Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI SOSIAL

PERSEPSI SOSIAL : MENGENALI DAN MENGERTI ORANG


LAIN

Kelompok 1

Nama Kelompok
Bobby Andreanata Rahman
Akram Ramadhani
Muhammad Hadi Saputra
Muhammad Ridha
Hidayat

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI (STIA)


PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kemampuan
dan kesehatan serta kenikmatan yang telah diberikan kepa kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah iani yang isnyaallah bermanfaat bagi kita.
Tujuan makah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah”psikologi sosial”dibawah
bimbingan Bapak Muhammad Fajar Noorr Rahman M.Psi
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulisan pribadi dan
pembaca,serta dapat memberikan wawasan yang luas dan pengetahuan kita tentang Persepsi
dan pengukuhan.
Penulisan menyadarkan bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan maka dengan
ini masih kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Akhir kata
penulis mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

Amuntai, 24 September 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................... 1
BAB II ISI .............................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL ................................................... 2
B. PROSES PERSEPSI SOSIAL .............................................................. 2
C. TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NOVERBAL ..................... 5
D. SIFAT-SIFAT PERSEPSI SOSIAL ..................................................... 7
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI ............ 8
F. MACAM-MACAM PERSEPSI SOSIAL ............................................ 10
G. PROSES PEMBENTUKAN PERSEPSI SOSIAL............................... 10
H. ATRIBUSI:MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH
LAKU ORANG LAIN ......................................................................... 11
I. BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL ......................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ................................................................................... 15
B. SARAN ATAU KRITIKAN ............................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Alat Indera Dalam Persepsi Sosial............................................................. 3
Tabel 1.2 Atribusi Personel Dan Atribusi Stimulus................................................... 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda antara individu yang satu
dengan individu yang lainnya. Dari perbedaan karakter-karakter itu, manusia tidak dapat
hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk saling mendukung dan membantu,
itulah manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus
beradaptasi, mampu mengerti, dan mampu memahami maksud dari perbuatan orang lain.
Disinilah dibutuhkan persepsi sosial.

RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa itu persepsi sosial ?
2. Apa itu persepsi sosial sebagai proses ?
3. Bagaimana tingkah laku dan komunikasi nonverbal ?
4. Atribusi memahami sebab-sebab dari tingkah laku orang lain!
5. Apa bias-bias dalam persepsi sosial ?
TUJUAN
Makalah ini kami buat untuk memenuhi apa yang menjadi tugas kami sebagai
mahasiswa Psikologi dalam mata kuliah Psikologi Sosial yang membahas tentang “persepsi
sosial : mengenali dan mengerti orang lain” dimana kami mampu mengerti bagaimana proses
persepsi sosial terjadi, faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi sosial, serta macam-
macam persepsi sosial itu sendiri.

1
BAB 2
ISI
A. PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan,
penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat
diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,pemilihan, dan pengaturan informasi
indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirakan, dipilih, dan diatur
adalah informasi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang
lain.
Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan
apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari
tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi
terhadap bagamana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang
lain.
Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha :
1. Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan
didambakan orang lain.
2. Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi
wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh,kata-kata dan tingkah laku
mereka.
3. Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain
berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.
B. PROSES PERSEPSI SOSIAL
Presepsesi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk
mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses ini, kita membentuk kesan
tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia
di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relavan dan
Indera dan Persepsi Sosial.
Dalam psikologi sosial,kecendrungan menilai baik orang lain dari
penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek halo.Disisi
lain,kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak rapi,mempunyai rambut
gondrong dan acak-acakkan,serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang yang
tidak baik,sembarang,dan tidak berpendidikan.

2
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda
nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda
nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan bahan untuk mengenali dan
mengerti orang lainsecara lebih jauh.
Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan
verbal, kita membentuk kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa mendapat kesan
apakah apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati, judes, pelit, pemarah,
pinter, dan sebagainya.
Ketika apa yang ada disekeliling kita mampu memahami maka itu adalah
persepsi, namun sebelum persepsi muncul dalam manusia maka diperlukan sebuah
respon/stimulus yang harus ditangkap melalui organ tubuh yang digunakan sebagai
alat bantunya untuk memahami lingkungannya, yaitu alat indera.

NO Alat Indera Dalam Persepsi Sosial


1 Persepsi melalui indera penglihatan
2 Persepsi melalui indera pendengaran
3 Persepsi melalui alat penciuman
4 Persepsi melalui alat pengecap
5 Persepsi melalui alat peraba
Table 1.1 Alat Indera Dalam Persepsi Sosial

1. Persepsi melalui indera penglihatan


Merupakan salah satu connected (kontak mata) dalam suatu objek atau
diri manusia. Ketika melihat sesuatu yang unik pasti tertarik dan mempresepsi
sesuatu tersebut dengan apa yang dilihat. Contohnya misal, kita melihat
seseorang yang sedang lewat didepan kita. Lalu kita melihat gerak – geriknya
ketika dia berjalan, penampilannya dan gaya dia berbicara dengan kita. Maka
dari situ kita dapat perpandangan bahwa penampilannya melebihi standart, tidak
sesuai dengan etika dan moral.
2. Persepsi melalui indera pendengaran
Suara adalah salah satu bunyi yang keluar dari mulut seseorang yang
dicerna oleh telinga. Contoh misal, dalam suatu masyarakat ketika jam 4 sore
mau sholat ashar melalukan adzan. Tiba – tiba tetangga di samping langgar

3
membunyikan suara musik dengan volume yang besar. Ketika kita mendengar
suara musik tersebut maka stimulus yang dicerna oleh alat indera kita maka
muncul persepsi sosial yang bersifat negatif artinya melanggar nilai-nilai
keberagaman dan tidak menghargai atau tidak sesuai dengan etika dan moral.
3. Persepsi melalui alat penciuman
Bau merupakan udara yang kotor. Dan bau dapat kita rasakan oleh alat
penciuman yaitu hidung. Contoh misalkan kita mau ke kampus karena tidak ada
uang untuk naik grab atau motor maka kita terpaksa naik angkot. Didalam
angkot terdiri dari emak – emak, anak, bapak – bapak. Suasana didalam terasa
panas campur bau harum baunya sampai terasa ke hidung kita. Maka dari
suasana dan rasa aroma nya terasa ketika stimulusnya di respon oleh alat
penciuman.
4. Persepsi melalui alat pengecap
lidah merupakan alat pengecap reseptor. Yang dapat kita rasakan
berupa asam, manis, pahit dan asin. Contoh misalnya, ketika kita berkunjung ke
tempat orang sebagai seorang tamu misalkan, tamu biasanya selain mengobrol
maka disertakan dengan minuman baik berupaka kopi bisa juga teh dan lainnya.
Ketika kita dikasih minuman oleh tuan rumah maka itu merupakan sebuah
kehormatan bagi seorang tamu. Lalu jika dalam campuran air minum kita itu ada
yang masih kurang seperti gula. Maka dari situ muncullah stimulus yang dicerna
oleh lidah kemudian muncul persepsi bahwa mungkin pelayanan rumah ini
kurang mengerti cara membuat kopi kepada tamu.
5. Persepsi melalui alat peraba
salah satu indera peraba adalah kulit. Kulit berbeda beda ada yang
kasar, lembut dan halus. Mengapa indera peraba terjadinya persepsi sosial? Itu
karena dalam kehidupan sosial ini jenjang masyarakat itu berbeda beda salat
satunya adalah kulit. Dalam persepsi kita terjadi apabila misalkan kita digigit
ular atan dipukul. Maka stimulusnya adalah kita merasa sakit ketika kita digigit
ular atau dipukuli itu adalah persepsi kita. Contoh misalnya, dalam kehidupan
masyarakat terdapat anak muda yang menikah diluar aturan. Maka stimulus yang
kita cerna akan berdampak pada interpretasi kita. Maka tokoh masyarakat mulai
muncul persepsi yang kemudian melanggar etika dan adat istiadat/moral
masyarakat yang efeknya akan dikenakan sanksi sesuai pranata sosial dalam
masyarakat.
4
C. TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL

Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Tidak
selalu memberikan hal yang tepat dan bertentangan dari yang dialami. Orang-orang
cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang baru
dikenal.

Untuk memahami orang lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh
penampilan fisik, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan
gerakan badan. Tujuan tingkah laku nonverbal menurut (Patterson, 1983) sebagai
berikut :

1. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat


secara ajak. Contohnya, emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari
ekspresi wajahnya meskipun orang itu menyatakan dia tidak sedih.
2. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola
interaksi. Contohnya, dalam diskusi, ekspresi wajah seseorang yang
mengangkat tangan dapat menjadi tanda bahwa orang itu hendak ikut bicara
dalam diskusi.
3. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengungkapkan keintiman,
misalnya melalui sentuhan, rangkulan, dan tatapan mata
4. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengegakkan dominasi
terkendali seperti mata melotot, rahang yang dikatpkan rapat-rapat dan
gerakan-gerakan yang diassosiasiakan sebagai tindakan agresif.
5. Tingkah laku nonberval dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan dengan cara menunjuk, memberi tanda pujian dengan mengangkat
jempol dan menampilkan senyum sebagai tanda memberi dukungan positif.

Tanda-tanda penampilan fisik nonverbal untuk mencari tahu apa yang ditampilkan
dan dirasakan orang lain. Disisi lain, orang lain juga mencoba mengenali kita melalui
tingkah laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal
disebut komunikasi nonverbal.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering malakukan komunikasi nonverbal.


Contohnya, saat melewati rumah tetangga dan orang nya sedang duduk di teras depan,
kita tersenyum kepadanya dan ia juga membalas dengan senyum.

5
Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak
dilakukan oleh psikologi sosial (di antaranya Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991;
Keltner, 1995; Forest & Fieldman, 2000; Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al.,
2003). Dari penelitian itu diperoleh pemahaman bahwa tanda-tanda nonverbal yang
ditampilkan orang lain dapat memengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak
memberi perhatian kepada hal itu secara sadar. Pengaruh tanda-tanda nonverbal bekerja
meskipun kita tidak memfokuskan atau memikirkannya. Contohnya, ketika kita tiba-tiba
bertemu dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara
yang tinggi, kita bisa dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau
kesal dan tekanan suara kita pun meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika orang lain
itu adalah atasan kita. Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal
memiliki efek penularan emosional.

o Saluran Komunikasi Nonverbal


Ketika orang mengalami perasaan tertentu, apa yang mereka rasakan
terlihat dari tingkah laku nonverbal mereka. Secara sadar atau tidak sadar,
mereka menyalurkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan melalui bagian-
bagian tubuh tertentu.
o Ekspresi wajah sebagai tanda emosi orang lain
Melalui ekspresi wajah kita, kita dapat mengenali dan mengerti emosi
orang lain. Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah
dengan emosi menunjukkan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas
diwakili oleh ekspresi wajah; marah, takut, bahagia, takut, kaget, dan jijik
(Izard, 1991; Rozin, Lowery, & Ebert, 1994).
o Kontak mata sebagai tanda nonverbal
Kontak mata menyediakan informasi sosial dan emosional (Zimbardo,
1977; Kleike, 1986). Contoh, pada saat orang ingin mengetahui apakah
suana hati orang lain yang sedang ditemuinya bervalensi negatif atau positif,
orang melihat kepada mata orang lain itu.
o Gerak-gerik, gerakan badan, dan postur
Orang mengubah gerak badannya ketika perasaannya berubah. Posisi
tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya.
Gerakan badan mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu
saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda

6
nonverbal sehingga ketika dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional
orang lain.
o Sentuhan
Bentuk sentuhan umum di berbagai budaya ketika bertemu dengan orang
lain adalah berjabat tangan. Jabat tangan yang mantap merupakan cara yang
baik untuk memberikan kesan positif terhadap orang lain (Chaplin, et al.,
2000).
o Komunikasi nonverbal melalui Multi-Saluran
Archer dan Akert (1991) menunjukkan bahwa orang mampu menafsirkan
tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi
nonverbal dengan cukup tepat, dengan menafsirkan dengan berbagai tanda
meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang. Misalnya, orang yang di
ekstrovert lebih baik kemampuannya dari pada orang yang introvert.
D. SIFAT-SIFAT PERSEPSI SOSIAL
a. Persepsi bersifat dugaan
Proses presepsi yang diduga itu mendukung kita melihat suatu objek dengan
makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh karena informasi
yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu
kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu.
Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan
menyediakan informasi yang hilang.
b. Persepsi bersifat evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pendekatan yang kita gunakan untuk
memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan
subjektif. Menggunakan kata-kata Andre L. Rich, “persepsi pada dasarnya
memiliki keadaan fisik dan psikologi individu, alih-alih menunjukkan
karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl
Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menghadapinya
dengan persepsi dunia ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.
c. Persepsi bersifat kontekstual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh
yang ada dalam persepsi kita., konteks merupakan salah satu pengaruh yang
paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu
7
objek atau suatu kejadian yang sangat mempengaruhi, tertentu dan juga persepsi
kita.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSEPSI
Robbin (1989 dalam Hanurawan, 2010) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
faktor utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial. Faktor
itu adalah :
1) Faktor penerima (the perceiver)
• pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat di pengaruhi
karakteristik kepribadian.
• Di antara karakteristik kepribadian utama itu adalah konsep diri, nilai dan
sikap, pengalaman di masa lampau dan harapan yang terdapat dalam diri.
• Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) yang tinggi dan selalu
merasa diri secara mental dalam keadaan sehat cenderung melihat orang lain
dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic, dibandingkan
dengan seseorang memiliki konsep diri rendah.
Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman suatu proses kognitif akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantaranya adalah
konsep diri, nilai, sikap, pengalamab masa lalu dan harapan – harapan yang terdapat
dalam dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri yang tinggi akan cenderung
melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic. Orang yang
memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda
dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman dimasa lalu sebagai
bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang.
2) Faktor Situasi
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dibagi menjadi tiga yaitu,
seleksi, kesamaan, dan organisasi.
- Seleksi
Seseorang akan lebih memusatkan perhatiannya pada objek yang dianggap
lebih disukai ketimbang objek yang tidak disukainya. Hal ini sering disebut
dengan seleksi informasi tentang keberadaan suatu objek baik fisik maupun sosial.
- Kesamaan
Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses persepsi sosial untuk
mengklasifikasikan orang ke dalam suatu kategori yang kurang lebih sama, seperti
berlatar belakang, jenis kelamin, status sosial, dan etnik.
8
- Organisasi
Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk memahami orang
lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang bersifat, teratur, dan runtun.
pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut dengan organisasi perseptual.
Apabila seseorang menerima informasi maka ia mencoba untuk
menyesuaikan informasi itu ke dalam pola – pola yang telah ada. Pada suatu
situasi (tempat suatu stimulus yang muncul), memiliki konsekuensi bagi
terjadinya interpretasi yang berbeda. Interpretasi itu menunjukkan hubungan
diantara manusia dengan dunia stimulus. Cara individu mendifinisikan suatu
situasi memiliki konsekuensi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perilaku
orang lain.
3) Faktor objek sasaran (the target)
Dalam persepsi sosial secara khusus objek yang diamati itu adalah orang lain.
Ada empat ciri yang ada dalam diri objek atau dalam diri orang lain yang dapat
memberi pengaruh terhadap terbentuknya persepsi sosial, yaitu :
1) Keunikan
2) Kekontrasan
3) Ukuran dan intensitas yang terdapat dalam diri objek
4) Kedekatan (proximity) objek dengan latar belakang orang lain
Ciri pertama yang dapat menimbulkan kesan pada target adalah keunikan
(novelty). Ciri – ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang salah satu unsur penting
yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya
sehingga lebih mudah dipersepsi keberadaannya. Ciri kedua adalah kekontrasan,
seseorang aka lebih mudah pelh orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik
berbeda dibanding lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Misalnya seseorang
yang berkulit hitam tinggal di lingkunagn yang sebagian besar berkulit putih. Ciri
ketiga adalah ukuran dan intensitas yang terdapat dalam diri objek. Misalnya seorang
miss wolrd yang cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang lain
dibanding gadis-gadis pada umumnya. Ciri keempat adalah kekompakan/kedekatan
(proximity) objek dengan latar belakang orang lain. Kecenderungan
mengklasifikasikan dengan ciri-ciri yang sama karena hubungan kedekatan, misalnya
dosen ekonomi diklasifikasikan sebagai seseorang yang memiliki sifat ekonomis,
efisien dan sebagainya.

9
F. MACAM-MACAM PERSEPSI SOSIAL
Secara garis besar persepsi sosial dibagi jadi dua bagian, yaitu persepsi terhadap objek
(lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (interpersonal).
a. Persepssi terhadap objek (lingkungan fisik)
Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan sebuah proses
persepsi yang menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia. Stimulus
yang ditangkap bukan dari komunikasi nonverbal, melainkan dari gelombang
cahaya, gelombang suara, temperatur, dan lain-lain. Sifat-sifat luar, sedangkan
persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,
harapan, dan sebagainya). Orang akan mempersepsi kita pada saat kita
mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat
interaktif.
Objek yang kita persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita dan kita
juga tidak memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan objek yang
kita jadikan sebagai bahan persepsi relatif tetap. Persepsi objek terbagi 3 jenis,
yaitu :
Persepsi jarak  contoh, “awan semakin kita memandang jauh semakin
nampak rendah seolah0olah kita dapat menggapainya”.
Persepsi gerak  contoh, “saat kita berada di dalam kereta dan bersebelahan
dengan rumah penduduk atau pohon terkadang kita bingung, kita yang
bergerak atau rumah penduduk yang bergerak”.
Persepsi total  contoh, “pada persepsi total baru akan tampak jelas kalau
dilihat secara keseluruhan”.
b. Persepsi terhadap manusia (interpersonal)
Persepsi terhadap manusia merupakan proses persepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal
maupun nonverbal. Reaksi dari yang di persepsi ada kemungkinan bias, karena
manusia selalu berubah-ubah.
G. PROSES PEMBENTUKAN PERSEPSI SOSIAL
Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus
mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan
proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan
oleh syarat sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu meyadari apa yang
10
dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak
atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai pusat psikologis. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu
meyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang
diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses
terakhir dari persepi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dan
persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk ( Walgito, 2004 : 90
).

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam
persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya
dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang
ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Tidak semua stimulus mendapatkan respon
individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan
respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.
Kemudian berkaitan dengan proses persepsi, seperti yang terungkap dari definisi
persepsi yang dikemukakan Robbin (2001) bahawa persepsi merupakan suatu proses
dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Proses ini terdiri dari proses
seleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan. Adapun ketiga proses ini berjalan
secara terus menerus, saling berbaur dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. (
Robbin, 2001 : 88 ).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Davidoff (1981), stimulus yang diterima
melalui alat inderanya kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu
meyadari dan mengerti tentang apa yang di indera itu. Inilah yang disebut persepsi.
(Walgito, 1997 : 53).
Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, disini
berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yg dipilihnya dan diterima individu,
individu meyadari dan memberi respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

H. ATRIBUSI:MEMAHAMI SEBAB-SEBAB DARI TINGKAH LAKU ORANG LAIN


a. Teori Atribusi dari Heider
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Heider (1925).
Dalam tradisi fenomenologi, pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana
kita melakuakan kontak dengan dunia nyata jika pikiran kita hanya memiliki

11
data indrawi (kesan dan pengalaman). Psikologi gestalt mencoba untuk
mengenali prinsip-prinsip yang mengatur bagaimana pikiran membuat
penyimpulan tentang dunia dari data indrawi (membuat data indrawi jadi
bermakna).
Menurut Heider, ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku: (1)
atribusi internal atau disposisional; astribusi eksternal atau lingkungan. Pada
atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang
disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului
tingkah laku). Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah
laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat orang itu berada.
b. Teori Atribusi dari Kelley
Kelley (1967, 1972) mengajukan model proses atribusi yang tidak lagi
merujuk pada intensi. Untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang
membuat kuntribusi personal ketika konsensus dan kekhususan
(distinctiveness) rendah. Pada saat konsensus dan kekhususan, orang
membuat atribusi stimulus. Jadi, atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
interaksi orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor
intensional.
Konsensus didefinisikan sejauh mana orang lain bereaksi terhadap
beberapa stimulusatau kejadian dengan cara yang sama dengan orang yang
sedang kita nilai. Kekhususan adalah sejauhmana seseorang merespon
dengan cara yang sama terhadap stimulus atau kejadian yang berbeda.
Sebagai contoh, ketika kita diminta menilai mengapa seseorang yang
tidak kina kenal mencela sebuah film yang sedang diperlihatkan kepadanya.
Jika kita tahu ada orang lain yang tidak menilai jelek film itu (konsensus
rendah) dan kita tahu bahwa di masa lalunya orang tersebut sering mencela
film (keberbedaan rendah), maka kita akan membuat atribusi personal.

12
Table 1.2 atribusi personel dan atribusi stimulus
c. Dimensi Lain Dari Atribusi Kausal
Dimensi atribusi kasual ini terlepas dari dimensi inter-eksternal. Ada
faktor penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring ruang dan
waktu, seperti sifat, dan kepribadian dan ketemteraman (Miles, & Carey,
1997). Disisi lain, ada faktor penyebab internal yang berubah-ubah
seperti motif, kesehatan, kelelahan, dan suasana hati.
d. Teori kepribadian tersirat (Implicit Personality Theories)
Yaitu sebuah jenis skema yang digunakan orang untuk
mengelompokkan beragam jenis sifat-sifat kepribadian. Orang
menggunaka teori itu untuk membentuk kesan tentang oarang lain dalam
waktu cepat.
Menurut Rosenberg dan Sedlack, (1972), banyak orang berbagi teori
kepribadian tersirat dalam sebuah budaya. Holfman (1986) menemukan
bahwa partisipan yang berbahasa bilingual Cina-Inggris membentuk
penafsiran berbeda terhadap orang yang sama, bergantung pada apakah
mereka membaca deskripsi terbahasa Inggris atau bahasa Cina. Dengan
deskripsi berbahasa inggris, kesan artistik dibangkitkan, sedangkan
dengan deskripsi berbahasa Cina, sebuah kesan tentang Shu Gu (nama
kota) dibangkitkan.
I. BIAS-BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL
Orang yang menampilkan kesan baik pada saat pertama kali bertemu, cenderung kita
anggap baik untuk seterusnya. Bias seperti ini biasanya disebut efek halo. Kita juga

13
cenderung menilai orang yang menampilkan kesan buruk pada saat kita pertama kali
bertemu dengannya, sebagai orang yang buruk seterusnya. Bias ini disebut negativitas.
Sebagai contoh, ketika kita sedang menghadiri sebuah rapat yang telah berlangsung
lebih dari setengah jam, seorang peserta rapat yang tidak kita kenal baru datang. Ia masuk
ke ruangan rapat dengan gerakan yang tampak tergesa-gesa menuju tempat duduk yang
disediakan untuknya. Setelah duduk, ia membuka tas nya dan mencari sesuati di tas
tersebut. Kemudian, ia mengeluarkan berbagai barang dari tasnya untuk memasukkan
kembali semua barang itu ke tasnya. Lalu, ia merogoh sakunya dan sepertinya menemukan
apa yang ia cari, pakaian yang di kenakannya tampak kusut dan rambutnya tidak tersisir
rapi. Kita bisa saja menilai dirinya orang yang tidak bisa mengatur dirinya dan berantakan.
Bias persepsi lain cenderung kita lakukan adalah apa yang disebut sebagai in-group
bias (bias terhadap kelompok sendiri) atau in-group favoritism (favoritisme terhadap
kelompok sendiri). Dengan kata lain, kita cenderung menyukai anggota-anggota kelompok
kita sendiri dibandingkan anggota-anggota kelompok lain Allen & Wilder, 1975; Billing &
Tajfel,1973; Brewer, 1979; Tajfel, 1970; Wilder, 1981). Contohnya, ketika seseorang
menilai calon anggota DPR dua partai tertentu, X dan Y, yang setara dalam berbagai hal,
orang tersebut cenderung memilih calon dari partai Y jika ia sendiri adalah anggota partai
Y. Penilaian tersebut semata-mata karena calon dari partai Y sekelompok dengan orang
yang menilai.

14
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut asal katanya, kata psikologi berasal dari kata yunani adalah
psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harafiah
dapat diartikan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tantang
jiwa/ilmu jiwa. Ada banyak filusufi mengartikan psikologi berbeda-beda
pengertian tapi pada akhirnya sama juga.
Persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimasa stimulus oleh individu
melalui alat indera. Proses stimulus ini tidak pernah berhenti begitu saja.
Melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya adalah proses
persepsi. Jadi proses persepsi dengan tidak lepas dari proses penginderaan
yang merupakan proses terdahulu dari proses persepsi. Oleh karena itu,
persepsi itu dapat merupakan sebuah kegiatan yang bersifat integrated yang
ada di dalam diri individu, jadi apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif
dalam persepsi.sehingga dari kesempatan itu dapat terwujudkan perasaan,
kemampuan berpikir, pengalaman individu yang mampu mempersepsikan
sesuatu yang mungkin berbeda antara individu. Persepsi ini bersifat individu
menurt Davidoff, 1981; Rogers, 1965. Sedangkan persepsi sosial adalah suatu
proses penafsiran atau penilaian perilaku terhadap orang lain dalam stimulus
yang diperoleh melalui alat indera. Robbins (Dr. Fattah Hanurawan, 2010),
mengemukakan bahwa persepsi sosial adalah proses dalam diri seseorang yang
menunjukan organisai dan interpretasi terhadap kesan-kesan inderawi, dalam
usaha untuk memberi makna terhadap orang lain sebagi objek persepsi.

B. SARAN ATAU KRITIKAN

Demikianlah pembahasan makalah ini tentang persepsi sosial : mengenali


dan mengerti orang lain semoga dapat bermanfaat buat kita semua. Sebagai
penulis juga memohon saran dan kritikan dari teman-teman supaya makalah ini
dapat lebih baik lagi dan bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita
semuanya. Terima kasih

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, J. (2014). Persepsi Berbusana Muslimah Mahasiswa Fakultas Farmasi


Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.
Atkinson, R. L., Smith, E. E., Atkinson, R. C., Bem, D. J., & Nolen-Hoeksema,
S. (2010). Pengantar Psikologi, Jilid 1. Jakarta: Interaksa.
https://mbaafaw.wordpress.com/2016/12/14/67/, di unduh pada 29 September; 21.08
https://www.slideshare.net/alfaupsi/psikologi-sosial-persepsi-sosial-memahami-orang-
lain, di unduh pada 29 September; 21.10
Istikomatulaeli. (2018). Peoses Persepsi Sosial Di Media sosial instagram
(studi kasus pada mahasiswa IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakartaa).
Jakarta: Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Retrieved from
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta website:
https://repositiry.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39530
Liem, S., Panggabean, H., & Farady, R. M. (2019). Persepsi Sosial Tentang
stunting di kabupaten tanggerang. Jurnal ekologi kesehatan, 18(1), 37-47.
https://doi.org/10.22435/jek.18.1.167.37-47
Archer, D. dan R. M Akert. 1991. The interpretation of behavior: verbal and nonver
Balfactors in person perception. New york: cambridge university press (in
preparation).

16

Anda mungkin juga menyukai