Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah komunitas

Disusunoleh

Enjang Sahrul 0105.17.012

PRODI PENDIDIKAN NERS

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI TAHUN AKADEMIK

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Keperawatan Komunitas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

CIMAHI 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunitas merupakan suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan


dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common
interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai territorial. Istilah
komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah dusun
(dukuh atau kampung), desa, kota, suku, dan atau bangsa. Dalam perspektif sosiologi,
komunitas dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (Society) melalui kedalaman
perhatian bersama (A Community of Interest) atau tingkat interaksi yang tinggi (An
Attachment Community. Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama
(Common Needs) (Dermawan, 2012)

Menurut Deden Dermawan (2012), komunitas adalah sebagai sekumpulan


orang saling bertukar pengalaman penting dari hidupnya. Komunitas adalah sebagai
suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata dan yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas
suatu komunitas.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan Pondok Pesantren
Amanatul Ummah Surabaya?

2. Apa saja masalah kesehatan yang sering dialami oleh santri di Pondok Pesantren
Amanatul Ummah Surabaya?
1.3 Tujuan

a. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan santri secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian pola hidup bersih dan sehat oleh santri di
lingkungan pondok pesantren
2) Meningkatnya kemampuan para santri di ponpes Amanatul Ummah
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan
3) Observasi kepada para santri tentang perilaku hidup bersih dan sehat
dan anjuran untuk menerapkan agar tidak terjadi kasus penyakit kulit,
diare, dll
4) Masalah kesehatan di ponpes setidaknya bisa diminimalkan
1.4 Manfaat
a. Pondok pesantren
Untuk meningkatkan pengetahuan santri tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.
b. Mahasiswa praktik
Untuk meningkatkan pengetahuan dan skill dalam melakukan keperawatan
komunitas pesantren.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Definisi PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat (Depkes RI, 2007)

PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk


menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun
pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2007)

1.2. Tujuan PHBS


a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan diri untuk
melaksanakan PHBS
b. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat
1.3. Manfaat PHBS
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungan bersalin (tubulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans
desa dan lain-lain
1.4. Manajemen PHBS
a. PHBS bidang gizi dan farmasi
Misal:
1) Makan dengan gizi seimbang
2) Minum tablet Fe saat hamil
3) Memberi bayi ASI eksklusif
4) Mengkonsumsi garam beryodium
5) Memberi kapsul vitamin A
b. PHBS bidang KIA dan KB
1) Memeriksakan kehamilan
2) Persalinan ditolong NAKES
3) Menimbang balita regular
4) Mengimunisasi lengkap balita
c. PHBS bidang penyakit dan kesehatan lingkungan
1) Menghuni rumah sehat
2) Menggunakan air bersih
3) Ada SPAL
4) Menggunakan jamban sehat
d. PHBS bidang pemeliharaan kesehatan
1) Punya jaminan pemeliharaan kesehatan
2) Aktif mengurus UKBM/sebagai kader
3) Memanfaatkan PUSKESMAS/sarana kesehatan lain
e. PHBS bidang gaya hidup sehat
1) Tidak merokok di dalam rumah
2) Melakukan aktivitas fisik/olahraga
3) Makan sayur dan buah
1.5. Indikator dan definisi operasional PHBS

Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan rumah


tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7
indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut (Sitinjak,
2011) :

a. Indikator PHBS di rumah tangga


1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya).
2) Bayi diberi ASI eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan.
3) Penimbangan bayi dan balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada dalam konsdisi gizi
kurang atau gizi buruk.
4) Mencuci tangan dengan air dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada
saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa
menimbulkan penyakit.
Sabun dapat mengikat lemak, kotoran dan membunuh kuman. Tanpa
sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
5) Menggunakan air bersih
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci
pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari penyakit.

6) Menggunakan jamban sehat


Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher
angsa dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai
penampung akhir.
7) Rumah bebas jentik
Adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
b. 3 indikator Gaya Hidup Sehat:
1) Makan buah dan sayur setiap hari
Anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal
3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
2) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas
fisik 30 menit setiap hari.
3) Tidak merokok dalam rumah
Anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok di
dalam rumah ketika berada bersama dengan anggota keluarga yang
lainnya.
c. Indikator PHBS di sekolah
1. Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
1.6. Klasifikasi PHBS
PHBS terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi pratama atau klasifikasi I, yaitu keluarga melakukan
sampai 3 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
2. Klasifikasi madya atau klasifikasi II, yaitu keluarga melakukan 4
sampai 5 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
3. Klasifikasi purnama atau klasifikasi III, yaitu keluarga melakukan 6
sampai 7 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
4. Klasifikasi mandiri atau klasifikasi IV, yaitu keluarga melakukan 8
sampai 10 indikator dari 10 indikator PHBS yang ada
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D,
Jkt, 2002).

Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari
14hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali
atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
2.2 Jenis-jenis Diare
1.      Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2.      Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke
orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh
diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.

3.      Diare Persisten


Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten
samadengandiareakut.
2.3 Penyebab Diare
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
2.4  Patofisiologi Diare
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1.      Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2.      Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
3.      Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang
benar.
4.      Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

2.5 Tanda dan Gejala


Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
1.      Muntah
2.      Badan lesu atau lemah
3.      Panas
4.      Tidak nafsu makan
5.      Darah danlendirdalamkotoran.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.1. KASUS
Seorang santri ALBIDAYAH datang ke poskestren dengan keluhan gatal –
gatal pada daerah punggung dan tangan sejak 2 hari, dari hasil pemeriksaan santri
tersebut terdiagnosa cacar. Menurut hasil wawancara ia terkena caacar karena
kebersihan dari air mandi di kamar mandi kurang bersih dan jarang dibersihkan,
tidak hanya itu terkadang santri bergantian handuk hingga baju dengan teman
yang lainnya. Setelah dilakukan kunjungan di beberapa kamar asrama baik putra
maupun putri ternyata masih banyak santri yang mengeluh sakit perut
dikarenakan ada yang mengidap penyakit maaag, diare. Beberapa santri
mengatakan penyakit ini datang karena keterlambatan dari pihak pondok untuk
menyiapkan makanan dan juga kurangnya kebersihan dari pengolahan makanan
seperti dapur yang kotor serta nasi yang basi. Tidak hanya itu, ketika makan,
makanan yang disajikan dalam bentuk nampan sehingga makanan dalam satu
nampan dimakan secara berkelompok hal ini mengakibatkan jika salah satu santri
mengidap penyakit menular maka otomatis santri yang lain juga tertular.

2.2. PENGKAJIAN
A. Data Inti
1. Geografi
a. Wilayah : Cangkorah
b. Luas : ± 2090 m2
c. Batas Wilayah
(1) Utara : Pondok ALBIDAYAH
(2) Selatan : MTS AL BIDAYAH
(3) Barat :Mesjid AL-BIDAYAH
(4) Timur : MA AL - BIDAYAH
2. Demografi
a. Jumlah Santri : 180
b. Jumlah Santri laki-laki : 80
c. Jumlah Santri perempuan : 100
d. Demografi fokus pada santri dengan Phbs, Skabies, dan Diare

Hasil wawancara :

1) Santri mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang


penerapan perilaku hidup bersih sehat
2) Santri laki-laki mengatakan sering mengalami gatal-gatal pada
kulit, sedangkan santri perempuan sering mengalami sakit perut.
B. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
a. Bangunan pondok pesantren
Tipe perumahan di pondok pesantren AL BIDAYAH semuanya
adalah tipe permanen, jenis lantai pada semua pondok pesantren
adalah kramik. Hampir ada ventilasi pada pondok pesantren meskipun
hanya beberapa, pencahayaan pada siang hari di pondok pesantren
sebagian terang, remang – remang dan ada juga yang daerahnya tidak
ada cahaya atau gelap, jarak antar kamar di pondok pesantren
berhimpitan atau bersatu, ukuran kamar santri 7mx5m yang dihuni ±
10 santri serta beralas tikar.
b. Sumber Air Bersih
a) Sumber Air bersih untuk masak dan minum
Sumber dari air sedniri menggunakan PDAM dan sumber air
untuk masak dan minum menggunakan air isi ulang
b) Sistem pengolahan air minum
Air dari isi ulang, tidak di masak
c) Kondisi air
Kondisi air di lingkungan pondok pesantren AL BIDAYAH
sebagian tidak berwarna tetapi airnya berasa. Tidak ada jentik
dalam penampungan air

c. Pola hidup sehari – hari


Kurang adanya kamar mandi santri hampir hanya 1 kali dalam
sehari untuk mandi dan jarang sekali santri mandi dalam sehari
mandi 2 kali atau 3 kali. Pakaian yang dipakai santri .hanya sekali
dalam sehari untuk ganti pakaian bahkan terkadang pakaian atau
baju tak jarang digunakan secara bergantian dengan baju yang
sama, jenis pakian santri adalah longgar dan tidak tipis atau pun
ketat. Pakaian dalam diganti dalam sehari hanya satu kali. Handuk
yang dipakai untuk mandi dijemur didalam kamar tanpa terkena
sinar matahari dan dibiarkan begitu saja dan sering untuk dibuat
secara bergantian dari teman satu keteman yang lainnya.kebiasaan
mnecuci pakaian ini semuanya dilaudry jadi satu tetapi ada yang
santri mencuci pakaian menggunakan tangan.
d. Pembuangan sampah
Jenis tempat sampah yang digunakan yaitu plastik untuk
menampung sampah kering. Pengolahan sampah secara ditimbun
dalam keadaan tertutup.
e. Pembuangan limbah
Kebiasaan santri melakukan BAK dan BAB di jamban/WC. Jenis
jamban yang digunakan yaitu jamban jongkok dengan sistem
pembuangan resapan.
2. Komunikasi
a. Pernah memperoleh informasi kesehatan
Santri dipondok pesantren ALBIDAYAH ini sebagian pernah
memperoleh informasi kesehatan, sedangakan santri baru masih
belum mendapatkan informasi kesehatan.
b. Sumber informasi kesehatan meliputi
a) Media cetak
b) Tim tenaga kesehatan
c) Media elektronik
d) Teman/keluarga

c. Metode informasi kesehatan yang diperoleh meliputi :


a) Penyuluhan
b) Demonstrasi cuci tangan teknik 6 langkah
c) Poster / Leaflet
d) Dan sebagian dari pengetahuan pendidikan di sekolah
e) Pemutaran video/film
3. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pondok pesantren ALBIDAYAH memiliki fasilitas pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial berupa UKS dan Balai Pengobatan Klinik. Banyak
santri yang sering mengalami penyakit atau kondisi sakit kemudian
mendapatkan pengobatan di klinik serta istirahat yang cukup di UKS.
4. Pendidikan
Di Pondok Pesantren AL BIDAYAH merupakan sebuah yayasan dimana
juga terdapat sekolah MTS, MA, Unggulan. Karena selain mendapatkan
ilmu/pendidikan di pesantren, santri juga bisa mendapat ilmu di sekolah.
Letak sekolah juga tidak jauh dengan Pondok Pesantren dimana itu akan
menjadi sebuah keefektifan untuk menempuh pendidikan.
5. Keamanan dan Keselamatan di Lingkungan
Lingkungan pondok pesantren cukup besar dan bertingkat. Selain itu,
juga dekat dengan pemukiman warga sehingga akan mudah sekali
bersosialisasi dengan warga terkait keamanan lingkungan.
6. Politik dan Kebijakan Pemerintah Terkait Kesehatan
Di Pondok Pesantren sudah tersedia tempat pelayanan kesehatan berupa
klinik dan UKS, sehingga masyarakat pondok pesantren terutama para
santri bisa sangat mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi untuk para santri di lingkungan pondok pesantren
sangat terjangkau, misalnya pada harga jajan, harga kebutuhan yang ada
di koperasi. Tetapi selain itu pesantren juga menyediakan makan
sehingga meminimalkan para santri untuk jajan diluar.
8. Rekreasi
Tiap angkatan dari para santri juga mengadakan rekreasi atau sistem
pembelajaran diluar lingkungan pesantren maupun lingkungan sekolah.
Sarana juga disediakan oleh pihak pesantren dengan biaya yang cukup
terjangkau.

Masalah Kesehatan yang Ada di Pondok Pesantren AL- BIDAYAH

NO MASALAH MASALAH MASALAH MASALAH


KESLING PHBS GIZI SARANA
1. Sampah yang Sisa makanan Makanan yang Tempat lemari
berserakan di yang berserakan kurang masak yang sempit
lingkungan pondok di asrama sehingga sulit
pesantren untuk
dibersihkan
2. Kasur, bantal dan Sebelum makan Masak beras Kamar mandi
guling tidak pernah jarang santri untuk yang tidak bersih asrama tidak
dijemur bercuci tangan sesuai dengan
jumlah penghuni
3. Lantai asrama basah Buang sampah Mengambil porsi Tempat
atau terasa lengket tidak pada makanan yang masak/dapur
tempatnya tidak sesuai umum kurang
lebar dan jarang
dibersihkan
4. Di aula asrama putri Pakaian yang Menu makanan Tempat rak
banyak sampah dan sudah terpakai kurang bervariasi sepatu tidak
barang seperti bergantungan di sesuai dengan
mukenah, sajadah dalam kamar jumlah penghuni
tidak dirapikan asrama sehingga
berserakan
5. Bak mandi jarang di Sabun saling Kurang adanya
kuras bergantian cahaya yang
masuk di pondok
6. Kamar mandi Mukenah dan
berlumut dan terasa sarung sering
licin digunakan secara
bergantian
7. Pakaian dijemur Minu segelas
didalam ruangan berdua atau lebih
8. Air tergenang diluar Menghidangkan
kamar mandi makanan tidak
ditutup
9. Pakaian dijemur
di dalam asrama

2.3. Analisa data

N0. Masalah
\Data subyektif Data objektif
kesehatan
1. DS: DO: Deficit kesehatan
1. Santri Pondok Pesantren 1. Angka komunitas
AL-BIDAYAH kesakitan 18
mengatakan belum terlalu santri
mengetahui mengenai merasakan
penyakit diare serta gatal-
penatalaksanaan penyakit gatal, ,sedangk
kulit seperti gatal-gatal. an diare 5
2. Santri pondok pesantren santri.
AL-BIDAYAH
mengatakan banyak siswi
yang mengalami diare
sedangkan siswa
mengatakan gatal-gatal
dikulit.

2.4. Prioritas Masalah Keperawatan

No prioritas Diagnosa
1. Defisit kesehatan komunitas

1.5. Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

No
NOC NIC
Dx
1. Perilaku promosi kesehatan Pendidikan kesehatan :
Tindakan pribadi untuk memahami, 1. Menggunakan rekan
menumbuhkan dan meningkatkan pemimpin, guru, dan
informasi yang dibutuhkan untuk kelompok-kelompok
meningkatkan kesehatan yang optimal pendukung dalam
dari Skala 3 (Kadang- Kadang ) menjadi melaksanakan program-
skala 5 (Secara Konsisten) program kesehatan.
Dengan Indikator Sebagai Berikut : 2. Melibatkan individu,
1. Menunjukkan perilaku keluarga, dan kelompok
kesehatan secara konsisten dalam perencanaan dan
pelaksanaan rencana untuk
gaya hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
PHBS merupakan masalah perilaku yang sering disepelehkan oleh
manusia terutama pada santri di pondok pesantren. Pada dasarnya mereka
itu sangatlah faham tentang perilaku hidup bersih dan sehat akan tetapi
karena sarana dan prasarana menyebabkan mereka tidak bisa menjalankan
perilaku hidup bersih dan sehat ini secara maksimal. Dan secara tidak
langsung sumber-sumber penyakit banyak tumbuh pada lingkungan sekitar
pondok. Penykut yang sering muncul adalah penyakit scabies dan diare,
dikarenakan penyakit ini memiliki pengaruh amat besar dari perilaku hidup
bersih dan sehat.

Pondok pesantren AL-BIDAYAH sendiri masih banyak memerlukan


dukungan untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Pada dasarnya
pondok pesantren ini msudah memiliki poskestren akan tetapi dalam
pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat masih banyak mengalami
kendala. Untuk itu mahasiswa membantu mengembangkan program
poskestren tersebut melalui penyuluhan serta menekankan pada santri untuk
terus melakukan hidup bersih dan sehat karena semua penyakit tidak akan
timbul apabila hidup bersih dan sehat tetap dijalankan

Anda mungkin juga menyukai