Anda di halaman 1dari 15

Laporan Penelitian Anak Bermasalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan pada anak SD sangat penting untuk kita perhatikan karena mengingat adanya
suatu kenyataan bahwa setiap orang dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari permasalahan.
Masalah yang sering dihadapi anak SD adalah anak sulit dalam bekerjasama dengan teman, sehingga
dapat menimbulkan masalah terhadap proses pembelajaran. Kita sebagai pendidik harus bisa mengatasi
perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif dengan mengembangkan
keterampilan yang khusus dan memelihara lingkungan belajar yang sehat, sehingga apa yang dicita-
citakan anak dan pendidik dapat terwujud. Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin bisa
dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang
bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat
dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak
dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang sangat sulit di atur (hiperaktif) emosinya di
kelas. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami
kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal dan pengajaran yang diberikan dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.

B. Tujuan Penulisan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
memberikan layanan siswa yang secara individual serta pembuatan laporan studi kasus. Pelaksanaan
studi kasus merupakan persyaratan dalam mengikuti mata kuliah Studi Kasus. Kegiatan studi kasus
relatif sama dengan kegiatan siswang yang sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
kegiatan ini merupakan awal bagi calon dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana
siswang sesungguhnya di lapangan.

Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik data pribadi maupun data tentang lingkungan
(lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang turut mempengaruhi keberadaan
siswa.

Meskipun data ini merupakan sesuatu yang bersifat rahasia bagi siswa, namun tentunya tidak akan
menimbulkan dampak negatif dan merugikan si siswa. Sebaliknya, siswa justru memperoleh sesuatu
yang bersifat positif dan menguntungkan bagi dirinya guna memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, untuk menjaga keraasiaan data tentang siswa yang berupa penyamaran
nama dan kesedian penulis untuk tidak memberitahukan pada orang lain. Hal ini bermaksud untuk
menjamin kerahasiaan masalah yang dialami oleh siswa yang bersangkutan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis kasus yaitu dengan cara observasi dan
wawancara langsung terhadap wali kelas siswa yang diteliti, dan dalam hal ini yaitu masalah anak
hiperaktif yang kurang mampu dalam menerima pengajaran yang telah diberikan oleh guru. Kemudian
akan dibahas langsungpada bab selanjutnya.

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Analisis ( Pengumpulan Data )

1. Hasil Wawancara di SD Blumbungan II didapatkan anak yang bermasalah yaitu anak hiperaktif :

a. Identitas Anak

1. Nama : Ahmad Wahyu

2. Tempat Tanggal Lahir : Pamekasan, 30 Juli 2008

3. Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

4. Nama Orang Tua : Ayah : Supriyatna

Ibu : Khodijah

5. Pekerjaan : Ayah : PNS

Ibu : Ibu rumah tangga

6. Alamat : Jln Perjuangan gang 8 Rt 21

7. Jenis-jenis Masalah : - Anak tidak memperhatikan pelajaran

- Anak yang suka mengganggu teman


- Anak berintelegensi rendah

2. Hasil Observasi

Dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung anak tersebut selalu mengganggu proses belajar
mengajar seperti ketika guru sedang menerangkan dia selalu ikut berbicara dan dia tidak
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, tapi ketika guru bertanya dan menyuruh muridnya ke
depan dia selalu ingin menjadi yang pertama menjawab pertanyaan guru tersebut hanya saja jawaban
yang ia berikan salah, dia hanya ingin mencari perhatian dari gurunya selain itu juga dia selalu
mengganggu teman-temannya misalnya saja dia suka mengelitik teman yang ada disampingnya ataupun
di depannya sehingga membuat temannya merasa tidak nyaman atau terganggu.

B. Sintesis

Melihat dari tingkah laku Wahyu yang suka mengganggu temannya ketika belajar dapat
dikatakan bahwa Wahyu merupakan anak yang hiperaktif, tetapi kemampuan belajarnya sangat kurang,
sehingga anak ini dapat digolongkan ke dalam anak yang hiperaktif dengan intelegensi rendah.

C. Diagnosis Masalah

Dari hasil wawancara didapatkan keterangan bahwa Wahyu merupakan anak yang kurang sekali
dalam belajar dia sulit sekali dalam menerima pelajaran dikarenakan dia jarang memperhatikan ataupun
dia jarang berkonsentrasi ketika guru sedang menjelaskan yang dia lakukan hanya bermain-main saja
sehingga hasil atau prestasinya menurun tetapi dia memiliki keberanian yang tinggi ketika guru
menyuruh murid ke depan untuk mengerjakan soal yang diberikan dia selalu menjadi yang pertama,
hanya saja jawabannya kurang tepat. Oleh karena itu guru sering menegur dia agar dia memperhatikan
dan melarang dia tidak melakukan kegaduhan di dalam kelas yang bisa mengganggu temannya yang lain,
maka dari itu guru mencari tahu kepada orang tuanya apa yang menyebabkan tingkah laku anaknya
yang sering membuat kegaduhan, ternyata orang tuanya Wahyu memperhatikan keseharian anaknya
dan kurang sekali dalam memberikan kasih sayang sehingga anak tersebut sering mencari perhatian
kepada gurunya atau teman-temannya. Misalkan saja ketika belajar dia sering membuat suasana kelas
gaduh yang menyebabkan guru dan teman-temannya terganggu.

Dari hasil diagnosis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Wahyu merupakan anak yang
hiperaktif dengan intelegensi yang rendah dikarenakan dia kurang perhatian dan kasih sayang dari orang
tuanya sehingga dia mencari perhatian kepada orang lain.

D. Prognosis Masalah
Langkah awal untuk mengatasi anak hiperaktif guru/ peneliti harus melihat faktor
penyebabnya, bila faktor penyebab itu berkaitan dengan keluarga maka guru/peneliti harus
bekerjasama dengan orang tua anak untuk membantu mengatasinya dan bila faktor penyebabnya dari
fisik anak maka kita sebagai seorang guru harus bisa memberikan tugas-tugas belajar kepada anak agar
anak bisa memusatkan perhatian dalam belajar sehingga anak bisa tenang dan berkonsentrasi dalam
belajar.

Ternyata factor penyebabnya adalah orang tuanya kurang memperhatikan keseharian anaknya dan
kurang sekali dalam memberikan kasih sayang sehingga anak tersebut sering mencari perhatian kepada
gurunya atau teman-temannya. Misalkan saja ketika belajar dia sering membuat suasana kelas gaduh
yang menyebabkan guru dan teman-temannya terganggu .

Jadi langkah awal yang saya/guru lakukan adalah berkerjasama bersama orang tua anak untuk
membantu mengatasi masalah tersebut misalkan saja orang tua harus lebih perhatian kepada anaknya

Selain itu anak yang mengalami masalah hiperaktif dengan intelegensi rendah dapat ditangani
dengan cara sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk duduk di depan atau dekat dengan guru agar

perhatian guru tidak terlepas dari anak tersebut.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba menyelesaikan semua tugas yang

diberikan guru agar anak tersebut bisa mandiri tidak tergantung kepada orang lain.

3. Memberikan waktu istirahat kepada anak agar tidak merasa kecapaian karena sering

menguras tenaganya dengan menggerak-gerakan anggota badannya.

4. Guru bersama orang tua harus bisa bekerjasama dalam memberikan perhatian terutama

orang tua sangat berperan sekali dalam kehidupan anaknya. Apabila orang tua kurang dalam
memberikan perhatian dan kasih sayang maka anak tersebut akan mencari perhatian terhadap orang
lain.

5. Guru harus bekerjasama dengan dokter untuk mengatasi anak yang hiperaktif sebab anak-

anak tersebut memerlukan pengobatan secara medis.

E. Treatment Masalah

1. Treatment Disekolah

Peneliti memberikan saran kepada guru untuk menangani anak seperti Wahyu dengan cara:
a. Guru harus bisa memberikan pengarahan kepada anak bahwa apa yang dilakukannya itu

salah dan banyak merugikan orang lain.

b. Guru memberikan motivasi kepada anak dengan cara memberikan pujian -pujian dan hadian

agar anak tersebut semangan dalam belajar sehingga dia memperhatikan apa yang

disampaikan guru.

c. Guru memberikan tugas kepada anak agar anak tersebut bisa mengembangkan atau

merangsang kemampuan berpikirnya.

2. Treatmen Dirumah

Peneliti menyarankan kepada orang tua Wahyu agar lebih memperhatikan anaknya, dengan
cara memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya, menjalin komunikasi yang
baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik,
hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan dan etika ,menasehati anak sebaiknya
jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar anak mudah memahami dan tidak menggunakan kekerasan.

E. Kendala dan Solusi

1. Kendala

Anak tersebut dalam kegiatan belajar mengajar sulit memperhatikan dan berkonsentrasi yang dia
lakukan hanya bermain-main saja sehingga mengganggu orang lain dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Solusi

Agar Wahyu memperhatikan dalam pembelajaran, makahal yang harus dilakukan oleh guru yaitu :

a. Guru dalam mengajar harus menarik sehingga kondisi dalam kelas tenangdan anak pun

dalam belajarnya senang.

b. Guru harus menggunakan media sesuai dengan bahan ajar.

c. Guru menjauhkan pengaruh yang mengganggu konsentrasi belajar anak.

d. Guru memberikan pengertian manfaat bahan ajar yang akan diajarkan pada siswa.

e. Guru terlebih dahulu mendekati anak tersebut dan mencari apa penyebab anak bisa
berperilaku seperti itu.

f. Guru memberikan nasehat kepada anak tersebut dan mengadakan konsultasi kepada orang

tuanya.

F. Tindak Lanjut

Demi kelancaran penanganan masalah maka perlu adanya tindak lanjut supaya anak yang
bermasalah tidak kembali pada permasalahan sebelumnya, untuk itu dalam menindaklanjuti anak yang
bermasalah ini, adalah:

1. Guru mengadakan komunikasi dengan orang tua untuk mengatasi masalah secara bersama.

2. Selalu memberikan pengertian agar anak tersebut tidak melakukan masalah lagi.

3. Selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengerjakan tugas-tugas yang bisa

membuat anak tersebut mandiri.

4. Memberikan bimbingan pribadi kepada siswa agar bisa bertingkah laku baik lagi.

Setelah melakukan Observasi dan wawancara terhadap guru kelas siswa yang bersangkutan,
maka dapat diketahui bahwa penyebab masalah yang dihadapi Wahyu, siswa kelas 2 SD di SDN
Blumbungan II Pamekasan yaitu kurangnya perhatian dari orang tua sehingga anak cenderung nakal dan
kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, begitupun juga lingkungan yangkurang mendukung
karena dia berteman dengan anak-anak yang jugamemiliki masalah yang sama dengan dirinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil observasi yang telah saya lakukan banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi, maka dari itu
kita sebagai calon guru harus bisa membimbing pribadi siswa dan memberikan pelayanan bimbingan
jiwa bagi dirinya sendiri maupun siswa. Maka dari itu kita harus bisa mengembangkan pribadi yang baik
dan mandiri.
Permasalahan yang dialami anak SD bermacam-macam jenisnya. Maka dari itu kita harus bisa
mengetahui faktor penyebab anak melakukan masalah dan solusi apa yang terbaik untuk mengatasinya.
Bimbingan dan konseling menjadi sarana mengatasi anak seperti Wahyu, baik bimbingan konseling yang
dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang
tua dalam menangani anak tersebut. Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak
yang mempunyai masalah seperti Wahyu, akan sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi
amasa depan anak tersebut.

B. Saran

Agar permasalahan yang terjadi pada anak tidak terulang kembali, hendaknya guru sering
memberikan bimbingan dan pengertian kepada anak. Selain itu juga guru lebih sering memberikan
penugasan supaya anak dapat mengembangkan dan rangsangan untuk berpikir.

Daftar Pustaka

Abu Bakar Baraja. 2004. Psikologi Perkembangan, Jakarta, Studio Pers.

Wahyuni, Karsih. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung : PT Refika Aditam.
22222

STUDI KASUS ANAK YANG BERMASALAH

Ulfa Mia Syahdana (BK - 2A)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai
permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga, lembaga tertentu atau
bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu
usaha pemberian bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan alam memberikan
bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik) secara keseluruhan, baik masalah
yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh
bimbingan yang tepat dan terarah.

Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka seorang pembimbing maupun
konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi
berbagai aspek, seperti: aspek sosial kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi,
masalah belajar dan sebagainya. Dalam rangka mencari informasi peserta didik dan tentang sebab-
sebab timbulnya masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka
diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang terkait dengan
permasalahan yang ada.

B. Tujuan Observasi

1. Untuk mengetahui masalah belajar peserta didik.

2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan pribadi siswa yang dianggap mempunyai
masalah belajar.
3. Membantu peserta didik dalam menyesuaiakan diri dengan lingkungan.

4. Membantu siswa memecahkan masalah dan mengembangkan potensi belajar siswa secara
optimal.

C. Manfaat Observasi

1. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu
permasalahan yang dihadapi anak SD.

2. Membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami kemampuan dirinya dan lingkungan
dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB II

PEMBAHASAN

Description: IMG_0004.JPGA. Profil Anak Berperilaku Bermasalah

1. Nama : Nurul Dwi Novianti

2. TTL : Jakarta, 15 November 2007

3. Usia : 8 tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. Bintara IV Rt 04/015 No. 45

Kel. Bintara Kec. Bekasi Barat.

7. Saudara kandung : 3
8. Keadaan sosial ekonomi : Kurang

9. Situasi belajar di rumah : Kurang

10. Bahasa sehari-hari : Bahasa Indonesia

B. Jenis Masalah yang Dihadapi

Nurul adalah anak dari ibu Maimunah, Nurul merupakan siswi kelas II di SDN 04 Pondok Kopi. Ia
bermasalah di rumah maupun di kelasnya yaitu karena malas dan kurang motivasi untuk belajar. Selain
itu Nurul merupakan anak yang pendiam di kelasnya tetapi berbeda jika sudah sampai di rumah, ia
menjadi banyak bicara bahkan sempat menggunakan bahasa-bahasa kotor dalam berkomunikasi
bersama teman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan diperkirakan jenis masalah yang dihadapi
Nurul yaitu kurangnya motivasi belajar dan perhatian orang tua.

Dari informasi yang didapat, Nurul merupakan anak dari keluarga yang kondisi ekonominya
rendah sehingga menyebabkan ayahnya harus bekerja menjual es krim keliling dan malamnya menjadi
buruh kerja di sebuah pabrik. Selain itu ibunya harus mengurus kedua adiknya yang masih berumur 2
tahun sehingga kurang memperhatikan anaknya Nurul, kemudian yang menyebabkan Nurul malas juga
karena faktor kemampuan Nurul yang minim (belum bisa membaca) dan minat dalam belajar tidak ada.
Ini semua yang menyebabkan Nurul malas dan kurang motivasi dalam belajar.

Perilaku bermasalah yang dilakukan oleh Nurul tidak semata-mata terjadi begitu saja dengan sendirinya,
ada faktor-faktor yang melatar belakanginya yaitu:

a. Faktor dari dalam (internal) :

· Minimnya kemampuan yang dimiliki.

· Minat untuk belajar kurang.

· Lemahnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

· Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. Faktor dari luar (eksternal) :

· Faktor Keluarga

Ayah Nurul bekerja dari pagi sampai tengah malam dan ibunya yang harus menjaga dan mengurusi
kedua adiknya serta kadang membantu suaminya berjualan es krim sehingga Nurul kurang perhatian
dan kasih sayang dari keluarganya.

· Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik menjai salah satu penyebab Nurul berperilaku bermasalah
di sekolah, terjadi beberapa kemungkinan bisa jadi karena penghasilan dari ayah Nurul yang tidak sesuai
dengan jumlah beban tanggungan daam keluarga, sehingga kebutuhan kadang tidak terpenuhi.

| Pragnosa

Dari kasus tersebut maka Nurul sedang mengalami masalah yaitu kurang motivasi untuk belajar karena
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Dari rumusan, jenis, dan bentuk masalah yang
sedang dihadapi Nurul, maka dibuat alternatif yaitu berupa tindakan bantuan seperti dibeerikannya
motivasi yang cukup dan juga kasih sayang kepada Nurul baik orang tua, guru, teman, dan oran-orang
yang ada disekitarnya. Terutama yang paling berpengaruh disini perhatian dari pihak orang tua sangat
diperlukan.

C. Cara menangani

Pada kasus Nurul dengan kurangnya motivasi untuk belajar telah direncanakan untuk memberikan
bantuan secara berlanjut dan individual. Pada tahap pertama, diadakan pendekatan secara pribadi
terhadap Nurul yaitu dengan menanyakan terlebih dahulu seperti apa keadaan orang tuanya di rumah,
bagaimana hubungan dengan orang tuanya, merangkul dan mengajak serta memberi perhatian bahkan
kasih sayang yang lebih kepada Nurul sehingga ia terbuka dan mau menceritakan semua masalah yang
sedang di hadapinya. Kemudian pemberian terapi ini tidak hanya dilakukan sekali bahkan harus
beberapa kali dan terus berkelanjutan sampai anak keluar dari masalah terebut. Tindak lanjut untuk
mengatasi masalah yang dihadapi adalah:

a. Guru harus berkomunikasi dengan orang tua dan bekerja sama untuk melihat perkembangan
Nurul selanjutnya.

b. Orang tua harus lebih memperhatikan Nurul agar tidak lagi malas dan adanya motivasi belajar.

c. Diberi motivasi dan dorongan agar Nurul bisa terbuka terhadap dan mudah berinteraksi dengan
orang lain.

Cara menanganinya dalam layanan Bimbingan dan Konseling :

1. Layanan Bimbingan Belajar

Dalam teknik ini pemberian bantuan dilaksanakan dalam bentuk hubungan yang bersifat face to face
yaitu antara peserta didik dengan konselor. Layanan ini yang bertujuan untuk membantu peserta didik
dalam memecahkan masalah, dengan bantuan yang diberikan konselor terhadap peserta didik. Maka
praktikan dapat mengharapkan terjadi perubahan yang terjadi pada diri peserta didik agar tidak
mengulangi kembali masalah yang sudah terjadi. Maka dengan itu praktikan memberikan nasehat agar
peserta didik mulai memperhatikan saat proses belajar berlangsung. Dalam konseling konselor
memberikan masukan bahwa setiap manusia pasti mempunyai masalah mamun berat dan ringannya
permasalahan tesebut tergantung pada diri kita sendiri. untuk menyikapinya, maka jalan yang
disarankan adalah mendekatkan diri kepada tuhan agar diberikan pikiran yang jernih dan lapang, agar
masalah yang dihadapinya menemukan jalan keluar dan mengganggap bahwa semua itu pasti ada
hikmahnya. Selain itu sifat keterbukaan dan pikiran yang dewasa akan menyelesaikan segala persoalan.

Melalui layanan bimbingan belajar kita bisa memberikan motivasi dan dorongan untuk terus belajar
kepada peserta didik. Serta memberikan bimbingan belajar (bimbel) yang tidak hanya dilakukan sekali
tetapi harus berkali-kali sampai ada kemajuan dalam hal belajar dan memantau peserta didik pada saat
belajar 3 kali dalam seminggu.

2. Layanan Konseling Individual

Memberikan konseling dalam proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi untuk
mengetahui perkembangan peserta didik dan mengentaskan permasalahan yang dihadapinya.

3. Kerjasama dengan Orang Tua

Kunjungan kerumah ( home visit ) dilakukan untuk mengetahui latar belakang ( background ) keluarga
dan kondisi peserta didik di lingkungan rumah. Komunikasi di lakukan dengan orang tua peserta didik
( ibu ) agar peserta didik diberikan perhatian khusus dalam kaitannya dengan proses belajar dirumah.
Jika dianggap perlu sebaiknya didatangkan guru privat untuk memberikan bimbingan belajar bagi
peserta didik, untuk mengkordinasikan klien menjalani proses belajar di rumah, maka secara bergantian
seminggu 3x praktikan memberikan bimbingan belajar. Rupanya usaha ini membuahkan hasil, dimana
orang tua semakin terbuka dan menyadari akan kebutuhan anak untuk di berikan perhatian khusus
dalam belajar. Selama ini orang tua hanya memerintahkan anak untuk belajar, tetapi tidak pernah di
bimbing dalam belajar. Setelah proses bimbingan berjalan selama 3x pertemuan ternyata klien
menujukan perubahan yang cukup positif yaitu merasa nyaman untuk menjalani proses belajar secara
mandiri, pada tahap ini mulai muncul motivasi dan kesadaran belajar secara serius yang
menggambarkan keinginan orisinil yang di miliki selama ini.

4. Langkah evaluasi dan follow-up

Follow up adalah usaha yang di lakukan konselor untuk mengikuti perkembangan peserta didik setelah
peserta didik mengambil suatu keputusan sendiri untuk bertindak. Selain itu dalam upaya tindak lanjut
konselor juga mengevaluasi keberhasilan atau tidaknya upaya bantuan yang di berikan kepada peserta
didik tentang masalah pribadi, belajar dan juga sosial yang di hadapi.

Untuk mengatasi masalah pribadi peserta didik, pertama konselor dapat memberikan motivasi dan
support kepada klien agar klien lebih termotivasi sehingga percaya dirinya bisa tumbuh. Kedua,
Memberikan pengertian bahwa semua permasalahan itu pasti ada hikmahnya dan agar berusaha
bersabar dalam menjalani hidupnya dan jangan lupa selalu berdo’a kepada tuhan yang maha kuasa.

Sedangkan untuk mengatasi masalah dalam belajarnya, konselor bisa membantu membuat jadwal
secara terinci yang bersifat rutinitas yang nantinya akan membantu peserta didik untuk lebih bisa
memanfaatkan waktu belajar sebaik mungkin. Serta lebih sering menunjukan peserta didik untuk aktif
dan fokus dalam mengikuti pelajaran di kelas, seperti menunjukan klien ke depan kelas untuk
mengerjakan soal atau menjawab soal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta
didik. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan bersifat psikologis. Tercapainya penyesuain diri,
perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh konselor, dengan menggunakan metode observasi dan
wawancara maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang bernama Nurul Dwi Novianti mengalami
permasalahan berikut:

1. Prestasi belajar menurun.

2. Nilai tugas, ulangan, dan ujian rendah.

3. Peringkat dibawah rata-rata, dan sebagainya.

4. Sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.

B. Saran

Usaha pemberian bantuan kepada peserta didik dalam memcahkan masalah menuju perkembangan
yang optimal. Perlu kerjasama semua pihak diantaranya, orang tua, walikelas, teman-teman Nurul, dan
peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu konselor perlu memberi masukan kepada peserta didik antara
lain:

a. Untuk lebih berusaha dan semangat dalam belajar agar tidak

ketinggalan dengan teman-temannya.

b. Untuk lebih terbuka dengan teman, orang tua,wali kelas untuk

mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi.

c. Hendaknya menjalin hubungan pertemanan yang baik denga teman-

teman sekelas, menjalin hubungan baik dengan guru mata pelajaran

untuk memperlancar komunikasi dan jangan pernah takut atau malu

untuk bertanya tentang apapun kepada guru tentang apa saja yang

belum mengerti.

Untuk kedua orang tua Nurul antara lain:

1) Memberikan perhatian khusus dalam pergaulannya saat dirumah.


2) Memberikan bimbingan belajar kepada anak saat dirumah.

3) Memenuhi kebutuhan anak yang menunjang proses belajarnya.

4) Memberikan motivasi dan intensif yang diperlukan anak.

Anda mungkin juga menyukai