Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SD


(Proses dan Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja)

Dosen Pengampu

Didin Tahajudin, M.Pd

KELOMPOK 10 :
1. Kurotul Uyun (210547)
2. Muhamad Rizki Aldiansyah (211325)
3. Tiara Nabillah Wondu (210269)
4. Ulul Latifah (210329)

KELAS : RA-B PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan materi mengenai “Proses dan Permasalahan
Penyesuaian Diri Remaja”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Didin Tahajudin, M.Pd selaku Dosen
Pengampu Perkembangan Peserta Didik SD yang telah memberikan pengarahan untuk
menyajikan materi sebagai modal pembelajaran, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan hasil yang disampaikan oleh kelompok kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 10 Maret 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii


BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3


A. Konsep dan Proses Penyesuaian Diri Remaja .......................................................... 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Remaja ..................... 4
C. Permasalahan yang Terjadi pada Proses Penyesuaian Diri Remaja ......................... 6
D. Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Pendidikan .......................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang
menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena
ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dalam ruang lingkup keluarga,
sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Masih sering ditemui bahwa
orang-orang mengalami stres dan depresi karena disebabkan oleh kegagalan mereka
untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar
terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat
hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Berdasarkan dari banyaknya pengalaman yang didapat di sekolah dan diluar
sekolah, dapat membuat seseorang memiliki pengetahuan, kecakapan, minat-minat dan
juga sikap yang baik. Dengan pengalaman itu, dibentuk menjadi seorang pribadi seperti
yang dimilikinya saat ini dan menjadi seorang pribadi tertentu dimasa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak
mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosi dipengaruhi dan diarahkan
oleh faktor-faktor lingkungan, yang kemungkinan akan berkembang dengan proses
penyesuaian yang baik ataupun yang salah.
Sejak lahir sampai dengan meninggal dunia, seorang individu merupakan makhluk
yang aktif dengan tujuan dan aktivitas yang bermacam-macam. Seorang individu
berusaha untuk memuaskan segala kebutuhan jasmani dan juga semua dorongan yang
memberikan peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompok. Salah satu
ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun dengan
lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa penyesuain diri merupakan kemampuan individu dalam
beradaptasi dan menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Untuk
mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapainya suatu keadaan atau tujuan
yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya yang bersifat dinamis serta bisa
mengatasi keburukan-keburukan sosial seperti konflik, kesulitan dan keadaan frustasi-
frustasi secara efesien.
Usia remaja merupakan usia dimana seseorang baru merasakan dihargai dan bisa
diterima oleh keberadaan disekelilingnya, khususnya orang dewasa. Masa remaja
merupakan peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa serta penuh gejolak dan penuh
dengan penghargaan atau khayalan. Menurut Hurlock, masa remaja adalah di mana
individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa
bahwa tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Menurut Sunarto, remaja adalah suatu
pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mengalami perkembangan psikologi

1
dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Menurut Zulkifli, remaja adalah
anak-anak yang berusia 12 sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang
mengalami masa remaja. Menurut Bigot, Khonstam, dan Palland mengemukan bahwa
masa remaja berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa Odolesecence dalam usia
18-21 tahun. Sedangkan menurut Sunarto dalam Hurlock rentan usia remaja itu antara 13-
21 tahun, yang bagi pula dalam usia masa remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun dan
remaja 17-21 tahun.
Dari pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikologis dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa. Di samping itu sudah bisa berinteraksi dengan orang dewasa dan
berbaur bersama dengan adanya persamaan hak. Masa remaja awal adalah usia 18-21
tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukan bahwa penyesuaian diri remaja
adalah dimana remaja mengalami pertumbahan dan perkembangan baik fisik maupun
psikologis dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, disamping itu sudah bisa beradaptasi,
berinteraksi dengan orang dewasa dan berbaur bersama dengan adanya persamaan hak
dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dan proses penyesuaian diri remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam penyesuaian diri remaja?
4. Bagaimana pengimplikasian proses penyesuaian diri remaja terhadap
penyelenggaraan pendidikan?

B. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini dirancang bertujuan untuk :
1. Mengetahui konsep dan proses penyesuaian diri remaja.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja.
3. Mengetahui apa saja permasalahan yang terjadi dalam penyesuaian diri remaja.
4. Mengetahui implikasi dari proses penyesuaian diri remaja terhadap
penyelenggaraan pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN PROSES PENYESUAIAN DIRI REMAJA

Penyesuaian didefinisikan sebagai konformitasi yang berarti menyesuaikan


sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki
kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon lain sehingga
bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan segala macam masalah secara
efisien.
Remaja atau adolescence merupakan suatu periode selesainya pertumbuhan fisik
secara kasar (pubertas) mulai dari usia 11 tahun hingga 20 tahun. Masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa akhir kanak-kanak menuju masa dewasa. Jadi, penyesuaian diri
remaja ialah usaha seorang remaja untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan
lingkungannya.
Penyesuaian diri merupakan proses bagaimana individu mencapai keseimbangan
diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri secara
sempurna tentu saja tidak dapat kita raih karena banyak hal terutama dalam hal
pencapaian kebutuhan atau keinginan yang selalu tidak terpenuhi. Maka dari itu,
penyesuaian lebih bersifat sepanjang hayat karena manusia terus-menerus berupaya
menemukan pencapaian kebutuhan atau keinginannya dimana dalam prosesnya manusia
mengalami tekanan dan tantangan hidup di sekelilingnya guna mencapai pribadi yang
sehat.
Dalam proses penyesuaian diri pada seorang individu sering kali muncul konflik,
tekanan, frustasi, yang menyebabkan individu termotivasi melakukan berbagai
kemungkinan perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Contohnya seorang
anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan
tugasnya. Anak tersebut akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan pemecahan untuk
mereduksi ketegangan atau kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk dapat
diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh beberapa realita,
misalnya pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Seseorang dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat
memenuhi kebutuhannnya dengan cara yang wajar yang dapat diterima di lingkungannya
tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

Menurut Baum (1985) tingkah laku penyesuaian diri diawali dengan stress, yaitu
suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau
kesejahteraan ataupun kenyamanan diri seseorang. Individu merupakan makhluk yang
unik dan dinamis, tumbuh dan berkembang serta memiliki keragaman kebutuhan, baik
dalam jenis, tataran (level), maupun identitasnya. Proses pemenuhan kebutuhan ini pada
hakikatnya merupakan proses penyesuaian diri. Dalam hal ini, Mustafa Fahmi (1997)
menuliskan “Pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk sesuai dengan

3
hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya
mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan
keadaan di luar, dalam lingkungan dimana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain”.

Adapun aspek-aspek yang ada dalam penyesuaian diri, antara lain yaitu:
1) Penyesuaian Pribadi.
Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendiri agar tercapainya suatu hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungannya.
2) Penyesuaian Sosial.
Penyesuaian sosial dapat terjadi di lingkungan tempat seseorang itu
berinteraksi dengan orang sekitar. Hubungan-hubungan tersebut menyangkut
hubungan dengan masyarakat luas secara umum, baik itu masyarakat di tempat
sekitarnya, keluarga, teman dan juga guru.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Penentu penyesuaian, identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dikelompokan sebagai berikut:
1. Kondisi Jasmaniah.
Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses
penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar dan otot). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, perilaku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang
baik merupakan syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan
struktur atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai di posisi yang diwariskan. Aspek
perkembangan secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh.
2. Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai
berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, sehingga
pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula. Pola penyesuaian diri akan
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.
Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti
emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual. Dengan bertambahnya usia,
perubahan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga
menjadi matang untuk merespon dan hal ini dapat menentukan pola-pola penyesuaian
dirinya. Berikut beberapa penentu perkembangan dan kematangan peserta didik,
yaitu:
1. Penentu Psikologis.
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri,
diantaranya sebagai berikut:

4
a) Pengalaman.
Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian
diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman yang traumatik
(menyusahkan).
b) Belajar.
Proses belajar merupakan satu dasar yang fundamental dalam proses
penyesuaian diri, karena melalui pembelajaran ini akan membuat
berkembangnya pola-pola respon yang membentuk kepribadian.
c) Determinasi diri.
Seorang individu itu sendirilah yang menetukan dirinya, terdapat faktor
kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk,
untuk mencapai taraf penyesuain diri yang tinggi atau merusak diri
d) Konflik dan penyesuaian.
Efek konflik pada perilaku penyesuaian diri akan tergantung sebagian pada
sifat konflik itu sendiri.
2. Lingkungan.
Berikut lingkungan sebagai penyesuaian diri:
a) Pengaruh rumah dan keluarga.
Keluarga merupakan suatu kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang
pertama diperoleh individu adalah dalam lingkungan keluarga. Kemampuan
interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di dalam masyarakat.
b) Hubungan orang tua dan anak
Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap
proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat
dipengaruhi antara lain menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang
berlebihan, memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, dan
penolakan.
c) Hubungan saudara
Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih
sayang, memiliki kemungkinan yang besar untuk tercapainya penyesuaian
yang lebih baik. Sebaliknya, suasana permusuhan, perselisihan, iri hati,
kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
penyesuaian diri.
d) Masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat dimana individu itu berada merupakan kondisi
yang menentukam proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi
menunjukan bahwa banyak gejala perilaku yang menyimpang bersumber dari
kondisi masyarakat. Pergaulan yang salah dikalangan remaja dapat
mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
e) Sekolah.
Sekolah memiliki peranan yang sangat penting sebagai tempat untuk
mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana
disekolah baik sosial maupun psikologi menentukan proses dan pola

5
penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak
disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
3. Kultural dan agama.
Lingkungan kultural yang dimana merupakan tempat individu berada dan saling
berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian diri, misalnya pada tata cara
kehidupan di sekolah, di rumah, di masjid, dan semacamnya akan mempengaruhi
bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,
frustasi dan ketegangan lainnya. Agama memberikan tuntunan, konsep dan filosifi
hidup yang meyakinkan dan benar. Oleh kepemilikan semua ini, orang akan
memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup, apa yang sedang dicari dan
bagaimana harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya didunia tidak sia-sia.

C. PERMASALAHAN DALAM PENYESUAIAN DIRI REMAJA


Diantara persoalan yang terpenting yang harus dihadapi remaja dalam
enyesuaikan dirinya, yaitu:
a. Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologis dan
sosial dalam keluarga (konsidi lingkungan keluarga). Orang tua yang otoriter akan
menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu juga perlindungan orang
tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga memiliki
pengaruh yang kuat. Remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang
tidak baik atau disharmoni keluarga, maka akan beresiko anak tersebut mengalami
gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial, dan berprilaku
menyimpang. Kriteria keluarga yang tidak sehat menurut para ahli sebagai berikut:
a) Keluarga yang tidak utuh (broken home by death, separation, divorce).
b) Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak
di rumah.
c) Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik.
d) Ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak yang kurang, baik dalam bentuk
materi dan kejiwaan (psikologis).
b. Sekolah
Sekolah memiliki peranan yang kuat dalam perkembangan jiwa remaja.
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar mengajar anak
didik yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada anak didik untuk
menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut dapat berupa seperti:
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b. Kualitas dan kuantitas tenaga guru yang tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti
f. Muatan agama atau budi pekerti yang kurang.
g. Lokasi sekolah di daerah rawan dan lain sebagainya.

6
c. Masyarakat.
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau membahayakan dapat
merupakan faktor yang kondusif bagi anak-anak maupun remaja untuk berperilaku
menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu faktor
kerawanan masyarakat dan faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).

Setiap remaja kadang-kadang mempunyai rintangan tertentu yang menyebabkan


tidak berhasil melakukan penyesuain diri. Dalam hal ini, seorang remaja perlu
penyesuaian diri yang positif, namun ada juga yang menggunakan penyesuaian diri yang
negatif. Berikut penyesuaian diri yang bersifat positif dan bersifat negatif, antara lain
yaitu:
1) Penyesuaian Diri yang Positif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
a) Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Dalam situasi ini,
individu secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-akibatnya.
b) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Dalam situasi ini,
individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan
memecahkan masalahnya begitu juga dengan belajarnya.
c) Penyesuaian dengan coba-coba. Dalam cara ini, individu melakukan suatu
tindakan coba-coba, dalam arti jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal
tidak diteruskan.
d) Penyesuaian dengan subtitusi (mencari pengganti). Jika individu gagal dalam
menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan mencari
pengganti.
e) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri. Dalam hal ini, individu
menggali kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, dan kemudian
dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri.
f) Penyesuaian diri dengan belajar. Dengan belajar, seorang individu akan banyak
memperoleh pengetahuaan dan keterampilan yang dapat membantu
menyesuaiakan diri.
g) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Penyesuaian diri akan lebih
berhasil jika disertai dengan kemampuan melihat tindakan yang tepat dan
pengendalian diri secara tepat pula.
h) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Dalam situasi ini, tindakan yang
dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang
cermat.
2) Penyesuaian Diri yang Negatif
Penyesuaian diri remaja yang salah ditandai dengan bentuk tingkah laku yang serba
salah, tidak terarah, emosional, dan yang tidak realistis, agresif dan lain sebagainya.
Seperti halnya yg dijelaskan dibawah ini:
a) Reaksi bertahan. Individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan.

7
b) Reaksi menyerang. Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah
menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kesalahannya.
c) Reaksi melarikan diri. Dalam teks ini orang yang mempunyai penyesuaian diri
yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya.

D. IMPLIKASI PROSES PENYESUAIAN REMAJA TERHADAP PENDIDIKAN

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang dituntut untuk mencari jati
dirinya. Masa remaja juga disebut sebagai masa emas (golden age). Namun, para remaja
pada masa perkembanganya dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun
internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh
seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami keterbelakangan mental. Karena remaja
yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja akan cenderung melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah
tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan
pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Masa perkembangan remaja juga
ditandai dengan keinginan mengaktualisasi segala ide pikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu,
mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya.
Segala upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan
diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, akan meningkatkan harkat dan martabat hidup
mereka di mata orang lain. Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja
dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan
(maturation), dan lingkungan (environment). Ketiga hal tersebut termasuk kedalam
belajar dan latihan (training and learning) yang dapat menguntungkan, menghambat
maupun membatasi lajunya proses perkembangan.

Lingkumgan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan


jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi dalam pendidikan
(transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada
hakikatnya tidak jauh dari peran keluarga, yaitu sebagai reverensi dan tempat
perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itu, disetiap sekolah
lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika peserta
didik sedang menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan
membuat penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi, dan
masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah.
a) Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri
remaja khususnya disekolah, ialah:
1) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman di rumah bagi
anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.

8
3) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial,
maupun seluruh aspek pribadinya.
4) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
5) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6) Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7) Peraturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami murid-murid.
8) Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.
9) Kerja sama dan saling pengertian dari pada guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan disekolah.
10) Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa
dan masyarakat.
11) Situasi kepemimpinan yang saling pengertian dan bertanggung jawab baik pada
murid maupun pada guru.
Diharapkan pula setiap guru memiliki figur pendidik diantaranya sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan, antusias dan berminat dalam kegiatan mengajar siswa
b) Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau dan teratur tindakannya
c) Senang dan memiliki selera humor yang tinggi
d) Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahan sendiri.
e) Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
f) Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan siswa-siswanya.
g) Kerja sama dan saling pengertian dengan sesama para guru.
h) Melaksanakan program Bimbingan Konseling yang baik.
i) Memiliki Kepemimpinan yang penuh pengertian dan tanggung jawab
j) Hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri


merupakan proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri secara sempurna tentu saja
tidak dapat kita raih karena banyak hal terutama dalam hal pencapaian
kebutuhan/keinginan yang selalu tidak terpenuhi. Maka dari itu penyesuaian lebih bersifat
sepanjang hayat karena manusia terus-menerus berupaya menemukan pencapaian
kebutuhan/keinginannya dimana dalam prosesnya manusia mengalami tekanan dan
tantangan hidup di sekelilingnya guna mencapai pribadi yang sehat.
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
memerlukan proses yang cukup unik. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dan salah
satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun dengan
lingkungannya. Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi
fisik, tingkat perkembangan dan kematangan, faktor psikologis, lingkungan dan
kebudayaan.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal
dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu, permasalahan
penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal. Remaja yang
keluarganya sering pindah, ia terpaksa pindah dari satu sekolah ke sekolah lain yang baru
dan ia akan sangat tertinggal dalam pelajaran karena guru dan pertemanan yang berbeda-
beda dalam proses berinteraksi maupun dalam pembelajaran sehingga sangat sulit untuk
menyesuaikan diri.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, E. (2015). “Konsep dan Proses Penyesuaian Diri Remaja".
https://mahasiswa.ung.ac.id/831413104/home/2015/6/29/konsep-dan-proses-
penyesuaian-diri-
remaja.html#:~:text=Penyesuaian%20diri%20merupakan%20suatu%20proses,antara
%20diri%20individu%20dengan%20lingkungannya (Diakses pada 10 Maret 2023)
Raflen, A. Gerungan. (2009). “Permasalahan dan Upaya Penanganan Masalah Penyesuaian
Diri". https://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/permasalahan-
dan-upaya-penanganan-masalah-penyesuaian-diri/ (Diakses 10 Maret 2023)

Malik, I. (2014). “Implikasi Penyesuaian Diri Peserta Didik”.


https://imammalik11.wordpress.com/2014/04/14/implikasi-penyesuaian-diri-peserta-
didik/ (Diakses pada 10 Maret 2023)

11

Anda mungkin juga menyukai