(Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Psikologi)
Oleh:
Nur Alfi Inayah
NIM: 101070023035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERSEPSI TERHADAP SINETRON RELIGIUS BERNUANSA
MISTIS DENGAN RELIGIUSITAS WANITA DEWASA AWAL
(Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Psikologi)
Oleh:
Nur Alfi Inayah
NIM: 101070023035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
TERHADAP SINETRON RELIGIUS BERNUANSA MISTIS
DENGAN RELIGIUSITAS WANITA DEWASA AWAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Memeroleh
Gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh:
Nur Alfi Inayah
101070023035
Di Bawah Bimbingan
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
ABSTRAK
Saran teoritis yang peneliti ajukan adalah untuk menggali lebih jauh efek
media televisi atau media lain terhadap sikap atau persepsi pemirsanya
dengan menggunakan Teori Kultivasi-nya Gerbner, atau dengan
menggunakan Teori Diffusion of Innovation-nya Roger atau Social
Learning-nya Bandura. Selain itu, untuk meneliti suatu fenomena
sebaiknya dilakukan anaqlisa dengan segera. Jika tidak ingin kesulitan
melacak kembali sumber-sumber yang berhubungan dengan tema tersebut.
(G) Daftar Pustaka: 26 (1980 – 2007)
iv
KATA PENGANTAR
Peneliti menyadari bahwa banyak sekali pihak yang terlibat dan berjasa
dalam penyusunan skripsi ini. Kepada mereka peneliti ingin menyampaikan
penghormatan dan rasa terima kasih yang mendalam.
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak dan Ibu Pembantu Dekan,serta seluruh
Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengajaran selama masa belajar peneliti.
2. Bapak Choliluddin AS, M.A. dan Bapak Gozi Saloom, M.Si., pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan skripsi
ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Mudjib, M.Ag., penguji I pada munaqasyah-ku.
4. Keluarga besarku; Maaf, saya tau kalian mulai bosan menunggu.
5. Teman-temanku yang selalu setia mendukung dan memahamiku: Sri “Buci”
Rahayu, Eer Arumi, Neneng Humairoh dan Dara Amalia.
6. Manusia-manusia deadline yang juga teman-teman seperjuanganku di F. Psi
angkatan 2001: Nenden Wulansari, Iman Firmansyah, Nana, Ahmad
Muzambiq, Abdul Kholiq dan ‘Gele. “Selalu ada hikmah di setiap kejadian,
bukan?”
7. Para operator rental komputer yang dengan murah hati mau diganggu kapan
pun dibutuhkan selama masa suram notebook peneliti: Mbah Orion, Mas
Hamdan dan Mas Komar.
8. Manusia paling baik hati yang selalu dengan senang hati berbagi
pemahamannya yang luas tentang segala hal: Agus Nurbani.
9. My sweetest Om, Ahmad Makki. Wish we’ll have a lot more to celebrate.
v
Pihak lain yang tidak dapat diucap satu per satu, semoga Allah membalas
kebaikan kalian.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………………………….. I
Lembar Persetujuan …………………………….................................. ii
Lembar Pengesahan ………………………………………………….. iii
Abstrak ………………………………………………………….. iv
Kata Pengantar ………………………………………………….. v
Daftar Isi ………………………………………………………….. vii
Daftar Tabel ………………………………………………………..… x
Daftar Lampiran ………………………………………..………… xi
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………..... 6
1.2.1.Pembatasan Masalah … ………………………….. 6
1.2.2. Perumusan Masalah …………………………….. 7
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………..... 8
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………….. 8
1.4.1. Manfaat Praktis ………………………………….. 8
1.4.2. Manfaat Teoritis ..……………………………….. 8
1.5. Sistematika Penulisan ………………………………….. 9
vii
3.2. Populasi dan Sampel …………………………….......... 29
3.2.1. Populasi ………………………………...... 29
3.2.2. Sampel ………………………………………….. 30
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ………………….. 30
3.3. Teknik Pengumpulan ………………………………….. 32
3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian ………….. 32
3.3.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian ………….. 35
3.4. Teknik Analisis Data ………………………………….. 37
3.5. Prosedur Penelitian ………………………………….. 38
3.5.1. Tahap Persiapan ………………………….. 38
3.5.2. Uji Coba Instrumen ………………………….. 38
3.5.3. Pelaksanaan Penelitian ………………………….. 39
viii
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang permasalahan, masalah
Masa dewasa awal disebut sebagai masa bermasalah. Pada masa ini
individu dihadapkan oleh berbagai tekanan dan permasalahan yang belum pernah
dihadapi sebelumnya. Permasalahan yang muncul pada fase ini kerap disebabkan
kepribadian yang terjadi pada masa ini adalah perkembangan yang menjembatani
Namun fase dewasa awal menjadi sangat penting dalam perjalanan hidup
individu, karena pada masa ini sekali seseorang menemukan pola hidup yang
perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya. Karenanya masa dewasa awal ini juga dikenal sebagai masa
1
2
masyarakat, individu dewasa awal harus melakukan pencarian jawaban atas segala
nilai-nilai dalam dirinya. Jadi masa dewasa awal juga disebut sebagai masa
Salah satu hal yang paling mungkin mengalami perubahan nilai pada
Religiusitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keseharian kita
sebagai manusia beragama. Idealnya terutama pada individu dewasa awal, karena
istilah religi atau agama dengan istilah religiusitas. Istilah agama atau religi
kewajiban. Ini terkait dengan ritual-ritual yang diajarkan dalam tiap-tiap agama,
terlepas dari soal penghayatan. Sementara istilah religiusitas merujuk pada aspek
penghayatan ini ditandai oleh pengamalan nilai-nilai agama yang dianutnya dalam
Menurut Hurlock (1980), pada fase dewasa awal inilah mulai dibangunnya
pandangan pribadi yang relatif menetap tentang perilaku keberagamaan dalam diri
lebih berminat terhadap agama ketimbang pria. Hal ini mungkin terkait dengan
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa wanita yang tengah berada di usia
dewasa awal sebetulnya berada pada fase krusial. Jika pada fase remaja
sangat penting. Berbagai informasi yang didapatkan dari luar merupakan sarana
pengajian, bahkan pihak rumah produksi pun tak mau ketinggalan membuat
sinetron-sinetron agama.
religius bernuansa mistis. Sejak kemunculannya pertama kali di layar kaca TPI
(saat ini MNC TV) pada medio 2005, Sinetron Rahasia Illahi menjadi primadona
awal. Sinetron tersebut pun mampu mendongkrak posisi TPI di antara stasiun-
stasiun televisi lainnya. Hal inilah yang mendorong stasiun televisi lain
bahwa tayangan mistik bukan saja menumpulkan logika, tetapi juga bertolak
belakang dengan nalar. Pendapat senada juga dikemukakan pengamat media dan
anggota Komisi Penyiaran Indonesia Ade Armando. Bagi Ade tayangan mistis
sangat bertentangan dengan dakwah Islam dan bisa dipahami secara salah
itu telah berhasil menjadikan Islam sebagai agama yang penuh aura magis dan
agama yang tidak rasional. Padahal, kanjeng Nabi Muhammad pernah bersabda
bahwa al-dîn `aqlun lâ dîna liman la `aqla lah. Agama itu rasional; bukanlah
Tetapi protes-protes itu seakan hanya muncul dan menguap begitu saja,
tersebut. Pada akhirnya justru rasa jenuh masyarakatlah yang membuat tayangan-
tayangan sinetron sejenis ini tak lagi mendapat sambutan ramai dari penonton.
dipersepsikan oleh para wanita dewasa awal sebagai salah satu alternatif sumber
dengan kebutuhannya?
terhadap Makhluk Halus, pun tidak dapat membuktikan adanya hubungan yang
terhadap masalah yang akan diteliti. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian
berjalan di jalur yang sesuai dengan apa yang ingin diungkap oleh peneliti.
yang diindera dari sinetron religius bernuansa mistis, sehingga pemirsa dapat
keberagamaan yang disebutkan oleh Glock & Stark dalam buku Jalaluddin
Subyek yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah para wanita
menerangkan, bahwa, kedua, karena pelbagai tuntutan, wanita pada fase dewasa
awal akan mengalami perubahan-perubahan sosial dan psikologis. Pada fase inilah
cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya. Hal ini juga berlaku
Batasan usia dewasa awal yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah usia
25-39 tahun, disesuaikan dengan data sensus kecamatan yang menghitung jumlah
populasi dengan mengelompokkannya per lima tahun. Dalam usia ini juga,
Pengantar dalam berbagai Bagiannya yang ditulis oleh Siti Rahayu Haditono
(1999), dinyatakan bahwa individu sudah melewati masa peralihan dari remaja
menjadi dewasa.
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
8
terpengaruh oleh tontonan yang sedang marak di televisi saat ini, yaitu sinetron
berikut:
religius bernuansa mistis, religiusitas, wanita dewasa awal, kerangka berpikir serta
pengajuan hipotesa.
dari analisis data penelitian, pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang
KAJIAN PUSTAKA
kerangka berpikir dan hipotesa yang akan dijadikan sebagai acuan penelitian ini.
2.1. Religiusitas
agama dengan istilah religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal
sebagai pengenalan dan pengalaman manusia untuk mengetahui siapa atau apa
dan meneladani sifat-sifat-Nya atau dengan kata lain terpatrinya rasa kesucian
10
11
penganutnya, atau sesuatu keadaan yang ada dalam diri seorang penganut agama
aspek kehidupan.
semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir
metamotivasi.
Maslow secara paradoks berarti suatu keadaan dimana dorongan sama sekali tidak
berperan, karena kata awalan meta secara harfiah berarti sesudah atau melampaui,
ini adalah dorongan yang berbeda dengan dorongan dari orang-orang lain, yang
dalam penelitian ini sebagai keyakinan dan pemahaman yang dapat dihayati oleh
individu untuk mengetahui siapa atau apa Yang Maha Suci sehingga mendorong
individu untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya dalam semua aspek
kehidupan.
pendidikan dan berbagai tekanan sosial. Faktor ini mencakup semua pengaruh
sosial dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua,
dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. Kedua,
emosional keagamaan. Ketiga, faktor kebutuhan. Kebutuhan ini secara garis besar
dapat dibagi menjadi empat, yaitu: (a). Kebutuhan akan keamanan atau
13
keselamatan, (b). Kebutuhan akan cinta kasih, (c). Kebutuhan untuk memperoleh
harga diri dan (d). Kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian.
atau rasionalisasi.
2.1.4.1. Dimensi ideologis, bagian dari religiusitas yang berkaitan dengan apa
yang harus dipercayai. Dimensi ini adalah dimensi yang paling dasar yang
orang Yahudi bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan yang mempunyai misi
untuk menciptakan dunia yang lebih baik secara moral dan spiritual), ketiga
kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk melaksanakan tujuan Ilahi
yang di atas.
perilaku khusus yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah,
Dalam Ancok (2001), Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua garis
melihat komunikasi –walaupun kecil– dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan
☺
☺ ⌧ ⌧ ⌧
☺
⌧ ☺
☺
☺ ☺
⌧ ⌧ ⌧
☺
☺ ⌦
☺
☺
76. Ketika malam telah gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam."
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah
bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan
bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
15
mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki
tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena
dalam perilaku umum, yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan
agama (seperti dalam dimensi ritualistik). Akibat ini boleh jadi positif atau
negatif.
Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan (settle down). Pada masa
ini Sekali seseorang menemukan pola hidup yang diyakininya dapat memenuhi
hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi.
Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang.
yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan
pada masa dewasa awal ini sebagai masa untuk memilih jodoh, belajar hidup
16
Menurut Hurlock (1980) selama masa dewasa awal yang panjang ini,
diramalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja, yang juga mencakup
peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah, dan mengembangkan sifat-sifat
baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.
peran barunya, baik dalam karier, rumah tangga maupun harapan-harapan yang
terjadi pada nilai-nilai yang dipegangnya. Banyak nilai masa kanak-kanak dan
remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan
orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu kini terlihat dari kaca
mata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu
17
kewajiban yang tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu
loncatan untuk meraih keberhasilan sosial, karier dan kepuasan pribadi (Hurlock,
1980).
dewasa awal, terutama pada aspek psikologisnya. Menurut Hurlock (1980), jika
perilaku ini diikuti oleh terbangunnya pandangan pribadi yang relatif menetap
pandangan hidup, yang didasarkan pada agama, yang memberi kepuasan baginya.
Atau dapat terjadi bahwa orang meninggalkan agama yang dianut keluarga karena
dewasa awal. Menurut Hurlock (1980) setidaknya ada delapan faktor yang
adalah seks, wanita cenderung lebih berminat pada agama daripada pria. Kedua
18
kelas sosial, golongan kelas menengah sebagai kelompok lebih tertarik agama
dibandingkan dengan kelas yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.
tinggal di pedesaan atau di pinggir kota menunjukkan minat yang lebih besar pada
agama daripada orang yang tinggal di kota. Lalu yang keempat latar belakang
temannya yang kurang peduli. Kemudian pasangan dari iman yang berbeda,
pasangan yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama
kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih
memperhatikan agama daripada orang yang bersifat lebih realistik. Dan yang
semakin banyak perhatiannya pada agama sendiri, dan semakin kaku si`kapnya
seimbang lebih luwes terhadap agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam
kegiatan agamannya.
Persepsi merupakan salah satu fungsi psikis yang ada dalam setiap
individu yang terbentuk karena adanya stimulus dari lingkungan. Persepsi bisa
berbeda pada setiap individu, ini sebagai akibat dari berbedanya proses yang
menafsirkan pesan.
Persepsi juga diartikan oleh Davidoff (1981) sebagai suatu proses yang
didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian
yang diinderanya itu. Lebih lanjut Davidoff (1981) menjelaskan bahwa persepsi
bukanlah cermin realitas karena (1) indera manusia tidak memberikan respons
terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan; (2) manusia sering kali
melakukan persepsi rangsang-rangsang yang pada kenyataannya tidak ada; dan (3)
makna terhadap pola stimulus yang diindera oleh individu dari lingkungan,
sehingga individu dapat memahami serta memberi arti terhadap apa yang
diinderanya itu.
minimal empat jam dalam sehari tergolong heavy viewers atau pecandu berat
besar.
atensi sebagai alat saring (filter) yang menyaring semua informasi pada titik-titik
tidur, maka sejumlah rangsang yang besar sekali saling berlomba menuntut
perhatiannya. Biasanya manusia dan hewan hanya akan memilih mana dari
rangsang tersebut yang paling mengesankan. Rangsang yang ada di luar perhatian,
masa bayi
Selama masa bayi, tidak bisa dihindari, manusia akan mengamati pengaruh
tanpa perangsangan indera, maka tidak hanya penglihatan yang terganggu, tetapi
emosi, nilai, tujuan hidup, minat, pengharapan dan keadaan mental lainnya.
22
Individu akan segera tertarik bila hal tersebut menarik minatnya. Bahkan
seringkali apa yang terlihat sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin dilihat.
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai
faktor-faktor personal. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.
(harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul), kebutuhan, sistem nilai, ciri
yang diajukan oleh Krech dan Crutchfield yang berkenaan dengan persepsi (ketiga
dalil yang lain masuk ke dalam faktor struktural), yakni persepsi bersifat selektif
secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan
yang melakukan persepsi. Orang yang pergi ke pusat perbelanjaan karena lapar
23
kios-kios makanan.
semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada
Krech dan Crutchfield yang terakhir: Kedua, medan perseptual dan kognitif selalu
Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi
faktor yang menentukan persepsi terhadap sinetron religius bernuansa mistis dapat
24
pemberian makna terhadap pola stimulus yang diindera dari sinetron religius
bernuansa mistis, sehingga pemirsa dapat memahami serta memberi arti terhadap
sinetron tersebut.
religiusitas dalam diri manusia, yaitu pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan
Menurut Hurlock (1980), dalam diri wanita dewasa awal akan terjadi
perilaku, sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya.
remaja (Hurlock 1980). Jika pada remaja akhir aktivitas dan pandangan
sekitarnya, maka pada fase dewasa awal perilaku ini diikuti oleh terbangunnya
oleh Majalah Hidayah yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Melihat
tontonan yang sangat digemari oleh masyarakat. Indikasi hal ini dapat dilihat dari
kekhasannya selama sisa hidupnya, maka fase ini bisa dianggap periode krusial
dianggap sebagai bahan informasi yang tersedia bagi wanita dewasa awal untuk
26
tersebut sesuai dengan dirinya, bahwa mereka menemukan apa yang mereka
butuhkan dalam sinetron tersebut dan benar mereka menganggap sinetron tersebut
faktor yang dapat memicu religiusitas, maka dapat dikatakan bahwa persepsi
merupakan faktor intelektual yang ikut memicu munculnya religiusitas pada diri
mereka.
Dalam penelitian ini, hipotesa yang diajukan oleh peneliti adalah berupa:
2.4.1. Hipotesis Nol (Ho), yang berbunyi: tidak ada hubungan yang signifikan
2.4.2. Hipotesis Alternatif (Ha), yang berbunyi: ada hubungan yang signifikan
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini. Bab ini juga akan menguraikan cara pengambilan populasi dan
sampel penelitian dan teknik yang digunakan dalam menganalisa data yang diperoleh.
kuantitatif adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk
angka-angka.
kejadian-kejadian tertentu.
27
28
dilaksanakan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Hanya saja
penelitian deskriptif ini tidak memiliki kekuatan kontrol terhadap hal-hal yang terjadi
penelitian korelasi. Fox dalam Sevilla et.al (1993) mengartikannya sebagai penelitian
dihayati oleh individu untuk mengetahui siapa atau apa YMS sehingga
skala religiusitas yang yang meliputi lima aspek dari Glock & Stark, yaitu
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal yang berdomisili di
statistik yang didapat dari Kantor Kecamatan Medan Satria, banyaknya wanita
dewasa awal berusia 25-39 tahun yang berdomisili di Kelurahan Pejuang adalah
3.2.1. Sampel
Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 wanita dewasa
awal berusia 25-39 tahun yang tinggal di Kelurahan Pejuang Kecamatan Medan
Satria Kotamadya Bekasi. Jumlah subyek tersebut melebihi ukuran minimum yang
diberikan oleh Gay dalam Sevilla et.al. (1993) untuk penelitian korelasi, yaitu
sebanyak 30 subyek.
Sampel, menurut Sevilla et.al (1993), adalah kelompok kecil yang diamati dan
Dalam penelitian ini, jenis pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti
purposive (bertujuan).
purposif disebut Kerlinger (2004) memiliki ciri penilaian dan upaya cermat untuk
sebagai berikut:
1. Wanita.
1980).
Pada kisaran usia ini diharapkan mereka sudah bisa beradaptasi dengan
3. Beragama Islam.
religi bernuana mistis adalah nilai-nilai yang ada dalam agama Islam
(www.nupakistan.or.id, 2005).
minimal empat jam dalam sehari tergolong heavy viewers atau pecandu
32
semakin besar.
seminggu.
Diharapkan frekuensi tiga kali dalam seminggu ini cukup bagi sampel
bernuansa mistis.
Instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah skala
yang memuat sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Menurut
Azwar (1999) skala adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur aspek atau
atribut afektif. Sementara menurut Kerlinger (2004), skala; digunakan untuk mengacu
pada dua hal: instrumen pengukuran dan angka-angka sistematis pada instrumen
pengukuran itu.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar angket yang berisi
kuesioner. Skala yang digunakan dalam pengumpulan data adalah skala yang
sinetron religius bernuansa mistis yang didasarkan pada teori persepsi dari Krech &
Crutchfield.
33
Tabel 3.1.
Blue-Print Penyebaran Aitem Skala Faktor-faktor yang Menentukan Persepsi terhadap
SRBM
Aitem
Faktor Aspek ∑ %
F UF
a. Kebutuhan 1, 32*,25*,59* 9*, 41*,16, 57* 8 12,7
b. Kondisi Mental 15*, 34*,10,38,62* 2, 48,61*,22,60,63* 11 17,46
1. Fungsional
c. Suasana Emosional 17*, 45*,3,51* 24*, 30,11, 42* 8 12,7
d. Latar Belakang Budaya 18*, 56*,12*,36* 26,44*,4,50* 8 12,7
a. Konteks 23, 49*,13,52* 19*, 35,5, 39* 8 12,7
2. Struktural b. Asimilasi & Kontras 27,40,58*,6,29,43* 14*,31*,53*,20,46*,55 12 19,04
c. Kedekatan 8*, 54*, 21*,47* 7*, 37*, 28*,33* 8 12,7
Total Jumlah 31 32 63 100
Keterangan: * Aitem valid
Tabel 3.2.
Blue-Print Penyebaran Aitem Skala Religiusitas
Aitem
Indikator Aspek ∑ %
F UF
a. Kepercayaan dasar 1, 2, 65* 7*, 8 5 6,94
b. Kepercayaan berkaitan dengan tujuan
3, 4* 9, 10, 66* 5 6,94
1. Ideologis penciptaan manusia
c. Kepercayaan berkaitan dengan cara
5*, 6* 11*, 12* 4 5,56
terbaik melakukan tujuan Ilahi
a. Ritual 13, 14, 15* 19, 20, 21* 6 8,33
2. Ritualistik
b. Ketaatan 16,17,18,67* 22,23,24,72* 8 11,1
a. Perasaan 25, 26, 69* 31, 32* 5 6,94
3.Eksperiensial b. Persepsi 27*, 28 33, 34* 4 5,56
c. Sensasi 29*, 30 35, 36* 4 5,56
34
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala model Likert. Pada
yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Penghitungan skor dari tiap-tiap alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3.
Nilai pilihan jawaban pada skala
Pernyataan SS S TS STS
Favourable (F) 4 3 2 1
Unfavourable (UF) 1 2 3 4
35
religius bernuasa mistis dan skala religiusitas telah disusun terlebih dahulu lalu
untuk mengetahui butir-butir pernyataan yang mampu mengukur objek yang sama
Tabel 3.4.
Data Aitem Valid Skala Faktor-faktor yang Menentukan Persepsi terhadap SRBM
Aitem
Faktor Indikator ∑
F UF
a. Kebutuhan 32, 25,59 9, 41, 57 6
b. Kondisi Mental 15,34, 62 61, 63 5
1. Fungsional
c. Suasana Emosional 17,45, 51 24, 42 5
d. Latar Belakang Budaya 18,56, 12,36 44, 50 6
a. Konteks 49, 52 19, 39 4
2. Struktural b. Asimilasi & Kontras 58, 43 14,31,53, 46 6
c. Kedekatan 8, 54, 21,47 7,37, 28,33 8
36
Total Jumlah 21 19 40
Tabel 3.5.
Data Aitem Valid Skala Religiusitas
Aitem
Dimensi Indikator ∑
F UF
a. Kepercayaan dasar 65 7 2
b. Kepercayaan berkaitan dengan tujuan
4 66 2
1. Ideologis penciptaan manusia
c. Kepercayaan berkaitan dengan cara terbaik
5, 6 11,12 4
melakukan tujuan Ilahi
a. Ritual 15 21 2
2. Ritualistik
b. Ketaatan 67 72 2
a. Perasaan 69 32 2
3. Eksperiensial b. Persepsi 27 34 2
c. Sensasi 29 36 2
a. Pengetahuan akan dasar-dasar keyakinan 38 45,46 3
b. Pengetahuan akan ritus-ritus 70 47 2
4. Intelektual
c. Pengetahuan akan kitab suci 41,42 49 3
d. Pengetahuan akan tradisi 71 68 2
a. Hubungan manusia dengan manusia lain 53,54 59,60 4
5. Konsekuensial b. Hubungan manusia dengan lingkungannya 56 61,62 3
c. Hubungan manusia dengan Tuhannya 57 63,64 3
Total Jumlah 18 20 38
Nilai reliabilitas instrumen skala religiusitas yang didapat adalah sebesar
0.9310.
37
Nilai reliabilitas yang didapat oleh kedua instrumen di atas bermakna bahwa
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat keajegan
menunjukkan kuat dan arah saling hubungan antara variasi dua distribusi skor. Lebih
lanjut dijelaskan tentang arah serta kuat-lemahnya hubungan antar variabel. Koefisien
korelasi yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah, yaitu besar
(kecil)-nya skor pada satu variabel terjadi bersamaan dengan besar (kecil)-nya skor
pada variabel yang lain. Begitupun sebaliknya, koefisien korelasi yang negatif
lemahnya saling hubungan yang ada di antara dua variabel ditunjukkan oleh besar-
kecilnya angka koefisien korelasi itu. Semakin mendekati angka 1,0 hubungan antar
dua variabel semakin kuat,dan semakin mendekati angka 0 hubungan yang terjadi
semakin lemah.
38
menemukan berbagai konsep dan teori ilmiah yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti untuk membuat instrumen penelitian. Penelusuran ini dilakukan melalui buku-
bahasan-bahasan yang sesuai dengan masalah ini. Hal ini dilakukan untuk
menemukan teori dan kelengkapan aspek yang akan diukur dalam penelitian ini.
lapangan guna mengumpulkan data subjek penelitian, serta meminta izin untuk
Kotamadya Bekasi.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Subyek kelompok sampel ini adalah para wanita yang beragama Islam
dengan kisaran usia antara 25-39 tahun dan bertempat tinggal dalam Kelurahan
Tabel 4.1.
Penyebaran Responden berdasarkan Usia
Nomor Usia (tahun) Jumlah
1. 25 – 29 8
2. 30 – 34 15
3. 35 – 39 37
Total Jumlah 60
adalah responden dengan kisaran usia 35-39 tahun. Menurut Levinson (dalam
Haditono, 1999), kisaran usia ini disebut dengan fase kemantapan, di mana orang
40
41
responden dengan kisaran usia 30-34 tahun. Pada usia tersebut (Levinson dalam
Haditono, 1999) pilihan struktur kehidupan seseorang menjadi lebih tetap dan
stabil.
penelitian ini adalah wanita yang telah menemukan struktur kehidupan yang
Tabel 4.2.
Penyebaran Responden Berdasarkan Lamanya Menonton Televisi
Nomor Lama Menonton Jumlah
1. 4 jam 43
2. 5 jam 8
3. > 5 jam 9
Total Jumlah 60
penelitian ini tergolong dalam kelompok heavy viewers (pecandu berat televisi).
Gerbner (dalam Astuti, 2004) mengindikasikan bahwa yang terjadi pada heavy
viewers ini adalah efek kultivasi, dimana mereka akan merasa bahwa realitas
dalam Seminggu
Tabel 4.3.
Penyebaran Responden berdasarkan Frekuensi Menonton Sinetron Religi Bernuansa
Mistis (SRBM)
Nomor Frekuensi Menonton SRBM Jumlah
1. 3 kali seminggu 45
2. 4 kali seminggu 11
Total Jumlah 60
sinetron tersebut.
Skor dari skala persepsi terhadap sinetron religius bernuansa mistis dibagi
menjadi dua kelompok menggunakan harga mean (rata-rata) sebagai nilai batas
dengan nilai fluktuasinya (tiga angka lebih besar dan tiga angka lebih kecil). Agar
berdekatan dengan mean, maka subyek-subyek yang nilainya berada pada kisaran
fluktuasi tidak akan dikategorikan ke dalam kelas rendah atau pun tinggi (Azwar,
1999).
43
Nilai terendah : 73
Nilai tertinggi : 134
Total skor skala : 6583
Responden : 60
Mean (6583 : 60) : 109.72 = 110
Fluktuasi (110 ± 3) : 107 – 113
Kategori tinggi : 114 – 134
Kategori rendah : 73 – 106
Tabel 4.4.
Kategori Skor Skala Faktor-faktor yang menentukan Persepsi terhadap Sinetron Religi
bernuansa Mistis
Nomor Skor Kategori ∑ Subyek Persentase
1. 73 – 106 Rendah 27 45
∑ 60 100
terhadap sinetron religius bernuansa mistis adalah tidak sesuai. Jika skor yang
bernuansa mistis adalah sesuai. Tetapi jika responden mendapat nilai 90, maka
tinggi.
44
product moment, dihasilkan nilai r hitung sebesar 0.109. Sementara nilai r tabel
Tabel 4.5.
Descriptive Statistics
Correlations
Persepsi Religiusitas
Persepsi Pearson Correlation 1 .109
Sig. (2-tailed) . .409
N 60 60
Religiusitas Pearson Correlation .109 1
Sig. (2-tailed) .409 .
N 60 60
0.364) maka hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
religiusitas diterima.
45
religius bernuansa mistis dengan religiusitas pada wanita dewasa awal, peneliti
karena r-tabel lebih besar dari pada r-hitung, maka kesimpulan statistiknya adalah
menerima hipotesis nol dan menolak hipotesis alternatif, yang berarti tidak ada
religiusitas wanita dewasa awal. Hasil penelitian yang didapat ini berbanding
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan penelitian mengenai hubungan antara
dengan religiusitas wanita dewasa awal. Selanjutnya akan disambung dengan diskusi
yang membahas hasil penelitian, dan ditutup dengan saran-saran yang berkaitan
5.1. Kesimpulan
terhadap sinetron religius bernuansa mistis dengan religiusitas pada wanita dewasa
awal. Artinya persepsi seseorang terhadap sinetron religius bernuansa mistis ternyata
5.2. Diskusi
Hipotesis penelitian ini adalah persepsi responden (dalam hal ini wanita
tersebut sesuai dengan dirinya, bahwa mereka menemukan apa yang mereka
46
47
butuhkan dalam sinetron tersebut (faktor fungsional) dan benar mereka menganggap
sinetron tersebut mewakili Islam secara utuh (faktor struktural), maka akan
Dasar dari hipotesis ini adalah, wanita dewasa awal yang mendapat tuntutan
dari lingkungannya atas peran barunya sebagai orang dewasa membutuhkan referensi
tentang berbagai hal, dalam hal ini religiusitas, sebagai upaya memenuhi tuntutan
tersebut. Kehadiran sinetron religius bernuansa mistis sebagai tontonan populer dapat
dianggap sebagai bahan informasi yang tersedia bagi wanita dewasa awal untuk
wanita dewasa awal untuk memersepsikan sinetron tersebut mewakili Islam secara
keseluruhan.
fungsional yang berasal dari kebutuhan (Rakhmat, 2002). Hal ini berarti orang
48
cenderung akan melihat segala hal berdasar kebutuhannya, apa yang dipilihnya
sebagai tontonan akan dipersepsikan penuh dengan hal yang ia inginkan. Rangsang
yang ada di luar atensi, akan menjadi semacam latar belakangnya (Davidoff, 1981).
menuai banyak protes. Meski mengklaim memiliki dua komponen dalam setiap
tayangannya, yaitu nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dan nuansa mistis, dalam
tayangan yang bernuansa mistis, cenderung akan melihat sinetron tersebut penuh
dengan adegan-adegan mistis karena atensi mereka tertuju pada hal itu. Sementara
Pada akhirnya, harus kita akui bahwa keberagamaan merupakan suatu hal
yang kompleks dengan tujuan akhir yang kompleks pula; mencapai kebahagiaan di
49
dunia dan akhirat (Daradjat, 2002). Wajar jika kompleksitas tersebut tidak dengan
mudah dapat diganggu gugat hanya dengan mengultivasi nilai-nilai agama melalui
5. 3. Saran
5. 3. 1. Saran Teoretis
jauh efek media televisi atau media lain terhadap sikap atau persepsi pemirsanya
dengan Teori Kultivasi dari Gerbner, atau dengan menggunakan Teori Diffusion of
untuk mengukur efek media ini diperlukan waktu yang tidak sebentar. Jadi, mungkin
berkaitan selanjutnya.
5. 3. 2. Saran Praktis
Karena satu dan lain hal, penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2007 ini
baru dianilisis tahun 2010. Rentang waktu yang cukup panjang ini membuat kondisi
kesiapan kognisi peneliti telah berubah cukup jauh. Hal-hal yang dahulu barangkali
50
Oleh karena itu peneliti menganjurkan agar setiap penelitian yang dilakukan
mesti diselesaikan secepatnya. Waktu dan kondisi akan mengubah perhatian dan
konsentrasi kita, karenanya akan terasa lebih sulit untuk mengolah hasil penelitian
menjadi primadona di kalangan masyarakat. Tren itu kini telah bergeser cukup
signifikan, hal ini terindikasi dari tak satu pun stasiun televisi yang menayangkan
tontonan semacam ini lagi. Peneliti kesulitan menemukan kembali fenomena yang
beberapa tahun lalu dijadikan referensi data dalam penelitian ini. Hal ini tentu juga
berdekatan.
selanjutnya meneliti fenomena yang lebih panjang umur keberadaannya, atau yang
Ghazali, Abd Moqsith. (2005). Sinetron religius. Diakses pada 25 Juni 2010 dari
http://islamlib.com/id/artikel/sinetron-religius/
51
52
PCI-NU. Sinetron islam. (2005, Desember 23). Rais Syuriah Pengurus Cabang
Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI-NU) Republik Islam Pakistan. Diakses
pada 19 April 2006 dari www.nupakistan.or.id
Sevilla, C. G., et.al. (1993). Pengantar metode penelitian (terj). Jakarta: UI Press.
Syaikhu, Nanang. (2006). Gulita mistik di layar kaca. Tabloid Dzikir. Halaman
11 - 12 Edisi 05 Tahun I.
Thouless, R. H.. (1995). Pengantar psikologi agama (terj). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.