Anda di halaman 1dari 18

CONSUMER PERCEPTION

KELOMPOK 2:

Ulya Zhafirah (190410148)


Alda Dwi Widya (190410149)
Rina Aprilianti (190410158)
Adelia Irma Suryani (190410136)
Farhan Aulia (190410157)

Dosen Pengampu: Widya Verawaty Siregar, Ph.D

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang
berjudul “ Consumer Perception “ ini dengan lancar pada mata kuliah Perilaku
Konsumen, serta tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa kita dari
zaman kegelaapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu serta dorongan
dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan makalah ini. semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat
dan wawasan bagi kita semua.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan makalah dengan lebih baik lagi.

Lhokseumawe, 7 juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 DEFENISI PERSEPSI..............................................................................2
2.2 Unsur-Unsur Persepsi................................................................................3
2.2.1 Sensasi................................................................................................3
2.2.2 Ambang Absolut................................................................................4
2.2.3 Ambang deferensial...........................................................................5
2.2.4 Persepsi Subliminal............................................................................5
2.3 Dinamika Persepsi.....................................................................................5
2.3.1 Seleksi Berdasarkan Persepsi.............................................................5
2.3.2 Pengelompokan Persepsi....................................................................7
2.3.3 Interprestasi Penafsiran Persepsi........................................................8
2.4 Berbagai Persepsi Konsumen....................................................................9
2.4.1 Pengaturan posisi produk...................................................................9
2.4.2 Pengaturan Posisi Jasa.......................................................................9
2.4.3 Pandangan Atau Persepsi mengenai Harga......................................10
2.4.4 Kualitas Produk Yang dirasakan......................................................10
2.4.5 Risiko Yang Dirasakan....................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................14
3.2 Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk sosial dan juga sebagai mahluk yag
individual, memiliki cara pandang yang berbeda satu sama lain. Hal ini
tergantung bagaimana seseorang menanggapi sesuatu dengan
kemampuan kognitifnya.Pada dasarnya manusia dilengkapi dengan
kemampuan kognitif untuk memproses sebuah informasi yang
diperoleh dari lingkungannya melalui panca indera yang
dimliki.Salah satu kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
manusia adalah persepsi

Persepsi dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan


penyesuaian pada diri seseorang. Proses persepsi disini bisa dibilang
sebagai proses yang manusiawi atau otomatis, karena persepsi bekerja
dengan cara yang hampir sama pada setiap individu meskipun hasil akhir
yang didapatnya berbeda itu karena dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor pembentukannya. Secara sederhana persepsi
mengandung arti bagaimana cara seseorang dalam memahami
sesuatu atau bagaimana dia melihat suatu objek (Apruebo, 2005).
Persepsi juga berarti suatu proses pemahaman atau pemberian
makna atas sebuah informasi terhadap stimulus. Stimulus diperoleh
dari proses penginderaan terhadap obejk, peristiwa, atau hubungan-
hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Oleh
sebab itu, dapat dikatakan bahwa proses kognisi pada manusia
dimulai melalui sebuah proses persespi..

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang definisi persepsi?
2. Apa saja unsur-unsur persepsi?
3. Bagaimana dinamika persepsi?

1.1

1.2

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu definisi persepsi
2. Mengetahui apa saja unsur-unsur persepsi

1
3. Mengetahui bagaimana dinamika persepsi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI PERSEPSI
Schifmann dan Kanuk (2000) menyebutkan bahwa persepsi adalah
cara orang memandang dunia ini. Dari definisi yang umum ini dapat
dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara
memandang dunia sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam
maupun luar orang itu. Media massa dengan segala bentuknya dapat
membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat
tertentu. Dalam hal pemasaran, pengaruh iklan di media massa, kemasan
produk, papan reklame, dan sebagainya mempengaruhi persepsi sese orang
terhadap suatu produk atau merek. Sebelum berbicara lebih lanjut, terlebih
dahulu kita lihat bagaimana persepsi ini terbentuk.

Solomon (1999) mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana


sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur
dan akhirnya diinterpretasikan. Untuk memahami definisi ini, pertama
tama harus diketahui dahulu apa yang dimaksud dengan sensasi. Sensasi
datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera, yaitu mata,
telinga, hidung, mulut dan kulit yang disebut juga sistem sensorik. Input
sensorik atau sensasi yang diterima oleh sistem sensorik manusia disebut
juga dengan stimulus.

Input sensorik yang diterima manusia merupakan data mentah yang


kemudian diolah diinterpretasikan menjadi persepsi. Iklan di televisi,
misalnya, mengandung stimulus yang bermacam-macam. Keseluruhan
penampakannya, termasuk selebriti/ bintang iklan, warna, latar belakang
pengambilan gambar, dan sebagai nya.. diterima oleh mata sedangkan
stimulus suara diterima oleh telinga. Stimulus ini membangkitkan
pengalaman sensorik orang tersebut dalam menggunakan produk yang
serupa, maka walaupun dia tidak bisa membaui wewangian yang ada di
iklan, dia ingat akan wewangian yang dikenakan oleh pacarnya (mungkin)
dan juga kelembutan rambutnya yang tergerai, sensasi yang pernah
dialami pada waktu pertemuan dengan sang pacar di waktu yang lalu.
Dengan demikian, iklan tersebut telah mempunyai makna di benak si

2
pemirsa. Jelas terlihat bagaimana penting nya pemahaman proses persepsi
ini bagi pemasar.

Dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi


pembentukan persepsi orang. Faktor-faktor itu adalah:

Faktor internal:

 Pengalaman
 Kebutuhan saat itu
 Nilai-nilai yang dianut
 Ekspektasi/pengharapannya
Faktor eksternal:
 Tampakan produk
 Sifat-sifat stimulus
 Situasi lingkungan

Jadi, reaksi individu terhadap suatu stimulus akan sesuai dengan


pandangannya terhadap dunia ini atau versi subyektifnya terhadap realitas
yang dibentuk dari faktor-faktor di atas. Pada waktu seseorang ingin sekali
membeli suatu produk baru, ia sebetulnya merespons persepsinya tentang
produk itu dan bukan produk itu sendiri. Pemasar harus merespons
persepsi konsumen. terhadap realitas yang subyektif dan bukan pada
realitas yang obyektif. Untuk mengetahui mengapa kon sumen menerima
atau menolak suatu produk atau merek, pemasar harus memperhatikan
dengan sungguh-sungguh pandangan konsumen terhadap produk/merek
tersebut, meski pandangan tersebut sangat tidak masuk akal sekalipun. Hal
ini memerlukan pengetahuan tentang dinamika persepsi manusia dan juga
pengertian tentang aturan-aturan fisiologis dan psikologis yang
menentukan seleksi, organisasi, dan interprestasi dari stimulus sensorik.

2.2 Unsur-Unsur Persepsi


Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu
untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang
berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat dijelaskan sebagai
"bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita." Dua individu mungkin
menerima stimuli yang sama dalam kondisi nyata yang sama, tetapi
bagaimana setiap orang mengenal, memilih, mengatur, dan
menafsirkannya merupakan proses yang sangat individual berdasarkan
kebutuhan, nilai-nilai, dan harapan setiap orang itu sendiri.

3
2.2.1 Sensasi
Sensasi merupakan respon yang segera dan langsung dari alat
pancaindera terhadap stimuli yang sederhana (iklan, kemasan, merk).
Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh setiap indra.
Contoh stimuli (yaitu masukan pancaindera) meliputi produk, kemasan,
merk, iklan cetak dan iklan media elektronik. Penerima pancaindera adalah
organ tubuh manusia (mata, telinga, hidung, mulut, dan kulit) yang
menerima masukan pancaindera. Fungsi pancaindera adalah mendengar,
melihat,mencium, merasa, dan meraba. Semua fungsi ini bekerja, baik
secara tunggal, maupun gabungan, dalam menilai dan menggunakan
kebanyakan produk konsumen. Kepekaan konsumen merujuk ke
pengalaman berupa sensasi. Kepekaan terhadap stimuli berbeda-beda
sesuai dengan perbedaan kualitas indera penerima individu (misalnya,
penglihatan atau pendengaran) dan besarnya atau intensitas stimuli yang
dialaminya. Sebagai contoh, seorang buta mungkin mempunyai
pendengaran yang jauh lebih berkembang daripada rata-rata orang yang
dapat melihat dan mungkin sanggup mendengar suara yang tidak dapat
didengar orang biasa.

2.2.2 Ambang Absolut


Tingkat terendah di mana seseorang dapat mengalami sensasi
disebut ambang absolut. Titik di mana seseorang dapat mengetahui
perbedaan antara "ada sesuatu” dan "tidak ada apa-apa" merupakan
ambang absolut orang itu terhadap stimulus tersebut. Untuk
menggambarkannya, jarak di mana seorang pengendara dapat melihat
billboard tertentu di jalan raya merupakan ambang absolut orang itu. Dua
orang yang berkendaraan bersama-sama mungkin pertama-tama melihat
billboard tersebut pada waktu yang berbeda (yaitu pada jarak yang
berbeda); dengan demikian. mereka kelihatan mempunyai ambang absolut
yang berbeda. Dalam keadaan stimulasi yang konstan, seperti mengendarai
mobil melalui suatu "koridor" berbagai billboard, maka ambang absolut
akan meningkat (yaitu, indera cenderung menjadi semakin tumpul).
Setelah satu jam mengendarai mobil melalui berbagai billboard diragukan
bahwa salah satu billboard akan dapat memberikan kesan. Di bidang
persepsi, istilah penyesuaian diri khususnya merujuk pada "menjadi
terbiasa" dengan sensasi tertentu, menjadi terbiasa terhadap tingkat
stimulasi tertentu.

Penyesuaian pancaindera merupakan masalah yang menjadi


perhatian berbagai pemasang iklan nasional, karenanya mereka berusaha
mengubah kampanye iklan mereka secara teratur. Mereka khawatir para

4
konsumen akan demikian terbiasa dengan iklan cetak dan iklan TV mereka
sekarang ini sehingga mereka tidak lagi "melihat-nya; jadi, iklan-iklan
tersebut tidak lagi memberikan masukan pancaindera yang harus
diperhatikan.

2.2.3 Ambang deferensial


Perbedaan minimal yang dapat dirasakan antara dua macam stimali
yang hampir serupa disebut ambang diferensial atau jnd. (dari singkatan
just noticeable dififference =perbedaan yang mulai bisa terlihat) Hukum
Weber, sebagaimana sudah dikenal, menyatakan bahwa semakin besar
stimulus pertama, semakin besar intensitas tambahan yang dibutuhkan
supaya stimulus kedua dapat dirasakan perbedaannya. Sebagai contoh, jika
harga sebuah mobil naik 1 juta mungkin tidak akan diperhatikan
(misalnya, kenaikannya akan jatuh di bawah j.n.d). Mungkin diperlukan
kenaikan 2 juta atau lebih sebelum perbedaan harga menjadi perhatian.
Tetapi, kenaikan seribu pada harga bensin segera akan diperhatikan oleh
para konsumen, karena merupakan persentase yang berarti dari harga
bensin semula.

2.2.4 Persepsi Subliminal


Orang terstimulasi di bawah tingkat kesadaran mereka; yaitu,
mereka dapat merasakan stimuli tanpa secara sadar telah melakukannya.
Stimuli yang terlalu lemah atau terlalu singkat untuk terlihat atau terdengar
secara sadar mungkin akan cukup kuat untuk dapat disadari oleh satu sel
atau lebih penerima. Proses ini disebut persepsi subliminal karena stimulus
berada di bawah ambang batas, atau "limen kesadaran, walaupun jelas
tidak di bawah ambang batas absolut penerima yang terlibat. (Persepsi
stimuli yang berada di atas tingkat kesadaran secara teknis disebut persepsi
supraliminal walaupun biasanya agar lebih sederhana disebut persepsi).

2.3 Dinamika Persepsi


Individu sangat selektif mengenai stimuli mana yang mereka
"akui"; secara tidak sadar mereka mengorganisir stimuli yang benar-benar
mereka akui menurut prinsip prinsip psikologis vang dipegang secara luas
dan mereka menginterpretasikan stimuli tersebut (mereka memberikan arti
pada stimuli tersebut) secara subyektif sesuai dengan kebutuhan, harapan,
dan pengalaman mereka. Marilah kita periksa dengan agak rinci masing-
masing dari ketiga aspek persepsi ini: seleksi, organisasi, dan inter pretasi
stimuli.

5
2.3.1 Seleksi Berdasarkan Persepsi
Para konsumen secara tidak sadar banyak menggunakan
kemampuan memilih aspek aspek lingkungan mana (stimuli mana) yang
mereka rasakan. Seorang individu mungkin melihat beberapa hal,
mengabaikan yang lain, dan berpaling lagi dari yan lain. Sebenarnya,
orang hanya menerima atau merasakan sebagian kecil stimuli yang
menyerang mereka.

Stimuli mana yang terpilih tergantung pada dua faktor utama selain
sifat stimulus itu sendiri: (1) pengalaman konsumen sebelumnya karena
hal tersebu mempengaruhi harapan-harapan mereka (apa yang mereka
siapkan atau "tetapkan" untuk dilihat) dan (2) motif mereka pada waktu itu
(kebutuhan, keingin minat mereka dan sebagainya). Setiap faktor ini dapat
membantu meningkatkan atau mengurangi kemungkinan bahwa suatu
stimulus akan dirasakan.

1. Sifat Stimulus

Stimuli pemasaran meliputi banyak variabel yang mempengaruhi


persepsi konsumen, seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan
kemasan, merk, iklan dan lainnya. Pada umumnya, kontras merupakan
salah satu sifat stimulus yang paling dapat menarik perhatian. Para
pemasang iklan seringkali menggunakan alat-alat yang paling dapat
menarik perhatian untuk mencapai kontras maksimum dan dengan
demikian akan menembus "sekat" persepsi konsumen.

2. Harapan
Orang biasanya melihat apa yang mereka harapkan untuk dilihat
berdasarkan pada apa yang diketahui, pengalaman sebelumnya, atau
keadaan yang hendaknya ada (harapan). Dalam konteks pemasaran,
orang cenderung merasakan produk dan sifat-sifat produk menurut
harapan-harapan mereka sendiri.
3. Motif
Orang cenderung memperhatikan hal-hal yang mereka butuhkan
atau inginkan, semakin kuat kebutuhan itu, semakin besar
kecenderungan untuk mengabaikan stimulu yang tidak ada
hubungannya dengan lingkungannya.

Empat konsep penting mengenai persepsi:

1. Pembukaan diri yang selektif, konsumen mencari pesan yang


menyenangkan atau mereka bisa bersimpati dan juga selektif

6
membuka diri terhadap ik;an-iklan yang berusaha meyakinkan
atas keputusan membeli.
2. Perhatian yang selektif, kesadaran konsumen meningkat ketika
rangsangan memenuhi kebutuhan mereka. Para konsumen
mungkin memperhatikan iklan-iklan yang memenuhi
kebutuhan atau minat mereka.
3. Pertahanan terhadap persepsi, Para konsumen secara tidak
sadar menyaring stimuli yang mereka rasa secara psikologis
mengancam, walaupun pembukaan diri telah terjadi.
4. Halangan persepsi, Para konsumen melindungi diri mereka dari
serangan stimuli dengan menghalangi stimuli tersebut dari
kesadaran.

2.3.2 Pengelompokan Persepsi


Prinsip-prinsip khusus yang mendasari pengelompokkan persepsi
ini seringkali disebut dengan nama yang diberikan aliran psikologi yang
pertama mengembangkannya: psikologi Gestalt. (Gestalt, dalam bahasa
Jerman, berarti pola atau kon figurasi). Tiga diantara prinsip paling dasar
mengenai pengelompokkan persepsi adalah figur dan dasar,
pengelompokan, dan pengakhiran.

1. Figur dan dasar, Ilustrasi visual yang paling sederhana yang


terdiri dari suatu figur di atas suatu dasar (yaitu, latar
belakang). Figur tersebut dianggap lebih jelas karena berbeda
dengan dasarnya, kelihatan dapat dilihat dengan baik, solid,
dan menjadi latar depan. Dasar biasanya dianggap sebagai tidak
tentu, tidak jelas, dan berkesinambungan.
2. Pengelompokan, individu cenderung mengelompokkan stimuli
sehingga stimuli tersebut membentuk gambar atau kesan yang
menyatu. Persepsi mengenai stimuli sebagai kelompok
kelompok atau potongan-potongan informasi, daripada sebagai
kepingan-kepingan kecil informasi yang berlainan,
mempermudah ingatan mereka maupun untuk mengingatnya
kembali.
3. Penyelesaian, Para individu mempunyai kebutuhan untuk
memperoleh penyelesaian. Mereka menyatakan kebutuhan ini
dengan mengorganisasikan persepsinya sehingga mereka
membentuk gambar yang lengkap. Walaupun pola stimuli yang
mereka terima tidak lengkap, namun mereka cenderung
merasakannya sebagai lengkap, yaitu, mereka secara sadar atau
bawah sadar mengisi potongan-potongan yang hilang. Jadi

7
sebuah lingkaran yang bagian pinggirnya hilang selalu akan
dirasakan sebagai sebuah lingkaran, bukan bagian dari
lingkaran.

2.3.3 Interprestasi Penafsiran Persepsi


Stimuli seringkali sangat kabur. Ada stimuli yang lemah karena
faktor-faktor seperti kurang terlihat jelas, penampakan yang singkat,
tingkat kebisingan yang tinggi, atau fluktuasi yang terus menerus. Bahkan
stimuli yang kuat cenderung berfluktuasi secara dramatis karena faktor-
faktor seperti sudut pandang yang berbeda, jarak yang bervariasi, dan
tingkat pencahayaan yang berubah-ubah. Jika stimuli sangat kabur,
individu biasanya akan menafsirkan stimuli sedemikian rupa sehingga
stimuli tersebut membantu memenuhi kebutuhan, keinginan, minal pribadi
dan sebagainya.

Pengaruh yang membelokkan persepsi:

1. Penampilan fisik, . Orang cenderung suka pada kualitas yang


mereka asosiasikan dengan orang-orang tertentu yang mirip
dengan mereka dalam hal-hal tertentu yang relevan (dipersepsi
sebagai orang yang mirip dia).
2. Stereotip, Gambaran yang selalu ada dalam benak seseorang
(stereotype) merupakan harapan orang tersebut akan terjadinya
situasi-situasi khusus atau munculnya orang-orang tertentu atau
kejadian-kejadian tertentu dalam suatu situasi.
3. Petunjuk yang tidak relevan, ketika diperlukan untuk membuat
pertim bangan yang sulit melalui persepsi, para konsumen
seringkali memberikan respon ter hadap stimuli yang tidak
relevan.
4. Kesan pertama, Sesuatu yang sangat berkesan sulit untuk
diubah, bahkan cenderung bersifat selamanya.. Perkenalan
produk adalah tahap sangat penting yang akan masuk dalam
persepsi konsumen.
5. Terlalu cepat mengambil keputusan, Banyak orang yang
cenderung terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum
meneliti semua keterangan atau bukti yang berhubungan.
Sebagai contoh, konsumen mungkin hanya mendengar bagian
awal dari suatu pesan iklan dan langsung menarik kesimpulan
mengenai produk atau jasa yang diiklankan.
6. Efek halo, adalah kesan umum (jelek maupun baik) yang
diberikan pada interpretasi stimulus yang tidak penat. Persepsi

8
tentang orang yang berbicara dengan tidak menatap mata lawan
bicaranya adalah bahwa orang tersebut tidak jujur. Contoh
karena Rinso ternyata hebat, maka produk-produk Unilever
yang lain juga hebat.
2.1
2.2
2.3
2.4 Berbagai Persepsi Konsumen
Produk dan merk mempunyai nilai simbolis bagi individu, yang
menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi
mereka mengenai diri sendiri.

2.4.1 Pengaturan posisi produk


Citra yang dipunyai produk tertentu dalam pikiran konsumen-yaitu,
pengaturan posisinya-mungkin lebih penting bagi sukses akhir daripada
karakteristik produk yang sebenarnya. Para pemasar berusaha
membedakan produk-produk mereka dengan menekankan atribut-atribut
yang mereka nyatakan dapat memenuhi kebu tuhan konsumen lebih baik
daripada berbagai merk pesaing. Mereka berusaha keras untuk
menciptakan citra produk yang konsisten dengan citra-diri target segmen
konsumen yang relevan.

Hasil strategi pengaturan posisi yang sukses adalah citra merek


khas yang andalkan para konsumen dalam melakukan pilihan produk.
Selanjutnya, riset mengemukakan bahwa strategi pengaturan posisi oleh
pemasang iklan mempenga ruhi kepercayaan konsumen terhadap atribut-
atribut merk mereka dan harga yang konsumen bersedia bayar. 15 Dalam
lingkungan persaingan yang ketat sekarang ini, citra produk khusus
merupakan hal paling penting. Jika produk menjadi lebih kom pleks dan
pasar lebih ramai, para konsumen lebih mengandalkan citra produk dari
pada atribut-atributnya yang sebenarnya dalam mengambil keputusan
membeli.

Pemetaan perseptul, Teknik pemetaan perseptual membantu para


pemasar menetapkan akan seperti apa produk atau jasa mereka dipandang
oleh konsumen jika dibandingkan dengan merk yang bersaing menurut
satu atau beberapa karakteristik yang relevan. Teknik memungkinkan
mereka melihat kesenjangan pengaturan posisi semua merk dalam kelas
produk atau jasa tersebut dan mengenali bidang-bidang di mana kebutuhan
konsumen tidak terpenuhi dengan memadai.

9
2.4.2 Pengaturan Posisi Jasa
Dibandingkan dengan perusahaan pabrikan, para pemasar jasa
menghadapi beber apa masalah yang unik dalam mengatur posisi dan
mempromosikan penawaran mereka. Karena jasa tidak dapat dilihat, citra
menjadi faktor kunci dalam membe dakan satu jasa dari para pesaingnya.
Dengan demikian, tujuan pemasaran adalah untuk memungkinkan
konsumen menghubungkan suatu citra khusus dengan merk khusus
Kebanyakan para pemasar jasa telah mengembangkan strategi untuk mem
berikan citra yang dapat dilihat dan alat nyata yang mengingatkan kepada
jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Hal ini termasuk kendaraan
pengiriman yang dicat khusus, korek api lipat restoran, sabun dan shampo
hotel yang dikemas, dan berbagai macam barang khusus lainnya. Beberapa
konsultan citra telah berusaha membujuk United Parcel Service untuk
mengubah warna truk pengirimannya dari coklat tua ke warna yang lebih
ceria, tetapi manajemen menolak karena sudah dikenali bahwa truk-truk
coklat telah diartikan pelayanan yang cepat dan dapat diandalkan.

2.4.3 Pandangan Atau Persepsi mengenai Harga


Bagaimana konsumen memandang harga tertentu-tinggi, rendah,
wajar-mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan
kepuasan membeli.

Harga acuan adalah setiap harga yang digunakan konsumen


sebagai dasar perbandingan dalam menilai harga lain. Harga acuan dapat
bersifat eksternal atau internal. Pemasang iklan biasanya menggunakan
harga acuan eksternal yang lebih tinggi ("dijual di tempat lain dengan
harga...") dalam iklan yang menawarkan harga pen jualan yang lebih
rendah, untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang diiklankan
benar-benar merupakan pembelian yang menguntungkan. Harga acuan
internal adalah harga-harga (atau rentang harga) yang didapat kembali oleh
kon sumen dari ingatan. Angka-angka acuan internal dianggap memainkan
peranan yang besar dalam pernilaian dan persepsi konsumen mengenai
nilai dari transaksi harga (eksternal) yang diiklankan, maupun dalam dapat
dipercayainya suatu harga rujukan yang diiklankan. Harga-harga yang
diiklankan (harga acuan maupun harga pen jualan) mempengaruhi harga-
harga acuan konsumen (yaitu, harga yang diiklankan lebih tinggi
menimbulkan harga acuan internal yang lebih tinggi

2.4.4 Kualitas Produk Yang dirasakan


Para konsumen seringkali menilai kualitas produk atau jasa tertentu
atas dasar berbagai macam, isyarat informasi yang mereka hubungkan

10
dengan produk Beberapa isyarat ini merupakan sifat intrinsik produk atau
jasa, yang lain-lainnya bersifat ekstrinsik. Baik secara tunggal, maupun
secara gabungan, berbagai isyarat tersebut memberikan dasar bagi persepsi
kualitas produk dan jasa.

1. Kualitas produk yang dirasakan

Isyarat-syarat intrinsik berkaitan dengan karakteristik fisik produk itu


sendiri, seperti ukuran, warna, rasa, atau aroma. Dalam beberapa hal,
para konsumen menggunakan karakteristik fisik (misalnya, rasa es
krim atau kue) untuk menilai kualitas produk. Para konsumen suka
mempercayai bahwa mereka mendasarkan penilaian kualitas produk
mereka pada isyarat-syarat intrinsik, karena hal itu memungkinkan
mereka membenarkan keputusan-keputusan mereka (postif maupun
negatif) sebagai pilihan produk yang "rasional" atau "obyektif." Tetapi
karakteristik fisik yang mereka per gunakan untuk menilai kualitas
lebih sering tidak mempunyai hubungan intrinsik dengan kualitas
produk, Sebagai contoh, walaupun banyak konsumen yang menyata
kan mereka membeli suatu merk karena rasanya yang unggul, mereka
seringkali tidak dapat mengenali merk tersebut dalam uji rasa tutup
mata. para konsumen seringkali "menilai kualitas atas dasar isyarat
yang bersifat eksternal, seperti harga, citra merk, citra pabrikan, citra
toko ritel, atau bahkan negara asal.)

2. Kualitas Jasa yang Dirasakan


Bagi konsumen lebih sulit menilai kualitas jasa daripada kualitas
produk. Hal ini ter jadi karena adanya beberapa karakteristik jasa yang
berbeda: Jasa tidak dapat dirasakan, bervariasi, tidak tahan lama, dan
dihasilkan serta dipakal secara serentak. Karena kualitas jasa yang
sesungguhnya dapat bervariasi dari hari ke hari, dari satu karyawan ke
karyawan jasa lain, dari pelanggan satu ke pelanggan lain (misal nya,
pada makanan, pada pelayanan pelayan, pada cukuran rambut, bahkan
di kelas kelas yang diajar oleh dosen yang sama), para pemasar
berusaha membakukan jasa mereka supaya dapat memberikan
konsistensi kualitas. Kelemahan standarisasi jasa adalah hilangnya
pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, yang dihargai
oleh kebanyakan konsumen.
3. Hubungan Harga/Kualitas
Nilai produk yang dirasakan telah digambarkan sebagai trade-off
antara manfaat (atau kualitas) produk yang dirasakan dan pengorbanan
yang dirasakan-baik yang berkaitan dengan keuangan maupun bukan-

11
yang diperlukan untuk memper olehnya. Sejumlah riset mendukung
pandangan bahwa para konsumen mengandal kan harga sebagai
indikator kualitas produk

2.4.5 Risiko Yang Dirasakan


Risiko yang dirasakan didefinisikan sebagai ketidakpastian yang
dihadapi para konsumen jika mereka tidak dapat mera malkan konsekuensi
keputusan pembelian mereka. Definisi ini menyoroti dua dimensi risiko
yang dirasakan yang relevan: ketidakpastian dan konsekuensi. Beberapa
risiko yang dirasakan konsumen ketika mengambil keputusan mengenai
produk:

1. Risiko fungsional, adalah risiko bahwa produk tidak mempunyai


kinerja seperti yang diharapkan.
2. Risiko fisik, adalah risiko terhadap diri dan orang lain yang dapat
ditimbulkan produk.
3. Risiko Keuangan adalah risiko bahwa produk tidak akan seimbang
dengan har ganya.
4. Risiko Sosial adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat
menimbulkan rasa malu dalam lingkungan sosial.
5. Risiko Psikologis adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek
dapat melukai ego konsumen
6. Risiko Waktu adalah risiko bahwa waktu yang digunakan untuk
mencari produk akan sia-sia jika produk tersebut tidak bekerja
seperti yang diharapkan.

Cara konsumen menangani risiko:

1. Konsumen mencari informasi, Para konsumen mencari informasi


mengenai produk dan golongan produk melalui komunikasi dari mulut
ke mulut (dari teman dan keluarga dan dari orang lain yang
pendapatnya mereka hargai), dari tenaga penjual, dan dari media
umum.
2. Konsumen setia kepada merk, Para konsumen menghindari risiko
dengan tetap setia kepada sebuah merk yang telah memuaskan mereka
daripada membeli merk baru atau yang belum dicoba.
3. Konsumen memilih berdasarkan citra merek, Jika konsumen tidak
mempunyai pengalaman dengan suatu produk, mereka cenderung
untuk "mempercayai" merk yang disukai atau yang terkenal. Para
konsumen sering menganggap merk-merk yang terkenal lebih baik dan
pantas dibeli karena adanya jaminan penuh terhadap kualitas,
keandalan, kinerja, dan pelayanan.

12
4. Konsumen mengandalkan citra toko, Jika para konsumen tidak
mempunyai informasi Jain mengenai suatu produk, mereka sering
mempercayai penilaian para pegawai toko yang bertugas membeli
barang dagangan (merchandise buyer) dari sebuah toko yang
mempunyai nama baik dan tergantung pada mereka dalam mengambil
keputusan yang teliti untuk memilih barang-barang yang akan dijual
kembali
5. Konsumen membeli model yang termahal, jika berada dalam keraguan,
para konsumen mungkin merasa bahwa model yang paling mahal
mungkin yang tebaik kualitasnya.
6. Konsumen mencari jaminan, Para konsumen yang tidak merasa pasti
dengan kebijaksanaannya memilih suatu produk akan mencari jaminan
melalui jaminan uang kembali, hasil pengujian laboratorium
pemerintah dan swasta, garansi, dan pembelian percobaan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persepsi merupakan proses dengan apa para individu memilih,
mengatur, dan menafsirkan stimuli menjadi gambar yang berarti dan masuk
akal mengenai dunia. Persepsi mempunyai implikasi strategi bagi para
pemasar, karena para konsumen mengambil keputusan berdasarkan apa yang
mereka rasakan.

Penafsiran stimuli sangat subyektif dan didasarkan pada apa yang


diharapkan konsumen untuk dilihat dari pengalaman sebelumnya, banyaknya
penjelasan yang masuk akal yang dapat dibayangkannya, motif dan minat
pada waktu timbulnya persepsi, dan kejelasan stimulus itu sendiri. Pengaruh
yang cenderung menyimpangkan penafsiran yang obyektif termasuk
penampilan fisik, stereotipe, efek halo, berbagai isyarat yang tidak rele van,
kesan pertama, dan kecenderungan mengambil keputusan yang terlalu cepat.

3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca
sekalian agar manfaat dari pembahasan mengenai Persepsi Konsumen dapat
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Persepsi
konsumen tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi. J. Nugroho, “Perilaku Konsumen”, 2003, Prenadamedia Group; Jakarta

Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazr Kanuk “Perilaku Konsumen”,2008, PT


Indeks

Prasetijo, Ristiyanti dan Jhon J.O.I Ihalauw “perilaku Konsumen” 2005, ANDI;
Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai