Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah

“PELAKSANAAN KURIKULUM”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Inovasi Kurikulum

Dosen Pengampu: Asrul, S.Pd., M.Pd

Oleh:

FATUR AUDY RAMADHAN


21911026

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita
semua, sehingga kita dapat berkumpul dalam pertemuan yang Insya Allah dimuliakan oleh Nya.
Shalawat dan Salam semoga tetap terlimpah curah kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW. Kepada para sahabatnya para Tabi’it Tabi’innya dan semoga kepada kita
selaku ummatnya mendapatkan syafa’atul udzma di Yaumil Jaza. Amin
Maka dari itu, saya sebagai pihak yang diberkan tugas, mencoba memaparkan beberapa
ilmu yang saya ambil dari beberapa sumber, dalam bentuk makalah yang akan saya
presentasikan ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pelajaran penting yang wajib diketahui oleh saya
khususnya dan mahasiswa pada umumnya. Diantara materi yang akan kami bahas diantaranya :
Pengertian kurikulum, Peran kurikulum, Fungsi manajemen kurikulum dan Pelaksanaan
kurikulum. Sekian dari saya, mohon maaf bila terdapat kesalahan baik dalam segi penulisan
maupun dalam redaksi. Kritik dan saran sangat kami harapkan. Billahi fi Sabililhaq Pastabiqul
Khairot.

Kendari, 30 April 2021

PENULIS

FATUR AUDY RAMADHAN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Kurikulum.................................................................................................6
1. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana......................................6
2. Kurikulum Sebagai Hasil Belajar Yang Diharapkan......................................................7
3. Kurikulum Sebagai Reproduksi Kultural ( Cultural Reproduction )...............................7
4. Kurikulum Sebagai Kumpulan Tugas dan Konsep Diskrit.............................................7
5. Kurikulum Sebagai Agenda Rekonstruksi Sosial..........................................................8
6. Kurikulum Sebagai Currere.........................................................................................8
2.2 Peran Kurikulum.........................................................................................................8
1. Peranan Konservatif...................................................................................................9
2. Peranan Kritis atau Evaluatif.......................................................................................9
3. Peranan Kreatif..........................................................................................................9
2.3 Fungsi Manajemen Kurikulum..................................................................................10
1. Perencanaan............................................................................................................10
3
2. Pengorganisasian......................................................................................................11
3. Pelaksanaan.............................................................................................................13
2.4 Pelaksanaan Kurikulum............................................................................................13
1. Proses belajar mengajar...........................................................................................14
2. Bimbingan menyeluruh............................................................................................15
3. Administrasi supervise.............................................................................................17
4. Sarana kulikuler........................................................................................................17
5. Penilaian hasil belajar...............................................................................................18
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
1.1 Kesimpulan...............................................................................................................19
1.2 Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pelaksanaan manajemen kurikulum tersebut sangat tergantung pada kemampuan kepala
sekolah untuk dapat berperan secara aktif dalam pengelolaan sekolah dengan memberdayakan
semua komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Ini berarti
kompetensi kepala sekolah dalam pemberdayaan warga sekolah perlu mendapat perhatian
untuk ditingkatkan secara terus-menerus.

Pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan bagian yang integral dari keseluruhan dari
manajemen pendidikan yang diterapkan di semua jenis dan jenjang pendidikan. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh
manajemen kurikulumnya. Istilah manajemen dan administrasi pendidikan yang dipergunakan
dalam penulisan ini mengandung arti yang sama yaitu pengelolaan pendidikan. Manajemen
pendidikan

mempunyai ruang lingkup yang luas. Sehubungan dengan hal ini, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah (2005:66) mengemukakan bahwa:

Pelaksanaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa. Jadi bagaimana strateginya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Guru perlu didorong untuk terus menyempurnakan strategi
tersebut, misalnya dengan menerapkan kaji tindak dalam pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas (classroom action research).

Salah satu bidang garapan dari manajemen pendidikan adalah manajemen kurikulum yaitu
kegiatan yang berhubungan dengan upaya merencanakan, melaksanakan, mengendalikan proses
belajar mengajar agar dapat berjalan secara efektif. Artinya, manajemen kurikulum merupakan
kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk memberi kemudahan kepada guru
dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
manajemen kurikulum meliputi pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, pembagian
rombongan belajar, membuat absensi guru dan siswa, menetapkan kegiatan ekstra kurikuler,
membuat daftar nilai, menentukan waktu ujian dan sebagainya. Kesemua kegiatan ini ditujukan
untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran sebagai
aktivitas inti sekolah.

5
Manajemen kurikulum sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Jika manajemen
kurikulum tidak berjalan dengan baik maka proses belajar-mengajar di sekolah tersebut akan
mengalami hambatan sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui proses belajar mengajar juga
terkendala. Sebaliknya jika manajemen kurikulum

telah ditata dengan baik kondisi sekolah akan kondusif untuk pengembangan proses
pembelajaran yang bermutu. Kegiatan manajemen kurikulum di Sekolah Menengah Atas (SMA)
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan sebagai pelaksana operasionalnya adalah wakil kepala
bagian kurikulum. Kedua pejabat ini yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan manajemen
kurikulum di sekolah. Karena peranan dari manajemen kurikulum ini sangat penting maka para
pelaksana dituntut memiliki wawasan dan kemampuan dalam bidang tersebut.

Keberhasilan suatu sekolah dalam meningkatkan prestasi siswanya sebagai indikator mutu
pendidikan dan jenjang pendidikan sangat bergantung pada efektifitas pelaksanaan manajemen
kurikulumnya. Jika manajemen kurikulum sudah berjalan efektif maka proses pembelajaran juga
akan berlangsung efektif dan prestasi siswa juga mengalami peningkatan secara signifikan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah kurikulum?
b. Apa peran kurikulum?
c. Apa fungsi manajemen kurikulum?
d. Pelaksanaan kurikulum?

1.3 Tujuan Masalah


a. Untuk mengetahui pengertian kurikulum?
b. Mengetahui peran kurikulum?
c. Mengetahui fungsi manajemen kurikulum?
d. Mengetahui pelaksanaan kurikulum?

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Banyak orang yang menganggap kurikulum berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku
pelajaran yang harus dimiliki anak didik, sehingga perubahan kurikulum identik dengan
perubahan buku pelajaran. Persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar, akan tetapi
banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi
pelajaran, serta persoalan-persoalan lainnya yang terkait dengan hal itu. Istilah kurikulum
digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata
curir dan curere. Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli
pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian, dalam
penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaan . kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum
berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. (Sanjaya, 2008:3)
Secara tminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.
 Menurut UU No.20 tahun 2003
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan dengan
tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggara kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
 Prof. DR. S. Nasution, M. A.
Kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar
mengajar di bawah naungan, bimbingan dan tanggung jawab sekolah/lembaga pendidikan.
 George A. Beaucham (1976)
Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.

1. Kurikulum Sebagai Suatu Program Kegiatan Yang Terencana.


Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan yang direncanakan
untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya menggabungkan ruang lingkup, rangkaian,
7
interpretasi, keseimbangan subject matter, teknik mengajar, dan hal lain yang dapat
direncanakan sebelumnya ( Saylor, Alexander, dan Lewis, 1986 ). (Hamalik, 2007:5)

2. Kurikulum Sebagai Hasil Belajar Yang Diharapkan.


Beberapa penulis kurikulum ( Johnson, 1977 dan Posner, 1982 ) menyatakan bahwa
kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas , tetapi difokuskan secara langsung
pada berbagai hasil belajar yang diharapkan ( intended learning outcomes ). Kajian ini
menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means)
menjadi kurikulum srbagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends). Salah satu alasan
utama adalah karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan
perumusan berbagai tujuan kegiatan pembelajaran. (Hamalik, 2007:6)

3. Kurikulum Sebagai Reproduksi Kultural ( Cultural Reproduction ).


Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi
generasi penerus. Masyarakat, negara atau bangsa bertanggung jawab mengidentifikasi
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan berbagai apresiasi yang akan diajarkan.
Sementara itu, pihak pendidik profesional bertanggung jawab untuk melihat apakah skill,
knowledge, dan apresiasi tersebut sudah diinformasikan ke dalam kurikulum yang dapat
disampaikan kepada anak- anak dan generasi muda.
Beberapa contoh dari pandangan kurikulum sebagai reproduksi kultural ini adalah
berbagai peristiwa patriotik dalam sejarah nasional, sistem ekonomi yang dominan
(komunistik atau kapitalistik), berbagai konvensi kebudayaan, kebiasaan, dan aturan adat
istiadat (lore dan folkways), serta nilai-nilai agama yang ada di berbagai sekolah yang
bernaung di bawah lembaga keagamaan seperti parochial school dan sekolah-sekolah
umumnya. (Hamalik, 2007:6)

4. Kurikulum Sebagai Kumpulan Tugas dan Konsep Diskrit.


Pandangan ini berpendapat bahwa kurikuum merupakan satu kumpulan tugas dan
konsep (discrete tasks and concept) yang harus dikuasai siswa. Dalam hal ini, diasumsikan
bahwa penguasaan tugas-tugas yang saling bersifat diskrit (berdiri sendiri) tersebut adalah
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya, tujuan yang
dimaksud memiliki interpretasi behavioral yang spesifik, misalnya mempelajari suatu tugas

8
baru atau dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Pendekatan ini berkembang dari
program- program training dalam bisnis, industri, dan kemiliteran. (Hamalik, 2007:7)

5. Kurikulum Sebagai Agenda Rekonstruksi Sosial.


Sejauh mana keberanian sekolah membangun suatu tatanan sosial yang baru ( Dare
the school build a new social order )? Pertanyaan ini merupakan judul karya George S.
Counts (1932) yang dipandang sebagai salah seorang perintis rekonstruksionisme sosial
dalam pendidikan. Ide Counts tersebut banyak diperjuangkan oleh Theodore Brameld dalam
dekade 1940-an dan 1950-an, yang banyak terispirasi pemikiran Dewey. Pandangan ini
berpendapat bahwa sekolah harus mempersiapkan suatu agenda pengetahuan dan nilai-
nilai yang diyakini dapat menuntun siswa memperbaiki masyarakat dan institusi
kebudayaan, serta berbagai keyakinan dan kegiatan praktik yang mendukungnya. (Hamalik,
2007:8)

6. Kurikulum Sebagai Currere.


Salah satu pandangan yang paling mutakhir terhadap dimensi kurikulum adalah yang
pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja kurikulum itu sendiri, yaitu currere.
Sebagai pengganti interpretasi dari etimologi arena pacu atau lomba (race course)
kurikulum, currere merunjuk pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing
kapasitas individu untuk merekonseptualisasi otobiografinya sendiri. Dengan demikian,
karakter kurikulum membentuk dan dibentuk oleh berbagai hubungan eksternal dengan
pengetahuan, perspektif, dan prakti-praktik dalam domain kependidikan lainnya seperti
administrasi, supervisi, dasar-dasar pendidikan (sejarah dan filsafat pendidikan, termasuk
sosiologi, politik, ekonomi, antropologi bahkan perspektif sastra), studi kebijakan, evaluasi,
metodologi penelitian, subject areas, jenjang dan tingkatan pendidikan, pengajaran,
pendidikan khusus, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Oleh karena
beberapa di antara bidang diatas memiliki relevansi langsung dengan kurikulum jika
dibandingkan dengan bidang lainnya, maka bidang-bidang yang lebih relevan tersebut perlu
dianalisis secara lebih luas dan mendalam. (Hamalik, 2007:8)

2.2 Peran Kurikulum


Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum
mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis sifat dari
9
masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan
operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting,
yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini
sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
1. Peranan Konservatif.
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan
warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial
dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial
yang ada dalam masyarakat,sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai sebagai jembatan
antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks.
Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena
ikut membantu proses tersebut. Dengan adanya peranan konservatif ini, maka
sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan
ini sangat mendasar sifatnya. (Hamalik, 2007:12)
2. Peranan Kritis atau Evaluatif.
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang
akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan
modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang
tepat atas dasar kriteria tertentu. (Hamalik, 2007:12)
3. Peranan Kreatif.
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam
artian menciptakan dan menyususn suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam
mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran,
pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain
terdapat keharminisan di antara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi

10
tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.
(Hamalik, 2007:12)

2.3 Fungsi Manajemen Kurikulum


Fungsi-fungsi manajemen pendidikan, tidak mungkin dapat melibatkan berbagai pihak
tanpa adanya suatu legalitas yang dianut oleh suatu institusi, termasuk lembaga pendidikan jalur
sekolah. Fungsi-fungsi kegiatan pengelolaan atau manajemen pada umumnya. Hamalik (1991:23)
mengatakan, fungsi kegiatan pengelolaan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan. Berikut paparan dari keempat fungsi manajemen kurikulum yang
dimaksud.

1. Perencanaan
Kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan
digunakan oleh guru dan peserta didik. Sedangkan perencanaan itu sendiri adalah pemilihan
dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber
yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan merupakan upaya untuk merumuskan apa yang ingin dicapai serta
bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat terlaksana melalui rumusan rencana
kegiatan. Menurut Simamora (1988:61) mengemukakan bahwa: ”Pada hakekatnya
perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus dilakukan untuk
memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif diadakan guna mencapai tujuan”.
Dengan terlaksananya kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, maka
perencanaan itu dapat dikatagorikan sebagai perencanaan yang baik atau berhasil dan jika
apa yang telah dirumuskan tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka perencanaan tersebut
dapat dikatakan tidak baik atau belum berhasil.
Selanjutnya perencanaan kurikulum berarti menentukan hal-hal yang berkaitan dengan
kurikulum itu sendiri, dan sebelumnya apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Hamalik (1001:31) mengemukakan perencanaan kurikulum adalah proses
manajerial dalam menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Dalam kaitannnya dengan manajemen kurikulum, perencanaan dipandang sebagai suatu
alat yang adapat membantu para guru dan praktisi lainnya untuk lebih menjadi berdaya
guna dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian

11
suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah
dikontrol dan monitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan
langkah pertama dalam fungsi manajemen pada umumnya menempati posisi yang amat
penting dan amat menentukan.
Proses perencanaan manajemen kurikulum di sekolah harus dilaksanakan secara
kolaboratif, artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap
perencanaan itu. Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan ikut memiliki (sense of
belonging) yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan personel sekolah yang lain
untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua
komponen manajemen pendidikan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu
perencanaan kurikulum, layanan khusus, hubungan masyarakat, proses belajar-mengajar
(fasilitasnya), dan ketatausahaan sekolah, pengalaman-pengalaman dalam darmawisata dan
lain-lain, kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan pendidikan. Karena
itu kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk memupuk
perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar.

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk
memilih orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan sarana dan
prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab,
dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin
tercapainya tujuan sekolah itu.
Setidaknnya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, Meysin (2009:12)
antara lain:
(1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject);
(2) Mata pelajaran berkorelasi;
(3) Bidang studi (broad field);
(4) Program yang perpusat pada anak (child centered);
(5) Inti masalah (core program);
(6) Electic program

12
Untuk lebih jelas keenam pengorganisasian kurikulum yaitu: (1) mata pelajaran
terpisah (isolated subjek); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-
pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tampa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing- masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat,
kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama. (2) Mata
pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-
kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah
menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
Selanjutnya, (3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan
dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat
dijadikan ”core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut. (4)
Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang
menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran. (5) Inti
Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana
masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya
diberikan melalui kegiatan- kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi. (6) Electic program,
yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat
pada mata pelajaran dan peserta didik.
Selain dari itu, pengorganisasian dapat dipahami sebagai upaya dalam mengkoordinir
personil dan sumber daya yang ada. Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha
untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah itu agar
kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai
tujuan sekolah. Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti; (a)
melaksanakan penjelasan singkat (briefing), (b) mengadakan rapat kerja, (c) memberikan
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan tentang hasil suatu
kegiatan.
Selanjutnya pengorganisasian manajemen kurikulum merupakan suatu keseluruhan
proses pengelompokan materi, alat-alat, tugas, tanggung jawab personel pendidik, sehingga
tercapainya tujuan kurikulum yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Pengorganisasian mempertimbangkan hal-hal strukturnya

13
harus mencerminkan tujuan dan rencana-rencana, pembagian tugas yang jelas,
mencerminkan lingkungan.

3. Pelaksanaan
Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Sehingga tahap
pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan implementasi dari perencanaan manajemen
kurikulum yang telah dirumuskan dan mendayagunakan fungsi organisasi pendidikan,
sehingga dapat mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini,
sumber daya manusia, dialokasikan, jadwal dan waktu kegiatan ditetapkan, demikian juga
hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan, seperti mekanisme
pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan tanggung jawab dan sebagainya.
Pada tahap pelaksanaan, sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan suatu
pelaksanaan. Menurut Sule (2005:216) bahwa: ”Faktor yang sangat menentukan pada tahap
pelaksanaan adalah sejauh mana sumber daya manusia atau tenaga kerja yang telah dipilih
dan ditempatkan dalam organisasi menunjukkan kinerja yang terbaik, karena faktor manusia
menjadi kunci penting dalam langkah implementasi”.
Berkaitan dengan manajemen kurikulum tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan
pengembangan kurikulum itu sendiri. Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
kegiatan
manajemen kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah yang menjiwai suatu
kurikulum.

2.4 Pelaksanaan Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan
dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah peserta didik dalam mempelajari bahan
pelajaran serta mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan optimal.
Dalam manajemen pendidikan, pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum
dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material,

14
personal, maupun kondisi-kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana secara kontinyu.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala
sekolah. Selain bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, kepala
sekolah juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yaitu menyusun kalender akademik
yang akan berlangsung di sekolah selama satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam
satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang
usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung
kepada para guru. Pembagian tugas ini di antaranya meliputi:
a. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar.
b. Pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai
penunjang tujuan sekolah.
c. Kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
berada dalam diri peserta didik dan membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah guru. Walaupun
dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta
diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat
sekolah, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut
senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksananakan proses
administrasi kurikulum (0emar Hamalik, 2010:173).

Ada beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum,yakni:

1. Proses belajar mengajar


Pelaksanaan kurikulum pada hakikatnya mewujudkan program pendidikan agar
berfungsi mempengaruhi anak didik/siswa menuju tercapainya tujuan pendidikan. Salah
satu wujud nyata dalam pelaksanaan kurikulum adalah proses belajr-mengajar. Dengan
perkataan lain proses belajar-mengajar adalah opersionalisasi dari kurikulum. Adapula
pendapat bahwa proses belajar mengajar adalah kurikulum actual atau kurikulum nyata
atau kurikulum mikro. Proses belajar mengajar adalah kegiatan nyata mempengruhi anak
didik dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,
siswa dan siswa atau siswa dan lingkungan belajarnya.
15
Komponen-komponen yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar untuk di
gerakkan supaya anak didik/siswamencapai tujuan pengajaran adalah:

 Bahan pengajaran atau isi pengajaran


 Metode mengajar dan alat bantu mengajar
 Penilaian atau evaluasi.

Komponen bahan pengajaran berfungsi memberikan isi terhadap tujuan pengajaran,


metode dan alat bantupengajaran berfungsi sebagai alat untuk mengantarkan bahan
pengajaran menuju tujuan pengajaran, dan penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran.

Proses belajar mengajar merupakantugas dan tanggung jawab guru, karena itu guru
adalah pelaksana kurikulum. Guru yang mempengaruhi dan merubah pribadi anak melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Kelangsungan proses belajar mengajar secara
terencana terpola dan terprogram berdasarkan rambu-rambu yang ada dalam garis-garis
besar program pengajaran(GBPP) merupakan cirri dan indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum. Disinilah posisi dan proses belajar mengajar sebagai salah satu strategi dalam
melaksanakan kurikulum. Guru sebagai pelaksana, Pembina dan sekaligus pengembang
kurikulum di tuntut memiliki kemampuan untuk:

 Menguasai GBPP
 Menguasai bahan pengajaran/pengetahuan ilmiah
 Merencanakan pengajaran
 Mengelola proses belajar mengajar
 Menilai hasil belajar.

Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan prasyarat untuk dapat melaksanakan


kurikulum sebagaimana harusnya.

2. Bimbingan menyeluruh
Bimbingan pada hakikatnya adaah proses bantuan siswa kepada para siswa dengan
memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang di hadapi
dalam rangka pengembangan pribadinya yang optimal sehingga mereka dapat memahami
dirinya, mengarahkan sikap dan tindakannya sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hakikat bimbingan adalah
16
membantu siswa dan mengarahkannya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan
utama dari program bimbingan di sekolah adalah mengembangkan kemampuan siswa dan
kesanggupan dalam menghadapi masalah yang di hadapinya. Oleh sebab itu fungsi
bimbingan meliputi fungsi menyalurkan, seperti membantu siswa untu memilih jurusan
sekolah,lapangan kerja, minat, bakat, dan cirri-ciri kepribadian lainnya, dan fungsi
mengadaptasikan, yakni membatu petugas di sekolah khususnya guru untuk menyesuaikan
program dan kegiatan pengajaran sesuai dengan minat dan kemampuan serta kebutuhan
para siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal.

Berdasarkan hakikat,tujuan, dan fungsi bimbingan di atas maka kegiatan operasional


bimbingan dan penyuluhan disekolah mencakup antara lain:

1. Kegiatan pendahuliuan atau persiapan seperti penyuluhan dan penerangan bimbinbgan


penyuluhan, konsultasi dengan seluruh staff, pengumpulan informasi, penyediaan
fasilitas yang di perlakukan.
2. Pengumpulan tentang data dan informasi siswa seperti data identitas pribadi, keluarga,
lingkungan social, data psikis siswa (apek intelektual, aspek emosional, aspek kemauan,
kepribadian, prstasi belajar yang dicapainya dan lain-lain).
3. Pembedaan informasi dan orientasi seperti orientasi kehidupan di sekolahnya, orientasi
kehidupan perguruan tinggi atau sekolah diatasnya, informasi mengenai jenis
pekerjaan, informasi cara belajar, informasi lingkungan sekitar yang diperlukan siswa.
4. Penempatan dan penyaluran seperti memilihan jurusan, penempatan dalam kelas,
pembentukan kelompok belajar, pengambilan program belajar, pemilihan kegiatanm
ekstrakurikuler, penyaluran minat dan lain-lain.
5. Bantuan penyuluhan terutama ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengatasi/memcahkan masalah pribadinya denmgan menggunakan potensi yang ad
pada dirinnya.
6. Bantuan dalam kesulitan belajar dengan tujuan agar siswa memperoleh hasil belajar
yang optimal sesuai dengan p[otensi yang dimilikinya.
7. Pertemuan dengan staff sekolah dan memberikan latihan, khususnya mengenai para
guru mengenai bimbingan penyuluhan.
8. Mertintis kerja sama dengan masyarakat khususnya orang tua siswa dengan tujuan
agar orang tua siswa dan masyarakat pada umumya membantu usaha-usaha sekolah
sehububngan dengan pendidikan putra putrinya.
17
3. Administrasi supervise
Pelaksanaan kurikulum menuntut adanya upaya bersama yang terencana, berpola
dan terprogram agar tujuan pendidikan dapat di capai secara optimal. Upaya tersebut
berkenaan dengan administrasi, yakni usaha mendayagunakan semua sumber baik material
maupun personal secara efektif dan efisien. Wujud operasional kegiatan administrasi di
sekolah mencakup bidang pengajaran, bidang kesiswaan,bidang ketenagaan, bidang
keuangan, bidang peraltan pengajaran, bidang perlengkapan sekolah dan bidang hubungan
sekolah dan masyarakat.

Sisi lain yang erat kaitannya dengan administrasi pendidikan adalah supervisi.
Supervise adalah bantuan yang di berikan kepada semua staf sekolah, khususnya guru untuk
mengembangkan proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien. Kesan dari kata
supervise atau pengawas umumnya mencari kesalahan kesalahan dari staf, padahal
pengawasan di lakukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Unsure-unsur dari strategi
pelaksanaan kurikulum seperti proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan,
administrasi, evaluasi merupakan sasaran utama kegiatan supervise. Teknik yang dapat di
gunakan dalam supervise antara lain wawancara, diskusi, observasi, rapat kerja,
latihan/training, korespondensi, kunjungan kelas dan lain-lain.

4. Sarana kulikuler
Sarana kurikuler yang termasuk penting dalam menunjang pelaksanaan kurikulum
adalah sbb:

1. Sarana instruksional; mencakup alat-alat laboratorium, alat peraga pengajaran, buku-


buku pelajaran/perpustakaan
2. Sarana personil; aratinya tercukupinya jumlah staf sekolah terutama tenaga guru,
tenaga administrasi dan tenaga non guru
3. Sarana material; menyangkut kebutuhan alat-alat fasilitas seperti ruangan kelas, ruang
laboratorium, ruang rapat, ruang bimbingan, dan lain-lain beserta perlengkapannya.

18
5. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar di lakukan oleh guru dalam dua tahap. Tahap pertama penilaian
yang di lakukan pada akhir program belajar mengajar yang sering di sebut penilaian
formatif. Tujuan penilaian lebih di utamakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa. Hasil belajar yang di capai siswa
setelah program belajar mengajar selesai di gunakan guru untuk memperbaiki tindakan
mengajarnya. Apabila hasilnya masih kurang, guru berkewajiban mengulang kembali bahan
pelajaran tersebut sebelum dilanjutkan mengajarkan bahan yang lainya.

Penilaian tahap kedua adalah penilain yang di lakukan pada akhir program unit
program, misalnya akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian ini di namakan penilsian
sumatif dengan tujuan menentukan angka kemajuan belajar para siswa.

Standar yang di gunakan dalam menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan


pengajaran, atau hasil belajar yang di capainya, bisa menggunakan dua cara, yakni standar
mutlak dan standar relatif. Standar mutlak adalah menetapkan keberhasilan belajar siswa
melalui upaya membandingkan hasil yang di capainya dengan criteria yang telah di
tentukan. Sedangkan standar relatif artinya keberhasilan siswa di bandingkan dengan norma
kelompoknya.

BAB III
PENUTUP
 

19
1.1 Kesimpulan
Dari berbagai macam pembahasan di atas kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa
segala bentuk proses manajemen pengembangan kurikulum mulai dari proses penyusunan
sampai pada proses pengembangan kurikulum tersebut merupakan suatu proses yang tidak
dapat dijalankan tanpa melalui adanya manajemen. Kurikulum merupakan suatu wadah atau
suatu bentuk dari alat pendidikan yang menjadikan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan
maksimal, tentu bukan hanya berjalan dengan baik secara begitu saja namun melalui proses
manajemen yang akan lebih bisa menghasilkan suatu kurikulum yang bermanfaat di lingkungan
pendidikan. Adapun definisi dari kurikulum yakni kurikulum sebagai “product” dokumen yang
berisi secara rinci tentang tujuan umum-khusus, isi teknik mengajar, penilaian dan serta sumber
belajar. Dokumen yang diterbitkan oleh pemerintah atau lembaga khusus yang merinci
bagaimana dan apa yang harus diajarkan. Dokumen kurikulum seperti itu biasannya sebagai
suatu ideal yaitu sesuatu yang ingin dicapai namun kenyataannya sulit dicapai.

1.2 Saran
Adapun akhir dari penulisan makalah ini penulis mengharapkan adanya respon balik
ataupun saran dari segala pihak, khususnya dari mahasiswa dan dosen hal ini agar makalah saya
dapat lebih disempurnakan dan dimaksimalkan. Dan semoga makalah ini dapat berguna serta
menjadikan kita menambah pengetahuan tentang manajemen pengembangan kurikulum. Dan
tak lupa pula penulis memohonkan maaf atas segala kesalahan dari awal sampai akhir penulisan
makalah. hal ini karena kita adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Journal articel Ismail, D. A (2009, November 3) pengembangan-kurikulum. Retrieved September 23,


2012.

Junaidi, Wawan (2012, Februari 21) Proses Pengembangan Kurikulum.

Kusdi Raharjo, d. (2011, Juni). Pengembangan-Kurikulum. Retrieved September 22, 2012.

Mahuri. (2011, Juni 23). Model Pengembangan Kurikulum yang Sering Digunakan di Indonesia.

Mulyasa : Kurikulum yang di Sempurnakani (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Musthofa, M. Z. (2012, Januari 10). Pendekatan Pengembangan Kurikulum. Retrieved September 22,
2012, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Oemar Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya

————— . 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukirman, Hartati dkk. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Sukmadinata, N. S. (2011). Pengembangan Kurikulum-Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

http://www.emeraldinsight.com/:Raihani, (2008) "An Indonesian model of successful school leadership",


Journal of Educational Administration, Vol. 46 Iss: 4, pp.481 – 496

http://www.emeraldinsight.com/:Brook Stowe, (2011) “ I can't find anything”: Towards establishing a


continuum in curriculum-integrated library instruction", Reference Services Review, Vol. 39 Iss: 1, pp.81
– 97, Publisher:Emerald Group Publishing Limited

21

Anda mungkin juga menyukai