebagainya yang relevan dengan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian. Sebagai bahan pendukung, peneliti
menggunakan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Selain itu peneliti
juga menggunakan beberapa artikel sebagai pelengkap, dan juga buku
pedoman penelitian tesis.

D.METODE PENGUMPULAN DATA


Untuk memperoleh data empiris yang sebaik-baiknya, maka
diperlukan adanya metode pengumpulan data yang tepat sesuai dengan
masalah dan obyek yang diteliti. Dalam pengumpulan data ini, peneliti
menggunakan beberapa metode antara lain:
a.Wawancara
Menurut Lincoln dan Guba sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J
Moleong, wawancara diadakan untuk mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Dalam melaksanakan tehnik wawancara, pewawancara atau peneliti harus
mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja
sama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang
sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara
terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa
pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan
agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang
dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga
digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui
pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.
Data yang dikumpulkan dalam wawancara bersifat verbal dan non
verbal. Pada umumnya yang diutamakan adalah data verbal yang diperoleh
melalui percakapan atau tanya jawab. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
alat perekam agar memudahkan dalam pengumpulan data. Akan tetapi alat
ini digunakan senyaman mungkin agar tidak mengganggu proses wawancara
dan informan tidak keberatan serta merasa tidak terganggu dengan keberadaan
alat tersebut. Selain menggunakan alat perekam, peneliti juga menggunakan
buku catatan karena ada pesan-pesan seperti gerak muka dan tubuh responden
yang bermakna dan yang tidak dapat ditangkap oleh alat perekam. Percakapan
dicatat dalam buku tulis, akan tetapi mencatat mempunyai sejumlah
kelemahan.
Mencatat dapat mengganggu lancarnya pembicaraan dan tidak mudah
mengadakan pencatatan sambil mengadakan wawancara. Apa yang dicatat
sangat terbatas dan perlu dilengkapi dengan ingatan. Ingatan tidak selalu
dapat dipercaya, selain itu sukar di bedakan antara data deskriptif dengan data
tafsiran. Itu sebabnya diusahakan untuk merekam kegiatan wawancara
tersebut.
b. Dokumentasi
Data dalam penelitian kualitatif, selain bersumber dari manusia, ada
pula yang bersumber bukan dari manusia diantaranya, dokumen, foto, dan
bahan statistik. Dokumentasi, asal katanya dari dokumen yang artinya barang-
barang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

E.TEKNIK ANALISIS DATA


Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
dari catatan hasil wawancara dan dokumen. Menurut Miles & Huberman,
dalam analisis kualitatif yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari
analisis ia merupakan bagian dari analisis data. Reduksi data juga merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik
kesimpulan dan diverifikasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data termasuk teknik analisis data. Penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Dengan demikian maka kita akan dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Lebih jauh
menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang
didapat dari penyajian-penyajian data tersebut.
c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Menarik kesimpulan/verifikasi merupakan kegiatan paling penting dalam
analisis data kualitatif. Kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai
pengumpulan data berakhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan
catatan lapangan. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu
kegiatan konfigurasi yang utuh. Komponen- komponen analisis data dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan Data Penyajian
Data

Red uksi Data


Kesimpulan -kesimpulan:
Penarikan / Verifikasi

Gambar 1.1: Proses Analisis Data


Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,
berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data penyajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara
berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul-menyusul.

F.PENGECEKAN KEABSAHAN DATA


Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang
dihasilkan dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengecekan
keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam
proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas pada hasil akhir
dari suatu penelitian. Adapun teknik pengecekan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dilakukan
dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari informan satu ke informan lainnya.
Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan
jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara


b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dalam penelitian ini, teknik trianggulasi sumber dilakukan peneliti
adalah dengan membandingkan data yang diperoleh dari lapangan (data
primer dengan data sekunder) yang didapat dari dokumen-dokumen serta
relevansi buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian.

G.TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN


Kegiatan yang dilakuakn dalam tahap ini adalah mengumpulkan data
dengan instrumen yang sudah dipersiapkan, mengolah data, menganalisis data
dan menyimpulkan data. Dalam kegiatan ini peneliti membawa surat izin dari
Universitas untuk langsung terjun ke lokasi penelitian guna pengambilan data
penelitian.

H.TAHAP PENELESAIAN
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian.
Data yang sudah diolah, disusun, disimpulkan, diverifikasi selanjutnya
disajikan dalam bentuk penelitian laporan penelitian. Kemudian peneliti
melakukan member chek, agar hasil penelitian mendapat kepercayaan dari
informan dan benar-benar valid. Langkah terakhir yaitu penelitian laporan
penelitian yang mengacu pada peraturan penelitian karya ilmiah di kampus.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bantanie, Syafii, Dahsyatnya Syukur, Jakarta: Qultum Media, 2009.


Amsari, Fuad, Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia,
Jakatra: Gema Isani Press, 1995.
Abdurrahman dkk., Al-Qur‟an dan Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta:
elSAQ Press, 2011.
Mahfud, Choirul. (2014). THE POWER OF SYUKUR Tafsir Kontekstual
Konsep Syukur dalam al-Qur‟an. Lembaga Kajian Agama dan Sosial (LKAS)
Surabaya. 9(2)
Aniyatussaidah, Aulia Ilfanadan Supriadi Suaib. (2021). GRATITUDE
PADA MASA PANDEMI COVID. Universitas Negeri Jakarta.1(1)

Anda mungkin juga menyukai