Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“FILOSOFI/ESENSI MUTU”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Dr. M. Fahim Tharaba, M.Pd

disusun oleh:

Kelompok 2
1. Anadila Shinta Asfia 200106110060
2. Risza Destino Safutra Nugroho 200106110061
3. Minkhatul Bari 200106110069

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat serta karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa Sholawat serta salam kami haturkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang benar. Makalah
berjudul “Filosofi/Esensi Mutu” disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Mutu
Pendidikan. Makalah ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan sebagai referensi
pengetahuan belajar. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Fahim Tharaba,
M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Mutu Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
makalah yang kami susun.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
yang kami susun masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah serta dapat menjadi
evaluasi dalam membuat makalah selanjutnya.

Malang, 09 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Filosofi/Esensi Mutu ....................................................................................................... 3

B. Pandangan Produsen Terkait Produk Bermutu ............................................................... 4

C. Pandangan Konsumen Terkait Produk Bermutu............................................................. 5

D. Konsep Mutu ................................................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Karena di dalam
dunia pendidikan untuk menghasilkan output yang baik perlu adanya manajemen mutu
yang baik pula sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai dengan keinginan
masyarakat. Tidak semua lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi siap dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Masalah tersebut berakibat bagi masyarakat. Para
peserta didik yang seperti itu adalah produk sistem pendidikan yang tidak berfokus pada
mutu.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu
pendidikan perlu adanya pemahaman tentang konsep dasar dari mutu itu sendiri.
Kualitas pendidikan yang baik hanya dapat terwujud apabila lembaga pendidikan
mempunyai pemahaman terhadap esensi mutu yang diimplementasikan pada lembaga
pendidikan tersebut.
Mutu pendidikan dapat juga disebut dengan kualitas pendidikan. Mutu
merupakan masalah pokok yang menjamin perkembangan lembaga pendidikan dalam
meraih keberhasilan ditengah-tengah persaingan dalam dunia pendidikan yang semakin
maju. Mutu adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan
efisien untuk melahirkan keunggulan akademis pada peserta didik yang dinyatakan
lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Dalam prespektif Islam, kualitas itu sesungguhnya realisasi dari
Ihsan yakni seseorang harus melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan
memperhatikan efesiensi dan efektivitas karena ia sadar bahwa Allah SWT menilai
setiap pekerjaan yang dilakukan.1 Dengan demikian Islam telah memperhatikan proses.
Kualitas dalam Islam tergantung pada prosesnya dan usaha yang dilakukan. Firman
Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Najam ayat 39
َ ‫ان ا ََِّّل َما‬
‫سعٰى‬ ِ ‫ْل ْن َس‬ َ ‫َوا َ ْن لَّي‬
ِ ْ ‫ْس ِل‬
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya”.2

1
Nurul hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal.158.
2
Al-Quran, Depertemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: Al-Huda, 2005).

1
Dari uraian di atas, maka penulis pada pembuatan makalah ini akan membahas
mengenai filosofi atau esensi mutu, pandangan produsen terkait produk bermutu,
pandangan konsumen terkait produk bermutu, serta konsep mutu agar pengelolaan
mutu di lembaga pendidikan tidak melenceng dari tujuan pendidikan yang telah
menjadi ketetapan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa filosofi/esensi mutu?
2. Bagaimana pandangan produsen terkait produk bermutu?
3. Bagaimana pandangan konsumen terkait produk bermutu?
4. Bagaimana konsep mutu?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui filosofi/esensi mutu.
2. Untuk mengetahui pandangan produsen terkait produk bermutu.
3. Untuk mengetahui pandangan konsumen terkait produk bermutu.
4. Untuk mengetahui konsep mutu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filosofi/Esensi Mutu
Mengenai filosofi/esensi mutu beberapa ahli memiliki pendapat tentang
pengertian MMT (Manajemen Mutu Terpadu). Dalam landasan filosofis pengertian
MMT (Manajemen Mutu Terpadu) yaitu:
1. Sallis Edward mempunyai pendapat bahwa “Total Quality Management is a
philosophy and methodology which assists institutions to manage change and
to set their own agendas for dealing with plethora of new external pressures”.
Artinya Manajemen Mutu Terpadu adalah filosofi dan metodologi yang
membantu institusi untuk mengelola perubahan dan menetapkan agenda mereka
sendiri untuk menghadapi banyak tekanan eksternal baru.3 Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa MMT bukan sekedar prosedur atau tahapan-tahapan dalam
menyelesaikan suatu masalah, tetapi sebuah filsafat dan metodologi untuk
membantu lembaga dalam mengahadapi perubahan agar selalu sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pihak-pihak luar atau stakeholder.
2. Syafaruddin berpendapat bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah suatu
filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang
menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk
meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. 4 Pemikiran
tersebut membuktikan bahwa MMT adalah manajemen yang tidak melulu
mementingkan produk akan tetapi lebih mementingkan proses. Proses yang
bermutu pasti akan menghasilkan produk yang bermutu. Agar dapat mencapai
produk yang bermutu, organisasi harus mempunyai filosofi yang menyeluruh
terhadap mutu yang dipahami oleh semua komponen organisasi.5 Dengan
dipahaminya filosofi tersebut, seluruh komponen organisasi akan melakukan
tugas mereka dengan sebaik-baiknya, sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan akan semakin kecil sehingga lebih efisien. Maka dapat diketahui

3
Vincent Gaspersz, Total Quality Management, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001).
4
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2002).
5
Tatang Ibrahim dan A. Rusdiana, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Bandung: Yrama
Widya, 2021), hal. 37-38.

3
bahwa MMT tidak berpusat pada pemimpin maupun manajer saja, melainkan
juga semua komponen organisasi tersebut.
3. Manajemen Mutu Terpadu menurut pendapat Pulungan adalah filosofi dan
sistem untuk pengembangan secara terus menerus (continuous improvement)
terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).6 Sistem pengembangan secara berkelanjutan atau terus menerus
serta kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap
definisi yang dikemukakan pakar tersebut terhadap Manajemen Mutu Terpadu.
Sistem pengembangan secara terus menerus menggambarkan bahwa MMT
memiliki penekanan pada proses dan bekerja dengan mendasarkan pada sistem.

Sehingga dapat disimpulakan mengenai definisi MMT (Manajemen Mutu


Terpadu) menurut landasan filosofis bahwa pengelolaan organisasi dalam melakukan
perubahan dan perbaikan berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus terhadap
produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Filosofi/essensi mutu dapat diartikan
sebagai segala aktivitas yang mengacu pada upaya untuk menghasilkan produk
bermutu, mulai dari mengelola isi, proses, sampai setting produk.

B. Pandangan Produsen Terkait Produk Bermutu


Kotler dan Amstrong berpendapat bahwa produk merupakan komponen yang
penting. Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan
perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuasakan keinginan atau
kebutuhan.7 Produk bukan sekedar barang-barang yang terwujud, tetapi dalam arti luas
produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai disuatu pasar sasaran dimana
kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk benda, jasa, organisasi,
tempat, orang dan ide. Sehingga produk itu tidak hanya berbentuk barang, ada juga
seperti jasa, organisasi, tempat, orang dan ide.
Dalam sudut pandang konsumen dan produsen dalam menilai suatu produk
bermutu memiliki standar kualitas yang berbeda-beda. Ditinjau dari pandangan
produsen, mutu merupakan sebuah conformance yaitu seberapa tingkat kesesuaian
produk atau jasa yang dihasilkan dengan desain/rancangan produsen. Mutu merupakan

6
Ismail Pulungan, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001).
7
Kamaludin dan Sulistiono, Kualitas Produk sebagai Faktor Penting dalam Pemasaran Ekspor pada PT.
Eurogate Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, t.t., 6.

4
kata yang cukup rumit untuk didefinisikan, karena mutu bergantung pada beberapa hal
berikut, yakni merancang, memproduksi, mengirimkan atau menyerahkan barang
kepada konsumen, serta pelayanan pada konsumen (penggunaan barang dan jasa
tersebut oleh konsumen).
Dengan demikian, mutu dari sisi produsen dapat diartikan sebagai keadaan fisik,
fungsi dan sifat suatu produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen,
memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan. Dalam pengertian yang lebih luas,
Joseph M. Juran mengartikan mutu sebagai kinerja organisasi secara keseluruhan yang
difokuskan secara sinergi pada kebutuhan dan kepuasan konsumen atau pelanggan. 8
Dari sinilah mutu dipersepsikan sebagai Total Quality Management.
Bila dinyatakan dalam faktor-faktor, maka mutu produk ditinjau dari sisi
produsen dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu:9
1. Bentuk rancangan/desain barang atau jasa.
2. Bahan baku yang digunakan.
3. Teknologi yang digunakan untuk membuat produk.
4. Cara menjual dan/atau mengirim ke konsumen termasuk cara mengemasnya dan
cara melayani konsumen.

C. Pandangan Konsumen Terkait Produk Bermutu


Thomas dan Keller berpendapat bahwa mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu mutu
menurut produsen dan konsumen.10 Seorang konsumen menilai suatu produk dari
ketepatan penggunaan (fitness for use) dan desainnya (quality of design). Maksud dari
fitness for use yaitu seberapa baik produk tersebut melaksanakan peran/fungsi
utamanya. Kemudian quality of design termasuk mendesain sifat-sifat mutu ke dalam
produk (barang atau jasa). Jadi konsumen menilai suatu produk yang bermutu dari
desain produk dan seberapa baik fungsi dari produk tersebut. Semakin bagus rancangan
produknya dan produk itu berfungsi dengan baik maka konsumen memberikan nilai
yang tinggi terhadap suatu produk, dan begitupun sebalikanya.

8
Joseph M. Juran, Merancang Mutu (terj), (Jakarta: PT. Binaman Persindo, 1994).
9
Tatang Ibrahim dan A. Rusdiana, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Bandung: Yrama
Widya, 2021).
10
Kotler, Manajemen Pemasaran, vol. 1, 13, (Jakarta: Erlangga, 2010).

5
Konsumen memiliki penilaian tersendiri mengenai produk yang mereka lihat.
Pada produk berbentuk barang, konsumen cenderung menilai mutu dari sisi:11
1. Kinerja (performa).
2. Wujud secara fisik (feature).
3. Probabilitas lama barang tahan terhadap kerusakan (reliability).
4. Kesesuaian dengan standard yang ada (conformance).
5. Seberapa lama barang tersebut mendapatkan pelayanan apabila mengalami
kerusakan (serviceability).
6. Keindahan (aesthetics).
7. Keamanan (safety).

Sedangkan dalam produk yang berbentuk jasa, konsumen memiliki persepsi nilai
mutu yang berbeda yang terdiri dari:
1. Seberapa lama konsumen harus menunggu pelayanan jasa tersebut (time and
timeliness).
2. Kelengkapan pelayanan yang diinginkan konsumen (completeness).
3. Bagaimana karyawan melayani konsumen (courtesy).
4. Seberapa konsisten tingkat pelayanan yang diberikan (consistency).
5. Seberapa mudah konsumen mengakses jasa (accessibility and consistency).
6. Seberapa tepat kinerja pelayanan (accuracy).
7. Seberapa mampu perusahaan jasa tersebut mampu menangani permasalahan
yang tidak biasa (responsivenss).

Dalam menentukan suatu nilai produk yang bermutu menurut pandangan


konsumen itu berbeda-beda. Konsumen 1 dengan konsumen lainnya memiliki standar
mutu yang tidak sama. Sehingga persepsi yang tertulis diatas hanya sebagian, bisa jadi
konsumen mengurangi standar penilaiannya dan ada yang menambah standar penilaian
dalam memeberikan mutu suatu produk.

D. Konsep Mutu
1. Definisi Manajemen Mutu
Istilah manajemen memiliki arti yang berbeda-beda menurut para ahli.
Berikut definisi mutu menurut beberapa ahli:

11
Tatang Ibrahim dan A. Rusdiana, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Bandung: Yrama
Widya, 2021), hal. 8.

6
a. Manajemen menurut Moefti Wiriadihardja adalah
mengarahkan/memimpin sesuatu daya usaha melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkordinasian dan pengendalian sumber daya
manusia dan bahan ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. 12
b. Syafaruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses pengaturan
dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama
para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.13
c. Adapun mutu secara esensial menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna,
digunakan untuk menujukkan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (product)
dan/atau jasa (service) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas
bobot dan/atau kinerjanya.14

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen mutu merupakan sebuah metode untuk mengelola
suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang diarahkan agar
memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan mencapai peningkatan
secara berkelanjutan pada setiap aspek kegiatan organisasi.
2. Batasan Manajemen Mutu Pendididikan
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)”. Korelasi antara mutu dengan
pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses pendidikan
dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen
pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri.

12
Moeftie Wiriadihardja, Dimensi Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987).
13
Syafaruddin Alwi, Manajemen Sumber Daya Manusia; Strategi Keunggulan Kompetitif, (Yogyakarta: BPFE,
2005).
14
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005).

7
Faktor-faktor dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan
ajar, metodologi, dukungan administrasi, sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu pendidikan dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan
dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah memberikan layanan kependidikan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup input, proses dan
output pendidikan.
3. Fungsi Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen mutu pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam
mengelola jasa untuk memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan
mutu supaya tidak terjadi keluhan-keluhan. Bagi peserta didik, sekolah adalah
sarana untuk balajar dan di dalamnya terdapat sistem yang terdiri dari input
kemudian proses lalu output. Oleh sebab itu, sekolah memiliki peran yang penting
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik supaya
siswa dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Dalam proses pembangunan, peningkatan mutu sumber daya manusia harus
dilakukan dengan terencana, terarah, intensif, efisien, dan efektif. Hal ini
dilakukan supaya dapat bersaing dalam era globalisasi. Cara yang tepat untuk
memperbaiki mutu pendidikan adalah dengan memperbaiki manajemen mutu
pendidikan. Yang berperan di dalam proses peningkatan mutu pendidikan adalah
organisasi-organisasi pendidikan.
Menurut Cheng, bahwa keefektifan sekolah dapat dilihat dari kemampuan
sekolah dalam menjalankan fungsinya dengan maksimal. Berikut ada beberapa
indikator manajemen mutu sekolah:15
a. Lingkungan sekolah yang kondusif (aman dan tertib).
b. Mempunyai misi dan target mutu yang akan dicapai.
c. Mempunyai kepemimpinan yang kuat.

15
Tatang Ibrahim dan A. Rusdiana, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Bandung: Yrama
Widya, 2021).

8
d. Ada harapan yang tinggi terhadap personel sekolah, diantaranya kepala
sekolah, guru, staf dan siswa untuk berprestasi.
e. Ada pengembangan staf sekolah yang dilakukan terus menerus sesuai
dengan tuntutan IPTEK, pelaksanaan evaluasi secara terus menerus
terhadap berbagai aspek administratif dan akademik, serta pemanfaatan
hasilnya untuk perbaikan mutu.
f. Adanya dukungan dan komunikasi intensif dari orang tua murid atau
masyarakat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) dalam landasan filosofis menurut para ahli
memiliki pengertian yang berbeda-beda. Tetapi memiliki kesimpulan yang sama, yaitu
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan pengelolaan organisasi dalam
melakukan perubahan dan perbaikan berkelanjutan yang dilakukan secara terus
menerus terhadap produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Menurut Thomas dan Keller mutu dapat dilihat dari dua sisi, yakni mutu menurut
produsen dan mutu menurut konsumen. Mutu dari sisi produsen dapat diartikan sebagai
keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan
konsumen, serta memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.
Sedangkan mutu dari sisi konsumen yaitu ketepatan penggunaan dan desain.
Konsumen memiliki penilaian tersendiri mengenai produk yang mereka lihat. Pada
produk berbentuk barang, konsumen cenderung menilai mutu dari sisi kinerja, wujud
secara fisik, probabilitas lama barang tahan terhadap kerusakan, dll. Sedangkan produk
berbentuk jasa, konsumen memiliki standar tersendiri yaitu seberapa lama konsumen
harus menunggu pelayanan jasa tersebut, kelengkapan pelayanan yang diinginkan
konsumen, bagaimana karyawan melayani konsumen, dll.
Konsep mutu meliputi definisi manajemen mutu yaitu sebuah metode untuk
mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang diarahkan
agar memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan mencapai peningkatan
secara berkelanjutan pada setiap aspek kegiatan organisasi. Kemudian batasan
manajemen mutu pendidikan kemampuan sekolah memberikan layanan kependidikan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup input, proses dan output
pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an. (2005). Departemen Agama Republik Indonesia. (Jakarta: Al-Huda)

Alwi, Syafaruddin. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan


Kompetitif. (Yogyakarta: BPFE)

Gaspersz, Vincent. (2001). Total Quality Management. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Hidayah, Nurul. (2016). Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah. (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media)

Ibrahim, Tatang dan A. Rusdiana. (2021). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). (Bandung: Yrama Widya)

Juran, Joseph Moses. (1994). Merancang Mutu (terj). (Jakarta: PT. Binaman Persindo)

Kamaludin dan Sulistiono. Kualitas Produk sebagai Faktor Penting dalam Pemasaran Ekspor
pada PT. Eurogate Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, t.t., 6

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
(Jakarta: Balai Pustaka)

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2011). Marketing an Introduction, 10th Edition.
(Indonesia: Perason)

Pulungan, Ismail. (2001). Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas


Terbuka)

Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. (Jakarta: PT. Grasindo)

Wiriadihardja, Moeftie. (1987). Dimensi Kepemimpinan dalam Manajemen. (Jakarta: Balai


Pustaka)

11

Anda mungkin juga menyukai