Anda di halaman 1dari 37

A.

Latar Belakang Masalah Klien BNY


BNY adalah salah satu anak asuh dari panti asuhan anak Yayasan Darussalam.
BNY merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara, klien saat ini menginjak usia 14 tahun
dan duduk dibangku sekolah SMP kelas 2.
BNY adalah seorang anak yatim piatu, saat ini diasuh oleh panti asuhan
Yayasan Darussalam, sejak BNY ditinggal oleh ibu dan bapaknya meninggal, sejak
umur 13 tahun BNY mulai menunjukkan perilaku membolos dan introvert suka
menyendiri. Ia mulai kehilangan semangat belajar dan mulai menarik diri dari
lingkungannya, namun walaupun seperti itu BNY masih bisa melakukan sosialisasi
dengan lingkungannya.
BNY sering melakukan kegiatan membolos dari sekolah hingga mengalami
penurunan nilai yang cukup drastis

B. Identifikasi Variabel Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah klien yaitu:
a) Sering Membolos
b) Introvert

C. Analisa Kebutuhan Klien


Kebutuhan Klien BNY
1. Kebutuhan Sering Membolos
 Membutuhkan motivasi belajar
 Membutuhkan dukungan secara emosional
 Membutuhkan pemahaman bahwa dampak membolos tidak baik
2. Introvert
 Membutuhkan motivasi belajar
 Membutuhkan dukungandari orang sekitar serta emosional
 Membutuhkan pemahaman bahwa dampak dari introvert tidak baik

D. Teori Masalah Klien BNY


1. Sering Membolos
Membolos sekolah adalah kegiatan tidak masuk sekolah untuk
mengikuti mata pelajaran baik satu mata pelajaran ataupun tidak masuk
selama seharian penuh. Secara lebih lanjut perilaku membolos mengarah pada
suatu kondisi dimana seseorang atau siswa secara sengaja tidak masuk sekolah
dan tidak mengikuti mata pelajaran pada hari tersebut. Dengan kata lain siswa
tidak berangkat tanpa keterangan atau alpa. Perilaku membolos sekolah
dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara siswa tetap pergi dari
rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak sampai ke
sekolah atau tidak berada di sekolah pada jam sekolah berlangsung. Perilaku
membolos ini umumnya ditemukan pada usia remaja mulai tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Menurut Gunarsa (20l2) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah


tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran dan tidak izin terlebih dahulu
kepada pihak sekolah. Membolos merupakan tindakan yang tidak baik dan
seharusnya tidak dilakukan oleh peserta didik karena membolos merupakan
tidak bermoral. Perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan sosial. Perilaku peserta didik tidak terjadi begitu saja, tetapi
perilaku yang telah membudaya tersebut didukung oleh faktorfaktor yang
menguatkan timbulnya perilaku peserta didik, diantaranya karena peserta didik
memiliki atau mempunyai kesempatan untuk peserta didik dari sekolah atau
kondisi lingkungan sekitar yang mendukung sehingga perilaku peserta didik
itu seringkali terjadi.
Membolos bisa disebabkan oleh beberapa faktor:
a) Faktor pribadi, setiap anak mempunyai kepribadian khusus. Perilaku
ini bisa menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang.
b) Faktor keluarga, keluarga merupakan faktor unit sosial paling kecil
dalam masyarakat yang peranannya paling besar sekali terhadap
perkembangan sosial, terlebih perkembangan awal yang menjadi
landasan perkembangan kepribadian selanjutnya.
c) Faktor lingkungan masyarakat, pada lingkungan masyarakat inilah
remaja menghadapi berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam
kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, akibatnya remaja
terpengaruh dengan adanya yang terjadi dalam masyarakat yang man
kurang landasan agamanya dan masyarakat yang acuh terhadap
lingkungan yang ada di sekitar.
d) Faktor lingkungan sekolah, bisa menyebabkan timbulnya kenakalan
remaja yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja di picu dari
adanya pengaruh teman-temannya.
Penyebab peserta didik membolos menurut Prayitno dan Erman Amti
adalah:
a) Tak senang dengan sikap dan perilaku guru
b) Merasa kurang mendapatkan perhatian guru
c) Merasa dibeda-bedakan oleh guru
d) Proses belajar mengajar yang membosankan
e) Merasa gagal dalam belajar
f) Kurang minat terhadap mata pelajaran
g) Terpengaruh oleh teman
h) Takut masuk karena tidak membuat tugas
Dampak dari perilaku membolos sekolah diantaranya yaitu :
a) Pertama, siswa yang sering membolos sekolah akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia
membantu anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam
prakteknya hal ini akan sulit dilaksanakan. Karena pembelajaran
menjadi kurang efektif ketika banyak siswa yang membolos sekolah.
Siswa yang sudah sering membolos sekolah kemudian ketika dia
berangkat sekolah biasanya dia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh
guru, karena dia tidak mempelajari materi atau dasar – dasar dari mata
pelajaran – mata pelajaran yang sebelumnya diajarkan. Sehingga
dalam proses pembelajaran akan muncul ketidakpahaman.
b) Kedua, selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan
mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-
temannya. Hal ini kadang bisa terjadi manakala siswa tersebut sudah
begitu “parah” keadaannya dalam membolos sekolah sehingga
anggapan teman-temannya siswa tersebut merupakan siswa yang nakal
dan perlu menjaga jarak dengannya. Hal ini akan mengakibatkan
kurangnya kedekatan hubungan antara dia dengan teman satu kelasnya.
c) Ketiga, hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos
ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah
berkurang. Dampak ketiga ini akan begitu mudah dirasakan dan
diamati. Bila perilaku membolos ini diteruskan, maka akan muncul
sikap acuh tak acuh pada urusan sekolahnya.  Kurangnya rasa disiplin
pada siswa juga akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung. Siswa yang kurang disiplin maka kesannya adalah
siswa tersebut menyepelekan sekolah. Kemudian seperti menganggap
sekolah itu miliknya sendiri sehingga bebas untuk melakukan tindakan
semaunya. Nah, untuk itu ketika ada siswa yang membolos sekolah
sebaiknya langsung ditegur agar tidak terus menerus membolos
sekolah.
d) Keempat, dampak dari perilaku membolos yang sering dilakukan yang
lebih parah siswa dapat tidak naik kelas bahkan bisa dikeluarkan dari
sekolah. Biasanya ada sekolah yang menerapkan berapa persen
kehadiran siswa di sekolah dan menetapkan kehadiran sebagai salah
satu syarat untuk naik kelas. Jika ada siswa yang kehadirannya di
sekolah tidak memenuhi kriteria maka sekolah berhak untuk membuat
siswa tersebut tidak naik kelas atau dikeluarkan. Lalu karena
membolos sekolah maka siswa tidak mengikuti pelajaran yang
disampaikan guru. Akhirnya siswa tersebut harus belajar sendiri untuk
mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul juga manakala
siswa tidak memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan
berpengaruh pada nilai ulangannya.

Cara menanggulanginya ialah bisa dilakukan dengan mementoring,


melakukan bimbingan konseling, melatih komunikasi, dan juga peranan
guru serta orang sekitar dengan positif
2. Introvert
Seorang introvert merasa lebih nyaman ketika mereka bisa fokus dengan
ide dan pikirannya. Mereka lebih bisa menikmati suasana ketika
menghabiskan waktu hanya dengan satu atau dua orang, daripada dengan
orang banyak. Istilah introvert dan ekstrovert ini berasal dari seorang psikolog
bernama Carl Gustav Jung. Kedua tipe kepribadian ini bisa memilah
bagaimana orang-orang mendapatkan atau menggunakan energinya. Saat itu,
dia percaya bahwa beberapa orang diberi energi yang berasal dari luar
(ekstrovert) dan beberapa orang diberi energi dalam dirinya (introvert).

 Ciri – Ciri

Meskipun setiap orang introvert terlihat berbeda, namun mereka


memiliki pola perilaku yang sama, berikut adalah ciri-cirinya secara
umum:

- Perlu ketenangan untuk berkonsentrasi


- Meluangkan waktu untuk membuat keputusan
- Merasa nyaman sendirian
- Lebih suka menulis daripada berbicara
- Merasa lelah setelah berada di keramaian
- Punya sedikit teman, tetapi sangat dekat, akrab dan intim
- Menggunakan imajinasi untuk menyelesaikan masalah.

 Tipe dan Jenis introvert

Salah satu studi menunjukkan bahwa orang introvert cenderung


termasuk dalam salah satu dari emat sub-tipe di bawah ini:

- Introvert sosial: Tipe ini adalah mereka yang lebih suka ketika berada
di kelompok kecil dan suasana tenang dari pada keramaian.
- Berpikir introvert: Pada tipe ini, mereka lebih senang melamun dan
berkhayal. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam
pikirannya dan cenderung memiliki imajinasi kreatif.
- Introvert yang cemas: Mereka mencari waktu sendiri bukan hanya
karena menyukainya, tetapi karena sering merasa canggung atau malu
di sekitar orang.
- Introvert yang tertahan: Introvert jenis ini lebih cenderung berpikir
sebelum bertindak. Mereka tidak bisa membuat keputusan dengan
spontan. Biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
mengambil tindakan.

E. Data Pribadi
Nama : BNY
Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 13 Mei 2009
Hobby : Bermain sepak bola
Agama : Islam
Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara
Status keluarga : Anak Kandung
Tinggi badan : 139 cm
Berat badan : 40 kg

F. Data Penunjang
Kartu Pelajar 
Surat Keterangan Dokter -
Kartu Keluarga -

G. Diagnosa/sis
1. Klien sering membolos
2. Klien adalah orang yang introvert
H. Prognosa/sis
1. Sering Membolos:
a. Sekarang: klien sering membolos
b. Yang akan datang: klien tidak naik kelas atau dikeluarkan dari sekolah
2. Pendiam:
a. Sekarang : Klien lebih suka ketika berada di kelompok kecil dan
suasana tenang dari pada keramaian.
b. Yang akan datang : Klien akan menjadi pesimis dan tidak percaya diri,
takut berpendapat dan tidak berani tampil di depan umum.
I. Treatment
a. Sering Membolos
I. Pendekatan
1) Pendekatan Psikoanalisis
Corey (2009) mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori
pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian dan perilaku neoritis.
Menurut Willis (2009) pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek
penting, yaitu:
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian tediri dari
tiga sistem id, ego dan super ego. Id adalahh sistem kepribadian yang
orisinil. Kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilairkan.
Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat
tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan; memuaskan
kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego
adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang
mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Super ego
adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu
tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
2) Pendekatan Kognitif
Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada wawasan
yang menekankan pengakuan dan mengubah pikiran negatif dan
keyakinan maladaptif. Inti dari Konseling kognitif kognitif didasarkan
pada alasan teoritis bahwa cara manusia merasa dan berperilaku
ditentukan oleh bagaimana mereka memandang dan menstruktur
pengalaman mereka (Corey, 2009).
Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) asumsi teoritis konseling
kognitif adalah:
1. Bahwa komunikasi internal manusia dapat diakses oleh
introspeksi,
2. Bahwa kepercayaan konseli memiliki makna yang sangat
pribadi, dan
3. Bahwa makna ini dapat ditemukan oleh konseli daripada yang
diajarkan atau ditafsirkan oleh konseli.
DeRubeis & Beck (dalam Corey, 2009) menyatakan bahwa teori
dasar konseling kognitif adalah untuk memahami hakikat dari
peristiwa emosional atau gangguan perilaku adalah mutlak untuk fokus
pada isi kognitif dari reaksi individu. Tujuannya adalah untuk
mengubah cara konseli berpikir dengan menggunakan pikiran-pikiran
otomatis mereka untuk mencapai skema inti dan mulai
memperkenalkan gagasan restrukturisasi skema. Hal ini dilakukan
dengan mendorong konseli untuk mengumpulkan dan
mempertimbangkan bukti untuk mendukung keyakinan mereka.
3) Pendekatan Realitas
Glaser menyebut konseling realitas ini sebagai terapi realitas karena
didasarkan pada asal usul William Glasser yang merupakan seorang
psikiater maka ia memakai nama teori ini dengan terapi realitas, namun
ketika banyak orang berbeda-beda dalam hal penyebutan antara
konseling realitas dan terapi realita maka akan menimbulkan
pertanyaan apakah diantara keduanya merupakan teori yang sama atau
berbeda. Dilihat dari berbagai sumber buku mengenai konseling
realitas dan terapi realitas baik dari konsep utama, tujuan, ciri-ciri,
Teknik-teknik, peran dan fungsi konselor maka pembahasanya sama
saja hanya saja setiap orang berbeda-beda dalam pemakaian nama
antara konseling realitas dengan terapi realitas. Konseling realitas
merupakan suatu bentuk teknik konseling yang berorientasi pada
tingkah laku sekarang dan konseling realitas merupakan suatu proses
yang rasional. Klien diarahkan untuk menumbuhkan tanggung jawab
bagi dirinya sendiri. Konseling realitas memandang konseling sebagai
suatu proses yang rasional. Dalam proses tersebut konselor harus
menciptakan suasana yang hangat dan penuh pengertian serta yang
paling penting menumbuhkan pengertian klien bahwa mereka harus
bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Konsep utama menurut pandangan Glasser yang dikemukakannya
adalah sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional oleh karena itulah pola
tingkah laku individu lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir
individu tersebut
2. Manusia memiliki dorongan untuk belajar dan tumbuh Sebagai
makhluk yang memiliki potensi dan kekuatan, manusia
dipandang mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri
yang biasa disebut (self determining)
3. Manusia memiliki kebutuhan dasar Glasser lebih memusatkan
perhatian pada kebutuhan psikologis dasar yang penting, yaitu
kebutuhan cinta mencintai, dan kebutuhan akan kebergunaan
diri, merasa dirinya berguna atau berharga
4. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain Pemenuhan
kebutuhan dasar memerlukan keterlibatan orang lain. Jika
individu mengasingkan diri dalam kehidupan sosialnya, maka
kebutuhan dasar individu tidak akan terpenuhi.
5. Manusia mempunyai motivasi dasar untuk mendapatkan
identitas diri yang sukses Hal tersebut menunjukkan pada
penentuan diri seseorang, yang mencakup keunikan,
keterpisahan, dan kebermaknaan diri.
6. Manusia selalu menilai tingkah lakunya. Terkait dengan konsep
sebelumnya bahwa manusia pada dasarnya selalu mengadakan
penilaian terhadap tingkah lakunya
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia terikat pada 3R
(Responsibility, reality, dan right)
1. Responsibility merupakann tanggung jawab atas perilaku dan
pemenuhan kebutuhan dirinya.
2. Reality yakni perilaku yang tampak saat sekarang adalah bagian
dari realitas. Di mana realitas merupakan suatu fenomena yang
dapat diamati, fakta yang tersusun dalam kenyataan.
3. Right yakni manusia bertingkah laku sesuai dengan keputusan
nilai yang dibuatnya tentang baik buruk dan benar salah.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan konsep utama
konseling realitas adalah manusia merupakan makhluk rasional,
memiliki kebutuhan dasar, kemampuan untuk mengubah identitas
kegagalan menjadi identitas kesuksesan, selalu menilai tingkah
lakunya, serta memiliki faktor tanggung jawab, realitas dan
kebenaran dalam memenuhi kebutuhannya.

4) Pendekatan Client Centered Therapy


Client Centered Therapy (CCT), mendasarkan diri pada
pandangannya tentang sifat dan hakikat manusia. Pandangannya
terutama tertuju pada penghargaan martabat manusia.
Menurut Rogers ialah:
1. Hakikat manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan
kepositifan
2. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing,
mengantur dan mengontrol dirinya sendiri.
Setiap individu pada dirinya terkandung motor penggerak, yang
ciri-cirinya:
1. Terbuka terhadap pengalamannya sendiri
2. Hidup dengan menempuh jalan dan dalam alam berdasarkan
kenyataan.
3. Percaya pada diri sendiri, walaupun individu sedan bermasalah
mengalami gangguan psikis tertentu, dia tetap memiliki daya
penggerak alamiah terus-menerus mendorong. Hidupnya, yaitu
kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri (selfactualization).
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan
menyukai diri, serta mempunyai dorongan yang kuat kearah
kedewasaan dan kemerdekaan. Kemampuan itu akan terwujud, bila
konselor menciptakan suasana psikologis yang mempunyai sifat- sifat:
1. Menerima (acceptance) terhadap klien sebagai pribadi yang
berharga.
2. Konselor secara terus-menerus barusaha unuk mengerti perasaan-
perasaan klien dan menerimanya sperti yang dirasakan klien, tanpa
ada usaha mendiagnosis atau mengubah perasaan tersebut.
3. Usaha terus-menerusuntuk menunjukan simpati, artinya konselor
bisa mengerti, menghayati dan merasakan sebagai yang dialami
klien.
5) Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang menekankan pada
dimensi pada kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang
berorientasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu
mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku.
Pendekatan behavioral berfokus pada pengubahan tingkah laku dengan
menekankan pada pemberian penghargaan bagi konseli ketika
melakukan suatu kegiatan yang baik dan memberi konsekuensi untuk
mencegah konseli agar tidak melakukan kegiatan yang buruk. James
dan Gilliland (dalam sundari, 2017) mengatakan pada dasarnya
konseling behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh
tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif serta
memperkuat atau mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
Sedangkan menurut Corey, konseling behavioral adalah teori yang
menekankan tingkah laku manusia yang pada dasarnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungan dan segenap tingkah lakunya itu
dipelajari/diperoleh karena proses latihan
6) Untuk apanya klien yaitu agar klien mampu menghilangkan kebiasaan
membolosnya.
7) Caranya ialah:
a. Pendekatan Psikoanalisis
Mencaritahu latar belakang klien mengapa klien tersebut sering
membolos. Dilakukan dengan melakukan home visit dan
mewawancarai klien serta pengasuhnya di panti asuhan. Dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat.
b. Pendekatan Kognitif
1. Memberikan video edukatif atau pemahaman tentang bahaya
dampaknya membolos dengan menggunakan bantuan sosial
media seperti youtube. Dengan judul video “Dampak dari
perilaku membolos”
Link video https://youtu.be/PsslMFoYhMQ
Sebelum diberikan video konselor meminta klien untuk
memahami video tersebut, dan setelah diberikan video konselor
bisa menanyakan perasaan konseli setelah melihat video
tersebut, apakah klien sudah bisa membuka pikirannya bahwa
dampak membolos sekolah itu cukup banyak dan merugikan
diri sendiri.
2. Memberikan foto kenangan klien dengan keluarganya dengan
tujuan agar klien semakin termotivasi untuk sekolah dan
membahagiakan orang tuanya
3. Konselor memberikan nasihat kepada klien agar tetap
bersemangat sekolah dengan menyadarkan klien bahwa klien
harus menjadi orang yang sukses sehingga tidak
mengecewakan kedua orang tuanya
c. Pendekatan Realitas
Konselor bisa membuat tabel untung rugi, sebab akibat, dan
perbandingan klien di masa sekarang dan di masa depan.
Hukum Sebab Hukum Akibat
1. Klien kehilangan motivasi 1. Klien bisa menjadi
belajar bodoh dikarenakan sering
2. Klien kehilangan kontrol membolos sekolah
diri 2. Klien tidak mempunyai
3. Klien kehilangan orang cita-cita
yang disayangi 3. Klien sering membolos
sekolah
Untung Rugi
Tidak ada untung dari 1. Membuat orang menjadi
kegiatan membolos sekolah bodoh
2. Merugikan diri sendiri
akibat tidak naik kelas
3. Klien ketinggalan
pelajaran dan kehilangan
moment bersekolah
Perbandingan dulu Perbandingan sekarang
1. Klien rajin 1. Klien menjadi pemalas
2. Klien orang yang cukup 2. Klien bisa menjadi
pintar orang yang bodoh
3. Klien mempunyai 3. Tingkat motivasi belajar
motivasi belajar menurun
d. Pendekatan CCT
Klien diminta untuk menilai atau membahas kasus yang dialami
dirinya dengan diberikan pertanyaan terbuka kasus kecanduan
merokok untuk merefleksikan dirinya dan memecahkan
permasalahannya. Contohnya:
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana menurut
pandanganmu mengenai
video yang telah dilihat dan
dibahas tadi?
Apa yang kamu rasakan
setelah melihat foto
kenangan yang telah dilihat
tadi?
Apakah kamu masih ingin
melakukan kegiatan
membolos sekolah setelah
diberikan gambaran seperti
tadi?

e. Pendekatan Behavioral
a. Merubah perilaku membolos dengan menggali kemampuan diri
klien, dalam kasus ini klien mempunyai kemampuan untuk
bersosialisasi dengan baik, sehingga diharapkan klien bisa merubah
perilakunya dengan memanfaatkan kemampuan dirinya
b. Mengubah perilaku membolos dengan menyalurkan hobinya,
dalam hal ini klien mempunyai hobi bermain bola bersama teman-
teman disekolah, diharapkan klien bisa menggunakan hobinya
dengan baik dari pada kegiatan membolos
c. Memperbaiki diri dan menaikkan kemampuannya dengan
mencari gaya belajar yang sesuai agar menjadi lebih baik sehingga
klien tidak membolos lagi
II. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Konseling Individu, konselor mengarahkan klien dapat
menghilangkan kebiasaan membolos
2. Layanan Konseling Informasi, konselor memberikan informasi
mengenai dampak membolos dan cara menghilangkan kebiasaan
membolos

b. Introvert
I. Pendekatan
1. Pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah salah satu cabang ilmu yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya sebagai
kajian fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya istilah
psikoanalisis hanya digunakan saat hubungan dengan Freud saja,
jadi istilah  “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” memiliki arti
yang sama. Jika ada murid- murid atau pengikut Freud yang
menyimpang atau bersebaang dari ajarannya dan mengembangkan
teorinya sendiri, maka mereka juga akan memberikan istilah
psikoanalisis dan menggunakan suatu nama baru untuk
memberikan pendapat mereka.
Berdasarkan pendapat Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar
(preconscious), dan tak sadar (unconscious). Hingga tahun 1920-
an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan tiga unsur
tersebut. Kemudian pada tahun 1923 Freud baru mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yakni das Es, das Ich, dan das Über Ich.
Struktur ini tidak mengganti struktur lama, namun tetap bersifat
melengkapi gambaran mental, terutama pada bagian fungsi dan
tujuannya.
Freud beranggapan bahwa kepribadian adalah suatu bentuk sistem
yang terdiri dari tiga unsur, yakni das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah the Id, the
Ego, dan the Super Ego). Masing- masing unsur tersebut memiliki
asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Tiga
unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya dapat
dibagi seperti berikut ini:
a) Unsur Dimensi Asal
• Das Es (The Id) adalah pembawaan
• Das Ich (The Ego) adalah hasil interaksi dengan
lingkungan
• Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah hasil
internalisasi nilai- nilai dari figur yang berpengaruh
b) Unsur Dimensi Aspek
- Das Es (The Id) adalah Biologis
- Das Ich (The Ego) adalah psikologis
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sosiologis
c) Unsur Dimensi Fungsi
- Das Es (The Id) adalah mempertahankan konstansi
- Das Ich (The Ego) adalah mengarahkan individu pada realitas
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah sebagai pengendali
DasEs, mengarahkan dass Es das Ich pada perilaku yang lebih
bermoral
d) Unsur Dimensi Prinsip Operasi
- Das Es (The Id) adalah operasi pleasure principle
- Das Ich (The Ego) adalah operasi reality principle
- Das Ueber Ich (The Super Ego) adalah operasi morality
principle

 Fungsi dan Peran Konselor


Dalam psikoanalisis klasik, analis biasanya
mengasumsikan sikap tidak menghakimi secara berlawanan,
yang kadang-kadang disebut pendekatan "layar kosong".
Konselor menghindari pengungkapan diri dan mempertahankan
rasa netralitas untuk memupuk hubungan transferensi, dimana
klien mereka akan membuat proyeksi ke arah mereka.
Hubungan pemindahan ini adalah landasan psikoanalisis dan
“mengacu padapemindahan perasaan yang awalnya dialami
dalam hubungan awal dengan orang-orang penting lainnya
dalam lingkungan seseorang saat ini” (Luborsky,O'Reilly-
Landry, & Arlow, 2011, hlm. 18) . Jika terapis mengatakan
sedikit tentang diri mereka sendiri dan jarang berbagi reaksi
pribadi mereka, asumsinya adalah bahwa apa pun yang
dirasakan klien terhadap mereka sebagian besar akan
merupakan produk perasaan yang terkait dengan mengenai
tokoh-tokoh penting lainnya di masa lalu.
Salah satu fungsi utama analisis adalah untuk membantu
klien memperoleh kebebasan untuk mencintai, bekerja, dan
bermain. Fungsi lain termasuk membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran, dan hubungan pribadi yang
lebih efektif; dalam menangani kecemasan secar arealistis; dan
dalam mendapatkan kontrol atas perilaku impulsif dan
irasional. Fungsi utama penafsiran adalah untuk mempercepat
proses mengungkap materi yang tidak disadari. Terapis
psikoanalitik memperhatikan baik apa yang diucapkan maupun
apa yang tidak diucapkan, mendengarkan celah dan ke tidak
konsistenan dalam kisah klien, menyimpulkan makna mimpi
yang diceritakan dan asosiasi bebas, dan tetap peka terhadap
petunjuk tentang perasaan klien terhadap terapis.
a. Pendekatan Kognitif
pendekatan kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif
yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam
perkembangan psikologi pendidikan. Dalam psikologi kognitif,
manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya sebagaimana anggapan
behaviorisme, akan tetapi ia dianggap sebagai makhluk yang
berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu
berpikir/homo sapiens (Yusuf, 1990 : 42). Pendekatan psikologi
kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental
manusia. Dalam pandangan ahli kognitif, tingkah laku manusia
yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan
proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan
sebagainya. Dalam perspektif ini, belajar pada asasnya adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat
jasmaniah, meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih
nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.
Istilah kognitif berasal dari kata Latin cognoscere yang artinya
mengetahui (to know). Aspek kognitif ini banyak
mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh suatu
pemahaman akan dirinya serta lingkungannya, dan bagaimana
dengan kesadarannya, ia bertindak terhadap lingkungannya
tersebut. Dalam hal ini pusat perilaku kesadarannya adalah ide di
dalam otak, yang tampak pada perilaku berpikir.
Dalam belajar, orang juga menggunakan berpikir, berpikir untuk
menggapai sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Jadi, proses belajar
dalam kognitivisme ini tidak lagi dipandang sebagai pembentukan
prilaku yang diperoleh dari pengulangan hubungan S-R (stimulus-
respons) secara kaku, dan adanya penguatan-penguatan, tetapi
mencakup fungsi pengalaman perseptual dan proses kognitif yang
meliputi ingatan, lupa, pengolahan informasi dan sebagainya.
Karena manusia merupakan makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkungannya dengan cara berpikir, maka stimulus-
stimulus yang datang dari luar diaturnya, diolah kemudian
disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimilikinya sehingga
prosesnya menjadi kompleks, dan kemudian terjadilah perubahan
perilaku.

b. Pendekatan Konseling Ego


Konseling ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada
fungsi ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya
bertujuan untuk memperkuat ego strength, yang berarti melatih
kekuatan ego klien. Konseling ego dipopulerkan oleh
Erikson. Seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang
memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri, dan
tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak
mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Perbedaan ego menurut
Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego
tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri
yang menjadi kepribadian seseorang.
  Menurut Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat
penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber
kesadaran diri dan identitas Erikson menggambarkan adanya
sejumlah kualitas yang dimiliki ego yakni Kepercayaan Dan
Penghargaan, Otonomi Dan Kemauan, Kerajinan Dan
Kompetensi, Identitas Dan Kesetiaan, Keakraban Dan Cinta,
Generativitas Dan Pemeliharaan, Serta Integritas. Ego ini dapat
menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap
kehidupan.
Tujuan konseling menurut Erikson adalah memfungsikan ego
klien secara penuh. Tujuan lainnya adalah melakukan perubahan-
perubahan pada diri klien sehingga terbentuk coping behavior yang
dikehendaki dan dapat terbina agar ego klien itu menjadi lebih
kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan dimana dia berada.

c. Pendekatan Behavioral
Behavioral atau behaviorisme adalah satu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku,
tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas (Chaplin, 2002). Teori behavioristik dapat menangani
kompleksitas masalah klien mulai dari kegagalan individu untuk
belajar, merespon secara adaptif hingga mengatasi masalah
neorosis. Adapun aspek penting dari terapi behavioristik adalah
bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati dan
diukur.
Konseling behavior adalah sebuah proses konseling (bantuan)
yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan
arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling
behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan
tertentu (Surya, 2003).
Konseling behavior merupakan suatu teknik terapi dalam
konseling yang berlandaskan teori belajar yang berfokus pada
tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari
tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik-
teknik yang berorientasi pada tindakan. Behavior berpandangan,
pada hakikatnya kepribadian manusia adalah perilaku. Dimana
perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan pengalaman
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Komalasari (2011), tujuan konseling behavior adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
2. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
3. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang
maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
4. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian
sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

1. Untuk apanya Klien: Klien dapat meningkatkan rasa ingin berbaur


dan kekeluargaan

2. Cara-Cara Penanganan
a. Psikoanalisis
1) Membangun kesadaran klien dengan menonton vidio
Judul: Skill Bergaul Dengan siapapun ( Tips untuk kamu
yang minder dan kurang berani )
Link: https://youtu.be/wMawdgZe1wY
Deskripsi: Video motivasi dari satu persen-indonesian life
schoole tentang cara-cara dan tips jitu cara meningkatkan
rasa ingin bergaul
Setelah mendengarkan rekaman suara klien bersama dengan
konselor membahas perasaan klien terkait dengan vidio
yang sudah di tonton

b. Kognitif
1) Konselor membangun pola pikir yang positif dengan
menceritakan terkait Tokoh Inspiratif yang dengan
kepercayaan dirinya menghasilkan suatu yang baik.
Judul Artikel: Kristanto Arga Gumilang

Link: https://youtu.be/NddnvqxPQ3E
Deskripsi:
Mengenal lebih jauh sosok inspiratif Kristanto Arga
Gumilang dalam membangun Yayasan Pewaris Peradaban
554 merupakan Yayasan yang telah banyak membantu anak
untuk bisa bersekolah, pemberdayaan ekonomi masyarakat,
pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan sosial.

2) Konselor menanyakan tentang tokoh yang menjadi inspirasi


dan membahas perasaanya ketika tahu hal baik yang
dilakukan tokoh tersebut.
3) Konselor bersama dengan klien membuat tabel jika klien
masih bersifat inrovert.

Klien BNY memiliki sifat Klien BNY dapat


introvert dan tidak ingin meningkatkan keterbukaan
berbaur pada sekitarnya
Klien BNY tidak memiliki Klien BNY mendapatkan
kemampuan untuk pengalaman, pemahaman
mengembangkan penilaian dan dapat beradaptasi serta
positif baik untuk diri sendiri dapat menginterpretasikan
ataupun lingkungan sekitar objek dan kejadian-kejadian
di sekitarnya dengan
pendekatan kognitif.

c. Ego
1) Konselor membantu klien menganalisis perasaan-
perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feeling terhadap
peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan
tugas-tugas kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang masa depan klien yaitu tujuan hidup
klien, bakat dan potensi yang dimiliki oleh klien.
3) Bertanya kepada klien tentang berapa teman yang
dimilikinya.
4)  Konselor mendiskusikan bersama klien hambatan-
hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa
depan.

d. Behavioral
1) Klien dapat fokus mengembangkan kemampuan membuat
kaligrafi yang dimilikinya dan menerapkan kemampuan
tersebut kepada teman dan guru yayasan serta orang orang
sekitarnya
2) Konselor memberikan klien tabel “daftar teman” yang nantinya
klien perlu berkenalan dengan teman baru untuk melengkapi
tabel tersebut.
3) Klien Bergabung dan melakukan kegiatan sosial.

3. Layanan Bimbingan Konselingc


1) Layanan konseling individu
Konselor mengarahkan klien untuk dapat meningkatkan
rasa keterbukaan dan berbaur dengan yang lain.
2) Layanan informasi
Konselor memberikan informasi tentang cara-cara
meningkatkan rasa ingin berbaur pada sekitarnya.
3) Layanan penguasaan konten
Konselor melatih klien untuk dapat meningkatkan rasa
ingin berbaur pada orang lain.

J. Rencana Pelaksanaan Konseling


a. Sering membolos

No. Pertemuan Waktu Pendekatan dan Layanan Kegiatan


1. I 40 menit x I. Sering Membolos Caranya ialah:
5 A. Pendekatan 1. Pendekatan Psikoanalisis
pertemuan 1. Pendekatan Psikoanalisis Mencaritahu latar belakang
(200 Corey (2009) mengatakan bahwa klien mengapa klien tersebut
Menit) psikoanalisis merupakan teori pertama sering membolos. Dilakukan
yang muncul dalam psikologi khususnya dengan melakukan home visit
yang berhubungan dengan gangguan dan mewawancarai klien serta
kepribadian dan perilaku neoritis. pengasuhnya di panti asuhan.
Menurut Willis (2009) pengertian Dengan menggunakan
psikoanalisis meliputi tiga aspek penting, pedoman wawancara yang
yaitu: telah dibuat.
1. Sebagai metode penelitian proses-
proses psikis 2. Pendekatan Kognitif
2. Teknik untuk mengobati gangguan- a. Memberikan video edukatif
gangguan psikis atau pemahaman tentang
3. Sebagai teori kepribadian bahaya dampaknya membolos
Menurut pandangan psikoanalitik, dengan menggunakan bantuan
struktur kepribadian tediri dari tiga sosial media seperti youtube.
sistem id, ego dan super ego. Id adalahh Dengan judul video “Dampak
sistem kepribadian yang orisinil. dari perilaku membolos”
Kepribadian setiap orang hanya terdiri Link video
dari id ketika dilairkan. Id kurang https://youtu.be/PsslMFoYhM
terorganisasi, buta, menuntut, dan Q
mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral, Sebelum diberikan video
dan didorong oleh satu kepentingan; konselor meminta klien untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan memahami video tersebut, dan
naluriah sesuai dengan asas kesenangan. setelah diberikan video
Ego adalah tempat bersemayam konselor bisa menanyakan
intelegensi dan rasionalitas yang perasaan konseli setelah
mengawasi dan mengendalikan impuls- melihat video tersebut, apakah
impuls buta dari id. Super ego adalah klien sudah bisa membuka
kode moral individu yang urusan pikirannya bahwa dampak
utamanya adalah apakah suatu tindakan membolos sekolah itu cukup
baik atau buruk, benar atau salah. banyak dan merugikan diri
sendiri.
2. Pendekatan Kognitif b. Memberikan foto kenangan
Konseling kognitif adalah konseling yang klien dengan keluarganya
berfokus pada wawasan yang dengan tujuan agar klien
menekankan pengakuan dan mengubah semakin termotivasi untuk
pikiran negatif dan keyakinan maladaptif. sekolah dan membahagiakan
Inti dari Konseling kognitif kognitif orang tuanya
didasarkan pada alasan teoritis bahwa c. Konselor memberikan
cara manusia merasa dan berperilaku nasihat kepada klien agar tetap
ditentukan oleh bagaimana mereka bersemangat sekolah dengan
memandang dan menstruktur pengalaman menyadarkan klien bahwa
mereka (Corey, 2009). klien harus menjadi orang
Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) yang sukses sehingga tidak
asumsi teoritis konseling kognitif adalah: mengecewakan kedua orang
1. Bahwa komunikasi internal manusia tuanya
dapat diakses oleh introspeksi,
2. Bahwa kepercayaan konseli memiliki
makna yang sangat pribadi, dan 3. Pendekatan Realitas
3. Bahwa makna ini dapat ditemukan Konselor bisa membuat tabel
oleh konseli daripada yang diajarkan atau untung rugi, sebab akibat, dan
ditafsirkan oleh konseli. perbandingan klien di masa
DeRubeis & Beck (dalam Corey, 2009) sekarang dan di masa depan
menyatakan bahwa teori dasar konseling
kognitif adalah untuk memahami hakikat 4. Pendekatan CCT
dari peristiwa emosional atau gangguan Klien diminta untuk menilai
perilaku adalah mutlak untuk fokus pada atau membahas kasus yang
isi kognitif dari reaksi individu. dialami dirinya dengan
Tujuannya adalah untuk mengubah cara diberikan pertanyaan terbuka
konseli berpikir dengan menggunakan kasus kecanduan merokok
pikiran-pikiran otomatis mereka untuk untuk merefleksikan dirinya
mencapai skema inti dan mulai dan memecahkan
memperkenalkan gagasan restrukturisasi permasalahannya.
skema. Hal ini dilakukan dengan
mendorong konseli untuk mengumpulkan 5. Pendekatan Behavioral
dan mempertimbangkan bukti untuk a. Merubah perilaku membolos
mendukung keyakinan mereka. dengan menggali kemampuan
diri klien, dalam kasus ini
3. Pendekatan Realitas klien mempunyai kemampuan
Glaser menyebut konseling realitas ini untuk bersosialisasi dengan
sebagai terapi realitas karena didasarkan baik, sehingga diharapkan
pada asal usul William Glasser yang klien bisa merubah
merupakan seorang psikiater maka ia perilakunya dengan
memakai nama teori ini dengan terapi memanfaatkan kemampuan
realitas, namun ketika banyak orang dirinya
berbeda-beda dalam hal penyebutan b. Mengubah perilaku
antara konseling realitas dan terapi realita membolos dengan
maka akan menimbulkan pertanyaan menyalurkan hobinya, dalam
apakah diantara keduanya merupakan hal ini klien mempunyai hobi
teori yang sama atau berbeda. Dilihat dari bermain bola bersama teman-
berbagai sumber buku mengenai teman disekolah, diharapkan
konseling realitas dan terapi realitas baik klien bisa menggunakan
dari konsep utama, tujuan, ciri ciri, hobinya dengan baik dari pada
Teknik-teknik, peran dan fungsi konselor kegiatan membolos
maka pembahasanya sama saja hanya c. Memperbaiki diri dan
saja setiap orang berbeda-beda dalam menaikkan kemampuannya
pemakaian nama antara konseling realitas dengan mencari gaya belajar
dengan terapi realitas. Konseling realitas yang sesuai agar menjadi lebih
merupakan suatu bentuk teknik konseling baik sehingga klien tidak
yang berorientasi pada tingkah laku membolos lagi
sekarang dan konseling realitas
merupakan suatu proses yang rasional.
Klien diarahkan untuk menumbuhkan
tanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Konseling realitas memandang konseling
sebagai suatu proses yang rasional.
Dalam proses tersebut konselor harus
menciptakan suasana yang hangat dan
penuh pengertian serta yang paling
penting menumbuhkan pengertian klien
bahwa mereka harus bertanggung jawab
bagi dirinya sendiri.
Konsep utama menurut pandangan
Glasser yang dikemukakannya adalah
sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional oleh
karena itulah pola tingkah laku individu
lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir
individu tersebut
2. Manusia memiliki dorongan untuk
belajar dan tumbuh Sebagai makhluk
yang memiliki potensi dan kekuatan,
manusia dipandang mampu mengambil
keputusan bagi dirinya sendiri yang biasa
disebut (self determining)
3. Manusia memiliki kebutuhan dasar
Glasser lebih memusatkan perhatian pada
kebutuhan psikologis dasar yang penting,
yaitu kebutuhan cinta mencintai, dan
kebutuhan akan kebergunaan diri, merasa
dirinya berguna atau berharga
4. Manusia memerlukan hubungan
dengan orang lain Pemenuhan kebutuhan
dasar memerlukan keterlibatan orang
lain. Jika individu mengasingkan diri
dalam kehidupan sosialnya, maka
kebutuhan dasar individu tidak akan
terpenuhi.
5. Manusia mempunyai motivasi dasar
untuk mendapatkan identitas diri yang
sukses Hal tersebut menunjukkan pada
penentuan diri seseorang, yang mencakup
keunikan, keterpisahan, dan
kebermaknaan diri.
6. Manusia selalu menilai tingkah
lakunya. Terkait dengan konsep
sebelumnya bahwa manusia pada
dasarnya selalu mengadakan penilaian
terhadap tingkah lakunya
Dalam memenuhi kebutuhannya,
manusia terikat pada 3R (Responsibility,
reality, dan right)
1. Responsibility merupakann tanggung
jawab atas perilaku dan pemenuhan
kebutuhan dirinya.
2. Reality yakni perilaku yang tampak
saat sekarang adalah bagian dari realitas.
Di mana realitas merupakan suatu
fenomena yang dapat diamati, fakta yang
tersusun dalam kenyataan.
3. Right yakni manusia bertingkah laku
sesuai dengan keputusan nilai yang
dibuatnya tentang baik buruk dan benar
salah.
Dari pendapat di atas maka dapat
disimpulkan konsep utama konseling
realitas adalah manusia merupakan
makhluk rasional, memiliki kebutuhan
dasar, kemampuan untuk mengubah
identitas kegagalan menjadi identitas
kesuksesan, selalu menilai tingkah
lakunya, serta memiliki faktor tanggung
jawab, realitas dan kebenaran dalam
memenuhi kebutuhannya.

4. Pendekatan Client Centered Therapy


Client Centered Therapy (CCT),
mendasarkan diri pada pandangannya
tentang sifat dan hakikat manusia.
Pandangannya terutama tertuju pada
penghargaan martabat manusia.
Menurut Rogers ialah:
1. Hakikat manusia pada dasarnya baik
dan penuh dengan kepositifan
2. Manusia mempunyai kemampuan
untuk membimbing, mengantur dan
mengontrol dirinya sendiri.
Setiap individu pada dirinya terkandung
motor penggerak, yang ciri-cirinya:
1. Terbuka terhadap pengalamannya
sendiri
2. Hidup dengan menempuh jalan dan
dalam alam berdasarkan kenyataan.
3. Percaya pada diri sendiri, walaupun
individu sedan bermasalah mengalami
gangguan psikis tertentu, dia tetap
memiliki daya penggerak alamiah terus-
menerus mendorong. Hidupnya, yaitu
kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri
(selfactualization).
4.Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi dan
menyukai diri, serta mempunyai
dorongan yang kuat kearah kedewasaan
dan kemerdekaan. Kemampuan itu akan
terwujud, bila konselor menciptakan
suasana psikologis yang mempunyai
sifat- sifat:
5. Menerima (acceptance) terhadap klien
sebagai pribadi yang berharga.
6. Konselor secara terus-menerus
barusaha unuk mengerti perasaan-
perasaan klien dan menerimanya sperti
yang dirasakan klien, tanpa ada usaha
mendiagnosis atau mengubah perasaan
tersebut.
7. Usaha terus-menerusuntuk
menunjukan simpati, artinya konselor
bisa mengerti, menghayati dan merasakan
sebagai yang dialami klien.

5. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral adalah pendekatan
yang menekankan pada dimensi pada
kognitif individu dan menawarkan
berbagai metode yang berorientasi pada
tindakan (action-oriented) untuk
membantu mengambil langkah yang jelas
dalam mengubah tingkah laku.
Pendekatan behavioral berfokus pada
pengubahan tingkah laku dengan
menekankan pada pemberian
penghargaan bagi konseli ketika
melakukan suatu kegiatan yang baik dan
memberi konsekuensi untuk mencegah
konseli agar tidak melakukan kegiatan
yang buruk. James dan Gilliland (dalam
sundari, 2017) mengatakan pada dasarnya
konseling behavioral diarahkan pada
tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang
maladaptif serta memperkuat atau
mempertahankan tingkah laku yang
diinginkan. Sedangkan menurut Corey,
konseling behavioral adalah teori yang
menekankan tingkah laku manusia yang
pada dasarnya dibentuk dan ditentukan
oleh lingkungan dan segenap tingkah
lakunya itu dipelajari/diperoleh karena
proses latihan

6. Untuk apanya klien yaitu agar klien


mampu menghilangkan kebiasaan
membolosnya.

II. Layanan Bimbingan dan Konseling


1. Layanan Konseling Individu, konselor
mengarahkan klien dapat menghilangkan
kebiasaan membolos
2. Layanan Konseling Informasi,
konselor memberikan informasi
mengenai dampak membolos dan cara
menghilangkan kebiasaan membolos

2. II 40 menit x ii. Pendiam d.


3 a. Pendekatan
pertemuan

b. Introvert

No Pertemuan Waktu Pendekatan dan Layanan Kegiatan


1. I 1.Pendekatan Psikoanalisis 1. Psikoanalisis
Pendekatan Psikoanalisis berfungsi untuk Membangun kesadaran klien
membantu klien memperoleh kebebasan dengan menonton vidio
untuk mencintai, bekerja, dan bermain. Judul: Skill Bergaul Dengan
Fungsi lain termasuk membantu klien siapapun ( Tips untuk kamu
dalam mencapai kesadaran diri, yang minder dan kurang
kejujuran, dan hubungan pribadi yang berani )
lebih efektif; dalam menangani Link:
kecemasan secar arealistis; dan dalam https://youtu.be/wMawdgZe1
mendapatkan kontrol atas perilaku wY
impulsif dan irasional Deskripsi: Video motivasi
dari satu persen-indonesian
life schoole tentang cara-cara
dan tips jitu cara
meningkatkan rasa ingin
bergaul
Setelah mendengarkan
rekaman suara klien bersama
dengan konselor membahas
perasaan klien terkait dengan
vidio yang sudah di tonton
2. Pendekatan Kognitif 2. Kognitif
Pendekatan kognitif adalah bentuk istilah 1) Konselor membangun
yang menyatakan bahwa melalui tingkah pola pikir yang positif dengan
lakulah seorang individu akan mengalami menceritakan terkait Tokoh
proses mental yang nantinya bisa Inspiratif yang dengan
meningkatkan kemampuan menilai, kepercayaan dirinya
membandingkan, atau menanggapi menghasilkan suatu yang
stimulus sebelum terjadinya reaksi. baik.
Judul Artikel: Kristanto Arga
Gumilang
Link:
https://youtu.be/NddnvqxPQ3
E
Deskripsi:
Mengenal lebih jauh sosok
inspiratif Kristanto Arga
Gumilang dalam membangun
Yayasan Pewaris Peradaban
554 merupakan Yayasan yang
telah banyak membantu anak
untuk bisa bersekolah,
pemberdayaan ekonomi
masyarakat, pemberdayaan
perempuan, kesehatan, dan
sosial.

2) Konselor menanyakan
tentang tokoh yang menjadi
inspirasi dan membahas
perasaanya ketika tahu hal
baik yang dilakukan tokoh
tersebut.
3) Konselor bersama
dengan klien membuat tabel
jika klien tidak memiliki dan
memiliki rasa percaya diri.
3. Pendekatan Konseling Ego 3. c) Konselor membantu
Konseling ego memiliki ciri khas yang klien menganalisis perasaan-
lebih menekankan pada fungsi ego. perasaannya berkenaan
Kegiatan konseling yang dilakukan pada dengan kehidupan, feeling
umumnya bertujuan untuk memperkuat terhadap peranannya,
ego strength, yang berarti melatih penampilan dan hal lain yang
kekuatan ego klien. terkait dengan tugas-tugas
kehidupannya.
2) Berdiskusi tentang
masa depan klien yaitu tujuan
hidup klien, bakat dan potensi
yang dimiliki oleh klien.
3) Bertanya kepada klien
tentang berapa teman yang
dimilikinya.
4) Konselor
mendiskusikan bersama klien
hambatan-hambatan yang
ditemuinya untuk mencapai
tujuan masa depan.
Pendekatan Ego
4. Pendekatan Behavior 4. Pendekatan Behavior
Konseling behavior merupakan suatu 1) Klien dapat fokus
teknik terapi dalam konseling yang mengembangkan kemampuan
berlandaskan teori belajar yang berfokus membuat kaligrafi yang
pada tingkah laku individu untuk dimilikinya dan menerapkan
membantu konseli mempelajari tingkah kemampuan tersebut
laku baru dalam memecahkan 2) Konselor memberikan
masalahnya melalui teknik-teknik yang klien tabel “daftar teman”
berorientasi pada tindakan. yang nantinya klien perlu
berkenalan dengan teman
baru untuk melengkapi tabel
tersebut.
3) Klien Bergabung dan
melakukan kegiatan sosial.
Untuk Apanya Klien : Klien dapat
meningkatkan rasa ingin berbaur dan
kekeluargaan

Layanan Bimbingan dan Konseling


- Layanan konseling individu
Konselor mengarahkan klien untuk dapat
meningkatkan rasa keterbukaan dan
berbaur dengan yang lain.
- Layanan informasi
Konselor memberikan informasi tentang
cara-cara meningkatkan rasa ingin
berbaur pada sekitarnya.
- Layanan penguasaan konten
Konselor melatih klien untuk dapat
meningkatkan rasa ingin berbaur pada
orang lain.

K. Laporan Pelaksanaan Konseling

No Tanggal Waktu Yang Dilakukan Konselor Respon Klien Keterangan


.
1. 22 40 Menit 1. Konselor melakukan Klien merespon Ketika klien merasa
November (14.00- konseling individu dengan dengan baik. putus asa, konselor
2022 14.20)
tahapan konseling individu Walaupun awalnya memberikan semangat
2. Konselor mengarahkan klien sudah merasa dan motivasi terkait
klien untuk dapat putus asa tidak cita-citanya yang ingin
menghilangkan kebiasaan dapat dicapai. Selain itu
membolos menghilangkan konselor juga
3. Mengupas masalah klien kegiatan membolos mengingatkan klien
dengan menanyakan lebih mengenai harapan
detail terkait sebab musabab orang tua kepada diri
keseringan membolos, mulai klien, dan konselor
dari dampak yang juga mengingatkan
ditimbulkan dari membolos, bahwa lebih baik
kerugian yang didapatkan, melanjutkan
serta konseksuensi yang di kegemaran atau hobi
rasakan ketika sering klien dari pada
membolos membolos, hingga
4. Konselor akhirnya klien merasa
menginformasikan mengenai optimis dalam
cara-cara menghilangkan menghilangkan
kegiatan membolos. kebiasaan membolos
5. Konselor memberi tugas
kepada klien dengan
membuat daftar target yang
harus dilakukan untuk
mengatasi keinginan
membolos.
6. Konselor bersama klien
membahas tugas yang telah
dikerjakan oleh klien.
7. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling
2. 24 40 menit 1. Konselor melakukan Klien merespon Ketika klien merasa
November (14.00-
konseling individu dengan baik. putus asa, konselor
2022 14.40)
dengan tahapan konseling Walaupun awalnya memberikan semangat
individu klien sudah merasa dan motivasi terkait
2. Konselor mengarahkan putus asa tidak cita-citanya yang ingin
klien untuk dapat dapat dicapai. Selain itu
menghilangkan sifat menghilangkan konselor juga
introvert nya dan untuk sifat introvert mengingatkan klien
berbaur dengan mengenai harapan
sekitarnyta orang tua kepada diri
3. Mengupas masalah klien klien, dan konselor
dengan menanyakan juga mengingatkan
lebih detail terkait sebab bahwa lebih baik
musabab introvert, mulai melanjutkan
dari dampak yang kegemaran atau hobi
ditimbulkan dari klien dari pada
introvert, kerugian yang menyindiri serta
didapatkan, serta mengasingkan diri,
konseksuensi yang di hingga akhirnya klien
rasakan mempunyai sifat merasa optimis dalam
introvert menghilangkan sifat
4. Konselor introvert
menginformasikan
mengenai cara-cara
menghilangkan sifat
introvert
5. Konselor memberi tugas
kepada klien dengan
membuat daftar target
yang harus dilakukan
untuk mengatasi
keinginan membolos.
6. Konselor bersama klien
membahas tugas yang
telah dikerjakan oleh
klien.
7. 7. Konselor
menyimpulkan kegiatan
konseling

L. Evaluasi Hasil
1. Tanggal 22 November 2022, pukul 14.00-14.40
Konselor melakukan konseling pertama dengan klien, klien diberikan
layanan konseling individu, di mana kami membahas permasalahan klien
mengenai kegiatan membolos, kemudian konselor mengarahkan klien untuk
dapat menghilangkan kebiasaan membolos. Selanjutnya konselor memberikan
layanan informasi mengenai cara-cara menghilangkan kegiatan membolos
dan, dampak yang ditimbulkan dan hal lainnya mengenai kegiatan membolos,
Konselor juga mengarahkan klien untuk dapat menghilangkan kebiasaan
membolos. Ketiga layanan tersebut menggunakan pendekatan psikoanalisis,
kognitif, realitas, analisis transaksional, pcc, dan behavior. Klien merespon
dengan baik walaupun awalnya klien sudah merasa putus asa tidak dapat
menghilangkan kebiasaan membolos. Untuk mengatasi rasa putus asa klien,
selain itu konselor juga mengingatkan klien mengenai harapan orang tua
kepada diri klien, dan konselor juga mengingatkan bahwa lebih baik
melanjutkan kegemaran atau hobi klien dari pada membolos, hingga akhirnya
klien merasa optimis dalam menghilangkan kebiasaan membolos.
2. Tanggal 24 November 2022, pukul 14.00-14.40
Pada konseling ke dua dengan klien, klien di berikan layanan
konseling individu, dimana kami membahas permasalahan klien mengenai
kurang percaya diri, kemudian konselor mengarahkan klien untuk dapat
meningkatkan rasa kekeluargaan, tidak mengasingkan diri serta dapat berbaur
dengan yang lain, selanjutnya konselor memberikan layanan informasi tentang
cara-cara meningkatkan klien untuk dapat berbaur. serta memberikan layanan
penguasaan konten yaitu konselor melatih klien untuk dapat meningkatkan
rasa kebersamaan dengan yang lain, berbaur dan kekeluargaan. ketiga layanan
tersebut menggunakan pendekatan ( Psikoanalisis, Kognitif, Konseling ego,
Behavioral ). Klien mulai bersemangat dan bersifat antusias dengan mengikuti
kegiatan konseling ini. Klien melaksanakan setiap tugas yang diberikan oleh
konselor dengan baik serta suasana konseling sangat hangat dan akrab
sehingga proses konseling berjalan dengan lancar.

M. Tindak Lanjut dan Rekomendasi


1. Rekomendasi
a. Klien bernama BNY sudah mampu mengatasi keinginan-keinginan
untuk membolos (+)
b. Klien sudah bisa perduli dengan dampak dari membolos (+)
c. Klien bernama BNY sudah mampu mengatasi sifat introvertnya (+)
d. Klien sudah mulai peduli dengan dampak dari sifat introvert (+)
2. Tindak Lanjut
Karena klien sudah ada perubahan yang positif maka tidak ada tindak
lanjut, untuk itu konselor hanya akan melakukan pemantauan-pemantauan
saja.

Anda mungkin juga menyukai