Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK “OBSERVASI”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Industri”

Dosen Pengampu : Lulus Suci Hendrawati

Disusun oleh:
Nama : Partogi Michael Jordan
Kelas : K3 A 2018
NIM : 031811050

PRODI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Psikologi Industri dengan baik. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada
Ibu Lulus Suci Hendrawati selaku dosen mata kuliah Psikologi Industri.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, baik yang materi pembahasan maupun dengan teknik
penyusunan makalah, akan tetapi penulis telah melakukan usaha maksimal agar
tulisan kami layak untuk dibaca dan dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Semoga makalah dapat menambah wawasan ilmu bagi para pembaca dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan untuk penulisan makalah keepannya yang lebih baik.

Jakarta, 14 September 2020

Partogi Michael Jordan

i
DAFTAR ISI
PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK “OBSERVASI”................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Definisi Observasi Dalam Psikodiagnostik.....................................................3
2.2 Komponen Observasi Sistematis.....................................................................4
2.3 Metode Observasi.............................................................................................6
2.4 Strategi atau Tahap Perancangan Observasi.................................................7
2.5 Kendala-Kendala Dalam Observasi..............................................................10
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................13
3.2 SARAN............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Psikodiagnostik berasal dari dua kata, yaitu psikologi dan diagnostik.


Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, sedangkan diagnostik
adalah mencari tahu. Jadi, bisa disimpulkan psikodiagnostik ini adalah ilmu
tentang mencari tau masalah psikologi yang muncul. Psikodiagnostik ini
muncul dilatarbelakangi oleh kebutuhan klinis, yang dieksiskan oleh Hermann
Rorschach. Dalam mendiganosa seseorang individu, Hermann membuat
sebuah tes yang dinamakan “Test Rorschach”. Test Rorschach adalah suatu tes
yang berupa bercak tinta, yang diteteskan pada kertas sehingga memunculkan
bentuk gambar yang simetris. Lalu subjek/individu yang di tes diminta untuk
mengiterpretasikan gambar tersebut. Beberapa psikolog menggunakan test ini
untuk memeriksa kepribadian seseorang.
Observasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
psikodiagnostik. Observasi menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam
sebuah penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam
proses mengamati. Adler & Adler (1987: 389) menyebutkan bahwa observasi
merupakan salah satu dasar fundamental dari semua metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan
perilaku manusia. Beberapa penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif
mengandung observasi di dalamnya. Observasi kuantitatif berbeda dengan
observasi kualitatif (Babbie, 1986: 85; Muhadjir, 2011: 351). Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bersifat eksploratif, yaitu bertujuan untuk
memahami kondisi dan pemikiran masyarakat pada umumnya. Contohnya
dengan cara mengadakan survei dan kuisioner dengan pertanyaan terbuka,
serta proses wawancara. Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan
penelitian untuk menghitung dan mengukur sebuah aspek, tentunya aspek-
aspek yang bias diukur menggunakan angka atau persentase. Contoh data
kuantitatif pada umumnya adalah panjang, lebar, tinggi, luas, volum, waktu,
kecepatan, harga, temperatur, usia, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini
akan dibahas lebih mendalam mengenai metode observasi dalam
psikodiagnostik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan observasi?


2. Apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup observasi?
3. Apa saja komponen observasi sistematis?
4. Apa saja yang termasuk didalam metode observasi ?
5. Bagaimana strategi perancangan observasi?
6. Apa saja yang termasuk kendala-kendala dalam penyusunan observasi?

1.3 Tujuan Penulis

1. Mengetahui definisi dari observasi dalam psikodiagnostik.


2. Mengetahui tentang macam-macam ruang lingkup observasi.
3. Mengetahui komponen-komponen observasi sistematis.
4. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam observasi
psikodiagnostik
5. .Mengetahui tentang strategi perancangan observasi.
6. Mengetahui kendala-kendala didalam penyusunan observasi.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang observasi


psikodiagnostik.
2. Memahami tentang penulisan observasi yang baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Observasi Dalam Psikodiagnostik

Observasi dapat kita samakan sebagai sebuah pengamatan yakni


memperhatikan apa yag orang lain lakukan. Namun hakikatnya observasi
yaitu mengamati segala gejala dengan menggunakan sebagian dari panca
indranya terutama penglihatan dan pendengaran. Berikut adalah definisi
observasi menurut para ahli:
1. Elmira mengemukaan pengertian observasi sebagai berikut:
Suatu aktivitas mengamati tingkah laku individu yang diikuti
dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting sebagai
penunjang informasi tentang individ, khususnya informasi
situasi sekarang (Elmira,1986).1
2. Bentzen menyebutkan pengertian observasi sebagai berikut:
Ability to take information thrugh one of our five phsysical
senses and to make sense of that information so that we can
use it in meaningful ways (Bentzen, 2000, hlm.4).2
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi adalah suatu kegiatan untuk
mengamati tingkah laku individu menggunakan beberapa bagian panca indrea
untuk memperoleh informasi. Ketiga komponen utama yang dapat diambil dari
penjelasan diatas yaitu :
1. Teknik mengamati, yaitu teknik berbagai teknik yang dapat
digunakan dalam melakukan observasi.
2. Teknik pencatatan, yaitu bagaimana melakukan pencatatan
observasi secara sistematis dan prosedural.
3. Teknik inferensis, yaitu proses pengambilan kesimpulan
atau pemaknaan dari apa yang diamati.
1 Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 3

2 Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 3

3
Kegiatan observasi sangat berkaitan erat dengan profesi psikologi
sehingga tidak heran bahwa profesi psikologii harus menguasai observasi ini
untuk melakukan kegiatan profesionalnya karena pada bidang psikologi mereka
memfokuskan pada model perilaku manusia. Observasi dalam psikologi diarahkan
pada pengamatan perilaku manusia, baik berupa verbal maupun non verbal.
Tingkah laku yang diamati adalah segala gerakan verbal dan non verbal yang
dapat diamati dari luar, dalam arti dapat dilihat, didengar, dihitung dam diukur.
Ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan teknik observasi dalam profesi
psikologi yaitu :
1. Psikolog mampu meperoleh data langsung dari kehidupan
sehari yang sangat beragam.
2. Analisi tingkah laku yang dilakukan oleh guru, orang tua,
dan psikolog bisa berbeda beda, maka untuk memastikanya
perlu dilakukan observasi.
3. Pegukuran data melalui alat ukur lain seperti tes atau
qoisioner kadang bersifat non spesifik, maka harus
dilakukan observasi agar memperoleh data dari individu
yang lebih akurat.

2.2 Komponen Observasi Sistematis


Menurut Sattler (2006) menyatakan agar lebih bermanfaat, maka suatu
observasi yang sistematis haruslah :
1. Bertujuan.
2. Terfokus.
3. Memiliki limit data yang dikumpulkan.
4. Memiliki metode pencatatan yang terstandarisasi, valid dan
reliable.
Lalu menurut Sunberg (1977) mengemukakan ada 4 hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan suatu situasi observasi yang sistematis yaitu :
1. Where
Artinya menunjukan tempat dimana observasi akan
dilaksanakan,maksudnya dalam situasi atau setting seperti
apa observasi akan dilaksanakan.
2. What
Artinya menunjukan apa yang akan diobservasi, apakah
tingkah laku individu, sekelompok individu, keseluruhan
situasi atau sebagaian observasi. Menurut Sunberg (1977)
terdapat dua prosedur yang dapat kita pilih yaitu :
a) Event Sampling

4
Sattler mengemukakan bahwa event sampling yaitu
mencatat setiap tingkah laku spesifik yang menjadi
target behavior. Namun Bentzen menyatakan dalam
event sampling yang menjadi titik sentral observasi
adalah event atau kejadiannya. Misalnya tingkah
laku bertengkar anak anak. Bertengkar dapat diamati
seperti adanya suara keras teriakan, adanya ekspresi
wajah tertentu, adanya tingkah laku melawan ketika
barang miliknya direbut. Jadi contoh diatas
merupakan perpaduan dari event sampling menurut
Sattler dan Bentzen karena tingkah laku bertengkar
tersusun dari tingkah laku spesifik yang dapat
diamati.3

b) Time Sampling
Settler (2006) menyatakan time sampling dapat
disebut jugaminterval sampling, interval time
sampling atau interval recording. Time sampling ini
berfokus pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih
dan terjadi dalam interval waktu tertentu.4

3. When
Menurut Sunberg when berkaitan dengan kapan observasi
berlangsung, hal ini menunjukan kapan periode dan saat
tepat observasi dilakukan, termasuk pada kapan waktu
pencatatn data dilangsungkan. Berkaitan dengan periode
waktu pengamatan, maka harus jelas berapa lama batas
waktu pengamatan, berapa banyak periode pengamatan
yang dibutuhkan, dan kapan saat waktu yang tepat
melakukan pengamatan. Disini terdapat dua cara yang
dapat dipilih berkaitan dengan waktu pencatatan :
a) Immediete Recording yaitu pencatatan segera setelah
target behavior diamati.
b) Retrospective Recording yaitu melakukan pencatatan
setelah ada kesimpulan dari hasil wawancara atau
hasil tes sebelumnya.

4. How

3Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 23

4 4 Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 23

5
Sunberg menyatakan how menyangkut bagaimana
pengamatan akan dilaksanakan dan bagaimana observer
mencatat data yang dikumpulkan. Ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu :
a) Participant Observation
Pada cara ini observer terlibat dan mengambil
bagian dalam aktivitas yang dilakukan observer.
Misalnya seorang psikolog yang turut serta
bermain dengan anak anak yang akan
diobservasinya. Ketika observer aktif berpartisipasi
dalam aktivitas observee, tentu saja observer tidak
mencatat, pencatatan ditunda hingga akhir periode
observasi berakhir.

b) Non-participant Obersavtion
Pada cara ini, observer tidak terlibat dalam
aktivitas yang dilakukan observee. Observer dapat
mengobersvasi anak lewat CCTV.

2.3 Metode Observasi

Metode observasi dapat diklasifikasikan menjadi observasi langsung dan


observasi tidak langsung. Peneliti mengobservasi perilaku pada saat
kemunculannya yaitu melalui observasi langsung. Namun, observasi dapat
dilakukan secara tidak langsung yakni ketika peneliti memeriksa bukti perilaku
masalalu dengan menggunakan jejak fisis dan catatan arsip.
Ada beberapa metode dalam observasi yaitu :
1. Metode Observasi Langsung
a) Observasi tanpa adanya intervensi

Observasi langsung terhadap perilaku dalam situasi alamiah tanpa adanya


usaha pengamat untuk mengintervensi disebut observasi naturalistis. Pengamat
yang menggunakan metode observasi ini bertindak sebagai pencatat pasif atas
peristiwa yang mucul secara alamiah. Mengobservasi orang di laboratorium
psikologi tidak akan dianggap sebagai observasi naturalistis karena laboratorium
diciptakaan secara khusus untuk meneliti perilaku. Tujuan observasi ini adalah
mendeskripsikan perilaku seperti yang biasanya muncul dan menyelidiki
hubungan diantara variabel yang ada. Hartup (1974), misalnya memilih observasi
naturalistis untuk menyelidiki frekuensi dan agresi yang ditampilkan oleh anak –
anak pra sekolah di St. Paul, Minnesota.

b) Observasi dengan adanya intervensi

6
Sebagian besar penelitian psikologis menggunakan observasi yang
melibatkan intervensi. Kemudian terdapat tiga metode observasi yang melibatkan
intervensi yaitu observasi partisipan, observasi terstruktur, dan eksperimen
lapangan. Observasi partisipan yaitu peneliti mengobservasi perilaku dan situasi
yang tidak biasa terbuka bagi observasi ilmiah. Obsrvasi partisipan para
pengamat memainkan peran ganda. Mereka mengobservasi perilaku orang dan
brpartisipai aktif dalam situasi yang diobservasi. Observasi partisipan dibagi dua
yaitu tidak tersamar dan tersamar. Observasi partisipan yang tidak tersamar, yaitu
individu yang diobservasi mengetahui adanya kehadiran pengamat. Dalam
observasi tersamar, mereka yang diobservasi tidak mengetahui bahwa mereka
sedang diobservasi dan tidak menyadari kehadiran pengamat. Observasi
terstruktur, contoh : dalam study Hyman et al meneliti mengenai kebutuhan
inattentional (karna tidak memperhatikan). Kebutuhan ini muncul ketika orang
gagal mengenali stimulus baru dan khusus dalam lingkungan mereka, khususnya
ketika perhatian sedang ditujukan pada hal lain seperti percakapan melalui
ponsel. Dalam studi ini seorang konfederasi berpakaian badut mengendarai
sepeda beroda satu di tengah alun – alun universitas. Dalam konteks untuk
melihat apakah orang lebih cenderung menampilkan kebutaan inattentional
ketika menggunakan ponsel. Peneliti mengklasifikasikan pejalan kaki menjadi
empat kelompok yaitu pengguna ponsel, pejalan tunggal, pejalan tunggal yang
mendengarkan musik, dan sepasang pejalan kaki. Hasilnya mengindikasikan
bahwa pengguna ponsel yang paling sedikit mengenali adanya badut tersebut.
Obser terstruktur diatur dalam situasi alamiah, seperti study Hyman at al (2009)
atau dalam situasi laboratorium. Psikologi klinis menggunakan observasi ini
ketika membuat penyelidikan tentang perilaku interaksi orang tua dengan
anaknya.
Eksperimen lapangan berbeda dengan eksperimen lainnya, dalam hal ini
peneliti lebih banyak menggunakan kontrol ketikamemanipulasi variabel
independen. Eksperimen ini sering digunakan dalam psikologi sosial. Contonya,
konfidrasi digunakan untuk memotong antrean guna mempelajari mereka yang
sudah ada di baris antrean (Milgran, Liberty, Toledo dan Wackhenhud,1986)
dalam eksperimen ini reaksi orang terhadap penyusupan lebih berkurang ketika
konfiderasi yang juga menunggu di dalam barisan tidak keberatan dengan
pemotongan antrean ini.
2. Metode Observasi Tidak Langsung
Keuntungan dari metode ini adalah non reaktif, unobtrusive (pengamat tidak
menonjol diri) dapat dilakukan dengan memeriksa jejak fisis dan catatan arsip,
melalui catatan dan bukti lain tentang perilaku orang.

7
Jejak fisis5 adalah sisa atau fragmen dan produk perilaku masalalu. Dua kategori
jejak fisis yaitu penggunaan jejak dan produk. Catatan arsip adalah dokumen
publik dan privat yang mendeskripsikan tentang aktivitas berbagai individu,
kelompok, institusi dan pemerintahan.

2.4 Strategi atau Tahap Perancangan Observasi

Ada beberapa tahapan dalam perancangan observasi, yaitu :


1. Tahap persiapan
a) . Menetapkan maksut dan tujuan observasi Bentzen(2000) menyatakan
bahwa menetapkan maksut dan tujuan adallah tugas pokok yang
penting dalam menetapkan observasi, karena tujuan observasi akan
menentukan sumber daya yang diperlukan, setting dan metode
observasi tertentu yang akan digunakan.
b) Menetapkan landasan teoritik
Hal ini akan dijadikan acuan dalam memahami tingkah laku yang akan
diamati dan diukur.
c) Menetukan jenis data yang akan diamati.Jenis data yang akan diamati
berupa verbal behaviour dan non verbal behaviour. Jenis data juga bisa
berupa tingkah laku yang umum atau spesifik.
d) Menetapkan tipe pengukuran dan pencatatan data Hal ini ditetapkan
sesuai dengan tujuan observasi. Ada beberapa teknik pencatatan data
yaitu:
a. Behaviour Tallying dan charting.
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang diskrit.
Tingkah laku seperti seperti ini dicata dalam bentuk
frekuensi. Seberapa sering atau berapa kali tingkah laku
muncul, contoh dari tingkah 14laku diskrit yaitu mencubit
dan menendang. Adapula tingkah laku yang tidak
dimasukan kedalam unit diskrit seperti yang dicatat dalam
bentuk durasi, contohnya yaitu menangis.
b. Cheklist
Digunakan untuk mencatat tingkah laku objektiv yang
muncul pada proses observasi yang sedang berjalan untu
mengetahui ada tidaknya suatu tingkah laku tertentu
dalam situasi tertentu. Bentuk cheklist ini dapat berupa
kolom ya dan tidak untuk ditandai.
c. Rating Secale

5 John Shaughnessy,Metode Penilitian dalam Psikologi, Salemba Humanika 2012 hal 100

8
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang telah
diketahui sebelumya dan observer membutuhkan catatan
mengenai frekuensi atau kualitas lain dari tingkah laku
tersebut.
d. Anecdotal Record
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang tidak dapat
diantisipasi akan terjadi. Tingkah laku ini biasanya adalah
tingkah laku yang tidak biasanya ditampilkan oleh
individu.
e. Narrative Description
Digunakan untuk mencatat tingkah laku secara apa
adanya dalam suatu konteks tertentu, mencangkup
deskripsi atau gambaran tingkah laku secara keseluruhan
dalam konteks tertentu.
f. Diary Description
Digunakan untuk mencatat perkembangan aspek-aspek
psikologis dari seorang individu anak secara kronologis
sehingga dapat diketahui diusia berapa anak
memunculkan keterampilan atau kemampuan dalam
aspek psikologis. Pencatatannya berupa deskripsi tingkah
laku anak tersebut.
g. Participation Chart
Sejenis dengan checklist tetapi subjek yang diamati lebih
dari satu orang atau lebih dari kelompok dan perlu
diobservasibdalam waktu dan situasi yang sama.
e) Menetapkan subjek yang akan dikenakan observasi Subjek yang akan
dikenakan observasi dapat ditentukan secara acak atau ditetapkan
melalui kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
f) Menentukan Cara Pengambilan Data Hal penting yang harus
diperhatikan adalah sebaiknya observe atau subjek yang diobservasi
tidak mengetahui jika dirinya sedang diobservasi. Apabila observe
mengetahui apabila dirinya sedang diobservasi biasanya tingkah lakunya
menjadi dibuat-buat karena pada dasarnya orang ingin dinilai baik. Maka
dari itu cara pengambilan data dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung.
g) Menetapkan Cara Pengolahan Data dan Interpretasi Data Apabila
metode pencatatan data berupa metode kualitatif maka pengolahan data
dilakukan sesuai tujuan dan kerangka pemikiran dalam menjelaskan
tingkah laku yang dimaksud. Namun apabila pencatatan data berupa
behavior tallying, checklist, rating scale, dan participation chart, maka
pengolahan data dilakukan secara kuantitatif.
2. Tahap Pelaksanaan Dan Pengambilan Data
1. Sumber Daya

9
Adalah siapakah yang akan melakukan observasi. Observer dapat dipilih
dari orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Hal
ini agar peneliti mendaptkan observer yang memahami bidang ilmu
psikologi sehingga peneliti diharapkan tidak menemui kesulitan dalam
melakukan briefing terhadap observer berkaitan dengan data yang akan
diambil.
2. Tingkah Laku Observer dalam Seting Observer
Setting observasi mencakup pengetahuan mengenai tingkah laku yang
boleh dan tidak boleh dilakukan observer dalam setting Tersebut, namun
setting lain mungkin lebih formal sehingga harus ada izin secara tertulis
dan ada setting yang tidak formal sehingga tidak memerlukan izin.
3. Mengobservasi Tanpa Diketahui Observe
Bentzen (2000) menjelaskan bahwa kesadaran observe akan keberadaan
observer dapat menganggu observe atau memotivasi observe untuk
betingkah laku dalam cara-cara yang mereka yakini akan membuat
observer menyukai atau menyenangi mereka.
4. Etika Profesional dan Kerahasiaan
Etika profesional dan kerahasiaan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
observasi. Sehingga tingkah laku kita tidak hanya mewakili diri kita tetapi
juga lembaga dimana kita berasal. Lalu kita harus menjaga perlindungan
hak, keamanan fisik dan psikologis, dan privasi individu yang menjadi
objek penelitian. Sebagai peneliti harus menjaga tingkah laku kita sendiri
untuk tetap bersikap profesional yang mencakup disiplin, tanggung jawab,
jujur secara intelektual dan objektif.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada metode pencatatan kuantitatif langkah awal sebelum data diolah adalah
tingkah laku yang ditandai diberi skor terlebih dahulu dengan kata lain setiap item
diberi skor sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Setelah semua item
selesai diberi skor, baru kemudian skor yang diperoleh dibandingkan dengan
kriteria yang telah dibuat. Adapun untuk metode pencatatan dengan frekuensi atau
durasi setelah dihitung (data diambil dengan event sampling atau time sampling),
data dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik atau diagram batang.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Peneliti harus berhati-hati terhadap kemungkinan bias yan terjadi. Menurut
benzent ada dua jenis bias dilihat dari sumbernya, yaitu personal bias dan
theoritical bias.

2.5 Kendala-Kendala Dalam Observasi

10
Sattler (2002, 2006) membagi kendalam dalam melakukan observasi kedalam
beberapa sumber yaitu kendala yang sumbernya observer, (2) kendala yang
sumbernya setting, sistem kode, skala dan isntrumen, (3) kendala yang
sumbernya observe, (4) kendala yang sumbernya sample.
1. Kendala observasi yang bersumber dari observer
Menurut Sattler (2002, 2006) dan Catwright & Catwright (1986) adalah
sebagai berikut :
• Refleksi Observer
Yaitu struktur kepribadian observer tercermin dari hasil observasi.
• Halo Effect
Observer membuat generalisasi kesan apabila kesan pertama positif maka
semua menjadi positif dan sebaliknya.
• Severity Error
Observer cenderung memberikan penilaian yang rendah untuk semua
observe.
• Personal Effect
Yaitu karakteristik personal observer (usia, jenis kelamin, ras, status) yang
mempengaruhi perilaku anak yang diobservasi.
• Observer Reactivity
Yaitu mengubah pencatatan tingkah laku ketika ia menyadari bahwa
dirinya diamati.

2. Kendala observasi yang bersumber dari setting, sistem kode, skala dan
instrument
Menurut Sattler (2002,2006) kendala observasi mencakup
• unrepresentative behavioral setting.
Yaitu observer hanya memilih satu setting atau satu periode waktu sehingg
gagal emngambil sampel tingkah laku yang representative atau mewakili
secara memadai
• coding complexity.
Yaitu observer tidak mampu menggunakan kode secara akurat karena
dalam alat ukur atau instrument.
a) terlalu banyak kategori dalam sistem coding yang dipakai
b) terlalu banyak kategori yang harus di skor dalam setiap pengamatan
c) terlalu banyak observee yang ahrus diamati dalam satu sesi observasi
• influence of extraneous cues.
Yaitu peristiwa tertentu dilingkunganmemengaruhi observer dalam
memberikan skor munculnya tingkah laku ketika tingkah laku tersebut
sebenarnya tidak terjadi.
• rating cale dan mecanical instrument.
Instrumen yaitu observer gagal menggunakan alat mekanik untuk mencatat
data.
3. Kendala Observasi yang Bersumber dari Observe

11
• Hawthorne Effect dan Child Reactivity adalah observe yang mengetahui
bahwa dirinya sedang diamati, sehingga tingkah lakunya dibuat-buat agar
berkesan baik.
• Role Selection
Adalah individu yang diobservasi mengadops peran tertentu sebagai akibat
dari pengetahuan bahwa dirinya sedang diobservasi.
4. Kendala Observasi Yang Bersumber Dari Sample
• Unpresentative Sample
Observer gagal mendapatkan server yang representative dari populasi
• Sample Insability
Observer gagal mengenali populasi yang sudah berubah, sehingga sulit
membandingkan sample saat ini dengan sample yang telah diambil
sebelumnya.
5. Cara Mengatasi Kendala dalam Observasi
Menurut Benzent (2000) :
• Objective Description (Deskripsi yang Objektif)
Yaitu mengacu pada melaporkan, mencatat yang dilihat setepat dan
selengkap mungkin
• Interpreation
Berarti mencari tahu apa yang dibalik deskripsi yang objektif dan mencoba
untuk menjelaskan atau memberi makna apa adanya

• Evaluation
Terjadi bila kita menerapkan nilai dan sikap pribadi kita terhadap tingkah
laku, karakteristik, dan kepribadian observe.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Observasi adalah suatu metode yang digunakan dalam ilmu psikologi yang
bersifat formal dan informal dengan cara mengamati kejadian atau suatu peristiwa
dan mencatat apa yang diamati. Objek dalam observasi yakni tingkah laku atau
perilaku dari individu. Hal yang diamati haruslah diperhatikan yang nantinya akan
dapat dimaknai. Berbeda dengan ilmu lain, pada profesi psikologi, observasi
berfokus pada pengamatan perilaku manusia. Tingkah laku yang diamati adalah
segala gerakan verbal dan non verbal yang dapat diamati dari luar, yang dapat
didengar, dihitung, dilihat, dan diukur. Sebelum melakukan observasi, maka
haruslah menyusun strategi observasi yang terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengolahan data, tahap penarikan kesimpulan atau interpretasi.
Dalam memecahkan masalah dengan metode observasi, memiliki 3 teknik observasi

13
yaitu teknik pengamatan, teknik pencatatan, teknik imferensis. Teknik tersebut
merupakan komponen utama dalam observasi. Terdapat dua metode dalam
observasi yakni metode observasi langsung dan metode observasi secara tidak
langsung. Namun dalam penyusunan observasi, observer mengalami beberapa
kendala yang mungkin terjadi antara lain kendala yang bersumber dari observer,
kendala observasi yang bersumber dari setting, sistem kode, skala, dan instrumen,
atau kendala observasi yang bersumber dari observee. Berikut adalah beberapa
kompetensi yang harus dimiliki observer sehingga observasi yang dilakukan efektif
dan mengurangi kendala-kendala observasi, antara lain yaitu kemampuan atensi dan
daya konsentrasi baik, sensitivitas, ketajaman, dan kemampuan persepsi, memiliki
rasa ingin tahu dan minat yang besar untuk memahami terjadinya perilaku tertentu
pada observe, menguasai teknik pencatatan observasi, dapat mengatasi kelemahan-
kelemahan yang mungkin terjadi selama proses berlangsungnya observasi,
menguasai konsep-konsep psikologi untuk dapat membuat inferensis secara tepat.

3.2 SARAN

Kami sebaga penulis berharap Makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca. Pembaca pun sangat mengharapkan koreksi dari pembaca
guna pembelajar di pembuatan penulisan berikutnya.
Kurangnya buku yang penulis baca menjadi sumber referensi dalam penulisan jadi
kami sangat mengharapkan masukan yang baik dari pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kusdiyati, Sulisworo-Irfan Fahmi. 2017. OBSERVASI. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.
Shaughnessy J. John-Eugene B.Zechmeister. 2012. Metode Penelitian dalam
Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

15
16

Anda mungkin juga menyukai