Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIVITAS PRESTASI AKADEMIK PEMUDA KAJIAN DAKWAH DAN

PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN PEMUDA TONGRONGAN PADA MASA


PANDEMI DI PEKANBARU, RIAU.

Dosen Pengampu: Syahri Ramadhan, S.Psi., M.S.I

Disusun Oleh :
Dhinda Muthiara Rahma (198110006)

KELAS 5B
ILMU PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERISTAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan proposal Seminar
Psikologi Islami ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan
proposal Seminar Psikologi Islami ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa laporan proposal Seminar Psikologi Islami ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya laporan proposal Seminar Psikologi Islami selanjutnya yang
lebih baik lagi.

Pekanbaru, 25 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN).....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................2
C. Batasan Masalah................................................................................................2
D. Rumusan Masalah..............................................................................................2
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................3
F. Kegunaan Penelitian..........................................................................................3
BAB II (TINJAUAN TEORITIS)............................................................................4
A. Prestasi Akademik..............................................................................................4
B. Pandemi Covid...................................................................................................6
C. Kajian Dakwah...................................................................................................7
D. Penerapan Protokol Kesehatan...........................................................................9
BAB III (METODE PENELITIAN)......................................................................11
A. Jenis Penelitian.................................................................................................11
B. Tempat Penelitian............................................................................................11
C. Informan Penelitian..........................................................................................11
D. Metode Pengumpulan Data..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2008) prestasi akademik sendiri merupakan
hasil pelajaran yang yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi akademik menurut perspektif
kognitif sosial dipandang sebagai hubungan yang kompleks antara kemampuan individu,
persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan akan kesuksesan, strategi kognitif dan
regulasi diri, gender, gaya pengasuhan, status sosioekonomi, kinerja dan sikap individu
terhadap sekolah (Clemons, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi akademik individu
ditentukan oleh dua faktor, baik eksternal maupun internal.
Prestasi belajar atau prestasi akademik juga merupakan serangkaian kalimat yang
terdiri dari dua kata, yang prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan
dan diantaranya mempunyai pengertian yang berbeda. Prestasi itu tidak mungkin dicapai atau
dihasilkan oleh seseorang selama tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau
dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyatannya untuk mendapatkan prestasi tidak
semudah membalikan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan
dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan
dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar atau
akademik sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum
mereka sepakat bahwa prestasi belajar atau akademik adalah “hasil” dari suatu kegiatan.
Tentang hal ini Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Pemikiran dakwah sebagai suatu konstruk akal-budi, selalu merupakan hasil bentukan
konteks budaya yang melatarinya (culturally construktred). Ia senantiasa terbangun oleh
unsur-unsur kebudayaan tempat setiap figur pemikir dan pelopor dakwah bertumbuh
kembang. Unsur kebudayaan dalam hal ini tercermin pada konteks sosio-politik, lingkaran
akademik, dan organisasi dakwah yang menjadi tempat figur dakwah dibesarkan. Yang
kemudian latar inilah yang membentuk konsepsi paradigma dan strategi dakwah setiap juru
dakwah.
Dakwah juga melibatkan pertukaran dengan Tuhan. Hal ini dilihat dari suatu makna,
bahwa apa pun yang menjadi tindakan manusia pada dasarnya tidak terlepas dari adanya
pengaruh Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Yunus ayat 61, yang
berbunyi :
‫ُكنَّا َعلَ ْي ُك ْم ُشهُودًا إِ ْذ تُفِيضُونَ فِي ِه ۚ َو َما يَ ْع ُزبُ ع َْن َربِّكَ ِم ْن‬ ‫آن َواَل تَ ْع َملُونَ ِم ْن َع َم ٍل إِاَّل‬ ٍ ْ‫َو َما تَ ُكونُ فِي َشأْ ٍن َو َما تَ ْتلُو ِم ْنهُ ِم ْن قُر‬
ٍ ‫فِي ال َّس َما ِء َواَل أَصْ َغ َر ِم ْن ٰ َذلِكَ َواَل أَ ْكبَ َر إِاَّل فِي ِكتَا‬
‫ب ُمبِي ٍن‬ ‫ض َواَل‬ ِ ْ‫ِم ْثقَا ِل َذ َّر ٍة فِي اأْل َر‬
Yang artinya :
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan
kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom)
di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari
itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian dengan judul : “EFEKTIVITAS PRESTASI AKADEMIK PEMUDA
KAJIAN DAKWAH DAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN PEMUDA
TONGRONGAN PADA MASA PANDEMI DI PEKANBARU, RIAU.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka teridentifikasi atau diketahui
tentang masalah ini adalah :

1. Kurangnya kesadaran penggunaan masker pada pemuda tongkrongan.


2. Tidak ada jarak pada saat kajian dakwah berlangsung.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mendalam dalam melakukan kajian, maka dilakukan
atau ditetapkan masalah penelitian, yaitu EFEKTIVITAS PRESTASI AKADEMIK
PEMUDA KAJIAN DAKWAH DAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PEMUDA TONGRONGAN PADA MASA PANDEMI DI PEKANBARU, RIAU.

D . Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah dalam


penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana prestasi akademik pemuda kajian dakwah di pekanbaru?

2
2. Bagaimana penerapan jaga jarak pada pemuda kajian dakwah dengan pemuda
tongkrongan di pekanbaru?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:

1. Prestasi Akademik pemuda kajian dakwah di pekanbaru.


2. Penerapan jaga jarak pada pemuda kajian dakwah dengan pemuda
tongkrongan di pekanbaru.

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui prestasi akademik pemuda


dakwah dan pemuda tongkrongan. Diharapkan juga penelitian dapat memberikan
gambaran bagaimana dalam sisi Islam menjelaskan mengenai hal tersebut.

2. Secara Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan contoh
terhadap masyarakat mengenai prestasi akademik pemuda dakhwa dengan pemuda
tongkrongan sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman terhadap satu sisi tersebut.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PRESTASI AKADEMIK

Menurut Bloom (Hawadi, 2006) prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses
belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman,
penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi. Mardjohan (Haripoernomo, 2003)
mendefinisikan prestasi akademik merupakan indikator kunci yang menunjukkan penguasaan
seorang siswa terhadap materi pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan di sekolah.
Materi pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan di sekolah dengan baik. Sedangkan
Syah (Haripoernomo, 2003) mendefinisikan prestasi akademik adalah prestasi siswa yang
ditandai dengan terjadinya perubahan psikologis, sebagai akibat dari pengalaman dan proses
belajar siswa, yang mencakup perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Mengacu kepada beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, prestasi akademik
adalah hasil belajar dalam bidang akademis yang merefleksikan kemampuan dan kinerja
mahasiswa terhadap materi pelajaran yang bersifat multidimensi yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai.

Menurut Mas‟ud Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang
telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan
keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Djamarat menjelaskan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
dilakukan, baik secara individual maupun kelompok (Syaiful Bahri Djamarat, 1994, p.19).
Menurut Russfendi, prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam
bahasa indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.
Prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan
sesuatu (Russefendi,1991, p.289). Jadi prestasi seseorang akan sangat berhubungan dan

4
dipengaruhi oleh seberapa besar usaha yang ia lakukan untuk memperolehnya. Sedangkan
belajar itu sendiri memiliki beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli,
diantaranya adalah: M. Dalyono, beliau mendefinisikan belajar sebagai usaha atau kegiatan
yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang, yang mencakup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2011, p.78). Witheringon, dalam buku Education Psychology,
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian (M. Ngalim Purwanto, 2006, p.84). Berdasarkan definisi
dari dua kata di atas, dapat kita simpulkan bahwasannya prestasi belajar atau akademik akan
sangat dipengaruhi oleh seberapa besar usaha seseorang untuk mencapai prestasi belajar yang
gemilang (Subhan Adi Santoso, 2020, p.163).
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses, artinya kegiatan belajar senantiasa
dinamis dan mengarah kepada terjadinya perubahan dalam diri pembelajar. Dalam hal ini
Pasaribu melukiskan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1992, p.73). Ada banyak faktor yang mendorong
terjadinya proses belajar yang efektif, antara lain, motivasi, kualitas dan kuantitas perhatian
selama belajar, kemampuan menerima dan mengingat, kemampuan menerapkan belajar pada
situasi baru yang dihadapi, kemampuan mendemonstrasikannya (Subhan Adi Santoso, 2020,
p.163).
Begitu juga dengan Djamarah, yang mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktifitas belajar (Djamarah, Syaiful, B, 1984, p.103). Konsep prestasi
belajar seperti diatas merupakan arti secara umum. Dalam kaitannya dengan sejauh mana
tingkat kemampuan siswa menguasai pelajaran yang telah diajarkan kepadanya. Dari
pendapat para ahli ini dapat diberikan dua ciri-ciri belajar, yaitu: a) terjadinya interaksi, b)
adanya tingkah laku baru sebagai hasil interaksi. Dan tingkah laku yang baru itulah yang
pada umumnya disebut sebagai prestasi belajar atau akademik. Dengan demikian sebagai
prestasi belajar atau akademik seorang pemuda adalah perubahan perilaku pemuda
(pengetahuan, sikap dan atau keterampilan) sebagai hasil dari interaksi dengan para guru di
sekolah. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar ini, Gagne
dan Grounlound membagi ke dalam lima ragam belajar, yaitu:
a. Informasi verbal
b. Keterampilan intelektual

5
c. Keterampilan motorik
d. Sikap
e. Siasat kognitif . (Gagne, Robert, M., 1983, p.247)
Prestasi belajar yang diharapkan setelah pemuda mengikuti program pendidikan atau
proses belajar mengajar adalah adanya perubahan perilaku pemuda mengenai pengetahuan,
sikap dan perilaku serta keterampilan yang dicapai selama selang waktu tertentu. Hal ini
sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Bloom tentang tiga taksonomi ranah
prestasi belajar, yang dikemukakan oleh Sudjana yaitu:
a. Ranah kognitif, meliputi: 1) ingatan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) sintesis, 5)
evaluasi.
b. Ranah afektif, meliputi: 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4)
organisasi, 5) Internalisasi.
c. Ranah psikomotorik, meliputi: 1) gerakan refleks, 2) keterampilan gerakan dasar, 3)
kemampuan perseptual, 4) keharmonisan dan ketetapan, 5) gerakan berupa keterampilan-
keterampilan yang bersifat kompleks, 6) gerakan ekspresif dan interprelatif. (Sudjanah, 1992,
p.28). Sebagai kesimpulan dari hal tersebut prestasi belajar adalah kemampuan yang
diperolah siswa setelah ia melakukan proses belajar baik dalam bedang studi tertentu maupun
dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar sebagai alat untuk
mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan, tingkah laku dan keterampilan.
Sedangkan dalam Islam anjuran atau perintah untuk belajar atau menuntut ilmu
terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
َ ُّ‫) ا ْق َر ْأ َو َرب‬2( ‫ق‬
‫) َعلَّ َم اإْل ِ ْن َسانَ َم••ا لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬3( ‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫) َخل‬1( ‫ق‬
)5(
Yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Ayat tersebut memerintahkan kita untuk membaca karena membaca adalah kunci ilmu
pengetahuan atau merupakan kunci membuka jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.
B. PANDEMI COVID-19
Virus COVID-19 ini adalah virus severe acute respiratory syndrome coronavirus
2(SARS-CoV-2) yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Virus ini menyebar
melalui droplet penderita COVID-19 yang menempel di berbagai tempat umum dan tidak
sengaja disentuh oleh orang yang kondisi tubuhnya sedang tidak sehat atau sistem imun nya

6
lemah. Penyebaran virus ini sangatlah cepat dan mudah hingga memakan banyak korban di
dunia.

Covid-19 adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia (Ni Komang Suni Astini, 2020). Virus ini berbeda dengan virus sebelumnya
yang juga berasal dari negara China seperti flu burung atau flu babi yang penularannya
melibatkan hewan. Namun seiring berjalannya waktu, akhir tahun 2019 berasal dari Wuhan
China muncul virus bernama corona atau Covid-19 yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia
tanpa terkendali yang merepotkan seluruh negara baik itu negara maju maupun negara
berkembang, termasuk Indonesia yang pada akhirnya Covid 19 ini ditetapkan sebagai wabah
pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada 12 Maret 2020 (Novia Nur Kharisma
dkk, 2020).

C. KAJIAN DAKWAH
Secara etimologis (lughatan) dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata da’a,
da’watan, yad’u, yang secara kesamaan memiliki arti dengan al-nida’ yang mengandung arti
mengajak, menyuru, memanggil, memanjatkan doa ajakan, seruan, panggilah kepada Islam
atau persaksian Islam. Di dalam al-Qur’an, kata dakwah dan derivasinya terulang sebanyak
215 kali . Secara terminologis (istilah), dakwah Islam mempunyai beberapa pengertian yang
telah diberikan oleh para pakar di antaranya sebagai berikut :
Syed Qutb, misalnya memberikan pengertian dakwah adalah mengajak atau menyuru orang
lain masuk kedalam sabilillah (jalan allah), bukan untuk mengikuti da’I atau bukan pula
untuk mengikuti sekelompok orang. buka zahrah menjelaskan bahwa dakwah dapat
dibedakan dalam dua hal : Pertama, pelaksanaan dakwah perorangan. Kedua, adanya
organisasi dakwah untuk menunaikan misi dakwah. Dalam pengertian ini, yang pertama
dapat disebut tabligh, dan yang terakhir disebut dakwah bi al-harakah atau dakwah dalam arti
yang lebih luas.
Prof. DR. Tutty A.S, menulis mengenai definisi dakwah lebih condrong dengan
pendapat yang mengatakan bahwa dakwah adalah proses transaksional untuk terjadinya
perubahan perilaku individual melalui prosesproses komunikasi, persuasi, dan pembelajaran
yang berkelanjutan. (dakwah is the transactional process of initiating behavioral changes of
individual through the series of communication, persuasion and continuous learning).
Sedangkan menurut, prof. DR. achmad mubarok, dakwah ialah usaha mempengaruhi orang
lainagar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da’i.

7
Setiap da’I agama apa pun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka
bersikap dan bertingkah laku sesuai Dengan agama mereka. Dengan demikian pengertian
dakwah Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah
laku Islam (memeluk agama Islam). Berdasarkan berbagai pandangan di atas, dakwah Islam
dapat dikembangkan menjadi suatu proses mengajak ummat manusia supaya masuk ke jalan
Allah secara menyeluruh, baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan, sebagai ihtiar
ummat muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan syahsiya,
unsur, jam’ah, dalam semua aspek kehidupan secara berjama’ah segingga terwujud khairul
ummat.
Syekh Ali Mahfudz misalnya, mengartikan dakwah dengan memotivasi manusia
kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, serta mengajak untuk melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang dipandang terpuji dan mencegah mereka dari melakukan kebiasaan-kebiasaan
yang dipandang tidak pantas oleh akal maupun syara’. Senada dengan itu, Ilyas Ismail, seraya
mengutip dari Azizi Ibn Farhan al-Anzi, menjelaskan bahwa dakwah juga dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas untuk memotivasi orang lain dengan bas}i>rah supaya menempuh
jalan yang diridai Allah SWT. Basirah maksudnya pengetahuan yang mendalam dengan
tujuan agar motivasi ini tepat sasaran. Dakwah Islam dengan basirah maknanya berarti
dakwah yang disebarluaskan dengan cara damai dan bukan dengan kekerasan, serta
mengutamakan aspek kognitif (kesadaran intelektual) dan afektif (kesadaran emosional).
Amrullah Ahmad mendefinisikan dakwah sebagai ikhtiar mengajak manusia masuk ke jalan
Allah (sistem Islam) sehingga Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan pribadi
(syakhsiyyah), keluarga (usroh), kelompok (jama’ah)sehingga tercipta khairul ummah.
Dalam realisasinya, usaha mengajak itu dengan melibatkan unsur-unsur penyeru, pesan,
media, metode, yang diseru, dan tujuan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat definisi yang
beragam redaksi dan pengungkapannya, namun dari semua definisi itu dapat ditarik benang
merah bahwa tujuan dakwah Islam adalah transformasi atau perubahan menuju kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan ajaran Islam kerena adanya kesadaran dalam diri
sendiri dan tanpa paksaan. Hal ini sejalan dengan firman ALLAH SWT dalam surah Al-
Ra’du ayat 11 yang berbunyi :
‫ات ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر هَّللا ِ ۗ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ••وْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّرُوا َم••ا بِأ َ ْنفُ ِس• ِه ْم ۗ َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِقَ••وْ ٍم‬
ٌ َ‫لَهُ ُم َعقِّب‬
ٍ ‫سُو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهُ ۚ َو َما لَهُ ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َو‬
‫ال‬

Yang artinya :

8
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Ayat diatas bermakna bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum atau tidak
mencabut dari mereka nikmat-nya atau rizki sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri dari keadaan baik dengan melakukan perbuatan durhaka. Dan
apabila Allah mengkehendaki keburukan terhadap suatu kaum yakni dengan menimpakan
azab dan begitu pula lah dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-nya. Kemudian selain
Allah sendiri tidak seorang pun yang dapat mencegah datangnya azab Allah terhadap mereka.
D. PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
Belum ditemukannya antiviral spesifik sebagai vaksin merupakan alasan terbesar
penerapan protokol kesehatan semasa pandemik (Gennaro et al., 2020). Protokol kesehatan
tersebut berfungsi sebagai pencegah penyebaran infeksi Corona virus kepada masyarakat
luas. Beberapa contoh protokol kesehatan yang telah diterbitkan pemerintah Indonesia selama
masa pandemi Corona virus yaitu: a) Menggunakan masker; b) Menutup mulut ketika batuk
dan bersin dikeramaian; c) Istirahat dengan cukup apabila suhu badan 38° C atau lebih serta
batuk dan pilek; d) Larangan menggunakan transportasi umum bagi masyarakat yang sedang
sakit; e) Jika terdapat masyarakat yang memenuhi keriteria suspek maka akan dirujuk ke
rumah sakit Covid atau melakukan isolasi (Kantor Staf Presiden, 2020).
 Fungsi Masker Pelindung Wajah
Masker pelindung wajah merupakan salah satu bentuk self protection selama masa pandemi
Corona virus. Pernyataan tersebut juga telah diperkuat oleh World Health Organization
(WHO) melalui panduan sementara yang diumumkan pada tanggal 06 April 2020 mengenai
anjuran mengenaikan masker (World Health Organization, 2020b). Masker pelindung wajah
sangat penting digunakan karena tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tapi juga sebagai
pencegah penyebaran infeksi Corona virus (Shen et al., 2020). Melalui penggunaan masker
pelindung wajah, proses penyebaran Corona virus juga dapat dikendalikan (Cheng et al.,
2020). Masker pelindung wajah terdiri atas beberapa jenis yaitu; masker medis dan masker
respirator. Masker medis merupakan masker sekali pakai yang waktu pakainya maksimal ±4
jam dan tidak dapat digunakan kembali ketika basah (Lepelletier et al., 2020). Masker medis
memiliki tingkat penetrasi partikel 44%, sehingga mampu melindungi diri dari virus dan

9
tidak beresiko memunculkan penyakit lain (Szarpak et al., 2020). Masker respiratori
merupakan salah satu media penyaring dalam bentuk topeng. Masker respiratori berfungsi
sebagai salah satu alat pelindung petugas kesehatan yang terpapar virus (Ippolito et al., 2020).
 Mencuci Tangan
Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi Corona virus seperti mencuci tangan
merupkan salah satu langkah yang perlu dilakukan masyarakat. World Health Organization
(WHO) juga telah menjelaskan bahwa menjaga kebersihan tangan telah mampu
menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi Corona virus (World Health Organization,
2020d). Meski demikian, mencuci tangan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan oleh
masyarakat. Mencuci tangan dengan benar dalam waktu 20 detik atau lebih menggunakan air
mengalir dan sabun cair merupakan cara efektif yang dianjurkan dan sangat perlu masyarakat
terapkan (Khedmat, 2020). Melalui tindakan mencuci tangan siklus transmisi dan resiko
penyebaran Corona virus antara 6% dan 44% dapat dikurangi (Chen et al., 2020).
 Menggunakan Handsanitizer
Menggunakan hand sanitizer merupakan cara lain untuk menjaga kebersihan tangan selain
mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Hal tersebut dikarenakan Hand
sanitizer mampu mencegah terjadinya infeksi mikroba pada manusia (Dewi et al., 2016).
Pada hand sanitizer atau antiseptic yang mengandung sebanyak 62%-95% alkohol mampu
melakukan denaturasi protein mikroba dan mampu menonaktifkan virus (Lee et al., 2020).
Melihat hal tersebut, maka proses penyebaran dan infeksi Corona virus pada masyarakat
tentu dapat diminimalisir. Meski penggunaan hand sanitizer atau antiseptic dianjurkan selama
masa pandemi Corona virus, namun pemakaian hand sanitizer secara terus-menerus sangat
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar pada kulit(Asngad, A.,
Bagas, A.R., 2018). Sehingga penggunaan hand sanitizer lebih baik dilakukan saat berada di
luar rumh atau saat tidak ada fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
 Social Distancing
Social distancing merupakan salah satu kebijakan yang kini diterapkan masyarakat dunia
selama masa pandemi Corona virus. Selama menjalankan kebijakan Social distancing
pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa kegiatan seperti: a) Belajar dan bekerja dari
rumah; b) Tinggal di rumah; c) Melarang kegiatan dikermaian dan; d) Membatasi jam
operasional di tempat umum(Yanti et al., 2020). Tujuan dari kegiatan Social distancing atau
physical distancing adalah meminimalisir interaksi antar masyarakat yang kemungkinan
terdapat beberapa warga terinfeksi namun tidak melakukan self isolation (Suppawittaya et al.,

10
2020). Selain itu kegiatan social distancing juga memiliki dampak signifikan dalam
meminimalisir tingkat kejahatan akibat adanya krisis ekonomi selama masa pandemi Corona
virus (Ippolito et al., 2020). Menurut Wold Health Organization (WHO) proses social
distancing dapat dilakuan dengan menjaga jarak sejauh 1 meter atau 3 kaki dengan orang lain
(World Health Organization, 2020c).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang juga menggunakan Al-Qu’an
sebagai bahan referensinya. Yang dimaksud di sini sama dengan yang disampaikan oleh
tokoh bernama Moleong (2007: 6) yang dimana ia menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh
subjek penelitian. Lebih pas dan cocok digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian perilaku, sikap, motivasi, persepsi dan tindakan subjek.

B. TEMPAT PENELITIAN

Tempat penelitian kali ini adalah dua lokasi yang berbeda. Dimana lokasi penelitian
pertama itu di Masjid Al-Hikmah yang berlokasi di jalan Bima nomor 5 (Kartini),
Pekanbaru dan lokasi penelitian kedua itu di taman kreasi alam yang bernama Asia Farm
HayDay yang berlokasi di jalan Badak Ujung, Sail, Kecamatan Tenayan Raya,
Pekanbaru.

C. INFORMAN PENELITIAN

Subjeknya adalah kenalan atau teman pengajian dan SMA dari kakak si penulis yang
tiap hari sabtu malam minggu mengadakan kajian remaja di Masjid Al-Hikmah dan pada
hari minggunya jalan-jalan atau nongkrong atau bersua foto di taman kreasi Asia Farm
HayDay.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam
metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan

11
menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Caranya yakni :

Kejadian yang saya amati pada lokasi pertama ditemukan bahwa saat hendak masuk
kedalam masjid para jama’ah atau pemuda yang datang diwajibkan untuk memakai
Handsanitizer yang ada didepan pintu masjid, panitia kajian juga mengecek para jama’ah atau
pemuda apakah ada yang tidak memakai masker atau tidak. Dan bila ada yang tidak memakai
masker maka panitia akan membagikan masker dan meminta untuk memakainya.

Kemudian saya mengobservasinya dari segi jarak tempat duduk ditemukan bahwa
memang sedikit berdekatan dikarenakan dalam masjid yang tidak begitu luas, berbeda dengan
halaman masjid yang lumayan luas untuk tempat parkir motor sedangkan parkir mobil diluar
pakar. Namun begitu panitia kajian tetap menguasahakan untuk agar kajian tersebut tetap
mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kemudian saya mengobservasinya dari beberapa pertanyaan atau kuis yang disediakan
oleh panitia kajian sesuai dengan materi ceramah yang disampaikan oleh ustadz, ditemukan
bahwa banyak sekali pemuda yang antusias ingin menjawab pertanyaan tersebut. Padahal
pertanyaan tersebut ada ditengah-tengah materi ceramah yang buat pemuda tidak fokus
mendengarkan ceramah tersebut mungkin tidak bisa menjawabnya, namun kenyataan yang
saya liat malah sebaliknya. Hal ini terlihat Prestasi Akademik dari pemuda yang hadir
disana sangat bagus sekali atau tercemat, teliti dan fokus dalam mendengarkan ceramah
kajian yang disampaikan oleh ustadz.

Selanjutnya kejadian yang saya amati pada lokasi kedua ditemukan bahwa saat hendak
masuk kedalam taman kreasi tersebut memang diperikasa apakah memakai masker atau tidak.
Namun, saat sudah didalam banyak pemuda yang melepaskan atau tidak memakai masker.
Kemudian saya mengobservasinya dari segi jarak, ada beberapa pemuda yang tetap menjaga
jarak namun ada juga yang tidak menjaga jarak. Seperti bersua foto di salah satu bangunan
miniatur kincir angin yang pada saat itu banyak orang disekitar itu dan banyak lagi yang saya
temui pemuda yang tidak menjaga jarak dibeberapa wahana atau bangunan miniatur lainnya.

12
2. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi


dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan
kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap
muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan
untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan
yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Caranya yakni :

Pada lokasi yang pertama saya sempat mewawancarai beberapa orang narasumber atau para
jama’ah pemuda yang hadir dalam kajian, seperti :

1. Apa alasan abang-abang kakak-kakak sekalian mengikuti kajian remaja di masjid ini?
Lalu 4 orang jama’ah atau pemuda menjawab “ kami datang karena tema kajian
menarik atau sesuai dengan minat atau yang lagi hits dikalangan kami saat ini
ditambah dengan ustadz nya pun enak kali memberikan kajian atau ceramah sehingga
kami mudah dengan cepat menangkap inti sari dari yang disampaikan oleh ustadz
tersebut”.
2. Apa alasan kakak-kakak sekalian tidak menjaga jarak antar tempat duduk didalam
masjid ini? Lalu 3 orang jama’ah atau pemuda menjawab “ dalam masjid yang tidak
memungkinkan kami untuk mengikuti jarak yang ditetapkan pemerintah dek, sempit
namun begitu karna kami ingin belajar terkait tema kajian hari ini maka itu tidak
menjadi masalah dek asalkan kami tetap memakai masker”.

Melihat jawaban dari 3 orang kakak-kakak pemuda tersebut mengingatkan saya


tentang sebuah hadist shahih riwayat oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu
Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no.
78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, yang berbunyi :

ِ ‫ َو َم ْن يَ َّس• َر َعلَى ُمع‬،‫ب يَوْ ِم ْالقِيَا َم• ِة‬


‫ يَ َّس• َر‬،‫ْس• ٍر‬ ِ ‫س هللاُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬ َ َّ‫ نَف‬،‫ب ال ُّد ْنيَا‬
ِ ‫س ع َْن ُم ْؤ ِم ٍن ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬ َ َّ‫َم ْن نَف‬
‫ َوهللاُ فِي عَ•وْ ِن ْال َعبْ• ِد َم•ا َك•انَ ْال َعبْ• ُد فِي‬،‫آلخ• َر ِة‬ ِ ‫ َستَ َرهُ هللاُ فِي ال ُّد ْنيَا َو ْا‬،‫ َو َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًما‬،‫هللاُ َعلَ ْي ِه فِي ال ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ َر ِة‬
‫ت‬ِ ‫ت ِم ْن بُيُ••و‬ ٍ ‫ َو َما اجْ تَ َم َع قَ••وْ ٌم فِي بَ ْي‬،‫ َسه ََّل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬،‫ط ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫ك‬ َ َ‫ َو َم ْن َسل‬،‫عَوْ ِن أَ ِخي ِه‬
ُ‫ َو َذ َك• َرهُ ُم هللا‬،ُ‫ َو َحفَّ ْتهُ ُم ْالـ َمالَئِ َكة‬،ُ‫ َو َغ ِشيَ ْتهُ ُم الرَّحْ َمة‬،ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ِكينَة‬
ْ َ‫ إِاَّل نَ َزل‬،‫َارسُونَهُ بَ ْينَهُ ْم‬ َ ‫هللاِ يَ ْتلُونَ ِكت‬
َ ‫َاب هللاِ َويَتَد‬
ِ ‫ لَـ ْم يُس‬،ُ‫ َو َم ْن بَطَّأ َ بِ ِه َع َملُه‬،ُ‫فِي َم ْن ِع ْن َده‬.
ُ‫ْر ْع بِ ِه نَ َسبُه‬

13
Yang artinya : “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang
mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa
memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah
memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim,
maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba
selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu
kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat
meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah
para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat
dikejar dengan nasabnya.”

Maksud hadist tersebut ialah ALLAH SWT berjanji bahwa bagi orang-orang yang berjalan
dalam rangka menuntut ilmu atau mendengarkan kajian atau ceramah atau dakwah, maka
Allah akan mempermudahkan jalan baginya menuju Surga. Masyaallah, begitu mulianya
orang-orang yang hadir dalam kajian remaja atau dakwah atau ceramah dimasjid.

Dari dua pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemuda yang datang kekajian
masjid itu karena judul atau tema kajian yang menarik, lagi hits dikalangan pemuda saat ini,
begitu pula dengan ustadz yang membawakan kajian atau ceramah atau dakwah tersebut.
Dimana ustadz itu menyesuaikan cara dia mendakwah atau memberi ceramah atau kajian itu
bisa menyesuaikan dengan yang hadir saat itu, misalnya yang hadir rata-rata para pemuda
maka cara ustadz tersebut pakai bahasa gaul atau kata-kata yang santai atau mudah diterima
dikalangan pemuda. Beda bila yang hadir rata-rata ibuk-ibuk atau bapak-bapak yang sudah
lanjut usia, maka cara ustadz tersebut santai atau dengan kalimat yang bisa diterima
dikalangan itu. Tentu hal itu tidak terlepas dari pengalaman-pengalaman yang sudah
dipelajari ustadz tersebut dikehidupannya tentang teknik-teknik yang ia pakai dalam dakwah
atau ceramah.

Kemudian kita harus melapangkan dada atau hati kita ketika mengikuti kajian atau
menuntut ilmu, walau itu ruangannya sempit , panas, dll tetapi ingatlah hadist tersebut.
Dimana Allah mempermudahkan jalan kita menuju surganya kelak.

Selanjutnya pada lokasi yang ke 2 saya sempat mewawancarai beberapa pemuda yang ada
disana, seperti :

14
1. Apa alasan abang-abang kakak-kakak sekalian tidak menjaga jarak disini? Lalu 4
orang pemuda menjawab “bagaimana lagi dek, kami bosan dirumah aja, suntuk kami
dek, tu kami pergi la kesini jumpa dengan teman-teman sambil mengambil foto
sebagai kenangan bahwa kami pernah kesini dan bila kami tidak bisa ngumpul kek
gini lagi, ya mo gak maula kan dek’’
2. Apa alasan abang-abang kakak-kakak sekalian melepas masker ketika sudah didalam?
Lalu 3 orang pemuda tersebut menjawab “ ya gak papa kok dek kami aman-aman
saja, gak kenapa-kenapa tuh dek. Lagian sekarang panas, kalo pakai masker nambah
panas dek atau pengap dan tidak bagus keliatannya saat foto menggunakan masker
dek”.

Dari kedua pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa alasan pemuda tidak
menjaga jarak ketika berada didalam area taman kreasi adalah karena mereka bosan
dirumah aja sekaligus ajak jumpa dan berfoto ria dengan teman-temannya yang lain. Dan
jelek kalau foto memakai masker oleh sebab itulah pemuda melepaskan maskernya agar
mudah atau keren kelihatannya di foto.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chen, X., Ran, L., Liu, Q., Hu, Q., Du, X., & Tan, X. (2020). Hand Hygiene, Mask-Wearing
Behaviors and Its Associated Factors during the COVID-19 Epidemic: A CrossSectional
Study among Primary School Students among Primary School Students in Wuhan, China.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(8), 2–11.
https://doi.org/10.3390/ijerph17082893

Dalinur. M. Nur, “DAKWAH TEORI, DEFINISI DAN MACAMNYA”,


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article/view/233

Ebook, Welhendri Azwar, “Sosiologi Dakwah”, https://books.google.co.id/books?


hl=id&lr=&id=etjuDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA51&dq=kajian+dakwah+&ots=fD69CwOa
8D&sig=v6ErLFUZ-eUws9gbqgAVfDyL3Rs&redir_esc=y#v=onepage&q=kajian
%20dakwah&f=false

https://tafsirq.com/13-ar-rad/ayat-11

https://tafsirq.com/10-yunus/ayat-61

(IEEE): P. S. Pambudi, and D. Y. Wijayanti, "Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi


Akademik pada Mahasiswa Keperawatan," Jurnal Keperawatan Diponegoro, vol. 1, no. 1,
pp. 149-156, Oct. 2012.

Ippolito, M., Vitale, F., Accurso, G., Iozzo, P., Gregoretti, C., Giarratano, A., & Cortegiani,
A. (2020). Medical masks and Respirators for the Protection of Healthcare Workers From
SARS-CoV-2 and Other Viruses. Pulmonology.
https://doi.org/10.1016/j.pulmoe.2020.04.009

16
M. Hidayat Ginanjar, “AKTIVITAS MENGHAFAL AL-QUR’AN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (STUDI KASUS PADA
MAHASISWA PROGRAM BEASISWA DI MA’HAD HUDA ISLAMI, TAMANSARI
BOGOR)”., http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/94/95

Ni Komang Suni Astini. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran


Tingkat Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Lampuhyang, 11(2), 13–25.
Novia Nur Kharisma dkk. (2020). Gambaran Kebutuhan Pembelajaran Daring PKBM Budi
Utama Surabaya Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Non Formal, 15(1), 38–
44.

Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah, “SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA” Vol. 01, No.01,
Januari 2013, https://doi.org/10.22219/jipt.v1i1.1364

SKRIPSI, Ahmad Islahud Daroini “TAFSIR AYAT PENDIDIKAN DALAM Q.S.


AL-‘ALAQ AYAT 1-5 MENURUT QURAISH SHIHAB”, 2018,
http://jurnal.fai.umi.ac.id/index.php/eljour/article/view/43

Subhan Adi Santoso, “ Pengaruh Hafalan Ayat AL-Qur’an terhadap Prestasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Azhar Serabi Barat Bangkalan
“, Volume 6 No. 2, 1 September 2020,
http://journal.stitmupaciran.ac.id/ojs/index.php/ojs/article/download/82/65/

Tesis, Syifa Hayati Islami, “ Pemikiran Dan Aktivitas Dakwah Ustadz Abdul Somad Melalui
Media Sosial Youtube”, 2018,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44755/1/SYIFA%20HAYATI
%20ISLAMI-TESIS%20KPI-FDK.pdf

Uus Uswatusolihah, “KESADARAN DAN TRANSFORMASI DIRI DALAM KAJIAN


DAKWAH ISLAM DAN KOMUNIKASI”, JURNAL KOMUNIKA, Vol. 9, No. 2, Juli -
Desember 2015,
http://www.ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/view/853

17
18

Anda mungkin juga menyukai