Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Pengembangan Kompetensi Profesional Guru”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi PAI SD/SMP/SMA/SMK

Dosen Pengampu: Damsir Ali, M. Pd

KELAS V A
Disusun Oleh : kelompok VII (Tujuh)

Jusman 1214.21.19187
Siti Annisa 1214.21.19223
Vivi Rosita 1214.21.19233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SULTAN SYARIF HASYIM
SIAK SRI INDRAPURA RIAU
TAHUN 1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur alhamdulillah, mari ita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt. Yang telah
memberikan nikmat kesehatan sehingga kita mampu menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan
alam nabi Muhammad Saw. Yang telah merombak umat manusia dari masa kebodohan
menuju masa yang berfikir sesuai dengan anjuran Al-Qur’an dan Hadist.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Materi PAI
SD/SMP/SMA/SMK”. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Pengembangan
Kompetensi Profesional Guru. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran, dan kritik, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga apa yang kami tulis dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua,
amiin ya robbal ‘alamin.

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Siak, 15 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Kompetensi Profesional Guru .............................................................................. 3


1. Pengertian...................................................................................................... 3
2. Aspek Kompetensi Profesional Guru ............................................................. 4
3. Standar Kompetensi Profesional Guru ........................................................... 4
B. Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, Dan Pola Pikir Keilmuan Yang
Mendukung Mata Pelajaran PAI ......................................................................... 8
1. Penguasaan Materi Kompetensi Profesional Guru .......................................... 8
2. Struktur ...................................................................................................... 10
3. Konsep ........................................................................................................ 10
C. Pengembangan PAI Dalam Kurikulum Melalui Muatan Lokal........................... 11
1. Pengertian Kurikulum .................................................................................. 11
2. Pengembangan Kurikulum ........................................................................... 12
3. Pendidikan Agama Islam ............................................................................. 12
4. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal .................................................... 12
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Muatan Lokal Kosep.................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah, merupakan upaya untuk memperbaiki


kualitas pendidikan sekarang ini. Perubahan tersebut harus mendapat dukungan
stakeholders, agar mencapai hasil yang optimal. Dengan dukungan tersebut tidak
menutup kemungkinan hasil perubahannya mengarah kepada peningkatan kualitas
pendidikan. kebijakan tersebut searah dengan otonomi daerah, dimana sebagian
kewenangan pemerintah pusat diserahkan kepada daerah, termasuk juga dalam bidang
pendidikan. 1

Perubahan kebijakan tersebut tentunya harus diimbangi dengan sistem pendanaan yang
cukup, agar pelaksanaan pendidikan secara umum maupun madrasah tidak mengalami
kendala yang fatal. Mekanisme sosialisasi dan pemahaman kepada stakeholders
senantiasa diperhatikan agar dalam pelaksanaannya dapat memenuhi harapan.
Direktorat kelembagaan agama Islam Departemen Agama Islam RI telah merintis dan
menguji cobakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau dengan kata lain
kurikulum 2004 di beberapa madrasah di Indonesia mulai tahun 2004. Dari uji coba
tersebut, dipilih madrasah yang memang memenuhi syarat sarana prasarana,
ketenagaan, manajemen, dan aspek lainnya. Dalam pelaksanaan uji coba tersebut,
memerlukan evaluasi sekuranng-kurangnya tiga tahun secara periodik terkontrol. 2

Disisi lain kurikulum 2004 menuntut untuk adanya reorientasi terhadap PAI, baik dalam
aspek tujuan, materi, strategi dan pendekatan, serta sistem evaluasi pembelajarannya.
Dengan demikian kurikulum pendidikan agama Islam di madrasah harus dikembangkan
sedemikian rupa, secara khusus pada aspek pengalaman belajar siswa, sehingga dalam
pelaksanaannya mampu merespon kebutuhan masyarakat dengan secara dinamikanya.
Pengembangan ini bukan hanya pada tataran konseptualnya saja, tetapi juga dalam
pengelolaan dan praktik pembelajaran yang nyata di madrasah. Oleh karena itu,
kurikulum 2004 menuntut para guru untuk lebuh kreatif mencari materi sesuai standar
kompetensi yang ditentukan oleh pemerintah, sehingga guru dalam hal ini, harus

1
Riswadi, Kompetensi Profesional Guru, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h. 1
2
Ibid.
1
2

menjadi sumber belajar sebanyak-banyaknya untuk memenuhi standar tersebut. Setelah


menemukan materi yang sesuai denga standar kompetensi, guru juga menyusun silabus,
agar dalam pembelajaran tersusun secara sistematis serta merancang strategi
pembelajaran agar mudah untuk dipahami oleh peserta didik. 3

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kompetensi Profesional Guru PAI?


2. Bagaimana Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, Dan Pola Pikir Keilmuan Yang
Mendukung Mata Pelajaran PAI?
3. Bagaimanakah Pengembangan PAI Dalam Kurikulum Melalui Muatan Lokal?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami Pengertian Kompetensi Profesional Guru PAI.


2. Dapat mengetahui mengenai Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, Dan Pola Pikir
Keilmuan Yang Mendukung Mata Pelajaran PAI.
3. Memahami Pengembangan PAI Dalam Kurikulum Melalui Muatan Lokal.

3
Ibid, h. 5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi Profesional Guru.


1. Pengertian.
Istilah kompetensi profesional guru terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing
mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Kompetensi, profesional dan Guru. Ditinjau
dari segi bahasa (etimologi), istilah kompetensi profesional berasal dari Bahasa Inggris
profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian.
Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu
hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi merupakan perilaku guru yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dapat diketahui bahwa kompetensi
merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak.4
profesi pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan terentu yang menuntut persyaratan
khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang
memerlukan. Jadi profesional adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
dari para anggotanya. Artinya, pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang
yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. 5
Peter salim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu, Kompetensi profesional adalah
mutu yang menunjukkan suatu keahlian dan kepandaian khusus. Menurut Ahmad Tafsir,
kompetensi profesional adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang profesional. Profesionalitas juga dapat diartikan sebagai sikap
para anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan kejelian yang
mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Kompetensi profesional menunjuk
kepada komitmen pada anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya
dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. 6

4
Askuri, Membina Kompetensi Profesional Guru Dan Manajemen Kepala Sekolah: Melalui Kinerja Berbasis
Budaya Religius, (Jawa Tengah: Penerbit NEM, 2022), h. 19
5
Saud, Udin Saefudin, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: CV. Alfabet. Bandung, 2009), h. 66
6
Ibid.
3
4

Dari beberapa pengertian di atas maka kompetensi profesional guru adalah suatu sifat yang
harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat
menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk
mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.
2. Aspek Kompetensi Profesional Guru.
Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek pembina pendidikan guru
adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nana Sujdana sebagai berikut:7
a. Menguasai bahan;
b. Mengelola program belajar mengajar;
c. Mengelola kelas;
d. Mengunakan media atau sumber belajar;
e. Menguasai landasan pendidikan;
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar;
g. Menilai prestasi belajar-mengajar;
h. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan;
i. Mengenal dan meyelenggarakan admistrasi sekolah;
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
3. Standar Kompetensi Profesional Guru.
Standar kompetensi guru adalah ukuran untuk mendapatkan pendidik yang baik dan
profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
pada khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya. Untuk menilai kompetensi
pendidik secara profesional terdapat beberapa indikator berikut:8
- Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik.
- Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.
- Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.
- Mampu melaksanakan peran dan fungsi pembelajaran di kelas.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Selain itu, kompetensi guru juga merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara bersama-sama
akan membentuk profesi guru Kompetensi tersebut meliputi penguasaan materi,

7
Ibid, Askuri, Membina Kompetensi Profesional Guru Dan Manajemen Kepala Sekolah...., h. 20
8
Rina Febriana, Kompetensi Guru, (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2019), h. 4
5

pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, serta pengembangan


pribadi dan profesionalisme.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada 4
standar kompetensi guru yang harus dimiliki seorang guru. Untuk menjadi guru
profesional, seseorang perlu memenuhi kualifikasi tertentu agar memenuhi standar yang
dibutuhkan. Kualifikasi tersebut mulai dari status pendidikan hingga memiliki ketetapan
hukum yang sah berdasarkan undang-undang. 4 standar kompetensi guru dibutuhkan
sebagai indikator untuk menilai kinerja guru secara profesional. Standar kompetensi ini
mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru dan guru
mata pelajaran pada jenjang pendidikan SD/SMP/SMA/SMK.
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seseorang yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan beraklak mulia. Guru yang telah memiliki kompetensi kepribadian seperti di
atas, pasti dapat melakukan tuntutan profesi dengan baik pula. Ia akan bangga menjadi
guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, agama, maupun
sosial. Guru tersebut juga mampu menunjukkan kemandirian sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja yang unggi. Jika ada guru yang tidak bangga terhadap profesinya,
orang tersebut tidak akan maju dan berkembang.9
Guru yang memiliki kepribadian mantap juga mampu melakukan kinerja yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Guru tersebut mampu
menunjukkan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak sehingga produk kinerjanya
dapat dikontrol dan dievaluasi lebih lanjut. Kompetensi kepribadian juga dapat diartikan
sebagai kemampuan guru dalam berperilaku positif yang dapat menjadi teladan bagi
peserta didik. Kompetensi ini berkaitan dengan karakteristik guru. Beberapa kompetensi
kepribadian yang harus dimiliki guru antara lain: 10
- Bertindak sesuai dengan norma dan kebudayaan.
- Memiliki kepribadian yang jujur, berakhlak mulia, dan dapat dijadikan teladan bagi
peserta didik serta masyarakat.
- Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa percaya diri, serta dapat
bekerja mandiri secara profesional.
- Menjunjung tinggi dan menerapkan kode etik profesi guru.

9
Mulyana, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 104
10
Ibid.
6

b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi kedua yang harus dikuasai guru sebagai pendidik profesional adalah
kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki
guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kemampuan ini diperlukan guru
untuk membimbing dan memberikan pembelajaran kepada siswa agar lebih terarah.
Kompetensi pedagogik meliputi beberapa hal yang harus dikuasai guru, diantaranya: 11
- pemahaman terhadap karakteristik peserta didik;
- perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.
- Menguasai berbagai teori belajar dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran.
- Mengembangkan kurikulum yang terkait.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
- Berkomunikasi secara efektif, sopan dan santun.
- Melakukan penilaian dan evaluasi belajar peserta didik.

Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, diharapkan guru dapat menyusun
rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Guru diharapkan dapat memahami
landasan pendidikan, mampu menerapkan teori belajar, dapat menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, dan mampu menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang tepat. Untuk menghasilkan proses belajar
mengajar yang maksimal, guru memang tidak cukup mengandalkan rancangan yang
telah dibuatnya. Guru harus tetap mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pedagogik seorang guru harus mampu
mengembangkan kompetensi dan mengaktualisasikan potensi peserta didik.
Selanjutnya, guru juga akan berusaha mencari strategi untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.12

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial. Guru merupakan profesi yang menjadi suri tauladan dan contoh
kehidupan di masyarakat dan peserta didik dalam kehidupan sehari- hati. Maka untuk
mendukung dalam melaksanakan tugas profesinya dalam kehidupan masyarakat dan
proses pembelajaran dengan efektif, perlu dimiliki kompetensi sosial. Dalam
mendukung hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik dan lancar dan
dengan kompetensi sosial yang dimiliki guru, sehingga berbagai permasalahan siswa,

11
Ibid, h. 105
12
Ibid.
7

orang tua peserta didik dan masyarakat dapat dengan mudah diselesaikan. Beberapa
kompetensi sosial guru yang harus dimiliki, yaitu: bekerja sama, simpatik, dan
mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan
adalah:13
- Mampu bertindak tanpa diskriminatif, dengan tanpa mempertimbangkan agama,
jenis kelamin, ras, kondisi fisik, status sosial ekonomi dan latar belakang keluarga;
- Memiliki kemampuan menjalin komunikasi dengan orang tua, masyarakat. tenaga
pendidikan dan sesama pendidik secara empatik dan santun.
- Mampu beradaptasi di tempat kerja di wilayah Republik Indonesia dengan
keanekaragaman budaya, sosial dan agama;
- Dapat berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan baik pada komunitas profesi
maupun profesi lainnya.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi secara efektif. Tidak
hanya kepada siswa, kemampuan ini juga dibutuhkan guru dalam berinteraksi dengan
sesama guru, orang tua murid, serta warga yang ada di lingkungan sekolah.
d. Kompetensi Profesional
Menurut Sugiyono dan Hariyanto, perkembangan kehidupan yang semakin kompleks
dan penuh tantangan menuntut guru bekerja lebih maksimal dalam mempersiapkan
siswanya menghadapi perubahan-perubahan zaman yang terus berubah, berkembang
dan kompleks tersebut. Oleh sebab itu, guru harus dapat bekerja dengan lebih
profesional yang dalam hal ini ditunjukkan oleh adanya beberapa kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Istilah profesional mengarah pada tingkat kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruannya dengan baik. Kompetensi
profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pengetahuan dan dapat
mengimplementasikannya. Beberapa hal yang harus dikuasai guru dalam kompetensi
profesional antara lain: 14
- Menguasai berbagai materi dan konsep keilmuan untuk mendukung mata pelajaran
yang diampu.
- Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

13
Wawan Karsiwan, Manajemen Pengembangan Kompetensi Guru: Teori, Praktik, dan Hasil Studi, (Jawa
Barat: PT Indonesia Emas Group, 2022), 24
14
Hariyanto , Suryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 185
8

- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan


mengembangkan diri.

Selain menguasai dan meningkatkan standar kompetensi guru, para guru juga perlu
memiliki pengalaman belajar mengajar yang baik. Salah satu cara untuk
mengembangkannya adalah dengan bergabung ke komunitas guru, dimana para guru
bisa saling bertukar gagasan dan ide tentang belajar mengajar serta mengembangkan
standar kompetensi guru yang harus dimiliki. 15

Guru profesional menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran dipandang sebagai


tindakan pribadi untuk memenuhi potensi peserta didik. Guru sebagai fasilitator.
memengaruhi peserta didik. memenuhi kebutuhan, Status profesionalisme guru dapat
melakukan langkah-langkah menjadikan kurikulum sebagai tolak ukur keberhasilan
terbangunnya profesionalisme guru. Kompetensi profesional meliputi: 16

- Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran pendidikan agama;
- Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan
agama.
- Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendi- dikan agama secara
kreatif.
- Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk ber- komunikasi dan
mengembangkan diri.
B. Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, Dan Pola Pikir Keilmuan Yang Mendukung
Mata Pelajaran PAI.
1. Penguasaan Materi
Penguasaan merupakan suatu proses, cara, dan perbuatan, dapat dikatakan bahwa
penguasaan itu mempunyai pengertian suatu kemampuan, kecakapan, dan keterampilan

15
Ibid.
16
Asfiati, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2021), h.
166-167
9

yang harus dimiliki seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, dalam hal
ini penguasaan harus dimiliki seorang guru.17
Pengusahaan materi adalah kemampuan siswa dalam memahami materi-materi setelah
kegiatan pembelajaran. Penguasaan materi secara keseluruhan dapat disimpulkan
sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. 18
Pembelajaran tidak hanya melibatkan peserta didik saja melainkan juga yang memegang
peranan penting adalah guru. Seorang guru dapat dikatakan berhasil dalam
pembelajaran hal yang dilakukan pertama oleh guru tersebut adalah guru tersebut harus
mampu memahami dan menguasai materi apa yang akan disampaikan kepada peserta
didik, dengan begitu maka pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Materi
pembelajaran merupakan isi pembelajaran yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sulit dibayangkan, jika seorang guru mengajar tanpa menguasai materi
pembelajaran. Bahkan lebih dari itu, agar dapat mencapai hasil yang lebih baik, guru
perlu menguasai bukan hanya sekedar materi pembelajaran tertentu yang merupakan
bagian dari suatu mata pelajaran saja, tetapi penguasaan yang lebih luas terhadap materi
pembelajaran itu.19
Materi pelajaran adalah isi atau bahan yang akan dipelajari oleh peserta didik harus
dipersiapkan dengan baik untuk disampaikan kepada peserta didik. Mata pelajaran harus
disusun secara sistematis serta melihat garis besar program pembelajaran untuk mata
pelajaran yang bersangkutan. Penguasaan materi pembelajaran secara baik yang
menjadi bagian dari kemampuan guru, biasanya merupakan tuntunan pertama dalam
profesi keguruan. Namun seberapa banyak materi pembelajaran harus dikuasai belum
ada tolok ukurnya. Dalam praktek seringkali dapat dirasakan atau diperoleh kesan
tentang luas tidaknya penguasaan materi pembelajaran yang dimiliki guru. Namun, itu
pun bukan merupakan ukuran yang bersifat pasti. Sebab, masih banyak faktor yang
berpengaruh terhadap pembelajaran selain dari itu. Jadi, yang menjadi ketentuan adalah,
bahwa guru harus menguasai apa yang akan diajarkan, agar dapat memberi pengaruh
terhadap pengalaman belajar yang berarti kepada siswa.20

17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosda Karya), 2009, hlm. 22
18
ibid
19
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 7
20
Ibid, h. 8
10

Keberhasilan suatu pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang
bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan, mata pelajaran itu
sendiri adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara
sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi
buku itu yang harus dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tak perlu memahami apa
gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh
penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes
hasil belajar tertulis. 21
Yang terpenting di dalam suatu pembelajaran ketika dianggap berhasil adalah dengan
penguasaan materi pembelajaran peserta didik, karena dengan penguasaan materi maka
peserta didik bisa dianggap berhasil dalam suatu pembelajaran. Penguasaan materi itu
tidak hanya mengetahui dan memahami materinya saja, tetapi mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang peserta didik ketika di dalam
proses belajar mengajar atau pembelajaran, harus memahami dan menguasai bahkan
mampu mengaplikasikan materi yang diajarkan itu dalam kehidupan sehari-hari, dengan
begitu maka peserta didik dapat dikatakan sukses dalam pembelajaran. Untuk menjadi
sukses dalam pembelajaran peserta didik tersebut tidak hanya mampu menguasai
banyaknya materi yang disampaikan oleh gurunya tetapi peserta didik tersebut mampu
mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. 22
2. Struktur
“Struktur” adalah cara sesuatu disusun atau dibangun ; susunan; bangunan, yang
disusun dengan pola tertentu, pengaturan unsur atau bagian suatu benda, ketentuan
unsur-unsur dari suatu benda, pengaturan pola dalam bahasa pragmatis. Yaitu
mengembangkan kurikulum yang berupa penjabaran dari standar kompetensi dan
kompensi dasar, materi pembelajaran dan uraian materi yang terdapat dalam kurikulum,
alokasi waktu dan sumber belajar yang disebut dengan silabus.
3. Konsep
Konsep adalah rancangan atau ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkrit, gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang
diinginkan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Guru mampu menyusun

21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: Kencana, 2006), h.
98
22
Marzuki. Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Yarma Widya, 2005), h. 60
11

Rencana PersiapanPembelajaran (RPP). “Pola pikir” adalah kerangka berpikir. Dan


“keilmuan” adalah sesuatu berkenaan dengan pengetahuan atau secara ilmu
pengetahuan. Keseluruhan materi, penyusunan silabus dan Rencana Persiapan
Pembelajaran harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Konsepsi
pendidikan telah tumbuh dan berkembang sedemikian pesat dengan bentuk isi dan
penyelenggaraan program pendidikan beraneka ragam dari tingkat yang sederhana
sampai tingkat kompetensi. 23
Oleh karena itu sebelum mengajar materi PAI, terlebih dahulu guru harus mempunyai
konsep tentang apa yang akan diajarkan agar tidak terjadi kegiatan di luar apa yang akan
diajarkan. Guru harus menguasai materi yang akan disampaikan dan sekaligus sumber
materi apa yang akan mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal
penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara sistematis.
Guru dituntut mengetahui cara menyusun kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta
didiknya dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah. Visi kurikulum yaitu suatu
yang mempertimbangkan tujuan pendidikan di alam demokrasi, sangat diperlukan untuk
menyerahkan pengambilan keputusan tentang apa yang diajarkan dan mengapa
diajarkan. Hal itulah yang akan membantu guru dalam memilih, mengadaptasi dan
mendesain materi dan pengajaran sehingga guru dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan.24
C. Pengembangan PAI Dalam Kurikulum Melalui Muatan Lokal
1. Pengertian Kurikulum
Secara substantif, kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Isi kurikulum bukan
hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus
merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan bagi pengetahuan, baik bagi
pengetahuan itu sendiri, siswa maupun lingkungannya. 25
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan ketika mengkaji isi kurikulum Pertama adalah
isi kurikulum yang didefinisikan sebagai bahan atau materi pembelajaran. Bahan itu
tidak hanya berisikan informasi faktual, tetapi juga mencakup pengetahuan,
keterampilan, konsep konsep, sikap dan nilai Kedua, dalam proses pembelajaran, dua
elemen kurikulum yaitu isi dan metode, berinteraksi secara konstan Isi memberikan
23
Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Pemekasan: Duta Media, 2017), h. 1
24
Ibid, h. 75
25
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan kurikulum : teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1997), h. 127
12

signifikansi jika ditransmisikan kepada siswa. dalam beberapa hal dan cara. Itulah yang
disebut metode atau pengalaman belajar mengajar. 26
2. Pengembangan Kurikulum
pengembangan kurikulum adalah upaya kegutan edukatif yang dilakukan oleh sekolah
untuk menumbuh kembangkan seluruh potensi siswa dengan merencanakan,
melaksanakan dan meniki apa yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. 27
3. Pendidikan Agama Islam
pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melaka kegiatan bimbingan
pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragam dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional. 28
Menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang
kepada seseorang agar in berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 29
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikanagama Islam adalah
usaha sadar yang dibkukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar
meyakini memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai
dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan
daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran
yang isi dan media penyampaiaannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan

26
Ibid.
27
Yurmaini Mainuddin, Pengembangan Dan Pelaksanaan Kurikulum Yang Menjiwai Tercapainya Lulusan
Yang Kreatif Dalam Konveksi Nasional Pendidikan II, Kurikulum Untuk Abad 21, (Jakarta: Grasindo,
1994), h. 48
28
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 7
29
Abdul Majid, Dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum
2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130
13

sosial, dan lingkungan budaya serta 26 kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh
peserta didik di daerah itu30
pentingnya kurikulum muatan lokal didasarkan pada PP RI No. 19 th. 2005 tentang
Standar Nasional Pendidian pasal 14 ayat 1, bahwa kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB
atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal. 31
Sehingga dalam hal ini kurikulum muatan lokal sebagai bagian dari kurikulum nasional
hanyalah sebagai pengaya kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa masuknya
muatan lokal tidak berarti merubah kurikulum yang sudah ada. Artinya ditinjau dari
bidang studi yang telah ada dalam kurikulum nasional tetap digunakan dan dijadikan
rujukan dalam menyusun pengajaran muatan lokal. 32
Kurikulum muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya serta kenutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu. Kurikulum
muatan lokal juga disebut dengan istilah kurikulum institusional yaitu kurikulum yang
dikembangkan oleh masing-masing sekolah sesuai dengan visi, misi dan kebutuhan
pemakai jasa pendidikan. 33
Muatan lokal yang merupakan bagian kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan dan tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal
Menurut Peraturan Kemendikbud No. 81A Tahun 29 2013, pelaksanaan pembelajaran
muatan lokal di satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan
pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra satuan
pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.
b. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian
yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.

30
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
205
31
PP RI No. 19 th. 2005 , Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Pasal 14 Ayat
(1), h. 11
32
Ibid.
33
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), h. 148
14

c. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus
muatan lokal.
d. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama
tiga tahun.
e. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
f. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan
portofolio.
g. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
h. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan
pendidikan.
i. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat
bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan kurikulum muatan lokal adalah suatu
program pendidikan yang dikembangkan atau disusun sendiri oleh daerah ataupun suatu
lembaga pendidikan yang sesuai dengan visi, misi dan kebutuhan pemakai jasa sebagai
program unggulan atau ciri khas suatu lembaga pendidikan/madrasah.
Secara umum, tujuan muatan lokal adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar
memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang kondisi lingkungannya, keterampilan
fungsional, sikap dan nilai-nilai, bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber
daya alam, serta meningkatkan hasil sosial dan budaya daerah sesuai dengan
pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

Tahap yang dilakukan dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan lokal di


madrasah/sekolah meliputi hal sebagai berikut:34

a. Perencanaan
Kegatan awal yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum adalah
melakukan perencanaan atau penyususunan kurikulum Dalam penyusunan kurikulum
PAI muatan lokal madrasah diberi kewenangan untuk mengembangkan sendiri oleh
yayasan, pihak yayasan hanya menentukan bahan- bahan yang harus disusun yakni

34
Nana sudjana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru. 1991), h. Cet.
II, h. 41
15

yang sesuai dengan visi dan misi lembaga kemadan madarasah sendiri yang
mengembangkan bentuk materi apa yang sesuai Dalam hal ini perencanaan kurikulum
dimulai dengan merumuskan juan menentukan bahan pengajaran, merumuskan bentuk
strategi belajar mengajar dan penilaian.
b. Pelaksanaan
Dengan telah selesainya segala perencanaan maka guru telah siap untuk melaksanakan
kurikulum yang telah direncanakan. Pelaksanaan kurikulum pada hakikatnya
mewujudkan program pendidikan agar berfungsi mempengaruhi anak didik siswa
menuju tercapainya tujuan pendidikan. Pelaksanaan kurikulum PAI muatan lokal di di
Madrasah sekolah berupa kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran
tersebut meliputi bahan pengajaran, pendekatan, metode mengajar, media/alat bantu
pengajaran dan penilaian.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian sangat menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum Dalam
penilaian kurikulum PAI muatan lokalnya diperoleh dari hasil penibian terhadap hasil
belajar siswa, lulusan, serta supervisi yang dilakukan okh kepah madrasah setiap tiga
bulan sekali Dari supervisi tersebut kepala madrasah dapat mengetahui sejauh mana
cara kerja guru, minat siswa dalam pembelajaran sehingga dapat diperoleh informasi
apakah kurikuham PAI muatan lokal di Madrasah Sekolah perlu diganti ataukah tidak.

Dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan lokal, madrasah/sekolah dituntut untuk


mampu merencanakan dan melaksanakannya dengan baik dan dapat menciptakan kondisi
belajar mengajar yang efektif, karena pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah
upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
dalam hal ini kepala madrasah/sekolah dan guru bertanggung jawab atas kegiatan belajar
mengajar dalam interaksi edukatif. Dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan lokal,
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan harus dilaksanakan secara maksimal yang menuntut
kerja sama semua pihak baik kepala sekolah, guru, siswa maupun oramg tua atau
masyarakat.35

35
Ibid, h. 43
16

5. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kurikulum PAI muatan


lokal.
a. Faktor Pendukung
Faktor ini merupakan faktor yang membantu kelancaran dalam pengembangan
kurikulum PAI muatan lokal, antara lain:
- Adanya Kesiapan madrasah sekolah untuk mengembangkan kurikulum PAI nya.
- Perencanaan yang yang baik dalam mengembangkan kurikulum.
- Ketepatan dalam memilih bahan pengajaran, strategi pelaksanaan serta
penilaiannya.
- SDM para pengajar yang berkualitas profesional pada guru sehingga mendukung
dalam pengembangan kurkukan karena guru merupakan pelaksana dari apa yang
sudah direncanakan.
- Adanya dukungan baik dari siswa, orang tua, masyarakat, dan pihak lainnya yang
terkait dalam dunia pendidikan.
- Adanya kemauan atau kesadaran siswa untuk belajar. Siswa sangat termotivasi
terhadap pengembangan serta keagamaan sehingga mempermudah kerja guru.
- peningkata kualitas Adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dalam
pekasaraan pembelajaran sehingga apa yang sudah dikembangkan akan dapat
berjalan lancar.
b. Faktor Pengambat.
Faktor ini merupakan faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan kurikulum
PAI muatan lokka, antara lain:
- Terkadang masih kurang kesiapan madrasah dalam mengembangkan kurikulum
PAI muatan lokal.
- Masih terdapat perencanaan yang belum maksimal dalam merencanakan
kurikulum baik bahan pengajarannya atau strategi pelaksanaan
- Terdapat SDM para pengajar yang kurang profesional sehingga menghambat
dalam pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
- Kurangnya pengetahuan guru dan pengembang kurikulum terhadap kemampuan
siswa seperti tingkat kecerdasan siswa, bakat dan minat.
- Terbatasnya bahan atau sumber pengajaran yang dapat dikembangkan
- Terbatasnya dara dalam mencukupi sarana dan prasana yang memadai sebagai
pendukung terlaksananya pengembangan kurikulam PAI muatan Lokal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil makalah kami di atas dapat di simpulkan bahwa kompetensi profesional guru
adalah suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga
guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu
untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut. sebelum
mengajar materi PAI, terlebih dahulu guru harus mempunyai konsep tentang apa yang akan
diajarkan agar tidak terjadi kegiatan di luar apa yang akan diajarkan. Guru harus menguasai
materi yang akan disampaikan dan sekaligus sumber materi apa yang akan mendukung
jalannya proses belajar mengajar.
Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara
sistematis. Guru dituntut mengetahui cara menyusun kurikulum berdasarkan kebutuhan
peserta didiknya dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah. Visi kurikulum yaitu suatu
yang mempertimbangkan tujuan pendidikan di alam demokrasi, sangat diperlukan untuk
menyerahkan pengambilan keputusan tentang apa yang diajarkan dan mengapa diajarkan. Hal
itulah yang akan membantu guru dalam memilih, mengadaptasi dan mendesain materi dan
pengajaran sehingga guru dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
kurikulum muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang dikembangkan atau disusun
sendiri oleh daerah ataupun suatu lembaga pendidikan yang sesuai dengan visi, misi dan
kebutuhan pemakai jasa sebagai program unggulan atau ciri khas suatu lembaga
pendidikan/madrasah.
Secara umum, tujuan muatan lokal adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
wawasan yang luas dan mantap tentang kondisi lingkungannya, keterampilan fungsional,
sikap dan nilai-nilai, bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, serta
meningkatkan hasil sosial dan budaya daerah sesuai dengan pembangunan daerah dan
pembangunan nasional.
Tahap yang dilakukan dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan lokal di
madrasah/sekolah meliputi:

- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Penilaian

17
18

B. Saran

Demikian pembahasan makalah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Riswadi (2019), Kompetensi Profesional Guru, Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Askuri (2022), Membina Kompetensi Profesional Guru Dan Manajemen Kepala Sekolah:
Melalui Kinerja Berbasis Budaya Religius, Jawa Tengah: Penerbit NEM.
Saefudin Udin, Saud, (2009), Pengembangan Profesi Guru, Bandung: CV. Alfabet. Bandung.

Febriana Rina (2019), Kompetensi Guru, (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.

Mulyana (2010), Rahasia Menjadi Guru Hebat, Jakarta: Grasindo.


Karsiwan Wawan (2022), Manajemen Pengembangan Kompetensi Guru: Teori, Praktik, dan
Hasil Studi, Jawa Barat: PT Indonesia Emas Group.
Suryono, Hariyanto (2011), Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Asfiati (2021), Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Madrasah,
Jakarta: Kencana.
Sudjana Nana (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosda Karya.

Ali Muhammad (2004), Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sanjaya Wina (2006), Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Bandung: Kencana.
Marzuki (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yarma Widya.
Nursobah Ahmad (2017), Perencanaan Pembelajaran MI/SD, Pemekasan: Duta Media.
Syaodih Nana, Sukmadinata (1997), Pengembangan kurikulum : teori dan praktek,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mainuddin Yurmaini (1994), Pengembangan Dan Pelaksanaan Kurikulum Yang Menjiwai
Tercapainya Lulusan Yang Kreatif Dalam Konveksi Nasional Pendidikan II, Kurikulum
Untuk Abad 21, Jakarta: Grasindo.
Muhaimin (2001), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Majid Abdul (2004), Dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Dan
Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Arifin Zainal (2011), Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

19
20

PP RI No. 19 th. 2005 , Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),
Pasal 14 Ayat (1).
Subandijah (1992), Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada
sudjana Nana (1991), Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Bandung: Sinar
Baru.

Anda mungkin juga menyukai