PENELITIAN KUANTITATIF
TENTANG
Disusun Oleh:
NIM: 0307192072
MPI-1/SMT.V
T.A: 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiratan Allah Swt. atas karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah, dengan semampu dan sebisa kami.
Tugas ini kami susun untuk menambah ilmu serta menumbuhkan rasa tanggung jawab
dalam diri kami dan sekaligus mengisi salah satu tugas yang harus kami penuhi sebagai
seorang peserta didik.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada penyelamat umat manusia, yaitu
Baginda Nabi Muhammad Saw, sebagai insan utama pilihan Allah yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah ke zaman ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Fokus Observasi ................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
D. Tujuan Masalah .................................................................................. 3
E. Manfaat Observasi .............................................................................. 3
ii
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 44
3.6 Teknik Penjamin Keabsahan Data .................................................... 44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang sering dialami dalam
kehidupan manusia. Pengambilan keputusan menjadi konsekuensi yang logis dalam
kehidupan manusia sebab yang selalu berubah dan mengalami peningkatan.
Pengambilan keputusan dapat dianggao sebagai suatu hasil ataupun keluaran dari proses
kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur atas tindakan di antara beberapa
alternated yang bersedia.
Pengambilan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi
maupun manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukannya banyak
kegiatan untuk mengambil sebuah keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut.
dimana keputusan-keputusan yang dibuat dalam perencanaan tersebut ditujukan kepada
peilihan alternative program dan prioritas dari perencanaan tersebut1. Dalam pembuatan
keputusan tersebut mecakup dari kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan
pemilihan alternative keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dmpak tang
mungkin timbul didalamnya.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi dari suatu masalah. dimana
keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan marupakan suatu tingkat dalam
keputusan yang lebih banyak dibutuhkan informasi dan dimana dalam informasi
tersebut dikumpulkan serta dianalisis dan dievaluasi untuk dipertimbangkan agar
menghasilkan sebuah keputusan. 2
1
Usman, H, Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) h. 29
2
Muhammad Rifa’I, Dasar-Dasar Manajemen. (Medan: CV. Widya Puspita,
2019) h. 135
1
pendidikan terletak pada mutu pengajaran, dan mutu pengajaran tergantung pada mutu
guru.3
Guru profesional selalu melekatkan dirinya pada sikap dedikatif yang tinggi
terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, selalu
berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai
dengan tuntutan zaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas
mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya di
masa depan.
Pendidik diharapkan mampu menjadi contoh dan diikuti oleh orang lain,
terutama oleh muridnya. Dalam bahasa Jawa seorang guru itu “digugu dan ditiru” yakni
digugu pembicaraannya dan ditiru perbuatannya, sebab seorang pendidik adalah pada
dasarnya pembawah contoh perubahan kepada peserta didik.
3
Dedi Supriadi, 1999, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Cet. I; Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, h. 97
4
Sardiman A.M., 2001, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Cet. I; Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, h. 161.
2
Peran guru diperlukan untuk menciptakan interaksi pembelajaran yang kondusif, maka
sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.5
B. Fokus Observasi
C. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah dan fokus observasi di atas, maka rumusan
masalah pada observasi ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana strategi pengambilan
keputusan evaluasi kinerja profesi guru dalam meningkatkan kompetensi profesionalitas
guru di MTS Al-Ikhlas Sidodadi Ramunia?.
D. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang diatas, maka yang menjadi tujuan observasi
ini adalah: Untuk mendeskripsikan tentang strategi pengambilan keputusan evaluasi
kinerja profesi guru dalam meningkatkan kompetensi profesionalitas guru di Mts Al-
Ikhlas Sidodadi Ramunia.
E. Manfaat Observasi
a. Secara Teoritis
Hasil observasi ini dapat memberikan nilai-nilai keilmuan khususnya
untuk pembelajaran manajemen mutu pendidikan.
b. Secara Praktis
5
Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Pemberdayaan Guru, Tenaga
Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah) dalam Syaiful Sagala Cet.
II; Bandung: Alfabeta, h. 32
3
Bagi masyarakat khususnya mahasiswa dan tenaga pendidik diharapkan
hasil observasi ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan tentang
pentingnya manajemen mutu pendidikan dalam lembaga pendidikan.
Selain itu, manfaat dari observasi ini adalah untuk mengetahui strategi
pengambilan keputusan evaluasi kinerja profesi guru di MTS Al-Ikhlas Sidodadi
Ramunia.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
6
Eliana Sari, Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi, (Jakarta: Jayabaya,
2007) h. 1
5
Teori-Teori dalam pengambilan keputusan
1. Teori Utilitarisme
6
keputusan benar atau baik secara moralbila kebijakan atau tindakan
tersebutmemberikan lebih banyak manfaat dibandingkandengan
kerugian yang ditimbulkannya.
3) Alternatif yang memberikan jumlah utilitas palingbesar wajib dipilih
sebagai tindakan yang secaraetis tepat. Kriteria ini mengandung
pengertiantentang untuk siapa manfaat terbanayak tersebut.Suatu
tindakan atau kebijakan ataupun keputusanbaik atau benar secara
moral jika memberikanmanfaat terbesar bagi sebanyak mungkin
orang.
7
1) Manfaat merupakan konsep yang begitu luassehingga dalam
kenyataan nyataan praktis akanmenimbulkan kesulitan yang tidak
sedikit.
2) Etika utilitarisme tidak pernah menganggapserius nilai suatu
tindakan pada dirinya sendiri.
3) Etika utilitarisme membenarkan hak kelompokminoritas tertentu
tertentu dikorbankan demikepentingan mayoritas.
2. Teori Deontology
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui
ucapan dan perbuatan.Teori deontology adalah konsep moral yangmenitik
beratkan pada kewajiban. Konsep inimenyiratkan adanya pembedaan di antara
sekiankewajiban yang hadir bersamaan. Satu persoalankadang terlihat baik dari
satu sudut pandang tetapiterlihat buruk dari sudut pandang yang lain.Penilaian
baik dan buruk tidak semata-mata bertolakdari nilai kebaikan dan keburukan
begitu saja (DavidMcNaughton). Baik dan buruk dinilai berdasarkankonteks
terjadinya suatu perbuatan. Bisa sajaperbuatan A benar berdasarkan prinsip-
8
prinsipumum yang diterima oleh masyarakat, tetapi konteksnya menyebabkan
perbuatan itu terlihatburuk dan berdampak negative manakala dilakukan.
3. Teori Hedonisme
9
jasmani, filosofis, dan intelektual.Kata hedonism diambil dari bahasa
Yunanihedonismos dari akar kata hedone yang artinya “kesenangan”. Kees
Bertens (2002:235) mengungkapkan “paham ini berusaha menjelaskanbahwa
baik apa yang memuaskan keinginan manusiadan apa yang meningkatkan
kuantitas kesenangan itu sendiri”. Sementara itu Poespoprdjo(1999:60)
menyatakan “Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling tua,
paling sederhana, palingkebenda-bendaan, dan dari abad ke abad selalu kita
temukan”.
7
Haudi, Teknik Pengambilan Keputusan, (Sumatera Barat: Cv. Insan Cendikia
Mandiri, 2021) h. 2-15
10
kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan merupakan prasyarat penentu tindakan. Pengambilan keputusan yang tidak
tepat akan menimbulkan banyak masalah atau mungkin saja berupa penyesalan yang
tidak kunjung padam. Oleh sebab itu ketika kita menyadari bahwa pengambilan
keputusan adalah salah satu bagian penting dari episode kehidupan yang selanjutnya
maka kita dituntut untuk memperhatikan berbagai faktor atau hal -hal yang akan muncul
ketika suatu keputusan kita ambil.
11
krusial. Hal ini yang merupakan persepsi umum bahwa proses memutuskan adalah
sebagai inti dari administrasi atau inti dari kepemimpinan dan seluruh kegiatan
administrasi harus tergantung pada yang satu ini. Persoalan pengambilan keputusan
harus mendapat perhatian pada aspek proses yang akan sangat menentukan pada
kualitas keputusan itu sendiri Jika seseorang harus memutuskan untuk memilih
alternatif tindakan-tindakan.
Dalam pandangan Islam, pengambilan keputusan telah dijelaskan dalam QS: Al-
ankabut ayat 2-3
َاس أَن يُتْ َر ُك ٓو ۟ا أَن َيقُولُ ٓو ۟ا َءا َمنَّا َو ُه ْم ََل يُ ْفتَنُون َ أ َ َحس
ُ َِّب ٱلن
۟ ُصدَق
َوا َولَيَ ْعلَ َم َّن ْٱل َك ِذ ِبين َ َٱَّللُ ٱلَّذِين
َّ َولَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ ِمن قَ ْب ِل ِه ْم ۖ فَلَيَ ْعلَ َم َّن
Melalui ayat ini, Allah menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman pasti akan
diberi ujian ataupun masalah, dan ketika dihadapkan pada sebuah masalah, manusia
akan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan terkait dengan pemecahan
masalah tersebut. Sikap seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan tentu saja
berbeda-beda, proses seseorang dalam pengambilan keputusan pun juga bermacam-
macam.
8
Muhdi, dkk. (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan
Model Manajemen Pendidikan Menengah. Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No.
2
12
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan alternatif
terbaik dari banyak alternatif dengan cara yang dianggap paling efisien sesuai dengan
situasi. Ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk menilai mana alternatif
terbaik. Beberapa orang menggunakan pendekatan qualitatif dalam proses pengambilan
keputusan.
13
masalah, yang artiya bahwa keputusan yang diambil tersebut dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut secara sekaligus.
10
Nurhamni, Faktor-Faktor Yang Pengambilan Keputusan, Junal Academia.
Vol 1. ISSN 1411-3341
14
keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam
mengambil keputusan.Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil
keputusan, padadasarnya dia telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-
alternatif yangditawarkan kepadanya11
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan titik awal berbagai aktivitas organisasi yang
sangat menentukan keberhasilan organisasi. Perencanaan harus dilakukan
oleh pengambil keputusan untuk memberikan arah, menjadi standar
kerja, memberikan pemersatu, dan membantu untuk memperkirakan
peluang-peluang.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan konsep untuk memikirkan,
memperhitungkan, kemudian menyediakan segala surat mandate, SDM,
sarana dan prasarana serta perabot dan perlengkapan. Dari pengambilan
keputusan di pengorganisasian yakni guna untuk mengetahui tugasnya.
c. Penggerakan
Penggerakan merupakan penggabungan dari fungsi sebelumnya, yakni
perencanaan dan pengorganisasian. Yakni untuk memberikan kinerja
yang tinggi dalam organisasi. Contohnya yakni, satu tahun memberikan
penghargaan bagi guru yang kompeten (bagian dari dorongan).
d. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa
yang sedang atau sudah terjadi atau sudah dilaksanakan dengan kriteria,
norma-norma, standar, atau rencanarencana yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Contohnya bidang pendidikan, dimana di sekolah adanya
supervise, maka dari itu supervise datang ke sekolah yakni untuk
mengawas guru-guru bagaimana guru mengajar di dalam kelas,
bagaimana dia menilai sikap (dilakukan oleh supervisor), dengan
11
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2005), 57-58.
15
melakukan pengawasan yakni guna untuk mendorong kinerja guru-guru
disekolah.12
2.1.3 Karakteristik Dasar Pengambilan Keputusan
16
memutuskan untuk memilih alternatif tindakan-tindakan. Dalam mengambil keputusan
sebaiknya alternatif-alternatif keputusan yang akan diimplementasikan harus berpatokan
pada kriteria-kriteria yang menunjukkan pada kualitas. Persoalan pengambilan
keputusan harus mendapat perhatian pada aspek proses yang akan sangat menentukan
pada kualitas keputusan itu sendiri. Pengambilan keputusan berkenaan dengan ruang
lingkup situasi yang luas dan melibatkan peserta pengambilan keputusan secara individu
atau kelompok individu yang mewakili organisasi di mana keputusan tersebut dibuat.
1) Rare, keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang tidak
dapat ditiru oleh organisasi, perusahaan, atau instansi lainnya.
2) Consequential, keputusan-keputusan strategis yang memasukan sumber
daya penting dan menuntut banyak komitmen dari instansi terkait.
3) Directive, keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang
dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa
yang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.
14
Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi NonProfit, (Jakarta: PT. Grasindo, 2015) h. 77
17
َئًْاا َّوه َُو ََر لَّ ُك ْم ۗ َو ه
ّٰللاُ يَ ْعلَ ُم َ ب َعلَ ْي ُك ُم ْال ِقت َا ُل َوه َُو ُك ْرهٌ لَّ ُك ْم ۚ َو َع ٓسى ا َ ْن ُ َ ْك َره ُْوا
َ َئًْاا َّوه َُو َخي ٌْر لَّ ُك ْم ۚ َو َع ٓسى ا َ ْن ُ ُ ِِب ْووا َ ُِكت
َࣖ َواَ ْنت ُ ْم ََل َُ ْعلَ ُم ْون
Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu.
Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.
Jelas disebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 216 tersebut, bahwa Allah-lah sebaik-
baiknya tempat kembali ketika kita dihadapkan pada sebuah masalah dan pada sebuah
proses pengambilan keputusan. Tidak jarang dari kita kemudian melakukan sholat
Istikharah untuk melibatkan Allah dalam setiap pencarian solusi setiap masalah kita.
Nabi Muhammad SAW, bersabda
” Jika Salah seorang diantara kalian berniat dalam suatu urusan maka lakukanlah
Shalat Sunah dua Raka’at yang bukan Shalat Wajib, kemudian bedoalah meminta
kepada Alloh” [HR. AL – Bukhari]
Jika dalam perspektif ilmiah dikenal istilah focus group discussion sebagai salah
satu cara dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah, istilah ini dalam Islam
disebut sebagai musyawarah. Di dalam musyawah pun tetap harus melibatkan Allah.
Keputusan yang diambil tentu merupakan keputusan bersama bukan karena kepentingan
sepihak dan tentu saja berlandaskan pada nilai-nilai kebenaran yang tercantum baik
dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul. Islam mengatur bahwa dalam musyawah perlu
memegang prinsip adil, amanah, istiqamah, dan jujur. Adil berarti tidak berat sebelah
atau tidak hanya memperhatikan kepentingan suatu pihak, amanah berarti ketika
keputusan telah diambil maka kita memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan
keputusan tersebut dikemudian hari, istiqamah berarti memiliki keteguhan hati untuk
dapat melaksanakan keputusan tersebut sesuai dengan syariat Islam, sedangkan prinsip
18
yang terakhir berarti kita harus selalu bersikap jujur termasuk dalam proses
pengambilan keputusan maupun melaksanakan hasil keputusan.15
15
QS. Al-Baqarah: 216
19
Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah serta
mengumpulkan masalah serta meng-analisis data yang penting. Satu cara untuk
meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai dulu melihat
masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-jutkannya dengan menentukan sub
masalah yang ada. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan untuk membedakan antara
gejala dari masalah yang sebenarnya. Fase penemuan ide meliputi kegiatan
pengumpulan ide-ide yang mungkin dipakai dan kemudian mencari ide yang terbaik.
Dapat saja berbagai ide yang ada dimodifikasi dan dikom-binasikan. Fase penemuan
solusi ini meliputi kegiatan mengidentifi-kasi dan mengevaluasi pemecahan yang
mungkin dilakukan dan bagaimana cara melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi
penentuan pendapat, analisis dan penerimaan/pemberian kritik. Setiap ide yang ada
diberi nilai/bobot masing- masing.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan Setelah masalah dirinci dengan tepat dan
tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini
hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alter- natif beserta konsekuensinya,
baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat
mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan
adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
a) Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis.
b) Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat.
c) Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan
intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari
kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling
tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim- bangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang
lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau
sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan pemilihan
20
alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam
lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak dapat
dioperasionalkan apa- bila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
5. Pelaksanaan keputusan Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin
harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak
yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan
pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti
ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan Setelah keputusan dijalankan
seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat.
Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus
diputuskan sejak awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini
memang akan mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan proses
pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1) Perumusan
masalah, 2) Penentuan kriteria pemecahan masalah, 3) Pengidentifikasian alternatif
pemecahan masalah, 4) Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah, 5)
Pemilihan alternatif yang terbaik, 6) penetapan keputusan atau pengimplementasian
alternatif yang dipilih.
21
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara
berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan
proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan
serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi
suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
3. Pendekatan berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan
belajar secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif
serta harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang memenuhi
persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan
dalam bentuk yang tepat.
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai
alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk
itu pengambilan keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas
(kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu
keputusan.
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan
pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah
dan sasaran sering mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan,
demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut harus
dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk
bertindak atau tidak bertindak.16
16
Tiara Hanifia Afmansyah, Pendekatan dalam Pengambilan Keputusan,
Padang, 2019, h. 3
22
berrsangkutan sendiri. Kedala yang paling sering menampakkan diri adalah
ketidak mampuan seseorang untuk bertindak tegas. Sering seorang manajer
membiarkan dirinya diliputi oleh keraguraguan yang sedemikian menguasai
cara berfikir dan cara bertindaknya. Seorang Manajer yang ragu-ragu dalam
bertindak akan mengakibatkan :
a. Ia menyerahkan pengambilan keputusan kepada para bawahannya, yang
sering dibenarkan dengan dalih pendelegasian wewenang
b. Ia mengangkat pemasalahan ketingkat yang lebih tinggi sehingga
pimpinan pada hirarki yang lebih ataslah yang kemudian mengambil
keputusan
c. Ia mencari alasan sedemikian rupa, sehingga peranan mengambil
keputusan itu bergeser secara horizontal kepada manajer lain yang
setingkat.
2. Kegagalan dimasa lalu Berbagai cara yang dapat dilakukan manajer dalam
mengendalikan trauma kegagalan masa lalu adalah :
a. Pembentukan panitia ad-hoc
b. Penyerahan tugas menyelesaikan masalah kepada sekelompok tenaga
ahli dalam organisasi
c. Pengarahan tenaga konsultan diluar organisasi
3. Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi Pemahaman yang
tidak tepat tentang peranan informasi dalam pengambilan keputusan dapat
menjadi kendala yang harus disingkirkan. Informasi yang diberikan harus
lengkap, mutakhir, dapat dipercaya, terolah dengan baik, dan tersimpan
dengan rapi.
4. Konsultasi yang Berlebihan Para ahli telah menemukan tujuh cara untuk
melibatkan orang lain dlam proses pengambilan keputusan :
a. Konsultasi yang bersifat memberitahukan
b. Konsultasi yang bersifat menjual
c. Konsultasi yang memancing reaksi orang lain
5. Faktor ketidak pastian Ketidakpastian akan menjadi kendala karena :
a. Kurangnya keyakinan dalam diri seorang manajer yang bersangkutan
tentang hasil yang akan diperoleh
23
b. Prefensi pribadi manajer yang bersangkutan atas alternatif yang
mungkin ditempuh, yang bisa saja berbeda dari alternatif-alternatif yang
dilakukan dengan pendekatan ilmiah
c. Manajer yang bersangkutan meragukan apakah keputusan baru
diperlukan
6. Keterlibatan kelompok Kelemahan utama yang ditimbulkan oleh
keterlibatan banyak orang dalam proses pengambilan keputusan adalah :
a. Karena keinginan pihak-pihak yang terlibat, dan dengan itikad yang
sesungguhnya baik untuk berperan serta, proses pengambilan keputusan
dapat menjadi sangat lamban
b. Sering timbul polarisasi pandangan dikalangan mereka yang terlibat,
yang pada gilirannya mempersulit tercapainya mufakat tentang :
1) Berbagai langkah dalam pengambilan keputusan
2) Hasil tindakan yang akan diambil
3) Resiko yang mungkin timbul
4) Beban yang harus dipikul oleh organisasi dalam benuk penggunaan
sumberdaya dan dana.
7. Kekurangmampuan mengelola waktu Penelitian dan pengalaman
menunjukkan, bahwa kemampuan seseorang mengambil keputusan yng
efektif dan rasional banyak ditentukan oleh kemmpuan mengatur waktu
yang tersedia baginya dengan baik. Apabila seseorang merasa, bahwa ia
tidak mempunya cukup waktu untuk melakukan semua tugas yang
dipercayan kepadanya, dengan pengambilan keputusan sebagai salah satu
tugas yang terpenting, sering terbukti bhwa kekuranga waktu adalah akibat
kekurang mampuannya untuk mengatur diri sendiri.17
Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
17
Ibid, h. 2-3
24
mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka,
18
Syeikh Shafiyurrahman Mubarakfury, Al-Misbah Al-Munir..., 981
25
angka mampu dikelola atau diolah untuk memberikan penguatan informasi
yang berarti sehingga program sebuah keputusan mampu dilakukan.
2. Sementara adanya pengambilan sebuah keputusan yang memang tidak
diprogramkan, atau sering disebut Non-programmed decesion, pengambilan
sebuah keputusan ini diambil oleh seorang pimpinan biasanya diambil
berdasarkan permasalahan yang diketahui tidak begitu jelas atau ill-
structured problem atau informasi yang didapatkan kurang sesuai dengan
yang diharapkan.19
Dalam hal ini pengambilan keputusan selain sebagai sebuah kemampuan, juga
bisa dimakanai dengan seni yang harus terus dipupuk dan ditumbuh kembangkan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sebuah keputusan, menurut Ety
Roharty adalah berikut di bawah ini:
19
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2005), 57-58.
26
1. Sebaiknya ketika mengambil keputusan, janganlah hanya secara kebetulan.
2. Keputusan akan lebih baik jika diambil dengan hati-hati, tidak sembrono.
3. Sebelum mengambil keputusan, pahamilah masalahnya. Sehingga seoprang
pemimpin mampu menguasai permasalahan tersebut.
4. Mengambil keputusan jangan hanya didasarkan pada sesuatu yang sedang
viral atau sedang menjadi trend setter di masyarakat saat itu juga, biasanya
ini tanpa pertimbangan yang matang.
5. Sediakan beberapa jawaban alternatif dalam mengambil sebuah keputusan.
Kenyataan yang dihadapi di zaman sekarang ini, keputusan yang diambil dapat
dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah organisasi. Hal ini terjadi di dalam
menentukan keputusan atau disebut dengan mufakat atau berdasarkan keputusan
terbanyak/voting. Memang, secara efektivitas waktu, hal ini akan menghabiskan banyak
waktu, akan tetapi hasilnya akan sangat bagus, keputusan semacam ini bisa tercapai
tatkala:
1) Debat bisa diminimalisir, bahkan bisa dihindari antar anggota yang hadir.
2) Sebuah opini yang berbeda, adanya pemikiran, dan ramalan serta pandangan
biasanya dianggap sebagai hambatan, justru bahkan seharusnya dianggap
sebagai penolong dalam memberikan kontribusi dalam menentukan sebuah
keputusan.
3) Semua anggota mempunya hak yang sama untuk menyampaikan pendapat,
dan kewajibannya pun sama, yaitu mendengarkan pendapat orang lain.
4) Dalam menghindari sebuah perbedaan, tidak terlalu cepat.
5) Semua anggota memilik kewajiban dalam hal memonitor semua proses dan
ikut memberikan sebuah produk.
6) Mengkolaborasikan antara perasan, logika dan informasi.20
Dalam pandangan Islam, telah dijelaskan di dalam Qs. Ali- Imran ayat 159
20
Ety Rohaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (Jakarta: Penerbit
Bumi Akasara, 2010), h. 157
27
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan tentu akan
terjadi banyak perbedaan pendapat, dan kita diperintahkan untuk tetap berlaku lemah
lembut terhadap pihak yang berselisih pendapat dengan kita. Dalam bermusyawarah
pun kita diperintahkan untuk bertekad bulat untuk melaksanakannya sesuai dengan
syariat sebagai bentuk taqwa kepada Allah, dan ketika telah dicapai kesepakatan maka
kita harus harus bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.21
21
Qs. Ali- Imran ayat 159
28
kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang
lebih luas, keputusan tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik
(seperti nilai yang akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program atau juga
keputusan tentang kebijakan pendidikan.
Selanjutnya, istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda
meskipun maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya,
mengemukakan definisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and
judging its merit and worth”. Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa
“evaluation is a process through which a value judgement or decision is made from a
variety of observations and from the background and training of the evaluator”.22
Sedangan menurut Wibowo, Evaluasi kinerja dilakukan untuk memberikan penilaian
terhadap hasil kerja atau prestasi kerja yang diperoleh organisasi, tim atau individu.
Dua langkah kegiatannya dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah
yang disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat
mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. - Menilai
adalah mengambil suatu keputusan terhadap suatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat Kualitatif.
Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi mempunyai
tiga implikasi berikut ini. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus,
bukan hanya pada akhir pengajaran, tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya
pembelajaran . Kedua, proses evaluasi harus diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk
mendapatkan berbagai jawaban tentang bagaimana memperbaiki pembelajaran. Ketiga,
evaluasi mengharuskan penggunaan berbagai alat ukur yang akurat dan bermakna,
untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Dengan
demikian, evaluasi adalah proses yang berkaitan dengan pengumpulan informasi yang
memungkinkan pendidik untuk menentukan tingkat kemajuan pembelajaran, dan
menentukan pembelajaran ke depan agar lebih baik.23
22
Asrul, dkk, 2014, Evaluasi Pembelajaran, Citapustaka Media, Medan, h. 2-3
23
Rina Febriana, 2019, Evaluasi Pembelajaran¸ Bumi Aksara, Jakarta, h. 2-3
29
(1999:19) kinerja atau prestasi kerja ( perfor-mance) diartikan sebagai: “ungkapan
kemampuan yang didasari olehpengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam
menghasilkansesuatu”. Sementara menurut Sedarmayanti (2001:50) bahwa:
“Kinerjamerupakan terjemahan dari Performance yang berarti prestasi
kerja,pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja”.24
Para ahli manajemen memberikan berbagai pengertian tentang kinerja ini sesuai
dengan sudut pandang mereka masingmasing, dan bahkan juga berdasarkan pengalaman
kerja yang langsung mereka alami dan rasakan. Diantara beberapa pengertian kinerja
tersebut adalah :
Wibowo menyebutkan kinerja itu berasal dari kata performance yang berarti
hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Namun perlu pula dipahami bahwa kinerja itu bukan
sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi juga mencakup bagaimana proses
pekerjaan itu berlangsung25.
Wirawan kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang
padanannya dalam bahasa Inggeris adalah performance. Kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu26.
Abdullah dilihat dari asal katanya, kinerja itu adalah terjemahan dari
performance yang berarti hasil kerja atau prestasi kerja. Dan dalam pengertian yang
simpel kinerja adalah hasil dari pekerjaan organisasi, yang dikerjakan oleh karyawan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk (manual), arahan yng diberikan oleh
pimpinan (manajer), kompetensi dan kemampuan karyawan mengembangkan nalarnya
dalam bekerja.27
Pada tahun 1887 di Amerika Serikat telah dilakukan evaluasi kinerja secara
formal oleh Federal Civil Services Commission dalam bentuk merit rating system,
untuk menilai mutu pegawai lembaga pemerintah federal. Pada tahun 1914 Fredreck
Winslow Taylor, pencetus scientific management memperkenalkan evaluasi kinerja,
24
Dedi Rianto Rahadi, 2010, Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia, Tunggal
Mandiri Publishing, Malang, h. 1
25
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 1.
26
Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Salemba Empat Jakarta, h.
5.
27
M. Maruf Abdullah, 2013, Manajemen Bisnis Syariah, ASWAJA, Yogyakarta, h.331.
30
yang waktu itu belum begitu berkembang, karena hanya beberapa perusahaan besar dan
organisasi tentara yang melaksanakan. Dan evaluasi kinerja pada waktu itu hanya fokus
pada sifat pribadi dan personalitas karyawan, dan kurang memperhatikan prestasi kerja
karyawan dalam mencapai tujuan atau perilaku kerja karyawan. Pada abad ke 19 di
Inggris sudah dibentuk Royal Commission yang bertugas mengevaluasi layanan publik.
Akan tetapi evaluasi hanya merupakan aktivitas administrasi, belum merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang mandiri.
Evaluasi kinerja (performance appraisal) merupakan sistem formal yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai secara priodik yang ditentukan oleh
organisasi. Dalam rumusan yang lain, evaluasi kinerja mengacu pada suatu sistem
formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran. Dan dalam rumusaan yang lebih singkat, evaluasi kinerja dilakukan
untuk memberikan penilaian terhadap hasil kerja atau prestasi kerja yang diperoleh
organisasi, tim dan individu.
Evaluasi kinerja menurut Ivan Cevih (1992) sebagaimana dikutip Surya Dharma
mempunyai tujuan antara lain:
a. Pengembangan Dapat digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu di-
training dan membantu evaluasi hasil training. Dan juga dapat membantu
pelaksanaan conseling antara atasan dan bawahan, sehingga dapat dicapai
usaha-usaha pemecahan masalah yang dihadapi pegawai.
b. Pemberian reward Dapat digunakan untuk proses penentuan kenaikan gaji,
insentif, dan promosi. Beberapa organisasi juga menggunakannya untuk
pemberhentian pegawai.
c. Motivasi: Dapat digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan
inisiatif, dan rasa percaya diri dalam bekerja.
d. Perencanaan SDM: Dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan
keterampilan, serta perencanaan SDM.
e. Kompensasi: Dapat memberikan informasi yang akan digunakan untuk
menentukan apa yang harus diberikan kepda pegawai yang berkinerja tinggi
atau rendah dan bagaimana prinsip pemberian kompensasi yang adil.
31
f. Komunikasi: Evaluasi merupakan dasar untuk komunikasi yang
berkelanjutan antara atasan dan bawahan menyangkut kinerja pegawai.
28
M. Ma’ruf Abdullah, 2014, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan, Aswaja
Pressindo, Yogyakarta, h. 20-22
32
1. Keintelektual, kegiatan professional meru[pakan pelayanan yang lebih
berorientasi mental dari pada manusia (kegiatan yang memerlukan
keterampilan fisik), lebih memerlukan proses intelektual atau berpikir
daripada kegiayan rutin.
2. Kompetensi professional yang dipelajari
3. Objek praktek spesifik
4. Komunikasi
5. Motivasi altruistic, diwujudkan melalui peningkatab keintelektualan,
kompetensi dan komunikasi dalam menangani objek praktek spesifik
profesi.
6. Organisasi profesi, guna untuk mengawasi pelaksanaan tugas-tugas
professional.29
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain yang
melaksanakan pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya.
Dijelaskan Uno yang dikutip Aditya dan Wulandari (2011) bahwa guru adalah
orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan
membimbing peserta didik. Oleh karena itu guru memiliki peran kunci dalam
peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha
reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebagai pendidik, yaitu:
29
Rusdy Ananda, 2018, profesi pendidik dan tenaga kependidikan, Medan: LPPPI, h..
40-42
33
kesalahan. Tetapi guru harus berusaha menghindari perbuatan tercela yang
akan menjatuhkan harga dirinya.
2) Guru harus mengenal siswanya. Bukan saja mengenai kebutuhan, cara
belajar dan gaya belajarnya saja. Akan tetapi, guru harus mengetahui sifat,
bakat, dan minat masing-masing-masing siswanya sebagai seorang pribadi
yang berbeda satu sama lainnya.
3) Guru harus mengetahui metode-metode penanaman nilai dan bagaimana
menggunakan metode-metode tersebut sehingga berlangsung dengan efektif
dan efesien.
4) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan
indonesia pada umumnya, sehingga memberikan arah dalam memberikan
bimbingan kepada siswa.
5) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi yang akan
diajarkan. Selain itu guru harus selalu belajar untuk menambah
pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi-materi ajar ataupun
peningkatan keterampilan mengajarnya agar lebih professional.30
Maka Untuk bisa menjadi guru teladan, maka ada beberapa karakteristik yang
perlu diperhatikan sebgaiamana diungkap oleh Mahmud Samir al-Munir dalam bukunya
alMu’allimur Rabbany-Guru Teladan, yaitu:
30
Ibid, hal. 40-42
34
berikut: menguasi materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya
dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secrara baik. Guru
harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar,
seperti pemikiran yang lurus, jernih, tidak melamun, berpandangan jauh
kedepan, cepat tanggap dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-
31
saat kritis.
31
Syaiful Bahru Djamarah, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Rineka Cipta, Jakarta, hlm 173
35
2.4 Definisi Kompetensi
32
E. Mulyasa, 2012, Standar Kompetensi dan Sertifkasi Guru, Cet. VI; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, h. 78.
36
kualitas (baik atau tidak baik) kemampuan guru mendidik, dan mengajar siswa.
Sedangkan kemampuan kuantitatif kompetensi guru tertentu berkaitan dengan
kemampuan kualitas pembelajarannya terukur berdasarkan uji statistik.
Untuk membuktikan kualitas guru, pemerintah mengeluarkan PP No. 32 tahun
2013 pasal 1 ayat 8 menetapkan standar pendidikan dan tenaga kependidikan adalah
kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan No. 8 UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1, menyatakan
unsur-unsur kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik
potensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.33
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian secara
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Dalam peningkatan mutu profesional
guru hendaknya mempunyai gagasan, ide, dan pemikiran terbaik mengenai
pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru merujuk pada konsepsi pembelajaran
siswa secara maksimal, dan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pribadi anak.
33
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Pemberdayaan Guru, Tenaga
Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah) dalam Syaiful Sagala (Cet.
II; Bandung: Alfabeta, 2009), Hal. 30.
34
Aswatun Hasanah, Pentingnya Kompetensi Leadership Pada Guru Mi, Indonesian
Journal of Islamic Educational Management, Vol. 3, No. 1, April 2020.
37
Jadi karakteristik guru profesional adalah ciri-ciri orang yang memiliki
pendidikan formal dan menguasai berbagai teknik dalam kegiatan belajar serta
menguasai landasanlandasan kependidikan.35
Allah Swt, berfirman dalam Q.S: Ali-Imran ayat 159, sebagai berikut:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."
Makna yang terkandung dalam ayat tersebut yakni dimana hal pertama yang
dapat diambil dari Surat Ali Imran ayat 159 ini adalah sifat lemah lembut Rasulullah
Shalallahu'alahiwassalam adalah karena rahmat Allah. Hal kedua yang dapat diambil
dari Surat Ali Imran ayat 159 ini menjelaskan akibat bersikap keras lagi kasar. Dimana
Kata-kata kasar dan keras hati adalah sifat yang secara fitrah dibenci oleh manusia. Jika
ada pemimpin yang kata-katanya kasar dan hatinya keras, maka sudah barang tentu
manusia akan menjauhinya. Jika ada yang mendekat, itupun karena takut dan terpaksa.
Ketiga, ialah perintah untuk memaafkan dan memohonkan ampun serta bermusyawarah.
Dan yang keempat yakni menjelaskan tentang perintah untuk bertawakkal, terutama
setelah musyawarah.
35
Ngalim, 1990, Profesionalisme Guru. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada , hlm. 53-55
38
2.5 Kerangka Teori
StrategiPengambilan Keputusan
Evaluasi Kinerja Profesi Guru
Pengambilan
Keputusan
Personal: Lingkungan:
1. Pengetahuan 1. Sekolah
2. Sikap
Basic Causa
3. Perilaku
4. Motivasi
5. Kinerja
Unsafe Condition:
1. Evaluasi Unsafe acts:
2. Kinerja Immediate 1. Profesi Guru
3. Guru Cause
Evaluasi Kinerja
Profesi Guru
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun
kerangka konsep penelitian ini adalah:
39
Variabel Independen Variabel Dependen
Evaluasi Kinerja
Pengambilan
Keputusan
Profesi Guru
40
BAB III
1. Desain Observasi
36
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2006) h. 158
37
Moleong, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakaryah. 158
41
Pendekatan kualitatif ini diambil karena dalam penelitian ini sasaran dalam
penelitian dibatasi agar data-data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta
agar dalam penelitian ini tidak dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian.
Penelitian dilakukan langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di
lapangan, kemudian data berubah-ubah sesuai data yang ada di lapangan, sehingga akan
ditemukan sebuah teori baru di tengah lapangan. Penelitian kualitatif menggunakan
metode kualitatif yaitu pengamatan, dan wawancara. Metode kualitatif ini digunakan
karena beberapa pertimbangan.
2. Latar Observasi
3. Informan Observasi
42
Observasi ini menggunakan sampel purposive, sehingga besar pada sampel ditentukan
oleh adanya pertimbangan dari perolehan informasi. Menurut Sugiyono, bahwa: sampel
purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu38. Infoman penelitian yang akan diteliti yakni ditentukan langsung oleh
penelitian sendiri. Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu kepala madrasah dan guru.
38
Hasan dan AedyMahmudin A.S, Metodologi Penelitian Teori Dan Aplikasi, (
Yogyakarta; Deepublish Publisher, 2017) h. 75
39
Ibid, h. 83
43
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun secara sitematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan hasil lapangan dengan cara
menyusun data ke dalam kategori, penjabaran ke dalam unit penelitian, memilih mana
yang digunakan dan yang akan dipelajari dalam penelitian, serta menarik kesimpulan
guna untuk mudah dipahami secara bersama.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Rahadi Rianto Dedi, 2010, Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia, Tunggal
Mandiri Publishing, Malang
Rifa’I Muhammad, 2019. Dasar-Dasar Manajemen. Medan: CV.
Widya Puspita
Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Pemberdayaan Guru,
Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah) dalam Syaiful
Sagala Cet. II; Bandung: Alfabeta
Rohaety Ety, 2010. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Jakarta:
Penerbit Bumi Akasara
Salusu, 2015. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi
Publik dan Organisasi NonProfit, Jakarta: PT. Grasindo
Supriadi Dedi, 1999, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Cet. I; Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Salemba Empat
Jakarta
46