Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dosen pengampu : Dr. Mira Trihatini, S.Kp., M.Kep

Oleh :

Kelas A2-2018

Tiyani 131811133023

Devina Nada Dwi Putriary 131811133024

Julfia Aina Sari 131811133025

Amalia Bella Fernanda 131811133026

Titis Mustikowati Danasari 131811133027

Victoria Putri Pratama 131811133037

Cindy Nanda G.M.P 131811133038

Cinthia Jessica Meylinda 131811133039

Theodora Putri Revenska M 131811133040

M Robith Ikhwana R 131811133041

Amira Diniya Raushanfikri 131811133042

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa untuk
dapat menyelesaikan penulisan makalah Keperawatan Komplementer. Tak lupa
shalawat serta salam selalu kita haturkan untuk junjungan nabi Agung kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Ibu Dr. Mira Trihatini, S.Kp., M.Kep selaku dosen
penanggung jawab mata ajar Manajemen Keperawatan dan selaku dosen pembimbing
dalam pembuatan makalah ini.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait
kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Selain itu, kami juga sadar bahwa pada
makalah ini banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kami benar-benar menanti kritik dan saran pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
dan kedepannya dapat kami aplikasikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Di
akhir pengantar ini, kami berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Serta tidak lupa juga kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah kami terdapat perkataan dan pernyataan yang tidak berkenan di hati para
pembaca.

Surabaya, 09 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
2.1 Konsep Kepemimpinan.........................................................................................6
2.1.1 Definisi Kepemimpinan..................................................................................6
2.1.2 Azaz-azaz Kepemimpinan..............................................................................6
2.1.3 Teori Kepemimpinan......................................................................................7
2.1.4 Gaya Kepemimpinan......................................................................................8
2.1.5 Kegiatan Kepemimpinan..............................................................................10
2.1.6 Fungsi Kepemimpinan..................................................................................11
2.1.7 Karakteristik Pemimpin yang Ideal............................................................12
2.8 Kepemimpinan dalam Keperawatan..............................................................13
2.2 Pengambilan Keputusan.....................................................................................14
2.2.1 Definisi Pengambilan Keputusan.................................................................14
2.2.2 Jenis-jenis Keputusan...................................................................................15
2.2.3 Gaya Pengambilan Keputusan.....................................................................15
2.2.4 Cara Pengambilan Keputusan.....................................................................16
2.2.5 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan...............................................17
BAB 3 KASUS................................................................................................................19
3.1 Soal Kasus.............................................................................................................19
3.2 Jawaban Kasus.....................................................................................................19
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................25
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................25
4.2 Saran.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah individu yang senantiasa bersosialisasi dengan lingkungan maupun
dengan sejenisnya. Semua dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Dalam
pelaksanaannya pencapaian ini dilakukan dengan cara membangun kelompok/organisasi
dengan tujuan yang sama, terdiri dari beberapa orang yang terbagi atas tugas –tugas
tertentu. Oleh karena itu pengambilan keputusan akan sangat menentukan dan amat
penting dalam suatu organisasi/ kelompok dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai
bersama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti mengambil keputusan
adalah memutuskan. Arti lainnya dari mengambil keputusan adalah menentukan.
Mengambil keputusan berarti menentukan jalan yang akan diambil selanjutnya, juga
merupakan langkah awal dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan 2 cara, pertama secara individu dan kedua
secara bersama. Pengambilan keputusan secara individu dilakukan oleh 1 orang tanpa
melibatkan orang lain, biasanya pengambilan ini dilakukan oleh sosok pemimpin
internal sedangkan pengambilan keputusan secara bersama adalah pengambilan dan
pemutusan dilakukan secara bersama melibatkan beberapa orang demi tercipta
keputusan yang diinginkan. Pada dasarnya pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
faktor-faktor dalam pengambilannya salah satunya penilaian individu, penilaian
seseorang, posisi dan kedudukan seseorang, masalah situasi dan kondisi yang dihadapi
(Nursalam, 2014).

Kepemimpinan adalah keterampilan individu dalam mengemban tugas dalam


memimpin baik individu, kelompok maupun lingkup yang lebih besar (Nursalam,
2011). Dikatakan amat penting karena tidak semua individu memiliki sifat dan
keterampilan kepemimpinan yang baik. Dan setiap seseorang yang memimpin siap
mengambil langkah –langkah yang logis untuk mencapai tujuannya. Kepemimpinan
harus melakukan manajemen kepemimpinan yang baik artinya individu mengetahui hal-
hal yang harus diolah sedemikian rupa agar dalam kepemimpinannya tidak terjadi hal

3
4

yang salah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Secara


harfiah, kepemimpinan adalah berasal dari kata dasar “pimpin” yang memiliki arti
mengarahkan, membina, mengatur, menuntun, menunjukkan, atau memengaruhi. Sebab
dari itu sebelum melakukan kepemimpinan perlu hal-hal yang harus diketahui
bagaimana melakukan kepemimpinan yang baik dan berhasil dalam pelaksanaannya
seperti bagaimana kepemimpinan yang baik, faktor- faktor kepemimpinan yang baik,
indikator pemimpin yang baik , faktor keberhasilan kepemimpinan yang baik.

Semua itu akan dibahas pada makalah dengan rinci agar pembaca mengerti dan
memahami hal hal terkait pengambilan keputusan dan kepemimpinan yang lebih rinci.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kepemimpinan?
2. Bagaimana teori kepemimpinan?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam keperawatan?
4. Apa kegiatan kepemimpinan?
5. Apa fungsi kepemimpinan?
6. Bagaimana ciri-ciri pemimpin yang ideal?
7. Bagaimana kepemimpinan dalam dunia keperawatan?
8. Apa itu pengambilan keputusan?
9. Bagaimana model pengambilan keputusan?
10. Bagaimana langkah pengambilan keputusan?
11. Apa definisi Patient Centered Care?
12. Bagaimana konsep Patient Centered Care?
13. Apa tujuan Patient Centered Care di bidang keperawatan?
14. Bagaimana penerapan Patient Centered Care dalam komunikasi, informasi dan
edukasi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui apa itu manajemen dalam
kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
5

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui definisi, teori,fungsi, kegiatan dan gaya kepemimpinan
2. Mengetahui definisi, konsep, tujuan, dan penerapan Patient Center Care
dalam bidang keperawatan
3. Mengetahui ciri kepemimpinan yang ideal
4. Mengetahui kepemimpinan dalam keperawatan
5. Mengetahui definisi,model dan langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepemimpinan

2.1.1 Definisi Kepemimpinan


Kepemimpinan merupakan suatu hubungan secara sosial dimana satu kelompok
memiliki suatu kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
(Ii and Keperawatan, 2019). Rumusan komponen yang ada dalam kepemimpinan ada
empat aspek, yaitu:
1) Leader
2) Pengikut
3) Tujuan
4) Situasi dan pemimpin yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakteristik)
tertentu yang menunjukkan kecakapannya.
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain
untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya
(Sullivan & Decleur, 1989).Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
(Baily, Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996).
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu
bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui
'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau
bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang
menjadi tujuan-tujuan organisasi".

2.1.2 Azaz-azaz Kepemimpinan


1. Azas Kemanusian
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia.
2. Azas Efisiensi

6
7

Dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan untuk


kepentingan kelompoknya.
3. Azas kesejahteraan yang lebih merata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi.
Seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

Seorang pemimpin juga harus mampu berperan sebagai interpersonal role


yaitu peranan yang berhubungan dengan antar pribadi. Peran informational role
yaitu peran yang berhubungan dengan informasi, baik informasi yang diterima atau
yang harus disampaikan oleh pemimpin. Decisional role yaitu peran terkait dengan
pembuat keputusan (Mugiarti, 2016).

2.1.3 Teori Kepemimpinan


1. Teori bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat muncul karena
adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh orang
yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar sebab
setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan kepemimpinannya.
2. Teori Perilaku, yang biasa digunakan Kurt Lewin (1960)
1) Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal
terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan
kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pada hubungan
8

interpersonal. Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan dan agresif


atau apatis sampai menurunnya inisiatif. Contoh Kepala Ruang menetapkan
jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan alasan staf
perawat yang mengajukan ijin
2) Demokratik : Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal
dan kerja kelompok.
3) Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan dan
pemikiran bawahan serta memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan
mengembangkan rencana. Hal ini cenderung meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja. Contoh Kepala Bidang Keperawatan selalu meminta
Kepala Ruang memberikan masukan untuk sebuah perubahan kebijakan.
4) Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau
bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan
membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kemampuan
dan tanggung jawab bawahan kurang cenderung menimbulkan keresahan
dan frustasi. Contoh Kepala Ruang tidak pernah mau tahu apa yang sedang
terjadi di ruangan, staf perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran
yang penting aman
3. Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan perubahan
situasi yang terjadi. Jadi seorang pemimpin yang efektif pada situasi tertentu
belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif pada situasi lain.(Ii and
Keperawatan, 2019)

2.1.4 Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan yang
tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan
yang berbeda. Gaya atau sikap pemimpin sangat dipengaruhi oleh berbagai jenis model
kepemimpinan berdasarkan organisasi yang dipimpinnya, maksudnya model
kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada konsep
9

gaya kepemimpinan yang menjadi dasar berpijaknya. Gaya yang beraneka ragam akan
menghasilkan serta menunjukkan berbagai teori maupun pendekatan-pendekatan yang
bermacam-macam. Kondisi yang demikian ini, maka efektifitas sebuah kepemimpinan
dapat teridentifikasi dengan berbagai kriterianya dengan gaya kepemimpinan yang
diterapkan.(Ii and Keperawatan, 2019). Adapun faktor-faktor yang menentukan gaya
kepemimpinan yang sesuai pada situasi yang sesuai adalah :
1. Keanekaragaman atau banyaknya tugas
2. Waktu yang tersedia
3. Ukuran kelompok kerja
4. Pola-pola komunikasi
5. Tingkat pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan para karyawan dalam pelaksanaan,
penerimaan, dan pengawasan
6. Pelatihan para manajer untuk kepemimpinan
Berikut gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K.White yang dibagi menjadi 3 gaya:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya pemimpin yang kewenangan, keputusan, kebijakan mutlak berada pada
pemimpin. Komunikasi dari pemimpin ke bawahan, pengawasan seperti sikap,
tingkah laku perbuatan diawasi dengan ketat. Tidak ada kesempatan bawahan untuk
memberikan saran, pertimbangan. Lebih banyak kritik dan menuntut pada
kesempurnaan serta kesetiaan tanpa syarat. Cenderung dengan menggunakan
ancaman dengan sikap yang kasar.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya yang dapat mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis adalah
kewenangan tidak mutlak dari pemimpin, sebagian kewenangan dilimpahkan ke
bawahan, keputusan dibuat secara kesepakatan bersama, komunikasi dan
pengawasan secara baik dan wajar, banyak kesempatan bawahan untuk
menyampaikan saran, pemimpin mendorong prestasi bawahan sesuai batasan dan
terdapat rasa saling percaya, menghormati dan menghargai.
3. Gaya Kepemimpinan Liberal/Laissez Faire
Kemampuan mempengaruhi orang lain agar bekerja sama mencapai tujuan dengan
lebih banyak menyerahkan pelaksanaan kegiatan kepada bawahan. Ciri
10

kepemimpinan ini adalah kewenangan, keputusan, kebijaksannan lebih banyak


dilimpahkan ke bawahan, komunikasi atasan dan bawahan apabila diperlukan,
hampir tidak ada pengawasan terhadap bawahan. Kepentingan pribadi lebih penting
dari pada kelompok dan tanggung jawab keberhasilan dipikul oleh perorangan.

2.1.5 Kegiatan Kepemimpinan


Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencangkup banyak hal. Kegiatan
tersebut mencangkup cara mengarahkan, menunjukkan jalan, mensupervisi, mengawasi
tindakan anak buah, mengorganisasikan kegiatan yang sedang atau dilakukan, dan
mempersatukan usaha dari berbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Kegiatan kepemimpinan paling sedikit mencangkup empat hal yang terkait dengan
kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian
(Arifin, 2017) :
1. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan, kepemimpinan diarahkan pada kegiatan yang
menyangkut pengenalan masalah yang terjadi di lingkungan kerja dalam area
kepemimpinan; penetapan tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk
upaya pemecahan masalah yang ada, termasuk pengembangan dari tujuan tersebut
akan dicapai.
2. Pengorganisasian
Dalam konteks ini, seorang pemimpin harus mampu memasukkan semua unsur
manusia dan situasi dalam suatu sistem yang ada, dan mengatur mereka dengan
kemampuan “kepemimpinannya” sedemikian rupa sehingga kelompok mampu
melakukan pekerjaan yang diberikan secara baik untuk pencapaian tujuan
organisasi. Menghadapi kondisi demikian seorang pimpinan menurut Stevent
(1978) paling tidak memiliki empat kapabilitas, yaitu cerdas (intelligent), matang
social dan luas pengetahuan (social maturity and breath), memiliki motivasi yang
baik (inner motivation), dan kemampuan yang memadai dalam berhubungan
dengan orang lain (human relation attitude).
3. Motivasi
Seorang pimpinan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang motivasi dan
teori-teori yang mendasarinya agar mampu memotivasi karyawannya secara benar.
Hal ini karena, motivasi menentukan tingkat kinerja karyawan dan kualitas
11

pencapaian tujuan.
4. Pengendalian
Pengendalian berguna untuk menentukan kegiatan yang akan datang, pengendalian
merupakan kegiatan mengumpulkan umpan balik dan hasil-hasil yang secara
periodic ditindaklanjuti dalam rangka membandingkan hasil yang diperoleh dengan
perencanaan yang dibuat.

2.1.6 Fungsi Kepemimpinan


Kepemimpinan memiliki fungsi yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan dari
suatu institusi atau organisasi yang dipimpin guna kesejahteraan anggota. Fungsi
kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan karyawannya
untuk bekerja sebaik mungkin, dengan memiliki semangat yang tinggi, dan memotivasi
yang tinggi guna mencapai tujuan organisasi. secara operasional ada 5 fungsi pokok
kepemimpinan antara lain (F, 2015):
1. Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan
dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar
keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal
tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha melibatkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas
pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
12

membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah


kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk
pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi
pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan
kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus berusaha
mampu mengatur aktivitas anggota-anggotanya secara dengan terarah dalam
mengkoordinasi yang efektif, sehingga dapat memungkinkan tercapainya tujuan itu
bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin
dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan.

2.1.7 Karakteristik Pemimpin yang Ideal


Berikut ini adalah 10 karakter yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin masa
depan, yang acapkali diungkapkan oleh para pakar terkemuka dalam bidang
kepemimpinan, yakni (Sahadi et al., 2020 dalam (Safitri, Indah and Pasundan, 2020) :

1. Jujur
Menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya. Dalam hal ini
perilaku manipulatif tidak akan menumbuhkan kepercayaan;
2. Kompeten
Merupakan tindakan para pemimpin yang berbasis pada akal pikiran, sikap dan
prinsip-prinsip moral. Atau tidak membuat keputusan berdasarkan keinginan,
perasaan, atau faktor emosional lainnya yang bersifat terlalu subjektif;
3. Berpandangan ke depan
Memiliki tujuan dan visi masa depan. Pemimpin yang efektif membayangkan
(memiliki obsesi dan imajinasi) apa yang mereka inginkan dan bagaimana
mendapatkannya. Mereka biasanya memilih prioritas yang berasal dari nilai-nilai
dasar mereka. Suatu visi harus dimiliki oleh totalitas organisasi;
4. Menginspirasi
Mampu menunjukkan kredibilitas dan orisinalitas dalam segala hal yang ia lakukan.
Menunjukkan keteladanan dan ketahanan dalam mental, fisik, dan stamina spiritual,
13

yang dengan bekal kredibilitas ini seorang pemimpin akan mudah menginspirasi
orang lain untuk meraih puncak prestasi baru, dan akan mempertaruhkan
reputasinya bila diperlukan;
5. Cerdas
Gemar dan rakus membaca, haus belajar, dan senantiasa mencari tugas yang
menantang;
6. Adil (fairness)
Mampu menunjukkan perlakuan yang adil bagi semua orang. Menyadari bahwa
prasangka adalah musuh keadilan.Bersikap empati dan peka terhadap perasaan,
nilai-nilai, kepentingan, dan kesejahteraan orang lain;
7. Berwawasan luas
Menyukai keragaman, kaya perspektif dan memiliki pandangan jauh kedepan;
8. Berani
Memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan, meski menghadapi risiko atau
rintangan yang berat. Selalu menampilkan ketenangan dan kepercayaan diri meski
dalam kondisi stres;
9. Lugas
Memiliki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan, dan menggunakannya
untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang tepat; dan
10. Imajinatif
Mampu melakukan perubahan pada waktu yang tepat, dengan menggunakan
pemikiran, rencana, dan metode yang tepat pula. Juga mampu menampilkan
kreativitas dengan menciptakan tujuan baru yang lebih baik, sekaligus menemukan
ide inovatif dan solusi atau resolusi baru untuk memecahkan masalah.

2.8 Kepemimpinan dalam Keperawatan


Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang
pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat lain yang berada di bawah
pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai (Sudariani, 2016).
Perawat sebagai pelaksana maupun manajer harus mampu mempergunakan dan
mengelola sumber sumber daya manusia dengan baik. Memberikan pelayanan yang
berorientasi pada hasil dan kualitas, menerapkan standar serta mencapai tujuan
14

pelayanan keperawatan dengan efektif dan efisien (Mugiarti, 2016). Untuk dapat
melaksanakan hal ini diperlukan kepemimpinan keperawatan yang efektif dan
profesional sehingga dapat mempengaruhi sumber daya tenaga keperawatan dan lainya
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Perawat selalu ditantang
untuk berpikir tentang kepemimpinan terutama dalam masalah perubahan kesehatan
yang sangat cepat dan menentukan tindakan yang tepat. Perawat yang mengetahui
gaya kepemimpinan sangat berguna untuk meningkatkan kinerja staf perawat dan
meningkatkan pelayanan yang aman serta efektif (Mugiarti, 2016). Gaya
kepemimpinan kepala ruangan adalah salah satu hal yang penting yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah mutu pelayanan melalui perbaikan kepemimpinan.
Selanjutnya kepemimpinan kepala ruangan yang efektif akan mempengaruhi dan
menggerakkan perawat dalam lingkup kewenangannya untuk meningkatkan kinerja
perawat, motivasi kerja perawat, dan kepuasan kerja perawat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2.2 Pengambilan Keputusan

2.2.1 Definisi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan merupakan proses memilih dua alternatif atau lebih yang
didasarkan pada pertimbangan rasional yang memiliki keutamaan lebih banyak untuk
organisasi dari pada alternatif yang lainnya (Alwizra, Fadlan and Kurniawan, 2020).
Pengambilan keputusan dilakukan sebagai tindakan pemilihan alternatif yang berkaitan
dengan fungsi manajemen. Keputusan muncul ketika hasil dari kegiatan analisis
masalah dan pertimbangan membuahkan hasil. Pengambilan keputusan yaitu proses
atau rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat
yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai paling baik dan tepat (Raihan,
2016). Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan dapat pula
dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain. Kesimpulannya,
pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan
dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam rangka menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
15

2.2.2 Jenis-jenis Keputusan


Keputusan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu keputusan yang
terprogram (programmed decision) dan keputusan yang tidak terprogram
(nonprogrammed decision) (Zahroh, 2019). Keputusan yang terprogram (programmed
decision) yaitu keputusan yang terstruktur dan atau muncul dalam frekuensi tertentu.
Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision), keputusan yang secara
relatif tidak terstruktur, tidak muncul dalam frekuensi tertentu dan lebih jarang muncul
dari pada keputusan yang terprogram. Keputusan menurut (Alwizra, Fadlan and
Kurniawan, 2020) secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, sebagai berikut :

1. Keputusan Strategis
Keputusan strategis diwujudkan dalam sebuah kebijakan dan arah pada suatu sistem
organisasi. Keputusan strategis dilakukan karena adanya pertimbangan pengaruh
sangat besar terhadap pertumbuhan serta kelangsungan dari sistem organisasi.
2. Keputusan Operasional
Keputusan operasional dilakukan ketika ada keterkaitannya dengan pengelolaan
organisasi sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektifitas dari
keputusan strategis yang diambil sebelumnya.

2.2.3 Gaya Pengambilan Keputusan


Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau respons yang dilakukan seseorang
dalam rangka pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan dibagi menjadi
dua, yaitu gaya rasional dan gaya intuitif (Alwizra, Fadlan and Kurniawan, 2020).
1. Gaya Rasional
Gaya pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian berdasarkan
pada hal-hal yang rasional, eksak, dan masuk akal, kemampuan yang tinggi dalam
perencanaan, kepercayaan yang tinggi, cendrung menyelesaikan tugas dengan
kontrol yang tinggi. Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa gaya pengambilan
keputusan rasional cendrung berusaha untuk merumuskan pengambilan keputusan
dengan banyak menitik beratkan pada penalaran rasional. Hal-hal yang tidak masuk
akal dan berkaitan dengan emosi, perasaan, maupun fantasi tidak begitu dihiraukan.
2. Gaya Intuitif
16

Gaya pengambilan keputusan intuitif ini lebih mengutamakan perasaan, kesadaran


emosional, fantasi, dan kadang-kadang bersifat impulsif (cepat mengambil
keputusan). Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses tak sadar yang
diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Dalam hal ini, tidak berarti
analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya antara faktor emosional,
fantasi, dan rasional saling melengkapi. Hanya saja aspek emosional lebih dominan.

2.2.4 Cara Pengambilan Keputusan


Seseorang pemimpin atau manajer dalam mengambil keputusan memiliki
karakteristik atau cara yang sesuai dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki. Adapun
cara-cara dimaksud adalah sebagai berikut (Alwizra, Fadlan and Kurniawan, 2020) :

1. Otokrasi
Manajer atau pimpinan mengambil keputusan hanya berdasarkan informasi yang
ada padanya. Dia tidak berkonsultasi dengan siapapun.
2. Semi otokrasi
Manajer atau pimpinan meminta keterangan dari beberapa bawahannya, dan
mengambil kesimpulan berdasarkan keterangan-keterangan yang diperolehnya.
3. Semi konsultatif
Manajer atau pimpinan memberitahukan masalah yang sedang dihadapi dengan
beberapa bawahan satu demi satu. Pendapat para bawahan diminta, tetapi keputusan
yang diambil tidak harus mencerminkan pandangan atau sasaran dari bawahan.
4. Konsultatif
Manajemen memanggil para bawahannya dan mengadakan suatu musyawarah
dengan mereka tentang masalah yang sekarang dihadapi. Kemudian dia mengambil
keputusan berdasarkan hasil musyawarah ini..
5. Demokrasi
Manajemen dan bawahan bersama-sama menilai masalah yang sedang dihadapi.
Kemudian mereka mengambil sebuah keputusan secara bersama. Manajer tidak
mempengaruhi bawahannya dalam musyawarah ini. Keputusan yang telah diambil
akan dilaksanakan bersama dan segala konsekwensinya akan ditanggung secara
bersama pula.
17

2.2.5 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan


Setiap manajer perlu memahami langkah-langkah pengambilan keputusan
sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1995) dalam (Alwizra, Fadlan
and Kurniawan, 2020), terdapat lima langkah, antara lain:
1. Mengidentifikasi masalah atau peluang
Mempelajari atau mengenali masalah apa saja masalah yang menghadapi atau
peluang apa sajakah yang harus ditangkap oleh organisasi dalam meningkatkan
perannya dimasa depan. Karena itu, faktor yang menyebabkan munculnya masalah
atau faktor-faktor yang menjadi peluang harus diidentifikasi sedemikian rupa
melalui analisis rasional dan sistimatis.
2. Membuat alternatif-alternatif
Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi jawaban dalam
pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai alternatif yang dibuat
akan dapat dipilih alternatif yang paling menguntungkan dalam pemecahan masalah
yang dihadapi. Demikian pula berbagai alternatif peluang bagi yang membuat
keputusan menyangkut masa depan organisasi agar diketahui peluang yang lebih
baik untuk memajukan organisasi.
3. Mengevaluasi alternatif
Menilai keuntungan dan kerugian atau kekuatan dan kelemahan dari masing-
masing alternatif di dalam memecahkan masalah dan menjawab peluang yang ada
merupakan langkah yang akan menentukan pilihan.
4. Memiliki dan mengimplementasikan alternatif
Adapun tindakan memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang diajukan
dalam mendukung keberhasilan dalam pemecahkan masalah dan menjawab peluang
yang ada dalam organisasi merupakan langkah ke empat. Pemilihan alternatif itu
sekaligus menetapkannya untuk dilaksanakan sebagai keputusan yang diambil.
5. Mengevaluasi alternatif
Keputusan yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan hendaklah dievaluasi
apakah telah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum. Jika belum, maka
tindakan harus diperbaiki dengan melihat alternatif-alternatif yang diajukan.
Pengambilan keputusan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
18

1) Setiap keputusan yang diambil dikomunikasikan dengan jelas kepada orang


yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2) Seluruh komponen organisasi berpartisipasi penuh dalam proses pembuatan
keputusan
3) Keputusan yang dibuat tidak kaku, harus rasional, dan mudah
diimlementasikan
4) Keputusan yang diambil harus diiukuti dengan realisasi yang jelas
5) Keputusan yang telah diambil dan dirasa tidak cocok lagi, tidak dipaksanakan
untuk dilaksanakan, tetapi harus dibuat keputusan pengganti.
BAB 3

KASUS

3.1 Soal Kasus


Anda adalah Kepala Ruang baru yang masih cukup muda di Rawat Inap K di RS R.
Kepala Bidang keperawatan menyampaikan saat ini RS anda sedang dalam proses
akreditasi, sehingga banyak persiapan yang harus dilaksanakan. Tim perawat di
ruangan anda adalah lulusan Ners, D3 dan SPK yang rata-rata telah memiliki
pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Sebagian besar perawat tidak memiliki kinerja
yang baik, malas melakukan asuhan keperawatan, sering datang terlambat, dan tidak
disiplin. Anda sudah beberapa kali menegur namun tidak ada perubahan.

PERTANYAAN:
Analisis situasi di atas dengan metode SWOT, rumuskan permasalahan serta identifikasi
penyebabnya?
(Aplikasikan teori kepemimpinan dan motivasi untuk meningkatkan kinerja perawat
tersebut)

3.2 Jawaban Kasus


ANALISIS SWOT

1. Strength (Kekuatan)
1) Sarana dan prasarana yang memadai
2) Adanya visi dan misi di tempat kerja
3) Tenaga keperawatan (S1, D3, SPK)
4) Mempunyai sertifikat pelatihan
5) Tenaga keperawatan yang berpengalaman antara 5-10 tahun
2. Weakness (Kelemahan)
1) Kinerja perawat: tidak baik, malas melaksanakan askep, sering terlambat,
tidak disiplin, tidak ada kemauan untuk berubah
2) Tingkat pendidikan yang bervariasi
3. Opportunity (Kesempatan/Peluang)

19
20

1) Adanya program pendidikan dan pelatihan


2) Adanya program penobatan perawat teladan
3) Adanya seminar seminar di bidang keperawatan
4. Threatened (Ancaman)
1) Pasien pindah ke RS lain yang menyebabkan BOR turun (BOR = Keterisian
Tempat Tidur)
2) Terjadi persaingan pelayanan antar RS
3) Banyak perawat yang memilih mengundurkan diri

Hasil analisis situasi, didapati:

1. Perawat dalam tim tidak mempunyai kinerja yang baik


2. Perawat dalam tim malas dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
3. Perawat dalam tim sering datang terlambat
4. Perawat dalam tim tidak disiplin

Hasil identifikasi penyebab permasalahan, didapati:

1. Kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman


dalam bekerja dan memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada
pasien
2. Kemungkinan disebabkan karena kurangnya reward atas pekerjaan yang selama
ini dilakukan perawat dalam tim sehingga membuat kinerja menjadi kurang
baik, malas, dan tidak disiplin
3. Kemungkinan disebabkan karena jauhnya kediaman perawat dalam tim ke
tempat kerja dapat menyebabkan keterlambatan kehadiran di tempat kerja
4. Kemungkinan dapat disebabkan karena kurangnya motivasi atau tidak adanya
tujuan (ambisi) dalam bekerja atau tidak adanya rasa tanggung jawab sebagai
seorang perawat bahkan mungkin tidak tahu tanggung jawab menjadi seorang
perawat.

Maslow mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan itu berlaku pada setiap manusia


dan tersusun menurut hirarki kepentingannya. Lima kelompok kebutuhan manusia,
yaitu: Kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keamanan (safety needs),
21

kebutuhan sosial atau berkelompok (social needs), kebutuhan penghargaan (esteem


needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualism needs).

Aplikasi teori motivasi dari maslow dalam meningkatkan kinerja perawat antara lain:

1. Kebutuhan aktualisasi diri


Dalam hal ini dapat dilakukan adalah menganjurkan perawat dalam tim tersebut
untuk mengikuti seminar-seminar dan pelatihan kesehatan agar bertambahnya
pengetahuan perawat tersebut dan diharapkan kinerjanya lebih baik daripada
sebelumnya
2. Kebutuhan penghargaan
Dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah memberikan pujian atas segala
kinerja dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh perawat dalam tim
3. Kebutuhan sosial
Dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah menjaga hubungan yang baik dengan
perawat yang ada dalam tim tersebut
4. Rasa aman
Dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik atas
segala masalah yang terjadi pada perawat dalam tim dan jangan membeda-
bedakan perawat yang satu dengan yang lainnya
5. Kebutuhan Fisiologis
Dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah menganjurkan kepada pihak RS
untuk memberikan reward tambahan kepada perawat dalam tim yang bekerja
dengan sebaik-baiknya.

Kepemimpinan menurut Covey (2013) adalah upaya proaktif untuk memperkuat


nilai-nilai sejati dan potensi dari orang di sekitar yang tercermin melalui empat peran
kepemimpinan yaitu panutan (hati nurani), perintis (visi), penyelaras (disiplin),
pemberdaya (gairah).

1. Panutan (Hati Nurani): menjadi contoh yang baik


2. Perintis (Visi) : Bersama-sama menentukan arah yang dituju
3. Penyelaras (Disiplin) : Menyusun dan mengelola sistem agar tertutup
22

4. Pemberdaya (Gairah) : Memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode,


lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta.
23

Selanjutnya, penerapan teori kepemimpinan dan teori motivasi bagi kinerja perawat
dapat dilihat dalam gambar berikut:

Peran Kepemimpinan

1. Panutan (Hati Nurani)


2. Perintis (Visi)
3. Penyelaras (Disiplin)
4. Pemberdaya (Gairah)

Kinerja Perawat

Motivasi Kerja

1. Kebutuhan Aktualisasi Diri

2. Kebutuhan Sosial

3. Kebutuhan Penghargaan

4. Kebutuhan Rasa Aman

5. Kebutuhan Fisiologis

Kinerja perawat dipengaruhi oleh peran kepemimpinan dan motivasi kerja (Hidayati,
2016). Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja perawat perlu adanya peningkatan
peran kepemimpinan sehingga perawat dapat menjalankan tugasnya yaitu pelayanan
kesehatan pada pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kinerja perawat juga tidak
lepas dari pengaruh motivasi kerja. Adanya peningkatan motivasi kerja dapat
meningkatkan kinerja perawat secara optimal. Cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perawat dengan menerapkan peran kepemimpinan dan motivasi
kerja adalah:

1. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan dan menambah kompetensi perawat.


Kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan meningkatkan
motivasi karena perawat merasa ebih percaya diri dengan kemampuan yang
dimilikinya
24

2. Memberikan penghargaan atasa pencapaian perawat. Hal ini dilakukan untuk


memnuhi kebutuhan aktualisasi diri perawat. Rasa dihargai dan diakui dapat
meningkatkan motivasi kerja dan dengan begitu kinerja perawat juga meningkat.
3. Komunikasi. Komunikasi yang baik antara pemimpin dengan orang yang dipimpin
akan dapat mempengaruhi kinerja para pekerjanya. Pemimpin dapat
mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian
tugas secara jelas (Silaen, 2018).
4. Melibatkan perawat dalam pengambilan keputusan. Selain dengan memberikan
penghargaan, seseorang akan merasa lebih percaya diri dalam bekerja dan merasa
diakui keberadaannya dengan dilibatkan dalam sebuah pengambilan keputusan.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada hakekatnya kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang


lain. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang
pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat lain yang berada di bawah
pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai (Sudariani 2016).
Perawat sebagai pelaksana maupun manajer harus mampu mempergunakan dan
mengelola sumber sumber daya manusia dengan baik. Memberikan pelayanan yang
berorientasi pada hasil dan kualitas, menerapkan standar serta mencapai tujuan
pelayanan keperawatan dengan efektif dan efisien (Levina and Haan 2019).
Pengambilan keputusan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin. Dalam mengambil sebuah keputusan diperlukan ketepatan dalam
menganalisis masalah, menetapkan tujuan, mengidentifikasi alternatif yang ada, dan
mengevaluasinya.

4.2 Saran
Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi saran bagi pihak-pihak yang membaca
makalah ini:

1. Pimpinan (perawat) harus lebih dapat membantu mengarahkan perawat lain ke arah
yang lebih baik lagi.
2. Pimpinan harus lebih tegas dan bijaksana dalam mengambil setiap keputusan yang
dapat mempengaruhi kinerja dan kemajuan fasilitas layanan kesehatan.
3. Pimpinan juga harus mempertimbangkan keputusan yang akan diambil, karena
keputusan tersebut akan memiliki dampak terhadap perawat dan rumah sakit.
4. Pimpinan juga sebaiknya lebih mendengarkan pendapat dari perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya, sehingga pendapat tersebut dapat menjadi saran yang baik untuk
kemajuan rumah sakit.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alwizra, Fadlan, A. H. and Kurniawan, M. E. (2020) ‘Manajemen Pengambilan


Keputusan’, Jurnal Menata, 3(2), pp. 96–111.

Arifin, M. (2017) ‘sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan awal yang sangat
menentukan dalam pemilihan pola-pola yang akan dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Demikian juga dengan pengorganisasian’, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 3(1), pp. 117–132.

F, L. P. (2015) ‘Fungsi Kepemimpinan Untuk Mengurangi Sikap Arogansi Pegawai’,


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 4(1), p. Vol. 4, No. 1.

Hidayati, A. (2016) PENGARUH PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DAN


MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANGAN RAWAT
INAP RUMAH SAKIT PALANG MERAH INDONESIA BOGOR.

Ii, B. A. B. and Keperawatan, A. M. (2019) ‘Hubungan Gaya Kepemimpinan..., SITI


SOLIKHATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019’, (2004).

Mugiarti, S. (2016) Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam (2011) Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional, Salemba Medika, jakarta.

Nursalam (2014) ‘Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional’, 4, p. 117.

Raihan (2016) ‘Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan Manajemen Dakwah’,


Jurnal Al-Bayan, 22(34), pp. 65-78S.

Safitri, M., Indah, D. Y. and Pasundan, U. (2020) ‘Kepemimpinan Transformasional


Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai’, Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen, 13(1), pp. 36–40. doi: 10.23969/jrbm.v13i1.3940.

26
27

Silaen, M. N. (2018) ‘Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja


Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2017’, pp.
4–16.

Sudariani, P. W. (2016) ‘Model of The Nurse Unit Manager Leadership Competence


and Performance Enhancing Motivation Nurse Implementing’, Jurnal NERS,
11(2), p. 176. doi: 10.20473/jn.v11i22016.176-185.

Zahroh, A. (2019) ‘Strategi Pengambilan Keputusan Personal Dan Bersama Di


Pesantren’, Tarbiyatuna : Jurnal Pendidikan Islam, 12(1), pp. 1–19.

Alwizra, Fadlan, A. H. and Kurniawan, M. E. (2020) ‘Manajemen Pengambilan


Keputusan’, Jurnal Menata, 3(2), pp. 96–111.

Arifin, M. (2017) ‘sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan awal yang sangat
menentukan dalam pemilihan pola-pola yang akan dilaksanakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Demikian juga dengan pengorganisasian’, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 3(1), pp. 117–132.

F, L. P. (2015) ‘Fungsi Kepemimpinan Untuk Mengurangi Sikap Arogansi Pegawai’,


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 4(1), p. Vol. 4, No. 1.

Hidayati, A. (2016) PENGARUH PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DAN


MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANGAN RAWAT
INAP RUMAH SAKIT PALANG MERAH INDONESIA BOGOR.

Ii, B. A. B. and Keperawatan, A. M. (2019) ‘Hubungan Gaya Kepemimpinan..., SITI


SOLIKHATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019’, (2004).

Mugiarti, S. (2016) Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam (2011) Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional, Salemba Medika, jakarta.
28

Nursalam (2014) ‘Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional’, 4, p. 117.

Raihan (2016) ‘Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan Manajemen Dakwah’,


Jurnal Al-Bayan, 22(34), pp. 65-78S.

Safitri, M., Indah, D. Y. and Pasundan, U. (2020) ‘Kepemimpinan Transformasional


Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai’, Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen, 13(1), pp. 36–40. doi: 10.23969/jrbm.v13i1.3940.

Silaen, M. N. (2018) ‘Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja


Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2017’, pp.
4–16.

Sudariani, P. W. (2016) ‘Model of The Nurse Unit Manager Leadership Competence


and Performance Enhancing Motivation Nurse Implementing’, Jurnal NERS,
11(2), p. 176. doi: 10.20473/jn.v11i22016.176-185.

Zahroh, A. (2019) ‘Strategi Pengambilan Keputusan Personal Dan Bersama Di


Pesantren’, Tarbiyatuna : Jurnal Pendidikan Islam, 12(1), pp. 1–19.

Anda mungkin juga menyukai