Anda di halaman 1dari 15

Studi Kasus pada Kasus Pendidikan 3

Identifikasi Permasalahan dan Penyelesaian Masalah


Kelompok Pendidikan 2 :
1. Estan Silka Yovanka (20170810056)
2. Nurifah Dwitasari (20170810060)
3. Mutia Ardinsyah (20170810063)
4. Yolanda (20170810066)
5. Dewi Mareta Ronansia T (20170810070)
6. Romija Yusuf (20170810071)
7. Riski Putra A (20170810080)
8. Akbar Aryo Seto G (20170810087)
GAMBARAN UMUM PERMASALAHAN

 Identitas Klien
 Nama (Inisial) :M
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tempat/ tanggal lahir : Surabaya, 30 Mei 2011
 Alamat (inisial) : SRS Sidoarjo
 Pendidikan : SD kelas 2
 Suku bangsa : Jawa
 Latar belakang budaya : Jawa Timur
 Urutan kelahiran : Anak ke – 3 dari 3 bersaudara
identifikasi masalah-masalah yang
mempengaruhi/berdampak pada subjek M :

1. Orang tua dari subjek M sering membanding-bandingkan M dengan anak


lain seusianya sehingga membuat M Merasa kurang motivasi
2. Pola asuh yang diterapkan neneknya adalah selalu menuruti keinginan M
sama seperti ibu kandung M. M tidak pernah dilarang atau dibatasi, semua
keinginannya dipenuhi, sehingga M menjadi anak yang manja. M dengan
ibu tirinya tidak mendapatkan perlakuan tersebut, ayahnya juga
mendukung hal tersebut, ibu tirinya membatasi keinginan M. Perilaku
yang ditunjukkan ibu tiri kepada M adalah seperti suka marah, mengomel
dan kurang telaten jika M ada kesulitan tertentu. Hal tersebut
mempengaruhi M, hingga M merasa takut dan menangis ketika ibu tirinya
berperilaku itu.
Pola asuh permissive indulgent pola asuh membatasi (otoriter)
3. Karena adanya perpindahan orang yang mengasuh M, M masih belum bisa
menerima perbedaan saat diasuh oleh ibu kandungnya dan diasuh oleh ibu
tirinya. M juga kurang harmonis dengan ibu tirinya karena nenek M selalu
mengatakan yang negatif kepada M ditambah karakter ibu tirinya yang
tidak sabaran dan tidak telaten dan membuat M merasa tidak didengar,
hanya dinilai, dan dinasehati.
4. M sering bermain dengan anak kampung sekitar, sehingga bahasa yang
digunakan adalah Bahasa jawa kasar dan sering menirukan kata-kata kotor
jika merasa kesal. Namun ia mengerti jika kata-kata kotor tersebut tidak
boleh diucapkan di rumah, dan di sekolah. Akan tetapi ia sering kelepasan
mengatakan jika merasa kesal atau jika disakiti oleh temannya. Bahasa
yang digunakan M sering menghambatnya dalam proses
pendidikan,karena di SAIM proses belajar mengajar menggunakan bahasa
Indonesia.
5. Sistem belajar M saat dirumah juga dirasa tidak efektif karena terdapat
unsur tegang, paksaan, dan tuntutan hal ini dikarenakan orang tua M
yang jarang menghabiskan waktu bersama M dan lebih selalu
memerintah M untuk belajar dan tidak mendampinginya. Kebiasaan-
kebiasaan yang dibawa oleh M seperti cara bergaul, berbahasa, dan
adanya perbedaan informasi hal ini berdampak pada kemampuan
akademisnya sehingga M kurang percaya diri.
6. Kurangnya rasa percaya diri pada M membuat M cenderung pasif dalam
proses pendidikan. M tidak dapat memenuhi tuntutan bahwa siswa harus
aktif dan mengakibatkan teman-temannya memberi label pada M sebagai
anak yang tidak bisa tampil dan tidak bisa menjawab soal. Hal ini
membuat M memiliki persepsi yang buruk terhadap pendidikan dan
membuat M menjadi terhambat dalam proses belajar
Pola asuh permissive indulgent
pola asuh membatasi (otoriter)

 pola asuh yang permissive indulgent menjadi pola asuh yang membatasi.
Yang dulunya M mendapat pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat
dalam kehidupan anaknya, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali
atas mereka.
 pola asuh yang membatasi atau disebut dengan otoriter, yaitu  pola
pengasuhan dimana orang tua membatasi dan menuntut anak untuk
mengikuti perintah-perintah orang tua.
M merasa belum siap dengan perubahan pola asuh tersebut, sehingga
konselor memberi masukan dengan menerapkan pola asuh otoritatif, yaitu
pola asuh dimana oang tua yang memerlihatkan pengawasaan ekstra ketat
terhadap tingkah laku anak, tetapi orang tua juga bersifat responsive,
menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan
anak dalam mengambil sebuah keputusan.
Berikut beberapa permasalahan pendidikan yang
dialami M:

1. Ketika kelas 1 SD M tidak mau masuk sekolah selama 3 minggu karena


masalah adaptasi.
2. Jika menemui kesulitan mengerjakan soal M mudah menyerah. Selain
itu, jika mengerjakan soal M seringkali tidak membaca perintah terlebih
dahulu.
3. M memiliki kebiasaan tidak bertanya jika tidak tahu.
4. Permasalahan berhitung antara lain: belum mampu mengurutkan angka
puluhan, seharusnya kebanyakan anak sudah bisa mengurutkan angka 1
– 500.
5. Permasalahan menulis antara lain: dalam membuat kalimat atau
menjawab suatu pertanyaan M sering menghilangkan atau menambahkan
huruf.
6. Permasalahan membaca: dalam membaca suatu kalimat, masih sering
menghilangkan, menambahkan, menggantikan huruf/ kata.
PENYELESAIAN MASALAH

 Adapun perilaku yang dikurangi yaitu :


1. Marah-marah ketika permintaantidak terpenuhi
2. Mengatakan Bahasa jawa kasar dan kata-kata kotor.
 Adapun perilaku yang ditingkatkan yaitu :
1. Meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Mengerjakan soal dengan penuh semangat dan tidak menyerah
3. Berani bertanya jika tidak mengerti
4. Memahami konsep berhitung
5. Memahami konsep menulis
6. Memahami konsep membaca.
Langkah berikutnya akan dilakukan kontrol untuk membuat situasi yang
mendukung proses perubahan, menetapkan tujuan, metode, dan siapa saja
yang berperan dalam proses penyelesaian kasus. Situasi yang mendukung
akan memperlancar proses intervensi yang dilakukan baik disekolah maupun
dirumah.
Rancangan intervensi dalam kasus pada subjek M
yaitu :
1. konseling individual
2. positive parenting skill
3. bimbingan
Konseling Individual

Konselor Keluarga M

Hal pertama yang harus dilakukan konselor terhadap keluarga M


adalah mengubah pola pikir anggota keluarga M agar dapat saling
mensupport satu sama lain.
Kedua, konselor membantu menciptakan kondisi keluarga agar
harmonis, anggota keluarga harus lebih dekat, lebih peduli dan lebih
konsisten lagi dalam mengasuh M.
Ketiga, keluarga mampu membantu dan membimbing M dengan cara
mendampingi M belajar yaitu dengan menciptakan pola hubungan yang
baik, melakukan pertemuan dan menghabiskan waktu bersama antara
orang tua dan anak.
Positive parenting skill

1. Mengubah pola pikir dan pola asuh seluruh anggota keluarga terhadap M
(terutama sang ayah) agar ayah dapat menjadi panutan si M dengan cara
konselor memberikan pengetahuan dan penjelasan mengenai gambaran
pola asuh terhadap anak sehingga keluarga nanti dapat menerapkan pola
asuh yang cocok untuk M.
2. Konselor membantu menciptakan kondisi keluarga agar harmonis yaitu
dengan membuat anggota keluarga untuk lebih dekat, lebih peduli, dan
lebih konsisten satu sama lain dalam mengasuh M yaitu dengan cara
menjalin komunikasi antar anggota keluarga dan bersama-sama
menyatukan tujuan dalam mengasuh M sehingga nantinya M tidak
bingung lagi harus mematuhi siapa.
3. Konselor memberi masukan agar keluarga mampu membantu dan
membimbingM dengan cara mendampingi M belajar dengan baik di
rumahkemudian membangun pola komunikasi dan pola hubungan
dengan M agar M nantinya mendapat stimulasi yang baik dalam belajar.
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam Bimbingan
dan Konseling yang akan dilakukan pada subjek M:

1. Keluarga terhadap subjek M


▪ Keluarga harus mengontrol, memperhatikan dan
menemani M dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam
belajar.
▪ Keluarga dalam hal berbahasa menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar jika dirumah agar M
terstimulasi dapat berbicara Bahasa Indonesia.
▪ Keluarga mengulangi pelajaran yang diajarkan disekolah
dirumah.
2. Guru terhadap subjek M
▪ Guru lebih memperhatikan dan membimbing M ketika belajar
disekolah agar M dapat mengikuti pelajaran disekolah dengan baik.
▪ Guru mengajarkan dengan cara konkrit agar M dapat memahami
pelajaran dengan mudah.
▪ Guru memberikan motivasi ketika disekolah agar M terus
bersemangat dalam belajar dan tidak putus asa.
▪ Guru mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara
perlahan.
▪ Guru mengajarkan membaca, menulis dan berhitung dengan telaten
dan sabar.
▪ Guru dapat membantu M untuk mengasah kemampuan M dalam
bidang olahraga seperti basket.
Keluarga M

Subjek M

Guru

Dalam proses bimbingan & konseling, M harus dibangun untuk meningkatkan


motivasi instrinsik dan ekstrinsik, mengajari cara belajar dengan baik, tenang
dan fokus serta mengatasi kekurangan dalam hal akademik.
Pada subjek M sendiri perlu diberikan intervensi berupa bimbingan, dimana
subjek M perlu dibimbing dalam proses belajarnya Dalam proses bimbingan
belajar ini ada baiknya jika yang melakukan bimbingan belajar pada M tidak
hanya guru tetapi juga keluarga M terutama orangtua M yang harusnya bisa
membimbing M dalam belajar.
Jadwal tugas dalam mengasah kemampuan subjek M saat
dirumah dengan didampingi orang tua M:

  Hari Mata Pelajaran

- Membaca
Senin - Menulis
- Berhitung
Selasa Orang tua M selaku yang
- Membaca mendampingi proses belajar
Rabu - Berhitung dirumah wajib membuat
- Menulis
laporan dalam bentuk harian
Kamis - Berhitung dan mingguan yang
- Membaca
bertujuan untuk melihat
Jumat peningkatan pada M
- Latihan basket
Sabtu

Anda mungkin juga menyukai