Ciri – Ciri
- Introvert sosial: Tipe ini adalah mereka yang lebih suka ketika berada
di kelompok kecil dan suasana tenang dari pada keramaian.
- Berpikir introvert: Pada tipe ini, mereka lebih senang melamun dan
berkhayal. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam
pikirannya dan cenderung memiliki imajinasi kreatif.
- Introvert yang cemas: Mereka mencari waktu sendiri bukan hanya
karena menyukainya, tetapi karena sering merasa canggung atau malu
di sekitar orang.
- Introvert yang tertahan: Introvert jenis ini lebih cenderung berpikir
sebelum bertindak. Mereka tidak bisa membuat keputusan dengan
spontan. Biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
mengambil tindakan.
E. Data Pribadi
Nama : BNY
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 13 Mei 2009
Hobby : Bermain sepak bola
Agama : Islam
Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara
Status keluarga : Anak Kandung
Tinggi badan : 139 cm
Berat badan : 40 kg
F. Data Penunjang
Kartu Pelajar
Surat Keterangan Dokter -
Kartu Keluarga -
G. Diagnosa/sis
1. Klien sering membolos
2. Klien adalah orang yang introvert
H. Prognosa/sis
1. Sering Membolos:
a. Sekarang: klien sering membolos
b. Yang akan datang: klien tidak naik kelas atau dikeluarkan dari sekolah
2. Pendiam:
a. Sekarang : Klien lebih suka ketika berada di kelompok kecil dan
suasana tenang dari pada keramaian.
b. Yang akan datang : Klien akan menjadi pesimis dan tidak percaya diri,
takut berpendapat dan tidak berani tampil di depan umum.
I. Treatment
a. Sering Membolos
I. Pendekatan
1) Pendekatan Psikoanalisis
Corey (2009) mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori
pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian dan perilaku neoritis.
Menurut Willis (2009) pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek
penting, yaitu:
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian tediri dari
tiga sistem id, ego dan super ego. Id adalahh sistem kepribadian yang
orisinil. Kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilairkan.
Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat
tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan; memuaskan
kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego
adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang
mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Super ego
adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu
tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
2) Pendekatan Kognitif
Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada wawasan
yang menekankan pengakuan dan mengubah pikiran negatif dan
keyakinan maladaptif. Inti dari Konseling kognitif kognitif didasarkan
pada alasan teoritis bahwa cara manusia merasa dan berperilaku
ditentukan oleh bagaimana mereka memandang dan menstruktur
pengalaman mereka (Corey, 2009).
Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) asumsi teoritis konseling
kognitif adalah:
1. Bahwa komunikasi internal manusia dapat diakses oleh
introspeksi,
2. Bahwa kepercayaan konseli memiliki makna yang sangat
pribadi, dan
3. Bahwa makna ini dapat ditemukan oleh konseli daripada yang
diajarkan atau ditafsirkan oleh konseli.
DeRubeis & Beck (dalam Corey, 2009) menyatakan bahwa teori
dasar konseling kognitif adalah untuk memahami hakikat dari
peristiwa emosional atau gangguan perilaku adalah mutlak untuk fokus
pada isi kognitif dari reaksi individu. Tujuannya adalah untuk
mengubah cara konseli berpikir dengan menggunakan pikiran-pikiran
otomatis mereka untuk mencapai skema inti dan mulai
memperkenalkan gagasan restrukturisasi skema. Hal ini dilakukan
dengan mendorong konseli untuk mengumpulkan dan
mempertimbangkan bukti untuk mendukung keyakinan mereka.
3) Pendekatan Realitas
Glaser menyebut konseling realitas ini sebagai terapi realitas karena
didasarkan pada asal usul William Glasser yang merupakan seorang
psikiater maka ia memakai nama teori ini dengan terapi realitas, namun
ketika banyak orang berbeda-beda dalam hal penyebutan antara
konseling realitas dan terapi realita maka akan menimbulkan
pertanyaan apakah diantara keduanya merupakan teori yang sama atau
berbeda. Dilihat dari berbagai sumber buku mengenai konseling
realitas dan terapi realitas baik dari konsep utama, tujuan, ciri-ciri,
Teknik-teknik, peran dan fungsi konselor maka pembahasanya sama
saja hanya saja setiap orang berbeda-beda dalam pemakaian nama
antara konseling realitas dengan terapi realitas. Konseling realitas
merupakan suatu bentuk teknik konseling yang berorientasi pada
tingkah laku sekarang dan konseling realitas merupakan suatu proses
yang rasional. Klien diarahkan untuk menumbuhkan tanggung jawab
bagi dirinya sendiri. Konseling realitas memandang konseling sebagai
suatu proses yang rasional. Dalam proses tersebut konselor harus
menciptakan suasana yang hangat dan penuh pengertian serta yang
paling penting menumbuhkan pengertian klien bahwa mereka harus
bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Konsep utama menurut pandangan Glasser yang dikemukakannya
adalah sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional oleh karena itulah pola
tingkah laku individu lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir
individu tersebut
2. Manusia memiliki dorongan untuk belajar dan tumbuh Sebagai
makhluk yang memiliki potensi dan kekuatan, manusia
dipandang mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri
yang biasa disebut (self determining)
3. Manusia memiliki kebutuhan dasar Glasser lebih memusatkan
perhatian pada kebutuhan psikologis dasar yang penting, yaitu
kebutuhan cinta mencintai, dan kebutuhan akan kebergunaan
diri, merasa dirinya berguna atau berharga
4. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain Pemenuhan
kebutuhan dasar memerlukan keterlibatan orang lain. Jika
individu mengasingkan diri dalam kehidupan sosialnya, maka
kebutuhan dasar individu tidak akan terpenuhi.
5. Manusia mempunyai motivasi dasar untuk mendapatkan
identitas diri yang sukses Hal tersebut menunjukkan pada
penentuan diri seseorang, yang mencakup keunikan,
keterpisahan, dan kebermaknaan diri.
6. Manusia selalu menilai tingkah lakunya. Terkait dengan konsep
sebelumnya bahwa manusia pada dasarnya selalu mengadakan
penilaian terhadap tingkah lakunya
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia terikat pada 3R
(Responsibility, reality, dan right)
1. Responsibility merupakann tanggung jawab atas perilaku dan
pemenuhan kebutuhan dirinya.
2. Reality yakni perilaku yang tampak saat sekarang adalah bagian
dari realitas. Di mana realitas merupakan suatu fenomena yang
dapat diamati, fakta yang tersusun dalam kenyataan.
3. Right yakni manusia bertingkah laku sesuai dengan keputusan
nilai yang dibuatnya tentang baik buruk dan benar salah.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan konsep utama
konseling realitas adalah manusia merupakan makhluk rasional,
memiliki kebutuhan dasar, kemampuan untuk mengubah identitas
kegagalan menjadi identitas kesuksesan, selalu menilai tingkah
lakunya, serta memiliki faktor tanggung jawab, realitas dan
kebenaran dalam memenuhi kebutuhannya.
e. Pendekatan Behavioral
a. Merubah perilaku membolos dengan menggali kemampuan diri
klien, dalam kasus ini klien mempunyai kemampuan untuk
bersosialisasi dengan baik, sehingga diharapkan klien bisa merubah
perilakunya dengan memanfaatkan kemampuan dirinya
b. Mengubah perilaku membolos dengan menyalurkan hobinya,
dalam hal ini klien mempunyai hobi bermain bola bersama teman-
teman disekolah, diharapkan klien bisa menggunakan hobinya
dengan baik dari pada kegiatan membolos
c. Memperbaiki diri dan menaikkan kemampuannya dengan
mencari gaya belajar yang sesuai agar menjadi lebih baik sehingga
klien tidak membolos lagi
II. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Konseling Individu, konselor mengarahkan klien dapat
menghilangkan kebiasaan membolos
2. Layanan Konseling Informasi, konselor memberikan informasi
mengenai dampak membolos dan cara menghilangkan kebiasaan
membolos
b. Introvert
I. Pendekatan
1. Pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah salah satu cabang ilmu yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya sebagai
kajian fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya istilah
psikoanalisis hanya digunakan saat hubungan dengan Freud saja,
jadi istilah “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” memiliki arti
yang sama. Jika ada murid- murid atau pengikut Freud yang
menyimpang atau bersebaang dari ajarannya dan mengembangkan
teorinya sendiri, maka mereka juga akan memberikan istilah
psikoanalisis dan menggunakan suatu nama baru untuk
memberikan pendapat mereka.
Berdasarkan pendapat Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak sadar (unconscious). Hingga tahun 1920-
an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan tiga unsur
tersebut. Kemudian pada tahun 1923 Freud baru mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yakni das Es, das Ich, dan das Über Ich.
Struktur ini tidak mengganti struktur lama, namun tetap bersifat
melengkapi gambaran mental, terutama pada bagian fungsi dan
tujuannya.
Freud beranggapan bahwa kepribadian adalah suatu bentuk sistem
yang terdiri dari tiga unsur, yakni das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah the Id, the
Ego, dan the Super Ego). Masing- masing unsur tersebut memiliki
asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Tiga
unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya dapat
dibagi seperti berikut ini:
a) Unsur Dimensi Asal
• Das Es (The Id) adalah pembawaan
• Das Ich (The Ego) adalah hasil interaksi dengan
lingkungan
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah hasil
internalisasi nilai- nilai dari figur yang berpengaruh
b) Unsur Dimensi Aspek
- Das Es (The Id) adalah Biologis
- Das Ich (The Ego) adalah psikologis
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sosiologis
c) Unsur Dimensi Fungsi
- Das Es (The Id) adalah mempertahankan konstansi
- Das Ich (The Ego) adalah mengarahkan individu pada realitas
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sebagai pengendali
DasEs, mengarahkan dass Es das Ich pada perilaku yang lebih
bermoral
d) Unsur Dimensi Prinsip Operasi
- Das Es (The Id) adalah operasi pleasure principle
- Das Ich (The Ego) adalah operasi reality principle
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah operasi morality
principle
c. Pendekatan Behavioral
Behavioral atau behaviorisme adalah satu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku,
tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas (Chaplin, 2002). Teori behavioristik dapat menangani
kompleksitas masalah klien mulai dari kegagalan individu untuk
belajar, merespon secara adaptif hingga mengatasi masalah
neorosis. Adapun aspek penting dari terapi behavioristik adalah
bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati dan
diukur.
Konseling behavior adalah sebuah proses konseling (bantuan)
yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan
arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling
behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan
tertentu (Surya, 2003).
Konseling behavior merupakan suatu teknik terapi dalam
konseling yang berlandaskan teori belajar yang berfokus pada
tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari
tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik-
teknik yang berorientasi pada tindakan. Behavior berpandangan,
pada hakikatnya kepribadian manusia adalah perilaku. Dimana
perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan pengalaman
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Komalasari (2011), tujuan konseling behavior adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
2. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
3. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang
maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
4. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian
sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
2. Cara-Cara Penanganan
a. Psikoanalisis
1) Membangun kesadaran klien dengan menonton vidio
Judul: Skill Bergaul Dengan siapapun ( Tips untuk kamu
yang minder dan kurang berani )
Link: https://youtu.be/wMawdgZe1wY
Deskripsi: Video motivasi dari satu persen-indonesian life
schoole tentang cara-cara dan tips jitu cara meningkatkan
rasa ingin bergaul
Setelah mendengarkan rekaman suara klien bersama dengan
konselor membahas perasaan klien terkait dengan vidio
yang sudah di tonton
b. Kognitif
1) Konselor membangun pola pikir yang positif dengan
menceritakan terkait Tokoh Inspiratif yang dengan
kepercayaan dirinya menghasilkan suatu yang baik.
Judul Artikel: Kristanto Arga Gumilang
Link: https://youtu.be/NddnvqxPQ3E
Deskripsi:
Mengenal lebih jauh sosok inspiratif Kristanto Arga
Gumilang dalam membangun Yayasan Pewaris Peradaban
554 merupakan Yayasan yang telah banyak membantu anak
untuk bisa bersekolah, pemberdayaan ekonomi masyarakat,
pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan sosial.
c. Ego
1) Konselor membantu klien menganalisis perasaan-
perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feeling terhadap
peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan
tugas-tugas kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang masa depan klien yaitu tujuan hidup
klien, bakat dan potensi yang dimiliki oleh klien.
3) Bertanya kepada klien tentang berapa teman yang
dimilikinya.
4) Konselor mendiskusikan bersama klien hambatan-
hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa
depan.
d. Behavioral
1) Klien dapat fokus mengembangkan kemampuan membuat
kaligrafi yang dimilikinya dan menerapkan kemampuan
tersebut kepada teman dan guru yayasan serta orang orang
sekitarnya
2) Konselor memberikan klien tabel “daftar teman” yang nantinya
klien perlu berkenalan dengan teman baru untuk melengkapi
tabel tersebut.
3) Klien Bergabung dan melakukan kegiatan sosial.
5. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral adalah pendekatan
yang menekankan pada dimensi pada
kognitif individu dan menawarkan
berbagai metode yang berorientasi pada
tindakan (action-oriented) untuk
membantu mengambil langkah yang jelas
dalam mengubah tingkah laku.
Pendekatan behavioral berfokus pada
pengubahan tingkah laku dengan
menekankan pada pemberian
penghargaan bagi konseli ketika
melakukan suatu kegiatan yang baik dan
memberi konsekuensi untuk mencegah
konseli agar tidak melakukan kegiatan
yang buruk. James dan Gilliland (dalam
sundari, 2017) mengatakan pada dasarnya
konseling behavioral diarahkan pada
tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang
maladaptif serta memperkuat atau
mempertahankan tingkah laku yang
diinginkan. Sedangkan menurut Corey,
konseling behavioral adalah teori yang
menekankan tingkah laku manusia yang
pada dasarnya dibentuk dan ditentukan
oleh lingkungan dan segenap tingkah
lakunya itu dipelajari/diperoleh karena
proses latihan
b. Introvert
2) Konselor menanyakan
tentang tokoh yang menjadi
inspirasi dan membahas
perasaanya ketika tahu hal
baik yang dilakukan tokoh
tersebut.
3) Konselor bersama
dengan klien membuat tabel
jika klien tidak memiliki dan
memiliki rasa percaya diri.
3. Pendekatan Konseling Ego 3. c) Konselor membantu
Konseling ego memiliki ciri khas yang klien menganalisis perasaan-
lebih menekankan pada fungsi ego. perasaannya berkenaan
Kegiatan konseling yang dilakukan pada dengan kehidupan, feeling
umumnya bertujuan untuk memperkuat terhadap peranannya,
ego strength, yang berarti melatih penampilan dan hal lain yang
kekuatan ego klien. terkait dengan tugas-tugas
kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang
masa depan klien yaitu tujuan
hidup klien, bakat dan potensi
yang dimiliki oleh klien.
3) Bertanya kepada klien
tentang berapa teman yang
dimilikinya.
4) Konselor
mendiskusikan bersama klien
hambatan-hambatan yang
ditemuinya untuk mencapai
tujuan masa depan.
Pendekatan Ego
4. Pendekatan Behavior 4. Pendekatan Behavior
Konseling behavior merupakan suatu 1) Klien dapat fokus
teknik terapi dalam konseling yang mengembangkan kemampuan
berlandaskan teori belajar yang berfokus membuat kaligrafi yang
pada tingkah laku individu untuk dimilikinya dan menerapkan
membantu konseli mempelajari tingkah kemampuan tersebut
laku baru dalam memecahkan 2) Konselor memberikan
masalahnya melalui teknik-teknik yang klien tabel “daftar teman”
berorientasi pada tindakan. yang nantinya klien perlu
berkenalan dengan teman
baru untuk melengkapi tabel
tersebut.
3) Klien Bergabung dan
melakukan kegiatan sosial.
Untuk Apanya Klien : Klien dapat
meningkatkan rasa ingin berbaur dan
kekeluargaan
L. Evaluasi Hasil
1. Tanggal 22 November 2022, pukul 14.00-14.40
Konselor melakukan konseling pertama dengan klien, klien diberikan
layanan konseling individu, di mana kami membahas permasalahan klien
mengenai kegiatan membolos, kemudian konselor mengarahkan klien untuk
dapat menghilangkan kebiasaan membolos. Selanjutnya konselor memberikan
layanan informasi mengenai cara-cara menghilangkan kegiatan membolos
dan, dampak yang ditimbulkan dan hal lainnya mengenai kegiatan membolos,
Konselor juga mengarahkan klien untuk dapat menghilangkan kebiasaan
membolos. Ketiga layanan tersebut menggunakan pendekatan psikoanalisis,
kognitif, realitas, analisis transaksional, pcc, dan behavior. Klien merespon
dengan baik walaupun awalnya klien sudah merasa putus asa tidak dapat
menghilangkan kebiasaan membolos. Untuk mengatasi rasa putus asa klien,
selain itu konselor juga mengingatkan klien mengenai harapan orang tua
kepada diri klien, dan konselor juga mengingatkan bahwa lebih baik
melanjutkan kegemaran atau hobi klien dari pada membolos, hingga akhirnya
klien merasa optimis dalam menghilangkan kebiasaan membolos.
2. Tanggal 24 November 2022, pukul 14.00-14.40
Pada konseling ke dua dengan klien, klien di berikan layanan
konseling individu, dimana kami membahas permasalahan klien mengenai
kurang percaya diri, kemudian konselor mengarahkan klien untuk dapat
meningkatkan rasa kekeluargaan, tidak mengasingkan diri serta dapat berbaur
dengan yang lain, selanjutnya konselor memberikan layanan informasi tentang
cara-cara meningkatkan klien untuk dapat berbaur. serta memberikan layanan
penguasaan konten yaitu konselor melatih klien untuk dapat meningkatkan
rasa kebersamaan dengan yang lain, berbaur dan kekeluargaan. ketiga layanan
tersebut menggunakan pendekatan ( Psikoanalisis, Kognitif, Konseling ego,
Behavioral ). Klien mulai bersemangat dan bersifat antusias dengan mengikuti
kegiatan konseling ini. Klien melaksanakan setiap tugas yang diberikan oleh
konselor dengan baik serta suasana konseling sangat hangat dan akrab
sehingga proses konseling berjalan dengan lancar.