Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS PADA PASIEN

RESIKO PEILAKU KEKERASAN

LITERATURE REVIEW

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa

Oleh :

Cepi Lukman Koswara J.0105.20.085

Erwin Murdiana Jauhari J.0105.20.087

Euis Trsnawati J.0105.20.088

Iwan Kusmawan J.0105.20.090

Novita Anggraeni J.0105.20.091

Ronaldo J.0105.20.094

Roni Juhanda J.0105.20.095

Wahyu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

TAHUN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan

rahmat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan literature review yang berjudul

“Pengaruh Terapi Psiko Religius pada Pasien Resiko Peilaku Kekerasan”, tepat

pada waktunya.

Penulisan literature review ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah

“Keperawatan Jiwa“. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Aan Somana,SKp.,M.pd.,M.N.S selaku Pembimbing Kelompok 1

2. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Ners Tahap Profesi

Stikes Budi Luhur Cimahi tahun 2021 dan seluruh pihak yang tidak dapat

sebutkan satu persatu.

Penyusun berharap literature review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat

membangun demi kesempurnaan literature review ini. Penyusun menyadari

bahwa literature review ini masih jauh dari sempurna, mengingat penyusun masih

dalam tahap belajar.

Cimahi, April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Penelitian……..…………………...………….…… 1
B. Rumusan Masalah…………..………………………………………. 3
C. Tujuan ……………………………………..…………………………. 3
D. Ruang Lingkup……..………………………………………………… 3
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 5
A. Konsep Resiko Perilaku Kekerasan……………….…………………... 5
1. Definisi ………………….…………………………………………… 5
2. Rentang Respon…..………………………………………………….. 6
3. Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan…………………………………. 7
4. Tanda dan Gejala...…………………………………………………... 9
5. Pathofisiologi ………….…………………………………………….. 1

0
6. Penatalaksanaan Umum…….…………………………...…………… 1

2
BAB III METODELOGI……………..…………………………………….. 1

5
A. Desain dan Jenis Penelitan ………………………….………………… 1

5
B. Metode Pengumpulan Data………... 1

…………………………………. 5
C. Merangkum Ringkasan Pustaka……………………………………… 1
6
D. Hasil dan 1

Pembahasan………………………………………………… 9
E. Metode Penulisan………....………………………………………….. 1

9
F. Lokasi Dan Waktu……………………………………………………. 2

0
G. Etika Literature Riview………..……………………………………... 2

0
H. Analisa dan Interprestasi……………………………………………... 2

0
I. Metode Pencarian…………………………………………………….. 2

0
BAB V RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN.……… 2

1
A. Ringkasan Pustaka………………………………………………….. 2

1
1. Jurnal Utama………...………………………………………….. 2

1
2. Jurnal Pendukung…..…..………………………………………. 2

6
B. Hasil Analisa dan Pembahasan…….………………………………. 3

4
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………...…………… 4

5
A. Kesimpulan………………..………………………………………. 4
5
B. Saran …………………………………………………………….. 4

6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman hidup seseorang juga dapat disebut sebagai faktor

predisposisi, yang artinya dengan pengalaman itu kemungkinan akan

menyebabkan individu memiliki masalah dalam hidupnya. Faktor pertama

adalah psikologis, dimana faktor psikologis mecakup beberapa factor

pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan

frustrasi, dan pada saat masa usia bermain dimana kenangan seperti merasa

ditolak, dihina, atau saksi penganiayaan yang kemudian terus terbayang

sehingga terjadi trauma. Perilaku reinforment yang diperoleh pada saat

mengalami kekerasan baik jadi korban atau saksi kekerasan tersebut dapat

mengobservasi kekerasan yang berkelanjutan, hingga hal ini menstimulasi

seseorang mengadopsi perilaku kekerasan. Adanya trauma pada individu

tersebut dapat menyebabkann suasana hati tidak menyenangkan dan merasa

terancam, sehingga individu mudah marah, dan rasa trauma yang dimiliki

individu tersebut sewaktu-waktu akan mengganggu pola pikir menjadi

negative dan beresiko mengalami kekambuhan perilaku kekerasan meski

pasien tersebut sudah dilakukan perawatan intens di Rumah Sakit Jiwa.

(Prabowo,2014.h:142).
Menurut (WHO). Pada tahun 2016 memperkirakan masalah gangguan

jiwa tidak kurang dari 450 juta jiwa penderita di dunia. Khususnya di

Indonesia mencapai 2,1jutaatau 60% yang terdiri dari pasien resiko perilaku

kekerasan.

Peristiwa penuh tekanan atau traumatik di masa lampau terutam dimasa

kanak-kanak awal memiliki efek jangka panjang pada perkembangan otak,

memengaruhi sistem saraf dan endokrin yang memediasi respon terhadap

stress dan menimbukan perubahan permanen setelah trauma(Gillispie dan

Nemeroff, 2005).

Tindakan keperawatan pada pasien jiwa perlu dilakukan observasi yang

ketat, untuk penatalaksanaannya sendiri pasien dengan resiko perilaku

kekerasan dapat diberikan terapi farmakologi, terapi okupasi, terapi somatik

serta peran keluarga sebagai sistem pendukung dalam ikut serta mengenal

masalah pasien. Dengan adanya dukungan keluarga maka keluarga bisa

menjadi tempat untuk pasien mencurahkan isi perasaannya, rasa takut atau

trauma yang mungkin jika pasien mampu membicarakan masalah traumanya

membuat pasien jadi lebih tenang sehingga sedikit mengurangi rasa cemas,

rasa terancam, dan rasa traumanya sendiri dan dapat mencegah adanya

resikokekambuhan perilaku kekerasan. Tidak cukup hanya dilakukan dengan

terapi, pasien juga perlu dilakukan diobservasi lanjutan untuk mengetahui


perkembangan dan adanya resiko kekambuhan pada pasien itu sendiri.

(Prabowo,2014.h:145-146).

Untuk mendapatkan kesehatan mental yang prima, tidaklah mungkin

terjadi begitu saja. Selain menye- diakan lingkungan yang baik untuk

pengembangan potensi, dari i

ndividu sendiri dituntut untuk melakukan berbagai usaha menggunakan

berbagai kesempatan yang ada untuk mengembangkan dirinya.

Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

maupun kuantitas penyakit mental-emosional manusia Hidayati (2000)

dalam Nurjanah (2004). Selanjutnya kondisi ini dapat me- nyebabkan

timbulnya gangguan jiwa dalam tingkat ringan maupun berat yang mem

erlukan penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau di unit

perawatan jiwa di rumah sakit umum, salah satunya adalah penderita

schizophrenia dengan resiko perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah

suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sen- diri, orang lain, maupun

lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal

atau marah yang tidak konstruktif

Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia

adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan

NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau

tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan
yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan.

Hal ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke rumah

sakit. Penelitian psikiatrik membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat

religius dan taat menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat dan atau

mampu mengatasi penderitaan penyakitnya sehingga proses penyembuhan

penyakit lebih cepat (Zainul Z, 2007). Saat ini perkembangan terapi di dunia

kesehatan sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius).

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan

seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam

menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psiko-

sosial.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun mencoba

mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan literature review dengan

judul “Pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan”

B. Rumusan Masalah

Dengan dukungan teori, pengamatan dan studi literatur yang dilakukan

maka peneliti tertarik untuk menggali adakah Pengaruh Terapi Psikoreligius

pada Pasien Resiko Peilaku Kekerasan?


C. Tujuan 

Mengetahui Pengaruh Terapi Psikoreligius pada Pasien Resiko Peilaku

Kekerasan.

D. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian dalam literatur review ini yaitu

semua jenis penelitian yang berhubungan dengan Resiko Perilaku

Kekerasan.

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan Jiwa dengan

mengetahui pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku

kekerasan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan

sebagai referensi dan dapat di gunakan sebagai sumber pustaka

bagi mahasiswa dalam pengembangan penelitian keperawatan.

b) Pasilitas Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan implementasi

keperawatan dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagai

upaya meningkatkan status kesehatan klien


c) Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau

informasi dasar bagi penelitian sejenis selanjutnya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Resiko Perilaku Kekerasan

1. Definisi

Resiko perilaku kekerasan adalah suatu renpon marah yang

diperlihatkan dengan cara mengancam, melukai dirinya dan orang

lain,

atau suka merusak lingkungan. Perilaku ini yang desebabkan adanya

stressor. Respon tersebut dapat merugikan diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan. (Keliat, dkk, 2011. h :180)

Menurut Keliat (2011) mengungkapkan bahwa perilaku

kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan

dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak

lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu

saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku

kekerasan.

Pendapat senada diungkapkan oleh Citrome & Volavka

(dalam Nurhalimah 2016) mengatakan bahwa perilaku kekerasan

merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk

agresif fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dan atau

sesuatu.
Nanda (dalam Sutejo 2017) menyatakan bahwa risiko perilaku

kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan bahwa ia

dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan baik

secara fisik, emosional, seksual, dan verbal. Risiko perilaku kekerasan

terbagi menjadi dua yaitu risiko perilaku kekerasan terhadap diri

sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan

terhadap orang lain (risk for other-directed violence). Menurut Nanda

(dalam Sutejo 2017) mengungkapkan bahwa risiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seorang

individu bisa menunjukan atau mendemonstrasikan tindakan yang

membahayakan dirinya sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun

seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk risiko perilaku kekerasan

terhadap orang lain, hanya saja ditujukan kepada orang lain. Perilaku

kekerasan pada diri sendiri dapat berupa bunuh diri atau melukai diri

atau menelantarkan diri. Perilaku kekerasan pada orang lain berupa

tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai dan membunuh orang

lain. Sedangkan perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa

perilaku merusak lingkungan seperti memecah kaca genting,

membanting, melempar semua hal yang ada di lingkungan.

Sehingga disimpulkan bahwa Dari beberapa pengertian diatas

penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu

tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang

lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang


disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang

baik secara fisik maupun psikologis.

2. Rentang Respon

Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari

marah. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering di pandang

sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku

kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi,

perasaan frustasi, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku

seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut

terkadang perilaku agresif atau melukai karena menggunakan koping

yang tidak baik,.

Respon adptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk

Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai

maladaptif: Keterangan:

1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan

orang lain dan memberikan kenyamanan

2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat mrah dan

tidak dapat menemukan alternatif


3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

4. Agresif : perilaku yang menyertai marahdan bermusuhan yang

kuat serta hilangnya kontrol

5. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan

(Yosep, 2011)

3. Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan

Seseorang berperilaku kekerasan karena keadaan emosi, yang

mana juga disebabkan karena keadaan koping individu dalam

mengontrol emosi tidak baik. Ada beberapa penyebab seseorang

berperilaku kekerasan menurut (Helena, dkk. 2011. h:80).

a. Frustasi

Frustasi ini timbul karena individu pernah memiliki

pengalaman kegagalan dalam hidupnya

b. Hilangnya harga diri

Hilangnya harga diri seseorang disebabkan karena adanya

ketidakyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri.

c. Penghargaan status dan prestasi

Manusia pada umunya memiliki keinginan untuk

mengaktualisasikan, ingan adanya pepnghargaan untuk dirinya

dan pengakuan dari orang banyak. Namun jika ekspektasi individu

tidak tercapai, hal ini dapat mengakibatkan individu tidak bisa


berfikir secara jernih dan beresiko mengalami perilaku kekerasan

d. Fatkor predisposisi

Pengalaman yang dimiliki individu masuk dalam factor

predisposisi, resiko terjadinya perliaku kekerasan menurut

(Prabowo. 2014. h:142).

1) Psikologis.

Pengalaman kegagalan yang pernah dialami oleh individu

bias menyebabkan frustasi dan dapat menimbulkan perilaku

agresif.

2) Perilaku reinforment

Pada saat melakukan kekerasan sekali, dua kali tanpa

adanya teguran dari orang lain, kejadian ini dapat

menstimulasi idividu untuk senantiasa beerperilaku

kekerasan.

3) Sosial budaya

Adanya budaya yang tidak baik seperti saling membalas

kekerasan tanpa adanya kontrol sosial yang benar terhadap

perilaku menyimpang, hal ini bisa menterbiasakan

seseorang berperilaku kekerasan, seolah-olah itu perlaku

yang wajar.

4) Bionorologis
adanya kerusakan sistem limbik, dan ketidakseimbangan

neurotransmiter dapat menjadi penyebab seseorang

berperilaku kekerasan dan sulit dalam mengontrol perilaku

tersebut

(Prabowo. 2014. h:143)

e. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien sendiri,

lingkungan atau interaksi-interaksi dengan yang lain. Kondisi

pasien yang seperti ini memiliki kelamahan fisik(penyakit fisik),

keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat

menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula denga situasi

dengan lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada

penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan, dengan

demikian interaksi yang profokatif dan konflik dapat memicu

perilaku kekerasan. (Prabowo, 2014. h: 143)

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa

terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman

konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut:

1) Klien : putus asa, fisik lemah, ketidak berdayaan,

pengalaman masalalu yang buruk

2) Interaksi : kehilangan orang yang berharga, adanya suatu

konflik, perasaan terancam, adanya problem internal


maupun eksternal lingkungan.

3) Lingkungan : suhu panas, lokasi padat, sanitasi buruk

(Kusumawati, dkk. 2011. h: 82).

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang terdapat pada klien resiko perilaku

kekerasan salah satunya dengan metode observasi atau wawancara

tentang resiko perilaku kekerasan (Keliat. 2009. h:110), diantaranya :

1. Wajah memerah

2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang sangat kuat

4. Mengapal tangan

5. Bicara keras

6. Suara tinggi keras

7. Mengancam secara verbal dan fisik

8. Melempar atau memukul benda-benda atau orang disekitar

9. Kelemahan dalam mencegah kekerasan

10. Agresif

Keadaan individu berperilaku marah yang

merupakan suatu dorongan individu dalam menuntut

sesuatu yang dianggap benar.


11. Amuk dan kekerasan

Amarah dan permusuhan yang kuat dan tidak

terkontrol, yang mana individu bisa mencederai diri sendir

dan orang disekitar

(Prabowo, 2014. h: 142).

5. Pathofisiologi

Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat

menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan

secara eksternal maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah

dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.

Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan

kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati

otrang lain. Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan

menurun dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi. Ras marah

diekspresikan secara destruktif, mislanya dengan perilaku agresif,

menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah

berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada

diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena

merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau

melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak

terungkap. Kemarahan demikan akan menimbulkan rasa bermusuhan


yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang

lama dan pada suatu saat dpat menimbulkan kemarahan yang

destruktif yang di anjurkan pada diri sendiri, orang lain dan

lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).


6. Penatalaksanaan umum

Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati &

Hartono (2010) adalah sebagai berikut :


1. Anti Psikotik

jenis: Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)

mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin

dalam otak sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik,

mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi : delusi,

halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir.

Efek samping :

a. Gejala ekstrapiramidal, seperti kekakuan atau spasme otot,

berjalan menyerek kaki, postur condong kedepan, banyak

keluar air liur, wajah seperti topeng, disfagia, apastisia

(kegelisahan motorik), sakit kepala, kejang.

b. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan kabur,

blaukoma.

c. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah,

konstipasi, diare, berat badan bertambah.

d. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, amenorea,

Anemia, leukopenia, dermatitis

Kontraindikasi : Gangguan kejang, blaukoma, klien lansia,

hamil dan menyusui.

2. Anti Ansietas

Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)

Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau ketegangan yang


berhubungan dengan situasi tertentu.

Efek samping :

a. Pelambatan menral, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,

letih, depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, kejang

delirium, kaki lema, ataksia, bicara tidak jelas.

b. Hipotensi, takikardia, perubahan elektro kardio gram,

pandangan kabur.

c. Anoreksia, mual, mulut kering, muntah, diare, konstipasi,

kemerahan dermatitis, gatal-gatal.

Kontraindikasi : Penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal,

glaukoma, kehamilan, menyusui, penyakit parnafasan.

3. Anti Depresan

Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpramin, sinequan,

tofranil, ludiomil, pamelor, vivactil, surmontil.

Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.

Efek samping :

a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing,

ansietas, lemas, insomnia.

b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi.

c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual,

muntah, kram abdomen, diare, hepatitis, ikterus.

d. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi, respon


nonorgasme, leucopenia, terombositopenia, ruam, urtikria.

Kontraindikasi:Glaukoma,penyakithati,penyakit

kardiovaskuler, hipertensi, eilepsy, kehamilan atau

menyusui.

4. Anti Manik

Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal

Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan

mengurangi sensitivitas reseptor dopamin.

Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan

memori, suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi,

letargi, stupor.

Kontraindikasi : Hipersensitiv, penyakit ginjal, penyakit

kardiovaskuler, gangguan kejang, dehidrasi, hipotiroidisme,

hamil atau menyusui.

5. Anti Parkinson

Jenis : Levodova, Trihexipenidyl (THP)

Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamin, untuk

mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat

antipsikotik. Menurunkan ansietas, iritabilitas.

Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.


BAB III

METODOLOGI

A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain dan jenis penulisan yang digunakan adalah literature review.

Literature Review merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan,

dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk

dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang

jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti. Topik yang dibahas dalam

pembuatan literatute review ini adalah tentang pengaruh terapi psikoreligius

pada pasien resiko peilaku kekerasan.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berisi : sumber data base penelitian,

strategi penelusuran publikasi di data base penelitian.

1. Sumber Data Base Penelitian

Jurnal yang digunakan berjumlah 30 jurnal dan berasal dalam

negeri dan luar negeri. Dengan pembahasan tentang Resiko Perilaku

Kekerasan. Jurnal penelitian yang digunakan dalam menyusunan

literature review didapatkan dengan pencarian jurnal, yaitu sebagai

berikut:

a. Google : https://google.com

b. Google : https://scholar.google.co.id
2. Waktu Publikasi

Waktu publikasi dari jurnal yang diambil sekitar 10 tahun yang

lalu (2012-2021).

3. Strategi Penelusuran Publikasi

Dalam penelusuran publikasi jurnal, desain penelitian yang

direview adalah semua jenis penelitian yang relevan dengan tema

penelitian literature review yaitu penelitian kuantitatif baik pra

eksperimen atau quasy eksperimen maupun eksperimen murni. Semua

jenis sampel yang terkait populasi kasus tetap dimasukan sebagai

sampel yang diamati dalam literature review.

C. Merangkum Ringkasan Pustaka

1. Penerapan Tindakan Keperawatan Mengontrol Marah dengan Spiritual :

Psikoreligius pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan / Ika Fitriana (2017).

2. Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien

Skizofrenia / Teguh Pribadi dan Djunizar Djamaludin (2019).

3. Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Gejala Perilaku Kekerasan

pada Pasien Skizofrenia / Slamet wahyudi (2017).

4. Penerapan Terapi Psikoreligi (istighfar) guna Menurunkan Emosi pada

Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (rpk). Ahmad Haryo Prabowo (2018).

5. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan dengan

fokus studi Mendengarkan Asmaul Husna. Handina Nurul Prastika (2019).

6. Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada

pasien Skizofrenia / Dwi Ariani Sulistyowati (2014).


7. Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al-fatihah Terhadap Skor

Halusinasi pasien Skizofrenia / Sri Mardiati, Veny Elita, Febriana

Sabrian.(2017)

8. Pengaruh Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan

pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Ahmad Alifudin. Dwi Heppy

Rochmawati Purnomo.(2016)

9. Pengaruh Terapi Psikoreligi: Dzikir Al Ma´Surat Terhadap Klien

Perilaku Kekerasan / Fajar Budianto (2016)

10. Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan

Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan / Ernawati, Samsualam,

KSuhermi (2020)

11. Pengaruh Penerapan Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan

Terhadap Tanda Gejala Klien Skizofrenia / Siti Makhruzah, Vevi

Suryenti Putri , Rahmi Dwi Yanti (2021).

12. Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada

Orang Dengan Gangguan Jiwa / Arif Munandar, Kellyana Irawati, Yonni

Prianto (2019).

13. Implementation Of Inovation Meeting Spiritual Needs For Soul

Disorders With Spiritual Care Method / Zetty Wibawa, Laili Nurhidayati

(2020).

14. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan Resiko

Perilaku Kekerasan / Arum Tri Septya Wati, Maula Mar’atus Solihah

(2020)
15. Studi Fenomenologi: Pengalaman Keluarga Mencegah Kekambuhan

Perilaku Kekerasan Pasien Pasca Hospitalisasi RSJ / Emi Wuri

Wuryaningsih, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena C. D (2013).

16. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku

Kekerasan / Anggit Madhani, Irna Kartina (2020).

17. Efektifitas Terapi Spiritual Wudhu Untuk Mengontrol Emosi Pada

Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Ika Kusuma Wardhani1, Anis

Prabowo2, Grahita Bara Brilianti (2020).

18. Pengaruh Terapi Spiritual Mendengarkan Ayat Suci Alquran Terhadap

Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Pasien Resiko Perilaku

Kekerasan / Laela dewi saputri Dwi Heppy, Sawab (2015).

19. Studi Fenomenologi : Strategi Pelaksanaan Yang Efektif Untuk

Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien / Sujarwo Livana PH

(2018).

20. Efektifitas Behaviour Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada

Pasien Skizofrenia / Jek Amidos Pardede LauraMariati Siregar Efendi

Putra Hulu (2018).

21. Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Kemampuan

Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan / I Made

Eka Santosa, Yahya Ulumuddin (2018).

22. Faktor Predisposisi Dan Prestipitasi Pasien Resiko Perilaku Kekerasan /

Kandar1, Dwi Indah Iswanti (2019).


23. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kemampuan Mengontrol

Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan / Armelia Tri Pangestika,

Dwi Heppy, Rochmawati Purnomo (2015).

24. Penerapan Terapi Musik Klasik Untuk Menurunkan Tanda Dan Gejala

Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Annisa Ismaya1, Arnika Dwi Asti

(2019).

25. Upaya Peningkatan Kemampuan Mengontrol Emosi Dengan Cara Fisik

Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan / khsan nur awaludin (2016)

26. Beban Dengan Koping Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia Yang

Mengalami Perilaku Kekerasan / Jek Amidos Pardede, Laura Mariati

Siregar, Merius Halawa (2018).

27. Upaya Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengontrol Marah Pada Pasien

Resiko Perilaku Kekerasan / Ria Desinta Sari, Weni Hastuti, Ika

Kusuma Wardani (2019).

28. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi

Pelaksanaan (Sp) Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (Rpk) /

Durado, Nadya, Wetik, Syenshie, Lamonge, Annastasia.(2018).

29. Pengelolaan keperawatan resiko perilaku kekerasan (rpk) pada tn. A

dengan skizofrenia / Rizky Novendra Ana Puji Astuti, S.Kep., Ns.,

M.Kes.

30. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku

Kekerasan / Silvia Nilam Untari1, Irna Kartina (2020).


Pada 30 jurnal diatas yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eklusi degan berbagai macam metode penelitian diantaranya Quasi

experimental pretest posttest deisgn menggunakan therapy psikorelgius.

D. Hasil dan pembahasan

Dari 30 jurnal yang kami ambil didapatkan hasil bahwa terapi

psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan resiko perilaku kekerasan.

Terapi psikoreligius terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan

kognitif pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan.

Penerapan terapi ini bisa dijadikan program rutin rumah sakit jiwa sebagai

terapi aktivita kegiatan harian pasien, khusus pada ruangan pasien yang

dalam tahap maitenance

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah

literature review berbasis journal, dengan beberapa tahap yakni; penentuan

topik besar, screenning journal, coding journal, menentukan tema dari

refensi jurnal yang didapatkan, menganalisa serta menginterpretasi setiap

data yang sudah dianalisa.

F. Lokasi Dan Waktu

Lokasi yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi

religious terhadap pasien resiko prilaku kekerasan ini dapat dilakukan

diseluruh wilayah di Indonesia. Lokasi penyusunan literatur yaitu ditempat

masing-masing mahasiswa yang berlokasi di beberapa Kota/Kabupaten


dengan jumlah Mahasiswa 12 orang dikumpulkan melalui Aplikasi grup

WhatsApp, email. Adapun waktu yang digunakan terhitung tanggal 07April

– 14 April 2021.

G. ETIKA LITERATURE RIVIEW

Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus

diperhatikan meliputi: formulasi permasalahan, literature screenning,

analisis dan interpretasi.

H. ANALISIS DAN INTERPRETASI

Proses akhir dari penulisan literature review adalah menganalisis

dan menginterpretasikan data dalam sub topik yaitu pengaruh terapi

psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan . Pandangan yang kritis

diperlukan untuk memparafrasekan isi sub topik (literature of journal)

untuk mencapai hasil yang sesuai.

I. METODE PENCARIAN

Literature Review ini menggukan beberapa media atau metode

pencarian jurnal, yaitu sebagai berikut :

1. Google Schoolar sebanyak 30 jurnal


BAB IV

RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Pustaka

Tabel 4. 1 Ringkasan Pustaka

I. Jurnal Utama

N JUDUL/TEMA PENULIS TAHUN DAN HASIL PENELITIAN

O TEMPAT

PENELITIAN
1 PENERAPAN Ika Fitriana 2017. WISMA didapatkan data penurunan tanda dan gejala

TINDAKAN DWARAWATI klien resiko perilaku kekerasan di Wisma


KEPERAWATAN RSJ Prof. Dr. Dwarawati klien 1 mengalami penurunan
MENGONTROL
SOEROJO sebesar 24%, klien 2 sebesar 26%, klien 3
MARAH DENGAN MAGELANG sebesar 20%, klien 4 dan klien 5 masing-

SPIRITUAL : masing sebesar 28%.


PSIKORELIGIUS

PADA KLIEN RESIKO

PERILAKU

KEKERASAN
2. TERAPI Teguh Pribadi 2019. RUANG Didapatkan nilai rata-rata skor perilaku kekerasan

PSIKORELIGI dan Djunizar RAWAT INAP Sebelum Terapi psikoreligi adalah 16,87 dengan

TERHADAP Djamaludin RUMAH SAKIT standar deviasi 1,46, rata-rata Skor perilaku

PENURUNAN JIWA DAERAH kekerasan sesudah Terapi psikoreligi adalah 13.0

PERILAKU PROVINSI dengan standar deviasi 1,0

KEKERASAN PADA LAMPUNG

PASIEN

SKIZOFRENIA

3. PENGARUH TERAPI Slamet 2017. DI Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U =

DZIKIR TERHADAP INSTALASI IPCU


PENURUNAN wahyudi RSJ DR RADJIMAN 57,000 p = 0,021 (p<0,05), artinya ada

GEJALA PERILAKU WEDIODININGRAT perbedaaan Gejala Perilaku Kekerasan antara


KEKERASAN PADA LAWANG kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
PASIEN
saat post test, sedangkan berdasarkan hasil Uji
SKIZOFRENIA
Wilcoxon diperoleh nilai Z = -2.804 p= 0,005

(p<0,05), artinya pada kelompok eksperimen

terdapat perbedaan Gejala Perilaku Kekerasan

antara sebelum dan sesudah Terapi Dzikir

dimana setelah dilakukan Terapi Dzikir maka

Gejala Perilaku Kekerasannya menurun.Hal ini

menunjukkan bahwa Terapi Dzikir efektif

menurunkan Gejala Perilaku


4. PENERAPAN TERAPI Ahmad Haryo 2018. DI RSJD Dr. Setelah dilakukan pre test dan post test terjadi

PSIKORELIGI Prabowo AMINO penurunan tanda-tanda resiko perilaku kekerasan.

(ISTIGHFAR) GUNA GONDOHUTOMO Berdasarkan penerapan yang dilakukan dapat


MENURUNKAN SEMARANG diambil kesimpulan bahwa terapi psikoreligi

EMOSI PADA PASIEN istighfar efektif untuk menurunkan emosi pada

RESIKO PERILAKU pasien resiko perilaku kekerasan.

KEKERASAN (RPK).
5. ASUHAN Handina 2019. DI RUANG Pada hari terakhir asuhan keperawatan jiwa

KEPERAWATAN Nurul Prastika SADEWA RSUD masalah kecemasan yang menyebabkan terjadinya

JIWA PADA PASIEN BANYUMAS. kekerasan yang dialami pasien dapat teratasi

RESIKO PERILAKU sebagian dengan data subyektif kedua klien

KEKERASAN mengatakan mau untuk merubah sikap, dan

DENGAN FOKUS mengontrol marahnya, serta memanfaatkan waktu

STUDI luang untuk melakukan kegiatan yang telah

MENDENGARKAN diajarkan.

ASMAUL HUSNA.
6. PENGARUH TERAPI Dwi Ariani 2014. DI RUMAH Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi

PSIKORELIGI Sulistyowati SAKIT JIWA Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan

TERHADAP DAERAH perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di

PENURUNAN SURAKARTA RSJD Surakarta


PERILAKU

KEKERASAN PADA

PASIEN

SKIZOFRENIA
7. PENGARUH TERAPI Sri Mardiati, 2017. DI RUMAH Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

PSIKORELIGIUS: Veny Elita, SAKIT JIWA (RSJ) penurunan nilai median pretest dan posttest setelah

MEMBACA AL Febriana TAMPAN. diberikan terapi psikoreligius: membaca Al fatihah

FATIHAH Sabrian. yaitu dari 38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat

TERHADAP SKOR disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi

HALUSINASI PASIEN psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap skor

SKIZOFRENIA halusinasi pasien skizofrenia dengan p-value

(0,019) < α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini

disarankan kepada perawat jiwa, keluarga dan

pasien agar dapat mempraktikkan terapi ini dalam

penetalaksanaan pasien skizofrenia dengan

halusinasi.
8. PENGARUH Ahmad 2016. DI RSJD DR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

MENDENGARKAN Alifudin. Dwi AMINO mendengarkan asmaul husna

ASMAUL HUSNA Heppy GONDOHUTOMO terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK

TERHADAP Rochmawati PROVINSI JAWA dengan nilai p-value 0.000 sedangkan nilai z hitung

TINGKAT Purnomo TENGAH 6.34. hal ini karena dimensi spiritual berupaya

KECEMASAN PADA untuk mempertahankan keharmonisan atau

PASIEN RESIKO keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan

PERILAKU kekuatan ketika sedang menghadapi stres

KEKERASAN emosional.

9. PENGARUH TERAPI Fajar 2016. DI RUMAH Hasil penelitian didapatkan terdapat pengaruh

PSIKORELIGI: Budianto SAKIT JIWA terapi dzikir terhadap perilaku kekerasan ( P value

DZIKIR AL MA ISLAM KLENDER 0,000<0,05). Disarankan untuk responden agar

´SURAT TERHADAP selalu menjadikan dzikir sebagai sarana

KLIEN PERILAKU mendekatkan diri dan mencegah dari perilaku


KEKERASAN kekerasan
10. PENGARUH Ernawati, 2020. DI RUANG Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

PELAKSANAAN Samsualam, KENARI RUMAH yang signifikan antara pelaksanaan terapi spiritual

TERAPI SPIRITUAL KSuhermi SAKIT KHUSUS terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku

TERHADAP DAERAH DADI DI kekerasan dimana dari hasil uji Wilcoxon diperoleh

KEMAMPUAN PROVINSI (p=0.003) α < 0.05. Kemampuan mengontrol

PASIEN SULAWESI perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi

MENGONTROL SELATAN spiritual adalah sebanyak sembilan pasien,

PERILAKU sedangkan sesudah dilakukan terapi spiritual adalah

KEKERASAN sebanyak sebelas pasien.


11. TERAPI Arif 2019. DI RUMAH Hasil: dari 5 orang dengan gangguan jiwa yang

PSIKORELIGIUS Munandar, SAKIT JIWA dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan

DZIKIR Kellyana GRHASIA DAERAH gangguan kognitif, dimana sebelum diberikan

MENGGUNAKAN Irawati, Yonni ISTIMEWA terapi diukur kemampuan kognitif dengan

JARI TANGAN Prianto YOGYAKARTA instrumen ScoRS, didapatkan 4 pasien tidak ada

KANAN PADA gangguan kognitif dan 1 pasien dengan gangguan

ORANG DENGAN kognitif ringan


GANGGUAN JIWA
12. EFEKTIFITAS Ika Kusuma 2020.DI RSJD Hasil penelitian ini adalah setelah dilakukan

TERAPI SPIRITUAL Wardhani1, SURAKARTA tindakan keperawatan

WUDHU UNTUK Anis selama 6 hari klien mampu mengontrol perilaku

MENGONTROL Prabowo2, kekerasan dan pasien menjadi

EMOSI PADA PASIEN Grahita Bara lebih tenang

RESIKO PERILAKU Brilianti3

KEKERASAN
13. PENGARUH TERAPI Laela dewi 2015.DI RSJ DR. Hasil penelitian

SPIRITUAL saputri AMINO kemamapuan mengontrol emosi sebagian besar

MENDENGARKAN , Dwi Heppy GONDOHUTOMO berjenis kelamin laki – laki sebanyak 30 (54,5%),

AYAT SUCI , Sawab PROVINSI JAWA usia

ALQURAN TENGAH. paling banyak antara 26 – 35 tahun sebanyak

TERHADAP (45,5%), pendidikan paling tinggi SMA dan SMP

KEMAMPUAN sebanyak 18 (32,7%) dan pekerjaan paling tinggi

MENGONTROL swasta sebanyak 22 (40,0%). Dan ada pengaruh

EMOSI PADA PASIEN yang


RESIKO PERILAKU signifikan terapi spiritual mendengarkan ayat suci

KEKERASAN alquran terhadap kemampuan mengontrol emosi

pada

resiko perilaku kekerasan dengan p – value 0,000

Kesimpulan terapi spiritual mendegarkan ayat suci

alquran secara intensif dan efektif dapat

mengontrol emosi resiko perilaku kekerasan.

II. Jurnal Pendukung


N JUDUL/TEMA PENULIS TAHUN DAN HASIL PENELITIAN

O TEMPAT

PENELITIAN
1. PENGARUH Siti 2021. DI RUMAH SAKIT Hasil penelitian

PENERAPAN Makhruzah JIWA DAERAH didapatkan nilai mean tanda gejala pre test

STRATEGI , Vevi PROVINSI 17,0 dan setelah penerapan SP diketahui

PELAKSANAAN Suryenti Putri JAMBI terjadi

PERILAKU , Rahmi Dwi penurunan nilai mean tanda gejala post test

KEKERASAN Yanti 7,93. Analisa bivariat dengan uji t test

TERHADAP didapatkan nilai

TANDA GEJALA p value 0,000 (<0,05) sehingga ada pengaruh

KLIEN penerapan strategi pelaksanaan PK terhadap

SKIZOFRENIA penurunan tanda gejala.


2. IMPLEMENTATION Zetty 2020. IN RSJ GRHASIA Hasil pelaksanaan inovasi menyatakan bahwa

OF INOVATION Wibawa, Laili JOGYAKARTA ada pengaruh pada pasien yang diberikan

MEETING Nurhidayati pendekatan spiritual, minimal pada tingkat


SPIRITUAL NEEDS pengetahuan dan pemahaman pasien tentang

FOR SOUL hubungannya dengan

DISORDERS WITH Tuhan, diri sendiri dan orang lain yang terkait

SPIRITUAL CARE dengan perilaku maladaptifnya. Hal ini dapat

METHOD dilihat dari nilai

hasil pre tes dan post tes yang dilakukan pada

pasien. Nilai post tes mengalami peningkatan,

setelah pasien

mengikuti kegiatan selama 4 hari.


3. ASUHAN Arum Tri 2020. DI RSJD DR.ARIF Hasil setelah dilakukan asuhan keperawatan

KEPERAWATAN Septya Wati ZAINUDIN selama empat hari, klien yang mengalami

JIWA PADA PASIEN , Maula SURAKARTA penurunan pada gangguan resiko perilaku

DENGAN Mar’atus kekerasan

GANGGUAN RESIKO Solihah dengan cara spiritual dzikir. Kesimpulan

PERILAKU masalah keperawatan teratasi sebagian,

KEKERASAN sehingga
membutuhkan perawatan lebih lanjut dan kerja

sama dengan tim medis lain, klien dan

keluarga

sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan

keperawatan. Adanya penurunan dan klien

dapat

mengontrol marah
4. STUDI Emi Wuri 2013. DI KOTA Hasil penelitian yaitu terdapat 5 tema yang

FENOMENOLOGI: Wuryaningsih MAGELANG menggambarkan pengalaman

PENGALAMAN , Achir Yani keluarga tersebut yaitu: 1) pengetahuan

KELUARGA S. Hamid, keluarga terhadap adanya riwayat perilaku

MENCEGAH Novy Helena kekerasan; 2)

KEKAMBUHAN C. D kepekaan keluarga terhadap pencetus

PERILAKU kekambuhan, 3) cara pengendalian pasien

KEKERASAN untuk mencegah

PASIEN PASCA kekambuhan; 4) kepedulian keluarga sebagai


HOSPITALISASI RSJ upaya pencegah kekambuhan, 5) kepasrahan

dalam

menerima kondisi pasien. Perawat jiwa dapat

memberikan pendidikan kesehatan

pencegahan dan

manajemen perilaku kekerasan kepada pasien

dan keluarga. Pelatihan perawat tentang terapi

supportif

sehingga dapat memfasilitasi terapi supportif

pada pasien dan keluarga.


5. ASUHAN Anggit 2020. DI RSJD Dr. ARIF Hasil studi kasus ini setelah dilakukan terapi

KEPERAWATAN Madhani, Irna ZAINUDIN relaksasi otot

JIWA PADA PASIEN Kartina progresif sebanyak 4 kali dalam 1 sesi


SURAKARTA
DENGAN menunjukan pasien resiko perilaku kekerasan

RESIKO PERILAKU mampu mengotrol marah

KEKERASAN
6. STUDI Sujarwo 2018. RSJD DR. AMINO Hasil penelitian menunjukkan
FENOMENOLOGI : , Livana PH GONDOHUTOMO bahwa mayoritas pasien dan keluarga pasien

STRATEGI mengalami ansietas pada tingkat berat. Hasil

PELAKSANAAN penelitian ini

YANG EFEKTIF direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya

UNTUK agar dapat memberikan intervensi yang efektif

MENGONTROL untuk

PERILAKU mengatasi ansietas pasien dan keluarga pasien

KEKERASAN hemodialisis.

MENURUT PASIEN
7. EFEKTIFITAS Jek Amidos 2018. DI RUMAH SAKIT Hasil penelitian diperoleh

BEHAVIOUR Pardede JIWA sebelum diberikan terapi yaitu 40 responden

THERAPY , LauraMariati DAERAH KLATEN kelompok intervensi dengan gejala perilaku

TERHADAP RISIKO Siregar kekerasan sebelum dilakukan Behaviour

PERILAKU , Efendi Putra Therapy dalam kategori berat.

KEKERASAN PADA Hulu Hasil yang didapat bahwa kemampuan

PASIEN mengontrol perilaku kekerasan sebagian


SKIZOFRENIA besar dalam kategori kurang sebelum

dilakukan Behaviour Therapy, hal tersebut

terjadi karena semua responden belum

dilakukan Behaviour Therapy.

8. PENGARUH I Made Eka 2018.DI RUANG hasil uji analisa data menggunakan uji

TERAPI Santosa, MELATI paired samples t test yang didapatkan


Yahya
RELAKSASI RUMAH SAKIT JIWA adalah nilai p value = 0,000. Dengan p-
Ulumuddin
AUTOGENIK MUTIARA SUKMA value <0,05 maka H0 ditolak sehingga ada

TERHADAP NTB pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik

KEMAMPUAN terhadap kemampuan mengontrol marah

MENGONTROL pada

MARAH PADA pasien dengan perilaku kekerasan di

PASIEN Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Mutiara


DENGAN Sukma

PERILAKU NTB.

KEKERASAN
9. FAKTOR Kandar1, 2019. DI RSJD DR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

PREDISPOSISI DAN Dwi Indah AMINO faktor genetik tidak mempengaruhi partisipan

GONDOHUTOMO mengalami perilaku kekerasan (RPK).


PRESTIPITASI Iswanti
PROVINSI Berdasarkan hasil wawancara bersama
PASIEN RESIKO
JAWA TENGAH kelima pasien RPK di ruang Brotojoyo RSJD
PERILAKU
Gondohutomo Jawa Tengah pasien
KEKERASAN
mengatakan bahwa“Tidak ada anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa”

(R1, R2, R3, R4, dan R5).

10. PENGARUH Armelia Tri 2015.DI RSJD DR. Hasil penelitian menunjukkan

RELAKSASI OTOT Pangestika, AMINO bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif

Dwi Heppy, terhadap kemampuan mengontrol marah pada


PROGRESIF GONDOHUTOMO
TERHADAP Rochmawati PROVINSI JAWA pasien RPK dengan 0.000 sedangkan nilai

KEMAMPUAN Purnomo TENGAH thitung 10.90 dan ttabel 1.67 (thitung > ttabel). Hal ini

dikarenakan relaksasi otot progresif dapat


MENGONTROL
meningkatkan keterampilan dasar relaksasi
MARAH PADA
untuk
PASIEN RISIKO
mengontrol marah dan memperbaiki
PERILAKU
kemampuan untuk mengatasi stres.
KEKERASAN
11. PENERAPAN Annisa 2019.DI RUMAH Setelah dilakukan terapi usic klasik selama 5

TERAPI MUSIK Ismaya, SINGGAH kali

pertemuan, Partisipan 1 (P1) mengalami


KLASIK UNTUK Arnika Dwi DOSARASO
penurunan tanda
MENURUNKAN Asti KEBUMEN
dan gejala RPK dari 11 menjadi 8 sedangkan
TANDA DAN
Partisipan 2
GEJALA PASIEN
(P2) mengalami penurunan tanda dan gejala
RESIKO PERILAKU
RPK dari 11
KEKERASAN
menjadi 7. Selain itu, kedua partisipan
mengalami

peningkatan kemampuan melakukan terapi

usic klasik dari

50% (cukup) menjadi 100% (baik). Dapat

disimpulkan bahwa

P2 mengalami penurunan tanda dan gejala

serta mengalami

peningkatan kemampuan dalam melakukan

terapi usic

klasik lebih banyak dibandingkan P1.


12. UPAYA khsan nur 2016.DI RSJD dr. ARIF Pada kasus ini ditemukan 2 diagnosa yaitu

PENINGKATAN awaludin ZAINUDIN resiko menciderai diri sendiri,

KEMAMPUAN SURAKARTA orang lain dan lingkungan berhubungan

MENGONTROL dengan perilaku kekerasan dan resiko

EMOSI DENGAN perilaku kekerasan berhubungan dengan

CARA FISIK PADA harga diri rendah. Telah dilakukan


KLIEN RESIKO asuhan keperawatan dengan menggunakan

PERILAKU strategi pendekatan untuk klien prilaku

KEKERASAN kekerasan. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan didapatkan hasil klien

mampu

mengontrol perilaku kekerasan.


13. BEBAN DENGAN Jek Amidos 2018.di Poliklinik Hasil yang

KOPING Pardede, Rumah Sakit diperoleh bahwa beban obyektif keluarga

KELUARGA SAAT Laura Jiwa mayoritas sedang 74,7% dan beban

MERAWAT PASIEN Mariati Prof.Dr.Muhammad subyektif

SKIZOFRENIA Siregar, Ildrem Provsu Medan keluarga mayoritas sedang 60,8%, koping

YANG Merius keluarga mayoritas adaptif 97,5%.

MENGALAMI Halawa Diketahui

PERILAKU bahwa ada hubungan yang kuat antara

KEKERASAN beban dengan koping keluarga saat


merawat

pasiens kizofrenia yang mengalami

perilaku kekerasan (p-value=0,000; p-

value<0,01)

dengan nilai beban obyektif correlation

coefficient (r)=0,522. Dan nilai beban

subyektif

correlation coefficient (r)=0,525.


14. UPAYA Ria Desinta 2019. di Rumah Sakit Hasil pengaruh teknik

RELAKSASI Sari, Weni Jiwa dr.Arif Zainudin relaksasi nafas dalam terhadap tingkat

NAFAS DALAM Hastuti, Ika Surakarta emosi

UNTUK Kusuma klien perilaku kekerasan menyatakan ada

MENGONTROL Wardani pengaruh yang signifikan antar

MARAH PADA tenik relaksasi nafas dalam terhadap

PASIEN tingkat
RESIKO PERILAKU emosi klien perilaku kekerasan dengan

KEKERASAN nilai

p=0,000.
15. HUBUNGAN Durado, 2018.DI RS. PROF. DR. Hasil : Tingkat pengetahuan perawat di

TINGKAT Nadya, V. L. RS. Prof. DR. V.L. Ratumbuysang

PENGETAHUAN Wetik, RATUMBUYSANG Manado responden mempunyai tingkat

PERAWAT Syenshie, MANADO pengetahuan baik, yaitu 60 responden

DENGAN Lamonge, (88,2%). Tindakan penerapan strategi

PENERAPAN Annastasia. pelaksanaan perawat, strategi pelaksanaan

STRATEGI baik, berjumlah 58 responden (85,3%).

PELAKSANAAN Hasil penelitian dilihat dari signifikasi

(SP) PADA yang <0,05, dan didapatkan hasil p-value

PASIEN RESIKO sebesar 0,000. Yang berarti adanya

PERILAKU hubungan antara tingkat pengetahuan

perawat dengan penerapan strategi


KEKERASAN (RPK)
pelaksanaan (sp) pada pasien resiko

perilaku kekerasan (RPK) di RS. Prof. DR.

V.L. Ratumbuysang Manado. Dengan

kriteria hubungan yaitu kuat dan searah,

artinya semakin tinggi pengetahuan, maka

semakin baik pelaksanaan tindakan

strategi pelaksanaan.
16. PENGELOLAAN Rizky DI WISMA hasil pengelolaan adalah pasien lebih

KEPERAWATAN Novendra PUNTADEWARUMA kooperatif setelah diajarkan cara

RESIKO PERILAKU Ana Puji H SAKIT JIWA mengontrol dengan fisik: yaitu SP 1

KEKERASAN (RPK) Astuti, PROF. Dr SOEROJO relaksasi nafas dalam, SP 2 benar obat,

PADA TN. A S.Kep., Ns., MAGELANG dan SP 3

DENGAN M.Kes, verbal sudah teratasi dan SP 4 spritual

SKIZOFRENIA pasien belum teratasi.


17. ASUHAN Silvia Nilam 2020.Di RSJD dr. Arif Hasil studi kasus pada pasien dengan
KEPERAWATAN Untari1, Irna Zainuddin Surakarta resiko perilaku kekerasan yang dilakukan

JIWA PADA Kartina tindakan terapi aktivitas kelompok sesi 1-5

PASIEN DENGAN selama 5 hari didapatkan hasil 80% pasien

RESIKO PERILAKU dapat mengontrol resiko perilaku

KEKERASAN kekerasan

dengan kriteria keberhasilan minimal

≥75%. Rekomendasi tindakan pemberian

TAK

stimulasi persepsi sesi 1-5 pada pasien

dengan resiko perilaku kekerasan untuk

mengontrol perilaku kekerasan.


B. Hasil Analisa dan Pembahasan

Dalam beberapa junal diatas penelitian yang dilakukan mengarah

pada masalah keperawatan yang sering muncul terhadap penderita

schizofrenia yakni perilaku kekerasan. Terdapat 3 strategi dalam

manajemen perilaku kekerasan, yaitu strategi pencegahan, antisipasi, dan

pengekangan. Terapi Psikoreligi termasuk kedalam bagian dari latihan

assertive, sehingga terapi Psikoreligi bisa termasuk juga strategi

pencegahan. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan kita diwajibkan untuk

berbakti kepadaNya, tapi terkadang kita tidak menjalankan secara

maksimal atau khusyuk karena lemahnya keimanan, keterbatasan waktu

dan situasi yang tidak mendukung. Dengan terapi Psikoreligi jika

dilaksanakan secara lebih maksimal atau khusyuk akan menjadi tindakan

yang efektif menurunkan perilaku kekerasan.

Seperti yang dijelaskan oleh Videbeck tahun 2008 Schizofrenia

merupakan suatu sindrome klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi

kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, tetapi schizofrenia

mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda. Derajat

gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka

panjang sangat bervariasi diantara individu.

Penelitian tentang pengaruh psikoreligi terhadap penurunan perilaku

kekerasan Respon perilaku kekerasan yang dilakukan observasi meliputi

respon perilaku, respon fisik, respon emosi dan respon verbal. Menurut

tabel jurnal utama bahwa terapi psikoreligi berpengaruh menurunkan


perilaku kekerasan pada pasien jiwa khususnya Skizofrenia. Penurunan

yang terjadi meliputi penurunan pada respon fisik. Yang Didalam ajaran

agama manapun bahwa sesorang yang akan melakukan Doa, Dzikir dan

mengikuti ceramah agama disunahkan untuk men- sucikan diri, khusus

dalam ajaran islam (berwudhlu). Hal tersebut juga dibuktikan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ika Kusuma pada table jurnal utama nomor

12 yang menunjukan hasil terdapatnya penurunan emosi pada pasien RPK.

Air wudhlu dapat merangsang syaraf yang ada pada tubuh. Dengan

demikian aliran darah yang ada pada tubuh menjadi lancar, sehingga tubuh

akan menjadi rilek dan akan menurunkan ketegangan. Dimana kalau

kondisi tegang tidak segera dinetralisir akan berdampak kemarahan.

Kemarahan merupakan salah satu tanda dari perilaku kekerasan.

Pendekatan keagamaan dalam praktek keperawatan dalam dunia

kesehatan, bukan bertujuan unuk mengubah keimanan seseorang terhadap

agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk membangkitkan kekuatan

spiritual dalam menghadapi penyakit merupakan terapi psikoreligius.

Dengan terapi psikoreligi akan melakukan kontrol terhadap emosi

yang mempengaruhi proses fikir serta ketegangan otot hal ini dibuktikan

oleh hasil penelitian jurnal utama yaitu jurnal 1-4 dan 6-13 dengan metode

penelitian experimental pretest dan posttest design menunjukan adanya

penurunan emosi pada pasien Resiko Perilaku Kekerasan begitupun jurnal

5 menyatakan adanya penurunan emosi pada pasien Resiko Perilaku

Kekerasan dengan tujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan mulai dari


assessmen hingga evaluasi menggunakan metode deskriptif analitik

melalui paparan kasus dengan pendekatan proses keperawatan.

Jurnal 1 yang dibuat oleh Ika Fitriana tahun 2017 didapatkan hasil

data penurunan tanda dan gejala klien resiko perilaku kekerasan di Wisma

Dwarawati klien 1 mengalami penurunan sebesar 24%, klien 2 sebesar

26%, klien 3 sebesar 20%, klien 4 dan klien 5 masing-masing sebesar 28%.

Pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko perilaku kekerasan juga

didukung oleh jurnal 2, penelitian Teguh pribadi 2019 Didapatkan hasil

nilai rata-rata skor perilaku kekerasan Sebelum Terapi psikoreligi adalah

16,87 dengan standar deviasi 1,46, rata-rata Skor perilaku kekerasan

sesudah Terapi psikoreligi adalah 13.0 dengan standar deviasi 1,0 juga

jurnal 3 hasil penelitian Slamet Wahyudi pada tahun 2019 dan jurnal 9

Fajar Budianto 2014 kedua jurnal ini menggunakan terapi dzikir

Berdasarkan jurnal 3 didapatkan hasil uji Mann-Whitney U = 57,000 p =

0,021 (p<0,05), artinya ada perbedaaan Gejala Perilaku Kekerasan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat post test, sedangkan

berdasarkan hasil Uji Wilcoxon diperoleh nilai Z = -2.804 p= 0,005

(p<0,05), artinya pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan Gejala

Perilaku Kekerasan antara sebelum dan sesudah Terapi Dzikir dimana

setelah dilakukan Terapi Dzikir maka Gejala Perilaku Kekerasannya

menurun.Hal ini menunjukkan bahwa Terapi Dzikir efektif menurunkan

Gejala Perilaku dan jurnal 9 dengan hasil Fajar Budianto 2014 Hasil

penelitian didapatkan terdapat pengaruh terapi dzikir terhadap perilaku


kekerasan ( P value 0,000<0,05). Kemudian pada penelitan Ernawati 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol

perilaku kekerasan dimana dari hasil uji Wilcoxon diperoleh (p=0.003) α <

0.05. Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan

terapi spiritual adalah sebanyak sembilan pasien, sedangkan sesudah

dilakukan terapi spiritual adalah sebanyak sebelas pasien.

kemudian jurnal 4 diteliti oleh ahmad Haryo Prabowo 2018 dengan

menggunakan terapi psikoreligi istigfar menunjukan hasil pre test dan post

test terjadi penurunan tanda-tanda resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan

penerapan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terapi

psikoreligi istighfar efektif untuk menurunkan emosi pada pasien resiko

perilaku kekerasan. Berbeda dengan jurnal 5 yang diteliti oleh Handina

Nurul 2019 dengan mendeskripsikan hasil peneltian pada hari terakhir

asuhan keperawatan jiwa masalah kecemasan yang menyebabkan

terjadinya kekerasan yang dialami pasien dapat teratasi sebagian dengan

data subyektif kedua klien mengatakan mau untuk merubah sikap, dan

mengontrol marahnya, serta memanfaatkan waktu luang untuk melakukan

kegiatan yang telah diajarkan. Lalu jurnal 6 Juga mendukung atas

penelitian Dwi Aryani Sulistiyowati Hasilnya menunjukkan bahwa Terapi

Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan pada

pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta. Begitupun jurnal 7 pada penelitian

Sri Mardiati pada tahun 2014 menggunakan terapi membaca AL-


FATIHAH, Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan nilai

median pretest dan posttest setelah diberikan terapi psikoreligius: membaca

Al fatihah yaitu dari 38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap

skor halusinasi pasien skizofrenia dengan p-value (0,019) < α (0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada perawat jiwa, keluarga

dan pasien agar dapat mempraktikkan terapi ini dalam penetalaksanaan

pasien skizofrenia.

Jurnal 8 penelitan oleh Ahmad Alifudin tahun 2016 didapatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul

husna terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK dengan nilai p-value

0.000 sedangkan nilai z hitung 6.34. hal ini karena dimensi spiritual

berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan

dunia luar, mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi

stresemosional efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif pasien

dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan. Lalu jurnal 10

Pada penelitian Arif munandar 2019 mendapat hasil dari 5 orang dengan

gangguan jiwa yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan

kognitif, dimana sebelum diberikan terapi diukur kemampuan kognitif

dengan instrumen ScoRS, didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif

dan 1 pasien dengan gangguan kognitif ringan. Demikian juga pada jurnal

11 penelitian Ika Wardani 2020 dengan terapi dzikir menggunakan jari

hasilnya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari


klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dan pasien menjadi lebih

tenang. Demikian pada junal 12 penelitian Laela Dewi Putri 2015 dengan

terapi Wudhu mendapatkan hasil penelitian kemamapuan mengontrol

emosi sebagian besar berjenis kelamin laki – laki sebanyak 30 (54,5%),

usia paling banyak antara 26 – 35 tahun sebanyak (45,5%), pendidikan

paling tinggi SMA dan SMP sebanyak 18 (32,7%) dan pekerjaan paling

tinggi swasta sebanyak 22 (40,0%). Dan ada pengaruh yang signifikan

terapi spiritual mendengarkan ayat suci alquran terhadap kemampuan

mengontrol emosi pada resiko perilaku kekerasan pada jurnal 13 dengan

hasil p – value 0,000 Kesimpulan terapi spiritual mendegarkan ayat suci

alquran secara intensif dan efektif dapat mengontrol emosi resiko perilaku

kekerasan.

Terdapat 17 jurnal pendukung pada tabel yaitu jurnal 1, 2, 7, 8, 10,

11, 12, dan 14 merupakan penelitian terkait upaya penurunan emosi pada

pasien resiko perilaku kekerasan menggunakan metode experimental

pretest dan posttest disign. Jurnal 1 penelitian Siti Makruzah pada tahun

2021 mendapatkan hasil Hasil penelitian didapatkan nilai mean tanda

gejala pre test 17,0 dan setelah penerapan SP diketahui terjadi penurunan

nilai mean tanda gejala post test 7,93. Analisa bivariat dengan uji t test

didapatkan nilai p value 0,000 (<0,05) sehingga ada pengaruh penerapan

strategi pelaksanaan PK terhadap penurunan tanda gejala. Kemudian jurnal

pendukug 2 penelitian Zetty Wibawa menggunakan metode deskriptif

analtik Hasil pelaksanaan inovasi menyatakan bahwa ada pengaruh pada


pasien yang diberikan pendekatan spiritual, minimal pada tingkat

pengetahuan dan pemahaman pasien tentang hubungannya dengan Tuhan,

diri sendiri dan orang lain yang terkait dengan perilaku maladaptifnya. Hal

ini dapat dilihat dari nilai hasil pre tes dan post tes yang dilakukan pada

pasien. Nilai post tes mengalami peningkatan, setelah pasien mengikuti

kegiatan selama 4 hari. Lalu jurnal pendukung nomor 7 oleh Jek Amidos

Pardede 2018 Hasil penelitian diperoleh sebelum diberikan terapi yaitu 40

responden kelompok intervensi dengan gejala perilaku kekerasan sebelum

dilakukan Behaviour Therapy dalam kategori berat. Hasil yang didapat

bahwa kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebagian besar dalam

kategori kurang sebelum dilakukan Behaviour Therapy, hal tersebut terjadi

karena semua responden belum dilakukan Behaviour Therapy. sedangkan

pada jurnal 8 penelitia I Made 2018 menentukan hasil hasil uji analisa data

menggunakan uji paired samples t test yang didapatkan adalah nilai p value

= 0,000. Dengan p-value <0,05 maka H0 ditolak sehingga ada pengaruh

Terapi Relaksasi Autogenik terhadap kemampuan mengontrol marah pada

pasien dengan perilaku kekerasan di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa

Mutiara Sukma NTB. Jurnal pendukung lainya yaitu jurnal 10 penelitian

oleh Armelia Tri Pangestika pada tahun 2015 Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien RPK dengan 0.000 sedangkan

nilai thitung 10.90 dan ttabel 1.67 (thitung > ttabel). Hal ini dikarenakan

relaksasi otot progresif dapat meningkatkan keterampilan dasar relaksasi


untuk mengontrol marah dan memperbaiki kemampuan untuk mengatasi

stres. Juga pada jurnal pendukung jurnal 11 oleh Anisa Imasya 2019

Setelah dilakukan terapi usic klasik selama 5 kali pertemuan, Partisipan 1

(P1) mengalami penurunan tanda dan gejala RPK dari 11 menjadi 8

sedangkan Partisipan 2 (P2) mengalami penurunan tanda dan gejala RPK

dari 11 menjadi 7. Selain itu, kedua partisipan mengalami peningkatan

kemampuan melakukan terapi usic klasik dari 50% (cukup) menjadi 100%

(baik). Dapat disimpulkan bahwa P2 mengalami penurunan tanda dan

gejala serta mengalami peningkatan kemampuan dalam melakukan terapi

usic klasik lebih banyak dibandingkan P1. Pada jurnal 12 dengan upaya

peningkatan kemanmpuan penelitian Khasan Nur Awaludin mendapatkan

hasil Pada kasus ini ditemukan 2 diagnosa yaitu resiko menciderai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan

dan resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

Telah dilakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan strategi

pendekatan untuk klien prilaku kekerasan. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan didapatkan hasil klien mampu mengontrol perilaku

kekerasan. Pada jurnal 14 Hasil pengaruh teknik relaksasi nafas dalam

terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan menyatakan ada pengaruh

yang signifikan antar tenik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi

klien perilaku kekerasan dengan nilai p=0,000. Pada jurnal 5, dan 17

merupakan penelitian terkait studi kasus Asuhan Keperawatan dengan

metode deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mendesripsikan hasil studi


kasus jurnal 5 peneliti oleh Anggit Madhani 2020 Hasil studi kasus ini

setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif sebanyak 4 kali dalam 1

sesi menunjukan pasien resiko perilaku kekerasan dan jurnal 17 mengenai

studi kasus asuhan keperawatan oleh Silvia Nilam Utari pada tahun 2020

Hasil studi kasus pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang

dilakukan tindakan terapi aktivitas kelompok sesi 1-5 selama 5 hari

didapatkan hasil 80% pasien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasan

dengan kriteria keberhasilan minimal ≥75%. Rekomendasi tindakan

pemberian TAK stimulasi persepsi sesi 1-5 pada pasien dengan resiko

perilaku kekerasan untuk mengontrol perilaku kekerasan.mampu

mengotrol marah. Penelitian jurnal pendukung junal 6 mngenai Study

Fenomena penelian Sujarwo tahun 2018 lalu jurnal penelitian jdan

5mengenai studi fenomenologi tentang stategi penatalaksanaan yang

efektif dalam mengontrol emosi, Kemudian pada jurnal 9 penelti Kandar

pada tahun 2019 meneliti faktor predisposisi dan prepitasi pasien RPK

kemudian jurnal 13 jurnal pendukung penelitian Jek Amidos Pardede

tahun 2018 meneliti tentang beban dengan koping keluarga yang merawat

pasien RPK Hasil yang diperoleh bahwa beban obyektif keluarga

mayoritas sedang 74,7% dan beban subyektif keluarga mayoritas sedang

60,8%, koping keluarga mayoritas adaptif 97,5%. Diketahui bahwa ada

hubungan yang kuat antara beban dengan koping keluarga saat merawat

pasiens kizofrenia yang mengalami perilaku kekerasan (p-value=0,000; p-

value<0,01) dengan nilai beban obyektif correlation coefficient (r)=0,522.


Dan nilai beban subyektif correlation coefficient (r)=0,525. Sedangkan

jurnal 15 meneliti tentang Hubungan tingkat pengetahuan perawat dalam

penerapan SP Hasil : Tingkat pengetahuan perawat di RS. Prof. DR. V.L.

Ratumbuysang Manado responden mempunyai tingkat pengetahuan baik,

yaitu 60 responden (88,2%). Tindakan penerapan strategi pelaksanaan

perawat, strategi pelaksanaan baik, berjumlah 58 responden (85,3%). Hasil

penelitian dilihat dari signifikasi yang <0,05, dan didapatkan hasil p-value

sebesar 0,000. Yang berarti adanya hubungan antara tingkat pengetahuan

perawat dengan penerapan strategi pelaksanaan (sp) pada pasien resiko

perilaku kekerasan (RPK) di RS. Prof. DR. V.L. Ratumbuysang Manado.

Dengan kriteria hubungan yaitu kuat dan searah, artinya semakin tinggi

pengetahuan, maka semakin baik pelaksanaan tindakan strategi

pelaksanaan. Dan pada jurnal 16 peneliti Rizky Novendra meneliti tentang

pengelolaan keperawatan RPK pada pasien Skizofrenia di dapatkan hasil

pengelolaan adalah pasien lebih kooperatif setelah diajarkan cara

mengontrol dengan fisik: yaitu SP 1 relaksasi nafas dalam, SP 2 benar

obat, dan SP 3 verbal sudah teratasi dan SP 4 spritual pasien belum

teratasi.

Dengan demikian terapi Psikoreligi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap penurunan perilaku kekerasan Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan

perilaku kekerasan, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada

respon perilaku pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak
diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan

pada respon verbal pada pasien yang diberi terapi psikoreligi dan yang

tidak diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku

kekerasan pada respon emosi pada pasien yang diberi terapi psikoreligius

dan yang tidak diberi terapi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan

perilaku kekerasan pada respon fisik pada pasien yang diberi terapi

psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius. , Dari sudut

pandang penulis, terapi psikoreligius merupakan terapi psikiatrik setingkat

lebih tinggi daripada psikoterapi biasa.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari 30 jurnal yang dianalisis dapat disimpulkan bahwa pengaruh

terapi religious terhadap pasien resiko perilaku kekerasan sangat efektif

untuk penurunan emosi. Terapi Religius akan membuat tubuh rileks dengan

cara mengaktifkan kerja system saraf parasimpatik dan menekan kerja

system saraf simpatik. Hal ini akan membuat keseimbangan antara kerja

dari kedua system saraf otonom tersebut sehingga mempengaruhi kondisi

tubuh. Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga akan meningkatkan

vaskularisasi otak, meningkatkan faktor neutropik yang berperan sebagai

neuroprotektif dan meningkatkan level dopamine dan serotonin. Serotonin

dieksresikan oleh nucleus menuju radiks dorsalis medulla spinalis dan

menuju hipotalamus Pelepasan serotonin di area nuclei anterior dan nuclei

ventromedial hipotalamus menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.

Terapi religious yang dapat di lakukan antara lain :

a) Terapi menggunakan Dzikir

b) Terapi menggunakan Istighfar

c) Terapi mendengarkan Asmaul Husna

d) Terapi dengan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an,

e) Terapi dengan membaca Al-Fatihah


f) Terapi Dzikir menggunakan jari tangan kanan

g) Terapi spiritual Air Wudhu.

B. Saran

1. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan sebagai

referensi dan dapat di gunakan sebagai sumber pustaka bagi

mahasiswa dalam pengembangan penelitian keperawatan.

2. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi

dasar bagi penelitian sejenis selanjutnya.

3. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Studi Literature ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

dan referensi bagi petugas kesehatan khususnya bagi perawat dalam

mengatasi pasien yang mengalami hipertensi. Serta perawat mampu

memberikan pendidikan, arahan dan informasi kepada keluarga

tentang bagaimna cara untuk menurunkan emosi pada pasien resiko

perilaku kekerasan, sesuai dengan peran perawat sebagai educator.


DAFTAR PUSTAKA

Ika Fitriana (2017). PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENGONTROL

MARAH DENGAN SPIRITUAL : PSIKORELIGIUS PADA KLIEN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN. elib.stikesmuhgombong.

Teguh Pribadi (2019). TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN

PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA.

academia.edu.

Slamet Wahyudi (2017) PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP

PENURUNAN GEJALA PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN

SKIZOFRENIA

Ahmad Haryo Prabowo (2018) PENERAPAN TERAPI PSIKORELIGI

(ISTIGHFAR) GUNA MENURUNKAN EMOSI PADA PASIEN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK).

Handina Nurul Prastika (2019) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN FOKUS

STUDI MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA.

Dwi Aryani Sulistiyowati (2014) PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP

PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA


Sri Mardianti Sri Mardiati, Veny Elita, Febriana Sabrian (2017) PENGARUH TERAPI

PSIKORELIGIUS: MEMBACA AL FATIHAH TERHADAP SKOR

HALUSINASI PASIEN SKIZOFRENIA

Ahmad Alifudin. Dwi Heppy Rochmawati Purnomo (2016) PENGARUH

MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Fajar Budianto (2016) PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI: DZIKIR AL MA´SURAT

TERHADAP KLIEN PERILAKU KEKERASAN

Ernawati, Samsualam, KSuhermi (2020) PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI

SPIRITUAL TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL

PERILAKU KEKERASAN

Arif Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019)TERAPI PSIKORELIGIUS

DZIKIR MENGGUNAKAN JARI TANGAN KANAN PADA ORANG

DENGAN GANGGUAN JIWA

Ika Kusuma Wardhani1, Anis Prabowo2, Grahita Bara Brilianti3(2020) EFEKTIFITAS

TERAPI SPIRITUAL WUDHU UNTUK MENGONTROL EMOSI PADA

PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Laela dewi saputri, Dwi Heppy (2015)Sawab PENGARUH TERAPI SPIRITUAL

MENDENGARKAN AYAT SUCI ALQURAN TERHADAP KEMAMPUAN

MENGONTROL EMOSI PADA PASIEN RESIKO PERILAKU

KEKERASAN

I Made Eka Santosa, Yahya Ulumuddin (2018). PENGARUH TERAPI

RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP KEMAMPUAN


MENGONTROL MARAH PADA PASIENDENGAN PERILAKU

KEKERASAN.

Kandar, Dwi Indah Iswanti (2019). FAKTOR PREDISPOSISI DAN

PRESTIPITASI PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN.

Armelia Tri Pangestika, Dwi Heppy, Rochmawati Purnomo (2015). PENGARUH

RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KEMAMPUAN

MENGONTROL MARAH PADA PASIEN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN.

Annisa Ismaya1, Arnika Dwi Asti (2019). PENERAPAN TERAPI MUSIK

KLASIK UNTUK MENURUNKAN TANDA DAN GEJALA PASIEN

RESIKO PERILAKUKEKERASAN.

khsan nur awaludin (2016). UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENGONTROL EMOSI DENGAN CARA FISIK PADA

KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN.

Jek Amidos Pardede, Laura Mariati Siregar, Merius Halawa (2018). BEBAN

DENGAN KOPING KELUARGA SAAT MERAWAT PASIEN

SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI PERILAKU KEKERASAN.

Ria Desinta Sari, Weni Hastuti, Ika Kusuma Wardani (2019). UPAYA

RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH

PADA PASIENRESIKO PERILAKU KEKERASAN


Durado, Nadya, Wetik, Syenshie, Lamonge, Annastasia.(2018). HUBUNGAN

TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA PASIEN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Rizky Novendra Ana Puji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kes. PENGELOLAAN

KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK) PADA

TN. A DENGAN SKIZOFRENIA

Silvia Nilam Untari1, Irna Kartina (2020). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Anda mungkin juga menyukai