Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Psikologi Industri”
Disusun oleh:
Nama : Partogi Michael Jordan
Kelas : K3 A 2018
NIM : 031811050
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK “OBSERVASI”................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Definisi Observasi Dalam Psikodiagnostik.....................................................3
2.2 Komponen Observasi Sistematis.....................................................................4
2.3 Metode Observasi.............................................................................................6
2.4 Strategi atau Tahap Perancangan Observasi.................................................7
2.5 Kendala-Kendala Dalam Observasi..............................................................10
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................13
3.2 SARAN............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 3
3
Kegiatan observasi sangat berkaitan erat dengan profesi psikologi
sehingga tidak heran bahwa profesi psikologii harus menguasai observasi ini
untuk melakukan kegiatan profesionalnya karena pada bidang psikologi mereka
memfokuskan pada model perilaku manusia. Observasi dalam psikologi diarahkan
pada pengamatan perilaku manusia, baik berupa verbal maupun non verbal.
Tingkah laku yang diamati adalah segala gerakan verbal dan non verbal yang
dapat diamati dari luar, dalam arti dapat dilihat, didengar, dihitung dam diukur.
Ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan teknik observasi dalam profesi
psikologi yaitu :
1. Psikolog mampu meperoleh data langsung dari kehidupan
sehari yang sangat beragam.
2. Analisi tingkah laku yang dilakukan oleh guru, orang tua,
dan psikolog bisa berbeda beda, maka untuk memastikanya
perlu dilakukan observasi.
3. Pegukuran data melalui alat ukur lain seperti tes atau
qoisioner kadang bersifat non spesifik, maka harus
dilakukan observasi agar memperoleh data dari individu
yang lebih akurat.
4
Sattler mengemukakan bahwa event sampling yaitu
mencatat setiap tingkah laku spesifik yang menjadi
target behavior. Namun Bentzen menyatakan dalam
event sampling yang menjadi titik sentral observasi
adalah event atau kejadiannya. Misalnya tingkah
laku bertengkar anak anak. Bertengkar dapat diamati
seperti adanya suara keras teriakan, adanya ekspresi
wajah tertentu, adanya tingkah laku melawan ketika
barang miliknya direbut. Jadi contoh diatas
merupakan perpaduan dari event sampling menurut
Sattler dan Bentzen karena tingkah laku bertengkar
tersusun dari tingkah laku spesifik yang dapat
diamati.3
b) Time Sampling
Settler (2006) menyatakan time sampling dapat
disebut jugaminterval sampling, interval time
sampling atau interval recording. Time sampling ini
berfokus pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih
dan terjadi dalam interval waktu tertentu.4
3. When
Menurut Sunberg when berkaitan dengan kapan observasi
berlangsung, hal ini menunjukan kapan periode dan saat
tepat observasi dilakukan, termasuk pada kapan waktu
pencatatn data dilangsungkan. Berkaitan dengan periode
waktu pengamatan, maka harus jelas berapa lama batas
waktu pengamatan, berapa banyak periode pengamatan
yang dibutuhkan, dan kapan saat waktu yang tepat
melakukan pengamatan. Disini terdapat dua cara yang
dapat dipilih berkaitan dengan waktu pencatatan :
a) Immediete Recording yaitu pencatatan segera setelah
target behavior diamati.
b) Retrospective Recording yaitu melakukan pencatatan
setelah ada kesimpulan dari hasil wawancara atau
hasil tes sebelumnya.
4. How
3Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 23
4 4 Sulisworo Kusdianti dan Irfan Fahmi, Observasi PT. Remaja Rosdiakarya, Bandung, 2017 hal 23
5
Sunberg menyatakan how menyangkut bagaimana
pengamatan akan dilaksanakan dan bagaimana observer
mencatat data yang dikumpulkan. Ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu :
a) Participant Observation
Pada cara ini observer terlibat dan mengambil
bagian dalam aktivitas yang dilakukan observer.
Misalnya seorang psikolog yang turut serta
bermain dengan anak anak yang akan
diobservasinya. Ketika observer aktif berpartisipasi
dalam aktivitas observee, tentu saja observer tidak
mencatat, pencatatan ditunda hingga akhir periode
observasi berakhir.
b) Non-participant Obersavtion
Pada cara ini, observer tidak terlibat dalam
aktivitas yang dilakukan observee. Observer dapat
mengobersvasi anak lewat CCTV.
6
Sebagian besar penelitian psikologis menggunakan observasi yang
melibatkan intervensi. Kemudian terdapat tiga metode observasi yang melibatkan
intervensi yaitu observasi partisipan, observasi terstruktur, dan eksperimen
lapangan. Observasi partisipan yaitu peneliti mengobservasi perilaku dan situasi
yang tidak biasa terbuka bagi observasi ilmiah. Obsrvasi partisipan para
pengamat memainkan peran ganda. Mereka mengobservasi perilaku orang dan
brpartisipai aktif dalam situasi yang diobservasi. Observasi partisipan dibagi dua
yaitu tidak tersamar dan tersamar. Observasi partisipan yang tidak tersamar, yaitu
individu yang diobservasi mengetahui adanya kehadiran pengamat. Dalam
observasi tersamar, mereka yang diobservasi tidak mengetahui bahwa mereka
sedang diobservasi dan tidak menyadari kehadiran pengamat. Observasi
terstruktur, contoh : dalam study Hyman et al meneliti mengenai kebutuhan
inattentional (karna tidak memperhatikan). Kebutuhan ini muncul ketika orang
gagal mengenali stimulus baru dan khusus dalam lingkungan mereka, khususnya
ketika perhatian sedang ditujukan pada hal lain seperti percakapan melalui
ponsel. Dalam studi ini seorang konfederasi berpakaian badut mengendarai
sepeda beroda satu di tengah alun – alun universitas. Dalam konteks untuk
melihat apakah orang lebih cenderung menampilkan kebutaan inattentional
ketika menggunakan ponsel. Peneliti mengklasifikasikan pejalan kaki menjadi
empat kelompok yaitu pengguna ponsel, pejalan tunggal, pejalan tunggal yang
mendengarkan musik, dan sepasang pejalan kaki. Hasilnya mengindikasikan
bahwa pengguna ponsel yang paling sedikit mengenali adanya badut tersebut.
Obser terstruktur diatur dalam situasi alamiah, seperti study Hyman at al (2009)
atau dalam situasi laboratorium. Psikologi klinis menggunakan observasi ini
ketika membuat penyelidikan tentang perilaku interaksi orang tua dengan
anaknya.
Eksperimen lapangan berbeda dengan eksperimen lainnya, dalam hal ini
peneliti lebih banyak menggunakan kontrol ketikamemanipulasi variabel
independen. Eksperimen ini sering digunakan dalam psikologi sosial. Contonya,
konfidrasi digunakan untuk memotong antrean guna mempelajari mereka yang
sudah ada di baris antrean (Milgran, Liberty, Toledo dan Wackhenhud,1986)
dalam eksperimen ini reaksi orang terhadap penyusupan lebih berkurang ketika
konfiderasi yang juga menunggu di dalam barisan tidak keberatan dengan
pemotongan antrean ini.
2. Metode Observasi Tidak Langsung
Keuntungan dari metode ini adalah non reaktif, unobtrusive (pengamat tidak
menonjol diri) dapat dilakukan dengan memeriksa jejak fisis dan catatan arsip,
melalui catatan dan bukti lain tentang perilaku orang.
7
Jejak fisis5 adalah sisa atau fragmen dan produk perilaku masalalu. Dua kategori
jejak fisis yaitu penggunaan jejak dan produk. Catatan arsip adalah dokumen
publik dan privat yang mendeskripsikan tentang aktivitas berbagai individu,
kelompok, institusi dan pemerintahan.
5 John Shaughnessy,Metode Penilitian dalam Psikologi, Salemba Humanika 2012 hal 100
8
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang telah
diketahui sebelumya dan observer membutuhkan catatan
mengenai frekuensi atau kualitas lain dari tingkah laku
tersebut.
d. Anecdotal Record
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang tidak dapat
diantisipasi akan terjadi. Tingkah laku ini biasanya adalah
tingkah laku yang tidak biasanya ditampilkan oleh
individu.
e. Narrative Description
Digunakan untuk mencatat tingkah laku secara apa
adanya dalam suatu konteks tertentu, mencangkup
deskripsi atau gambaran tingkah laku secara keseluruhan
dalam konteks tertentu.
f. Diary Description
Digunakan untuk mencatat perkembangan aspek-aspek
psikologis dari seorang individu anak secara kronologis
sehingga dapat diketahui diusia berapa anak
memunculkan keterampilan atau kemampuan dalam
aspek psikologis. Pencatatannya berupa deskripsi tingkah
laku anak tersebut.
g. Participation Chart
Sejenis dengan checklist tetapi subjek yang diamati lebih
dari satu orang atau lebih dari kelompok dan perlu
diobservasibdalam waktu dan situasi yang sama.
e) Menetapkan subjek yang akan dikenakan observasi Subjek yang akan
dikenakan observasi dapat ditentukan secara acak atau ditetapkan
melalui kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
f) Menentukan Cara Pengambilan Data Hal penting yang harus
diperhatikan adalah sebaiknya observe atau subjek yang diobservasi
tidak mengetahui jika dirinya sedang diobservasi. Apabila observe
mengetahui apabila dirinya sedang diobservasi biasanya tingkah lakunya
menjadi dibuat-buat karena pada dasarnya orang ingin dinilai baik. Maka
dari itu cara pengambilan data dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung.
g) Menetapkan Cara Pengolahan Data dan Interpretasi Data Apabila
metode pencatatan data berupa metode kualitatif maka pengolahan data
dilakukan sesuai tujuan dan kerangka pemikiran dalam menjelaskan
tingkah laku yang dimaksud. Namun apabila pencatatan data berupa
behavior tallying, checklist, rating scale, dan participation chart, maka
pengolahan data dilakukan secara kuantitatif.
2. Tahap Pelaksanaan Dan Pengambilan Data
1. Sumber Daya
9
Adalah siapakah yang akan melakukan observasi. Observer dapat dipilih
dari orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Hal
ini agar peneliti mendaptkan observer yang memahami bidang ilmu
psikologi sehingga peneliti diharapkan tidak menemui kesulitan dalam
melakukan briefing terhadap observer berkaitan dengan data yang akan
diambil.
2. Tingkah Laku Observer dalam Seting Observer
Setting observasi mencakup pengetahuan mengenai tingkah laku yang
boleh dan tidak boleh dilakukan observer dalam setting Tersebut, namun
setting lain mungkin lebih formal sehingga harus ada izin secara tertulis
dan ada setting yang tidak formal sehingga tidak memerlukan izin.
3. Mengobservasi Tanpa Diketahui Observe
Bentzen (2000) menjelaskan bahwa kesadaran observe akan keberadaan
observer dapat menganggu observe atau memotivasi observe untuk
betingkah laku dalam cara-cara yang mereka yakini akan membuat
observer menyukai atau menyenangi mereka.
4. Etika Profesional dan Kerahasiaan
Etika profesional dan kerahasiaan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
observasi. Sehingga tingkah laku kita tidak hanya mewakili diri kita tetapi
juga lembaga dimana kita berasal. Lalu kita harus menjaga perlindungan
hak, keamanan fisik dan psikologis, dan privasi individu yang menjadi
objek penelitian. Sebagai peneliti harus menjaga tingkah laku kita sendiri
untuk tetap bersikap profesional yang mencakup disiplin, tanggung jawab,
jujur secara intelektual dan objektif.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada metode pencatatan kuantitatif langkah awal sebelum data diolah adalah
tingkah laku yang ditandai diberi skor terlebih dahulu dengan kata lain setiap item
diberi skor sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Setelah semua item
selesai diberi skor, baru kemudian skor yang diperoleh dibandingkan dengan
kriteria yang telah dibuat. Adapun untuk metode pencatatan dengan frekuensi atau
durasi setelah dihitung (data diambil dengan event sampling atau time sampling),
data dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik atau diagram batang.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Peneliti harus berhati-hati terhadap kemungkinan bias yan terjadi. Menurut
benzent ada dua jenis bias dilihat dari sumbernya, yaitu personal bias dan
theoritical bias.
10
Sattler (2002, 2006) membagi kendalam dalam melakukan observasi kedalam
beberapa sumber yaitu kendala yang sumbernya observer, (2) kendala yang
sumbernya setting, sistem kode, skala dan isntrumen, (3) kendala yang
sumbernya observe, (4) kendala yang sumbernya sample.
1. Kendala observasi yang bersumber dari observer
Menurut Sattler (2002, 2006) dan Catwright & Catwright (1986) adalah
sebagai berikut :
• Refleksi Observer
Yaitu struktur kepribadian observer tercermin dari hasil observasi.
• Halo Effect
Observer membuat generalisasi kesan apabila kesan pertama positif maka
semua menjadi positif dan sebaliknya.
• Severity Error
Observer cenderung memberikan penilaian yang rendah untuk semua
observe.
• Personal Effect
Yaitu karakteristik personal observer (usia, jenis kelamin, ras, status) yang
mempengaruhi perilaku anak yang diobservasi.
• Observer Reactivity
Yaitu mengubah pencatatan tingkah laku ketika ia menyadari bahwa
dirinya diamati.
2. Kendala observasi yang bersumber dari setting, sistem kode, skala dan
instrument
Menurut Sattler (2002,2006) kendala observasi mencakup
• unrepresentative behavioral setting.
Yaitu observer hanya memilih satu setting atau satu periode waktu sehingg
gagal emngambil sampel tingkah laku yang representative atau mewakili
secara memadai
• coding complexity.
Yaitu observer tidak mampu menggunakan kode secara akurat karena
dalam alat ukur atau instrument.
a) terlalu banyak kategori dalam sistem coding yang dipakai
b) terlalu banyak kategori yang harus di skor dalam setiap pengamatan
c) terlalu banyak observee yang ahrus diamati dalam satu sesi observasi
• influence of extraneous cues.
Yaitu peristiwa tertentu dilingkunganmemengaruhi observer dalam
memberikan skor munculnya tingkah laku ketika tingkah laku tersebut
sebenarnya tidak terjadi.
• rating cale dan mecanical instrument.
Instrumen yaitu observer gagal menggunakan alat mekanik untuk mencatat
data.
3. Kendala Observasi yang Bersumber dari Observe
11
• Hawthorne Effect dan Child Reactivity adalah observe yang mengetahui
bahwa dirinya sedang diamati, sehingga tingkah lakunya dibuat-buat agar
berkesan baik.
• Role Selection
Adalah individu yang diobservasi mengadops peran tertentu sebagai akibat
dari pengetahuan bahwa dirinya sedang diobservasi.
4. Kendala Observasi Yang Bersumber Dari Sample
• Unpresentative Sample
Observer gagal mendapatkan server yang representative dari populasi
• Sample Insability
Observer gagal mengenali populasi yang sudah berubah, sehingga sulit
membandingkan sample saat ini dengan sample yang telah diambil
sebelumnya.
5. Cara Mengatasi Kendala dalam Observasi
Menurut Benzent (2000) :
• Objective Description (Deskripsi yang Objektif)
Yaitu mengacu pada melaporkan, mencatat yang dilihat setepat dan
selengkap mungkin
• Interpreation
Berarti mencari tahu apa yang dibalik deskripsi yang objektif dan mencoba
untuk menjelaskan atau memberi makna apa adanya
• Evaluation
Terjadi bila kita menerapkan nilai dan sikap pribadi kita terhadap tingkah
laku, karakteristik, dan kepribadian observe.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Observasi adalah suatu metode yang digunakan dalam ilmu psikologi yang
bersifat formal dan informal dengan cara mengamati kejadian atau suatu peristiwa
dan mencatat apa yang diamati. Objek dalam observasi yakni tingkah laku atau
perilaku dari individu. Hal yang diamati haruslah diperhatikan yang nantinya akan
dapat dimaknai. Berbeda dengan ilmu lain, pada profesi psikologi, observasi
berfokus pada pengamatan perilaku manusia. Tingkah laku yang diamati adalah
segala gerakan verbal dan non verbal yang dapat diamati dari luar, yang dapat
didengar, dihitung, dilihat, dan diukur. Sebelum melakukan observasi, maka
haruslah menyusun strategi observasi yang terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengolahan data, tahap penarikan kesimpulan atau interpretasi.
Dalam memecahkan masalah dengan metode observasi, memiliki 3 teknik observasi
13
yaitu teknik pengamatan, teknik pencatatan, teknik imferensis. Teknik tersebut
merupakan komponen utama dalam observasi. Terdapat dua metode dalam
observasi yakni metode observasi langsung dan metode observasi secara tidak
langsung. Namun dalam penyusunan observasi, observer mengalami beberapa
kendala yang mungkin terjadi antara lain kendala yang bersumber dari observer,
kendala observasi yang bersumber dari setting, sistem kode, skala, dan instrumen,
atau kendala observasi yang bersumber dari observee. Berikut adalah beberapa
kompetensi yang harus dimiliki observer sehingga observasi yang dilakukan efektif
dan mengurangi kendala-kendala observasi, antara lain yaitu kemampuan atensi dan
daya konsentrasi baik, sensitivitas, ketajaman, dan kemampuan persepsi, memiliki
rasa ingin tahu dan minat yang besar untuk memahami terjadinya perilaku tertentu
pada observe, menguasai teknik pencatatan observasi, dapat mengatasi kelemahan-
kelemahan yang mungkin terjadi selama proses berlangsungnya observasi,
menguasai konsep-konsep psikologi untuk dapat membuat inferensis secara tepat.
3.2 SARAN
Kami sebaga penulis berharap Makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca. Pembaca pun sangat mengharapkan koreksi dari pembaca
guna pembelajar di pembuatan penulisan berikutnya.
Kurangnya buku yang penulis baca menjadi sumber referensi dalam penulisan jadi
kami sangat mengharapkan masukan yang baik dari pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16