TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya,
penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019-nCoV.’ Virus COVID-19
adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa .(WHO,
2020)
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars- CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
dari kucing luwak. civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID- 19 ini masih belum
pneumonia dan gagal paru. Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada Desember
2019 di Kota Wuhan, ibukota Hubei, Cina. COVID-19 disebabkan oleh virus
corona jenis baru (novel coronavirus) yang dikenal sebagai Severe Acute
berasal dari virus corona yang ditularkan dari hewan ke manusia, seperti SARS-
demam, batuk kering, kelelahan, mialgia, dan dispnea. Di Cina, 18,50% dari pasien
yang menderita COVID-19 akan berkembang ke tahap yang parah, yaitu ditandai
metabolik yang sulit ditangani, serta gangguan perdarahan dan pembekuan darah
2.1.2 Epidemiologi
dikenal dengan COVID-19 adalah penyakit yang baru dan telah menyebar dengan
cepat dari Wuhan (provinsi Hubei) ke provinsi lain di Cina dan seluruh dunia
Indonesia mencapai jumlah 1.414 kasus dengan 122 (8.6%) pasien meninggal.
sebesar 37,840 (4.5%). Secara umum, COVID-19 adalah penyakit akut yang bisa
sembuh tetapi juga mematikan, dengan case fatality rate (CFR) sebesar 4%.
dengan berat. Onset penyakit yang berat dapat menyebabkan kematian karena
al, 2020)
2019 hingga 29 Desember 2019, lima pasien diverifikasi di rumah sakit dengan
gejala klinis gangguan saluran napas akut dan salah satu dari pasien ini meninggal.
Pada 2 Januari 2020, sebanyak 41 pasien di rumah sakit telah diverifikasi memiliki
virus ini juga bergantung apakah pasien memiliki penyakit yang mendasarinya,
2020).
Pada 27 Februari 2020, menurut data terbuka dari CDC Cina yang ditunjukkan
dikonfirmasi dan 2858 kematian secara global. Total tingkat fatalitas kasus adalah
3,46% seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, Karena COVID-19 dimulai dari
Wuhan, ibu kota provinsi Hubei dengan populasi besar hampir 14 juta orang,
58,3% kasus terjadi di Wuhan. Sebanyak 1932 petugas kesehatan telah terinfeksi di
Wuhan saja, yang membanjiri sistem kesehatan setempat dan menghasilkan tingkat
fatalitas kasus tertinggi (4,42%). Tidak termasuk provinsi Hubei, seluruh Cina
memiliki 13.045 kasus, 109 kematian (0,84%). Di luar Cina, COVID-19 telah
(1,83%). Secara keseluruhan, tingkat fatalitas kasus COVID-19 sejauh ini jauh
lebih rendah daripada SARS (9,6%) atau MERS (34,5%).(Wang et al, 2020)
bagian Amerika Serikat berikut: Arizona (satu kasus), California (delapan), Illinois
(dua), Massachusetts (satu), Washington (satu), dan Wisconsin (satu). Dua belas
dari 14 kasus ini terkait dengan perjalanan ke Tiongkok, dan dua kasus terjadi
melalui penularan dari orang ke orang untuk menutup kontak rumah tangga
mereka yang kembali dari provinsi Hubei, Cina (tiga), dan dari kapal pesiar Putri
Amerika Serikat dan tidak ada kematian yang dilaporkan di Amerika Serikat.
COVID-19 yang dikonfirmasi. Pada 29 Maret 2020, kasus ini meningkat menjadi
1.285 kasus di 30 provinsi. Lima provinsi tertinggi dalam 19 kasus adalah Jakarta
(675), Jawa Barat (149), Banten (106), Jawa Timur (90), dan Jawa Tengah (63)
terjadi cukup cepat dan telah terjadi penyebaran antar negara. Menanggapi hal itu,
2.1.3 Etiologi
virus tersebut berbagi identitas urutan 88% dengan dua coronavirus akut yang
mirip kelelawar (SARS) yang diturunkan kelelawar. Ada empat protein struktural
utama yang dikodekan oleh genom koronaviral pada amplop, salah satunya adalah
spike protein (S) yang berikatan dengan reseptor enzim pengonversi angiotensin 2
(ACE2) dan memediasi fusi selanjutnya antara pembungkus sel dan sel inang untuk
membantu entri virus ke dalam sel inang. Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi
kemudian, WHO menyebut penyakit yang disebabkan oleh coronavirus ini sebagai
ditransmisikan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar lainnya yang dijual
mahkota di bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah Latin untuk mahkota)
besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan, enterik, hati, dan
neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi, kucing, dan
kelelawar. Sampai saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi
perkiraan menunjukkan bahwa 2% dari populasi adalah pembawa CoV yang sehat
dan bahwa virus ini bertanggung jawab atas sekitar 5% hingga 10% dari infeksi
Mereka dapat menimbulkan pilek dan infeksi pernafasan atas yang sembuh sendiri
kekebalan dan orang tua, infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat
Penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki,
dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis
kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif
yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan
angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat.
Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC) mengemukakan bahwa belum
ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau negatif obat golongan
ACE-i atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan
pengobatannya. (Erni, 2020) Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu
rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam
satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko
rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di
Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari 3.300
tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%. (Susilo et al, 2020)
Manifestasi klinis pada pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis. Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi
akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal,
atau sakit kepala. Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan
gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit
diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. (Susilo et al, 2020)
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari
sepsis, hingga syok sepsis (Rothan & Byrareddy, 2020). Sekitar 80% kasus tergolong
ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke
dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui.
Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
Gejala ringan yang dialami pasien dengan infeksi akut saluran napas atas
tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa
sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala.
Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit
(2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal (Susilo, et al., 2020).
gejala- gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit
diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40% demam
pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara 34%
Perjalanan penyakit dimulai dari masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit
menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus
menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi
ACE-2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya
ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal.
Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit
menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika
tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin
yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya (Susilo, et al., 2020).
al., 2020).
Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Salah satu kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat
yang sahih adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus pada
rRT-PCR sebagai baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu mempertimbangkan
IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala,
sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini
serologi masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor
Pemeriksaan Virologi
SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S,
2020).
b. Orang dengan demam (≥38℃) atau riwayat demam atau ISPA dan
gejala.
2.1.8 Pencegahan COVID-19
wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang
berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical distancing),
yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
3. Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
wisata.
6. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung/
fasilitas lainnya.
8. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
dengan mereka.
1. Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu
2. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas bagian
dalam.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi Yang, et al.
(2020) menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak terbatas
ARDS, melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas
kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang
19 adalah pankreatitis, miokardtis fulminan, dan kerusakan hati (Susilo, et al., 2020).
2.1.10 Tatalaksana
Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi pasien
harus diajarkan langkah pencegahan transmisi virus. Isolasi di rumah dapat dikerjakan
sampai pasien mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut- turut dengan
interval pengambilan sampel minimal 24 jam. Bila tidak memungkinkan, maka pasien
diisolasi hingga dua minggu setelah gejala hilang. (Susilo, et al., 2020)
dimonitor atau ada keluarga yang dapat merawat; tidak ada komorbid seperti jantung,
paru, ginjal, atau gangguan sistem imun; tidak ada faktor yang meningkatkan risiko
mengalami komplikasi; atau fasilitas rawat inap tidak tersedia atau tidak adekuat.
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu pengetahuan
penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi dasar. (Susilo, et al.,
2020)
Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin guna
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah berkontak dengan
pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas kesehatan. Bagi
berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi SARS- CoV-2 dan
setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari
bantuan jika keluhan memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi meliputi
pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar. (social distancing)
proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun
dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin,
melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai
kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter.
Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau mulut dengan
dapat menjadi portal masuk. Terakhir, pastikan menggunakan tisu satu kali pakai
Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat memperbaiki daya
tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas. Beberapa di antaranya adalah berhenti
suplemen.
2.1.11 Diagnosis
Kasus probabel didefinisikan sebagai PDP yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi
tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien COVID- 19 (Susilo,
et al., 2020).
Tabel 2.1 Definisi operasional PDP dan ODP (Susilo, et al., 2020)
Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung secara fisik
tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas, atau
rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien dalam pengawasan
(kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi (kontak erat risiko tinggi).
Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14
“tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
2018).
Pengetahuan tentang penyakit COVID- 19 merupakan hal yang sangat penting agar
menentukan perilaku terhadap objek tertentu (Novita dkk, 2018) sehingga akan
pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih
dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga
menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan.
harus mengenal, mempelajari dan memahami segala aspek dari penyakit COVID-19
memiliki kaitan yang erat dengan keputusan yang akan diambilnya, karena dengan
2016)
ketidakpatuhan adalah kondisi ketika individu atau kelompok berkeinginan untuk patuh,
tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat kepatuhan terhadap saran tentang kesehatan
Sedangkan ketidakpatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang dan atau pemberi
asuhan sejalan atau tidak sejalan dengan rencana promosi kesehatan atau rencana
terapeutik yang disetujui antara orang tersebut (atau pemberi asuhan) dan professional
2.4 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
utamanya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu yang diketahui atau disadari
oleh seseorang.
adalah segala sesuatu yang kita mengerti setelah melihat dan mengenal suatu objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan
tingkat yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang
yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,
2. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek NOR
tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan
4. Analisis (Analysis)
dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang telah sampai pada tingkat ini adalah jika orang tersebut dapat
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
dipengaruhi oleh :
1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
2) Tingkat Pendidikan
3) Pekerjaan
responden yang tidak bekerja. Selama ini disebabkan karena yang bekerja
4) Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
5) Fasilitas
buku.
6) Sosial Budaya
sesuatu.
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden. Jika ingin mengubah perilaku masyarakat dari
perilaku negatif maka masyarakat harus diberi pengetahuan yang baik. Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat mejadi tiga
tingkatan yaitu :
Menurut Notoatmodjo (2014) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
derajat sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, namun
objek atau stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dan manifestasinya
tidak dapat dilihat langsung, namun hanya bisa ditafsirkan oleh perilaku yang tertutup
tersebut.
tindakan dan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Dalam hal ini dapat disimpulkan sikap merupakan sesuatu yang abstrak, dapat
didasarkan pada keyakinan yang ada pada setiap individu (berkaitan dengan kognitif
attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran keyakinan,
1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
Keinginan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
individu adalah orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman
3) Pengaruh kebudayaan
4) Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.
Kedua lebaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
dari sikap.
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu harus bertanggung jawab terhadap proses perawatan dan
pengobatan anak yang mengalami thalasemia dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologisnya.
Menurut Azwar (2012) Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling
menunjang yaitu :
1) Komponen Kognitif
2) Komponen Afektif
3) Komponen Perilaku/Konatif
Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau suatu kesatuan dari
yang menetap pada diri individu yang dapat menjelmakan suatu penilaian positif
atau negatif. Penilaian tersebut disertai dengan perasaan tertentu yang mengarah
sikap dengan skala Likert. Sikap dapat diukur dengan metode rating yang
penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pertanyaan tidak dditentukan oleh derajat
favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju
dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji
asumsi, yaitu :
1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan
2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden
itu termasuk.
Menurut Azwar (2012) Jika total skor yang didapat lebih besar dari
nilai mean maa mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif.
Sebaliknya jika total skor yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka
pencegahan Covid-19
Wonosobo. menunjukkan
pengetahuan masyarakat
0,047
Responden penelitian ini
berakhir.
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen tahun 1964, seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
Model adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan. Roy
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang
utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manusia selalu di hadapkan berbagai persoalan yang
Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan
fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri keadaan lingkungan sekitarnya
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan
keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu
sistem.
1. Manusia
a. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem
Adapun karakteristik sistem menurut Roy adalah input, output, control dan
feed back.
b. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang
dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus
dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu,
tertinggi.
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
Sesuai dengan tujuan penelitian maka hubungan antar variabel dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sikap Pencegahan:
Pengetahuan Masyarakat
1. Pembatasan Interaksi
Fisik dan Pembatasan
Sosial
2. Menerapkan Etika
Teori Model
Batuk dan Bersin
Keperawatan
Callista Roy :
Faktor yang Adaption
mempengaruhi : Model
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. pendidikan
Positif
Pengetahuan Sikap
tentang pencegahan
Covid-19 Covid-19 Negatif