Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KOMPETENSI PROFESIONAL SUATU KETERAMPILAN MENDESAIN


KURIKULUM

Disusun oleh :

Aliviah Nabila Putri

105351102121

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
Kompetensi Profesional Suatu Kterampilan Mendesain Kurikulum. Makalah ini disusun guna
menyelesaikan salah satu tugas dalam mata kuliah Etika Dan Profesi Keguruan.

Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.

 Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


laporan  ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.

Maros, 28 April 2022

                Aliviah Nabila Putri

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A.Latar Belakang Masalah................................................................................................1


B.Rumusan Masalah..........................................................................................................3
C.Tujuan Penulisan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................5

1.Pemahaman Tentang Kebutuhan Peserta Didik.............................................................5

2.Pemahaman Tentang Potensi Peserta Didik...................................................................9

3.Penguasaan Memilih Sumber Dan Bahan Ajar..............................................................13

4.Penguasaan Perencanaan Kurikulum ............................................................................17

5.Proses Kegiatan Belajar Mengajar ................................................................................21

6.Penguasaan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik........................................................23

BAB III PENUTUP......................................................................................................................26

A.Kesimpulan....................................................................................................................26

B.Saran..............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................28

LAMPIRAN..................................................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas /
pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk
kerja yang dipersyaratkan. Kompetensi bagi beberapa profesi menjadi persyaratan
penting dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi. Masalah kompetensi itu
menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja organisasi yang
efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas.
Dalam setiap pekerjaan maupun profesi, khususnya di bidang pendidikan pada
lingkup sekolah, tenaga pendidikan utamanya guru tentu harus memiliki kompetensi
yang sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Seorang guru yang memiliki
kompetensi dalam profesinya akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik
serta efisien, efektif, tepat waktu, dan sesuai dengan sasaran.
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pendidikan adalah profesionalitas guru.
Artinya pendidik tersebut merupakan seseorang yang berkompeten atau memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang atau tugas yang diembannya. Kompetensi
profesional adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik. Kompetensi
profesional tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
pada pasal 3 ayat 7 bahwa kompetensi profesional berupa penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Maksud dari penguasaan materi secara luas dan mendalam
yaitu tenga pendidik atau guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
mengenai bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didik, memiliki
pengetahuan yang fundamental tentang pendidikan, serta memiliki keterampilan untuk
memilih dan menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan memiliki kemampuan profesional karena
tugas utamanya mengajar dan mendidik, sehingga guru harus mengetahui apa yang
harus diajarkan kepada peserta didik dan cara menyampaikan materi agar dapat
diterima peserta didik sesuai dengan tahapan usia perkembangannya. Pengajaran
adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen

1
yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaranyang ditetapkan sebelumnya.
Adapun komponenkomponennya adalah : tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta
didik, guru, perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi
pembelajaran, media pengajaran dan evaluasi pengajaran. (Hamalik, 2003)
Proses pembelajaran di kelas merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai kunci utama dalam proses tersebut. Faktor utama
penentu keberhasilan setiap upaya pembelajaran adalah seorang guru yang sebagai
pengajar atau pendidik. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya
dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya
pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.
Peran guru di sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu
pendidikan. guru juga seorang manajerial yang akan mengelola proses pembelajaran,
merencana pembelajaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktifitas
pembelajaran bersama siswa dan melakukan pengontrolan atau kacakapan prestasi
siswa-siswa. (Yamin, 2009)
Seperti halnya guru profesional, dia memiliki keahlian, ketrampilan dan kemampuan
sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara “tut wuri handayani, ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karso”. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran
akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu
mendorong murid untuk lebih baik dan maju. (Yamin, 2009)
Guru efektif adalah guru yang mampu menggunakan (Empowering) segala potensi
yang ada dalam dirinya dan luar dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaranSifat
utama seorang guru adalah kemampuanya dalam mewujudkan penampilan kualitas
kepribadian dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang sebaik-baiknya. Dengan
kata lain seorang guru hendaknya memiliki kompentensi kinerja yang mantap berupa
seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam dirinya agar dapat
mewujudkan kinerja yang efektif.
Sebagai guru yang profesional ia harus mampu menumbuhkan mental siswa dalam
belajar. Menurut ahli psikologi bahwa kekuatan mental yang mendorong terjadinya
belajar disebut sebagai motivasi belajar, sehingga seorang guru harus mampu

2
menunjukkan kebutuhan dasar (tujuan) dari belajar yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan atau mendorong siswa dalam mencapai keinginan atau tujuan dan cita-
cita tersebut, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan yang diselenggarakan.
Menurut Journal Education Leadership, ada lima ukuran seorang guru itu dinyatakan
profesional : memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya; secara mendalam
menguasai bahan ajar dan cara mengajarkannya; bertanggung jawab memantau
kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi; seyogyanya menjadi
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. (Aqib, 2009)
Namun, realitas yang terjadi sehubungan dengan kapabilitas dan kompetensi pengajar
masih perlu peningkatan lagi. Data dari kementerian Pendidikan Nasional, 2011
terungkap fakta bahwa dari 285 ribu guru yang ikut uji kompetensi, ternyata 42,25%
masih di bawah rata-rata. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada guru yang
memiliki kompetensi rendah, khususnya mengenai kompetensi profesionalnya sebagai
guru. Dengan demikian, maka wajarlah bilamana terdapat guru yang mengajarkan di
beberapa bidang studi yang kurang berkolerasi satu sama lain, keilmuan yang diajarkan
oleh guru cenderung masih kurang mampu menarik perhatian siswa-siswi untuk intens
menyimak serta memahami pelajaran, komunikasi yang terjadi antar siswa dengan
guru cenderung masih satu arah dimana hal ini berindikasi bahwa apa yang
disampaikan guru kurang mampu mendorong siswa bernalar yang berimplikasi pada
kurangnya daya kreativitas siswa.
Dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan, peneliti berasumsi bahwa ada
kaitannya antara profesionalisme guru dengan keberhasilan penyelenggaraan program
pendidikan yang bermutu, yaitu dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa..

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah

3
a. Kurang optimalnya kompetensi profesional guru Seperti pemahaman terhadap
peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan potensi terhadap peserta didik.
b. Guru kurang memanfaatkan tekhnologi dan informasi pembelajaran dalam
menyampaikan materi.
c. Metode yang digunakan monoton.
d. Tidak teraturnya dalam penggunaan waktu.
e. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
f. Guru kurang terampil dalam menggunakan media.

C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana kompetensi profesional guru
2. Mengetahui faktor – faktor apa saja yang menghambat dan mendukung guru dalam
menjalankan tugasnya secara profesional.
3. Mengetahui bagaimanakah upaya sekolah untuk pengembangan kompetensi
profesional guru

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pemahaman Tentang Kebutuhan Peserta Didik


Untuk memperlancar belajar siswa adalah dengan memenuhi kebutuhan belajarnya.Ada
kebutuhan siswa yang dapat disediakan oleh orang tua tetapi ada juga yang harus disediakan
oleh sekolah. Hal yang perlu disediakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa disekolah
antara lain adalah buku pelajaran, alat-alat olahraga, ruangan belajar yang fungsional (dapat
dipakai bukan hanya pajangan), sarana bermain yang memadai, alat kesenian sesuai
kebutuhan, tempat beribadah yang bersih dan sehat, tempat parkir yang teratur dan sehat
semacamnya.
Untuk memenuhi kriteria dan kebutuhan siswa memang mahal, karena diperlukan
dukungan dan SDM yang mengurusnya. Karena faktor mutu merupakan faktor utama dalam
menentukan perbedaan antara masyarakat terbelakang dan masyarakat maju, maka investasi
untuk kebutuhan pendidikan dan sekolah amat diperlukan sebagai prioritas, karenanya kepala
sekolah harus dapat menghitung tiap item kebutuhan dan mengalokasikan anggarannya,
kemudian mengajar strategi untuk pemenuhnya, (Sagala,2006:140). Dengan demikian, selain
kebutuhan yang disediakan oleh sekolah ada juga kebutuhan yang disediakan oleh orang tua
diantaranya rumah yang aman, materi (uang) yang cukup (sesuai dengan kebutuhan)dan kasih
sayang orang tua yang lengkap. Jika kedua kebutuhan tersebut terpenuhi maka peserta didik
dalam menjalankan proses pendidikannya akan sukses..

Kebutuhan Peserta Didik secara Umum

Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru,
di antaranya:

1.Kebutuhan Jasmaniah

Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan
pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari
guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak

5
gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak
terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta
didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah melakukan upaya-
upaya seperti :

1. Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan
teratur
2. Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang
mengandung gizi dan vitamin tinggi
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat
4. Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga.
5. Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik
dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya
6. Merancang bangunan sekolha sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan,
sirkulasi udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan nyaman
7. Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka
masing-masing.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik,
terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah sangat
mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari
kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik
juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan
rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih
dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.

3. Kebutuhan akan kasih sayang

6
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru, teman-teman
sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih
saying akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang
mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih,
gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku
maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan
ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa
bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain
akanpositif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak
kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap
dirinya dan lingkungannya menjadi negative .Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa berharga
di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk: 

1. Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh


2. Menghargai pendapat dan pilihan siswa
3. Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok secara
tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
4. Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan
penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya
5. Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
6. Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif
dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu menilai perkembangan diri peserta didik secara
menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis

6. Kebutuhan akan rasa sukses

7
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam
bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila
pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan
bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru
harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta
memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan
verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.

Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa,
serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai
kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi penghargaan atas segala
kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam melakukan suatu aktivitas. Guru harus menghindari
komentar-komentar ynag bernada negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka
yang gagal. Komentar-komentar negatif atau sikap tidak puas guru akan membuat peserta didik
kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga dan putus asa.

7. Kebutuhan akan agama

Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Ynag dimaksud agama dalam kehidupan adalh
iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam tindakan,
perbuatan, perkataan dan sikap.

Kebutuhan peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhii
apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama apabila
pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya. Pertentangan tersebut
semakin mempertajam keadaan bila reaja tersebut berhadapan dengan berbagi situai, misalnya film
di televise maupun di layar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian
yang seronok, buku-buku bacaan serta Koran yang sering menyajikan gambar yang tidak
mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi
remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh sebab itu, sangat penting
dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai social dan akhlak kepada
manusia khususnya bagi remaja sejak usia dini.

8
Remaja dalam perkembangannya akan menemui banyak hal yang dilarang oleh ajaran agama yang
dianutnya. Hal ini akan menjadikan pertentangan antara pengetahuan dan keyakinan yang
diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya. Oleh sebab itu pada situasi yang demikian
ini peranan orangtua, guru maupun ulama sangat diperlukan.

2.Pemahaman tentang Potensi Peserta Didik


Untuk mengidentifikasikan potensi peserta didik dapat dikenali dari ciriciri (indikator)
keberbakatan peserta didik dan kecendrungan minat/profesi/jabatan. Ada tiga kelompok ciri
keberbakatan yaitu:
a. Kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability)
Kemampuan ini merujuk pada kenyataan, antara lain bahwa peserta didik berbakat
memiliki pembendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju dibandingkan
peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami prinsip
dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; pengingat dengan
cepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan
yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau benda.
b. Kreativitas (Creativity) tergolong tinggi
Kreativitas menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan
jumlah gagasan guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba;
peka terhadap keindahan dan estetika dari lingkungannya.
c. Komitmen Terhadap Tugas (task commitment)
Komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi intrinsik untuk berprestasi, ciri-
cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet
menyelesaikan masalah; bosan mengahadapi tugas rutin; mendambakandan mengejar hasil
sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terkait pada nilai-nilai baik,
(Depdiknas, 2004:16).

9
Jenis Potensi Peserta Didik
Menurut Desmita, 2014:40, Potensi dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi psikologis.
Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau inteligensi (intelligence), bakat (aptitude),
dan kreativitas.

Kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan umum (kemampuan intelektual) dan kecerdasan


majemuk.

Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude) dan bakat dalam pekerjaan
(vocational aptitude).

1. Potensi Fisik
Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh, ketahanan dan kekuatan tubuh, serta
kecakapan motorik.

Ada di antara individu yang memiliki potensi fisik yang luar biasa, mampu membuat gerakan fisik
yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh.

Menurut Gardner (Syaodih, 2007:95) individu yang memiliki kecerdasan kinestetis, berbakat


dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat,

selalu menunjukkan permainan yang baik, atau individu yang berbakat dalam seni tari mampu
menguasai gerakan-gerakan yang indah dan lentur.

2. Potensi Psikologis

a) Potensi Kecerdasan Umum


Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan
mental umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan,
2006:218) .

Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak,
keahlian dalam pembelajaran.

Seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengenal, menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan
masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta.

Inteligensi atau kemampuan intelektual merupakan potensi bawaan (potential ability) yang
dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah.

Peserta didik yang memiliki intelektual tinggi atau IQ nya (tingkat intelegensi) tinggi diprediksi
akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, dan sebaliknya.

10
Jenis Potensi Peserta Didik

b) Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner tingkat inteligensi atau IQ bukan satu-satunya kecerdasan yang dapat
meramalkan kesuksesan, akan tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu
kecerdasan majemuk (multiple intelligentce).

Dalam diri anak terdapat berbagai potensi atau kecerdasan majemuk.

Menurut Gardner setiap anak memiliki kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun
memiliki tingkat penguasaan yang berbeda.

1. Kecerdasan bahasa (verbal-linguistic intelligence),

Kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti
yang kompleks

seperti penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang memiliki
inteligensi linguistik yang tinggi.

2. Kecerdasan matematika – logis (logical-mathematical intelligence),

Kecakapan untuk menyelesaikan operasi matematika (para ilmuwan, ahli matematis, akuntan,
insinyur, pemrogram komputer).

3. Kecerdasan spasial–visual (visual-spatial intelligence),

Kecakapan berpikir dalam ruang tiga dimensi (pilot, nakhoda, astronot, pelukis, arsitek, dll.) Jenis
Potensi Peserta Didik

4. Kecerdasan kinestetis atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence).

Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik (olahragawan, penari, pencipta


tari, perajin profesional, dokter bedah).

5. Kecerdasan musik (musical intelligence).

Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada,
tangga nada, (komposer, musisi, kritikus musik, penyanyi, pengamat musik).

6. Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence).

Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif (guru,
konselor, pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat, politikus)

11
7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence).

Kecakapan mengenali dan memahami diri serta menata diri sendiri secara efektif (agamawan,
psikolog, psikiater, filsuf).

8. Kecerdasan naturalis

Kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta (petani,
ahli botani, arkeolog, antropolog, ahli ekologi, ahli tanah,atau pecinta lingkungan).

Dalam pandangan Gardner tidak ada manusia bodoh, terutama jika individu diberikan rangsangan
yang tepat.

Setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dari 8 kecerdasan majemuk,

dan setiap kecerdasan akan menjadi suatu kemampuan yang luar biasa jika lingkungan (orangtua
dan guru) memberikan rangsangan yang tepat.

Jenis Potensi Peserta Didik

c) Bakat
Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk
memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu.

Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda baik dalam derajat maupun jenisnya. Jenis Potensi
Peserta Didik

Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan
hubungan sosial, dan bakat gerak motoris.

Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang studi atau bakat sekolah (scholastic
aptitude) atau bidang pekerjaan (vocational aptitude).

Bakat sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu, penguasaan mata pelajaran, seperti
bakat matematika, bahasa, fisika, sejarah, IPS, olah raga, musik, menggambar dan keterampilan.

Sedangkan Bakat pekerjaan berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan seperti bidang teknik,
pertanian, dan ekonomi.

d) Kreativitas
Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia . Dengan kreativitas individu
dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. 

12
Orang kreatif adalah orang yang unggul, terus belajar, dan membuat kreasi. Setiap orang memiliki
potensi kreatif meskipun dalam derajat yang berbeda.

Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, unik, baik itu berbentuk lisan,
tulisan, maupun konkret atau abstrak, Kreativitas timbul dari pemikiran divergen.

Berpikir divergen mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah
(Hurlock, 2013:5).

Sedangkan De Bono (1991:8) menyebutnya sebagai berpikir lateral.

Pola berpikir lateral selalu berkaitan dengan ide-ide baru sehingga nampak erat kaitannya dengan
pola berpikir kreatif.

Berpikir secara divergen atau lateral, memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan
pendapat sebanyak mungkin tanpa memikirkan

bahwa pendapat yang disampaikan itu benar atau salah, memberikan jawaban yang berbeda,
memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah, dan memberikan gagasan-gagasan yang
berbeda atau baru. 

3.Penguasaan Memilih Sumber Bahan Ajar

Untuk mensukseskan kurikulum 2004 berbagai cara dapat ditempuh. Penentuan bahan ajar
merupakan salah satu wujudnya, sumber bahan adalah rujukan, referensi atau literatur yang
digunakan, baik untuk menyusun silabus maupun buku yang digunakan guru dalam mengajar.
Sumber bahan ini diperlukan agar dalam menyusun silabus terhindar dari kesalahan konsep,
disamping itu pula, dengan mencantukan sumber bacaan, kita akan terhindar dari perbuatan
meniru/menjiplak karya orang lain (plagiat), (Majid, 2007:59).

Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tatacara yang akan dipelajari tersusun
dalam urutan yang bermakna. Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam
beberapa bagian, banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan dan kesulitannya.
Susunan dan tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan
pengetahuan atau proses pribadi, (Hamzah, 2007:44).

Dengan demikian, penguasaan bahan ajar tentunya terkait dengan isi mata pelajaran yang diasuh
oleh guru.Namun demikian perlu dipahami bahwa guru tidak cukup menguasai materi ajar seperti
yang tercantum dalam kurikulum sekolah, tetapi juga materi “diatasnya” yang menjadi payung
materi yang bersangkutan.

LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN BAHAN AJAR

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan
bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar

13
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk
diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan
materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada
standar kompetensi.

Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan
bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih
sumber bahan ajar.

Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

A.    Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi


dasar

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu
ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.

Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang
berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.

B.     Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran

Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran
aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan
prosedur (Reigeluth, 1987).

1.      Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.

2.      Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.

14
3.      Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.

4.      Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya
langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.

5.      Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi),


internalisasi, dan penilaian.

6.      Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin

C.    Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula
jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai
standar kompetensi.

Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu
diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih
daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka
guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai
dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis
materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan
adalah dengan menggunakan "jembatan keledai", "jembatan ingatan" (mnemonics), sedangkan
metode untuk mengajarkan prosedur adalah "demonstrasi".

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah
dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

15
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita
ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah
pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:

1.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek,
simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya "ya" maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan adalah "fakta".

Contoh:

Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.

2.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan
suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa
contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya "ya" berarti materi yang harus
diajarkan adalah "konsep".

Contoh :

Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk


mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan
mana yang berakar tunggang.

3.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan
langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila "ya" maka materi yang
harus diajarkan adalah "prosedur".

Contoh :

Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-


langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak,
cara mengoperasikan komputer, dsb.

4.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara
beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya
"ya", berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori "prinsip".

16
Contoh :

Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi.
Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas
persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.

5.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak
berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya
"Ya", maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.

Contoh:

Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di
sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.

6.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara
fisik?
Jika jawabannya "Ya", maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.

Contoh:

Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.

D.    Memilih sumber bahan ajar

Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi
pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,
majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

4.Penguasaan Perencanaan Kurikulum

a. Mengembangkan Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar yang di kembangkan oleh setiap satuan pendidikan,

17
sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapain kompetensi untuk penilaian hasil belajar,
(Mulyasa, 2006:183).

Berikut ini merupakan tatacara dalam mengembangkan silabus yaitu:

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

2) Menkaji ciri-ciri pembelajaran

3) Dapat merumuskan tujuan pembelajaran

4) Menetapkan tujuan pembelajaran untuk satuan pembelajaran/pokok bahasan

5) Memilih dan mengembangakan bahan pembelajaran

6) Dapat memilih pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai

7) Meningkatkan bahan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.

8) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar

9) Mengkaji berbagai metode mengajar

10) Dapat memilih metode mengajar

11) Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat

12) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

13) Mengkaji berbagai media pengajaran

14) Memilih media pengjaran yang sederhana

15) Menggunakan media pengajaran

16) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

17) Mengkaji berbagai jenis dan kegunaan sumber belajar

18
18) Memanfaatkan sumber belajar yang tepat

b. Pembuatan RPP.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Rencana Pelaksanan Pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan,
(Rusmana, 2010: 5).

Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu :

1) Identitas Mata Pelajaran


Meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program/keahlian, mata pelajaran atau tema
pelajaran, serta jumlah pertemuan, (Rusmana, 2010:5).
2) Standar Kompetensi
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran, (Rusmana, 2010:5-6).
3) Kompetensi Dasar
Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran,
(Rusmana, 2010: 6).
4) Indikator dan Pencapaian Kompetensi
Adalah perilaku yang dapat diukur dan/ atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran, dirumuskan dengan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan, (Rusmana, 2010: 6).

19
5) Tujuan Pembelajaran
Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar, (Rusmana, 2010: 6).
6) Materi Ajar
Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi, (Rusmana, 2010: 6).
7) Alokasi Waktu
Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban
belajar, (Rusmana, 2010: 6).
8) Metode Pembelajaran
Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan,
(Rusmana, 2010: 6).
9) Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan Merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang untuk
membangkitkan motivasi dari memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran, (Rusmana, 2010: 7).
b) Inti Merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan
dilakukan secara sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
perkembangan fisik, serta psikologi peserta didik, (Rusmana, 2010: 7).
c) Penutup Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran
yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,
umpan balik, serta tindak lanjut, (Rusmana, 2010: 7).
d) Penilaian Hasil Belajar
e) Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian, (Rusmana, 2010: 7).
f) Sumber Belajar Didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi
ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian (Rusmana, 2010: 7).

20
c. Penjabaran Kompetensi Dasar kedalam Indikator Kompetensi
Indikator merupakan Kompetensi Dasar secara spesisfik yang dapat dijadikan ukuran
untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata
kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya.
Indikator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai tandatanda yang
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Tanda-tanda ini lebih
spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil
belajar sudah tampak pada diri peserta didik, maka target kompetensi dasar tersebut
tercapai.

5. Proses Kegiatan Belajar Mengajar


Belajar mengajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku
yang keadaanya tidak sama dari sebelum individu berada pada situasi belajar serta setelah
melakukan tindakan yang serupa tersebut, ( Seputar Pendidikan, 003)
Mengajar adalah membantu (mencoba membantu) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan
apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang belajar,
(Sagala, 2006: 5).
Dalam kegiatan belajar mengajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar
atau mahasiswa untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu supaya
dalam proses kegiatan belajar mengajar aktif guru harus punya strategi dalam mengajar ataupun
model pembelajaran yang bagus. Maka akan tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang aktif.

Menurut Drs. Moh. Uzer Usman bahwa “Proses Belajar-Mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar”. Proses Belajar-Mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan, guru memegang peranan penting. Dalam proses belajar-mengajar
ada satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar.
Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

         Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran
yang dilaksanakannya. Olehnya itu guru harus merencanakan dan membuat RPP sedemikian rupa dalam

21
meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki kualitas siswa. Guru bertindak sebagai pengelola
proses belajar-mengajar, selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang
efektif sehingga menciptakan situasi proses belajar-mengajar yang baik, mengembangkan bahan
pembelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa memahami, menyimak dan merespon
pelajaran dengan baik, religius, kreatif, berpikir kritik, menjalin kerjasama yang baik dalam kerja
kelompok serta menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

         Untuk mencapai hal-hal tersebut guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar
yang memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa mau belajar, karena memang siswalah yang
menjadi subyek utama dalam belajar. Salah satu cara untuk menciptakan kondisi belajar-mengajar
yang efektif yaitu “Melibatkan siswa secara aktif”.

         Menurut William Burton, “Teaching is guidance of learning activities, teaching is for


purpose of aiding the pupil learn”. Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga
ia mau belajar. Dengan demikian, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-
mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif.

         Betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehinga John
Dewey, sebagai Tokoh Pendidikan, mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode
proyeknya dengan semboyan Learning by doing. Bahkan jauh sebelumnya para Tokoh Pendidikan
lainnya seperti Rousseau, Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas
dalam pengajaran ini.

         Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah Aktivitas Jasmaniah dan Aktivitas Mental.

Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, seperti :

1. Aktivitas Visual (Visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan
demonstrasi.
2. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, tanya-jawab, diskusi, membaca puisi dan
menyanyi.
3. Aktivitas mendengarkan (Listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru,
ceramah, pengarahan, mendengarkan lagu, mendengarkan dialog.

22
4. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, menari, melukis, atletik.
5. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat
surat.

         Setiap jenis kegiatan tersebut di atas memiliki kadar yang berbeda tergantung dari segi mana
tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Yang terpenting aktivitas kegiatan
belajar siswa hendaknya memiliki kadar yang lebih tinggi. Dan sesuai dengan tujuan Pembelajaran
pada RPP Darurat Masa Pandemi Covid -19 menitik beratkan pada pengembangan karakter siswa
yang religius, disiplin, bertanggung jawab, serta berpikir kritik dan mengimplementasikannya
dalam kegiatan sehari-hari dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan harapan
setelah kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan, siswa mampu memahami dan merespon materi
Descriptive Text tentang Cara Mencegah Penularan Covid-19 dengan cara tetap taat kepada
Protokol Kesehatan untuk disampaikan kepada keluarga dan orang-orang terdekatnya agar usaha
memutus mata rantai penularan Covid-19 berhasil dengan baik sehingga kurva penularan Covid-19
makin menurun hingga tidak ada lagi korban yang terpapar.

6. Penguasaan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan
nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek, dan/ atau produk, portofolio, serta penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran
mengguanakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran,
(Rusmana, 2010: 13).
Dengan demikian guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan
bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada
akhirnya terletak di tangan pribadi.

Tujuan Penilaian Hasil Belajar


Hasil belajar berbeda dengan prestasi belajar. Hasil belajar mencakup perubahan yang dialami oleh
siswa dalam hal sikap dan perbuatan atau terbentuknya karakter yang di harapkan.

23
Sedangkan prestasi belajar mencakup kemampuan pengetahuan yang di kuasai oleh siswa terhadap
materi yang di berikan. Baik hasil belajar maupun prestasi belajar siswa perlu dilakukan tindakan
penilaian. Khusus hasil belajar siswa, tujuan penilaian hasil belajar adalah:

1. untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah di berikan. 
Mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota 
kelompok/kelas  setelah  ia  mengikuti  pendidikan  dan pembelajaran dalam jangka waktu
yang telah di tentukan. 
2. mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program
pembelajaran. 
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan. 
4. mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat di jadikan dasar bagi guru untuk
memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat
dijadikan acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan. 
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu. 
6. menentukan kenaikan kelas. 
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang di milikinya
8. Mengetahui  tingkat  efektifitas  dan  efisiensi  berbagai  komponen pembelajaran  yang  di
pergunakan  guru  dalam  jangka  waktu tertentu.  Komponen  pembelajaran  itu  misalnya 
menyangkut perumusan materi pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media, 
sumber  belajar,  dan  rancangan  sistem  penilaian  yang dipilih.
9. Menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa, dan 
10. Membantu  siswa  untuk  memilih  sekolah,  pekerjaan,  dan  jabatan yang sesuai dengan
bakat, minat, perhatian, dan kemampuannya.  

Selain itu, dalam melakukan tindakan penilaian hasil belajar perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
Dari  tujuan penilaian tersebut,  menunjukkan  bahwa  penilaian  hasil belajar  pada  dasarnya 
tidak  hanya  sekedar  mengevaluasi  siswa, tetapi  juga  seluruh  komponen  proses 
pembelajaran,  seperti  guru, metode,  dan  media  pembelajaran. 

Karena  kegiatan  pembelajaran tidak  semata-mata  diorientasikan  kepada  siswa,  tetapi


merupakan system yang melibatkan semua komponen pembelajaran yang akan di gunakan  untuk 
perbaikan  bidang  pengajaran  dan  hasil  belajar, fungsi  diagnosis  dan  usaha  perbaikan,  fungsi 
penempatan  dan  seleksi,  fungsi  bimbingan dan penyuluhan,  perbaikan  kurikulum, dan
penilaian kelembagaan.

Untuk itu maka hendaknya:

1. Penilaian hendaknya di rancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus di
nilai, materi yang akan di nilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian. 
2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran. 

24
3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes. 
4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang di tetapkan. 
5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik, seperti
: tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio. 
6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. 
7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang di ketahui, apa yang dipahami dan apa yang
dapat di lakukan. 
8. Asesmen tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan jujur kepada
semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak. 
9. Penilaian harus di ikuti dengan tindak lanjut. 
10. Asesmenharus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil
belajar peserta didik. Baik di lihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun di lihat
dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang
di harapkan dapat di capai peserta didik.

Pengukuran dalam Tujuan Penilaian Hasil Belajar

25
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Profesionalisme guru merupakan suatu keadaan dimana seorang guru memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas kependidikan dan pengajaran yang telah terdidik dan
terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Untuk menjadi seorang
guru yang profesional, guru harus mengikuti program sertifikasi terlebih dahulu sesuai dengan UU
No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dimana sertifikasi tersebut merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran.

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta


didik dan pengolahan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi profesional yaitu
kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran disekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materi keilmuan kurikulum tersebut, disini seorang guru
harus mampu memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah dan guru harus
menambah wawasan dan selalu memperdalam pengetahuan atau materi dari bidang studi.

Karena itu, apabila seorang guru mempunyai kompetensi yang kurang baik atau tidak kompeten
maka akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula sehingga berdampak terhadap hasil
belajar siswa. Misalnya guru kurang persiapan, dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut menyajikannya tidak jelas dan menyebabkan siswa kurang senang terhadap pelajaran
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar dan berdampak terhadap hasil belajarnya.

Saran

Sebaiknya guru yang mengajar mata pelajaran sejarah disekolah haruslah berasal dari jurusan
pendidikan sejarah karena guru yang berasal dari jurusan pendidikan lebih mengerti atau lebih
memahami mata pelajaran sejarah secara mendalam sehingga saat menyampaikan materi guru
yang berasal dari jurusan pendidikan sejarah lebih mudah mencontohkannya pada kehidupan

26
sehari – hari atau dapat lebih mengetahui metode apa yang harus diajarkan dikelas pada saat
pelajaran berlangsung.

Selain itu, adanya sertifikasi juga mempertegas status guru tersebut karena guru yang diberi
sertifikat profesional tersebut berasal dari jurusan mereka masing – masing. Sehingga guru yang
bukan dari jurusan pendidikan sejarah tidak akan mendapatkan sertifikat profesional dari jurusan
pendidikan sejarah. Dengan begitu guru yang bukan dari jurusan pendidikan sejarah tidak akan
pernah mendapatkan status profesional.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.niatku.com/2018/10/kebutuhan-peserta-didik.html?m=1

https://bertema.com/jenis-potensi-peserta-didik-wajib-dipahami-guru

http://zein1819.blogspot.com/2016/02/bagaimana-memilih-dan-menyusun-bahan.html

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/kegiatan-belajar-mengajar-yang-efektif-dengan-
melibatkan-siswa-secara-aktif/

https://hermananis.com/tujuan-penilaian-hasil-belajar

BUKU ETIKA PROFESI GURU.pdf

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai