Disusun Oleh :
Kelompok 3
Muhammad Anwar Ansori
Iffa Agesti
Leni Yulistiani
Lulu Nurjamjam
Melani Agustina
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya tidak
dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang menyatu
dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam
menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang merupakan “the caring profession”
mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan
di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-
sosial-spiritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan
selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding
pelayanan lainnya (Herni 2016).
Perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien yang tidak
hanya mempunyai harapan untuk sembuh saja, tetapi perawat juga membantu pasien
dapat meninggal dengan tenang, kondisi tersebut memerlukan bantuan tenaga perawat
yang selalu mengobservasi dan mengintervensi secara berkala selama 24 jam.Dengan
demikian perawat ruang rawat inap dituntut untuk melakukan suatu tindakan yang tepat
sesuai dengan kondisi pasien dan tingkat ketergantungan serta dengan waktu seefektif
mungkin sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dilaksanakan
secara optimal.
Dalam mencapai peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di setiap ruang rawat
inap akan dipimpin oleh seorang manajer yaitu kepala ruangan yang mempunyai tugas
dalam mengkreasikan berbagai keadaan lingkungan dan teknik efektif dalam mencapai
tujuan pemenuhan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan terhadap pasien, serta
mampu melaksanakan manajemen operasional pengelolaan pelayanan keperawatan.
Pengelolaan pelayanan yang dilakukan menggunakan pendekatan manajemen
keperawatan yaitu melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan dan pengendalian. Metode proses keperawatan merupakan suatu pendekatan
penyelesaian masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan melalui
pengkajian keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
2
pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan dan dokumentasi
asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2014). Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkun bagi individu, keluarga dan
masyarakat.
Instalasi Rawat Inap menyelenggarakan pelayanan keperawatan kepada klien
dengan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dengan model
asuhan Metode Pemberian Keperawatan Profesional (MPKP). Asuhan pelayanan
keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus. Ruang rawat merupakan salah satu
pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua
tim kesehatan dimana semua tenaga kesehatan termasuk perawat bertanggung jawab
dalam mengatasi masalah kesehatan klien.
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
(Ratna sitorus & Yulia, 2006). Pada model praktik keperawatan professional harus
mampu memberikan asuhan keperawatan professional, untuk itu diperlukan penataan 5
komponen utama manajemen pelayanan keperawatan yang terdiri dari Man, Money,
Methode, Material dan Market.
Mengingat peran keperawatan yang sangat signifikan dalam menentukan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit maka perawat harus mampu memberikan pelayanan
yang profesional dan berkualitas. Untuk mencapai harapan tersebut maka diperlukan
suatu pengelolaan keperawatan yang efektif dan efisien melalui suatu proses manajerial
yang dikenal sebagai manajemen keperawatan.
Perawat manajer dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh,
sehingga pelayanan yang di berikan dapat meningkatkan kualitas dan mutu serta
kepuasan pelangggan. Kemampuan manajerial dapat dimiliki dengan berbagai cara,
salah satunya dapat di tempuh dengan meningkatkan keterampilan melalui pendidikan
3
dan aplikasi di lahan praktek. Oleh karena itu diperlukan praktek manajemen
keperawatan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama pendidikan.
Hal inilah yang menjadi latar belakang di buatnya “ Laporan Analisis Situasi
Manajemen Keperawatan di Ruang Zaitun 2 RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat
“.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan dan
model asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MPKP yang di
jalankan Ruang Zaitun 2 RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengetahui dan memahami proses manajemen keperawatan dari mulai
pengkajian sampai evaluasi
b. Mengetahui cara penghitungan bobot penentuan prioritas masalah yang muncul
c. Mengetahui cara pembuatan dan membuat Plan Of Action untuk menjawab
masalah-masalah yang muncul
d. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan untuk mengatasi
masalah yang ada
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun
rencana stategi.
4
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan profesional di ruang Zaitun 2
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diidentifikasi masalah-
masalah yang ada di ruang zaitun 2 , yang berkaitan dengan pelaksanaan
manajemen keperawatan sehingga di peroleh rencana startegis untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan meningkat
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan Zaitun 2 di RSUD
Al Ihsan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Manajemen
1. Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai
tujuan yang telah di tetapkan dengan seefesien mungkin (H. Weihrich dan H. Koontz,
dalam buku Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2012).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi.Didalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planing, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey 2005 dalam
Nursalam, 2011).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajeman adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planing), perencanaan merupakan :
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas
pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (Actuating),
Menggerakan orang-orang agar mau/suka bekerja.Ciptakan suasana bekerja
bukan hanya karena perintah, tetapi harus kesadaran sendiri, termotivasi.
d. Pengendalian/pengawasan (Controling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,
apakah orang-orangnya, cara dan waktu yang tepat. Pengendalian juga berfungsi
agar kesalahan segera diperbaiki.
6
e. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan fase tertentu setelah kegiatan.
8
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam
bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal
maupun secara vertikal (Swansburg, 1999).
g. Perubahan (Change)
Proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang berbeda dari
sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan di dalam manajemen keperawatan
perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan dilayani.
9
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Pelayanan kesehatan menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian
besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.Keperawatan
merupakan disiplin praktek klinis.Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya
memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi :
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
10
Merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep
manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan
masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat yang dibutuhkan pasien.
11
dalam meningkatkan kualitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Fungsi perawat adalah melakukan pengkajian atas kondisi individu
baik sehat maupun sakit, dimana segala aktivitas yang dilakukan berguna
untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, aktivitas
ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien
secepat mungkin, yaitu dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari
tahap pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
2) Hak dan Kewajiban Perawat
Menurut Undang-Undang No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,
perawat memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan praktik
keperawatan, perawat berhak :
a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional dan
ketentuan Peratuan Perundang-undangan
b) Memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur dari klien dan atau
keluarganya
c) Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah diberikan
d) Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi dan prosedur operasional atau
ketentuan Peratuaran Perundang-undangan
e) Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar Perawat dalam
melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban :
I. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan
II. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
III. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya
IV. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
12
V. Memberikan informasi yang lengka, jujur, benar, jelas dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya
VI. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lainyang sesuai dengan kompetensi perawat
VII. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
Keterangan :
Berdasarkan penelitian dari luar. Jadi jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan = 93= 13 perawat
Jam kerja efektif per shift 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)
dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss Day =Jml hari minggu dalam 1 tahun + Cuti + Hari besar X Jml
perawat yg ada
Jumlah hari kerja efektif
13
52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3,5 orang
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
(non nursing jobs) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dll, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25
100
13 + 3,5 x 25 = 4,1
100
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi
16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh diatas adalah 21 orang
Keterangan :
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun : 52 hari
Cuti dalam 1 tahun : 12 hari
Hari besar dalam 1 tahun : 21 hari
Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun: 275 hari
TP : Rata-rata jumlah pasien perhari x jumlah jam perawatan per hari + Loss
Day jam efektif per hari
14
Kegiatan sehari-hari dibantu, mengatur posisi waktu makan, eliminasi dan
perawatan diri dibantu.Penampilan pasien sedang. Tindakan perawatan pada
pasien ini monitor TTV,fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran infus.
Pasien memerlukan bantuan penkes untuk support emosi 5-20 menit/shift
atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi
alergi.
3) Cara Gillies
15
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 jenis bentuk pelayanan, yaitu :
a) Perawatan langsung, yaitu perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungannya secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis dan spiritual.
b) Perawatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, serta melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1996) = 38 menit/klien/hari,
sedangkan menurut Wolfe dan Young (Gillies, 1996) = 60 menit/klien/hari
dan penelitian di RUmah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien
(Gillies, 1996).
c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi : aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1996) waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan = 15
menit/klien/hari.
c. Kualifikasi Perawat
Perawat profesional menurut buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1 (SNARS Edisi 1) adalah sebagai salah satu Profesional Pemberi Asuhan
(PPA). Sebagai PPA yang memberikan asuhan selama 24 jam di rumah sakit,
perawat mempunyai kontribusi besar membawa misi asuhan yang berfokus pada
pasien dan juga keselamatan pasien. Adanya asuhan interkolaborasi antara PPA juga
menuntut perawat mempunyai kompetensi. Kompetensi ini menjadi dasar
kewenangan otonomi dan tanggung jawab secara mandiri terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
Kompetensi perawat klinis sesuai jenjang karir menurut PMK No. 40 Tahun
2017, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Perawat Klinis I (PK I)
Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan
asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan teknis
keperawatan dibawah bimbingan.
2) Perawat klinis II (PK II)
Perawat Klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan
asuhan keperawatan holistic pada klien secara mandiri dan mengelola
16
klien/sekelompok klien secara tim serta memperoleh bimbingan untuk
penanganan masalah lanjut/kompleks.
3) Perawat Klinis III (PK III)
Perawat klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan
asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik dan mengembangkan
pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan
pembelajaran klinis.
4) Perawat Klinis IV (PK IV)
Perawat klinis IV adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan
asuhan keperawatan pada masalah klien yang kompleks di area spesialistik
dengan pendekatan tata kelola klinis secara interdisiplin, multidisiplin,
melakukan riset untuk mengembangkan praktek keperawatan serta
mengembangkan pembelajaran klinis.
5) Perawat Klinis V (PK V)
Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan memberikan
konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik, melakukan tata kelola klinis
secara transdisiplin, melakukan riset klinis untuk pengembangan prakti, profesi
dan kependidikan keperawatan.
Komunikasi
1) Pengertian
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dari
pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama
(Tappen, 1995 dalan Nursalam, 2012). Komunikasi juga merupakan suatu seni
untuk dapat menyususn dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberi pesan.
Menurut Johnson (2010) komunikasi adalah alat atau cara seseorang
mengirim pesan ke orang lain dan mengharapkan respon dari orang tersebut.
Dalam konteks manajemen manajer mengirimkan berita kepada bawahannya
baru dapat dikatakan berkomunikasi bila bawahannya menerima dan mengerti
pesan yang disampaikan dan memiliki persepsi yang sama diantara keduanya.
2) Tujuan komunikasi menurut Effendy (2010) ada 4, yaitu :
a) Mengubah sifat orang
b) Mengubah opini atau pendapat/ pandangan
17
c) Mengubah perilaku
d) Mempengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan komunikasi digunakan oleh
manajer untuk mempengaruhi pikiran, pengetahuan dan perilaku bawahan
dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
3) Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja keberadaannya
(faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang tidak tepat, media tidak
cocok). Secara subjektif hambatan yang secara sengaja dibuat sehingga
menimbulkan gangguan (pertentangan kepentingan, prejudis, iri hati).
a) Faktor komunikator
I. Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan
II. Penggunaan media tidak tepat
III. Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak kondusif
IV. Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan komunikasi ke dalam
pesan yang disampaikan
b) Faktor komunikan
I. Selektifitas
II. Antisipasi terhadap isi pesan
III. Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu terhadap
komunikator
4) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap di bawah
ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman tentang
siapa yamg akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah
dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara
manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian
proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan organisasi. Jika bagian
lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus
berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang
yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.
18
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini adalah
meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang
disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer,
hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang
disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa menghargai dan ingin tahu
terhadap pesan yang disampaikan.
5) Model komunikasi (Nursalam, 2007)
a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.
Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan
pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke
staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi
tertulis, khususnya pada stafnya. Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di
Amerika (1988) komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi
meliputi:
I. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis.
II. Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan
dampaknya.
III. Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, tulisan yang
sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk
dibaca orang lain.
IV. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting, temukan
cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan, sehingga orang lain
mudah mengerti.
b) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dalam kelompok dan presentasi secara formal (Nursalam, 2007).
19
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku asertif adalah
suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara yang
sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan
agresif, khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika
individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi,
sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap
topik yang dibicarakan (Nursalam 2007).
c) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau body language.
Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang
diterima atau disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih mengandung
arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi
sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalah artikan
tanpa adan ya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007). Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal, agar individu
(atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas (Nursalam 2007).
2. Material Dan Machine
a. Lokasi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang aman dan nyaman tetapi
tetap memiliki kemudahan aksesibilitas atau pencapaian dari sarana penunjang
rawat inap dan terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran, bising dan
mesin/generator.
b. Denah
1) Persyaratan umum
a) Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis
hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai
bangunan.
b) Peletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan/membutuhkan.
20
c) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan
mudah.
d) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang).
e) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah
pasien yang akan ditampung.
f) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
g) Alur petugas dan pengunjung dipisah.
h) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
minimal seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Kebutuhan Minimal Luas Ruangan Pada Ruang Rawat Inap
NO NAMA RUANGAN LUAS SATUAN
1 Ruang Rawat Inap :
1.Kelas : VIP M2/tempat tidur
2.Kelas : I M2/tempat tidur
3.Kela II M2/tempat tidur
4.Kelas III M2/tempat tidur
2 Ruang pos perawat 20 M2
3 Ruang Konsultasi 20 M2
4 Ruang Tindakan 9 M2
5 Ruang administrasi 12 M2
6 Ruang dokter 18 M2
7 Ruang perawat 9 M2
8 Ruang ganti/loker 9 M2
9 Ruang kepala rawat inap 12 M2
10 Ruang linen bersih 18 M2
11 Ruang linen kotor 9 M2
12 Spoelhoek 9 M2
13 Kamar mandi/toilet 25 M2
14 Pantry 9 M2
15 Ruang janitor/service 9 M2
16 Gudang bersih 18 M2
17 Gudang kotor 18 M2
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2012)
2) Persyaratan khusus
a) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP)
21
Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas I)
Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas II)
Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (Kelas III)
a) Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (ruang isolasi) seperti :
Pasien yang menderita penyakit menular
Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti tumor,
gangren diabetikum dll)
Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan)
Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan
jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.
b) Pos Perawat ( Nurse Station )
Lokasi pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang
dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan
efisien.
c) Lantai
Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga
penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata atau keramik
dengan nat yang rata sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak
bertumpuk, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar.
Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung (Hospital Plint),
agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang abu
dan kotoran.
d) Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak
menghasilkan debu atau kotoran lain.
e) Pintu
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-
masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm, pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, di
pasang kaca intai, pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85
cm, pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus
ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang
cacat.
f) Kamar mandi
22
Kamar mandi pasien terdiri dari kloset, shower dan bak cuci tangan
(wastafel)
Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti
pedoman atau standar teknis yang berlaku
Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat 1 untuk setiap kelas
Toilet umum terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel)
g)Jendela
Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya, dan cukup rapat.
h) Standar Alat di Ruang Rawat Inap
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan adalah penetapan
peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi penentuan kebutuhan
(jumlah, jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya
mewujudkan pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas
(Depkes, 2001). Peralatan keperawatan dan kebidanan yang dimaksud dalam
standar ini terdiri dari :
Alat tenun
Alat kesehatan
Alat rumah tangga
Alat pencatatan dan pelaporan keperawatan/kebidanan
Pengelolaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang meliputi :
standar pengadaan, standar ditribusi, standar penggunaan, standar
pemeliharaan, standar penggantian, standar penghapusan dan
standar pengawasan dan pengendalian.
Prinsip dasar dalam menentukan kebutuhan peralatan keperawatan dan
kebidanan adalah :
Pengadaan peralatan mempertimbangkan aspek :
a) Alat tenun
Menyerap keringat/air
Mudah dibersihkan
Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
Pemilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
23
Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
b) Alat kesehatan
Mudah dibersihkan
Tidak mudah berkarat
Ukuran standar secara umum (dewasa, anak, bayi)
Aman penggunaan baik bagi petugas dank lien
Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan agronomi
Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat
Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
c) Alat pencatatan dan pelaporan
Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
Mudah diisi
Ukuran, jenis kertas dan desain terstandar
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan standar peralatan
keperawatan dan kebidanan adalah :
a) Kebijakan Rumah Sakit yang menyangkut pengadaan peralatan keperawatan dan
kebidanan serta prioritas yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan
b) Tingkat hunian Bed Occupancy Rate (BOR) dan Turn Over Interval (TOI) yang
tertinggi
c) Pola penyakit dan jenis pelayanan akan berpengaruh terhadap pengadaan peralatan
keperawatan dan kebidanan yang dipergunakan baik jenis, jumlah dan kualitas
peralatan
d) Sistem pemeliharaan peralatan keperawatan dan kebidanan
e) Adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai pengetahuan dan
pengelolaan peralatan keperawatan dan kebidanan
f) Pemilihan jenis peralatan keperawatan dan kebidanan mempertimbangkan klien,
petugas, institusi.
3. Metode
a. Mutu Pelayanan RS
1) Standar Pelayanan Minimal Rawat Inap
24
Standar pelayanan minimal (Kepmenkes No. 129 Tahun 2008) adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Pelaksanaan pelayanan di instalasi rawat inap berkaitan dengan pelayanan
medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan kegiatan pemeliharaan
sarana. Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan sarana yang baik,
pasien di rawat inap akan merasa puas dan nyaman dalam proses
penyembuhannya. Adapun Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jenis
layanan rawat inap, rekam medis dan pemeliharaan sarana berdasarkan
ketentuan Depkes, disajikan dalam tabel berikut :
25
c) TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya
d) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu
e) NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar
f) GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar
Dari masing-masing indikator menentukan nilai standar ideal yang dibuat
berdasarkan standar yang telah dibuat Huffman, yaitu :
Tabel 2.4 Indikator Rawat Inap
Indikator Standar Ideal Standar Ideal
(Huffman) (Depkes)
BOR (Bed Occuoancy Ratio) > 75 - 85% 60 - 85%
LOS (Length Of Stay) 2 - 12 hari 6 – 9 hari
TOI (Turn Over Interval) 1 – 3 hari 1 – 3 hari
BTO (Bed Turn Over) 30 kali 40 – 50 kali
NDR (Net Death Rate) < 25% < 25%
GDR (Gross Death Rate) < 45% < 45%
Sumber : Statistik Rumah Sakit, Ery Rustiyanto (2010)
2) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
a) Peningkatan Mutu
Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk organisasi
lainnya untuk mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
agar mekanisme koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dapat berjalan lebih baik.Standar ini menjelaskan
pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan mutu dan keselamatan
pasien yang berdampak pada semua aspek pelayanan. Pendekatan ini
mencakup :
I. Setiap unit terlibat dalam program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien;
II. Rumah sakit menetapkan tujuan, mengukur seberapa baik proses kerja
dilaksanakan, dan validasi datanya;
III. Menggunakan data secara efektif dan fokus pada tolok ukur program;
IV. Dan bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang
telah menghasilkan perbaikan.
26
Agar peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan baik,
Direktur Rumah Sakit, para kepala bidang/divisi, serta kepala unit dan
departemen di rumah sakit:
I. Wajib mendorong pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien (PMKP);
II. Berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan keselamatan
(quality and safety culture) :
III. Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi;
IV. Menggunakan data agar fokus kepada prioritas isu;
V. Berupaya menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.
Standar PMKP ini mempunyai kegiatan dengan spektrum yang
sangat luas pada rumah sakit termasuk kerangka untuk meningkatkan
kegiatan dan menurunkan risiko yang terkait dengan munculnya variasi
(ketidakseragaman) dalam proses pelayanan. Dengan demikian, kerangka
yang ada dalam standar ini sangat sesuai dengan berbagai variasi dalam
struktur program dan pendekatan yang kurang formal terhadap peningkatan
mutu serta keselamatan pasien. Kerangka standar ini juga dapat terintegrasi
dengan program pengukuran yang sudah dilaksanakan seperti hal-hal yang
terkait dengan kejadian yang tidak diantisipasi (manajemen risiko) dan
pemanfaatan sumberdaya (manajemen utilisasi).
Fokus area standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien
adalah :
I. Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
II. Pemilihan, pengumpulan, analisis, dan validasi data indikator mutu;
III. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien;
IV. Pencapaian dan mempertahankan perbaikan;
V. Manajemen risiko.
b) Keselamatan Pasien
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017,
keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
27
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Insiden keselamatan pasien atau yang dikenal dengan istilah insiden
menurut definisi WHO adalah suatu kejadian atau keadaan yang dapat
mengakibatkan, atau mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien.
Berdasarkan PMK Nomor 11/2017 tentag Keselamatan Pasien, Insiden
merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien
Australia telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian dalam praktik
umum, dan studi oleh Badan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien Australia
(Threats to Australian Patient Safety / TAPS) adalah salah satu analisis insiden
keselamatan pasien yang paling komprehensif di dunia internasional (Australian
Commision on Safety and Quality in Health Care, 2010).
Sasaran Keselamatan Pasien terdiri dari :
1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan Infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan Risiko Jatuh
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas
berikut definisinya yaitu :
1) Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident adalah setiap
kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang
tidak seharusnya terjadi.
2) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
28
4) Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan”
(misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan ,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
5) Kondisi Potensial Cedera (KPC)/“reportable circumstance” adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi
insiden
6) Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang
salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur
yang berlaku.
Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam menegakkan
keberhasilan kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan
adalah dengan pencapaian pelayanan yang bermutu tinggi serta
mengedepankan keselamatan pasien. Menerapkan kebijakan dan praktik
keselamatan pasien merupakan tantangan dalam bidang pelayanan
kesehatan. Dimana, fasilitas kesehatan harus dapat menjamin keamanan dan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap pasien. Untuk
menjamin hal tersebut, setiap fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah
sakit maupun pelayanan primer lainnya harus menyelenggarakan
Keselamatan Pasien. Peraturan yang berlaku di Indonesia mewajibkan setiap
fasilitas kesehatan menerapkan standar keselamatan pasien
c) Standar Keselamatan Pasien
Dalam penyelenggaran keselamatan pasien maka diperlukan standar
keselamatan pasien sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatannya. Standar
keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Standar
keselamatan pasien meliputi tujuh standar yaitu :
i. Hak pasien, pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat
informasitentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkunan
KTD
29
ii. Pendidikan bagi pasien dan keluarga, rumah sakit harus mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
iii. Keselamatan pasien dalam kesinambambungan pelayanan, rumah sakit
menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
iv. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien, rumah sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalsis secara intensif KTD, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
v. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
vi. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
vii. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
b. Metode MPKP
1) Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan.Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,
karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan. Pada
aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
(kombinasi metode tim dan keperawatan primer).
2) Tujuan MPKP
30
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
3) Komponen-Komponen Dalam MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
a) Ketenagaan Keperawatan
b) Metoda pemberian asuhan keperawatan
c) Proses Keperawatan
d) Dokumentasi Keperawatan
4) Model Praktek di Pelayanan Kesehatan
a) Model praktek keperawatan di rumah sakit
Model praktik keperawatan dirumah sakit adalah suatu sistem (stuktur,
proses dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. Ratna Sitorus dan Yulia(2006).
Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan yang mengemban
tugas melaksanakan upaya Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.Berdasarkan tugas rumah sakit di atas, maka
salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan.
Yang dimaksud dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
salah satu jenis pelayanan professional yang diselenggarakan oleh rumah sakit
untuk melayani kebutuhan masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan
yang diorganisir melalui pelayanan rawat inap. Seluruh kegiatan pelayanan
keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama 24 jam sehari secara
berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur dan diorganisir oleh manajer
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebgai bagian integral dari pelayanan
31
Kesehatan di rumah sakit, menentukan mutu pelayanan Kesehatan di rumah
sakit, oleh karena keberadaan perawat yang memberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam secara berkesinambungan. Keluhan masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan pada umumnya ditujukan pada sikap perawat yang
kurang baik, kurang terampil dalam berkomunikasi.
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut :
I. Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori
yang akan dibutuhan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit.
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf
yang akan dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio
perawat,dan klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.
II. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen
pelayanan keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses
keperawatan dengan menggunakan konsep-konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian atau
evaluasi (Gillies, 1994). Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah
suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan
efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim, metode primer dan
metode kasus.
III. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan
keputusan adalah :
(a) Identifikasi masalah,
(b) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
(c) Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan
melaksanakannya,
32
(d) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-
langkah proses keperawatan yaitu :
(a) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik,
(b) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah
masalah keperawatan,
(c) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah,
(d) Implementasi rencana dan
(e) Evaluasi hasil tindakan.
IV. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik,
maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui
secara berkesinambungan.Disamping itu, dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber
data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan.Dokumen dibuat berdasarkan
pemecahan masalah pasien.Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari
format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan,
dan catatan perkembangan pasien.
c) Model Praktek Keperawatan Mandiri
Praktek keperawatan perorangan
i. Pengertian
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama yang bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi
dengan keilmuan khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan
perawat berdasarkan aplikasi ilmu sesuai lingkup kewenangan dan
tanggung jawab. Sedangkan,
pengertian praktik keperawatan mandiri yaitu praktik perawat
swasta yang dilakukan secara perorangan atau kelompok.
33
ii. Tujuan praktek keperawatan perorangan
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985)
harus diupayakan pada pencegahan primer, peningkatan kesehatan
pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri, dan peningkatan
kepercayaan diri. Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait
dengan kesehatan (Kozier & Erb, 1999), yaitu, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan,
serta perawatan pasien menjelang ajal.
5) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen pelayanan
keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengendalian atau evaluasi (Gillies, 1994).
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap
metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode
dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim,
metode primer dan metode kasus.
a) Metode fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika
setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional,
setiap perawat memperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua
pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan,
seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan
kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut.
b) Metode kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat
34
ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada
pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
c) Metode tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan
tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok.
Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak
memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan
dengan menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan adanya
transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta
memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
d) Metode primer
Metode ini dikembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien
bukan pada tugas.Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan
keputuan antara perawat primer dan pasien.Menurut Hegyvary (1982),
pemberian asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer
memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total care)
dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien).
Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulang/keluar (Gullies,
1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat
dilakukan oleh perawat penggantinya (perawat asisten).
4. Money
a. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Bambang Riyanto (2013:4) pengertian manajemen keuangan adalah
keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana
dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Manajemen keuangan
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pemeriksaan,
35
penganggaran, pengelolaan, pencarian, pengendalian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan menyeluruh.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
manajemen keuangan bukan saja dalam hal bagaimana mengatur dan mengambil
keputusan dalam segala aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan dan
pengalokasian dana, akan tetapi mencakup bagaimana mengelola serta
menggunakan dana tersebut secara efektif dan efisien.
Penjelasan singkat masing-masing fungsi manajemen keuangan :
1) Perencanaan Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya
untuk periode tertentu.
2) Penganggaran Keuangan
Tindak lanjut dari perencanaan keuanagan dengan membuat detail pengeluaran
dan pemasukan.
3) Pengelolaan keuangan
Menggunakan dana rumah sakit atau perusahaan untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara
4) Pencarian keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional rumah
sakit.
5) Penyimpanaan keuangan
Mengumpulkan dana Rumah Sakit serta menyimpan dana tersebut dengan
aman.
6) Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada
rumah sakit.
7) Pemeriksaan keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan rumah sakit yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan
berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
b. Fungsi Utama Manajemen Keuangan
1) Investment Decision
Keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola perusahaan atau rumah sakit.
36
2) Financing Decision
Keputusan berkaitan dengan penetapan sumber dana yang diperlukan dan
penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik (struktur modal yang optimal).
3) Assets Manajement Decision
Keputusan berkaitan penggunaan dan pengelolaan aktivasi (kata bijak : lebih
mudah membangun daripada mengelola).
5. Market
a. Pengertian Pemasaran
Pemasaran rumah sakit merupakan suatu analis, perencanaan,
Pengimplementasian dan pengendalian program-program yang diformulasikan
dengan hati-hati untuk menghasilkan pertukaran niali secara sukarela dengantarget
pasar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (Suprihanto,
2010).
Pemasaran rumah sakit adalah Suatu upaya rumah sakit menyimak persepsi
masyarakat tentang kebutuhannya sehingga rumah sakit dapat mengetahui
pelayaanan-pelayanan apa yang dapat ditawarkannya kepada masyarakat
(Hartono,2010).
Menurut Rust, Zahorik, Keiningham dalam Tjiptono (2012:11) di dalam
pemasaran barang, pendekatan 4P (product, price, place, promotion) sangat baik
untuk digunakan. Tetapi dalam pemasaran jasa, dibutuhkan tambahan 3P lagi
yaitu people, physical evidence, dan process.
Karena bisnis jasa sangat komplek, Kotler dan Keller (2016:435)
mengatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran
eksternal tetapi juga memerlukan pemasaran internal dan interaktif.
1) Pemasaran eksternal (external marketing), yaitu pekerjaan yang dilakukan
oleh perusahaan untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan dan
mempromosikan jasa kepada konsumen. Bila ini bisa dilakukan dengan baik
maka pelanggan akan terikat dengan perusahaan, sehingga laba jangka
panjang bisa terjamin. Untuk dapat menetapkan bauran jasa (service mix)
maka diperlukan konsep pemasaran jasa (service marketing concept), yaitu
mengetahui keinginan konsumen, dan mengetahui keuntungan dari produk
yang ditawarkan.
2) Pemasaran internal (internal marketing), yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk melatih dan memotivasi para karyawannya agar melayani
37
konsumen dengan baik. Manajemen juga memberikan penghargaan
pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini memberikan motivasi,
moral kerja, rasa bangga, loyalitas dan rasa memilki dari setiap orang dalam
organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi
perusahaan dan juga bagi pelanggan yang dilayani.
3) Pemasaran interaktif (interactive marketing), yaitu keahlian karyawan dalam
melayani pelanggan. pelanggan menilai jasa tidak hanya kualitas teknik
tetapi juga kualitas fungsionalnya. Para profesional dan penyedia jasa lainnya
harus memberikan ‘sentuhan tinggi’ dan juga ‘teknik tinggi’.
4) Berkembang tidaknya suatu perusahaan, tergantung dari keberhasilan
perusahaan tersebut dalam menjual produk atau jasa kepada pelanggan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus mengetahui apa dan
bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan.
38
BAB III
HASIL OBSRVASI
39
I : Ilmiah dijiwai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang akan menghasilkan hidayah
sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada Illahi
K: Kualitas pelayanan yang kami berikan adalah terbaik untuk
kesembuhan pasien
H: Hemat dan efisien dalam memenuhi proses penyembuhan pasien dalam
hal biaya dan tenaga
L: Lancar dalam setiap pelayanan
A: Asri dan aman lingkungan tempat pasien dirawat sehingga pasien merasa
nyaman
S: Sabar, santun, sopan serta senyum adalah sikap yang kami terapkan pada
setiap pelayanan
40
Hasil observasi dan wawancara dari jumlah perawat 25 orang diambil sample
10 orang perawat yang dinas di ruang zaitun 2 pagi pada tanggal 14 januari 2022
sebanyak 5 orang mengetahui tentang misi rumah sakit dan 5 orang perawat tidak
mengetahui misi rumah sakit.
2) Misi
a) Menerapkan pelayanan keperawatan secara profesional berdasarkan standar
profesi untuk mewujudkan center of Excellent (pelayanan unggulan
degeneratif, Jantung, Cancer, diabetic,)
b) Membangun dan mengembangkan sumber daya manusia yang profesional,
yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c) Meningkatkan kegiatan ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan untuk
menunjang pemberian pelayanan keperapatan infeksius yang berkualitas
d) Meningkatkan kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan SDM
dan pelayanan keperawatan di Ruangan
e) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan infeksius yang berbasis pada
sistem informasi yang terpadu.
3) Core Value
a. Kejujuran, sebagai pengabdian kepada Allah SWT Al-Haq
b. Tanggungjawab, sebagai pengabdian kepada Allah SWT, Al-Amiin
c. Visioner, sebagai pengabdian kepada Allah SWT, Al-Akhiir
d. Disiplin, sebagai pengabdian kepada Allah SWT
e. Kerjasama, sebagai pengabdian kepada Allah SWT, Al-Matiin
f. Adil, sebagai pengabdian kepada Allah SWT, Al-Adl
41
g. Peduli, sebagai pengabdian kepada Allah SWT, Al-Basiith
42
Hasil
Pendidikan Terakhir
Frekuensi Presentasi
D-III Keperawatan 22 88%
Profesi Ners 3 12%
Total 25 100%
Sumber : Data Sekunderr 2022
Hasil
Masa Kerja
Frekuensi Presentasi
< 1 tahun 6 24%
> 1-3 tahun 9 36%
> 3-6 tahun 2 8%
> 6-9 tahun 3 12%
> 9-12 tahun 1 4%
> 12-20 tahun 2 8%
> 20 tahun 2 8%
Total 25 100%
Pada table 3.3 dapat dilihat bahwa terdapat 24% perawat yang masa kerja <
1 tahun, 36% perawat yang masa kerja > 1-3 tahun, 8% perawat yang masa
kerja >3-6 tahun, 12% perawat yang masa kerja >6-9 tahun, 4% perawat yang
masa kerja >9-12 tahun, 8% perawat yang masa kerja >12-20 tahun, 8% perawat
yang masa kerja >20 tahun. Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa perawat
dengan presentasi masa kerja terbanyak berada pada >1-3 tahun yaitu 36%
Hasil
Status Kepegawaian
Frekuensi Presentasi
Tetap 8 32%
Kontrak 13 52%
Pegawai Relawan 4 16%
Total 25 100%
Sumber : Data sekunder 2022
43
Pada table 3.4 dapat dilihat bahwa mayoritas perawat di ruang zaitun 2
adalah perawat kontrak yaitu sebanyak 52% , pegawai relawan sebanyak 16%,
serta 32% lainnya sudah menjadi pekerja tetap.
Hasil
Status Kepegawaian
Frekuensi Presentasi
Pra PK 15 60%
PK I 1 4%
PK II 5 20%
PK III 2 8%
PK IV 2 8%
Total 25 100%
Sumber : Data sekunder 2022
Pada tabel 3.5 dapat dilihat bahwa jenjang perawat di ruang zaitun 2
mayoritas pada Pra PK dengan presentasi 60%, kemudian PK II dengan
persentasi 20%, PK III dan IV dengan masing-masing memiliki persentasi yang
sama yaitu 8%, dan PK I dengan persentasi 4%.
Kualifikasi / Jabatan
a) Pangkat/Golongan : B3 :
b) Pendidikan : S.Kep, Ners
c) Pengalaman kerja : 20 Tahun
d) Kursus / pelatihan & seminar :
Pelatihan Manajemen Bangsal Keperawatan
Pelatihan Manajemen Wound Care
pelatihan DAMKAR
sosialisasi SJSN dan Program casemix
pelatihan perseptorshipt
Pelatihan BLS AHA
Pelatihan dan workshop edukator DM basic
Workshop Emergency Management in Hospital
44
Seminar Spiritual Care
Pelatihan spiritual care
Seminar HPMI
Pelatihan penanganan HIV, AIDS
Pelatihan Preseptor ship
Pelatihan Assesor Keperawatan
Pelatihan Pelayanan Geriatri Terpadu di RS
45
14 Membuat peta risiko di ruang rawat √
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil observasi pengamatan dan wawancara selama 2 hari
dari tanggal 14-15 Januari 2022 dapat disimpulkan bahwa dari 14 uraian tugas
kepala ruangan di ruangan Zaitun 2 100% kepala ruangan sudah menjalankan
tugas dengan baik sesuai dengan uraian tugas.
Kualifikasi / Jabatan
e) Pangkat/Golongan : C2 :
f) Pendidikan : Amd.Kep
g) Pengalaman kerja : 20 Tahun
h) Kursus / pelatihan & seminar :
1. Pelatihan "Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi
Perawat"
2. Refresing " Sosialisasi Pengendalian Infeksi
Nosokomial"
3. Pelatihan Pelayanan Islami
4. Refresing " Metode Penugasan dalam Keperawatan"
5. Renungan ESQ ke-4
6. Pelatihan Spiritual Care Tahap II Gelombang I
7. Talk Show Nurse Day, Be Profesional and Kualified
Nurse
46
2 Melakukan pengkajian klien baru atau melengkapi √
pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam
atau hari libur
3 Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan √
analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian
4 Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di √
bawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat
(preconference)
5 Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap √
klien, setiap giliran jaga (shift)
6 Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam √
melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan
SOP
7 Monitor dokumentasi yang dilakukan oleh PP √
8 Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA √
9 Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi √
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
10 Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan √
laboraturium
11 Melakukan kegiatan serah terima klien, dibawah tanggung √
jawabnya bersama dengan PA
12 Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung √
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA
sesuai TIM
13 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat √
catatan perkembangan klien setiap hari
14 Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal √
setiap dua hari untuk membahas kondisi keperawatan klien
(bergantung pada kondisi klien)
15 Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didegelesasikan pada PA √
yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala
ruang atau CCM
16 Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga √
17 Membuat perencanaan pulang √
18 Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasikan isu √
yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta, evidence
based practice (EBP)
Total 18
Persentase 100%
TIM II
47
Kualifikasi / Jabatan
i) Pangkat/Golongan : C2
j) Pendidikan : SI Keperawatan
k) Pengalaman kerja : 24 tahun
l) Kursus / pelatihan & seminar :
1. Manajemen bangsal
2. BHD
3. SP2KP
4. PPI DASAR
5. Penanggulangan bencana
6. Penanggulangan kebakaran
7. Homecare
48
jawabnya bersama dengan PA
12 Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung √
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA
sesuai TIM
13 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat √
catatan perkembangan klien setiap hari
14 Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal √
setiap dua hari untuk membahas kondisi keperawatan klien
(bergantung pada kondisi klien)
15 Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didegelesasikan pada PA √
yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala
ruang atau CCM
16 Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga √
17 Membuat perencanaan pulang √
18 Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasikan isu √
yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta, evidence
based practice (EBP)
Total 17
Persentase 94%
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil observasi pengamatan dan wawancara selama 2 hari dari
tanggal 14-15 Januari 2022 dapat disimpulkan bahwa Ketua Tim I melakukan
uraian tugas nya dari 18 poin di atasa 100% dan Ketua TIM 2 diperoleh hasil 94%
masing masing ketua tim sudah menjalankan tugas dengan baik tetapi ada satu poin
yang belum dilakukan yaitu bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasikan
isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta, evidence based practice
(EBP).
49
klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang
sudah ditetapkan PP
3 Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan √
informasi berdasarkan format orientasi
klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien √
berdasarkan renpra
5 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah √
dilakukan dan mendokumentasikannya pada
format yang tersedia
6 Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat √
7 Memeriksa kerapihan, kelengkapan status √
keperawata
8 Membuat laporan penggantian dinas dan setelah √
selesai diparaf
9 Mengkomunikasikan kepada PP/PK dinas bila √
menemukan masalah yang perlu diselesaikan
10 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan doagnostik, √
laboratorium pengobatan dan Tindakan
11 Berperan serta dalam memberikan pendidikan √
kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan
oleh PP
12 Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait √
dengan timnya
13 Membantu tim lain yang membutuhkan √
14 Memberikan resep dan menerima obat dari √
keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya
dan berkoordinasi dengan PP
Total 14
Persentase 100%
50
4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien √
berdasarkan renpra
5 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah √
dilakukan dan mendokumentasikannya pada
format yang tersedia
6 Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat √
7 Memeriksa kerapihan, kelengkapan status √
keperawata
8 Membuat laporan penggantian dinas dan setelah √
selesai diparaf
9 Mengkomunikasikan kepada PP/PK dinas bila √
menemukan masalah yang perlu diselesaikan
10 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan doagnostik, √
laboratorium pengobatan dan Tindakan
11 Berperan serta dalam memberikan pendidikan √
kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan
oleh PP
12 Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait √
dengan timnya
13 Membantu tim lain yang membutuhkan √
14 Memberikan resep dan menerima obat dari √
keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya
dan berkoordinasi dengan PP
Total 14
Persentase 100%
d. Pelayanan
1) Penerapan Model Asuhan
51
Hasil observasi dan wawancara yang telah kami lakukan di ruangan zaitun
2 pada hari Jumat-Sabtu 14-15 Januari 2022 didapatkan hasil bahwa ruang zaitun
2 telah menerapkan Model Asuhan dengan MPKP adalah salah satu upaya
meningkatkan mutu pelyanan di rumah sakit dalam pelayanan keperawatan untuk
meminimkan kesalahan atau kelalaian yang terjadi.
IGD POLIKLINIK
RAWAT
INSTALASI ICU/HCU/
INAP/KAMAR
RAWAT INAP STROKE UNIT
BEDAH
Berdasarkan hasil observasi tanggal 14 Januari 2022, Pada saat pasien baru mas
uk ke ruangan diidentifikasi (nama dan tanggal lahir) terlebih dahulu kemudian ditem
patkan pada bed yang sudah disediakan, kemudian perawat IGD atau perawat yang m
embawa pasien ke ruang zaitun 2 melakukan operan pasien baru terlebih dahulu, setel
ah itu perawat ruangan menyusun berkas yang diperlukan pada status pasien. Berkas y
ang diperlukan berupa assesmen medis, assesmen keperawatan, resume keperawatan, l
embar orientasi, lembar rencana keperawatan, lembar observasi, lembar konsul, lemba
r implementasi, lembar monitoring risiko jatuh, kartu obat, lembar CPPT, dan lembar
timbang terima.
3. Kajian situasional
a. Man
52
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 14-15 Januari 2022
didapatkan hasil tingkat ketergantungan pasien :
Jenis 14-01-2022 15-01-2022 Rata-rata
P S P S P S
Minimal Care 4 0 1 0 2 0
Parsial Care 29 29 30 30 29 29
Total Care 3 3 8 8 5 5
Total 36 31 39 38
Rata-rata
Rata-rata jam Jumlah jam
No Jenis/Kategori
pasien/hari perawatan perawatan/hari
pasien/hari
A B C D E
1 Minimal Care 2 3,5 7
2 Parsial Care 29 4 166
3 Total Care 5 10 50
Jumlah 36 223
Keterangan :
Berdasarkan penelitian dari luar. Jadi jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan = 223= 31 perawat
Jam kerja efektif per shift 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)
dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss Day =Jml hari minggu dalam 1 tahun + Cuti + Hari besar X Jml
perawat yg ada
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 = 78 hari x 31 = 8 orang
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
(non nursing jobs) seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dll, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25
100
53
31 + 38 x 25 = 9
100
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + factor koreksi
16,5 + 9 = 26 perawat
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 26 orang
Keterangan :
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun : 52 hari
Cuti dalam 1 tahun : 12 hari
Hari besar dalam 1 tahun : 21 hari
Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun: 275 hari
TP : Rata-rata jumlah pasien perhari x jumlah jam perawatan per hari + Loss
Day jam efektif per hari
54
b. Material
1) Daftar Alat Tenun Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan
KONDISI
Nama Alat Standar
No Diruangan Menurut
Depkes JUMLAH YANG Keterangan
ADA
1 Alas Baki 4 Layak Pakai
2 Barak schort 5 Layak Pakai
3 Perlak Tindakan Kecil 5 Layak Pakai
4 Sarung Bantal Dewasa 40 Layak Pakai
5 Selimut Dewasa 38 Layak Pakai
Beludru
6 Sprei Dewasa 90 Layak Pakai
7 Stik Laken 50 Layak Pakai
8 Bantal Dewasa 39 Layak Pakai
55
2) Daftar Inventaris Keperawatan dan Kedokteran Dasar Di Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Tahun 2022
Tabel Daftar inventaris keperawatan Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Tahun 2022
56
microlife
19 Stetoscope 6 ya Layak pakai
20 Oxymetri 4 Ya - Layak pakai
21 Timbangan dewasa 1 Ya - Layak pakai
22 Timbangan digital - - - -
23 Timbangan bayi - - -
24 Timbangan kecil - - -
25 Tourniquet 8 Ya - Layak pakai
26 Tabung darah warna 239 Ya - Layak pakai
merah
27 Tabung darah warna 112 Ya - Layak pakai
ungu
28 Tabung darah biru 5 Ya - Layak pakai
29 Tabung darah hijau 22 Ya - Layak pakai
30 Hand scrub
31 Stik GD 6 Ya - Layak pakai
32 Teroley emergency 2 Ya - Layak pakai
33 Suction pump 1 Ya - Layak pakai
34 Gelas ukur
35 X-ray film viewer 1 Ya - Layak pakai
36 LED examination 6 Ya - Layak pakai
lamp
37 Pot dahak steril 1 Ya - Layak pakai
38 GP stools container 25 Ya - Layak pakai
with spoon
39 Spalk infus 5 Ya - Layak pakai
57
40 Apron plastic 5 Ya - Layak pakai
41 GP set 4 Ya - Layak pakai
42 Cool box bank darah 2 Ya - Layak pakai
43 Safaty box 6 Ya - Layak pakai
44 Gelas ukur 2 Ya
45 Tempat sampah 4 Ya - Layak pakai
infeksius
46 Tempat sampah non 6 Ya - Layak pakai
infeksius
47 Tempat sampah 2 ya - Layak pakai
khusus plabot
48 Tempat limbah 1 ya - Layak pakai
farmasi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa jumlah barang yang layak pakai ada 100% alat
kesehatan dan jumlah yang rusak/ hilang/tidak berfungsi sebanyak 0% .alat kesehatan di Ruangan Zaitun 2.
3) Daftar Alat Rumah Tangga dan Elektronik Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Tahun 2022
Tabel Daftar Alat Rumah Tangga dan Elektronik Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Tahun 2022
Jumlah Kondisi
No Nama Barang Ket
Yang Ada Baik Rusak
1 Kulkas 1 ya - Layak pakai
2 Dispenser 1 ya - Layak pakai
58
3 Tv - - - -
4 AC - - - -
5 Gunting 3 ya - Layak pakai
6 Loker obat 40 Ya Layak pakai
7 Lemari berkas 5 Ya Layak pakai
8 Laci plastic 21 Ya Layak pakai
9 Komputer 6 Ya Layak pakai
10 Printer 1 Ya Layak pakai
11 Telephone rumah 3 Ya Layak pakai
12 Apar 2 Ya Layak pakai
Dari hasil observasi yang didapatkan di ruangan bahwa jumlah barang yang layak pakai ada 100% alat rumah tangga
dan elektonik yang rusak/hilang/tidak berfungsi sebanyak 0 % alat di Ruangan Zaitun 2.
59
c. Marketing
1) Hasil Pengkajian Berdasarkan Jumlah Pasien Masuk di Ruang Zaitun 2 RSUD Al-
Ihsan
a) Pasien Masuk
Tabel Jumlah Pasien Masuk di Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Selama 2
Hari Terakhir dari tanggal 14 - 15 JANUARI 2022 Tahun
2022
No Pasien Jumlah Pasien Total Akhir Persentase
Masuk P S P S P S
1 14 Januari 2 - 36 31 6% -
2 15 Januari - - 39 38 - -
Total 2 - 75 69 6% -
Total - 6 75 69 - 19%
60
Sumber Data Primer Kajian ruangan Zaitun 2
Berdasarkan tabel jumlah pasien keluar dari tanggal 14-15 Januari Tahun
2022 menunjukan bahwa total pasien keluar dengan hasil presentase pada
saat dinas pagi didapatkan hasil 0%, dan dinas siang 19%
No 14 Januari 15 Januari
Dx Medis Jumlah Dx Medis Jumlah
1 DHF 6 DHF 6
2 TB PARU 6 TB PARU 6
3 CHF 4 DM 4
4 DM 3 SOL 3
5 SOL 2 DYPNEU 3
6 MILD HI 2 CHF 2
7 COLIK 2 GEA 2
ABDOME
N
8 GEA 2 POST CRT 2
CHEST
PAIN
STROKE 2
9 HEMATO 1
MESISI
MELENA HEMATOMELESIS 2
10 BPH 1
11 LAIN-
LAIN 7 7
Jumlah 36 39
2) Daftar 10 Besar Penyakit di Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari sepuluh penyakit terbanyak
pada pasien di Ruang Zaitun 2 pada tanggal 14-15 Januari 2022 adalah penyakit DHF
dan TB Paru.
61
3) Monitoring Pasien Safety di Ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan
Tabel Pasien Safety di Ruang Zaitun 2 Selama 3 Hari Terakhir dari tanggal 14 -
15 Januari Tahun 2022
62
2 Peningkatan 100% 1. Perintah lengkap secara 100%
komunikasi lisan dan yang melalui
yang efektif telepon atau hasil V
pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh
penerima perintah.
2. Perintah lengkap secara
lisan dan yang melalui
telepon atau hasil V
pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap
oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil
pemeriksaan
dikonfirmasi oleh V
pemberi perintah atau
yang menyampaikan
hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan
prosedur mengarahkan V
peaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi
lisan atau melalui
telpon secara
konsisten.
3 Peningkatan 100% 1. Kebijakan dan atau 100%
keamanan prosedur
obat yang dikembangkan agar V
perlu memuat proses
diwaspadai identifikasi,
menetapkan lokasi,
pemberian label, dan
penyimpanan elektrorit
63
konsentrat.
2. Elektrolit konsentrat
tidak berada di unit
pelayanan pasien
kecuali jika V
membutuhkan secara
klinis dan tindakan
diambil untuk
mencegah pemberian
yang kurang hati-hati
diarea tersebut sesuai V
kebijakan.
3. Elektrolit konsentrat
yang disimpan pada
unit pelayanan pasien
harus diberi label yang
jelas, dan disimpan
pada area yang dibatasi
ketat.
4 Kepastian 100% 1. Klinik menggunakan 100%
tempat suatu tanda yang jelas
lokasi, tepat dan dimengerti untuk
prosedur, identifikasi lokasi V
tepat-pasien operasi bedah minor
operasi dan melibatkan pasien
di dalam proses
penandaan.
2. Klinik menggunakan
suatu prosedur untuk V
memverifi-kasi saat
pre operasi tepat
lokasi, tepat prosedur
dan tepat pasien dan
64
semua dokumen serta
peralatan yang
diperlukan tersedia, V
tepat dan fungsional.
3. Setiap tim menerapkan
dan mencatat prosedur
“sebelum tindakan”
tepat sebelum
dimulainya suatu
prosedur/tindakan. V
4. Kebijakan dan
prosedur
dikembangkan untuk
mendukung proses
yang seragam untuk
memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur.
Dan tepat pasien,
termasuk prosedur
medis dan dental.
5 Pengurangan 100% 1. Klinik mengadopsi 67%
resiko atau mengadaptasi
infeksi pedoman hand hygiene V
terkait terbaru yang
pelayanan diterbitkan dan sudah
kesehatan diterima secara umum.
2. Klinik menerapkan V
program hand hygiene
yang efektif
3. Kebijakan dan/atau
prosedur
dikembangkan untuk V
mengarahkan
65
pengurangan secara
berkelanjutan rikoso
dari infeksi yang
terkait pelayanan
kesehatan.
66
prosedur
dikembangkan
untuk mengarahkan
pengurangan
berkelanjutan risiko
pasien cedera
akibat jatuh di
klinik.
d. Metode
Data Unsur Metode
Hasil kajian yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2022 sampai tanggal 15 Januari
2022, didapatkan data sebagai berikut :
a. Alur Penerimaan Pasien
Ruangan Zaitun 2 memiliki SOP untuk menerima pasien baru
NO KEGIATAN Dilakukan Belum KET
dilakukan
d
A. PERSIAPAN
Persiapan Ruangan/Kamar
67
Pemeriksaan Fisik
Bila diperlukan pemasangan infus/DC serta
pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai prosedur
tindakan
10. Laporkan kondisi pasien kepada kepala ruangan,
dokter ruangan atau dokter yang merawat
11. Catat identitas pasien dalam buku register
masuk/ bor/buku laporan lainnya
12. Dokumentasikan hasil pengkajian dalam status
pasien.
Total 12
Persentase 100%
Sumber : Data Primer Kajian Ruangan Zaitun 2
b. MPKP
1) Penerapan MPKP
Hasil observasi yang telah kami lakukan di ruangan Zaitun 2 pada hari Jumat,
14 januari 2022 didapatkan hasil bahwa ruang Zaitun 2 sudah menerapkan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). MPKP yang diterapkan di
ruang Zaitun 2 adalah metode tim yang dimodifikasi dengan metode
keperawatan primer.
2) Dengan metode MPKP disusun kepengurusan di ruang zaitun 2 dengan 1
kepala ruangan, 2 ketua tim dan terdapat penanggung jawab disetiap shift,
dimana dalam setiap tim terdapat perawat associate (perawat pelaksana).
3) Dari hasil pengamatan di dapatkan data struktur organisasi di ruang Zaitun
sebagai berikut:
68
Dr. Dewi Basmallah, MARS
PP Tim PP Tim 2
Erni Gumilar, S.Kep.,Ners Hj. Wakhidatun, AMK
Jumlah
Rata-rata 88%
Sumber : Data Primer Kajian Ruangan zaitun 2
Dari hasil observasi yang dilakukan pada 4 kali proses timbang terima di
ruang Zaitun 2 RSUD Al-Ihsan Prov. Jabar dari tanggal 14-15 Januari didapatkan
bahwa prosedur timbang terima sudah dilakukan setiap adanya pergatian shift,
dengan presentasi rata-rata 88% , Adapun point-point yang belum dilakukan
secara maksimal seperti tidak adanya buku inventaris pada saat timbang
70
terima,belum dibubuhkannya serah terima inventaris ruangan, dan masih ada
petugas yang tidak on teime atau tepat waktu .
Jumlah 94%
Rata-rata 99%
Berdasarkan table dapat diketahui bahwa saat penerimaan pasien baru hanya
99% dilaksanakan dengan baik.
Jumlah 368
Rata-rata 92%
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa 92% kegiatan pre dan post
conference, terlaksana namun pelaksanaannya sekaligus dengan timbang terima
dan masih butuh perbaikan agar dapat sesuai SOP dalam pelaksanaan pre dan post
conference yang akan datang.
71
Sumber :Data Primer Kajian ruangan Zaitun 2
d. Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama 2 hari dari tanggal 14-15
januari 2022, kegiatan supervisi diruangan zaitun 2 tidak terlaksana, meskipun
demikian amanat ataupun pembinaan kepala ruangan kepada perawat perimer dan
perawat asosiet selalu dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi meskipun
tidak sesuai dengan SPO supervisi. Maka sebaiknya supervise itu dijalankan
dengan baik dan sesuai prosedur agar meningkatkan kinerja dan mutu perawat
diruangan.
e. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10 sampel
status pasien sebagai berikut :
No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)
1 Pengkajian 90%
2 Diagnosa Keperawatan 100%
3 Perencanaan 90%
Berdasarkan table pengamatan pada 10 status pasien, didapatkan hasil bawa 90%
pengkajian sudah didokumentasikan dan hanya 90% perencanaan yang
didokumentasikan.
f. Standar Operasional Prosedur
72
Format SOP tindakan pada pasien di Ruang Zaitun 2 sudah tersedia lengkap.
g. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Pada Pasien Diruangan Zaitun 2
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tgl 14-15 januari 2022
diruangan zaitun 2, spiritual kepada pasien mengenai ucapan salam, berdoa setiap
pergantian shift, memimpin dzikir, mengajarkan tayamun, dan mengajarkan
berdoa guna meningkatkan drajat kesembuhan pasien.
73
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Man
Berdasarkan hasil pengkajian situasional terkait sumber daya manusia di ruang Zaitun
2 RSUD Al-Ihsan, mayoritas perawat 60% berjenis kelamin perempuan hal ini sesuai
dengan penelitian Sari (2017) menyatakan bahwa perawat di indonesia didominasi oleh
perempuan karena banyak persepsi bahwa perempuan identik sebagai sosok yang ramah,
sabar, telaten, lemah, lembut, berbelas kasih, dan gemar bersosialisas sehingga sesuai
dengan kebutuhan yang harus dimiliki oleh perawat. Meskipun begitu, tenaga perawat
laki-laki juga sangat dibutuhkan sehingga di ruang Zaitun 2 juga terdapat 40% perawat
laki-laki.
Pendidikan terakhir perawat di Ruang Zaitun 2 sebanyak 80% adalah DIII
keperawatan dan hanya terdapat 20% yang berpendidikan Sarjana Keperawatan. Maka
dari itu, banyak juga perawat di Zaitun 2 yang memiliki jenjang karir Pra PK yang mana
pada pra PK ini diduduki oleh para perawat DIII yang baru bekerja. Untuk saat ini,
jenjang karir tertinggi pada perawat di Ruang Zaitun 2 adalah PK IV yang mana jenjang
perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien
yang kompleks di area spesialistik dengan pendekaatan tata kelola klinis secara
interdisiplin, multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan praktik keperawatan
serta mengembangkan pembelajaran klinis. Oleh karena itu, belum ada PK V yang mana
diperlukan karena perawat klinis V (Expert) memiliki latar belakang pendidikan Ners
Spesialis I dengan pengalaman kerja > 4 tahun dan mempunyai sertifikat PK IV atau
Ners Spesialis II (Konsultan) karena Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis
dengan kemampuan memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik,
melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin, melakukan riset klinis untuk
pengemabgan praktik, profesi dan kependidikan keperawatan sehingga dapat lebing
mengoptimalkan proses asuhan keperawatan di ruangan terutama apabila terdapat kasus-
kasus tertentu yang terjadi pada pasien anak (Sellang, 2019).
Berdasarkan uraian tugas, belum 100% dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor penghambat berupa waktu dan faktor lainnya.
Sumber daya manusia juga dilihat dari kebutuhan perawat, dapat dilihat pada hasil
kajian situasional, bahwa kebutuhan perawat per hari adalah 8 perawat, hal ini belum
terpenuhi karena jumlah keseluruhan perawat di Ruang hanya berjumlah 25, jumlah
74
tersebut kurang jika dalam perhitungan kebutuhan perawat yang seharusnya 26 Perawat
Asosiate yang memadai.
2. Material
a. Alat Tenun
Alat tenun yang tersedia di Ruang Zaitun 2 100% layak digunakan serta jumlah
ketersediaan alat tenun sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan dan kapasitas pasien
pasien di ruang Zaitun 2.
b. Alat Kesehatan
Alat kesehatan yang terdapat di Ruang Zaitun 2 mayoritas layak digunakan.
c. Alat Rumah Tangga dan Elektronik
Alat Rumah tangga dan elektronik di ruang zaitun 2 100% dalam keadaan layak
pakai dan dapat digunakan dengan baik.
3. Metode
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) yang diterapkan di ruang Zaitun 2
adalah metode tim yang dimodifikasi dengan metode keperawatan primer dimana 1
perawat bertanggung jawab atas 2-6 pasien kelolaan, dalam hal ini sesuai dengan teori
manajemen keperawatan menurut Megyvary (1982).
Dari hasil observasi, didapatkan data bahwa timbang terima di ruang Zaitun 2
dilakukan 3 kali, yaitu pada pukul 07.00 WIB, 14.00 WIB,21.00 WIB, dihadiri oleh
perawat pelaksana, dan penanggung jawab shift dan untuk dinas pagi dan siang dihadiri
oleh Kepala Ruangan. Timbang terima yang dilaksanakan sudah 88% sesuai dengan
SOP, yang artinya timbang terima di ruangan Zaitun 2 sudah cukup baik hanya belum
ada buku inventaris pada saat timbang terima,belum dibubuhkannya serah terima
inventaris ruangan, dan masih ada petugas yang tidak on teime atau tepat
waktu .Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruangan Zaitun 2 99% sudah
dilaksanakan dengan baik.
Kegiatan pre dan post conference, terlaksana namun pelaksanaannya bersamaan
dengan timbang terima. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan pre dan post
conference presentase 92%.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang Zaitun 2 di peroleh data bahwa kegiatan
supervisi diruangan zaitun 2 tidak terlaksana, meskipun demikian amanat ataupun
pembinaan kepala ruangan kepada perawat perimer dan perawat asosiet selalu
75
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi meskipun tidak sesuai dengan SPO
supervisi. Maka sebaiknya supervisi itu dijalankan dengan baik dan sesuai prosedur agar
meningkatkan kinerja dan mutu perawat diruangan.
Discharge planning sudah terlaksana dengan baik dimulai dari Perlengkapan 100%,
persiapan pasien 100%, Pelaksanaan 84,43% Adapun point yang masih jarang dilakukan
yaitu pasien dan keluarga tidak diantar sampai pintu luar serta PenKes diberikan namun
kepada pasien atau keluarga pasien yang akan pulang tidak diberikan media/leaflet untuk
edukasi dirumah dikhawatirkan pasin dan keluarga lupa dengan informasi yang sudah
perawat berikan, karena seharusnya memberikan pendidikan kesehatan harus
memberikan leaflet/media.
Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dari 10 status pasien dimulai
dari pengkajian hingga evaluasi masih belum lengkap jika dinilai dengan format susunan
permenkes 269 tentang dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis. Dalam hal
ini kelengkapan pendokumentasian harus diperhatikan kembali.
4. Marketing
Total pasien masuk dengan hasil presentase didapatkan saat dinas pagi sebanyak
6%, dan dinas sore 0%, Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang
pasien baru masuk ke Ruangzaitun 2 adalah saat shift pagi, sehingga perlu lebih banyak
menyiapkan format-format untuk penerimaan pasien baru dan menyiapkan tempat tidur
untuk pasien. Selain itu, para perawat pada shift malam diharapkan tidak mengosongkan
nurse station disaat sudah ada informasi pasien baru yang akan dirawat di Ruang zaitun 2
Total pasien keluar dengan hasil presentase pada saat dinas pagi didapatkan hasil
0%, dan dinas siang 19% Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka banyaknya peluang
pasien keluar dari ruang zaitun 2 adalah saat dinas siang. Oleh karena itu, pada saat
pasien dinyatakan layak pulang perawat harus menjelaskan administrasi yang harus
diselesaikan, kepatuhan minumobat dan edukasi untuk pemulihan. Hal ini sudah sesuai
dengan SOP yang mana didalamnya pun sudah mencakup untuk memberikan info
mengenai waktu untuk kontrolulang ke poliklinik rumah sakit.
Penilaian pasien safety yang diterapkan di Ruang zaitun 2 menunjukan bahwa 90%
sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan pengamatan masih terdapat tidak
efektifnya mengenai hand hygiene terutama saat akan melakukan Tindakan kepada
pasien, selain itu juga poin mengenai risiko jatuh tidak pernah dikaji ulang. Berdasarkan
76
wawancara dengan salah satu perawat hal ini terjadi akibat menganggap bahwa pasien
dewasa pasti akan aman.
77
Plan of Action
78
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengkajian data di ruang zaitun 2 menggunakan instrument kuesioner, panduan
SOP, wawancara, dan lembar observasi. Dari hasil observasi dan analisis kelompok
menemukan 1 masalah yang perlu dilakukan ruangan. Antara lain supervise belum
dilaksanakan, saat dilakukannya timbang terrima tidak adanya buku komunikasi .
Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan di ruangan memakai model
MPKP.
Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standar operasional prosedur
dengan rutinitas kegiatan antara lain, timbang terima (operan), pre & post conference,
ronde keperawatan, supervise keperawatan, discharge planning, dokumentasi
keperawatan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
Pimpinan/Kepala
a) Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book dan
penyediaan format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan, bagi
terselenggaranya ruang MPKP.
b) Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi keperawatam
untuk mengembangkan karir dan Pendidikan berkelanjutan ke D3 dan S1
keperawatan yang diperlukan diruang MPKP.
Sub departemen Keperawatan
a) Melakukan supervise secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan ,
memberikan pujian terhadap hasil yang telah dicapai utnuk meningkatkan motivsi
dan kualitas kerja perawat.
b) Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama fungsi
pengawasan.
c) Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang
telah diuji coba diruang zaitun 2.
Kepala Ruangan dan Ketua Tim
a) Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan
keperawatan.
b) Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang atau
dalam proses keperawatan.
c) Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai aturan yang ada yang telah ditentukan
oleh direksi Rumah Sakit.
79
Pelaksana
a) Membudayakan kegiatan yang telah diajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
b) Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperwatan pasien.
c) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjukkan profesionaisme
perawat.
Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residensi
terdahulu khususunya di ruang MPKP dan menambah kegiatan lain yang belum
dapat dilaksanakan seperti rencana minguan, bulanan, tahunan, dan ronde
keperawatan dan menyempurnakan format pengkajian dan rencana intervensi yang
sudah ada.
80
DAFTAR PUSTAKA
81