Disusun Oleh:
(14401KH27020)
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya masih diberi kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan tema “Konsep dan Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Individu serta Perilaku Normal dan Abnormal.” tepat pada waktunya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Notoatmodjo (2017) perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku
dalam berbicara, berpakaian, berjalan, persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.
Tingkah laku normal adalah sikap hidup yang sesuai dengan kelompok
masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapailah suatu relasi interpersonal dan
intersosial yang memuaskan. Sedangkan tingkah laku abnormal adalah sikap
hidup yang tidak sesuai dengan keseharusannya sebagai manusia ditempat ia
berada, dan jika perilaku itu sudah mengganggu dan menghambat
keberfungsian nya dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan
masalah:
1. Apa saja konsep dan faktor yang mempengaruhi perilaku
individu?
2. Apa yang dimaksud perilaku normal dan perilaku abnormal?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami tentang konsep dan faktor
yang mempengaruhi perilaku individu serta perilaku normal dan perilaku
abnormal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang
tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan
(Oktaviana, 2015).
4
berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa
penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang
berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan
melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima
cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh
promosi jabatan.
b. Jenis-jenis perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
2. saraf,
3. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
4. Perilaku tampak dan tidak tampak,
5. Perilaku sederhana dan kompleks,
6. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
c. Bentuk-bentuk perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
5
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
6
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang
atau hal tertentu dengan cara tertentu.
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling
berbeda dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras
7
kulit putih (Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit
kuning (Mongoloid).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria
berperilaku berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan
wanita berperilaku berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
d. Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian
yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena
adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B.
Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai
hal tersebut.
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu,
oleh karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi
yaitu individu yang dalam pengambilan keputusan dapat
bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu yang
memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan akan
bertindak lambat.
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar
individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
8
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu
proses dalam interkasi manusia dengan lingkungan.
1) Usia
Usia adalah faktor terpenting juga dalam menentukan sikap
individu, sehingga dalam keadaan diatas responden akan
cenderung mempunyai perilaku yang positif dibandingkan
umur yang dibawahnya. Masa dewasa dibagi menjadi 3
periode yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), masa dewasa
madya (41-60 tahun) dan masa dewasa akhir (>61 tahun).
Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari (2018), orang
dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik,
transisi secara intelektual, serta transisi peran
sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah
puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa.
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku,
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut
Notoatmodjo (2007), pendidikan mempengaruhi perilaku
manusia, beliau juga mengatakan bahwa apabila penerimaan
perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
Dengan demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang maka semakin tepat dalam menentukan perilaku
serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan
manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dalam
berkarya manusia menemukan sesuatu serta mendapatkan
penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri. Sedangkan
9
pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu dan kadang cenderung menyebabkan seseorang lupa
akan kepentingan kesehatan diri.
4) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam
cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat
menyangkut sosial. Status sosial ekonomi adalah posisi dan
kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan dengan
pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas
yang dimiliki. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh
penduduk atas kerjanya dalam satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan
merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap
individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah
tingginya pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja.
Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah
cenderung tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan
masyarakat yang memiliki gaji tinggi memiliki motivasi
khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja mereka lebih
baik dan maksimal.
6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
3. Faktor-faktor lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf
pusat, persepsi dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain:
10
1. Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang
terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan. Berbagai bentuk media massa seperti : radio, televisi,
majalah dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Sehingga semakin
banyak menerima informasi dari berbagai sumber maka akan
meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke arah
yang baik.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan
baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan.
11
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan
pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam
membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat
pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan
perhitungan maupun pikiran awam. Misal, perilaku makan sepuluh
kali dalam sehari.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal
dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat. Misal,
perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka
yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan
budaya.
Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua
kutub yang berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum
sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.
12
mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected
child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah
dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa
aman yang lebih baik.
c. Penyebab Pencetus (Preciptating Cause)
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi
individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda
yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat
ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya
yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya
bangkrut.
d. Penyebab Yang Menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah
laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan
pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang
bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.
e. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu
penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan
sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling
mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab
sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani
konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan
mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan
sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya.
Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka
berfoya-foya bersama teman-temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab
mana akibat.
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat
digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:
1. Faktor Biologis
13
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat
menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam
kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit
dsb. Pengaruh-pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa
menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku,
mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor-faktor psikososial
a) Trauma Di Masa Kanak-kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang
menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri
sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit
disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang
dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus
dibawa sampai ke masa dewasa.
b) Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan
emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak
fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada
beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti
asuhan.
2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati
tinggal bersama orang tua di rumah.
c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi,
dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang
berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu
pada anak.
14
kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan
perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para
anggotanya:
1. Keluarga yang tidak mampu mengatasi
masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena
berbagai macam sebab seperti tidak memiliki
cukup sumber atau karena orang tua tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan
secukupnya.
2. Keluarga yang antisosial Keluarga yang
menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan
masyarakat luas.
3. Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang
bermasalah.
4. Keluarga yang tidak utuh. Keluarga
dimana ayah/ibu yang tidak ada di rumah, entah
karena sudah meninggal atau sebab lain seperti
perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
e) Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara
psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai
sebab, seperti :
1. Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga
diri.
2. Konflik nilai.
3. Tekanan kehidupan modern.
3. Faktor-faktor sosiokultural
Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam
individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
seperti :
15
a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi
oleh kekerasan,
b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi
menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang
dalam peperangan harus membunuh.
c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi
berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan
agama, ras, suku dll.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan
hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya.
Perilaku manusia terdiri dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia, sifat-sifat umum dan khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk
perubahan perilaku, dan macam-macam perilaku manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal, dan Faktor
Situsional.
B. Saran
Perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang
secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
17
DAFTAR PUSTAKA
A.Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT.
Gramedia
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama
18