Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Psikodiagnostik

Yang dibina oleh Bu Feryana Dwi Rahayu, S.Psi., M.Psi.

Oleh:

Farid Misbah (202069110071)

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puja danpujisyukursenantiasa kami haturkankepada Allah SWT.Yang


karenaanugerahsertalimpahanrahmatnya kami bisamenyelesaikantugasmakalahini.

Ucapanterimakasih kami haturkan pula kepada Bu Nur Eva, S.Pd, M.Pd yang
telahmemberikanbimbingannyasehinggamakalahinibisaterselesaikan.Dan jugataklupakepadateman-
temananggotakelompok yang telahbanyakberkontribusidalamterselesaikannyamakalahini.

Dalampenyusunantugasmakalahinimasihterdapatbanyakkekurangannya.Untukitu, kritikdan
saran yang membangun agar makalahinidapatlebihbaiklagikedepannya.

Akhir kata, penulisberharapmakalahinibisabermanfaatbagipembelajaran.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 LatarBelakang........................................................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah................................................................................................... 1
1.3 TujuanPenulisan..................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2

2.1 Pengertianmenurut KBBI………………………………………………………. 2


2.2 SejarahsingkatPsikodiagnostik………………………………………………… 3
2.3 KlasifikasiPsikodiagnostik…………………………………………………….... 4
2.4 Jenis-jenismetodePsikodiagnostik……………………………………………… 4
2.5 PenggunaanPsikodiagnostik……………………………………………………. 5
2.6 TujuanPsikodiagnostik…………………………………………………………. 5

BAB III. KESIMPULAN.......................................................................................................... 7

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Tes Proyeksi

Dalam tulisan pertamanya, Dr. Leopold Bellak melacak sejarah


perkembangan konsep proyeksi yang sekarang ini sudah melebar dan longgar
digunakan. Atas dasra pengujian secara eksperimental maupun deskripsi klinis yang
dikemukakan oleh Freud mengenai proyeksi, Bellakmenyatakan perlunya
menetapkan dan mengkaji kembali proses-proses perceptual yang terlibat di dalam
metode proyektif. Bellak mengemukakan konsep atau istilah apersepsi dan distorsi
aperseptif dan teori belajar Gesalt tentunya memerlukan eksperimen dan eksplorasi
lebih jauh.

Formulasi yang dilakukan oleh Bellak ini menolong dalam memecahakan


beberapa probem yang dihadapi pari klinisi yang menggunakan metode-metode
proyektif. Terbentuklah suatu jembatan yang menghubungkan psikologi nonalitik
dengan psikologi analiyik yang selama ini dipisahkan.

Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes


terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism,
yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu
kumpulan dari berbagai aspek.

 Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi
wajar (sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif
diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran
manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik
proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global
approach).

Ada beberapa alasan mengapa kepribadian testi tidak diungkap atau ditanyakan
secara langsung kepada testi, seperti pada personality inventories:

1. Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas ide-ide dan


sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya. 
2. Umumnya lebih mudah menghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun
tidak dengan maksud menyembunyikannya atau menipu. 
3. Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja ia tidak
mampu untuk mengemukakannya.

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

 Pengertian Proyeksi
 Tes ini berawal dari lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting
bagi ahli klinis. Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang
digunakan pada pasien psikiatris. Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik
proyektif mencerminkan pengaruh konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern.
Ada berbagai upaya yang terpisah yang meletakkan dasar bagi teknik proyektif
dalam teori stimulus respon dan dalam teori perceptual tentang kepribadian. Asumsi
dasarnya adalah apabila subjek atau individu dihadapkan pada hal-hal yang
ambiguitas maka subjek akan memproyeksikan personalitinya melalui jawaban-
jawaban terhadap stimulus itu. Syarat-syarat untuk proyeksi antara lain
diperlukan screen dan layar. Screen adalah sebuah alat tes untuk memproyeksikan
gambar dan stimulus

Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat
proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek
ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang
sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh
apapun.

Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian
dikembangkan oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935)
dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian
manusia.

Tes proyeksi memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang berarti
dia mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi tes. Tes
proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji harus
memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan dan
pertahanannya.

Oleh karena tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to subjective).
Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman yang besar
terhadap tes. Validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam memberikan kesimpulan sangat
luas.

 Pengertian proyeksi tidaklah dapat didefinisikan secara pasti. Munculnya


konsep-konsep yang ingin menerangkan pengertian proyeksi diwarnai dengan
problem-problem mengenai konsep proyeksi itu sendiri. Proyeksi adalah
suatu  istilah yang sekarang digunakan dalam psikologi klinis, psikologi dinamik dan
psikologi sosial.

Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proteksi


termasuk tes-tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal. Istilah proyeksi
pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud pada awal-awal tahun 1894 dalam
tulisannya “The Anxiety Neurosis” yang mengatakan bahwa “Jiwa manusia memiliki
potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurotis disaat dirinya merasa
tidak mampu mengatasi rangsangan atau gairah-gairah seksual. Hal itu diartikan
bahwa jiwa bertindak seolah-olah  telah memproyeksikan gairah-gairah ini ke dalam
dunia luar.     

Pada tahun 1896 dalam tulisan “On The Defense Neuropsychosis” Freud
menyampaikan elaborasi lebih jauh mengenai konsep proyeksi. Secara eksplisit
Freud mengatakan bahwa proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar
dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen yang ada pada diri
individu ke orang lain atau dunia luar sebagai proses yang sifatnya defensif dan
individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada dirinya.

Freud memberi contoh elaborasi tersebut melalui kasus Schreber (penderita


paranoid yang memiliki  kecenderungan homoseksual). Karena ada tekanan dari
super ego yang tidak memperbolah kan pria mencintai sejenisnya terjadi reaksi
formasi dalam membentuk menransfer suatu sikap “I Love him” menjadi “I hate him”
(proyeksi benci yang sebenarnya cinta). “I hate him” masih ada kelanjutannya
menjadi “He hates him”.

Konsep proyeksi Freud ini serupa dengan konsep kompensasi dari Alder (prissip
inferioritas dan kompensasi). Sejak lahir manusia memiliki kelemahan, namun
manusia tidak putus asa dengan cara melakukan kompensasi untuk menutupi
kelemahan-kelemahannya. Bentuk kompensasi Alder ini sama dengan proyeksi.

Healy, Bronner, dan Brouer menyatakan bahwa proyeksi merupakan proses


defensive dibawah kekuasan prinsip kenikmatan. Ego akan selalu melampiaskan
dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang tidak disadari ke dunia

Pada dasarnya memang tidak banyak ahli yang memberikan pengertian atau
definisi mengenai proyeksi. Oleh karena itu pengertiannya pun menjadi terbatas.
Freud sebagai ahli pertama yang memberikan pengertian konsep proyeksi lebih
memfokuskan dibidang klinis karena sesuai dengan asal usulnya freud memang
banyak menemukan gejala perilaku proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa
dan neurosa. Pada akhirnya konsep proyeksi menjadi paling banyak dipakai
dibidang klinis.

TEORI

            Menurut Murray, dalam tes proyeksi bila subyek dihadapkan pada materi/
stimulus yang sifatnya ambigouos, kemudian subyek diminta untuk memeberi
respon terhadap stimulus tersebut, subyek akan memberi respon dengan cara
memproyeksikan dorongan – dorongan yang ada pada dirinya dalam perbuatan
yang biasanya melalui koreksi / kerjasama dengan tuntutan – tuntutan yang bersifat
eksternal. Dan menurut Murray reaksi individu terhadap stimulus ambigouos
tersebut merupakan kerjasama / interaksi antara need dan press yang disebut thema

PERNYATAAN FREUD

Awal kemunculannya, proyeksi selalu dikaitkan dengan psikosis dan neurosis,


ternyata proyeksi bisa diterapkan pada bentuk-bentuk perilaku lain yang lebih luas
missal:

1. Kepercayaan-kepercayaan tertentu di masyarakat, contoh : jangan duduk di


atas bantal  sebenarnya karna bantal fungsinya untuk kepala, bukan untuk pantat.
2. Berbagai macam bentuk kesenian. Contoh : music dan tarian jawa yang tidak
rancak dan lemah gemulai  cerminan dari budaya jawa.
3. Hal-hal yang bersifat religious.  Contoh : asap hio agama konghucu yang
membumbung keatas  agar permohonan segera sampai kepada Tuhan.

 CIRI-CIRI TES PROYEKSI

1. Adanya Stimulusnya tidak terstruktur ; memungkinkan yang subyek


mempunyai alternative pilihan jawaban yang banyak.  
2. Subjek yang mengerjakan tes tidak begitu sadar akan tujuan stimulus yang
diberikan serta apa implikasinya. 
3. Tugas pemeriksa adalah melakukan analisi dan interpretasi holistic-geografis.  
4. Adanya Stimulus samar-samar/ ambigu; memungkinkan subyek merespon
stimulus tersebut sesuai interpretasinya masing-masing.Stimulusnya kurang
mempunyai obyektifitas relative ; memunculkan individu diferensis dari masing-
masing subyek 
5. Global Approach ; menurut kesimpulan yang luas.

Macam-Macam Tes Proyeksi

Macam-macam  tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Associative Techniques

Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali
muncul. Ex : Rorschach Inkblots, Word Association

2. Construction Procedures

Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah
keadaan psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)

3. Completion Tasks

Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya. Ex : SSCT,
Rosenzweig Picture-Frustation Study

4. Choice Or Ordering Devices

Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test,


Tomkins-Horn Picture Arrangement Test

5. Expressive Methods
Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP,
DAP

Teori yang Melandasi Tes nonkognitif

Perkembangan psikologi proyektif didasarkan sebagai protes terhadap teori


structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu sebagai suatu
kumpulan dari berbagai aspek.  Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit
diungkap melalui self report, inventory. Dalam pendekatan proyektif diperlukan
instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran). Gaya
kognitif : cara yang khas dan dipilih seseorang dalam memahami, mengingat,
memikirkan dan memecahkan masalah  Gaya kognitif: kemampuan kepribadian
yang terwujud dalam aktivitas dan media Misal : Figur Gottschald

Psikoanalisis

Dalam teori ini inti dari kepribadian adalah ego. Menurut sigmun freud, ego harus
menghadapi konflik antara id (naluri agresif yang selalu minta disalurkan), dan
superego (larangan/ norma yang menghambat naluri itu). Menurut .C.G Jung ego
harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran kolektif
(naluri yang di peroleh dari pengalaman masa lalu)  dan ketidaksadaran pribadi yang
berisi pengalaman pribadi.

Menurut ericson manusia adalah makhluk rasional dimana perasaan, pikiran dan


perilakunya di pengaruhi oleh ego. Jadi ego merupakan unsur utama dari
kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial.

Perbedaan tes proyeksi dan tes nonproyeksi

Berdasarkan aspek mental dan psikologis yang di ungkap, secara garis besar, tes
psikologi dibagi menjaadi dua jenis yaitu, integensi dan kepribadian, dalam tes
kepribadian, di kenal dua jenis tes yaitu, tes proyeksi dan tes non proyeksi.

a.            Tes Proyeksi

Tes proyeksi adalah tes yang disusun atas dasar penggunaan mekanisme proyeksi.
Penugasan terhadap perilaku tes (testee) adalah proyeksi yang bersifat tak
berstruktur yang memungkinkan aneka ragam jawaban sehingga kehidupan awal
seseorang bias bergerak sebebas mungkin
Yang melatarbelakngi teknik ini adalah teori psikoanalisis freud. Pendekatan
psikoanalisis yakin bahwa hal yang terpenting dalam aspek kepribadian adalah hal
justru hal yang tidak disadarai dan sulit di buka melalui self report.

Menurut lindzey, proyeksi memiliki 2 pengertian:

a)        Classic projection (freud)


Proyeksi dilihat sebagai suatu mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan
merupakan suatu kondisi patologis.
b)        Generalized projection
Suatu proses yang normal yang terjadi pada manusia.
 
Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:

1. Stimulus tidak berstruktur --- Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur
seperti tes intelegensi. 
2. Proses proyeksi --- pengungkapan keadaan psikologi klien dengan
memproyeksikannya dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan. 
3. Administrasi longgar --- Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan
baku, tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil
tes. 
4. Testee oriented --- tes ini berorientasi pada testee 
5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi --- Dalam menginterpretasikan tes ini,
unsure subjektivitas psikolog sangat berpengaruh. 
6. Menyentuh bawah sadar --- tes proyeksi membantu mengungkapkan
keadaan bawah sadar manusia.

FUNGSI TES PROYEKSI

Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia
yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan
dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika
dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain.

Tes non Proyeksi

tes non proyeksi adalah tes kepribadian yang disusun dengan tidak
mempertimbangkan adanya proyeksi

Beberapa jenis tes non proyeksi adalah


1. Tes Kepribadian (ARES) Yaitu tes kepribadian untuk mengungkap aspek
kepercayaan diri, tanggung jawab, kestabilan emosi, dan hubungan sosial.
2.  Tes L & TW (Leadership dan Team Work) Tes L & TW digunakan untuk
mengungkap aspek sikap, kepemimpinan, dan kerjasama.
3. Tes Wiggly Block Tes kepribadin yang berbentuk potongan balok, untuk
mengungkap aspek reaksi kerja, sistematika kerja, ketenangan kerja, kecepatan
kerja dan hasil kerja. .
4. Tes Kraeplin Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam
rekruitment karyawan. Bagi anda yang pernah mengikuti tes kerja, tentunya anda
pernah melakukannya. Dimana anda disuguhi lembaran kertas yang penuh berisi
angka-angka dan anda diminta menjumlahkan angka diatas atau dibawahnya yang
berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya di antara angka tersebut,
kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester atau penguji akan
meminta anda melanjutkan ke kolom selanjutnya sampai waktu tes berakhir.
Sebelum membahas lebih jauh, baiknya kita mengetahui contoh dan sejarah alat tes
psikologi tersebut

5. EPPS ( edward Personal Preference Schedule)

Tes EPPS Tes EPPS diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Tes
Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian yang
mengukur tingkat individu dalam 15 kebutuhan dan motivasi umum. Dalam tes
EPPS ini tak ada jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Namun hanya
merupakan tes yang mengetahui tipe-tipe motivasi, kebutuhan dan kesukaan
pribadi. Dalam dunia kerja tes EPPS ini dipergunakan untuk mengetahui karakter
masing-masing karyawan ataupun calon karyawan sehingga perusahaan dapat
menempatkannya pada bidang yang tepat sehingga kelebihan dan kemampuannya
dapat dioptimalkan

Merupakan tes kepribadian dalam menyelesaikan tugas dengan aspek menerima,


mempegaruhi, serta menimbang dan memutuskan hingga memperlakukannya
terhadap tugas dan hubungan personal. Dalam alat tes psikology ini terdapat
berbaga aspek need yang di ungkap, diantaranya:

-          Kemampuan untuk berprestasi

-          Kemampuan menyesuaikan diri

-          Kemampuan menunaikan tugas

-          Kebutuhan untuk menunjukkan diri

-          Kebutuhan untuk mandiri                               

-          Kebutuhan untuk berempati

-          Kebutuhan perhatian terhadap sesama      


-          Kebutuhan akan hubungan social

-          Keinginan untuk memimpin               

-          Keinginan untuk kompromi

-          Kebutuhan memberikan perhatian   

-          Kebutuhan akan stimulasi dari luar

-          Kemampuan menghadapi berbagai rintangan

-          Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis

-          Kebutuhan  untuk bertentangan dengan orang lain.

            Pada dasarnya tes ini di kelompokkan menjadi tiga aspek yaitu, sikap kerja,
aspek sosial, aspek emosi.

6.    MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)

Merupakan serangkaian tes yang terdiri dari kira-kira 550 pertanyaan tentang

         Sikap

         Reaksi emosional

         Gejala fisik dan psikologis

         Pengalaman  masa lalu

            Pada tes ini subjek  menjawab dengan:

            Benar

            Salah

            Tidak  dapat mengaatkan
Pada prinsipnya, jawaban nilai menurut kesesuaian jawaban yang di berikan oleh
orang-orang yang memiliki berbagai masalah psikology.
7.    16 PF

Merupakan tes kepribadian yang dikembangkan oleh raymond B. Cattel untuk


mengungkap 16 faktor kepribadian seseorang

8.    CAQ (Clinical Analysis Questioners)

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES PROYEKTIF


kelebihan

 Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis


 Dapat menurunkan ketegangan
 Bersifat ekonomis

  Rapport dan keleluasaan penggunaan

Dapat berfungsi sebagai ice breaker karena tugas-tugasnya menarik dan


tidak membosankan bahkan seringkali menghibur ; teknik proyektif non verbal bisa
di gunakan untuk anak-anak, individu buta huruf dan individu dengan gangguan
bicara.

 Faking

Umumnya bisa menghindarkan kecenderungan faking karena tujuan tes


seringkali kabur dan sulit di tebak.

 Variable tester dan situasi

Teknik proyektif lemah dalam standarisasi, administrasi maupun skoringnya,


sehingga variable tester dan situasi tes menjadi sangat penting.

 Norma

Tidak ada norma standart sehingga seringkali tester menggunakan


pengalaman subyektifnya dalam menginterpretasikan sehingga menjadi bias.

 Reliabilitas

Teknik proyektif mempunyai prosedur scoring yang kurang terstandarisasi


sehingga reliabilitas skorer/penilai menjadi sangat penting dengan cara
membandingkan konsistensi respon dari subyek.

 Validitas

Teknik proyektif lemah dalam hal validitas tapi dapat di atasi


dengan   mengguanakan alat ukur lain yang mengungkapkan hal yang sama.

Kekurangan

 Validitas dan reliabilitasnya rendah


 Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan
tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnose
  interpretasinya bisa subyektif
 butuh license untuk menginterpretasinya (psikolog)
 interpretasinya susah, administrasinya juga lumayan karena harus observasi
dan denger klien juga.
 Ujiian ini hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman
dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya
 dari ujian ini pada objek yang sama dapat disimpulkan berbeda oleh
pengamat yang berbeda

Klasifikasi Tes   

1.    Menurut L. K. Frank

 Teknik konstitutif (menyusun) : materi belum terstruktur, subyek diminta untuk


memberi struktur. Contoh tes wartegg, tes ro, tes finger print.

 Teknik konstruktif (membentuk) : materi belum berbentuk subyek diminta untu


membentuk, dari pada teknik konstruktif materinya lebih mentah dan lebih free
exspression untuk subyek. Contoh tes mozaik.

 Teknik interpretative (menginterpretasi) : subyek diminta menginterpretasikan


materi. Contoh TAT, CAT, SSCT.
 Teknik katarti : fungsinya saat subyek merespon terjadi pengurangan-
penerangan hambatan-hambatan psikis. Contoh tes mozaik.

 Teknik refraktif/ekspresif : subyek diminta mengekspresikan need, sentiment,


dan lain-lain yang ada pada dirinya. Contoh tes grafis, tes bender gestalt, grafologi.

2    Menurut Lindzey

Dasar pengklasifikasian Lindzey adalah tipe jawaban subjek yaitu:


1.    Teknik Asosiasi
Subjek diberikan materi kemudian diminta untuk merespon dengan cara
mengeluarkan atau menyampaikan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya
atas stimulus tersebut.

Contoh: Tes Rorschach, SSCT

2.    Teknik Konstruksi
Subjek diminta untuk menyusun materi yang belum terbentuk menjadi suatu
cerita/gambar. Fokusnya adalah pada hasil subjek.
Contoh: TAT, CAT, sub tes mengatur gambar (dalam WAIS)
3.    Teknik melengkapisubjek di beri materi yang belum lengkap kemudian di minta
untuk melengkapi

4.    Teknik MengaturSubjek di beri materi/ soal yang ada alternative jawaban


kemudian di minta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya atau
membuat urutan atas dasar pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan dirinya atau
membuat urutan atas dasar piliha jawaban yang ada 
Contoh study of value, survey interpersonal value, tes-tes untuk mengukur tingkat
kebutuhan berprestasi, tes-tes unutk mengukur kreatifitas.
5.  Teknik Ekspresif 
fokusnya adalah pada cara subjek menyelesaikan materi, hamper mirip dengan
teknik konstruksi, tapi materi yang harus dibentuk sifatnya lebih mentahcontoh:
finger printing test, project therapy, achievement motivation training (AMT)

Bab III

PENUTUP

KESIMPULAN

      Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai macam bentuk proteksi termasuk
tes-tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal.

 Pada dasarnya memang tidak banyak ahli yang memberikan pengertian atau
definisi mengenai proyeksi. Oleh karena itu pengertiannya pun menjadi terbatas.
Freud sebagai ahli pertama yang memberikan pengertian konsep proyeksi lebih
memfokuskan dibidang klinis karena sesuai dengan asal usulnya freud memang
banyak menemukan gejala perilaku proyeksi dari kasus-kasus klinis yaitu psikosa
dan neurosa. Pada akhirnya konsep proyeksi menjadi paling banyak dipakai
dibidang klinis.
 Macam-macam  tes proyeksi dapat diklasifikasikan adalah Associative
Techniques, Construction Procedures,  Completion Tasks,  Choice Or Ordering
Devices ,  Expressive Methods.

         teori yang melandasi tes nonkognitif : psikoanalisa dan behavioristik

 Kelebihan Tes Proyektif Kelebihan Atribut psikologis dalam tes dapat


dideskripsikan dengan jelas dan tepat

 Kekurangan Tes Proyektif Validitas dan reliabilitasnya rendah 

Daftar Pustaka
 Kamiyati,diah & suryaningrum,cahyaning. Pengantar psikologi proyektif .
Bandung : UMM Press

 Markam, S.S. Pengantar Psikodiagnostik. Jakarta : Lembaga Pengembangan


Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia

 Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh


(Terjemahan).Jakarta : PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai