Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
R7C
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi Konseling
Populasi Khusus yang bertempat di “SLB-A PEMBINA TINGKAT NASIONAL
JAKARTA”. Laporan ini disusun sebagai pemenuhan tugas presentasi mata kuliah konseling
populasi khusus. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan
dan informasi kepada kami dan juga pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami sangat terbuka
terhadap kritik serta saran yang membangun agar dalam penyusunan laporan ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan ini dapat menambah dan memberi
pengetahuan kepada para pembacanya.
Kelompok H
BAB I
I. Masalah Klien
Klien merupakan siswa di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta dua klien
memiliki permasalahan yang sama, yaitu berkebutuhan khusus. Untuk klien NAI
memiliki gangguan blindism dan kurang percaya diri, NAI juga belum bisa terlalu
percaua diri oleh apa yang ia hadapi dan ia juampai. juga anak yang pemarah dan
sering berkata kasar.
Klien NAI :
a) Blindism
b) Kurang Percaya Diri
1) Perilaku Blindism
Blindism adalah kebiasaan yang dilakukan tunanetra berupa
gerakan-gerakan khas yang berulang, seperti menggoyang-goyangkan
badan, menekan-nekan bola mata dan bertepuk-tepuk. Kebiasaan yang
dilakukan tanpa disadari ini dapat mengganggu atau merugikan anak
tunanetra dan orang lain di sekitarnya.
Ada beberapa dampak dari penolakan sosial yang dialami anak
tunanetra, menurut McGaha dan Farran sebagaimana yang dikutip oleh
Kurnia Nurfitrianti: bahwa anak tunanetra menjadi kaku dalam bergerak
dan cenderung senang mengulang gerakan yang tidak perlu pada tubuhnya
sendiri. Selain itu muncul perilaku lain yang khas dengan tunanetra yaitu
perilaku stereotipik atau disebut juga perilaku blindism. Perilaku yang
muncul ini terjadi karena kebiasaan yang membuat anak melakukannya
secara tidak sadar.
Perilaku anak tunanetra akan berkembang dipengaruhi oleh
lingkungannya, anak-anak tunanetra tidak memiliki kesempatan untuk
belajar melalui pengamatan visualnya termasuk dalam berperilaku baik
dari lingkungan yang baik juga. Anak tunanetra tidak dapat mengadopsi
perilaku baik yang diterima melalui interaksi sosial mereka. Hal ini
berimplikasi terhadap munculnya fenomena sosial yang kurang wajar dan
kurang normal pada diri anak tunanetra dan sulit untuk diterima secara
sosial yang dengan menampilkan perilaku- yang tidak lazim dilakukan
oleh orang awas. Perilakuperilaku yang tidak lazim itu disebut dengan
perilaku blindism. Perilaku blindism ini berdampak pada banyak hal
termasuk pada akademik sehingga kegiatan belajar menjadi kurang
optimal begitu pula hasil belajar yang didapatkan kurang memuaskan.
Seperti dilingkungan sekolahnya, guru-guru di SLB tersebut sering
merasa tidak nyaman akibat perilaku blindism yang dilakukan oleh siswa-
siswa tersebut. Bahkan tidak sedikit guru yang sering menegur dan
memberi peringatan kepada siswa yang melakukan perilaku blindism
tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan.
Pendidikan mempengaruhi percaya diri
seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah
cenderung membuat individu merasa di bawah
kekuasaan yang lebih, sebaliknya individu yang
pendidikannya lebih tinggi cenderung akan
menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung
pada individu lain. Individu tersebut akan
mampu memenuhi keperluan hidup denga rasa
percaya diri dan kekuatannya dengan
memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
2) Lingkungan dan pengalaman hidup.
Lingkungan disini merupakan lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik
yang diterima dari lingkungan keluarga seperti
anggota keluarga yang saling berinteraksi
dengan baik akan memberi rasa nyaman dan
percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi
norma dan diterima oleh masyarakat, maka
semakin lancar harga diri berkembang.
E. Data Pribadi
Nama Konseli : NAI
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Maret 2004
Usia :18thn
Golongan Darah :-
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Status dalam keluarga :Anak Kandung
Alamat : Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 45kg
Hobby : Dengerin musik, radio
Perkejaan Orangtua : Karyawan Swasta
F. Data Penunjang
1. Klien NAI
1. Kartu Pelajar √
2. Surat Keterangan Dokter √
3. Kartu Keluarga √
G. Diagnosa/sis
H. Progonosa/sis
Prognosis Klien NAI
1. Klien memiliki perilaku Blindism
a) Sekarang : Klien sering tidak sadar menggoyangkan atau
menggerakan bagian tubuh seperti Kepala.
b) Yang akan datang : Klien mengganggu atau merugikan anak
tunanetra dan orang lain di sekitarnya.
2. Klien tidak percaya dengan dirinya sendiri
a) Sekarang : Klien menjadi tidak berani dengan orang
sekitar
b) Yang akan datang : Klien akan kesulitan dalam menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan sekitar.
c. Behavior
Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang
menekankan pada dimensi pada kognitif individu dan
menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan
(action-oriented) untuk membantu mengambil langkah yang
jelas dalam mengubah tingkah laku. Pendekatan behavioral
berfokus pada pengubahan tingkah laku dengan menekankan
pada pemberian penghargaan bagi konseli ketika melakukan
suatu kegiatan yang baik dan memberi konsekuensi untuk
mencegah konseli agar tidak melakukan kegiatan yang buruk.
James dan Gilliland (dalam sundari, 2017) mengatakan pada
dasarnya konseling behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan
memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang
maladaptif serta memperkuat atau mempertahankan tingkah
laku yang diinginkan. Sedangkan menurut Corey, konseling
behavioral adalah teori yang menekankan tingkah laku manusia
yang pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan
dan segenap tingkah lakunya itu dipelajari/diperoleh karena
proses latihan.
Cara-caranya
Untuk mengurangi atau mereduksi perilaku
blindism pada anak tunanetra tersebut menggunakan teknik
token economy, yang merupakan salah satu teknik dalam
pendekatan behavioristik, yaitu dengan strategi yang
didasarkan pada hukuman, dan disetiap hukuman akan
mendapatkan penghargaan (reward). Dengan adanya masalah
perilaku blindism tersebut, maka ada salah satu metode yang
sering digunakan di sekolah untuk penguatan perilaku positif
pada siswa yaitu pemberian reward (penghargaan). Yang
pertama reward ungkapan yang berupa pujian dari guru dan
orangtua, pujian diberikan ketika siswa tidak melakukan
perilaku blindism saat berada di sekolah dan di rumah. Reward
(penghargaan) tidak hanya berupa ungkapan, tetapi ada juga
yang berupa benda. Pemberian reward berupa benda dilakukan
karena ditakutkan cara yang pertama tidak sepenuhnya efektif
dalam mengurangi atau mereduksi perilaku blindism pada
siswa. Pemberian reward dilakukan dengan metode token
economy.
c. Behavior
1) Klien melakukan pelatihan untuk mengganti memukul dan
menggeleng-gelengkan kepalanya jika sakit dengan tepuk
tangan.
2) Klien melakukan pelatihan untuk mengganti memukul dan
menggeleng-gelengkan kepalanya jika sakit dengan
memainkan laptop dan gadgetnya.
3) Klien mendengarkan musik untuk mengalihkan rasa
sakitnya.
4) Klien bernyanyi untuk mengalihkan rasa sakitnya.
d. Pendekatan Behavioral
Behavioral atau behaviorisme adalah satu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku,
tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas (Chaplin, 2002). Teori behavioristik dapat menangani
kompleksitas masalah klien mulai dari kegagalan individu untuk
belajar, merespon secara adaptif hingga mengatasi masalah
neorosis. Adapun aspek penting dari terapi behavioristik adalah
bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati dan
diukur.
Konseling behavior adalah sebuah proses konseling (bantuan)
yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan
arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling
behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan
tertentu (Surya, 2003).
Konseling behavior merupakan suatu teknik terapi dalam
konseling yang berlandaskan teori belajar yang berfokus pada
tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari
tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik-
teknik yang berorientasi pada tindakan. Behavior berpandangan,
pada hakikatnya kepribadian manusia adalah perilaku. Dimana
perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan pengalaman
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Komalasari (2011), tujuan konseling behavior adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
2. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
3. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang
maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
4. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian
sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
3. Cara-Cara Penanganan
a. Psikoanalisis
1) Membangun kesadaran klien dengan mendengarkan
rekaman suara
Judul: CARA MENINGKATKAN RASA PERCAYA
DIRI? | ASK MR | Merry Riana
Link: https://www.youtube.com/watch?v=EXsvXAUg5b0
Deskripsi: Video motivasi Merry Riana tentang cara-cara
dan tips jitu cara meningkatkan kepercayaan diri
Setelah mendengarkan rekaman suara klien bersama dengan
konselor membahas perasaan klien terkait dengan rekaman
suara yang sudah didengarkan.
b. Kognitif
1) Konselor membangun pola pikir yang positif dengan
menceritakan terkait Tokoh Inspiratif yang dengan
kepercayaan dirinya menghasilkan suatu yang baik.
Judul Artikel:
Biografi BJ Habibie: Profil, Karier, dan Kisah Hidup
Inspiratifnya
Link:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5705999/biografi-
bj-habibie-profil-karier-dan-kisah-hidup-inspiratifnya.
Deskripsi:
BJ Habibie merupakan presiden ketiga Republik Indonesia
yang diangkat setelah Presiden Soeharto mundur. Beliau
dikenal juga sebagai bapak pesawat karena berhasil
menciptakan pesawat pertama Indonesia.
c. Ego
1) Konselor membantu klien menganalisis perasaan-
perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feeling terhadap
peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan
tugas-tugas kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang masa depan klien yaitu tujuan hidup
klien, bakat dan potensi yang dimiliki oleh klien.
3) Bertanya kepada klien tentang berapa teman yang
dimilikinya.
4) Konselor mendiskusikan bersama klien hambatan-
hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa
depan.
d. Behavioral
1) Klien dapat fokus mengembangkan kemampuan “pijat” yang
dimilikinya dan menerapkan kemampuan tersebut kepada
teman dan keluarganya.
2) Konselor memberikan klien tabel “daftar teman” yang nantinya
klien perlu berkenalan dengan teman baru untuk melengkapi
tabel tersebut.
3) Klien Bergabung dan melakukan kegiatan sosial.
Corey, 2009) menyatakan bahwa “Selama ini jika dirasa sakit apa yang
teori dasar konseling kognitif dilakukan oleh klien?”
adalah untuk memahami hakikat
“Selama ini jika sedang kesal, apa yang
dari peristiwa emosional atau
klien lakukan?”
gangguan perilaku adalah mutlak
untuk fokus pada isi kognitif dari Pendekatan Client Centered
reaksi individu. Tujuannya adalah
1) Bertanya kepada klien agar klien dapat
untuk mengubah cara konseli
mengganti kebiasaannya memukul dan
berpikir dengan menggunakan
pikiran-pikiran otomatis mereka menggeleng kepala dengan tepuk tangan.
untuk mencapai skema inti dan
2) Klien diajak untuk mengalihkan
mulai memperkenalkan gagasan
pikirannya dengan pengguanaan laptop
restrukturisasi skema. Hal ini
dan gadget yang sudah dikuasainya.
dilakukan dengan mendorong
3) Konselor meminta klien untuk dapat
konseli untuk mengumpulkan dan
mengambil keputusan untuk tidak
mempertimbangkan bukti untuk
menyakiti dirinya sendiri dengan
mendukung keyakinan mereka
mengubah perilaku blindism nya menjadi
2. Client Centered Therapy (CCT),
tepuk tangan atau menggunakan laptop.
mendasarkan diri pada
pandangannya tentang sifat dan
Pendekatan Behavior
hakikat manusia. Pandangannya
1) Klien melakukan pelatihan untuk
terutama tertuju pada penghargaan
mengganti memukul dan menggeleng-
martabat manusia. Menurut Rogers:
gelengkan kepalanya jika sakit dengan
tepuk tangann
a.Hakikat manusia pada dasarnya
2)Klien melakukan pelatihan untuk
baik dan penuh dengan kepositifan
mengganti memukul dan menggeleng-
1) Layanan konseling
individu
Konselor mengarahkan klien untuk
dapat merubah perilaku Blindism
2) Layanan informasi
Konselor memberikan informasi
tentang cara-cara merubah perilaku
blindism.
3) Layanan penguasaan konten
Konselor melatih klien merubah
perilaku blindism.
2. Kurang Percaya Diri
Link:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5705999/biografi-bj-habibie-profil-
karier-dan-kisah-hidup-inspiratifnya.
Deskripsi:
BJ Habibie merupakan presiden ketiga
Republik Indonesia yang diangkat
setelah Presiden Soeharto mundur.
Beliau dikenal juga sebagai bapak
pesawat karena berhasil menciptakan
pesawat pertama Indonesia.
4) Konselor mendiskusikan
bersama klien hambatan-hambatan yang
ditemuinya untuk mencapai tujuan masa
depan. Pendekatan Ego
2) Layanan informasi
1) Bertanya kepada
klien agar klien dapat
mengganti
kebiasaannya memukul
dan menggeleng kepala
dengan tepuk tangan.
3) Konselor meminta
klien untuk dapat
mengambil keputusan
untuk
6. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling.
1) Konselor membangun
pola pikir yang positif dengan
menceritakan terkait Tokoh
Inspiratif yang dengan
kepercayaan dirinya
menghasilkan suatu yang baik.
2) Konselor menanyakan
tentang tokoh yang menjadi
inspirasi dan membahas
perasaanya ketika tahu hal baik
yang dilakukan tokoh tersebut.
3) Konselor bersama
dengan klien membuat tabel jika
klien tidak memiliki dan
memiliki rasa percaya diri.
1) Konselor membantu
klien menganalisis perasaan-
perasaannya berkenaan dengan
kehidupan, feeling terhadap
peranannya, penampilan dan hal
lain yang terkait dengan tugas-
tugas kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang
masa depan klien yaitu tujuan
hidup klien, bakat dan potensi
yang dimiliki oleh klien.
2) Konselor memberikan
klien tabel “daftar teman” yang
nantinya klien perlu berkenalan
dengan teman baru untuk
melengkapi tabel tersebut.
5. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling
L. Evaluasi Konseling
1. Tanggal 20 Oktober 2022, pukul (09.00- 09.55)
Konselor melakukan konseling pertama dengan klien, klien diberikan
layanan konseling individu, dimana kami membahas permasalahan klien
mengenai perilaku blindism, kemudian konselor mengarahkan klien untuk
tidak berperilaku blindism yaitu menyakiti dirinya. Selanjutnya konselor
memberikan Layanan informasi yaitu konselor memberikan informasi
tentang cara-cara merubah perilaku blindism serta memberikan layanan
penguasaan konten untuk melatih klien merubah perilaku blindism. Ketiga
layanan tersebut menggunakan pendekatan ( Kognitif, Pendekatan Client
Centered, Behavior ). Klien merespon dengan baik walaupun sempat
merasa putus asa, konselor memberikan semangat dan motivasi terkait
cita-citanya yang ingin dicapai yaitu menjadi motivator untuk sesame
tunanetra yang memiliki perilaku blindism, Selain itu konselor juga
mengingatkan klien mengenai harapan orang tua kepada diri klien, hingga
akhirnya klien merasa optimis dalam meminalisir perilaku blindism.
2. Tindak Lanjut
Karena klien sudah ada perubahan yang positif maka tidak ada tindak
lanjut, untuk itu konselor hanya akan melakukan pemantauan-pemantauan
saja.
A. Latar belakang masalah klien BNBW
BNBW adalah siswa tuna netra pada SLB-A Pembina Tingkat Nasional (SLB-A
PTN) JAKARTA. BNBW Merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, yang saat ini sudah
memasuki kelas 12 SMA di SLB-A Pembina tingkat nasional Jakarta, Bnbw memiliki 2
Kaka kandung.
BNBW terkadang over dalam percaya diri, karna over dalam kepercayaan diri
terkadang orang tua Bnbw khawatir karna Bnbw sering pulang sampai larut sore takut
nanti terjadi suatu hal yang tidak di inginkan dijalan mengingat juga bahwa BNBW sudah
tidak diantarkan lagi oleh kedua orang tuanya karna kedua orang tua nya pun sibuk
mengurus jualan nya yang ada di rumah jikalau di antar hanya di antar berangkatnya saja
lalu pulang nya ia sendiri. Orang tua BNBW adalah seorang pengusaha yang membuka
usaha warung dirumahnya.
E. Data pribadi
Nama Konseli : BNBW
Tempat Tanggal Lahir : Depok, 24 Agustus 2004
Umur : 18thn
Golongan Darah :-
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 3 saudara
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jl. Akses UI Pasarpal, Depok
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 76Kg
Hobby : Travelling
Pekerjaan Orang Tua : Pengusaha
F. Data Penunjang
Klien BNBW
1. Kartu Pelajar √
3. Kartu Keluarga √
G. Diagnosa/sis
Inti masalah yang dialami konseli BNB sebagai berikut:
Klien terlalu percaya diri
Klien belum bisa berhitung
H. Progonosa/sis
I. Treatment
2. Pendekatan Kognitif
3. Konseling Ego
Konseling ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi
ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk
memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego
klien. Konseling ego dipopulerkan oleh Erikson. Seringkali orang yang
bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang
yang rendah diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat
dikarenakan ia tidak mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Perbedaan ego
menurut Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego
tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri yang
menjadi kepribadian seseorang. Menurut teori ini manusia tidaklah didorong
oleh energi dari dalam, melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-
beda, misalnya indvidu dalam kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Menurut Erikson egolah yang mengembangkan segala
sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya, hubungan
sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah memiliki ego
yang sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu
proses beradaptasi.
4. Pendekatan Behavior
2. Untuk apanya klien yaitu untuk mengurangi rasa kepercayaan diri klien
yang terlalu tinggi
2. Pendekatan Kognitif
c. Membuat table yang akan diisi klien agar klien mengetahui dampak
terlalu percaya diri. Contoh table:
1. Konseling Indidivual
2. Layanan Informasi
1. Pendekatan Psikoanalisis.
2. Pendekatan Kognitif
1. Pendekatan Psikoanalisis
2. Pendekatan Kognitif
a. Konselor dan klien mencari tau gaya belajar yang cocok untuk diri
klien agar lebih memudahkan klien berhitung
1) Konseling individual
2) Layanan informasi
Konselor melatih klien agar menggunakan bahan ajar untuk dapat berhitung
1. Konseling Indidivual
2. Layanan Informasi
1) Konseling individual
2) Layanan informasi
7. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling
4. Konselor
menginformasikan mengenai
cara-cara belajar menghitung
yang efektif dengan bantuan
media atau alat yang
menunjang, seperti media
sosial ataupun tabel
perhitungan.
7. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling
L. Evaluasi Konseling
A. Rekomendasi.
B. Tindak Lanjut.
Untuk klien kami yang bernama BMBW ini tidak ada tindak lanjut namun akan kami
pantau untuk perkembangan perkembangan nya yang akan datang.
BAB III
A. Kesimpulan
Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat diperoleh dari sekolah luar
biasa (SLB). SLB-A merupakan SLB khusus untuk penyandang tunanetra yang
mengalami keterbatasan dalam penglihatannya. Proses pembelajaran anak tunanetra
menerapkan prinsip verbal, kontak langsung, dan stimulasi. Strategi pembelajaran
yang diberikan di sekolah harus mendorong murid tunanetra memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Sementara itu, media pembelajaran bagi anak tunanetra adalah abjad braille,
model benda, huruf timbul, hingga rekaman suara. Dengan tetap mendapatkan
pendidikan, anak tunanetra tidak akan tertinggal secara akademis. Meskipun anak
Tunanetra memiliki keterbatasan dalam melihat tetapi dibalik kelemahan pasti ada
kelebihan, Penyandang Tunanetra masih memiliki indera lain, seperti pendengaran
dan perabaan, Bahkan dengan dua indera tersebut mereka bisa mengetahui dimana
mereka berada tanpa harus melihat atau menyimpan secara visual di otak mereka
bentuk suatu tempat, dengan cukup indra pendengaran dan perabaan saja.
B. Saran
1. Bagi sekolah
3. Bagi Observer