Dosen Pengampu:
Veno Dwi Krisnanda, M.Pd.
Disusun Oleh:
Ari Saputra (201901500209)
Dinda Aulia Putri (201901500214)
Nadia Malela Toisuta (201901500257)
Ridho Firmansyah (201901500244)
Kelas:
R5C
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teknologi Informasi
dalam BK yang berjudul “Pelayanan Konseling Berbasis Teknologi Informasi”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Informasi dalam
BK. Adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui mengenai konsep
dasar dari pelayanan konseling berbasis teknologi informasi sebagai sarana kerja
konselor.
Terimakasih kami ucapkan kepada bapak Veno Dwi Krisnanda, M.Pd. selaku dosen
pengampuh mata kuliah Teknologi Informasi dalam BK yang telah memberi dukungan
serta membimbing kami sehingga makalah ini dapat disusun. Tak lupa kami ucapkan
terimakasih pula kepada teman-teman yang telah ikut memberikan ide-idenya.
Kami tentu menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta
saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah dan memberi pengetauan kepada
para pembacanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang Permasalahan..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan..................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan....................................................................................2
D. Metode Pembahasan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORETIS..................................................................................................4
A. Awal Mula Pemanfaatan Teknologi dalam BK...............................................................4
B. Pemanfaatan Teknologi Informasi....................................................................................5
C. Inovasi Layanan Pada BK.................................................................................................6
BAB III ANALISIS........................................................................................................................8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, membuat seluruh
aspek kehidupan terkena imbasnya. Salah satu imbas teknologi informasi dalam BK
diantaranya pada penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan sistem dapat berupa sarana-
prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, visi-misi sekolah dan lain sebagainya.
Berbicara sarana-prasarana, memasuki dunia globalisasi dengan pesatnya teknologi dan
luasnya informasi menuntut dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya
agar memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Oleh karenanya sekarang ini sedang berkembang
apa yang dinamakan cyber-counseling. Pada hakikatnya penggunaan cyber-
counseling merupakan salah satu pemanfaatan IT dalam dunia bimbingan dan konseling.
Menghadapi dinamika dan perubahan proses layanan konseling, dari yang semula bersifat
konvensional kemudian mulai bertransformasi memanfaatkan teknologi informasi,
diharapkan akan dapat mempermudah pelayanan kepada klien dan masyarakat. Namun
demikian, tidak semua masyarakat yang membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling
memiliki kemampuan yang sama dalam hal penguasaan teknologi informasi.
Layanan Konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada
konseli dalam mencapai perkembangannya yang optimal serta membantu konseli dalam
memecahkan permasalahannya. Layanan Konseling dapat dilaksanakan secara indivual dan
kelompok. Pada saat jaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap
muka secara langsung, tetapi juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi
yang ada. Tujuannya adalah tetap memberikan bimbingan dan konseling dengan cara-cara
yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap memperhatikan
azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling.
Di era global ini, jaman semakin canggih. Dengan munculnya teknologi dan Informasi,
setiap individu dapat mamanfaatkannya, terutama dalam Layanan Konseling. Konselor dapat
menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam membantu konseli. Teknologi
Informasi dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang di setiap latar kehidupan. Pelayanan
konseling dapat memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana penunjang program
1
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Apabila seorang konselor tidak mengikuti
perkembangan dengan menggunakan tekhnologi informasi, konselor akan selalu terbelakang
dan tidak praktis dalam melaksankan pekerjaannya. Teknologi Informasi dalam Bimbingan
dan Konseling ditujukan untuk semua orang, konselor khususnya agar memperoleh informasi
yang memadai mengenai tekhnologi informasi.
1. Bagi praktisi pendidikan, khususnya guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan agar dipergunakannya teknologi informasi dalam layanan BK.
2. Bagi penyusun makalah selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referansi dan
menambah pengetahuan dalam pembuatan makalah tentang pelayanan konseling berbasis
TI.
2
3. Metode Pembahasan
Dalam makalah ini metode yang dipakai dalam penyusun bab makalah ada 3 (tiga), yakni
Studi Pustaka dan Studi Literatur dan Internet Searching. Adapun pengertian metodenya
menurut beberapa orang ahli sebagai berikut ;
Menurut (Mardalis;1999). Studi pustaka merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
perpustakaan seperti dokemen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb.
Menurut (Sarwono;2006). Studi Pustaka juga dapat mempelajari berbagai buku referensi
serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan
teori mengenai masalah yang akan diteliti.
Studi Literatur
Menurut (Zed;2008). Arti metode penelitian studi literatur adalah sebagai serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengolah bahan penelitian.
Menurut (Daniel dan Warsiah,2009;80). Studi literatur merupakan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah yang berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian.
3
Menurut (Darmadi:2011). Definisi penelitian studi literatur ialah riset yang dilakukan oleh
peneliti antara mereka setelah menentukan topik penelitian dan permasalahan, sebelum
mereka turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Internet Searching
Menurut (Sarwono, 2005;229). Internet searching atau pencarian secara online adalah
pencarian dengan menggunakan komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau
software pencarian tertentu pada server-server yang tersambung dengan internet yang
tersebar diberbagai penjuru dunia.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
4
1. Easy to use (mudah digunakan)
2. Easy to manage (mudah di atur)
3. Simple (Mudah/tidak rumit)
4. Dynamic (Dinamis)
Pemanfaatan media teknologi informasi dilihat sangat perlu karena 4 aspek yang
ditwarkan tersebut. Dengan memakai teknologi informasi, diharapkan konseling yang
dilakukan nantinya akan lebih modern lagi, lebih komprehensif, dan juga lebih efektif.
Konselor dan siswa dalam hal ini tidak perlu lagi bertatap muka, dengan dibantu
teknologi informasi yang memadai, konseling pun dapat dilakukan jarak jauh, dan juga
dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Teknologi informasi dapat diartikan sebagai hasil karya manusia baik dalam
bentuk perangkat keras maupun dalam bentuk perangkat lunak untuk mempermudah
manusia dalam menyampaikan informasi. Teknologi informasi di Indonesia sangat
dibutuhkan karena akan menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam berbagai hal. Namun
dengan berkembangnya teknologi informasi itu sendiri memiliki dampak negative dan
dan dampak positif dalam pemanfaatannya, misalnya saja dalam penggunaan internet
a. Dampak negative
5
Anggapan yang menyatakan bahwa internet identik dengan pornografi,
memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang
dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Kemudian dampak negatif
lainnya adalah penipuan, hal ini memang merajalela dibidang manapun.
Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Bisa membuat seseorang
kecanduan terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan
uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut.
b. Dampak Positif
Internet sebagai media komunikasi merupakan fungsi internet yang paling
banyak digunakan. Diamana setiap pengguna internet dapat
berkomunikasi dengan pengguna lainnya di selurh dunia
Sebagai media pertukaran data dengan menggunakan email. Nantinya para
pengguna internet diseluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan
cepat dan mudah.
Sebagai media untuk mencari informasi atau data perkembangan internet
yang pesat.
Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan,
kebudayaan, dan lain-lain.
Kemudahan dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan
sehingga tidak perlu menuju ke tempat penawaran atau penjualan.
6
Tentang hal ini, Fullan & Stiegelbauer (1991) mengemukakan bahwa setiap
inovasi seharusnya terdiri dari tiga elemen intrinsik, sebagai berikut:
Bentuk (form), bentuk fisik yang dapat diamati secara langsung dan substansi
yang terkandung dari sebuah inovasi. Misalnya, bentuk dari pendekatan
bimbingan dan konseling komprehensif dapat dipahami sebagai layanan
bimbingan dan konseling yang terintegrasi dengan proses pendidikan di
sekolah dengan komponen program yang dirancang secara utuh dan saling
berkaitan—layanan dasar bimbingan, layanan responsif, perencanaan
individual, dan dukungan sistem.
Fungsi (function), kontribusi atau manfaat yang dihasilkan dari inovasi
terhadap kehidupan anggota dalam sistem sosial. Misalnya fungsi yang
diperoleh dari pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif ini adalah
memfasilitasi pencapaian tugas-tugas perkembangan konseli yang
memandirikan.
Makna (meaning), intensitas manfaat yang diberikan inovasi terhadap
pengguna inovasi sehingga dapat dipersepsi sebagai sesuatu yang penting
dalam kehidupan individu dalam sistem sosial. Misalnya, bahwa melalui
pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif dapat mendorong
aksesibilitas semua peserta didik dan pihak-pihak terkait kepala sekolah, guru,
staf administrasi sekolah, orang tua siswa, dan profesi lainnya untuk terlibat
dalam proses bimbingan dan konseling.
7
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Teoritis
8
mereka memiliki karakteristik perilaku, kepribadian dan sikap yang berbeda-beda. Dalam
pemberian bantuan tersebut harus sesuai dengan karakter pada individu yang
bersangkutan agar tujuan dari pemberian layanan dapat tercapai baik untuk mendukung
proses perkembangan pribadi individu ataupun untuk mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Pemahaman individu sesuai dengan teori yang disebutkan sebelumnya adalah
usaha untuk mencari memahami, menilai, mencari informasi tentang kelebihan maupun
masalah seorang individu. Pemahaman individu dalam pelaksanaannya memiliki dua
macam teknik, yaitu teknik tes maupun teknik non tes. Yang termasuk dalam teknik tes
misalnya tes minat dan bakat, tes psikologi, tes kepribadian dan lain sebagainya. Tes
tersebut seringkali dilakukan sebagai salah satu cara memahami individu terutama dalam
proses pengumpulan data siswa di sekolah. Teknik non tes adalah teknik pengumpulan
data yang tidak menggunakan perangkat soal yang harus dikerjakan oleh orang yang dites
(testee). Teknik non tes ini adalah satu teknik yang dapat digunakan oleh seorang guru
pembimbing atau koselor untuk memahami individu. Macam dari teknik non tes tersebut
antara lain inventori, observasi, wawancara, angket, sosiometri, otobiografi, studi
dokuemtasi dan studi kasus.
Pelaksanaan pemahaman individu di lapangan untuk mencari data/informasi
mengenai peserta didik pasti mebutuhkan sebuah alat bantu. Alat bantu yang sering
digunakan termasuk dalam teknologi informasi. Pengertian teknologi informasi
berdasarkan pengertian di atas adalah sebuah sistem untuk menyampaikan pesan.
Termasuk dalam teknologi informasi antara lain handphone, internet, televisi, tape
recorder, handycame, kamera dan yang sering digunakan di bidang pendidikan adalah
komputer.
Seluruh kegiatan pemahaman individu menggunakan teknologi informasi baik
teknik tes maupun teknik non tes. Teknik tes misalnya untuk memperbanyak soal yang
harus dikerjakan diketik menggunakan komputer dan di print out menggunakan printer.
Demikian halnya dengan teknik non tes. Penggunaan angket, tabel pertanyaan observasi,
daftar pertanyaan wawancara juga diketik menggunakan komputer sebagai salah satu
hasil produk teknologi informasi.
Kendala yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik non tes, misalnya metode
observasi dan wawancara yaitu keterbatasan sumber daya manusia yaitu guru
pembimbing ataupun konselor adalah keterbatasan untuk menyimpan dan mengumpulkan
data yang didapatkan. Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi informasi yang ada, misalnya untuk observasi dapat
menggunakan handycame dan kamera digital untuk merekam semua tingkah laku obyek
yang sedang diobservasi. Sedangkan untuk metode wawancara seorang konselor dapat
menggunakan tape recorder untuk merekam seluruh kegiatan wawancara. Dengan
penggunaan alat bantu tersebut seorang observer dapat menyimpan data/informasi
dengan cepat dan banyak tanpa ada yang tertinggal karena dapat diputar ulang.
9
Seluruh informasi yang didapatkan dari semua metode pemahaman individu dapat
diolah menggunakan teknologi informasi yang ada yaitu komputer. Dengan
menggunakan komputer seluruh data dapat diolah dengan waktu yang cepat dan memiliki
tingkat keakuratan yang tinggi. Penggunaan komputer tersebut dapat mempermudah
tugas seorang guru pembimbing. Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan
komputer dapat memberikan informasi untuk seorang guru pembimbing sehingga dapat
menjadi sebuah landasan/dasar dalam memberikan bimbingan dan konseling yang tepat
bagi siswanya.
10
Pelayanan melalui teknologi informasi mudah di akses.
Tidak membutuhkan biaya transportasi
Mengurangi ksulitan jadwal yang diberkaitan dengan program kelompok.
Pelayanan melalui teknologi informasi bersifat semi anonym
Konseli lebih mau terbuka berbicara tentang masalahnya karena ia tidak
mau berkomunikasi secara bertatap muka, sehingga ia dapat lebih siap dan
terbuka dalam bercerita.
Pelayanan melalui teknologi informasi berbasis individu.
Konselor dapat menyesuaikan kesiapan konseli dalam mengambil
tindakan yang diperlukan, memotivasi diri, dan meningkatkan
keterampilan konseli.
Pelayanan melalui teknologi informasi harus memfasilitasi konseling yang
proaktif.
Setelah klien membuka komunikasi via teknologi awal. Maka konselor
berinisiatif untuk memulai suatu kontak berikutnya sehingga ia dapat
menciptakan suatu taraf terapis berupa dukungan sosial dank lien
bertanggung jawab selama proses penyembuhannya.
B. Adapun kelemahan dari penggunaan layanan konseling melalui teknologi
informasi, diantaranya:
Konselor tidak dapat memastikan bahwa konselinya benar-benar serius
atau tidak.
Diperlukan perangkat khusus agar layanan konseling melalui teknologi
informasi dapat terlaksana dan perangkat tersebut tidak murah, sehingga
tidak semua orang dapat memanfaatkannya.
Informasi yang diterima dan ddiberitakan terbatas, komunikasi satu arah
sehingga ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman.
Kegiatan konseling melalui teknologi informasi dapat menimbulkan jarak
baik secara fisik maupun psikis diantara konselor dan klien.
Permasalahan yang dihadapi oleh konseli beraneka ragam dalam emosi
sehingga kadang-kadang konselor mengabaikan segi-segi yang penting
dalam proses konseling.
A. Analisis Praktis
11
merealisasikan program layanan yang sudah terkonsep sebagai empat komponen
layanan pada bimbingan dan konseling. Salah satunya dari empat komponen layanan
tersebut adalah Layanan Perencanaan Individual.
Tujuan layanan perencanaan individual ini adalah agar siswa/konseli bisa
membuat, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan
sosial-pribadi oleh dirinya sendiri melalui media online / blog BK sekolah. Melalui
layanan perencanaan individual, diharapkan siswa dapat :
Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan
karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan
atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja,
dan masyarakatnya.
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
12
Konseling melalui e-mail tidak sulit/rumit dilakukan, karena hampir
semua konselor sudah mahir dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
hampir semua sekolah sudah memiliki website, fasilitas laboratorium komputer,
dan lain-lain terkait dengan teknologi informasi. Konselor tinggal
mengkomunikasikan program BK yang direncanakan sehubungan dengan
kegiatan layanan konseling melalui e-mail kepada pihak terkait di sekolah agar
dapat terlaksana dengan lancar. Hal ini penting, karena juga merupakan salah satu
kewajiban sekolah dalam memfasilitasi program dimaksud (dukungan sistem).
Yang terutama harus diperhatikan dalam pelaksanaan layanan konseling
melalui e-mail bagi konselor dan konseli adalah:
memiliki alamat e-mail;
ada fasilitas komputer/laptop/netbook;
terhubung dengan internet (modem, wifi, hot spot, smartphone,
android, warnet).
C. Sinema Konseling
Sinema konseling adalah suatu konseling kreatif, di mana seorang
konselor menggunakan film atau video sebagai alat konseling. Menurut Solomon
(2011) sinema konseling adalah suatu metode dengan mengunakan film dalam
sebuah konseling yang memiliki positif efek pada orang kecuali pada seseorang
dengan gangguan psikotik. Lebih luas lagi diungkapkan oleh Solomon dalam
Anindito (2008) bahwa masalah yang bisa dikonseling adalah motivasi,
hubungan, depresi.
Dalam sinema konseling, subyek terdiri dari 5-8 konseli dan berlangsung
kurang lebih 90 menit dan didokumentasikan dengan menggunakan variabel yang
terukur (Demir, 2007). Sinema konseling merupakan perkembangan dari
bibliokonseling. Bibliokonseling merupakan suatu konseling yang mana
menggunakan sumber bacaan untuk membantu kliennya, (Demir, 2007). Menurut
Ulus dalam Demir (2007), sinema konseling lebih menarik daripada
bibliokonseling, selain itu sinema konseling lebih mudah daripada bibliokonseling
karena menonton film lebih mudah daripada membaca buku. Menonton film
membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan membaca buku.
Dinilai dari hasil, proses konseling menggunakan film lebih cepat
dibandingkan menggunakan bahan bacaan. Sejalan dengan yang diungkapkan Mc
Conahey (2003), remaja akan lebih tertarik dan mudah ketika mereka melihat film
pada daripada membaca. Woltz (2004) mengungkapkan bahwa sinema konseling
juga merupakan konseling yang spesifik dimana konselor bukan hanya
menayangkan film, namun juga memilih kesesuaian film dengan tujuan dalam
konseling. Sedangkan menurut Berg-Cross, Jenning, & Baruch dalam Derme
(2000) sinema konseling adalah sebuah konseling spesifik untuk melihat konseli
13
secara individual atau kelompok, yang mana menggunakan film sebagai sarana
mencapai keuntungan konseling
Dari beberapa definisi mengenai sinema konseling menurut beberapa ahli,
dapat disimpulkan bahwa sinema konseling adalah sebuah metode dalam
konseling yang menggunakan film atau video bisa dilakukan secara individual
maupun kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan menghasilkan efek positif
kecuali pada seseorang dengan gangguan psikotik.
Prosedural dalam pelaksanaan sinema konseling tidak hanya penayangan
film, namun terdapat serangkaian kegiatan yaitu : a) penayangan film, b) refleksi
isi film, c) refleksi diri, d) pengembangan komitmen, e) uji komitmen, dan f)
refleksi pengalaman. Film atau video yang digunakan dalam sinema konseling
memiliki durasi paling lama 60 menit, melalui proses editing dimana akan
dilakukan pemilihan bagian mana yang layak ditonton konseli dan bagian mana
yang tidak layak. Alur cerita film atau video hendaknya yang disukai oleh konseli
dan memilih tokoh yang mana menarik dan sesuai dengan usia perkembangan
konseli. Hal ini diharapkan akan lebih mempermudah penyerapan oleh konseli
terhadap pesan yang hendak disampaikan melalui film. Serangkaian kegiatan
yang telah disampaiakan diatas sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dari
konseling. Prosedural yang sistematis akan mendukung kesuksesan pelaksanaan
sinema konseling.
14
Mempertanyakan keyakinan negatif tentang diri dan menemukan kembali
kekuatan diri. Seseorang mungkin memegang keyakinan negatif tentang
dirinya, dan tidak menyadari kekuatan pada diri dan cara mendapatkannya.
Dengan merefleksikan cerita dan karakter yang terdapat dalam film seseorang
dapat menemukan kekuatan yang sebenarnya ada dalam diri, integrasi
kehidupan tidak nyata ke dalam kehidupan nyata dapat terjadi ketika
seseorang bercermin pada film.
Memperbaiki komunikasi, film dapat digunakan sebagai sarana dalam
memperbaiki komunikasi yang kurang baik antara teman atau pasangan.
Dengan menonton film bersama-sama dan menjelaskan kepada pasangan atau
teman mengenai alasan memilih film tertentu, dapat memungkinkan masuk ke
percakapan yang lebih produktif. Film berfungsi sebagai metafora yang
mungkin lebih akurat untuk mewakili perasaan dan ide-ide dari pada kata-kata
dari seseorang yang kesulitan dalam perangkaiannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
15
A. Kesimpulan
Di era digital ini konselor harus senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru dalam
pelayanan bimbingan konseling, tentunya ditunjang oleh kompetensi yang memadai
mengenai teknologi informasi. Teknologi informasi mampu menunjang pelayanan bimbingan
konseling agar lebih efektif. Maka dari itu, konselor harus selalu meningkatkan
kemampuannya dalam menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Konselor akan
selalu menjadi idola klien apabila selalu up to date. Karena pada dasarnya bimbingan
adalah long life learning atau belajar sepanjang hayat.
B. Saran
Teknologi Informasi dapat di manfaatkan oleh konselor dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Karena dengan adanya Teknologi Informasi dapat meringankan pekerjaan
konselor dalam layanan konseling. Teknologi Informasi dapat menjadikan layanan konseling
menjadi efektif, karena dengan Teknologi Informasi, koseli dapat melaksanakan konseling
bersama konselor secara fokus dan praktis. Selain itu, Teknologi Informasi juga sangat
membantu individu maupun kelompok untuk dapat berkomunikasi dengan lebih mudah dan
relatif murah.
Jadi jika konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya teknologi
informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan konseling, maka ke depannya
bimbingan dan konseling akan menjadi suatu bidang pendidikan yang inovatif dan efisien
berkat kemajuan teknologi informasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sudarman,Danin. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, Pustaka Setia: Bandung
Y. Maryono dan B Patmi Istiana, 2007, Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP Kelas VII,
Jakarta, Yudhistira.
Asmani, Jamal ma'mur. 2011.Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam dunia Pendidikan.Jogjakarta: DIVA Press.
17