Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

Dosen pembimbing : JULIANA, M,Pd

Disusun Oleh :

Ayu Wanda Harahap


Nim: 23060022
Dia Inesti
NIM : 23060035
Nurul Ilmi Siregar
Nim :23060088

PROGRAM STUDI
KEBIADANAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-nya penulis dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “Ringkasan materi kepemimpinan”
guna memenuhi salah satu tugas Kepemimpinan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh rekan-rekan sesama
mahasiswa. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih. Disamping itu penulis
juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan baik dari segi bahasa,
kalimat, kosa kata maupuan tanda bacanya, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya. Terima Kasih.
DAFTAR ISI
Kata Penghantar................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1........................................................................................................................................
Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2........................................................................................................................................Rum
usan Masalah ................................................................................................................1
1.3........................................................................................................................................Tuju
an ..................................................................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1........................................................................................................................................Kons
ep dalam Kepemimpinan...............................................................................................3
2.2........................................................................................................................................Gaya
Dan sifat Kepemimpinan Bidang kesehatan..................................................................5
2.3........................................................................................................................................Kepe
mimpinan Transformasional Bidang kesehata...............................................................8
2.4........................................................................................................................................Etika
kepemimpan kesehatan masyarakat...............................................................................8
2.5........................................................................................................................................Kepe
mimpinan dan pengembangan kebijakan.......................................................................10
2.6........................................................................................................................................Kepe
mimpinan dan komunikasi kesehatan masyarakat.........................................................11
2.7........................................................................................................................................Kepe
mimpinan dan pengambilan keputusan.........................................................................13
2.8........................................................................................................................................Kepe
mimpinan, konflik dan negosiasi dalam bidang kesehatan...........................................15
2.9........................................................................................................................................Men
ganalisis dan mengidentifikasi Organisasi pembelajar..................................................16
2.10.Menganalisis dan mengidentifikasi berpikir sistem (system thinking).......................16
2.11.Kehalian Pribadi (personal Mastery)...........................................................................17
2.12.Memahami Model mental (mental model)..................................................................18
2.13.Membangun Visi bersama (Shared Vision).................................................................19
2.14.Pembelajaran Tim (team learning ).............................................................................20
BAB 3 : PENUTUP
3.1. kesimpulan....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sejak tahun 1960-an telah muncul teori Douglas McGregor dalam bukunya “The human
side of Enterprise” yang menulis tentang teori perilaku dalam pengelolaan SDM. Selama satu
abad terakhir, hanya sedikit artikel terkait dengan kepemimpinan yang telah diterbitkan dan
hanya sedikit yang fokus kepada tujuan dan manfaat pengembangan kepemimpinan. Program
pengembangan kepemimpinan (Leadership Development Programs) menjadi sesuatu yang
banyak dibahas dalam dua dekade terakhir sebagai respon atas kebutuhan mendesak untuk
mempersiapkan pemimpin, baik di sektor publik maupun bisnis yang kompeten dalam
menghadapi tantangan dan kondisi ketidakpastian.
Meskipun demikian ternyata hanya sedikit yang fokus untuk melakukan evaluasi program
tersebut (Ely et al., 2010). Tingkat interkoneksi dan interdependensi merupakan sesuatu yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan lingkungan global ini berskala luas, substansial,
dan drastis yang bukan saja akan merubah tatanan sektor bisnis saja tetapi juga struktur
sosial.
Tantangan kepemimpinan ini harus mampu dijawab oleh institusi/lembaga pendidikan
dan pelatihan yang bergerak dalam pengembangan kepemimpinan. Program pengembangan
kepemimpinan yang tepat dianggap sebagai komponen kunci dalam membentuk para
pemimpin yang mampu menjawab tantangan global saat ini.
Melalui pengembangan kapasitas kepemimpinan, sebuah lembaga/institusi pemerintah
diharapkan mampu mencapai tujuan mereka secara efektif dan efisien. penelitian ini
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa ketepatan dalam merancang sebuah program
pengembangan kepemimpinan akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan dalam penentuan
kurikulum/silabus, materi, metode, dan sistem evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan.
Pendekatan penelitian yang dilakukan mengacu pada keberadaan program diklat
kepemimpinan yang ada di Indonesia saat ini dan dampaknya terhadap peningkatan kapasitas
kepemimpinan pejabat publik saat ini.
1.2. Rumusan masalah

1.2.1. Apa itu Konsep dalam Kepemimpinan?


1.2.2. Bagaimana Gaya Dan sifat Kepemimpinan Bidang kesehatan?
1.2.3. Apa itu Kepemimpinan Transformasional Bidang kesehatan?
1.2.4. Apa itu Etika kepemimpan kesehatan masyarakat?
1.2.5. Apa itu Kepemimpinan dan pengembangan kebijakan?
1.2.6. Apa itu kepemimpinan dan komunikasi kesehatan masyarakat?
1.2.7. Apa itu Kepemimpinan dan pengambilan keputusan?
1.2.8. Apa itu kepemimpinan, konflik dan negosiasi dalam bidang kesehatan?
1.2.9. Bagaimana menganalisis dan mengidentifikasi Organisasi pembelajar?
1.2.10. Bagaimana menganalisis dan mengidentifikasi berpikir sistem (system thinking)?
1.2.11. Apa itu Kehalian Pribadi (personal Mastery)?
1.2.12. Bagaimana Memahami Model mental (mental model)?
1.2.13. Bagaimana Membangun Visi bersama (Shared Vision)?
1.2.14. Apa itu Pembelajaran Tim (team learning )?

1.3. Tujuan

1. 3.1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari kepemimpinan

1.3.2 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori dari kepemimpinan

1.3.3 Mahasiswa mengetahui fungsi dari kepemimpinan

1.3.4 Mahasiswa mengetahui faktor-faktor dari kepemimpinan

1.3.5 Mahasiswa mengetahui apa saja syarat-syarat dari kepemimpinan

1.3.6 Mahasiswa mengetahui dan mampu menerapkan ciri-ciri kepemimpinan

1.3.7 Mahasiswa mengetahui apa saja tipe dari kepemimpinan

1.3.8 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengembangan kepemimpinan

1.3.9 Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja hambatan-hambatan dari

kepemimpinan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Konsep dalam Kepemimpinan


Setiap orang memiliki tujuan dalam hidup. Tetapi batasan yang mereka miliki di antara
mereka adalah alasan organisasi. Dimana setiap orang berkumpul dalam satu wadah untuk
bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
dilakukan pada kondisi ilmiah, lebih bersifat deskriptif, serta lebih menekankan pada proses
daripada produk maupun outcome, analisis data secara induktif, dan lebih menekankan
makna. Era digital harus disikapi dengan serius, peran teknologi harus dikelola dan dikelola
dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan. Pendidikan harus menjadi
sarana yang paling utama untuk memahami, menguasai dan menangani teknologi secara baik
dan benar. Mahasiswa harus memahami kelebihan dan kekurangan era digital ini.

A. Pengertian Organisasi
Menurut (Langton et al., 2013) pengertian organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
Menurut (Siagian 1993) pengertian organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang / lebih yang saling bekerjasama serta terikat secara formal dalam rangka melakukan
pencapaian tujuan yang sudah ditentukan dalam ikatan yang ada pada seseorang atau beberap
orang yang dikenal sebagai atasan dan seorang atau kelompok orang yang dikenal sebagai
bawahan.

B. Tujuan Organisasi
Secara umum, beberapa tujuan organisasi adalah sebagai berikut ini (Sulaksono, 2015):
1. Sebagai wadah untuk bersama-sama mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
2. Meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan sumberdaya yang dimiliki.
3. Sebagai wadah bagi individu-individu yang ingin memiliki jabatan, penghargaan, dan
pembagian kerja.
4. Sebagai wadah untuk mencari keuntungan secara bersama-sama.
5. Organisasi berperan dalam pengelolaan lingkungan secara bersama-sama.
6. Organisasi dapat membantun individu-individu untuk menambah pergaulan dan
memanfaatkan waktu luang dengan baik.
7. Sebagai wadah untuk memiliki kekuasaan dan pengawasan.

C. Unsur-Unsur Organisasi
1. Personil (Man)
2. Kerjasama (Team Work)
3. Tujuan Bersama
4. Peralatan (Equipment)
5. Lingkungan (Environment)
6. Sumber Daya Alam

D. Manfaat Organisasi
Ada beberapa manfaat organisasi yang bisa dirasakan oleh para anggotanya, diantaranya
adalah (Handiman et al., 2022):
1. Memudahkan tercapainya tujuan bersama
2. Melatih mental seseorang agar lebih baik
3. Memudahkan pemecahan masalah
4. Melatih kepemimpinan seseorang
5. Pergaulan menjadi lebih luas
6. Menambah wawasan para anggota organisasi
7. Membentuk karakter seseorang
8. Ajang pembelajaran bagi para anggota

E. Kepemimpinan Dalam Organisasi


Kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting bagi keberhasilan sebuah
organisasi. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin
dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan (Tabrani,
2018). Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang di
terapkan seorang pemimpin akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan
seluruh anggota organisasi.

F. Beberapa hal yang harus dimiliki seorang pemimpin


1. Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
2. Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan
untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
3. Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.

G. Peranan Kepemimpinan Dalam Konflik Organisasi


Dalam pelaksanaan penyelesaian konflik ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
para manajer, yaitu:
Bahwa penyelesaian konflik bukanlah menilai mana yang benar atau yang salah, tetapi
untuk membawa pihak-pihak yang terlibat agar melihat apa yang menjadi inti permasalahan
secara lebih obyektif. Disini seorang manajer dituntut untuk melihat permasalahan secara
dingin, tetapi dalam menghadapi pihak-pihak yang terlibat konflik harus secara hangat.
Dalam penyelesaian konflik organisasi manajer dituntut untuk mempunyai sikap empati
dan adil, bukannya netral. Karena kalau netral berarti tidak tahu apa-apa. Empati artinya
bahwa seolah-olah kita menghayati atau mengetahui apa yang dirasakan oleh pihak-pihak
yang terolibat, tetapi bukan berarti setuju. Sedangkan adil artinya bahwa tak aa pihak yang
merasa direndahkan atau diabaikan.

H. Syarat-syarat Pemimpin yang Baik dan Benar


Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus
dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki ciri-ciri kepemimpinan. Walaupun
belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus

dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan umum yang luas.
2. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
3. Kemampuan berkembang secara mental
4. Ingin tahu
5. Kemampuan analistis
6. Memiliki daya ingat yang kuat
7. Mempunyai kapasitas integrative
8. Keterampilan berkomunikasi
9. Keterampilan mendidik
10. Personalitas dan objektivitas
11. Pragmatismo
12. Mempunyai naluri untuk prioritas
13. Berani
14. Tegas dan sebagainya.

I. Fungsi Pemimpin dalam Organisasi


Tugas pokok seorang pemimpin pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan
mengawasi (Simarmata et al., 2021). Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai
hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang
dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin
di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan
manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin dalam sebuah organisasi
meliputi: pengambilan keputusan, menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan,
mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik
secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau
unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.

J. Fungsi Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan


Salah satu fungsi pemimpin dalam manajemen adalah mengambil keputusan secara
efektif. Keberadaan sumber-sumber, biaya, bahan, keahlian, tenaga, pengetahuan, waktu dan
ruang sangat terbatas, oleh karena itu timbulah pengambilan keputusan.
Fungsi kepemimpinan pada dasarnya menyangkut dua hal pokok, yakni:
1. fungsi yang berkaitan dengan tugas yang disebut fungsi pemecahan masalah
2. fungsi pemeliharaan kelompok yang disebut fungsi sosial
Langkah pengambilan keputusan bervariasi, meskipun demikian secara umum meliputi:
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hasil yang diharapkan
3. Mengembangkan pilihan penyelesaian
4. Mengetahui apa yang harus dilaksnakan setelah keputusan diambil.

2.2. Gaya Dan sifat Kepemimpinan Bidang kesehatan


Para pemimpin layanan kesehatan bekerja di bidang yang dinamis dan ditandai dengan
dorongan terus-menerus untuk memberikan layanan yang paling efisien, aman, dan
berkualitas tinggi. Agar berhasil, mereka harus memimpin tim administratif dan klinis
sekaligus mengelola sumber daya secara efektif. Dalam industri yang terkenal dengan
peraturan yang berubah-ubah, kemajuan teknologi dan klinis yang berkembang pesat,
kenaikan biaya, dan meningkatnya kepedulian terhadap etika, para pemimpin layanan
kesehatan harus terus beradaptasi dan berinovasi dalam memberikan solusi.
Kepemimpinan yang efektif memainkan peran penting dalam membentuk budaya organisasi
layanan kesehatan dan memastikan kemampuannya untuk mengatasi permasalahan kompleks
terkait pemberian layanan kesehatan. Manajer dapat menggunakan berbagai gaya
kepemimpinan dalam layanan kesehatan. Pendekatan yang berbeda-beda terhadap
manajemen dan kepemimpinan ini memberi para pemimpin cara berbeda untuk berhubungan,
berinteraksi, dan memotivasi orang-orang yang berada di bawah tanggung jawab mereka.

Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi Layanan Kesehatan Industri perawatan


kesehatan menghadirkan banyak tantangan. Penyedia diharapkan memberikan layanan yang
paling efisien dan berkualitas tinggi, sambil bekerja berjam-jam di lingkungan kerja yang
penuh tekanan dan terus berkembang. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini diperlukan
kepemimpinan yang efektif dan etis. pemimpin layanan kesehatan merencanakan,
mengarahkan, dan mengoordinasikan layanan kesehatan. Ini mungkin melibatkan memimpin
departemen tertentu atau mengelola seluruh fasilitas. Pekerjaan mereka meliputi hal-hal
berikut:
 Mengintegrasikan teknologi baru
 Memastikan bahwa operasi mematuhi hukum dan peraturan
 Meningkatkan efisiensi dan kualitas

Pemimpin layanan kesehatan juga menetapkan tujuan dan sasaran, mengelola keuangan
dan memantau anggaran, serta berkomunikasi dengan staf klinis dan kepala departemen.
Menyelesaikan tugas-tugas ini tidak hanya membutuhkan beragam keterampilan namun juga
kualitas kepemimpinan yang signifikan, termasuk yang berikut:
1. Integritas. Pelayanan kesehatan pada dasarnya berkaitan dengan masalah moral
mengenai kehidupan dan kematian. Oleh karena itu, hal ini menuntut standar etika
tertinggi. Para eksekutif layanan kesehatan menetapkan standar moral bagi staf
mereka dan hal itu harus ditanamkan dengan integritas.
2. Penglihatan. Para eksekutif layanan kesehatan perlu melihat gambaran besarnya.
Memimpin staf menuju masa depan memerlukan persiapan, penetapan tujuan, dan visi
yang jelas.
3. Keterampilan mendengarkan yang kuat. Pemimpin mendapatkan rasa hormat ketika
mereka menunjukkan rasa hormat. Mendengarkan orang lain dan mencari pendapat
staf memungkinkan para pemimpin mendengarkan ide-ide terbaik dan mempelajari
informasi penting. Hal ini juga menunjukkan kepada anggota staf bahwa para
pemimpin menghargai kontribusi mereka. Manfaat Kepemimpinan Layanan
Kesehatan yang Kuat Penelitian telah menemukan hubungan antara gaya
kepemimpinan dan kualitas layanan. Perawatan berkualitas tinggi adalah:

 Aman
 Efektif
 Dapat diandalkan
 Berpusat pada pasien
 Efisien
 Adil
Kualitas layanan memainkan peran penting dalam mencapai tingkat produktivitas yang
tinggi, yang merupakan tujuan penting bagi setiap fasilitas kesehatan. Dalam layanan
kesehatan, tingkat produktivitas yang tinggi mengacu pada peningkatan kemungkinan
mencapai hasil kesehatan yang diinginkan.

Kepemimpinan yang efektif berhubungan positif dengan peningkatan kepuasan pasien dan
rendahnya tingkat dampak buruk terhadap kesehatan. Selain itu, karena pemimpin yang
efektif mempertahankan dan mendukung staf dengan lebih baik, mereka secara tidak
langsung dapat mempengaruhi tingkat kematian pasien dan secara positif mempengaruhi
indikator kualitas layanan kesehatan lainnya.
Para profesional layanan kesehatan mungkin perlu menerapkan berbagai gaya
kepemimpinan untuk menangani berbagai tanggung jawab dan menanggapi masalah yang
mereka hadapi. Melihat lebih dekat gaya kepemimpinan dan contoh bagaimana masing-
masing gaya tersebut dapat diterapkan pada tantangan kepemimpinan di industri layanan
kesehatan dapat membantu menggambarkan hal ini.
 Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional menyoroti pentingnya organisasi, pengawasan, dan kinerja
kelompok. Seperti namanya, pendekatan ini memandang hubungan antara eksekutif dan staf
layanan kesehatan bersifat transaksional. Dengan menerima posisi mereka, anggota staf
secara implisit setuju untuk mematuhi kepemimpinan. Anggota staf menerima dan
menyelesaikan perintah yang diberikan kepada mereka, dan sebagai imbalannya, pimpinan
layanan kesehatan membayar gaji mereka.

Dalam gaya kepemimpinan seperti ini, penghargaan dan hukuman berfungsi sebagai alat
motivasi yang digunakan oleh eksekutif layanan kesehatan untuk mendorong kepatuhan
terhadap arahan mereka. Misalnya, ketika anggota staf mengikuti prosedur tertentu, mereka
mungkin mendapat pengakuan, namun jika gagal mematuhinya, mereka bisa mendapat
teguran. Pemimpin transaksional menekankan:
 Menghormati aturan, standar, dan prosedur
 Peran yang didefinisikan dengan jelas
 Pengawasan ketat
 Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin karismatik bergantung pada kemampuan mereka berkomunikasi dengan cara
yang menyentuh dan penuh emosi. Dengan mengekspresikan visi mereka dengan kekuatan
dan kepercayaan yang menginspirasi, mereka mempengaruhi orang-orang yang mereka
pimpin dan membujuk mereka untuk bertindak. Ciri-ciri pemimpin karismatik antara lain
sebagai berikut:
 Ekspresi emosional melibatkan ekspresi perasaan yang tulus yang memengaruhi
perasaan orang lain. Perasaan ini biasanya bersifat positif tetapi juga melintasi
spektrum emosional.
 Sensitivitas emosional mencakup memanfaatkan perasaan orang lain untuk
terhubung secara emosional.
 Pengendalian emosi meliputi pengaturan tampilan emosi dan tidak kehilangan
ketenangan kecuali hal tersebut memang diinginkan.
 Ekspresifitas sosial melibatkan keterlibatan orang lain untuk berinteraksi secara
sosial dan memiliki keterampilan yang sangat baik sebagai pembicara publik.
 Kepekaan sosial meliputi pembacaan isyarat sosial dan penafsiran situasi sosial, serta
menunjukkan kebijaksanaan dan kepekaan sebagai hasilnya.
 Kontrol sosial melibatkan kemampuan untuk terhubung dengan semua jenis orang
secara sosial dan emosional.

2.3. Kepemimpinan Transformasional Bidang kesehatan


Pada gaya kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin yang membangkitkan
karyawan bisa berpikiran untuk mengutamakan pekerjaan dan lebih mementingkan organisasi
agar karyawan memiliki kepercayaan dan termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik. Robbins dan Judge (2008) gaya kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang
menginspirasi para pengikutnya untuk menyampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan
organisasi. Apabila pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional
maka kinerja karyawan akan semakin membaik.

Gaya kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan yang melakukan transaksi atau


pertukaran perjanjian dalam bentuk imbalan untuk karyawan yang mencapai pekerjaan dan
hukuman apabila karyawan melanggar aturan. Menurut Yukl (2010) gaya kepemimpinan
transaksional adalah kepemimpinan yang melakukan transaksi untuk memotivasi agar
bawahan melakukan tanggungjawab, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan
pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin akan memberikan dampak yang baik
untuk kinerja karyawan. Menurut Mangkunegara (2005) kinerja merupakan hasil kerja secara
yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Moeheriono (2014) kinerja merupakan
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan
suatu organisasi.

Kepemimpinan transformasional salah satu gaya kepemimpinan yang modern yang


mampu mengubah dari visi misi menjadi aksi dan dilakukan dengan membuat visi yang jelas,
memotivasi staf untuk menjadi kreatif, inovatif, membangun budaya belajar, serta
membangun komunikasi yang efektif.

2.4. Etika kepemimpan kesehatan masyarakat


Tugas seorang pemimpin tidak terbatas pada mengambil keputusan dan mencapai tujuan.
Lebih dari itu, pemimpin harus bisa memberikan inspirasi dan pengaruh positif kepada
anggota timnya. Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda perlu memahami dahulu etika
kepemimpinan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang menjadi seorang
pemimpin di tempat kerja sering kali menguras tenaga yang besar. Tidak jarang jika Anda
merasa stres ketika sedang memimpin sebuah tim di tempat kerja.
Etika kepemimpinan adalah konsep yang mencakup prinsip moral dan nilai yang harus
diterapkan oleh seseorang saat memimpin tim atau organisasi. Etika kepemimpinan yang
utama mencakup integritas, kejujuran, keadilan, dan sikap empati yang tinggi.

 Pentingnya Etika dalam Kepemimpinan


Pemimpin yang menerapkan etika yang kuat dalam setiap aspek kepemimpinannya
memiliki dampak positif pada organisasi dan anggota timnya. Salah satu manfaat utamanya
adalah menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Ketika pemimpin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip dan nilai yang benar, anggotanya merasa dihargai dan didukung. Mereka
merasa bahwa pemimpinnya memberikan teladan dalam integritas dan moralitas.

Selain itu, etika kepemimpinan memainkan peran penting dalam meningkatkan


produktivitas. Ketika anggota tim tahu bahwa pemimpinnya adalah seseorang yang dapat
dipercaya dan adil, mereka cenderung lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik. Mereka
merasa aman dan nyaman dalam lingkungan kerja sehingga menghasilkan peningkatan
kinerja. Etika kepemimpinan juga menciptakan fondasi yang solid untuk membangun
hubungan yang baik antara pemimpin dan anggota tim. Pemimpin yang bersikap etis dan
transparan dalam berkomunikasi lebih mudah mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari
timnya.
Dalam jangka panjang, etika kepemimpinan dapat membangun reputasi baik untuk
pemimpin dan perusahaan. Reputasi baik dapat menjadi aset berharga dalam menarik talenta
baru dan menjaga keberlanjutan bisnis.

1. Kepemimpinan yang Jujur dan Transparan


Pemimpin yang jujur selalu berkomunikasi dengan kejujuran dan integritas. Mereka tidak
menyembunyikan informasi penting dari anggota timnya serta tidak berusaha memanipulasi
situasi. Dengan berbicara jujur, pemimpin dapat memenangkan kepercayaan anggota timnya.
Ketika tim merasa bahwa pemimpinnya adalah sumber informasi yang dapat diandalkan,
mereka akan lebih termotivasi dan memiliki rasa aman.

2. Keadilan dan Kesetaraan


Seorang pemimpin harus memperlakukan semua anggota tim dengan adil dan tidak
memihak siapa pun. Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin tidak boleh
memberikan perlakuan khusus kepada satu atau beberapa anggota tim berdasarkan preferensi
pribadi atau bias. Pemimpin seperti ini menciptakan lingkungan kerja di mana setiap anggota
timnya merasa dihargai dan memiliki peluang yang sama untuk berkembang.

3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan


Pemimpin yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan memiliki kesadaran
yang tinggi tentang dampak keputusan dan tindakannya terhadap masyarakat di sekitarnya.
Mereka tidak hanya mempertimbangkan profit, tetapi juga bagaimana keputusannya akan
memengaruhi stakeholder eksternal dan lingkungan sekitar.
4. Rasa Empati dan Kepedulian yang Tinggi
Pemimpin yang berempati dapat memahami perspektif dan perasaan anggota timnya.
Mereka mampu mendengarkan dengan baik, memberikan dukungan saat dibutuhkan, dan
memastikan bahwa anggota timnya merasa dihargai. Kepemimpinan yang penuh empati
menciptakan ikatan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim. Alhasil, produktivitas kerja
yang lebih tinggi dan terjadi hubungan kerja yang harmonis di dalamnya.

5. Memiliki Sikap Integritas dan Profesional


Integritas mengacu pada konsistensi antara kata dan tindakan, dan pemimpin harus menjadi
teladan dalam hal ini. Mereka juga harus menjaga standar etika dalam segala hal, termasuk
dalam hubungan bisnis dan personal. Memiliki sikap profesional memastikan bahwa
pemimpin menjalankan tugasnya dengan rasa hormat dan etika yang baik sehingga
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.

2.5 Kepemimpinan dan Pengembangan Kebijakan


Kepemimpinan dalam operasionalnya di tentukan oleh kebijakan kepemimpinannya,
karena pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen watak dan kepribadian sendiri
yang unik, khas, sehingga tingkah dan kebijakan sendiri membedakan dirinya dari orang lain.
Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggug jawab
sosialnya akan sangat tergantung pada para pimpinan. Bila pimpinan mampu melaksanakan
dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu organisasi
membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku
anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akandiakui
sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan
bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi.

Setiap pimpinan di lingkungan organisasi kerja, selalu memerlukan sejumlah pegawai


sebagai pembantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit
masing-masing.Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban
memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan dan
mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya agar terwujud beban kerja yang
terarah pada tujuan. Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap
pegawai di lingkungannya agar dapat meningkatkan kepuasan kerja, komitmen organisasi
dan kinerja yang tinggi.

A. Bentuk-Bentuk Kebijakan Pimpinan


Muzakkir zabir (2018:99) menyatakan didalam beberapa kajian, bahwa terdapat beberapa
bentuk kebijakan seorang pemimpin dalam memotivasi pegawainya, ada yang berbentuk
penghargaan (reward) dan ada yang berbentuk hukuman (punishment).Bentuk-bentuk ini
jelas hanya untuk membangkitkan gairah pegawai dalam menjalankan tugas yang telah
diembankan kepadanya guna mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati.
a. Penghargaan (reward)
Penghargaan (reward) adalah jumlah pembayaran yang diterima dan tingkat
kesesuaian antara pembayaran tersebut dengan pekerjaan yang dilakukan. Dengan
demikian, penghargaan (reward) adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi
tertentu yang diberikan, baik dari perorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya
diberikan dalam bentuk material atau ucapan.
Di dalam suatu organisasi terdapat istilah insentif, yang merupakan suatu
penghargaan dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh pihak
pimpinan organisasi kepada pegawainya agar mereka bekerja dengan menjadikan
modal motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Penghargaan tersebut mencakup: imbalan uang, status, promosi dan rasa hormat.
b. Hukuman (Punishment)
Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku
agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman
diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang
yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak
menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Di dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang berfungsi
sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Jika
aturan dan hukum dalam suatu organisasi tidak berjalan baik maka akan terjadi konflik
kepentingan baik antarindividu maupun antarorganisasi.

Pada beberapa kondisi tertentu, penggunaan hukuman dapat lebih efektif untuk merubah
perilaku pegawai, yaitu dengan mempertimbangkan: waktu, intensitas, jadwal, klarifikasi,
dan impersonalitas (tidak bersifat pribadi).
B. Kinerja Karyawan
Prawirosentoso (2008:2) menyatakan kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh karyawan dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

2.6. kepemimpinan dan komunikasi kesehatan masyarakat


Pengertian komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis atau
dalam bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita
dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan dalam hal sikap dengan
seseorang. Jadi pengertian komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau
mengadakan perhubungan. Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the
process of sending and reciving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi
sebagian kegiatan penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda
yang sama. Communication is the evoking of a shered or common meaning in another
person. (Nelson & Quick, 2006 : 250). Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian
bersama kepada orang lain.

Demikian juga Jennifer M. George (2006 : 437) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah
membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai pemahaman
bersama, (Comunication the shering of information between two or more individuals or
group to reach a common understanding).
Bermkomunikasi merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Dengan berkomunikasi
manusia akan dapat berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan manusia
akan bermakna. Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya dapat
dipenuhi melalau komunikasi dengan sesama. Makin banyak manusia itu melakukan aktivitas
komunikasi antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak informasi yang
didapatnya dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang itu dalam kehidupannya.

Komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan


organisasi di dalam organisasi baik yang terjadi di dalam kelompok formal maupun
kelompok informal di dalam organisasi (Safaria, 2004 : 133). Goldhaber (Muhammad, 2009 :
67) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut : “organizational
communication is the process of creating and exchanging message within a network of
interdependent relationship to cope with environmental uncertainty.” Dalam definisi ini
terlihat bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan
yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi
komunikasi, dengan demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda
dengan komunikasi antar sesamanya
Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang
efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit
banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus
piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal.
Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah,
sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan meng-komunikasikan
konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non
verbal misal menggunakan bahasa tubuh.
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis
atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
1. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
2. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan
tindak berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau gaya
seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan
sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu
situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai
untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari
pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

2.7. Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan


Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, jika pemimpin tidak dapat membuat keputusan,
dia (seharusnya) tidak dapat menjadi pemimpin. Pengambilan keputusan dalam tinjauan
perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karrena itu, untuk mengetahui
apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya
terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan
keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis
situasi yang tidak pasti atau berisiko
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh
dan menggunakan data, untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis
data.
3. Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan
untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan untuk
menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin, sehingga
permasalahan dapat dituntaskan.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang memerlukan penanganan
serius. Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek,
yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan dalam
prakteknya dapat dilakukan melaui tahapan-tahapan berikut:
a). Identifikasi masalah
b). Mendefinisikan masalah
c). Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d). Implementasi keputusan
e). Evaluasi keputusan
Menurut Gibson dkk (1987), proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah berikut:
1. Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan keputusan,
tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus
dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
2. Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus
diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi
batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya
penggalian.
3. Mengembangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai alternative
yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu
ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada
komentar dan analisis.
4. Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai
alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga
disusun juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran
pengambilan keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif
yang dipandang layak untuk dilaksanakan.
5. Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu
alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
pada masa yang akan datang.
6. Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu
sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
7. Pengendalian dan evaluasi.

Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan
keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan. Sementara itu, tahapan-tahapan
dalam proses pengambilan pengambilan keputusan dapat dikemukanan sebagai berikut:
a). Tetapkan masalah
b). Identifikasi kriteria keputusan
c). Alokasi bobot pada kriteria
d). Kembangkan alternatif
e). Evaluasi alternatif
f). Pilih alternatif terbaik

2.8. Kepemimpinan, Konflik dan Negosiasi dalam Bidang Kesehatan


Organisasi merupakan wadah di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi.
Organisasi juga terbentuk karena adanya kesamaan misi dan visi yang ingin dicapai. Dari sini
setiap individu atau unsur yang terdapat di dalam organisasi tersebut secara langsung maupun
tidak langsung harus memegang teguh apa yang menjadi pedoman dan prinsip di dalam
organisasi tersebut. Sehingga untuk mencapai visi dan menjalankan misi yang digariskan
dapat berjalan dengan baik.

Seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi kerap terjadi konflik. baik konflik internal
maupun konflik eksternal. Konflik yang terjadi kadang kala terjadi karena permasalahan yang
sangat remeh. Namun justru dengan hal yang remeh itulah sebuah organisasi dapat bertahan
lama atau tidak. Mekanisme ataupun manajemen konflik yang diambil pun sangat
menentukan posisi organisasi sebagai lembaga yang menjadi payungnya. Kebijakan dan
metode komunikasi yang diambil sangat memengaruhi berlangsungnya sebuah organisasi
dalam mempertahankan anggota dan segenap komponen di dalamnya.

Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya.
Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, komunika-si,
pembuat keputusan, pendelegasi-an wewenang dan sebagainya.

Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui
bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat diidentifikasi pula berbagai
kompleksitas seperti kom-pleksitas jabatan, tugas, kedudukan dan status, hak dan wewenang
dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik
dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari SDM, dimana dengan berbagai latar
belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi
mereka dalam bekerja. Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus
memahami faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam
individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar
kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal
menyelesaikan konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang lumrah terjadi, termasuk oleh
pemimpin organisasi. Kebanyakan manajer yang terlibat dalam negosiasi tidak menyukai
konflik disaat negosiasi berlangsung. Karenanya, penanganan yang dilakukanpun cenderung
diarahkan kepada peredaman konflik.

Konflik bisa mengandung kebaikan walaupun dalam prakteknya tidak semua konflik
memberikan hasil yang baik dalam negosiasi. Masalah utama yang timbul dalam konflik
cenderung akan bertambah buruk jika diabaikan atau tidak ditangani dengan baik. Dalam
penanganan konflik membutuhkan proses kreatif yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu
yang positif, yaitu solusi dan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak. Karena itu
dalam hal ini akan dibahas mengenai konflik yang terjadi ketika negosiasi berlangsung,
mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik, dan bagaimana menanganinya
agar konflik tersebut tidak menjadi lebih buruk sehingga tujuan bersama yang saling
menguntungkan dapat tercapai.

2.9. Menganalisis dan Mengidentifikasi Organisasi Pembelajaran


Beberapa ahli juga merumuskan pengertian organisasi pembelajar. C. Marlene Fiol and
Marjorie A. Lyles (1985), organisasi pembelajar memiliki arti sebagai proses meningkatkan
tindakan melalui pengetahuan dan pemahaman yang lebih. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa, setiap individu harus selalu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman
yang nantinya akan berpengaruh pada tindakan yang dilakukan dalam organisasi. George P.
Huber (1991) menambahkan bahwa organisasi pembelajar adalah sebuah entitas belajar yang
memproses informasi sehingga dapat mengubah perilaku individu menjadi lebih baik. Dari
pengertian ini menunjukkan bahwa hasil dari belajar dapat mengubah perilaku individu
dalam suatu organisasi menjadi lebih baik.

Secara sederhana, organisasi pembelajar adalah organisasi yang terampil dalam


menciptakan, memperoleh, dan mentransfer pengetahuan, memodifikasi perilakunya untuk
memcerminkan pengetahuan dan wawasan baru.
Salah satu bentuk organisasi pembelajar yang saat ini banyak dikembangkan oleh berbagai
organisasi baik pemerintah maupun swasta adalah Corporate University (Corpu). Salah satu
lembaga pemerintah yang sudah menerapkan Corpu adalah Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Sesuai dengan dasarnya sebagai organisasi pembelajar, Kemenkeu Corpu
memiliki tujuan utama yaitu terwujudnya Kementerian Keuangan sebagai Learning
Organization. Kemenkeu sendiri merumuskan 10 komponen kunci dari organisasi pembelajar
yang mereka laksanakan, yaitu:
1) Strategic Fit and Management Commitment,
2) Learning Function Organization,
3) Learning Spaces,
4) Learning Solutions,
5) Leaders Participation in Learning Process,
6) Learners,
7) Knowledge Sharing Culture,
8) Feedback, 9) Learning Value Chains, 10) Learners Performance.

2.10. Menganalisis dan Mengidentifikasi berpikir Sistem (system thinking)


Pendekatan systems thinking dalam mengukur kinerja pelayanan publik adalah mengikuti
ajaran yang diberikan oleh Simon, Hatch, Mayer, Prayudi bahwa penggunaan systems
thinking adalah untuk mengurangi adanya perilaku keterbatasan rasional yang dimiliki oleh
manusia. Karena sistem itu sendiri merupakan suatu entitas yang memelihara keberadaan dan
fungsinya melalui interaksi bagian-bagiannya. Systems thinking merupakan cara memandang
sesuatu sebagai keseluruhan, dimana bagian-bagiannya saling berhubungan. Memandang
secara keseluruhan tersebut berarti mempelajari untuk memahami setiap bagian yang terkait
dalam suatu sistem.
Pendapat lain mengatakan systems thinking adalah sesuatu yang terasa di seluruh elemen
dan “saling terkait” karena mereka saling mempengaruhi diantara yang satu dengan yang
lainnya secara terus menerus di setiap waktu dan bergerak menuju suatu tujuan secara umum.
Bahkan seringkali disebut sebagai landasan konseptual bagi membangun organisasi
pembelajar dalam menghadapi kerumitan dinamik yang semakin meningkat.
Kerumitan dinamik di atas, dalam systems thinking dapat dielaborasi melalui dua pandangan,
yaitu: detail complexity dan dynamics complexity. Detail complexity dapat diartikan sebagai
kumpulan variabel-variabel yang sukar dicerna dan dimengerti sekaligus oleh pikiran kita
sebagai satu kesatuan yang menyeluruh. Karena variabel-variabel tersebut terlihat hanya
sebagai kumpulan identifikasi atau klasifikasi variabel. Sementara itu yang disebut dengan
dynamic complexity adalah gambaran suatu kegiatan atau peristiwa yang komplek. Dalam
kegiatan atau peristiwa tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan diantarnya, walaupun
kegiatan atau peristiwa tersebut terjadi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Kegiatan atan
peristiwa yang terjadi dapat berupa akibat dari suatu kegiatan baik jangka pendek maupun
jangka panjang dan mempunyai perbedaan secara signifikan. Namun demikian kegiatan atau
peristiwa tersebut memberi efek dalam skala yang lebih luas.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa systems thinking merupakan gambaran sesuatu
secara menyeluruh dan mempunyai keterkaitan diantara variabel10, maka hasil dari suatu
proses systems thinking dapat digambarkan dalam suatu model. Model adalah suatu
pengganti dari suatu obyek atau sistem. Nadler cs (1982), merumuskan model sebagai
kerangka kerja, skema yang teratur atau peta jalan yang dapat membantu kita memahami dan
meramalkan perilaku organisasi. Metodologi pemodelan sistem, mempelajari cara-cara yang
digunakan untuk memperlakukan aspek dinamis dan komplek dari suatu sistem. Forrester
(1961) mengatakan bahwa model merupakan dasar dari penelitian eksperimental yang relatif
murah dan hemat waktu dibandingkan dengan bila mengadakan percobaan pada sistem yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, observasi dari suatu permasalah organisasi dapat dibuatkan
dalam model-model sistem. Dengan demikian systems thinking dapat menghasilkan model
yang sering disebut sebagai causal loop diagram (CLD).

Hasil pemikiran dalam systems thinking dengan wujud nyata sebagai causal loop diagram
(CLD), dapat dilakukan pengujian melalui uji yang dilakukan oleh para pakar. Kegiatan ini
merupakan kegiatan yang dimaksud dalam team learning. Pada umumnya team learning ini
terdiri dari para pakar dan praktisi. Oleh sebab itu dalam kegiatan ini sesungguhnya
merupakan kegiatan yang disebut dengan expert judgment.

2.11. Kehalian Pribadi (personal Mastery)


Penguasaan Diri (Personal Mastery) Personal Mastery merupakan prinsip bagi seseorang
untuk terus menerus memperdalam visi pribadi, fokus pada kekuatan diri sendiri,
mengembangkan kesabaran diri sendiri serta melihat realita secara objektif. Personal mastery
salah satu disiplin dalam organisasi pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting
(Wahyudi 2009), karena tanpa personal mastery sebagai manusia yang belajar di dalam
organisasi atau tanpa individu yang belajar tidak akan ada pembelajaran pada tingkat
organisasi.
Menurut Argyris dan Schon (1974), mental models adalah saat seseorang ‘bertindak’
mengandalkan struktur pengetahuan, yang ada dalam memori jangka panjang. Menurut Craik
1943, Johnson-Laird 1983 ada kesepakatan luas dalam literatur bahwa mental models adalah
‘model kerja’, karena itu dinamis.
Mengapa visi bersama lembaga atau organisasi itu penting? Karena dapat membangkitkan
semangat anggota, memberi fokus, meningkatkan aspirasi dan inpirasi, membuat orang saling
percaya, dan merupakan landasan untuk mendefinisikan upaya memenuhi tuntutan masa
depan.

Visi yang kuat akan menuntun menuju kepemimpinan yang sukses, karena kepemimpinan
yang sukses merupakan kunci keberhasilan organisasi. Organisasi yang sukses adalah
organisasi yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki
visi masa depan, dan mampu menyejahterakan seluruh anggotanya.
Sebagai pemimpin harus memiliki karakter pemimpin yang teguh akan pendirian, dan
tidak mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain. Pemimpin yang memiliki pendirian yang
teguh akan menjadi pemimpin yang berjalan sesuai dengan visi dan tujuannya, tanpa
terpengaruh oleh setiap orang yang disekitarnya.
Salah satu tujuan penting kepemimpinan adalah menginspirasi anggota tim dan mengarahkan
mereka menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin harus mampu
memberikan arah dan motivasi yang diperlukan.

2.12. Model mental (mental model)


Model mental membantu Anda memahami kehidupan. Misalnya, penawaran dan
permintaan adalah model mental yang membantu Anda memahami cara kerja perekonomian.
Teori permainan adalah model mental yang membantu Anda memahami cara kerja hubungan
dan kepercayaan. Entropi adalah model mental yang membantu Anda memahami cara kerja
ketidakteraturan dan pembusukan.
Model mental juga memandu persepsi dan perilaku Anda. Mereka adalah alat berpikir yang
Anda gunakan untuk memahami kehidupan, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Mempelajari model mental baru memberi Anda cara baru dalam melihat dunia—seperti
Richard Feynman mempelajari teknik matematika baru.
Model mental tidak sempurna, namun berguna. Tidak ada model mental tunggal dari bidang
fisika atau teknik, misalnya, yang memberikan penjelasan sempurna tentang seluruh alam
semesta, namun model mental terbaik dari disiplin ilmu tersebut telah memungkinkan kita
membangun jembatan dan jalan, mengembangkan teknologi baru, dan bahkan melakukan
perjalanan ke luar angkasa. Ruang angkasa. Seperti yang dikatakan oleh sejarawan Yuval
Noah Harari, “Para ilmuwan pada umumnya sepakat bahwa tidak ada teori yang 100 persen
benar. Oleh karena itu, ujian sesungguhnya terhadap pengetahuan bukanlah kebenaran,
melainkan kegunaannya.”
Model mental terbaik adalah ide-ide yang paling bermanfaat. Mereka sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Memahami konsep-konsep ini akan membantu Anda membuat pilihan
yang lebih bijak dan mengambil tindakan yang lebih baik. Inilah sebabnya mengapa
mengembangkan model mental yang luas sangat penting bagi siapa pun yang tertarik untuk
berpikir jernih, rasional, dan efektif.
 Contoh Model Mental
Cara Melatih Otak Anda untuk Berpikir dengan Cara Baru – Artikel ini membagikan
beberapa contoh berguna tentang cara kerja model mental (dan bagaimana model mental
yang tepat dapat membuat perbedaan besar).

 Model Mental Besar


Ada ribuan model mental, namun yang terbaik dapat diterapkan secara luas dalam kehidupan
dan berguna dalam berbagai situasi.
Dari semua model mental yang telah dihasilkan umat manusia sepanjang sejarah, hanya ada
beberapa lusin model mental yang perlu Anda kuasai untuk memiliki pemahaman yang kuat
tentang cara kerja dunia. Mengutip Charlie Munger, “80 atau 90 model penting akan
membawa sekitar 90% muatan dalam menjadikan Anda orang yang bijaksana secara duniawi.
Dan, dari jumlah tersebut, hanya segelintir saja yang benar-benar mampu mengangkut barang
yang sangat berat.”
Setelah berjam-jam melakukan penelitian, saya telah memilah lebih dari 1.000 model mental
dan menyaringnya menjadi daftar pendek model mental terpenting dalam kehidupan sehari-
hari.
Model Mental dalam BisnisEkonomi
 Pengetahuan umum
 Keunggulan komparatif
 Diversifikasi
 Skala ekonomi
 Hipotesis pasar efisien
 Teori Permainan
 Insentif (Penghargaan dan Hukuman)
 Kelangkaan
 Penawaran dan permintaan

2.13. Membangun Visi bersama (Shared Vision)


Visi Bersama (Shared Vision) adalah : Membangun komitmen dalam kelompok dengan
mengembangkan gambaran bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip, dan
praktik yang menuntun cara mencapai tujuan masa depan tersebut.
Visi bersama membantu menciptakan rasa kebersamaan berorganisasi dan memberikan
koherensi terhadap beragam aktivitas. Orang yang bena-benar memiliki visi bersama akan
terhubung dan terikat oleh aspirasi dan rasa yang sama. Penguasaan Diri (Personal Mastery)
Personal Mastery merupakan prinsip bagi seseorang untuk terus menerus memperdalam visi
pribadi, fokus pada kekuatan diri sendiri, mengembangkan kesabaran diri sendiri serta
melihat realita secara objektif.

Visi dapat memiliki fungsi untuk menentukan langkah ke depan, menginspirasi anggota,
memotivasi anggota agar memberikan kontribusi yang maksimal. Oleh karena itu, rangkaian
kata yang digunakan dalam sebuah visi harus ringkas dan jelas, umumnya hanya satu kalimat
atau tidak lebih dari satu paragraf.
Pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP adalah pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran.

Misi adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai gambaran masa depan (visi). Misi
merupakan langkah-langkah dan strategi apa untuk mencapai visi kita.Alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan diatas salah satunya
adalah dengan menggunakan model experiential learning. Experiential learning adalah proses
belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau
pembelajaran.

Perbedaan visi dan misi, yakni visi adalah tujuan, masa depan, cita-cita, hal yang ingin
dilakukan. Sementara misi adalah langkah, bentuk atau cara serta bagaimana untuk
mewujudkannya. 2. Perbedaan visi dan misi, yakni visi adalah gambaran besar atau gambaran
secara keseluruhan apa yang diinginkan.

2.14. Pembelajaran Tim (team learning )


Pembelajaran tim adalah upaya kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama dalam
kelompok. Tujuan dari pembelajaran tim adalah untuk mencapai tujuan melalui dialog dan
diskusi, konflik dan rutinitas defensif, dan latihan dalam kelompok.
kemampuan anggota organisasi untuk menahan asumsi pribadi masing-masing dan untuk
secara bebas berpikir bersama- sama sebagai satu organisasi. Pembelajaran organisasi
merupakan perubahan dalam pengetahuan organisasi untuk memberikan pengalaman kepada
organisasi (Wijaya Sheleen, 2015).

Ini menyediakan pengetahuan dan bantuan bagi anak-anak yang membutuhkan (Tinto dan
Pusser, 2016 dalam Ibrahim dkk (2015: 347). Model collaborative learning membuat para
siswa merasa nyaman dalam beraktivitas secara berpasangan atau dalam sebuah kelompok
belajar sehingga mereka dapat bekerja secara bersamasama. Dengan adanya teamwork,
individu dengan keahlian yang berbeda dapat saling melengkapi dan bekerja secara efektif.
Kolaborasi yang baik meningkatkan produktivitas tim dan menghasilkan solusi yang lebih
baik. Kerja tim menciptakan lingkungan yang positif di mana anggota tim merasa didukung
dan dihargai.

Dalam hal ini, organisasi belajar mendorong para manajer terus berupaya meningkatkan
kemampuan baik individual maupun kelompok, untuk berpikir dan berperilaku kreatif dan
mengoptimalkan potensinya melalui pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan adalah
menggunakan cooperative learning model. Cooperative learning adalah model pembelajaran
dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil
yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelas.

Memperkuat bonding antar karyawan: Kerja sama tim memungkinkan karyawan untuk
saling mengenal, membangun kepercayaan, dan memperkuat hubungan antara satu sama lain.
Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan tingkat retensi karyawan.
BAB 3
Tujuan

Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai salah satu syarat untuk tugas akhir mata kuliah
Kepemimpinan, serta makalah ini dapat di pergunakan sebagai bahan pembelajaran dalam
mata kuliah Kepemimpinan.

3.1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari kepemimpinan


Adapaun tujuan pembelajar tersebut tentunya untuk menambah pengetahuan wawasan
mahasiswa dan tentunya mahasiswa mampu mengetahui memahami pengertian dari pada
kepemimpinan.

3.2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori dari kepemimpinan


Adapaun pembelajaran tersebut mahasiswa mampu melaksanakan aturan dan
menjelaskan pengertian dari pada teori kepemimpinan.

3.3. Mahasiswa mengetahui fungsi dari kepemimpinan


Adapun tujuan pembelajaran pemebahasan mengenai tersebut di harapkan mahasiswa
dapat mengetahui Fungsi dari pada kepemimpinan.

3.4. Mahasiswa mengetahui factor-faktor dari kepemimpinan


Sebagaimana dari pada pembelajaran di harapkan Mahasiswa dapat mengerti dan
memahami mengenai factor-faktor dari pada kepemimpinan.

3.5. Mahasiswa mengetahui apa saja syarat-syarat dari kepemimpinan


Adapaun pembahasan materi pembelajaran tersebut Mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui dari pada syarat-syarat dari kepemimpinan.

3.6. Mahasiswa mengetahui dan mampu menerapkan ciri-ciri kepemimpinan


Tujuan pembelajaran yang di harapkan Mahasiswa mampu mengeimplementasikan dari
pada ciri-ciri kepemimpinan.
3.7. Mahasiswa mengetahui apa saja tipe dari pada kepemimpinan
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja dari tipe kepempinan yang susai
dengan pembahasan tersebut.

3.8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengembangan kepemimpinan


Sesuai dengan pembahasan pembelajaran yang di harapkan siswa dapat menjelaskan
tentang pengembangan dari pada kepemimpinan

3.9. Mahasiswa mengetahui dan mejelaskan apa saja hambatan-hambatan dari


kepemimpinan
Adapaun tujuan akhir dari pembahasan materi tersebut yang di harapkan Mahasiswa dapat
dengan mudah mejelaskan dari pada saja hambatan dari kepemimpinan tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memilih serta
menerapkan tentang bagaimana mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau
mencapai tujuan yang diinginkan sang pemimpin.

Kepemimpinan merupakan proses memotivasi orang lain agar mau bekerja guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan mempunyai dua aspek, yaitu fungsi
administratif dan fungsi manajemen puncak. Pemimpin dan kepemimpinan selalu dibutuhkan
dalam kehidupan manusia. Pemimpin akan selalu tampil sejalan dengan peradaban manusia
dari masa ke masa, dimanapun, dalam kondisi apapun. Istilah kepemimpinan adalah
kekuasaan, wewenang, dan kemampuan. Pengembangan kepemimpinan merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan ke tingkat yang lebih tinggi. Pengembangan
kepemimpinan merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan demi kemajuan organisasi itu
sendiri. Sebab pemimpin yang kemampuannya terus dikembangkan diharapkan mampu
membawa organisasi menjadi lebih baik. Dalam kepemimpinan juga terdapat kendala yaitu
hambatan internal yang berasal dari dalam diri seperti emosi dari dalam diri dan hambatan
eksternal berupa orang terdekat, kurangnya dukungan dari bawahan, dan terlalu banyak
tekanan.

4.2 Saran
Kepemimpinan merupakan hal yang penting bagi setiap kelompok atau organisasi untuk
mendorong kelompok/organisasi menjadi lebih baik. Untuk melaksanakan kepemimpinan
yang baik, pemimpin harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinan yaitu kekuasaan,
wewenang, dan kemampuan. Selain syarat-syarat yang harus dipenuhi juga harus didukung
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan agar berjalan lancar dan
meminimalkan hambatan-hambatan yang mungkin menghambat jalannya kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rustandi R. 2016. Gaya Kepemimpinan:Pendekatan Bakakt Situasional. Bandung:


ARMICO.
Anton Harianto. Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja.
Universitas Sahid Jakarta: Tesis Tidak Diterbitkan. 2014.
Covey, Stephen R. 1997. Kepemimpinan yang Berprinsip. Jakarta: Binarupa Aksara
Davis, Keith. 2010. Organizational Behavior – Human Behavior at Work 13th
Edition. New Delhi: Mcgraw Hill Company.
Kasparina Ufie. Kepemimpinan yang Efektif. Stpakambon’s blogspot.
http://diecahyouinyogya.blog.com . 2009. [ 6 Februari 2019 pukul 21.24 WIB].
Robbert Kreitner dan Angel Kinichi. 2014. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat
Miftah Thoha. 2012. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka.
Winar di. 2007. Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti Winardi J.
2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai