Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN SKALA PERFEKSIONISME PADA REMAJA

Diajukan sebagai pemenuhan syarat wajib matakuliah konstruksi dan pengukuran dalam
bimbingan dan konseling

Dosen pengampu :

Itsar Bolo Rangka, M.Pd., Kons.

( Her Nuurramadhan )

( 201901500194 )

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam
tidak lupa saya haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya, yang semoga di yaumul akhir nanti kita selesai tepat pada waktunya.
Karena berkat-Nya lah pengetahuan dan mendapatkan syafaat beserta orang-orang yang
saya hormati dan sayangi.

Dan terima kasih saya ucapkan kepada Itsar Bolo Rangka, M.Pd., Kons. yang
telah memberikan kesempatan saya untuk dapat berkembang dalam mata kuliah
‘Konstruksi pengukuran BK’ sehingga saya dapat menyelesaikan “penyusunan laporan
skala perfeksionisme pada remaja”

Saya sangat berharap penyusunan skala ini dapat berguna dan dapat dipahami
oleh siapapun yang membacanya dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan laporan yang telah saya buat. Saya berharap semoga penyusunan skala ini
dapat memberi ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 6 januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………... 2


DAFTAR ISI ……………………..………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………………… 4
Latar Belakang............................................................................................................. 4
Kajian Teoritik.............................................................................................................. 6
Tujuan........................................................................................................................... 9
Manfaat......................................................................................................................... 9
Langkah-Langkah Penyusunan Skala........................................................................9
Pembuatan judul........................................................................................................ 9
Menentukan konstruk yang hendak di ukur...............................................................9
Mendefinisikan konstruk yang ingin di ukur...............................................................9
Merumuskan aspek perilaku......................................................................................9
Mengidentifikasi indikator........................................................................................ 10
Menyusun Blue-print................................................................................................ 10
Membuat Aitem....................................................................................................... 10
Melakukan judgment kepada ahli............................................................................10
Uji coba aitem di apk wingstep................................................................................10
Analisis Aitem.......................................................................................................... 11
Menyusun aitem yang baik......................................................................................11
BAB II Analisis Hasil Validasi ……………………………………………………………... 11
Waktu dan Tempat..................................................................................................... 11
Karakterisktik Sasaran Pengadministrasian Skala.................................................11
Hasil analisis.............................................................................................................. 12
SUMMARY OF 30 MEASURED ITEM....................................................................12
SUMMARY OF 100 MEASURED PERSON............................................................13
ITEM STATISTICS: MISFIT ORDER......................................................................14
PERSON STATISTICS: MISFIT ORDER...............................................................15
BAB III PENUTUP …… ………………………………………………………………………. 17
Simpulan..................................................................................................................... 17
Saran........................................................................................................................... 18
Daftar Rujukan………………………………………………………………………………… 18
Lampiran ……. ………………………………………………………………………………… 19

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak untuk


memasuki masa dewasa. Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak
menjadi dewasa. Pada umumnya masa remaja dianggap mulai saat anak secara
seksual menjadi matang dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara
hukum. Adanya perilaku sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja
menunjukkan perbedaan awal masa remaja yaitu kira-kira dari usia 13 tahun – 16
tahun atau 17 tahun usia saat dimana remaja memasuki sekolah menengah.
masa remaja awal yang dimulai dari umur 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan dari umur 15-18 tahun dan masa remaja akhir dari umur 18-21
tahun (Monks dan Haditono, 2002).
Piaget (dalam Hurlock, 1990) menyatakan secara psikologi masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama, atau paling tidak sejajar.
Kami mendapati remaja hari ini lebih perfeksionis dari pada sebelumnya.
Kami menemukan bahwa perfeksionisme telah meningkat secara substansial
sejak tahun 1990. Artinya, kaum milenial saat ini lebih perfeksionis dibanding
generasi sebelumnya, Penyebab perfeksionisme sangat kompleks.
Perfeksionisme meningkat akibat semakin kompetitifnya dunia saat ini, di mana
peringkat dan kinerja diperhitungkan secara berlebihan lalu keberhasilan individu
sangat diutamakan. Orang yang perfeksionis berjuang keras untuk meraih
kesempurnaan dan juga mengharapkan baik dirinya maupun orang lain untuk
mengupayakannya. Biasanya orang-orang yang perfeksionis memiliki reaksi
yang sangat negatif terhadap kesalahan. Mereka mengkritik diri mereka sendiri
secara keras. Mereka punya keraguan terhadap kemampuan kinerja mereka
sendiri. Dan mereka mempunyai perasaan kuat bahwa orang lain sangat kritis
dan menuntut banyak dari mereka 1. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun,
bukan berarti para remaja tidak boleh berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Meski begitu, ada perbedaan besar antara menjadi seseorang yang terbaik di
bidangnya dengan seseorang yang perfeksionis. Menjadi yang terbaik di suatu
bidang artinya mengerahkan semua kemampuan terbaik yang remaja miliki untuk
menyelesaikan berbagai pekerjaan. Ya, siapapun yang bekerja keras bisa
mencapai target prestasi tersebut, sehingga remaja termotivasi untuk berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, keinginan untuk menjadi yang
terbaik di bidang pekerjaan tentu tidak sama dengan menjadi perfeksionis.
Seorang perfeksionis mengharapkan kesempurnaan dari diri sendiri maupun
orang lain berdasarkan standar tertentu yang tidak masuk akal dan terlalu tinggi.
Perfeksionisme menurut Hewitt dan Flett (1991) adalah suatu tindakan
atau sikap untuk tidak melakukan kesalahan dan untuk mencapai kesempurnaan
dalam setiap aspek kehidupan individu. Perfeksionisme mencakup standar yang
tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa
orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya. Yang (2012)
dalam (Felicia, Elvinawaty, & Hartini, 2014) berpendapat bahwa perfeksionisme
merupakan suatu disposisi kepribadian yang ditandai dengan berjuang untuk
kesempurnaan dan standar pribadi yang sangat tinggi disertai dengan terlalu

1
(Professor, Clinical Psychologist, and Director of Clinical Training in the Department of
Psychology and Neuroscience, Dalhousie University).

4
kritis mengevaluasi diri sendiri serta kekhawatiran tentang penilaian dari individu
lain. Perfeksionisme sudah lama mendapat sorotan akademik di Barat sebagai
salah konstruk yang terkait dengan berbagai gejala psikologis negatif (Blatt, 1995
dalam (Aditomo & Retnowati, 2004)). Perfeksionisme, lebih banyak ditemui pada
individu yang memiliki kapasitas intelektual di atas rata-rata atau pada populasi
berpendidikan tinggi (Peters, 1996 dalam (Aditomo & Retnowati, 2004).
Mengejar kesempurnaan–sebuah tujuan yang tidak jelas–dapat menghasilkan
tingkat kegagalan yang lebih tinggi dan tingkat keberhasilan yang lebih rendah
sehingga membuat perfeksionis lebih mungkin untuk kesal terhadap
ketidaksempurnaan mereka dan kecil kemungkinannya akan membuat mereka
mengejar tujuan mereka dengan hati-hati. Ahli menyatakan bahwa komponen
percaya pada orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya
menimbulkan konsekuensi buruk pada penyesuaian psikologis remaja, harga diri
yang rendah, depresi, kecemasan, avoidant coping, hassles, gaya atribusi
negatif, putus asa, kesepian, rasa malu, takut evaluasi negatif, dan lain-lain 2.
Pada penelitian lainnya mengenai perfeksionisme yang dilakukan oleh Flett,
Besser, Davis dan Hewiit (2003) dikatakan bahwa orang perfeksionis rentan
terhadap tekanan psikologis ketika mereka mengalami peristiwa negatif yang
tidak menegaskan diri mereka karena mereka mengevaluasi diri sendiri seseuai
kemungkinan yang ada pada nilai diri mereka.
Kita perlu menangani masalah perfeksionisme pada remaja di tingkat
yang melibatkan pola asuh dan unsur budaya, di karenakan bagaimanapun
perfeksionisme ada dampak baik dan buruk nya atau positive and negative,
Orang tua sebaiknya tidak terlalu mengendalikan anak-anak mereka, tidak terlalu
kritis, dan tidak terlalu melindungi anak-anak mereka. Orang tua perlu
mengajarkan anak remaja mereka untuk memaklumi kesalahan mereka dan
mengambil pelajaran darinya sambil bahwa menekankan kerja keras dan disiplin
lebih penting dari pada mengejar kesempurnaan yang tidak realistis. Kasih
sayang tanpa syarat–yaitu ketika orang tua menghargai anak-anak bukan hanya
dari kinerja, peringkat, atau penampilan mereka–tampaknya menjadi obat
penangkal yang baik untuk perfeksionisme. Perfeksionisme adalah sebuah mitos
dan media sosial adalah penyebar mitos ini yaitu Rimm, 2007 (dalam Thoresen,
2009: 5) menyatakan bahwa kecenderungan perfeksionisme dapat muncul pada
beberapa area spesifik; seseorang bisa saja menjadi perfeksionis dalam prestasi
akademik (grades), pakaian dan penampilan, pengaturan dan kebersihan
ruangan, kemampuan atletik, atau bakat musik dan seni. Misal nya Kita perlu
mengajarkan bersikap skeptis terhadap kehidupan yang “terlihat sempurna” yang
dipromosikan melalui media sosial dan juga iklan media mainstream. Gambar
yang tidak realistis yang diperlihatkan melalui foto belanja, make-up, dan filter
akan menjadi tidak menarik setelah Anda mengetahui bahwa hal tersebut bukan
kenyataan. Karakteristik tersebut merupakan bagian dari karakteristik
perfeksionisme, Standar pribadi yang ditetapkan berbeda-beda pada masing-
masing subjek. Standar pribadi tersebut dapat mencapkup bidang akademik, non
akademik, atau pun hobi.

2
Chang dan Rand; Chang dan Sanna; Dunkley, Blankstein, Halsall, Williams, dan
Winkworth; O'Connor dan O'Connor; Sherry, Hewitt, Flett, dan Harvey (dalam Miquelon,
Vallerand, Grouzet dan Cardinal 2005)

5
6
B. Kajian Teoritik

Perfeksionisme merupakan kepribadian individu yang memiliki keinginan


untuk tidak berbuat kesalahan. ( Flett dan Hewitt (2002 ) bisa di katakan bahwa
perfeksionisme sifat manusia yang membutuhkan kesempurnaan dalam segala
aspek di hidupnya . Bagi mereka yang memiliki sifat tersebut, tampil sempurna
adalah sebuah keharusan dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini . Hidup
hanya berkutat pada pencapaian dan penampilan yang terbaik. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perfeksionisme, yaitu: faktor diri sendiri dan
faktor lingkungan sosial. Perfeksionisme biasanya didorong oleh keinginan dalam
diri untuk menghindari kegagalan atau penilaian buruk orang lain. Ada juga
keinginan dalam diri untuk dikagumi dan dicintai atas pencapaian kita. Faktor dari
lingkungan sosial bisa berupa persaingan akademis, finansial, gaya hidup, dan
lainnya. Sosial media di jaman sekarang juga memiliki pengaruh besar pada sifat
perfeksionisme seseorang, karena kita dapat dengan mudahnya
membandingkan pencapaian serta penampilan antara diri sendiri dan orang lain.
Dalam menghadapi atau menyelesaikan tugas-tugas tersebut, remaja sebagai
tentu memiliki perilaku belajar yang berbeda. Ketika remaja memiliki self
regulation yang baik, ia mampu mengatur waktu pengerjaan dan penyelesaian
tugas dengan baik dan dengan tetap memperhatikan jenis tugas dan durasi
waktu yang telah ditentukan guru, dengan kata lain ia memiliki sikap belajar yang
baik. Namun terdapat juga siswa yang memilih menunda mengerjakan tugas,
misalnya karena kesulitan mengerjakan tugas, terdapat kegiatan lain yang
dianggap lebih penting, atau menunggu waktu yang tepat di akhir tugas
(deadline). Dalam ilmu psikologi, menunda-nunda pekerjaan atau mengulur
waktu mengerjakan tugas disebut dengan istilah prokrastinasi. Banyak sekali
remaja sekarang yang sering kita temui ingin selalu berbuat sempurna dalam
suatu pekerjaan/ belajar. Yang perlu diingat, hidup harus terus berjalan. Tidak
mengapa jika membuat kesalahan. Itu bukanlah akhir dunia atau akhir dari
hidupmu. Justru itu adalah awal dari segalanya, karena kita bisa belajar dari
kesalahan tersebut dan menjadi lebih baik. Dear, memiliki motivasi yang kuat dan
ambisi yang tinggi adalah hal baik. Namun jika hal tersebut membuat kita tidak
bahagia dan memicu penyakit fisik hingga mental, maka kita perlu
mempertimbangkan lagi impian dan standar kita. Apakah kita sudah memiliki
sumber daya yang cukup untuk menggapainya, apakah itu memang mimpi kita,
apakah itu rasional, apakah itu patut diperjuangkan, dan evaluasi-evaluasi
lainnya yang perlu kita tanyakan pada diri sendiri.Melakukan kesalahan adalah
hal yang wajar, namun terlalu menyalahkan diri sendiri adalah hal yang tidak
wajar. Dear, bersikap mindfulness adalah salah satu solusi agar sifat perfeksionis
yang kita miliki tidak berpengaruh buruk. 

perfeksionisme merupakan salah satu aktualisasi diri ideal yang memiliki


3 aspek, yaitu pencarian keagungan yang neurotik, penuntut yang neurotik, dan
kebanggaan neurotik. Untuk mengaktualisasikan diri idealnya, seseorang
mengembangkan need for perfection, yaitu dorongan untuk menggabungkan
keseluruhan kepribadian ke dalam diri ideal secara neurotik, sehingga menjadi
tidak puas dengan sedikit perubahan, tidak menerima sesuatu yang belum
sempurna. (Horney (sitat dalam Alwisol, 2004). Mereka meraih kesempurnaan
dengan membangun seperangkat ”keharusan” dan ”ketidakharusan” yang
kompleks. Ini yang kemudan dinamakan oleh Horney “tyranny of the should.”
Berjuang menuju gambaran kesempurnaan yang khayal, mereka secara tidak
sadar mengatakan kepada dirinya sendiri “Lupakan bahwa kamu itu nyatanya
makhluk yang memalukan, inilah bagaimana kamu yang seharusnya.” Pemikiran
ini menyebabkan individu takut terhadap kesalahan atau ketidaksempurnaan apa

7
pun, sehingga untuk selanjutnya individu akan memandang dirinya sebagai
pribadi yang kalah total, dan individu akan merasa tidak berdaya. Seseorang
membuat standar yang sangat tinggi untuk perilakunya, misalnya mencoba untuk
menjadi suami/istri/teman yang sempurna. Penyimpangan dari standar ini akan
menyebabkan self-criticism, memengaruhi mood, dan mengganggu relasi yang
berusaha dipertahankan. Perfeksionis menciptakan pikiran yang tidak realistis
dan tekanan yang sebenarnya membuatnya menderita. Pikiran tersebut adalah
(Romas & Sarma, disitat dalam Pahala, 2004):
a) saya harus sempurna untuk setiap apa yang saya kerjakan,
b) saya seharusnya tidak membuat kesalahan, demikian pula orang lain,
c) saya berusaha keras untuk melakukan yang benar, saya pantas
terhindar dari frustrasi dan kesulitan hidup,
d) selalu ada satu cara yang benar untuk menyelesaikan sesuatu,
e) jika saya melakukan kesalahan maka hancurlah segalanya,
f) bilamana seseorang tidak melakukan sebagaimana seharusnya mereka
lakukan, mereka adalah manusia yang buruk,
g) jika saya tidak melakukannya dengan sempurna, saya pantas
menghukum diri sendiri,
h) jika saat ini saya tidak melakukannya dengan sempurna, maka saya
harus bisa sempurna di lain waktu,
i) saya harus sempurna atau saya seorang yang gagal. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa perfeksionisme adalah aktualisasi diri ideal dengan
ambisi dan tujuan yang terlalu tinggi, tuntutan kesempurnaan yang
berlebihan, serta tidak dapat menerima sesuatu yang tidak sempurna.

Pencarian keagungan yang neurotik adalah gambaran orang yang menganggap


diri ideal itu nyata, mereka memasukannya secara komprehensif kedalam semua
aspek hidupnya, mencajikannya sebagai acuan tujuan, konsep diri, dan
hubungannya denga orang lain. Orang semacam itu membutuhkan
kesempurnaan (need for perfection), mempunyai ambisi yang neurotik
(neurotic ambition) dan drongan untuk menang dalam balas dendam (drive
toward a vindivtive triumph).
kebutuhan kesempurnaan merupakan dorongan untuk menggabungkan
keseluruhan kepribadian ke dalam diri ideal. Neurotik tidak puas dengan sedikit
perubahan, tidak menerima yang belum sempurna. Ini yang kemudian yang
dinamakan oleh Horney tirani kebolehan (tyrany of the should).
Ambisi neurotik adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan menjadi
superior yang kompulsif. Walaupun orang neurotik mempunyai keingian yang
kuat menggungguli apapun, mereka secara teratur menyalurkan energinya ke
aktivitas yang paling berpeluang sukses.
Dorongan untuk balas dendam merupakan aspek neurotik yang berbahaya.
Keinginan balas dendam ini mungkin disembunyikan sebagai dorongan
berprestasi-sukses, tetapi tujuan utamanya dalah membuat orang lain malu, atau
mengalahkan mereka melalui kelebihan mereka, atau untuk memperoleh
kekuatan, untuk membuat sengsara oranglain-umunya dengan melalui
penghinnaan. Sukses membalas dendam, tidak membuat dorongan balas
dendamnya reda, bahkan dorongan itu menanjak setiap kali ada kemenangan.
Setiap kesuksesan akan meningkatkan ketakutan akan kekalahan dan ini akan
meningkatkan perasaan keagungan, yang akan meningkatkan keinginan untuk
memperoleh kemenangan balas dendam yang baru. Penuntut yang neurotik
Meyakini bahwa ada yang salah dengan dunia luar, mereka menganggap bahwa
diri mereka itu khusus sehingga berhak diperlakukan sesuai dengan gambaran
diri ideal mereka sendiri. Para penderita neurotik, kalau tuntutan mereka tidak
terpenuhi, mereka menjadi marah, bingung, dan tidak mampu memahami
mengapa orang lain tidak dapat memahami tuntutannya.

8
Perfeksionisme adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti
dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar tinggi untuk orang lain, dan
percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya
(hewwit dan flett (1991), ). Karakter perfeksionis ini membuat suatu standar
standar tertentu di dalam dirinya, kemudian standar standar terhadap orang lain,
dan juga harapan bahwasannya orang lain menginkankan individu tersebut
mengerjakan suatu hal dengan sempurna. Dampak dari karakter perfeksionis ini
sendiri adalah kecemasan yang dirasakan ketika individu tidak dapat mencapai
standar yang sudah mereka tetapkan. Memunculkan rasa harga diri rendah,
akibat dari ekspektasi orang lain terhadap dirinya yang tidak sesuai dengan
standar individu tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Flett, Besser, Davis, dan
Hewiit (2003) bahwa orang perfeksionis rentan terhadap tekanan psikologis
ketika mereka mengalami peristiwa negatif yang tidak menegaskan diri mereka
karena mereka mengevaluasi diri sendiri sesuai dengan kemungkinan yang ada
pada nilai diri mereka. Sehingga dapat disimpulkan, bahwasannya adalah
karakteristik perfeksionis yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikatakan
baik. Karena mereka menginginkan kesempurnaan atas apa yang mereka
lakukan. Namun, ketika ekspektasi mereka tidak sejalan dengan realita atau
standar mereka tidak tercapai maka akan berdampak secara psikologis terhadap
diri individu tersebut. perfeksionis berlebih bisa memicu stress Orang yang
perfeksionis cenderung ingin semua detail-detail dalam pekerjaannya sempurna.
Tentunya untuk mencapai kesempurnaan itu, membutuhkan waktu yang lebih
lama. Di sisi lain, tenggat waktu untuk mengerjakannya belum tentu cukup.
Alhasil, orang yang perfeksionis akan mudah merasa tertekan. Selain itu, aku
rasa orang yang perfeksionis akan cukup kesulitan dalam menyelesaikan
tugas kelompok Hasil dari pembagian tugas untuk tiap anggota, besar
kemungkinan tak sesuai dengan harapan si perfeksionis dan tampak hanya
berupa hasil asal-asalan. Untuk itu ia akan dihadapkan pada 2 pilihan utama,
memperbaiki dan merombak habis-habisan sendiri hasil kerja timnya yang
tentunya menguras lebih banyak waktu dan tenaga atau meminta (terkadang
cukup memaksa) anggota tim untuk memperbaiki yang tentunya mengundang
banyak cibiran.Namun, tentu ada juga poin positif dari sosok perfeksionis.
Misalnya, lebih teliti dalam menyelesaikan tugas dan bekerja secara maksimal
jauh dari ngawur-ngawuran, Di dunia ini memang tidak ada manusia yang
sempurna. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berusaha untuk menjadi yang
terbaik. Meski begitu, ada perbedaan besar antara menjadi yang terbaik dengan
perfeksionis. Menjadi yang terbaik artinya mengerahkan semua kemampuan
terbaik yang kita miliki untuk menyelesaikan suatu pekerjaan/tugas. Ya, siapapun
yang bekerja keras bisa mencapai target prestasi tersebut, sehingga kita
termotivasi untuk berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun,
keinginan untuk menjadi yang terbaik tentu tidak sama dengan menjadi
perfeksionis. Seorang perfeksionis menuntut kesempurnaan dari diri sendiri
maupun orang lain berdasarkan standar tertentu yang terkadang terkesan tidak
masuk akal dan terlalu tinggi. Mereka adalah orang-orang yang bekerja dengan
sangat keras, standar yang tinggi serta ketelitian luar biasa dan mendambakan
kesempurnaan dari setiap hal yang dilakukannya maupun yang dilakukan oleh
orang lain. Sayangnya, perfeksionis tidak selalu bisa dianggap sebagai
karakteristik yang positif. Perfeksionis biasanya didorong oleh ketakutan akan
kegagalan membuat takjub orang lain. Tak hanya itu, individu dengan
karakteristik perfeksionis cenderung memiliki perasaan takut atau bahkan benci
dengan hal hal yang berbau penolakan dan kritik. Tak heran, keinginan untuk
menjadi sempurna tanpa ada celah dapat membuatnya merasa cemas
dan stress begitu kesempurnaan itu gagal tercapai. Pada akhirnya, kecemasan
ini terwujud dalam perasaan tidak pernah merasa puas atau bangga karena para

9
perfeksionis tidak percaya bahwa sebenarnya mereka telak melakukan pekerjaan
dengan cukup baik, meski gagal mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu,
orang-orang dengan karakter perfeksionis akan melakukan berbagai cara untuk
memastikan semua berjalan sesuai dengan keinginannya. Jika yang dia lakukan
belum memenuhi kriteria, ia akan terus mengulangi pekerjaan itu hingga benar-
benar sempurna. Bahkan, para perfeksionis tidak segan untuk menuntut atau
mengkritik orang lain agar bekerja lebih baik lagi dan lagi. Mereka bisa sangat
fokus pada hal hal detil yang tidak terlalu penting hingga melupakan tujuan
utama dari apa yang mereka lakukan.

C. Tujuan

1. Mengukur dan mengetahui sikap perfeksionisme pada remaja


2. Menjelaskan metode pengukuran menggunakan alat tes sikap
perfeksionisme

D. Manfaat

1. Mampu mengukur dan mengetahui sikap perfeksionisme pada remaja


2. Hasil mengukur ini di harapkan dapat memberikan Informasi mengenai sikap
Perfeksionisme pada remaja
3. memberikan gambaran tentang sifat perfeksionisme

E. Langkah-Langkah Penyusunan Skala

1. Pembuatan judul

Tujuan dari penelitian ini bermula pada saat peneliti sedang


memperhatikan seseorang/ teman yang inginselalu berbuat benar dan tidak ingin
perbuatan dia terlihat jelek dimata orang lain, orang tersebut selalu ingin terlihat
tampil sempurna dalam pekerjaan ataupun penampilan dan sang peneliti
mendapatkan ide yaitu langsung searching google Bahasa yang tepat untuk
mendapatkan arti dari seseorang yang ingin selalu berbuat sempurna yaitu
“perfeksionisme” sekarang banyak anak-anak remaja ingin selalu tampil
sempurna dan ingin selalu tidak berbuat kesalahan dimata orang lain, Hal
tersebut dapat terlihat dengan jelas oleh peneliti dan semakin yakin dengan
adanya perfeksionisme pada remaja saat ini.
Setelah diterlusuri lebih jauh hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa
faktor yang kurang mendukung.
a. Tekanan akademis
b. Lingkungan yang penuh sensasi sukses vs gagal
c. Selalu berfikian akan gagal

2. Menentukan konstruk yang hendak di ukur


Peneliti menetapkan tujuan alat ukur dibuat guna mengetahui tingkat
perfeksionisme pada remaja dalam mengerjakan pekerjaan mereka.

3. Mendefinisikan konstruk yang ingin di ukur


Konstruk yang digunakan pada alat ukur ini adalah perfeksionisme.
Setelah dilakukannya yang hendak di ukur penelit, maka peneliti
merumuskan untuk pembuatan skala dengan judul “perfeksionisme pada
remaja” pada tanggal 3 Desember 2021 kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Konstruksi Pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling.

10
4. Merumuskan aspek perilaku
Menguraikan konstruk yang akan diukur menjadi beberapa aspek
perilaku.

5. Mengidentifikasi indikator
Setelah menyusun aspek selanjutnya adalah menguraikan kembali
menjadi bentuk yang lebih operasional yaitu indikator.

No Aspek Indikator Jumlah NO Aitem

unfavorable favorable

1 keinginan untuk tidak 8 1,3,5,7 2,4,6,8


berbuat kesalahan

Self-Oriented 4 9, 11 10, 12
Perfectionism Standar yang tinggi

13, 15, 17 14, 16, 18


pencarian keagungan 6
yang neurotic

Otheroriented 6 19, 21, 23 20, 22, 24


2 perfectionism
penuntut yang neurotik
Socially- pengharapan 6 25, 27, 29 26, 28, 30
3 prescribed kesempurnaan
perfectionism
30 15 15

6. Menyusun Blue-print
Menentukan proporsi aitem untuk setiap indikator yang disajikan dalam
bentuk blue print.

7. Membuat Aitem
Selanjutnya adalah membuat aitem berdasarkan indikator yang telah
ditentukan sehingga tiap aitem dapat mewakili indikator-indikator yang telah
ditentukan.

8. Melakukan judgment kepada ahli


Untuk memastikan bahwa skala yang sudah di buat sudah benar-benar
konstruk yang di tentukan dengan melakukan validasi kepada ahli

9. Uji coba aitem di apk wingstep


Melakukan uji coba aitem dengan menyebar kuesioner kepada beberapa
subjek yang sesuai dengan kriteria tujuan melalui google form.

11
10. Analisis Aitem
Setelah mendapat dan mengumpulkan hasil dari kuisioner yang telah
disebar, peneliti melakukan analisis item untuk mengetahui aitem mana yang
baik dan buruk melalui aplikasi wingstep

11. Menyusun aitem yang baik


Setelah mendapat dan mengumpulkan hasil dari kuisioner yang telah
disebar, peneliti melakukan analisis item untuk mengetahui aitem mana yang
baik dan buruk melalui aplikasi

BAB II
Analisis Hasil Validasi

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu setengah bulan
mulai dari bulan desember 2021 sampai dengan pertengahan januari 2022. Dan
adapun lokasi yang saya lakukan untuk menganalisis berada di rumah saya
sendiri Jakarta selatan, cidodol kebayoran lama, Pelaksanaan pengukuran skala
ini dilakukan melalui kuesioner angket instrument dengan penyebaran di
berbagai platform sosial media

Tabel 1.1

Pengadministrasian Skala

No Deskripsi 03 Des 16 Des 17 Des 26 Des 30 13 Jan


2021 2021 2021 2021 Des 2021
2021
1 Pengajuan Judul
Skala
2 Judgment Dosen
Pembimbing
3 Penyebaran Skala
4 Menganalisis,
Mengolah dan
menginterprestasikan
data
5 Membuat Laporan
6 Mengumpulkan
Laporan

B. Karakterisktik Sasaran Pengadministrasian Skala

Skala perfeksionisme pada remaja, sasaran dari peneliti yaitu anak


remaja awal 12 – 18 sampai dengan remaja akhir 19 – 21. Untuk sasaran jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, tempat tinggal daerah jobodetabek.

Tabel 1.2

12
Responden berdasarkan umur

N Umur Jumlah responden Persentase


o
1 12 – 18 19 19%
2 19 – 21 81 81%
Jumlah 100 100%

Umur responden dapat di kelompokan seperti pada tabel 1.2 diatas dan
hasil pengelompokan terlihat kelompok terbesar responden adalah yang berumur
19 – 21 tahun yaitu sebanyak 81 orang atau 81%, sedangkan kelompok terkecil
berasal dari umur 12 – 18 tahun yang berjumlah 19 orang atau 19%.

Tabel 1.3

Responden Berdasarkan Jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah responden Persentase


1 Perempuan 67 67%
Laki-laki 33 33%
Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden


laki perempuan sebanyak 67 orang atau 67% dan di banding responden laki-laki
yang berjumlah lebih sedikit yaitu 33 orang atau 33%.

Hasil analisis

1. SUMMARY OF 30 MEASURED ITEM

Tabel 1.4

Total scrore Count Measure Model Infite Outfit


S.E.
MNSQ ZTSD MNSQ ZTSD
MEAN 286.0 100.0 .00 .13 1.03 .06 1.03 .09
SEM 6.3 .0 .10 .00 .04 .30 .04 .30
P.SD 33.9 .0 .54 .01 .22 1.63 .21 1.60
S.SD 34.5 .0 .55 .01 .22 1.65 .22 1.62
MAX 357.0 100.0 1.09 .17 1.63 3.84 1.62 3.68
MIN 210.0 100.0 -1.35 .12 .59 -4.15 .61 3.77

REAL RMSE .13 TRUE SD .52 SEPARATION 3.91 ITEM RELIABILITY .94.
MODEL RMSE .13 TRUE SD .52 SEPARATION 4.13 ITEM RELIABILITY .94
S.E. OF ITEM MEAN = .10

Dalam table 1.4 tersebut terlihat bahwa realibitas aitem .94 yang dinyatakan
interprestasi sangat baik, realibitas aitem dapat di terima apabila mencapai
sekurang-kurangnya angka 0.50, dari hasil pengolahan data menggunakan
applikasi wingstep peneliti melakukan 4 kali proses pengujian data, dari proses

13
tersebut aitem yang gugur hanya 1 dari jumlah 30 aitem dan dengan nilai
separation 3.91 yang mendekati 4.00 yang artinya terdeteksi 4 kelompok

1. CRONBACH ALPHA (KR-20) PERSON RAW SCORE "TEST" RELIABILITY


= .83 SEM = 4.48

Konsistensi person dengan nilai .83 yang artinya interprestasi sangat


baik karena responden dalam pengisian instrument konsisten tidak asal
asalan dan mempunyai interaksi yang bagus, analisis ini didapatkan dari
pengelolahan data di ukur melalui applikasi wingstep

2. SUMMARY OF 100 MEASURED PERSON

Tabel 1.5

Total scrore Count Measure Model Infite Outfit


S.E.
MNSQ ZTSD MNSQ ZTSD
MEAN 85.8 30.0 .50 .23 1.00 -.29 1.03 -.20
SEM 1.1 .0 .06 .00 .06 .23 .06 .20
P.SD 11.0 .0 .60 .03 .56 2.25 .61 2.17
S.SD 11.0 .0 .60 .03 .56 2.26 .61 2.18
MAX 111.0 30.0 2.26 .36 3.00 5.50 4.21 5.52
MIN 41.0 30.0 -1.96 .21 .24 -4.77 .26 -4.41

REAL RMSE .26 TRUE SD .54 SEPARATION 2.09 PERSON RELIABILITY .81
MODEL RMSE .23 TRUE SD .55 SEPARATION 2.35 PERSON RELIABILIT .85
S.E. OF PERSON MEAN = .06

Dalam table 1.5 tersebut nilai realibitas person .81 dengan makna keseriusan
responden dalam pengisian instrument, dengan angka tersebut interprestasi person
sangat baik, dan nilai separation 2.09 yang artinya 2 kelompok yang terdeteksi.

ENTRY TOTAL TOTAL MEA MODE Infit Outfit Ptmeasure-Al Exatc Match AITEM
NUMB SCOR COUN SUR L
MN ZT MN ZT CO EXP. OBS% EXP%
ER E T E S.E.
SQ SD SQ SD RR.
22 316 100 -.44 .13 1.63 3.84 1.62 3.68 A .38 .40 29.0 47.3 Aitem22
12 344 100 .1.01 .15 1.54 2.97 1.38 2.09 B .48 .36 53.0 53.7 Aitem12
30 281 100 .11 .12 1.24 1.85 1.38 2.70 C .26 .42 42.0 43.7 Aitem30
26 210 100 1.09 .12 1.02 .19 1.29 2.19 D .17 .42 47.0 38.6 Aitem26
27 271 100 .26 .12 1.28 2.13 1.25 1.86 E .27 .42 35.0 42.7 Aitem27
8 324 100 -.59 .14 1.18 1.22 1.05 .35 F .53 .39 45.0 47.5 Aitem 8
29 307 100 -.29 .13 1.15 1.10 1.17 1.22 G .40 .40 37.0 46.7 Aitem29
28 252 100 .52 .12 .88 1.07 1.16 1.31 H .25 .43 49.0 41.4 Aitem28

14
25 288 100 .01 .12 1.14 1.08 1.11 .84 I .46 .42 37.0 44.8 Aitem25
11 357 100 -1.35 .17 1.13 .80 .98 -.02 J .47 .34 61.0 60.7 Aitem11
19 332 100 -.74 .14 1.11 .75 1.12 .79 K .41 .38 52.0 49.5 Aitem19
23 282 100 .10 .12 1.12 .99 1.12 .91 L .31 .42 50.0 44.2 Aitem23
24 225 100 .88 .12 1.1.0 .90 1.09 .76 M.32 .41 38.0 39.5 Aitem24
3 296 100 -.11 .12 1.06 .47 1.05 .40 N .31 .42 47.0 45.8 Aitem3
9 286 100 .04 .12 1.05 .45 1.03 .29 0 .42 .40 44.0 44.6 Aitem9
20 312 100 -.37 .13 1.05 .43 1.00 .02 O .48 .43 50.0 46.6 Aitem20
6 239 100 .69 .12 1.02 .24 1.01 .10 n .49 .42 36.0 39.5 Aitem6
14 274 100 .21 .12 1.00 .06 .99 -.07 M.37 .41 49.0 45.8 Aitem14
5 296 100 -.11 .12 .94 -.46 .96 -.22 L .42 .41 43.0 46.0 Aitem5
7 301 100 -.19 .13 .94 -.44 .92 -.54 K .45 .42 51.0 45.4 Aitem7
1 291 100 -.03 .12 .93 -.54 .89 -.79 J .43 .42 49.0 49.5 Aitem1
13 333 100 -.76 .14 .92 -.52 .91 -.55 i .42 .38 53.0 43.0 Aitem13
17 288 100 .01 .12 .92 -.63 .90 -.74 h .51 .42 47.0 44.8 Aitem17
10 283 100 .08 .12 .89 -.85 .87 -.97 g .50 .42 50.0 44.4 Aitem10
18 252 100 .52 .12 .88 -1.03 .86 1.17 f .47 .43 47.0 41.4 Aitem18
15 288 100 .01 .12 .87 -2.04 .85 1.20 e .57 .42 37.0 44.8 Aitem15
16 275 100 .20 .12 .85 -1.24 .84 1.26 d .45 .42 50.0 43.0 Aitem16
2 273 100 .23 .12 .71 -2.60 .70 2.64 c .54 .42 53.0 43.0 Aitem2
21 274 100 .21 .12 .67 -3.07 .67 2.92 b .46 .42 57.0 43.0 Aitem21
4 231 100 .80 .12 .59 -4.15 .61 3.77 a .35 .43 59.0 39.3 Aitem4
MEAN 286.0 100.0 .00 .13 1.03 .1 1.03 .1 46.6 45.0
P.SD 33.9 .0 .54 .01 .22 1.6 .21 1.6 7.4 7.4

3. ITEM STATISTICS: MISFIT ORDER

Tabel 1.6

Pada table 1.6 tersebut terlihat pada kolom OUTFIT-MNSQ angka yang
menunjukan ranks yang terkecil yaitu pada aitem 22 dengan nilai 1.62 yang
menunjukan interprestasi kurang bagus, dalam seluruh Aitem yang berjumlah 30
hanya 1 Aitem yang gugur.

4. PERSON STATISTICS: MISFIT ORDER

Tabel 1.7

ENTRY TOTAL TOTAL MEASURE MODEL INFIT OUTFIT PTMEASURE- EX MA PERS


NUMBER SCORE COUNT S.E. AL ACT TCH SON
MN ZT MN ZT CO EXP. OBS% EXP%
SQ SD SQ SD RR.
73 41 30 -1.96 .31 3.00 4.02 4.21 4.92 A-.22 .32 70.0 68.5 73 F B
66 78 30 .09 .21 2.69 5.50 2.74 5.52 B. 34 .41 .0 40.7 66 M B
38 75 30 -.04 .21 2.64 5.45 2.64 5.38 C .36 .42 .0 39.6 38 M B

15
70 77 30 .05 .21 2.27 4.46 2.48 4.94 D-.33 .41 30.0 40.4 70 M B
95 77 30 .05 .21 2.42 4.84 2.46 4.88 E . 31 .41 3.3 40.4 95 M B
30 59 30 -.78 .22 2.02 3.65 1.95 3.31 F .62 .41 6.7 40.4 30 M B
86 78 30 .09 .21 1.99 3.66 1.96 3.51 G .50 .41 .0 40.7 86 M B
10 97 30 1.06 .25 1.80 2.57 1.93 2.82 H .35 .35 36.7 47.8 10 F B
27 95 30 .94 .24 1.90 2.90 1.80 2.56 I .48 .36 26.7 47.0 27 M B
46 94 30 .89 .24 1.88 2.87 1.81 2.61 J .23 .37 30.0 47.1 46 M B
34 80 30 .18 .21 1.68 2.67 1.67 2.60 K .30 .41 26.7 41.9 34 M B
71 96 30 1.00 .24 1.65 2.20 1.49 1.71 L .49 .36 30.0 47.6 71 F A
33 95 30 .94 .24 1.61 2.12 1.64 2.13 M .38 .36 30.O 47.0 33 F B
97 77 30 .05 .21 1.51 2.12 1.56 2.28 N .01 .41 30.0 40.4 97 M B
39 77 30 .05 .21 1.52 2.17 1.51 2.09 0 .39 .41 16.7 40.4 39 F A
59 72 30 -.18 .21 1.50 2.14 1.51 2.15 P .18 .42 20.0 38.4 59 M B
96 71 30 -.22 .21 1.49 2.11 1.51 2.15 Q .39 .42 23.3 38.5 96 M B
75 93 30 .83 .24 1.48 1.77 1.46 1.67 R .29 .37 30.0 47.0 75 F B
12 88 30 .57 .22 1.44 1.74 1.38 1.51 S .49 .39 26.7 45.1 12 M B
19 88 30 .57 .22 1.43 1.70 1.40 1.57 T .43 .39 36.7 45.1 19 F B
72 85 30 .42 .22 1.43 1.75 1.41 1.65 U .57 .40 26.7 43.8 72 F B
85 86 30 .47 .22 1.43 1.71 1.38 1.52 V .57 .40 33.3 44.3 85 F A
80 92 30 .77 .23 1.27 1.11 1.40 1.50 W.44 .38 40.0 45.4 80 F A
4 83 30 .32 .22 1.39 1.64 1.37 1.54 X .43 .40 33.3 43.6 4FB
50 93 30 .83 .24 1.33 1.30 1.33 1.27 Y .32 .37 36.7 47.0 50 F B
87 78 30 .09 .21 1.26 1.18 1.29 1.30 Z .46 .41 36.7 40.7 87 M B
94 70 30 -.27 .21 1.25 1.18 1.29 1.31 .15 .42 33.3 38.3 94 M B
21 88 30 .57 .22 1.17 .76 1.25 1.05 .39 .39 53.3 45.1 21 F B
53 74 30 -.09 .21 1.19 .91 1.25 1.16 .24 .42 36.7 38.9 53 F B
26 85 30 .42 .22 1.24 1.07 1.21 .91 .41 .40 23.3 43.8 26 F B
23 86 30 .47 .22 1.23 1.00 1.18 .81 .66 .40 33.3 44.3 23 F B
BETTER FITTING NOT SHOWN------------------------------------
77 78 30 .90 .21 .85 -.64 .95 -.14 -.23 .41 46.7 40.7 77 F B
54 73 30 -.13 .21 .82 -.85 .91 -.37 -.15 .42 50.0 38.8 54 F A
68 88 30 .57 .22 .75 -1.11 .83 -.66 .29 .39 56.7 45.1 68 F A
5 86 30 .47 .22 .81 -.81 .78 -.92 .57 .40 46.7 44.3 5FB
2 111 30 2.26 .36 .65 -1.00 .80 -.43 .39 .25 80.0 72.0 2MB
17 89 30 .62 .23 .80 -.81 .78 -.91 .51 .39 50.0 45.1 17 F B
18 88 30 .57 .22 .80 -.86 .75 -1.07 .18 .39 66.7 45.1 18 F B
82 85 30 .42 .22 .74 -1.18 .78 -.97 .43 .40 50.0 43.8 82 F B
3 110 30 2.14 .34 .76 -.64 .72 -.72 .28 .26 60.0 69.4 3MB
40 104 30 1.55 .28 .66 -1.23 .76 -.76 .10 .31 60.0 52.3 40 F A
65 79 30 .14 .21 .74 -1.18 .76 -1.12 .32 .41 43.3 40.8 65 F B
79 94 30 .89 .24 .76 -.64 .73 -1.08 .59 .37 50.0 47.1 79 F A

16
92 74 30 -.09 .21 .69 -1.57 .76 -1.12 .-27 .42 40.0 38.9 92 FB
44 79 30 .14 .21 .74 -1.25 .75 -1.19 .63 .41 43.3 40.8 44 M B
49 87 30 .52 .22 .72 -1.26 .70 -1.31 .17 .39 56.7 44.4 49 F B
22 93 30 .83 .24 .69 -1.30 .71 -1.17 .31 .37 60.0 47.0 22 M B
29 80 30 .18 .21 .68 -1.60 .68 -1.53 .48 .41 76.7 41.9 29 F B
35 61 30 -.68 .22 .67 -1.64 .67 -1.59 .33 .42 53.3 39.5 35 M B
7 105 30 1.64 .29 .63 -1.32 .66 -1.14 .50 .30 76.7 56.2 7MB
60 92 30 .77 .23 .60 -1.81 .65 -1.52 .42 .38 53.3 45.4 60 F B
57 87 30 .52 .22 .64 -1.68 .62 -1.76 .56 .39 56.7 44.4 57 M B
88 104 30 1.55 .28 .47 -2.16 .64 -1.27 .40 .31 66.7 52.3 88 M A
100 80 30 .18 .21 .63 -1.89 .63 -1.86 z .53 .41 46.7 41.9 100 F
B
64 80 30 .18 .21 .62 -1.95 .62 -1.89 y .45 .41 43.3 41.9 64 F B
13 84 30 .37 .22 .60 -1.98 .60 -1.97 x .39 .40 53.3 43.7 13 F B
1 108 30 1.92 .32 .55 -1.57 .58 -1.36 w .50 .28 73.3 64.7 1FB
43 94 30 .89 .24 .55 -2.06 .57 -1.92 v .64 .37 56.7 47.1 43 F B
83 88 30 .57 .22 .49 -2.62 .57 -2.06 u .53 .39 63.3 45.1 83 F B
16 83 30 .32 .22 .49 -2.79 .54 -2.36 t .46 .40 60.0 43.6 16 F B
78 78 30 .09 .21 .54 -2.50 .54 -1.44 s .37 .41 50.0 40.7 78 F A
89 93 30 .83 .24 .54 -2.15 .53 -2.15 r .67 .37 63.3 47.0 89 F A
45 79 30 .14 .21 .53 -2.57 .53 -2.51 a .39 .41 56.7 40.8 45 M B

Dalam tabel 1.7 terdapat 11 orang yang kurang teliti, keseriusan dalam pengisian
angket instrument, dengan melihat OUTFIT-MNSQ artinya nilai responden 0.50 – 1.50
berarti orang tersebut artinya mempunyai konsistensi dalam mempunyai keseriusan
pengisian angket instrument, dengan melihat nilai responden yang nilai ranks nya rendah
yaitu di atas 0.50 – 2.00 maka responden tersebut kurang serius dalam pengisian angket
instrument.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan analisis aitem yang telah dilakukan didapatkan bahwa 30


aitem yanggugur hanya 1 dengan skor 1.62, dan 29 aitem yang valid dengan
skor 0.50 – 1.50, maka dapat di simpulkan dari skor hasil di atas bahwa
perfeksionisme pada remaja rata rata pada tingkat tinggi dibuktikan dengan 89
responden mendapat hasil perfeksionisme tingkat tinggi, dan 11 responden
dengan tingkat rendah perfesksionisme.
Hal ini juga membuktikan bahwa remaja memiliki tingkat perfeksionisme
yang tinggi.

I. Aitem instrument yang dibuat menunjukkan tingkat reliabilitas sangat baik


dengan indeks nilai sebesar 0.94 secara keseluruhan
II. Lalu pada tingkat konsitensi person dalam penelitian ini diperoleh sangat baik
dengan indeks nilai sebesar 0.83,dengan nilai 0.83 yang artinya interprestasi

17
sangat baik karena responden dalam pengisian instrument konsisten tidak asal
asalan dan mempunyai interaksi yang bagus, analisis ini didapatkan dari
pengelolahan data di ukur melalui applikasi wingstep
III. Sedangkan nilai realibitas person .81 dengan makna keseriusan responden
dalam pengisian instrument, dengan angka tersebut interprestasi person
sangat baik, dan nilai separation 2.09 yang artinya 2 kelompok yang terdeteksi.
B. Saran

Pembuatan skala alat ukur perilaku perfeksionis ini diharapkan ada


perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Besar harapan saya pengembangan
tersebut nantinya dapat mengukur setiap aspek yang diukur pada perilaku
perfeksionis, dan perlu dilakukan mengenai pengarus perfeksionisme pada
remaja tingkat tinggi.

Daftar Rujukan

Basaria, D., Zamralita, Z., & Aryani, F. X. (2021). PERAN PERFEKSIONISME


TERHADAP
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA REMAJA DI DKI JAKARTA. Psibernetika, 14(1)
Nanik, N. (2008). Perfeksionisme, prokrastinasi akademik, dan penyelesaian
skripsi mahasiswa. ANIMA Indonesian Psychological Journal, 23(3), 256-276.
Jayanti, R. (2014). Hubungan antara Tuntutan Orangtua terhadap
Prestasi dengan Perfeksionisme pada Anak Berbakat di SMA Negeri 1
Gresik (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

18
Lampiran

Ket

S : Selalu
S : Sering
KK : Kadang - kadang
Tidak Pernah : Tidak pernah

Selalu sering Kadang - kadang Tidak pernah


Selalu sering Kadang - kadang Tidak pernah

Setelah menentukan penyebaran aitem maka disusun pernyataan Favorable dan


Unfavorablenya. Berikut adalah pernyataan untuk skala perfeksionisme pada remaja
No Indikator No Aitem Aitem S S K-K Tidak
Perna
h
1 Keingianan untuk 1 Ketika mengerjarkan sesuatu,
tidak berbuat saya tidak bisa tenang hingga
kesalahan pekerjaan itu sempurna (F)

2 Saya selalu santai


bagaimanapun hasil dari
sebuah pekerjaan tersebut
(UF)
3 Saya merasa kesal ketika
tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan sempurna
(F)
4 Saya belum bisa menjadi
yang terbaik dalam sebuah
Tindakan (UF)
5 Semakin sempurna, semakin
saya diterima oleh
lingkungan (F)
6 Saya tidak menuntut diri saya
untuk jadi pribadi yang

19
sempurna (UF)

7 Saya terganggu ketika


melihat kesalahan dalam
pekerjaan saya (F)

8 saya tidak memperdulikan


apapun kesalahan dalam
pekerjaan (UF)

2 Standar yang 9 Saya memasang standar


tinggi yang tinggi untuk diri saya
(F)
10 Saya tidak
memperdulikan
untuk memasang
standar yang tinggi
(UF)
11 Saya harus sukses dalam
pendidikan atau pekerjaan
saya (F)

12 Saya tidak ingin untuk


menggapai dalam
pendidikan dan pekerjaan
saya (UF)
3 pencarian 13 Saya berusaha untuk
keagungan yang menjadi sesempurna yang
neurotik saya bisa (F)

14 Saya tidak ingin terlihat


sempurna di orang sekitar
saya (UF)

15 Saya memiliki harapan


yang tinggi atas penilaian
diri saya yang ideal
terhadap orang lain (F)

16 Saya orang yang tidak


ingin di nilai (UF)

17 Sangatlah penting untuk


menjadi sempurna di
semua hal yang saya coba
(F)

20
18 Orang di sekitar saya akan
menyukai saya bahkan jika
Saya tidak unggul dalam
bidang apapun (UF)

4 Penuntuk yang 19 Saya berusaha menjadi


neurotik yang terbaik di setiap hal
yang saya lakukan (F)

20 Saya selalu menyerah


dengan sebuah keadaan
(UF)

21 Saya adalah seorang


perfeksionis dalam
menyusun target-target
saya (F)

22 Saya tidak memiliki cita-


cita yang sangat tinggi
untuk diri saya (UF)

23 Ketika meminta sesorang


untuk melakukan sesuatu,
saya berharap hal tersebut
di selesaikan tanpa
kesalahan (F)
24 Ketika saya meminta
pertolongan, saya akan
menerima hasil dari
sebuah pekerjaan
walaupun hal tersebut
gagal (UF)
5 Pengharapan 25 Sukses berarti bahwa saya
kesempurnaan harus berkerja keras
bahkan berkerja lebih
keras untuk dinilai orang
lain bahwa saya terbaik (F)

26 Orang lain berfikir bahwa


saya baik-baik saja,
walaupun
Ketika saya belum berhasil
(UF)

21
27 Orang-orang
mengharapkan
kesempurnaan dalam diri
saya (F)

28 Orang-orang di sekitar
saya akan menerima
kekurangan segala
sesuatu yang saya lakukan
(UF)
29 Sempurna dalam segala
apapun akan
mempermudah segala
urusan saya (F)
30 Orang-orang disekitar
saya tidak peduli dengan
kemampuan yang saya
miliki (UF)

Dokumentasi

I. Dokumentasi permintaan judgment oleh ahli

II. Lembar validator oleh ahli

22
III. Dokumentasi pemberian dan penyebaran melalui media whatsapp dan twitter

23
IV. Dokumentasi google form

24

Anda mungkin juga menyukai