Anda di halaman 1dari 17

1.

Studi Kasus

A. Contoh masalah bidang sosial peserta didik : Tidak Suka belajar &
Menyepelekan Pelajaran.

Identifikasi Masalah

 Identitas individu :

Nama : NY

TTL : Karanganyar, 13 Juni 2007

Umur : 13 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama :Islam

Anak ke- :2

Status kel : Anak Kandung

Alamat : Jalan Melati No 8

Hobi :Travelling, youtube an KPOP

Motivasi : Koki

Kesehatan : Sehat

Pekerjaan Ortu: Pengusaha sukses

 Gejala yang muncul

NY merupakan anak dari keluarga yang kaya raya, ayah nya merupakan pengusaha dan
sering keluar kota. NY merupakan murid kelas 5 SD disalah satu Sekolah Islam Elite di Solo.
Dalam keluarganya NY merupakan anak yang cukup mandiri namun tetap di manja oleh
keluarganya. NY sudah di bekali IPAD sebagai pegangannya di rumah. Dari cerita guru les
sebelumnya NY merupakan anak yang sangat sulit dalm belajar karena ada anggapan bahwa
dengan tidak belajar saja bisa sukses seperti orangtua nya. Maka dari itu setiap ad proses
pembelajaran yang NY ikuti baik di sekolah maupun di rumah dia termasuk dalam siswa
yang santai dan kadang tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh gurunya. Nah itu adalah
salah satu penyebab nilai pelajaran NY lebih rendah dari teman yang lain.

B. Analisis

Berdasarkan informasi yang di dapat dari guru les sebelumnya, NY


juga kalau belajar saat les kamar akan selalu tertutup rapat, karena nayfa saat
les sering malas-malas an agar tidak terlihat oleh mamanya. NY adalah anak
yang hanya suka beberapa mata pelajaran saja, dikatanya dia suka karena guru
yang mengampu menyenangkan. Dia menyukai bahasa inggris dan sangat
tidak suka matematika. Dari cerita NY sendiri, apabila suatu hari selepas dia
pergi keluar kota bersama keluarga besoknya dia sering ga masuk sekolah
dengan alasan capek padahal dia bilang ya males aja mba lagi ga pengen
sekolah. NY merupakan anak yang sangat menyukai KPOP, setiap belajar
pasti NY akan diselingi main IPAD untuk menyaksikan idolanya tersebut. NY
juga merupakan anak yang mudah capek jadi sering mengeluh apalagi jika di
rumah dan di suruh untuk belajar, hal itu sudah membuat mood nya tidak baik.

C. Sintesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis, disini saya menemukan


gambaran bahwa nayfa memiliki masalah dalam semangat belajarnya karena
tidak ada hal yang menunjang semangatnya dalam belajar. Dari faktor dirinya
sendiri, nafya tidak memliki semangat dalam belajar, suka mengantuk dan
merasa bahw dia tidak akan bisa dalam materi tersebut. Dari faktor orang
tuanya juga kurangnya pengawasan dari oranhtua dalam memantau
perkembangan nayfa dalam belajar. Saya simpulkan bahwa nayfa termasuk
anak yang kurang motivasi belajar, rasa malas belajar dan adanya rasa benci
terhadap suatu mata pelajaran tertentu

D. Diagnosis

- Faktor yang berasal dari dalam diri


 Tidak ada hal yang dapat memotivasi dia dalam belajar

 Kurang tertarik dan belum menemukan esensi dari belajar

 Malas belajar dan sering bermain

 Faktor yang berasal dari luar diri

 Kurangnya perhatian terkait pemantauan perkembangan anak dalam


belajar

 Mendapatkan banyak fasilitas namun tidak sesuai kebutuhan

 Cara pengajaran guru yang tidak disuka, menyebabkan munculnya rasa


benci terhadap suatu mata pelajaran tertentu

E. Prognosis

- NY tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah:

 Tidak ada ilmu yang tertransfer

 Tidak lulus Ujian

 Prestasi belajar semakin menurun

 Memiliki nilai rendah

- Apabila masalah yang dihadapi NY dapat segera diatasi, maka kemungkinan


yang akan terjadi adalah:

 Adanya rasa semangat belajar, dan mengejar ketertinggalan dalam hal


pemahaman materi

 Dapat memanfaatkan waktu dengan kegiataan positif dirumah, dengan


rajin belajar dan mengerjakan tugas

 Prestasi belajar akan meningkat

 Dapat membanggakan orangtuanya


 Nilai menjadi naik

F. Treatment

Wali kelas akan selalu membersamai di dalam kelas dengan bertahap


memberikan nasihat dan pengertian kepada NY, mengajarkan secara pelan-
pelan hingga dia menemukan kenyamanan saat belajar. Guru BK memberikan
bimbingan secara individual dan memberikan Citra masukan yang baik seperti
diberi motivasi belajar dengan seringnya berkomunikasi, Guru BK juga harus
memberikan pengertian kepada NY bahwa fasilitas yang diberikan orang-tua
bukan untuk dimanfaatkan dengan salah, akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk
menunjang dalam proses belajar.

G. Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up)

NY dapat diikut sertakan dlam perlombaan contohnya dalam bahasa


inggris yang mana itu pelajaran yang dia sukai. Orang tua NY juga
sememstinya memberikan perhatian bukan hanya materi saja akan tetapi
perhatian dalam perkembangan dalam dirinya termasuk belajar. Nah dari situ
dpat kita pantau perkembangan NY ketika dirumah lewat orangtua. Dapat kita
beritahu beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk meningkatkan
semngat nya dalam beljar yaitu dengan orang tua itu sendiri yang mengajari
anak dengan pembawaan yang menyenngkan dan disesuaikan dengan kondisi
NY. Contoh NY suka musik dan kita berikan materi lewat audio atau video
yang menarik. Kemudian dapat juga adanya pemberian tugas rumah yang
melibatkan keaktifan anak seperti pembuatan kerajinan tangan dll, hal tersebut
akan menarik minat anak secara perlahan.

B. Kendala, Hambatan, dan Solusi

Selama melakukan studi kasus ini terdapat sedikit kendada dalam


tahap analisis dan evaluasi. Solusinya untuk kedepannya adalah bisa
mempersiapkan data yang lebih lengkap lagi untuk menunjang dalam
pengelolaan data tersebut.

H. Kesimpulan
Studi kasus dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan fakta-
fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada serta sebab-sebab timbulnya
masalah dan selanjutnya untuk dapat menetapkan langkah-langkah
penanganan masalah tersebut. Dalam laporan studi kasus di atas dapat di
simpulkan bahwa ketersediaan seorang pembimbing untuk membantu dan
mengarahkan peserta didik atau konseli memang sangat di butuhkan. Karena
setiap peserta didik akan memiliki masalah dengan karakteristiknya sendiri-
sendiri. Yangg pastinya hal tersebut menuntuk seorang konselor untuk ahli
dalam segala bidang. Dalam bidang belajar sendiri suatu kasus memiliki
beberapa penyebab latar belakang yang cukup kompleks untuk di kaji.
Dinutuhkan kemampuan analisis yang baik dalam pengelolaan data yang di
dapat. Dan sarannya Untuk guru pembimbing atau wali kelas bisa lebih
memperhatikan kondisi peserta didik secara berkala, untuk meminimalisir
tingkat maslah yang di alami, dan Untuk norang tua dapat memberikan bentuk
kasih sayang dan perhatiannya dengan selalu mengontrol dan selalu
memberikan motivasi untuk masa depan si anak.

2. STUDI KASUS

A. Contoh Masalah Bidang Sosial Peserta Didik : Sering Membolos Sekolah dan
Tidak Suka Belajar.

 Identitas Subyek Kasus

Nama Inisial :T

TTL : Ponorogo, 4 Oktober 2003

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Hobi : Menonton TV

Cita-Cita : Pengusaha

Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 160 cm

Alamat Rumah : Beji, Andong, Boyolali

Kelas : XI IPS 3

 Deskripsi Masalah

Subyek kasus yaitu T merupakan siswa Kelas XI SMA, berasal


dari kelurga dengan ekonomi menengah kebawah, bapak T merupakan
pekerja bangunan dan ibunya merupakan Ibu rumah tangga. T
merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, kakak pertamanya sudah
bekerja dan hanya lulusan SMP sedangkan adiknya masih SD. Bapak
dan ibu dari T juga tidak mengenyam pendidikan sampai selesai, ibu
dari T bahkan hanya lulusan SD. Permasalahan dalam T adalah sering
membolos sekolah sampai berhari-hari dan hanya berdiam di rumah
saja, bahkan T ada keinginan untuk putus sekolah. T merasa bahwa dia
tidak dapat mengikuti pelajaran dan tidak suka belajar, lebih menyukai
bermain atau berdiam diri di rumah dan menonton televisi.

 Identifikasi Kasus

Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan diatas bahwa T


tidak suka belajar dan sering membolos sekolah, dapat diidentifikasi
bahwa ketika T tidak ingin bersekolah dan belajar di kelas ada hal atau
faktor yang mendukung T untuk membolos dan tidak bersekolah.
Faktor pemicu yang menyebabkan T enggan bersekolah dapat
diakibatkan oleh lingkungan sekitar sekolah, Pergaulan dalam lingkup
sekolah yang mencakup teman-teman, suasana lingkungan sekolah
termasuk guru dan warga sekolah atau faktor penghambat dari diri
siswa sendiri, penyebab karena malas, atau faktor dari keluarga yang
terkesan tidak tegas akan pendidikan anak, atau faktor lain seperti
pergaulan T di luar lingkungan sekolah.
B. Analisis Data

Pada tahap analisis data, mencari data dengan mencari informasi dari
teman sekelas, teman satu sekolah yang dekat dengan R, guru yang ada
disekolahnya termasuk guru yang mengajar mata pelajaran dan wali kelas,
juga mencari informasi dari keluarga, saudara-saudaranya dan teman
dilingkungannya. Data dan informasi yang dicari dapat berupa pendapat atau
observasi lingkungan pelaku sehari-hari disekolah ataupun diluar sekolah.

C. Sintesis

Dari beberapa identifikasi dan analisis data yang diperoleh, dapat


dihubungkan bahwa si anak memiliki permasalahan dengan keinginan belajar
dari sendiri dan pengaruh lingkungan. Obyek yakni T lebih menyukai berada
di rumah atau bermain dengan teman di lingkungan sekitar daripada belajar
dan pergi kesekolah. Si T juga memiliki permasalahan terkait dengan kegiatan
belajar di sekolah yang di tambah dengan lingkungan sekitar yang mendukung
T untuk membolos dan tidak belajar.

D. Diagnosis

Diagnosis adalah langkah untuk mencari faktor-faktor yang menjadi


penyebab dari masalah yang sedang dihadapi oleh subyek kasus. Berdasarkan
hasil pengamatan dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

- penyebab T senang membolos dan tidak mau belajar :

Faktor dari dalam diri :

 Mudah bosan saat berada di kelas

 Tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik

 Mudah hilang konsentrasinya saat belajar


 Berpikir bahwa sekolah hanya membuang-buang waktunya saja

 Lebih menyukai bermain di luar atau berdiam diri di rumah saja

 Jika bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya bisa sampai lupa


waktu

- Faktor dari luar diri :

 Orang tua T yang bersikap tidak peduli saat T membolos dan tidak
tegas

 Keadaan Lingkungan sekolah yang tidak nyaman bagi T

 Pertemanan di sekolah T

 Lingkungan pertemanan sekitar rumah T yang menurut T membuatnya


nyaman

 Adanya ajakan dari teman T untuk tidak bersekolah saja dan membolos

E. Prognosis

Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila


permasalahan yang dihadapi siswa tidak segera mendapat bantuan

 Ketinggalan pelajaran di sekolah

 Bisa tidak lulus ujian dan naik kelas

 Prestasi belajar semakin menurun

 T bisa putus sekolah karena enggan menyelesaikan pendidikannya

F. Treatment

Dengan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling, baik


secara individual, kelompok maupun klasikal, yaitu guru BK mendatangi T
dan mengadakan sesi konseling individu untuk mengetahui penyebab secara
pasti T enggan bersekolah dan mencari solusi secepat mungkin dengan guru
maple yang mengajar T atau wali kelasnya. Apabila permasalahan sudah
semakin rumit seperti T yang terus membolos dan enggan sama sekali untuk
masuk ke sekolah, dapat dilakukan solusi dengan melakukan pendekatan
kepada T yakni guru BK yang dapat bekerja sama dengan Wali kelas ataupun
Guru kesiswaan untuk berbicara dengan Orang tua dari T agar T mau
bersekolah lagi dan tidak membolos. Apabila dari Orang tua juga kesulitan
untuk membujuk T, guru BK atau perwakilan guru lain dapat mendatangi
kediaman T dan mengajak atau berdiskusi dengan T agar mau kembali
bersekolah dan tidak bolos lagi apalagi sampai putus sekolah.

G. Follow Up

Usaha yang berisikan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah


diberikan, agar dapat mengetahui efektifitas bantuan yang diberikan. Usaha
lanjutan ini apabila T sudah mau bersekolah lagi, guru bk beserta wali kelas
dan guru maple terus mengawasi T agar tetap mempunyai keinginan untuk
sekolah dan mengadakan sesi konsuling untuk T secara rutin sampai dirasa T
sudah tidak memiliki keinginan yang sangat besar untuk membolos dan putus
sekolah dan mau meneruskan jenajang pendidikan sampai lulus SMA.

H. Kendala, Hambatan, dan Solusi

Selama melakukan studi kasus ini terdapat sedikit kendada dalam


tahap analisis dan evaluasi. Solusinya untuk kedepannya adalah bisa
mempersiapkan data yang lebih lengkap lagi untuk menunjang dalam
pengelolaan data tersebut

I. Kesimpulan

Dalam laporan studi kasus di atas dapat di simpulkan bahwa


ketersediaan seorang guru pelajaran untuk membantu dan mengarahkan
peserta didik atau konseli untuk mengawasi T sampai benar benar lulus
sekolah dan mau mengikutin konseling pada pertemuan pertemuan berikutnya
sampai T benar benar sudah tidak memiliki kemampuan untuk membolos atau
untuk untuk putus sekolah. Dan sarannya Untuk guru pembimbing atau wali
kelas bisa lebih memperhatikan kondisi peserta didik secara berkala, untuk
meminimalisir tingkat maslah yang di alami, dan Untuk norang tua dapat
memberikan bentuk kasih sayang dan perhatiannya dengan selalu mengontrol
dan selalu memberikan motivasi untuk sekolah si anak.

3. studi kasus

A. Contoh studi kasus : mengalami lambat dalam belajar dan terlalu manja

 Identitas individu :

Nama : Septiana Dwi Hastutik


Kelas                     : 4 (empat)
Tempat/tgl. Lahir : Sragen, 12 September  1999
Agama                   : Islam
Jenis Kelamin        : Perempuan
Alamat                  : Krebet, RT 03/RW 04, Nguter, Sukoharjo
Sekolah                 : SDN Kedungwinong 01, Nguter, Sukoharj
Hobby                   : Olahraga
Jumlah saudara      : 1 (satu)
Anak ke                 : 2 (dua)

 Gejala yang muncul :

- Gejala yang Bersifat Positif, Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau
perbuatan yang dapat membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar
pada diri klien. Gejala-gejala tersebut diantaranya :

1) Mematuhi peraturan sekolah


2) Rajin mengikuti kegiatan sekolah
3) Tidak suka membolos sekolah
4) Menurut perintah guru
 Gejala-gejala yang Bersifat Negatif, Gejala yang bersifat negatif adalah sikap
atau perbuatan yang kurang baik yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya :

1) Sulit memahami materi pelajaran


2) Bersifat pendiam dan pemalu
3) Kurang memiliki keberanian dalam berpendapat
4) Cepat putus asa dalam mengerjakan soal
5) Bersikap manja
6) Bertindak semaunya sendiri
7) Tidak mau meneliti hasil jawaban

B. Analisis

klien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai
buruh serabutan. Ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya
tinggal di lingkungan desa Pucang, Kabupaten Sragen. Rumahnya tergolong
sedang dan sederhana.Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak
mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat
tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab,
Minat klien terhadap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan masalah
pelajaran cukup baik walaupun secara intelektual klien tertinggal dengan
teman yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak
pernah membolos dan selalu masuk sekolah.Siswa memiliki hobi bermain voli
di rumah maupun sekolah. Kadang waktu luangnya sering dimanfaatkan atau
digunakan untuk bermain voli daripada mempelajari kembali pelajaran  yang
sudah diterangkan di sekolah.

C. Indentifikasi masalah

klien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai
buruh serabutan. Ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya
tinggal di lingkungan desa Pucang, Kabupaten Sragen. Rumahnya tergolong
sedang dan sederhana.Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak
mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat
tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab.
Pribadi klien baik walaupun cenderung mudah putus asa dan kurang teliti
dalam mengerjakan sesuatu. Dia selalu ingin semua keinginannya dituruti.
Namun siswa tidak pernah  memilih-milih teman.

D. DIAGNOSIS

Masalah yang dihadapi siswa SD sangatlah kompleks dan banyak


faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat
berasal dari diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami
klien. Ada banyak faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien,
diantaranya adalah sebagai berikut:

- Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri

a) Motivasi yang kurang


b) Anak kurang mau bekerja keras agar bias dalam pelajaran.
c) Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya
d) Anak terlalu manja.
e) Semua keinginanya harus dipenuhi

- Faktor dari Lingkungan Keluarga

a) Kurang bimbingan orang tua saat belajar


b) Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien

c) Pelanggara-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari


orang tua.

- Faktor yang Bersumber dari Lingkungan


a) Sekolah
- Kurang terbuka kepada guru.
- Sikap mudah putus asa dalam pelajaran
b) Luar sekolah atau masyarakat
- Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan
untuk menonton televise dan bermain voli.

Dari rincian di atas dapat disimpulkan berbagai hal yang


menyebabkan permasalahan pada klien. Permasalahan tersebut berasal
dari diri klien sendiri, keadaan keluarga dan lingkungan sekitar sangat
berpengaruh terhadap sikap dan daya tangkap belajar siswa.
berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan
yang terjadi pada diri klien disebabkan oleh :

a) Kurang minat belajar.


b) Bimbingan dari orang tua kurang.
c) Pengaruh kemajuan teknologi
d) Anggota keluarga terlalu memanjakannya.

Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan


klien kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir
untuk mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya.

E. PROGNOSIS
Untuk mengatasi masalah klien dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:

1. Terhadap Klien :
a) Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang
dihadapinya sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi
siswa dan masalah yang sedang dihadapinya serta mempermudah
memberikan bantuan dan bimbingan.
b) Memberi bimbingan yang luas pada klien yang berhungan dengan
pendidikan sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk
meningkatkan semangat belajar dari siswa/klien yang bermasalah
tersebut.
c) Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya
sendiri menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain di sekitarnya.
d) Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan
penjelasan dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami
kesulitan belajar
e) Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama
kepada kedua orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.
f) Menasihati klien agar lebih rajin belajar.

2. Terhadap Orang Tua.

a) Memberikan pengarahan pada orang tua agar tidak terlalu


memanjakannya karena hal itu dapat berakibat buruk pada klien.

b) Memeberikan penjalasan pada orang tua agar selalu


memeperingatkan klien untuk belajar dan selalu menasihati dan
memeberikan dorongan pada klien untuk lebih rajin belajar.

c) Memeberikan penjelasan pada orang tua bahwa mereka harus


selalu memeperhatikan dan membimbing anaknya untuk belajar
lebih giat agar tidak tertinggal dengan teman-temannya.

d) Memeberikan penjelasan pada orang tua agar menanamkan pada


diri klien sikap menghormati dan menghargai orang lain.

3. Terhadap Teman Klien

a) Menasehati teman-teman klien agar mau memebantu klien bila ada


kesulitan dalam belajar.

b) Menasehati teman-teman klien agar mau menegur klien bila


melakukan penyelewengan-penyelewengan.
F. TREATMENT

- PENYELESAIAN MASALAH JUGA DAPAT DITEMPUH


MELALUI

1. Pemeliharaan sejak dini

Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya


ingat dalam berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah
lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini
juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap
anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan
orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari
para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat
adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan
pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat
kelambanan belajar.

2. Pengembangan secara keseluruhan

Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya


mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat
mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat
anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan
membangun konsep harga diri yang sehat.

3. Lembaga pendidikan khusus atau umum

4. Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk


menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga
pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak
diperoleh suatu kepastian karena adanya perbedaan pendapat.
Kesimpulannya, dari segi nalar tidak ditemukan adanya peningkatan ketika
anak berada di lembaga pendidikan khusus. Hasil belajarnya pun tidak
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung di lembaga
pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga
pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh
teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang
lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi
anak yang lamban belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka
disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan
lingkungan belajar yang ideal.

5. Memberikan pelajaran tambahan

Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong


kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar
melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan
dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri.
B.F. Skinner mengatakan bahwa penggunaan mesin mengajar akan sangat
bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini komputer telah menjadi alat
pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat menggunakannya
untuk mendidik anak yang lamban belajar.

6. Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan
intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik
latihan indra kepada mereka.
7. Latihan indra
Dengan latihan ini anak dilatih untuk mengenal lingkungan melalui
penglihatan, pendengaran, atau perabaan. Misalnya, mengenal benda
melalui perbedaan bentuk atau suara. Dengan mata tertutup anak diajak
untuk mengenal bentuk, kasar, atau halus suatu benda. Semua latihan
tersebut dapat mempertajam indra anak.
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/264479/mod_forum/attachment/104274/Rona
%20Azzah%20ZP_K5418069_C_Laporan%20Studi%20Kasus.pdf?forcedownload=1

https://www.google.com/url?q=https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/260929/mod_forum/
attachment/100745/Nafla%2520Nisirna%2520Khusna_K5418051_B_BK%2520Studi
%2520Kasus.docx.pdf%3Fforcedownload%3D1&usg=AOvVaw1-
https://ian43.wordpress.com/2010/10/21/contoh-studi-kasus/

Anda mungkin juga menyukai