KATA PENGANTAR
STUDI KASUS BIMBINGAN DAN KONSELING BIDANG BELAJAR
Disusun oleh :
Dony Ilham
202001500340
S6B
Setiap peserta didik tentunya memiliki masalah yang beragam, Permasalahan yang
ada dalam lingkungan peserta didik diantaranya: bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Oleh karena keterbatasan kematangan peserta didik dalam mengenali dan memahami
hambatan yang ada dalam diri peserta didik maka sebagai konselor yang berkompeten,
sudah turut ambil andil di dalam penanganannya. Konselor sekolah mempunyai tugas
untuk memberikan pelayanan dan membantu peserta didik agar dapat mengembangkan
potensinya secara utuh. Adapun salah satu cara yang dapat diambil untuk dapat
membantu klien yang mengalami masalah adalah dengan menggunakan studi kasus.
Susilo Rahardjo dan Gudnanto (2011) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus
adalah metode yang diterapkan untuk memahami individu lebih mendalam dengan
dipraktekkan secara integratif dan komprehensif. Langkah tersebut dilakukan untuk
memahami karakter individu yang diteliti secara mendalam. Melalui studi kasus ini
seorang konselor akan memahami peserta didiknya secara mendalam. Konselor akan
memperoleh informasi tentang atau sebab-sebab timbulnya masalah yang terjadi pada
peserta didik serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan terhadap masalah
yang dialami siswa tersebut. Berdasarkan dari pemaparan yang ada di atas maka dari itu
akan dilakukan studi kasus secara nyata di SMK Negeri 41 Jakarta untuk mendalami
suatu permasalahan dari peserta didik atau klien.
Adapun pemilihan kasus ini diambil dari berbagai informasi yang telah diperoleh
melalui pengumpulan data seperti, angket, daftar cek masalah, dan wawancara, maka
gambaran umum permasalahan yang diperoleh menyangkut pada bidang belajar. Adapun
karakteristiknya di jabarkan sebagai berikut:
1. Tidak yakin dengan kemampuan belajar, terutama dalam pelajaran Matematika,
kimia, fisika dan mata pembelajaran kejuruan
2. Tidak percaya diri ketika didalam kelas karena tidak yakin dengan kemampuan
belajarnya.
3. Sulitnya konsentrasi dalam belajar
4. Klien sering datang terlambat kesekolah
Klien merupakan siswa kelas X di SMK Negeri 41 Jakarta, klien merasa kesulitan
mengatur waktu sehingga ketinggalan banyak pelajaran dan nilai akademiknya. karena
klien selalu datang terlambat dan tidak pernah mengumpulkan tugas serta kurang aktif dalam
kegiatan mata pelajaran. Klien merasa dirinya tidak mampu menguasainya, yang
menyebabkan klien tidak percaya diri, sulit konsentrasi ketika kegiatan belajar
berlangsung, dan mendapatkan nilai yang rendah.
A. Perencanaan
C. Identitas
Klien
Ayah
Ibu
Nama : Narsiah
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Malang,12 April 1986
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raden Sanim, Tanah Baru
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Susunan Keluarga
D. Pengumpulan Data
Keadaan Klien
Klien dalam keadaan sehat, klien tidak memiliki Riwayat penyakit yang serius,
kulitnya sawo matang, tergolong kurus dengan tinggi 158cm dan berat 45kg.
E. Klasifikasi Data
Klien
Anak perempuan yang berusia 16 tahun
Anak bungsu dari pertama dari 3 bersaudara
Anak yang baik, sopan, dan patuh pada kedua orang tua
Anak yang pendiam dan tidak mudah bergaul dengan orang lain
Anak yang kurang berkomunikasi dengan orang tua
. Keluarga Klien
Keluarga yang tidak kecukupan
Orang tua klien kurang memperhatikan klien saat belajar
Rumah yang ditinggalkan oleh klien dan keluarga merupakan rumah
kontrakan
F. Pengolahan Data
Landasan Teori
Kesulitan belajar adalah salah satu hambatan yang dihadapi beberapa peserta didik
salah satu nya yang dihadapi oleh Akbar. Menurut Nini Subini kesulitan belajar adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan
Diagnosa
Akbar merasa dirinya harus membantu kedua orang tuanya, namun berimbas pada
pelajarannya. Ia tidak menguasai pembelajaran kejuruan yang menyebabkan dirinya tidak
paham. Kurang aktifnya Akbar dalam kelas pun menjadi penyebab dirinya kurang
memahami pembelajaran dan rendahnya nilai pada mata pelajaran kejuruan tersebut.
Prognosa
Kesulitan yang dialami klien dapat diselesaikan dengan melibatkan guru mata
pelajaran dan orang tua untuk memberikan perhatian lebih kepada klien, dorongan
motivasi, dan juga pemberian bantuan konseling.
Untuk Klien
Membuat daftar kelebihan dan kekurangan dari kemampuan yang ada dalam
diri klien
Menunjukkan kemampuan yang dimiliki klien untuk kemudian
dikembangkan
Mengarahkan kemandirian klien kea rah yang positif
Memotivasi peserta didik agar Kembali percaya dengan kemampuan yang ada
dalam dirinya
Untuk Sekolah
Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Akbar
Guru harus lebih peka terhadap peserta didik yang membutuhkan perhatian
lebih
Guru harus bekerja sama dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan
belajar peserta didik
Untuk Klien
Memberikan bantuan tambahan pemahaman materi yang belum dipahami
Mangajak klien untuk berani bertanya kepada Bapak atau Ibu guru jika dirasa
belum paham
Mengatur waktu dengan bijak
I. Follow Up
Disusun oleh :
Muhammad Gemilang Pahlawan
202001500359
S6B
Pendidikan formal yang sangat penting bagi masyarakat bertujuan untuk membekali
peserta didik dengan pendidikan dan cita-cita yang diharapkan. Sekolah merupakan tempat yang
berfungsi untuk melatih, mendidik, dan membimbing daya pikir dan sikap peserta didik untuk
perkembangannya. Sebagai seorang guru yang profesional, hendaknya memiliki beberapa ciri
yang menunjang pembinaan terhadap siswanya, yaitu sebagai moderator, agar lebih baik dan
terarah membimbing dan membentuk kepribadian siswa. Kepala sekolah, konselor bimbingan,
pengajar ke rumah, orang tua dan siswa. Para pihak bekerja sama sedemikian rupa agar hasil
belajar siswa dapat tercapai dan terencana dengan baik, sehingga tujuan dari kegiatan bimbingan
dan konseling adalah untuk membantu klien menyesuaikan diri dan lingkungannya agar
berkembang seoptimal mungkin. Dalam mendampingi siswa, konselor diharapkan menguasai
teknik-teknik konseling.
Siswa adalah objek dengan karakter yang berbeda dan masalah yang kompleks. Oleh
karena itu guru harus mengetahui dan mampu mengenali perbedaan tersebut. Hal ini untuk
memastikan bahwa guru tidak hanya memberikan materi, tetapi juga membantu siswa belajar
dengan baik dan memecahkan masalah siswa. Bakat, keterampilan, lingkungan, dll, sehingga
siswa yang disponsori dapat menyelesaikan masalah mereka dengan tepat. Masalah umum siswa
adalah misalnya seperti kesulitan menghilangkan rasa malas belajar, kesulitan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial. Kebiasaan buruk seperti mencontek atau mengajak teman bicara dalam
proses belajar mengajar, yang sering dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, ternyata siswa
sering merasa kesulitan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, guru harus
berperan tidak hanya sebagai guru dan pendidik, tetapi juga sebagai pembimbing.Berkaitan
dengan uraian di atas, sebagai calon guru, sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari
studi kasus siswa, berusaha memberikan bimbingan. dan membantu untuk mengusulkan,
memecahkan masalah yang diperiksa. Siswa bertemu secara efektif. Oleh karena itu diharapkan
proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu
mengarahkan diri untuk bertindak secara wajar, selaras dengan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Mulai saat ini calon guru yang berkecimpung di dunia pendidikan mata pelajaran
harus memiliki pengetahuan dan dasar-dasar bimbingan akademik secara teori dan praktek. yang
memanifestasikan dirinya sebagai kepribadian yang memiliki sifat malas dan ketidaktahuan
dalam kaitannya dengan mata yang berkaitan dengan kepribadian siswa saat disekolah. Hal ini
juga dilakukan sebagai persiapan untuk bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling di suatu
sekolah.. Kasus ini dipilih berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh melalui pengumpulan
data dengan metode wawancara.
B. Identitas
1. Nama Klien : RN
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat, Tanggal lahir : Bdg, 26 Juni 2004
Alamat : Jl. Pdk Rnggn Jaktim
Agama : Islam
Kewargangaraan : WNI
Pekerjaan : Pelajar
4. Nama Kakak : NH
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal lahir : Bdg, 20 Juni 1996
Alamat : Jl. Pdk Rnggn Jaktim
Agama : Islam
Kewargangaraan : WNI
Pekerjaan : PNS
C. Pengumpulan Data
1. Keadaan Diri Klien
Dari data yang didapatkan, RN adalah seorang anak laki – laki berumur 17 tahun.
RN adalah anak kedua dari dua bersaudara, RN adalah anak yang rajin dan patuh
sebelum ia mengenal game online dan tongkrongan (tempat berkumpul) dengan teman –
temannya. Setelah mengenal game online dan tongkrongan, RN mengalami perubahan
dari pribadinya. Baik dirumah maupun disekolah RN mengalami penurunan semangat
belajar. Saat dirumah RN hanya focus bermain game online bahkan saat diminta
bantuan oleh orang tua atau anggota keluarga yang lain, RN tidak mau membantu
bahkan cendrung emosi saat dimintakan tolong. Dimalam hari, RN selalu pergi
ketongkrogan hingga larut malam sehingga RN sangat kurang istirahat. Dari yang
dilakukan RN dirumah tentunya sangat berefek saat disekolah. Saat disekolah RN
menjadi tidak focus saat belajar, ia selalu merasa tidak semnagat, mengantuk, dan lesuh
saat proses belajar berlangsung. Bahkan RN suka diam – diam bermain game online
dikelas sehingga dia tidak mengikuti dengan baik pembelajaran dikelas. Dari hasil
wawancara dengan anggota keluarga, RN dirumah sangat susah disuruh belajar dan
tidak pernah mengerjakan tugas. Dari semua hal ini, nilai RN sangat turun drastis.
D. Verifikasi Data
Dari proses pengumpulan data yang telah dilakukan, maka sudah menunjukan bahwa
adanya kecocokan atau keterkaitan atas informasi yang disampaikan RN, orang tua RN, wali
kelas, dan guru bidang studi. Informasi yang didapatkan sudah saling mendukung maka data
yang ditemukan bisa diolah dan disajikan sebagai laporan studi kasus.
E. Klasifikasi Data
1. Klien (RN)
Anak yang suka sendiri
Anak yang kesepian
Anak yang kecanduan game online
Anak yang jarang bergaul dengan tetangga sekitar
Anak yang tidak mengerjakan tugas
Anak yang suka menyontek
Anak yang malas belajar
Anak berusia 17 tahun
Anak kedua dari dua bersaudara
Anak yang sering terlambat datang kesekolah
Anak yang laki – laki
Anak yang sedikit emosional
Anak yang suka tidur dalam kelas
Anak yang hobi berkumpul dengan teman sebayanya
2. Keluarga Klien
Keluarga yang cukup harmonis
Ayah RN pulang kerumah hanya dua minggu sekali karna tempat kerjanya yang
jauh
Selain menjadi ibu rumah tangga, ibu RN juga aktif menjadi relawan di PAUD
disekitar rumahnya.
Tidak memiliki quality time
F. Pengolahan Data
1. Landasan Teoritik
Remaja adalah suatu proses dari anak – anak menjadi orang dewasa. Masa
remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan
perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan
banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh
dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat.
WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah
(Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja
awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17tahun),
dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
1. Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak angan-
angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Hal ini menyebabkan
remaja mempunyai angan - angan yang sangat tinggi, namun kemampuan yang
dimiliki remaja belum memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena sering
mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua. Pertentangan yang sering
terjadi ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja tersebut.
3. Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya remaja akan
mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan mereka melalui
dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan
remaja bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat
direalisasikan.
4. Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan mengakibatkan
kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan
remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul
bersama teman sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.
G. Diagnosa
Perkembangan pribadi siswa terhambat oleh kurangnya perhatian dan kasih sayang dari
orang-orang terdekatnya, sehingga siswa tersebut mencari kesenangan lain, bermain game
online dan berkumpul bersama teman-temannya hingga kehilangan waktu. Hal tersebut
membuat siswa malas menyelesaikan tugas, mengikuti proses pembelajaran dan terlihat lesu
sehingga sering tertidur di kelas dan bermain game online pada jam pelajaran.
H. Prognosa
Prediksi yang mungkin terjadi apabila kasus peserta didik tidak segera diberikan layanan
bimbingan adalah sebagai berikut.
1. Siswa akan semakin malas dalam menerima pelajaran.
2. Prestasi siswa menurun
3. Siswa gagal dalam mencapai cita-citanya.
4. Siswa akan merasa jenuh menerima pelajaran di sekolah.
Untuk kasus ini maka jenis teknik bantuan yang diberikan adalah bantuan penyuluhan
secara individual atau konseling dan juga bekerjasama dengan orang tua siswa. Dengan
penyuluhan, praktikan memberikan bantuan dengan komunikasi langsung melalui
percakapan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, mempersilahkan siswa
untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Hal-hal yang dapat terjadi seandainya layanan
bimbingan peserta didik segera diberikan kepada siswa kasus adalah :
K. Follow Up
Langkah yang dilakukan dalam follow up diantaranya adalah :
1. Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar RN dikelas.
2. Mengamati tingkah laku RN selama proses belajar
3. Memberikan motivasi kepada RN untuk selalu giat belajar dan percaya
sepenuhnya pada kemampuan yang dimilikinya.
4. Menggali informasi dari RN atau teman sekelasnya
5. Meminta bantuan kepada orang tua agar orang tua ikut aktif untuk
memberikan semangat.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, dkk. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Pratiwi, Anggun Ari. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Seks
Bebas Dengan Perilaku Seksual Remaja di Desa Kweni Sewon Bantul Yogyakarta. Karya
Tulis Ilmiah.
FEBRIANA W TUTO
202001500368
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
2023
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan tingkatan. Pada saat lahir,
manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Setiap hari ia
melakukan kontak dan interaksi dengan keluarga terutama orang tua. Pada fase ini bayi
ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja,
manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas dari pada keluarga.
Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas. Individu mulai berinteraksi dengan
teman sebayanya. Hal ini membuat keterampilan sosial individu makin meningkat. Jika nilai-
nilai ditanamkan oleh orang tuanya diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki
oleh individu tersebut bisa menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan
berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah ia pelajar dari fase
sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang
terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terhambat.
Akibatnya, remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti kenakalan dan perilaku
perilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying (Olweus, 1993:34).
Lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perkembangan
siswa, lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seorang siswa. Terjadinya banyak pengaruh
baik dari teman sebaya, maupun dari kakak kelas atau senior di lingkungan sekolah . Hal ini
dapat mengakibatkan beberapa dampak positif maupun negatif, dampak positif jika seorang
teman maupun kakak kelas memberikan motivasi dan arahan dalam belajar maupun persoalan
lainnya dalam dan luar kampus, akan tetapi keadaan sangat berbeda jika dampaknya negatif
seperti adanya sebuah perbuatan agresif yang disengaja dengan menggunakan tidak seimbangan
kekuasaan atau kekuatan. Sikap atau perilaku ini biasa disebut dengan penindasan atau bullying
(Rizal, 2013:32).
Saat ini bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat
Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan,
trauma dan tak berdaya.Perilaku bullying masih menjadi tanggung jawab bagi berbagai pihak,
khususnya pemerintah, sekolah dan orangtua. Kampus yang bertanggung jawab memberikan
rasa aman dan nyaman bagi anak-anak ketika menuntut ilmu serta membantu dalam
pembentukan karakter. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia sepanjang 2014
menunjukkan adanya 19 kasus perundungan di sekolah. Jumlah ini berdasarkan pengaduan
langsung, melalui media dan melalui surat elektronik. Kasus bullying ini mulai dari ejekan
hingga perlakuan kasar yang menyebabkan luka fisik. Komisi Perlindungan Anak (KPAI)
menyampaikan bahwa sejauh ini telah banyak laporan kasus bullying pada anak dari ejekan,
mengadu teman, mengancam bahkan sampai dipaksa minum air toilet(Pranawati, 2018)
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari berbagai pihak yang terjadi pada konseli “A”
salah satu siswa di SMA Vons Vitae 2 yang menjadi korban bullying. Dia merupakan siswa
kelas dua belas yang terus mendapatkan bullying dari teman sebayanya di sekolah, karena
perbuatan tersebut ia menjadi tidak nyaman dalam belajar sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kepercayaan diri pada siswa kelas dua belas ini. Ia pernah mendapatkan pengalaman
bullying pertama kali saat menginjak kelas satu SMA.Ia mengatakan bahwa ia diejek oleh
beberapa teman kelasnya dengan cara di olok-olok nama orang tuanya dengan suatu perkataan
yang buruk atau mengejek nama orang tuanya dengan senonoh. Akibatnya ia merasa jengkel
(sakit hati) kepada beberapa teman kelasnya yang membullynya. Hanya saja yang subjek
lakukan ketika itu adalah menangis serta diam saja, serta memendam perasaan jengkelnya
tersebut karena ia tidak berani mengolok-olok balik atau mengejek teman kelasnya yang
membullynya, karena jumlah dari teman teman kelasnya yang mengolok-olok atau mengejek
lebih dari dua orang. Secara fisik ia juga salah satu yang berbadan kecil di kelasnya, oleh karena
itu subjek tidak berani mengolok-olok balik karena takut terhadap teman-teman yang
memperolok subjek di kelasnya yang berbadan lebih besar, dengan alasan takut diajak berkelahi
atau di pukuli.
A. Perencanaan
B. Identitas
1. Klien
Nama Klien : Oktovianus D Demun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Lewodoli,06 Oktober 2003
Alamat : Jalan Murtadho 13 rt/rw 015/06
paseban senen Jakarta pusat
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Pelajar
2. Ayah
Nama Ayah : Theodorus T Kotan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Lewodoli, 12 April 1967
Alamat : Jalan Murtadho 13 rt/rw 015/06
paseban senen Jakarta pusat
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Karyawan Swasta
3. Ibu
Nama Ibu : Maria A Penuru
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Lewodoli 15 Agustus 1967
Alamat : Jalan Murtadho 13 rt/rw 015/06
paseban senen Jakarta pusat
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Guru
4. Susunan Keluarga
Nama L/P Tanggal Lahir Hubunga Keterangan
n
Oktovianus L 06 Oktober Anak Klien
D Demun 2003
Theodorus L 12 April 1967 Ayah Pegawai
T Kotan Swasta
Maria A P 15 Agustus Ibu Guru
Penuru 1967
C. Pengumpulan Data
1. Keadaan Klien
Berdasarkan data yang di peroleh dari survey awal di lapangan
menunjukkan bahwa bullying memang mempengaruhi kepercayaan diri.
Pengaruh bullying yang paling ia rasakan adalah mempengaruhi kepercayaan
diri yang menjadi semakin rendah, menjadi pribadi yang penakut, lebih
menutupi diri sendiri, tidak berani mengeksplor kemampuan minat dan bakat
yang ia miliki serta merasa tidak nyaman di sekolah, dan merasa tidak
bahagia.
D. Verifikasi Data
E. Klasifikasi Data
1. Anak
Anak Laki-laki berusia 20 tahun
Anak ketiga dari 3 bersaudara
Anak yang mengalami trauma akan bullying
Anak yang sebenarnya sangat aktif di kelas
2. Keluarga Klien
Ayah klien seorang karyawan swasta yang bekerja di sebuah
perusahan .Ayah klien seorang periang, pekerja keras dan sangat
bertanggung jawab pada keluarganya
Pendididkan terakhir ayah adalah S1
Ibu klien seorang guru di salah satu sekolah yang ada di daerah Jakarta
timur.Ibunya memiliki sifat penyanyang dan sangat displin
F. Pengolaan Data
Landasan Teoritik
G. Diagnosa
Berdasarkan data yang terkumpul maka dapat ditetapkan bahwa faktor penyebab
subyek kasus bullying sebagai berikut:
Faktor Internal, keinginan untuk diterima oleh temannya, melihat
temanteman yang terlihat lemah, tidak dapat membagi waktu untuk belajar
dan sibuk dengan bermain diluar, subjek kasus kurang mampu mengontrol
emosi, mudah marah.
Faktor eksternal, kurangnya ketegasan orang tua dalam mendidik anak,
kurang perhatian dari orang tua mengenai masalah belajar.
H. Prognosa
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab subjek kasus yang berperilaku bullying,
kemudian menetapkan alternatif bantuan yang akan diberikan pada subyek kasus
dalam proses konseling individual. Untuk membantu subyek mengatasi masalahnya
digunakan model konseling Behavioral Therapy. Ada pun teknik-teknik yang
digunakan dalam proses konseling adalah, Desensitisasi sistematis, latihan
asertif/ketegasan, pengondisian operan.
1. Untuk Klien
Mmemberikan penguatan dan kenyakinan kepada klien bahwa ia
memiliki kekuatan untuk berubah dari keadaan semula
Mengarahkan klien untuk mengubah tingkah lakunya negatif menjadi
positif
Membimbing klien untuk memahami bahwa perilaku bullying dapat
mempegaruhi nilai nya sendiri dan merugikan orang lain
Mengakui perbuatan dan memahami dengan baik dan tidak melakukam
bulying di sekolaj dengan tidak melakukan bullying terhadap temannya
Memberikan pengutana intermiten atau memberikan ganjaran untuk
memelihara perbuatan tingkah laku yang telah di capai
2. Untuk Sekolah
Guru harus bisa bersikap tegas jika ada kasus pembullyan di
lingkungan sekolah.
Teman-temannya dan gurunya mau untuk bekerja sama membantu
klien supaya bisa lebih percaya diri.
3. Untuk Klien
berani untuk memulai dan tampil lebih percaya diri.
mengurangi pikiran negatif yang berlebihan jika belum mencoba
memulai.
Bersikap lebih terbuka pada orang tua, keluarga, dan saudara.
Mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh klien supaya dirinya
merasa juga memiliki nilai lebih seperti teman-temannya.
K. Follow Up
Orang tua diminta kerjasamanya untuk tetap mengawasi cara belajar ananknya
di rumah serta perilaku dan memantau aktivitasnya agar tidak terjadi sikap
yang negatif, menanamkan nilai agama dan moral secara kontinyu.
Wali kelas memantau kegiatan siswa tersebut terutama di dalam kelas dan
memonitor kemajuan belajar subjek kasus secara terus-menerus.
Guru bimbingan dan konseling memantau perkembangan siswanya agar tetap
mengembangkan perilaku positifnya dan tidak terpengaruh pada hal-hal yang
kurang baik bagi dirinya.
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Dra. Sumaryati T., M.Pd.
S6B
2023
Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan di SMA diharapkan dapat membangun pribadi yang
mampu bersaing dan menjembatani individu dalam meraih kesuksesan baik dalam dunia
pendidikan maupun dunia kerja. Pendidikan menengah bertujuan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi (Sisdiknas, 2003).
Penyelenggaraan pendidikan di SMA memang tidak secara khusus diarahkan untuk
menghasilkan lulusan yang siap kerja, akan tetapi lulusan SMA diharapkan dapat
membangun pribadi yang mampu bersaing dan menjembatani individu dalam meraih
kesuksesan baik dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja (Sisdiknas, 2003). Siswa
SMA berada pada masa remaja madya yang berusia antara 15-18 tahun dan telah memiliki
minat terhadap pekerjaan. Hal tersebut juga diwujudkan dalam proses pembentukan
orientasi, minat, dan rencana masa depan individu (Desmita, 2009).
Penentuan pilihan karir didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri berdasarkan
pada pemahaman mengenai kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di
masyarakat. Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah
dapat dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan
hidup dalam usaha menggapai kehidupan yang baik di masa mendatang. Setelah siswa
melewati tahap kelulusan pendidikan di tingkat SMA, selayaknya ia melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Akan tetapi, sistem pendidikan di perguruan tinggi
berbeda dengan pendidikan di SMA, salah satu perbedaan utama adalah perguruan tinggi
memiliki banyaknya pilihan fakultas dan jurusan. Hal tersebut mengakibatkan banyak
siswa mengalami kesulitan untuk memilih jurusan di perguruan tinggi yang sesuai minat,
kemampuan intelektual serta harapan karir setelah lulus dari perguruan tinggi tersebut.
Peran konselor atau guru BK sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensi diri dan memberikan orientasi masa depan kepada peserta didik
agar mencapai penentuan karir yang diinginkan. Salah satu cara guru bk melakukan hal
tersebut yaitu dengan studi kasus. Dari permasalahan-permasalahan peserta didik yang
bingung menentukan masa depan nya.
Dengan demikian, penulis melakukan studi kasus secara nyata di SMA NEGERI 93
JAKARTA untuk mendalami permasalahan yang dialami siswa khususnya permasalahan
mengenai orientasi masa depan untuk menentukan karir.
I. Prakiraan Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis dapat diketahui bahwa peserta didik
mengalami kebimbangan untuk menentukan masa depan nya dan tidak memiliki gambaran
untuk masa depan. Sedangkan siswa SMA kelas 12 adalah kelas akhir untuk para siswa
melanjutkan pendidikan ataupun memilih pekerjaan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun,
ada permasalahan yang di alami klien yaitu tidak mengetahui betul mengenai jurusan di
perguruan tinggi dan bidang-bidang pekerjaan, sehingga klien bimbang dan tidak memiliki
gambaran yang pasti untuk menentukan karir nya. Oleh karena itu, klien sangat
membutuhkan bantuan layanan dari guru BK untuk melakukan bimbingan dan konseling
untuk mengatasi kebimbangan karena tidak ada gambaran untuk masa depan dan untuk
menentukan karir ke depannya.
B. Identitas
1. Klien
Nama : Sisila Dya
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Desember 2006
Agama : Islam
Alamat : Jl. Swadaya RT.4/RW.9, Jakarta Timur
Kewarganegaraan : WNI
2. Ayah
Nama : Hermanto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 23 Juni 1977
Agama : Islam
Alamat : Jl. Swadaya RT.4/RW.9, Jakarta Timur
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
3. Ibu
Nama : Jihanaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Februari 1980
Agama : Islam
Alamat : Jl. Swadya RT.4/RW.9, Jakarta Timur
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan Akhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Susunan Keluarga
NAMA L/P Tanggal Lahir Hubungan Keterangan
Hermanto L Surabaya, 23 Juni Ayah Wirausaha
1977
Jihanaya P Jakarta, 1 Februari Ibu Ibu Rumah
1980 Tangga
Sisila Dya P Jakarta, 30 Desember Anak I/Klien Klien
2006
Rafatyo L Jakarta, 7 Juli 2013 Anak II Siswa
C. Pengumpulan Data
1. Keadaan Diri Klien
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara yang juga adalah seorang siswa
yang berusia 17 tahun yang berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan. Ayah
klien sebagai pedagang sayur di pasar sedangkan ibu nya adalah sebagai ibu rumah
tangga. Dengan latar belakang keluarga yang tidak mengetahui banyak hal tentang
karir membuat klien bimbang untuk menentukan masa depan nya apakah bekerja
atau kuliah.
Klien merasa orang tua nya kurang mendukung jika klien ingin kuliah karena
tidak ada biaya untuk membayar kuliah. Sedangkan, dari lubuk hati klien ingin
kuliah namun klien tidak ingin membuat susah kedua orang tua nya. Hal ini
menunjukknya bahwa klien sangat minim mengetahui banyak hal tentang karir
dimasa depan dan merasa bimbang untuk menentukan masa depan.
2. Keadaan Keluarga Klien
Keadaan keluarga klien damai dan saling memahami walaupun keluarga ini
memiliki ekonomi yang kurang baik akan tetapi mereka saling menyayangi. Orang
tua SD dan SD tidak pernah membahas hal yang berkaitan dengan karir SD, orang
tua SD hanya menyarankan SD untuk bekerja saja. Keadaan seperti itu membuat
klien merasa tidak menerima terhadap saran yang disarankan orang tua nya untuk
bekerja saja tidak usah kuliah karena pada dasarnya klien ingin kuliah tetapi bimbang
untuk menentukan jurusan apa yang cocok dengan nya. Hal ini membuat klien tidak
memiliki arah untuk penentuan karirnya.
3. Keadaan Fisik Klien
Klien termasuk anak yang sehat, klien tidak pernah menderita penyakit yang
serius, memiliki alis yang tebal, mata yang tajam dan belo, kulit nya sawo matang,
berbadan gemuk dengan berat badan 68 dan tinggi 155 cm dan berhijab.
4. Keadaan Klien di Sekolah
Jika di sekolah klien memiliki banyak teman karena klien termasuk anak yang
supel. Klien termasuk anak yang rajin dan disiplin akan tetapi pada saat kegiatan
belajar mengajar dikelas klien kurang aktif dalam bertanya jika mengalami
ketidakpahaman dalam belajar hal ini dilatar belakangi karena klien tidak percaya
diri.
D. Verifikasi Data
Berdasarkan data yang diperoleh melalui Observasi dan Wawancara terdapat
persamaan informasi dari klien dengan orang tua klien. Hal ini dapat dilihat dari
ketidaksetujuan orang tua untuk klien melanjutkan ke perguruan tinggi karena orang tua
tidak mampu untuk membiayai kuliah klien.
E. Klarifikasi Data
1. Klien
Anak berusia 17 tahun
Anak yang supel dan disiplin
Anak yang ragu akan masa depan nya
Anak yang diperintahkan orang tua untuk bekerja saja
Anak yang mengalami kebimbangan menentukan karir dimasa depan nya
2. Keluarga Klien
Ayah yang bekerja sebagai wirausaha di salah satu pasar
Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
Orang tua dan SD kurang berkomunikasi membicarakan karir SD
Orang tua yang mengharuskan klien untuk bekerja saja tidak kuliah
3. Keadaan Fisik Klien
Tinggi badan 155 cm
Berat badan 68 kg
Berhijab
Memiliki alis yang tebal
Memiliki mata yang tajam dan belo
Berkulit sawo matang
4. Keadaan Klien di Sekolah
Anak yang supel dan mudah bergaul
Anak yang kurang aktif jika kegiatan belajar mengajar berlangsung
Anak yang tidak percaya diri
5. Keadaan Klien di Masyarakat
Anak yang rajin karena suka membantu ibu ketika dirumah
Anak yang sopan kepada tetangganya.
F. Pengolahan Data
1. Landasan Teori
Orientasi karir adalah pemahaman seseorang terhadap gambaran pribadi yang
mendorong untuk melakukan pemilihan karir dan percaya bahwa orientasi karir
sangat dipengaruhi dandiperkuat oleh faktor-faktor internal seseorang. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa orientasi karir merupakan pemahaman terhadap pekerjaan
atau karir yang akan dimiliki oleh individu dengan tujuan yang berbeda sesuai bakat
dan minat yang dimiliki. Menurut Slameto, Seligman, dan Holland dalam Margareth
(2006), faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam orientasi karir dibagi menjadi
dua kelompok. Pertama, faktor dari dalam diri siswa yang meliputi minat,
kepribadian, dan citra/konsep diri. Sedangkan faktor dari luar diri remaja meliputi
orangtua, teman sebaya, lingkungan sosial ekonomi budaya, dan saran tes bakat
minat.
Sedangkan menurut Super (2008) orientasi karier adalah kesiapan individu
dalam membuat keputusan karier yang tepat, sesuai dengan harapan di masa depan
berdasarkan tujuan, pemahaman diri dan pertimbangan akan peluang.
Dengan adanya orientasi karir tak sedikit siswa yang mengalami kebimbangan
untuk menentukan karir di masa depan nya. Beberapa penelitian memperkirakan
bahwa 50% siswa yang terlibat dalam penelitian mengenai pengambilan keputusan
karier, hal ini menunjukkan bahwa mereka mengalami masalah kebimbangan karier
(Gianakos dalam Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Persoalan kembimbangan karier
muncul karena banyaknya pilihan jurusan dan pekerjaan yang tersedia, adanya
pertimbangan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan nilai yang dianut individu
dan adanya pertentangan antara beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan (Creed dkk., 2006).
2. Diagnosa
SD merasa tidak menerima saran orang tua nya untuk bekerja saja karena
keinginan SD adalah ingin kuliah. Akan tetapi, ekonomi keluarga SD cukup sulit
untuk membiaya kuliah SD. Namun, SD pun sangat bimbang dan bingung untuk
berkuliah di jurusan apa karena SD rasa dia belum bisa menemukan jurusan yang SD
bisa tekuni dan sesuai dengan minat bakat nya. Hal ini terjadi karena SD tidak
mengetahui informasi terkait dengan jurusan di perguruan tinggi ataupun bidang-
bidang dalam pekerjaan.
3. Prognosa
Langkah yang akan diambil yaitu dengan melakukan bimbingan konseling
terhadap SD dan orang tuanya dengan melibatkan guru BK sebagai penengah dari
permasalahan ini.
I. Follow Up
Setelah tahap tretment telah dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal
dan membantu klien untuk mengatasi permasalahannya. Follow Up (Tindak Lanjut)
merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk mengikuti perkembangan klien
selanjutnya. Tindak lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan yang dialami klien atas bantuan yang telah diberikan.
Maka dari itu diperlukan follow up, sebagai berikut :
Guru BK memberikan penjelasan dan informasi terhadap klien mengenai perguruan
tinggi dan bidang pekerjaan
Memberikan motivasi kepada klien terkait keputusan karir untuk menentukan masa
depan klien
Meminta bantuan kepada orang tua dan teman untuk memberikan informasi
mengenai karir sesuai minat yang di miliki klien
Guru BK harus lebih memperhatikan para siswa mengenai orientasi karier untuk
menentukan masa depan peserta didik
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi Sultana Dwi Adiyanto,Eko Nusantoro. 2021. "Pengaruh Resiliensi terhadap Orientasi
Karir Siswa Kelas XII SMA Se-Kecamatan Candisari Semarang". Jurnal.
Semarang:Universitas Negri Semarang.
Putri Fathia Fadilla, Sri Muliati Abdullah. 2019. "Faktor Pengambilan Keputusan Karier Pada
Siswa SMA Ditinjau Dari Social Cognitive Theory". Jurnal. Yogyakarta:Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.
Sari Zakiah Akmal. 2019. "Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebimbangan Karier Pada Siswa
Sma Kelas Xii". Jurnal. Jakarta:Universitas YARSI
Sri Maslihah. "Pelatihan Orientasi Masa Depan Untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja
Dalam Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan". Jurnal.
Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Yoaneta Olla, Sri Muliati Abdullah. 2020. "Peran Orientasi Karier Dengan Pengambilan
Keputusan Karier Pada Siswa Kelas Xii". Jurnal. Yogyakarta:Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
STUDI KASUS BIMBINGAN DAN KONSELING
BIDANG KELUARGA
Disusun oleh:
202001500414
S6B
Dosen pembimbing:
2021/2022
I. Latar belakang
Didalam sebuah keluarga akan terjadi sebuah proses pembudayaan dari orang tua
kepada anak yang awal adalah pengenalan anggota keluarga, sesama anggota dalam
lingkungan masyarakat dengan diikuti pembinaan nilai serta norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Nilai yang bersumber dari lingkungan, terutama pada lingkungan keluarga
sendiri merupakan unsur terpenting yang akan menentukan bagaimana kepribadian seseorang
dikemudian hari.
Nilai –nilai moral tersebut menjadi sebuah perintah serta kewajiban untuk semua
orang agar dapat selalu memelihara ketertiban dan keamanan, berbuat baik kepada orang lain,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, larangan untuk berbuat sesuatu yang
merugikan orang lain dan dirinya sendiri seperti halnya berjudi, berzina, mencuri,
membunuh, menggunakan narkoba dan minuman keras. Seseorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan moral yang ada dalam
masyarakat sekitarnya atau moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Tidak
sedikit kasus-kasus moral yang terjadi saat ini seperti tindakan-tindakan kriminal atau
perilaku yang menyimpang pada anak atau remaja baik itu melalui media elektronik atau
media massa, seperti televisi, radio, koran dan lain sebagainya. Ironisnya kebanyakan dari
kasus penyimpangan ini dilakukan oleh kalangan remaja. Sudah menjadi kewajiban orang tua
melakukan pengasuhan dan pembinaan terhadap anak, agar dia dapat berkembang secara
optimal sehingga menjadi generasi yang berkualitas dari segala aspek. Tidak hanya
pengasuhan, orang tua juga berkewajiban memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu peran orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak sangat
mempengaruhi perilaku pada anak. Akan tetapi tidak semua orang tua memiliki kebiasaan
mengasuh anak dengan pola pengasuhan yang sama dalam mendidik anak, tidak pula setiap
orang tua memiliki kesamaan dalam mengambil keputusan dan sikap karena setiap orang
memiliki kepribadian serta karakteristik yang berbeda pada setiap individu terutama dalam
pengasuhan anak. Pada kehidupan sehari-hari beberapa orang tua mengharapkan bahkan
menginginkan anaknya mengikuti jejaknya, ada pula beberapa orang tua yang membebaskan
dan tidak sedikit pula orang tua yang bersikap masa bodoh.
C. Pengumpulan Data
1. Keadaan Diri Klien
Yuda merupakan anak dari keluarga pemulung, anak semata wayang yang
memiliki jiwa semangat karena ingin sekali membantu kedua orang tuanya. Sejak
kecil yuda sudah membantu ayahnya dalam mencari barang – barang rongsok
untuk di jual lagi. Sekarang Yuda berusia 12 tahun dan sudah tidak melanjutkan
sekolah karena tidak ada biaya.
2. Keadaan Keluaga Klien
Keadaan keluarga Yuda terbilang cukup kekurangan dalam segi ekonomi dan
tinggal dirumah dalam gubuk yang ayah Yuda bangun disekitar pemukiman kp
pemulung. Ayahnya sangat bekerja keras untuk menafkahi istri dan anaknya
hingga sering terlambat untuk makan.
3. Keadaan Fisik Klien
Keadaan Yuda sangat sehat dan prima karena masih terlalu kecil untuk
memikulkan beban hidup di usia yang masih kanak – kanak. Dengan kulit sawo
mateng serta memiliki berat 48 kg dan tinggi badan 139cm.
4. Keadaan Klien Di Sekolah
Yuda sangat prihatin dalam perihal Pendidikan, karena Yuda hanya dapat duduk
dibangku Sekolah Dasar hingga kelas 5. Setelah kenaikan kelas orang tua Yuda
tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pembayaran. Tetapi Yuda memahami
kondisi kedua orang tuanya dan bahkan Yuda ikut dalam mencari uang untuk
tambahan.
5. Keadaan Klien Di Masyarakat
Yuda dikenal oleh tetangga di kp pemulung adalah orang yang memiliki semangat
tinggi dan pantang menyerah, Yuda lebih banyak diam dan jarang berkomunikasi
dengan para tetangga.
D. Verifikasi Data
Dari data yang diperoleh memlalui daftar cek masalah, angket, dan wawancara.
Menunjukan adanya kecocokan informasi baik dari Yuda, Guru Bidang Studi, Wali Kelas,
Dan Orang tua Yuda. Hal ini menunjukan adanya keterikatan informasi yang saling
mendukung sehingga data yang diperoleh dapat diolah dan disajikan sebagai laporan studi
kasus.
E. Klasifikasi Data
1. Yuda
Anak laki – laki yang berusia 12 tahun
Anak tunggal
Anak yang memiliki semangat tinggi
Anak yang harus rela tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya
2. Keluarga Yuda
Ayah Yuda mencari botol – botol bekas dan memiliki semangat hidup tinggi
Ibu Yuda membantu dengan mengumpulkan kardus – kardus bekas untuk
dikilokan.
Pintar mengatur keuangan keluarga, walaupun tinggal di pemukiman
pemulung tetapi mampu membuat sejahtera keluarga kecilnya.
3. Keadaan Fisik
Memiliki berat badan sedikit kurang berisi
Memiliki tinggi yang kurang
Memiliki ketahanan fisik yang kuat
4. Keadaan Yuda di Sekolah
Memiliki nilai yang tinggi
Hanya mampu sampai kelas 5 SD
Selalu datang tepat watu
5. Keadaan Yuda di Masyarakat
Melakukan pekerjaan apapun
Membantu sesama pemulung
Sifat toleransinya tinggi
F. Pengolahan Data
(Lipschutz,2000) Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal yaitu:
Menurut Sugiyono (2016: 193) Teknik pengumpulan data adalah suatu langkah yang
dinilai strategis dalam penelitian, karena mempunyai tujuan yang utama dalam memperoleh
data. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut: Observasi Menurut Kartono
(1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut: “studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah: “mengerti ciri-ciri dan
luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena
sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”
Untuk Klien
1. Follow Up
Setelah tahap treatment supaya hasil yang diperoleh dapat maksimal untuk membantu
peserta didik dalam mengatasi permaslahannya. Maka diperlukan beberapa follow up seperti:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jurnaldiklus/article/view/23846/11823