Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ETIKA

 
Dosen Pengajar :

Umul Farida, S.Farm.,M.Farm.,Apt. 


 
Disusun oleh :

1. Aditya yudistira 30318002


2. Fajar Agung N 30318040

 
 
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
          2020
KATA PENGANTAR
 
          Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulisan makalah resume ini dapat diselesaikan dengan baik.Pada kesempatan  ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Umul Farida,S.Farm.,M.Farm.,Apt.sebagai dosen
pengampu mata kuliah etika kefarmasian.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan .Kepada rekan–rekan mahasiswa/i,serta
semua pihak yang telah memberikan dukungan nya bagi terselesaikannya tugas ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
         Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian laporan  ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai
penyempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat 
bagi teman-teman mahasiswa dan semua pihak-pihak yang memerlukan.
 
 
 
 
 
                                                                                    Kediri, 23 Oktober 2020   
 
 
                                                                                             
 Penulis

i
DAFTAR ISI
 
 
 
KATA PENGANTAR.…………………………...........…………...............
……………………….. i
 
DAFTAR ISI..
……………………………………………………………………...........................….....
ii

I.  PENDAHULUAN .
…………………………………………………………......................……...... 1
 
1.1. Latar Belakang…..………………………………………………................
……………....... 1
 
1.2. Tujuan...…………….....………………….
………………………………….......................... 2

1.3. RumusanMasalah…......………………………………………..…............
…………....... 2
 
II. TINJAUN PUSTAKA......…………………………………………..................
……………....... 3
2.1.................................................................................................................. 3
2.2.................................................................................................................. 3
2.3.................................................................................................................. 3
2.4.................................................................................................................. 3
 
III.METODE…………………….……................................................................................................
4
3.1. Tempat......................……………………………………………………….
…................... 4
3.2. Metode Peninjauan…………………....………………………………….............
……..... 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….......
……………………………………………..…......... 5
4.1. Presentase dan Diskusi…………………………………………....……….
…............... 5
4.2.Tinjauan Praktikum……………………………………………………….
…...................... 5
4.2.1.GambaranUmum……………………………………………...
…………................…..... 5
..
V. PENUTUP……………………………………………………….
……………….............................. 9
5.1.Kesimpulan………………………………………………………….
…………........................ 9

ii
DaftarPustaka………………………………………………………………………..............................
.................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Manusia sebagai makhluk social yang sekaligus juga makhluk individual.


Sebagai makhluk sosial, manusia harus melakukan interaksi dengan sesamanya dan
lingkungan disekitrnya untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan sebagai makhluk
individu, antara manusia yang satu dengan yang lain pastilah sedikit banyak terdapat
perbedaan. Perbedaan tersebut beragam, mulai dari perbedaan fisik, kepribadian, tingkah
laku, watak dan sebagainya. Dalam melihat suatu objek yang sama sekali pun, individu
memiliki penilaiannya masing-masing. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap,
tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

1. TujuanPenelitian

1. Dapat memahami pengertian pemahaman sosial

2. Dapat memahami pengertian persepsi

3. Dapat mengetahui pengertian persepsi kesehatan diri

4. Mengetahui contoh persepsi di lingkup kefarmasian

5. Memahami bagaimana sikap kita sebagai tenaga kefarmasian tentang berbagai


macam persepsi pasien

1.3.RumusanMasalah

1. Apa pengertian pemahaman sosial?


2. Apa yang dimaksud persepsi?

3. Apa pengertian persepsi kesehatan diri?

4. Apa saja contoh persepsi pada lingkungan kefarmasian?

5. Bagaimana sikap kita sebagai tenaga kefarmasian tentang berbagai macam


persepsi pasien?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemahaman Sosial


Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang lain/kelompok
lain secara akurat dan menafsirkan perilaku mereka. Meskipun tak seorangpun memiliki
waktu atau energi yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara cermat suatu individu atau
kelompok masyarakat tertentu.
2.2Persepsi Sosial
Persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah diproses
oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain persepsiadalah proses memberi makna pada
sensasi. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal
dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata sense, yang artinya alat indera yang
menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah proses menangkap stimuli
melalui alat indera. Proses sensasi terjadi saat alat indera mengubah informasi menjadi
impuls-impuls saraf yang dimengerti oleh otak. Dengan melakukan persepsi, manusia
memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi (Mutmainnah ,
1997).
Obyek-obyek disekitar kita dapat kita tangkap melalui alat-alat indera dan
diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyekt ersebut.
Pada seorang bayi yang baru lahir, bayangan-bayangan yang sampai keotak masih bercampur
aduk, sehingga bayi tersebut belum dapat membeda-bedakan benda-benda dengan jelas.
Makin besar anak tersebut makin baiklah struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah
dengan bertambahnya pengalaman, anak tersebut mulai dapat mengenali obyek-obyek satu
persatu, membedakan antara satu benda dengan benda lainnya dan mengelompokkan benda-
benda yang berdekatan atau serupa. Ia mulai dapat memfokuskan perhatiannya pada satu
obyek, sedangkan obyek-obyek lain disekitarnya dianggap sebagai latar. Kemampuan untuk
membeda-bedakan ,mengelompokkan, memfokuskan dan sebagain yaitu, disebut sebagai
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi (Sarwono, 2000). Dalam
hidupnya indera manusia selalu kontak dengan berbagai rangsangan (stimulus). Kita bereaksi
untuk menguraikan pola stimulus yang biasanya hampir tidak kita sadari bagian-bagian
kecilnya. Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulasi
ini dalam lingkungannya (Atkinson, 1991).

2.3 Persepsi Kesehatan Diri


Kesehatan menurut WHO (Asmadi, 2008) diartikan sebagai keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Kesehatan tidak didapatkan secara utuh apabila ada salah satu dari aspek fisik, mental
ataupun sosial yang sedang mengalami gangguan atau masalah.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Syafrudin &
Hamidah, 2009). Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,

2
mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi.
Menurut Sunaryo (2004) Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera,
kemudian individu ada perhatian, diteruskan ke otak, dan individu menyadari tentang sesuatu.
Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaanlingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif dalam memahami informasi tentang
diri dan lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-tiap individu mungkin memberikan
tanggapan dan arti yang berbeda. Kesehatan adalah sejahtera secara fisik, mental dan sosial
yang memungkinkan seseorang untuk dapat menjalankanaktivitasnya sehari-hari. Dapat
disimpulkan bahwa persepsitentang kesehatan diri adalah proses kognitif untuk memberi
makna tentang kesejahteraan diri yang terdiri dari aspek fisik, mental dan sosial, setiap orang
mungkin mempunyai tanggapan yang berbeda tentang kesehatan dirinya.

2.4 Contoh Persepsi pada lingkungan Kefarmasian

Persepsi pasien rawat jalan terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh


komunikasi dari mulut ke mulut, kebutuhan individu,pengalaman masa lalu, brosur/iklan, dan
ini akan membentuk harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Kesenjangan antara
pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima akan mempengaruhi persepsi
terhadap kualitas pelayanan.
Menurut Breckler & Wiggins dalam Zeithaml ( 1990 ) persepsi yang diperoleh
sesudah mempunyai pengalaman menerima pelayanan akan menimbulkan pengaruh langsung
terhadap perilaku berikutnya, yaitu kemauan untuk membeli kembali atau tidak membeli
kembali, yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
Menurut Kelman dalam Walgito ( 2001 ), ada tiga proses sosial yang berperanan
dalam proses perubahan sikap yaitu : compliance, identification,and internalization
Beberapa teknik dan metode yang digunakan untuk mengungkap sikap manusia dan
memberikan interpretasi yang valid yaitu observasi perilaku, penanyaan langsung, dan
pengungkapan langsung. Apabila pelayanan yang diharapkan sesuai dengan pelayanan yang
diterima, maka pasien mempunyai persepsi bahwa pelayanan tersebut berkualitas dan pasien
merasa puas. Dengan demikian tercipta kelekatan emosional dan kesetiaan yang tinggi.
Menurut Rasid dalam Jacobalis ( 2000 ) kalau pasien puas mereka akan kembali
mengkonsumsi jasa pelayanan ditempat yang sama, sebaliknya kalau mereka tidak puas,
mereka tidak akan datang lagi dan justru akan memberitahukan kepada orang lain tentang
pengalamannya yang tidak memuaskan tersebut. Faktor individu yang dianggap berpengaruh
terhadap persepsi pasien pada pelayanan kesehatan dan minat beli ulang adalah : usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan tentang obat.
Sedangkan dimensi mutu pelayanan farmasi yang berpengaruh terhadap persepsi dan
minat beli obat ulang adalah Penampilan, Kehandalan, Ketanggapan, Jaminan kepastian, dan
Perhatian. Dengan menganalisis dimensi kualitas pelayanan farmasi maka pihak manajemen
pelayanan dapat menentukan upaya meningkatkan minat beli obat ulang pasien unit rawat
jalan di IFRS.

3
2.5 Sikap Kita Sebagai Tenaga Kefarmasian Tentang Berbagai Macam Persepsi Pasien

Sikap merupakan kontrak multi dimensional yang terdiri dari respons kognitif
( respon perceptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon
syaraf simpatik), respons perilaku atau konatif (berupa tindakan dan pernyataan mengenai
perilaku).
Dengan melihat salah satu diantara ketiga bentuk respons tersebut sikap seseorang
sudah dapat diketahui, tetapi deskripsi lengkap mengenai sikap harus diperoleh dengan
melihat ketiga macam respons secara lengkap. Beberapa dimensi pengukuran sikap yaitu
arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitasnya.
Maka sikap kita ramah kepada pasien dan tidak terbawa emosi ketika mendengarkan
pasien atau mengarahkan pasien, contohnya jika ada pasien datang kita tanya dulu, setelah itu
mendengarkan persepsi pasien terlebih dahulu kita ikuti alurnya dulu, lalu kita sebagai
tenaga kefarmasian pelan pelan mengarahkan pasien, bagaiamana persepsi yang benar dan
kita juga menjelaskan kepada pasien tersebut agar pasien bisa berubah persepsinya

BAB III
METODE

3.1 TempatPenelitian

4
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI OBAT TRADISIONAL DI KELURAHAN SIMPANG
BARU KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

3.2MetodePeninjauan

Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap obat tradisional ini dilakukan di


kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan. Penelitian ini merupakan penelitian
observational/survei yang bersifat deskriptif menggunakan kuesioner untuk mengetahui
bagaimana persepsi masyarakat mengenai obat tradisional. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini sebanyak 105 responden untuk mewakili 35 RT.

Lembar kuesioner disusun merujuk pada kategori yang digunakan oleh Hidayati dan
Perwitasari (2011), yaitu pernyataan persepsi mengenai obat tradisional dan pernyataan
persepsi terhadap alasan penggunaan obat tradisional, kemudian disusun ulang sesuai
dengan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi (Walgito, 2010) dan dilanjutkan dengan
uji validitas dan reliabilitas sehingga didapatkan pernyataan yang valid untuk digunakan
pada lembar kuesioner.

Pada penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap 20

responden sehingga didapatkan pertanyaan yang valid dengan nilai r hitung ≥ 0,444 dan
alpha cronbach’s yaitu 0,76.

Analisis data terhadap data sosiodemografi responden, data persepsi masyarakat mengenai
obat tradisional dan data persepsi terhadap alasan menggunakan obat tradisional, untuk
persepsi diperoleh dari lembar kuesioner dengan melakukan pemberian skor likert pada
setiap pernyataan yang sudah memiliki kategori dengan penilaian sebagai berikut:

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PresentasidanDiskusi

Berdasarkan penelitian, kategori dengan persentase tertinggi kedua mengenai


persepsi masyarakat terhadap obat tradisional adalah sangat setuju (86,7%) apabila
tanaman obat keluarga perlu untuk ditanam di rumah. TOGA merupakan cara yang efektif
untuk penggunaan obat tradisional secara langsung apabila dibutuhkan sehingga tanaman
obat tradisional perlu ditanam di rumah. Dari hasil penelitian merdekawati (2016) bahwa
masyarakat menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit ringan yang
dideritanya dan persentase paling tinggi menunjukan bentuk sediaan yang banyak
digunakan adalah rebusan tanaman obat (65%).

6
Bersadarkan
data diatas persepsi yang
banyak timbul pada
masyarakat Kelurahan
Simpang Baru
Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru mengenai
obat tradisional
adalah obat tradisional
digunakan secara turun-
temurun 82,7% dan
diketahui sisanya yaitu
17,3% responden menolak pernyataan tersebut berasal dari usia dewasa awal.

7
4.2TinjaunPraktikum

Bersadarkan data diatas persepsi yang banyak timbul pada masyarakat Kelurahan
Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru mengenai obat tradisional adalah obat
tradisional digunakan secara turun-temurun 82,7% dan diketahui sisanya yaitu 17,3%
responden menolak pernyataan tersebut berasal dari usia dewasa awal. Usia dewasa awal
belum memiliki banyak pengalaman dibandingkan dengan usia madya dan usia lanjut
sehingga pengalaman sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang karena faktor
persepsi juga berkaitan dengan pengalaman dan ingatan seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Hidayati dan Perwitasari pada tahun
(2011) mengenai persepsi masyarakat terhadap obat tradisional di Umbulharjo Kota
Yogyakarta bahwa masyarakat juga setuju dengan khasiat dari obat tradisional yang
digunakan.

4.3 GambaranUmumPenelitian

Persepsi yang banyak timbul di masyarakat selanjutnya mengenai penggunaan


obat tradisional adalah percaya akan khasiat obat tradisional. Dari penelitian ini dapat
diketahui masih banyak masyarakat meyakini bahwa persepsi mereka mengenai khasiat
obat tradisional yang lebih aman karena terbuat dari bahan alami dan apabila dikonsumsi
dalam jangka waktu yang panjang tidak menimbulkan efek samping.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Hidayati dan Perwitasari pada tahun
(2011) mengenai persepsi masyarakat terhadap obat tradisional di Umbulharjo Kota
Yogyakarta bahwa masyarakat juga setuju dengan khasiat dari obat tradisional yang
digunakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

8
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang persepsi masyarakat mengenai


obat tradisional di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dapat
disimpulkan bahwa persepsi yang banyak timbul dimasyarakat mengenai obat tradisional
adalah obat tradisional buatan Indonesia kandungannya lebih aman (halal) (87,8%) dan
untuk persepsi terhadap alasan masyarakat menggunakan obat tradisional karena obat
tradisional digunakan secara turun-temurun (82,7%).

5.2 Saran

Sebaiknya pada penelitian obat tradisional diatas lebih akan dipercaya khasiatnya karena
terbuat dari bahan alami dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang tidak menimbulkan
efek samping.

DAFTAR PUSTAKA

9
1.Alim, S. A., Mawardi, M. K., Bafadhal, A. S. 2018. Pengaruh

Persepsi Label Halal dan Kualitas Produk Terhadap

Keputusan Pembelian Produk Fesyen. Malang: Jurnal

Administrasi Bisnis.

2.Anonim. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 88 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk

Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional. Jakarta:

Depertemen Kesehatan RI.

3.Anonim. 2017. Statistik Kantor Kelurahan Simpang Baru.

Pekanbaru: Kantor Lurah Simpang Baru..

4.Anonim. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018.

Laporan Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.

5.Alamsyah. I. E. 2018. Obat Tradisional Terus

MenjadiKebutuhan.https://www.republika.co.i

d/berita/nasional/umum/18/11/01/phiqpc349bp om.

Diakses 20 Juli 2019.

6.Burhani. R. 2017. Fitofarmaka Terdaftar Badan Pengawas Obat


dan Makanan Baru 18 Obat.
http://www.antaranews.com/berita/663929/fito farmakaterdaftar-bpom baru-18-obat. Diakses 19 Juli 2019.
7. Bustanussalam. 2016. Pemanfaatan Obat Tradisional (Herbal) Sebagai
Obat Alternatif. Biotrens.
8.Ervina. L., dan Ayubi, D. 2018. Peran Kepercayaan Terhadap Penggunaan
Pengobatan Tradisional Pada Penderita Hipertensi Di Kota
Bengkulu. Jurnal perilaku dan promosi kesehatan.
9.Febtriko. A dan Puspitasari, I. 2018. Mengukur Kreatifitas dan Kualitas
Pemograman Pada Siswa SMK Kota Pekanbaru Jurusan Teknik
Komputer Jaringan dengan Simulasi Robot. Jurnal teknologi dan
sistem informasi Universitas Abdurrab Pekanbaru
10.Hidayati. A., dan Perwitasari, D. A. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek
Menggenai Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif
pengobatan di kelurahan Muja Muju kecamatan Umbul Harjo
Kota Yogyakarta. jurnal Prosiding Seminar Nasional “Home
Care,”.

10
11.Istaminingdyah. R. 2008. Dasar-Dasar Pertimbangan Upaya Pengobatan
Sendiri Pada Masyarakat Di Kabupaten Klaten. Skripsi Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
12.Jati, Y. W. 2008. Badan Pengawas Obat dan Makanan 54 Merek Jamu
Dilarang Beredar. Bisnis Indonesia, Jakarta.
13.Novia. F. 2018. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional sebagai
Alternatif Pengobatan pada masyarakat di Kelurahan Simpang
Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, Karya Tulis Ilmiah.
Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
14.Merdekawati, R. 2016. Gambaran dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Obat Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan Pada Masyarakat
RW 005 Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo. Naskah
Publikasi Skripsi. Yokyakarta: Universitas Muhammadiyah.
Yogyakarta.
15.Mubarak, W. I. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengamatan Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
16.Rahayu, D. A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Pengobatan Tradisional Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Siberut Kecamtan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Jurnal Penelitian.
17.Sumarwan, U. 2014. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia Swastha, Basu Irawan.
1990.
18.Walgito, B. 2010. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: penerbit Andi

11

Anda mungkin juga menyukai