Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI SOSIAL

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

Disusun Oleh :
Siti Ismayanti G.1810232

Mata Kuliah :
Human Relation

Dosen Pengampu :
Desi Hasbiyah S.Si. M.I.Kom

SAINS KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DJUANDABOGOR

2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaaniraahiim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai Ulangan Tengah
Semester mata kuliah Dasar-Dasar Public Relation dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mendasari Interaksi Sosial Serta Pengaruhnya Terhadap
Produktivitas Kerja”
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bogor, 02 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2

2.1 Pengertian Sugesti, Imitasi, Identifikasi, Simpati, Rasa Percaya


(trust), Sikap Sportif, dan Sikap Terbuka (open minded) .....................2
2.1.1. Sugesti ........................................................................................2

2.1.2. Imitasi .........................................................................................4

2.1.3. Identifikasi ..................................................................................4

2.1.4. Simpati .......................................................................................5

2.1.5. Rasa Percaya (trust) ...................................................................6

2.1.6. Sikap Sportif ...............................................................................7

2.1.7. Sikap Terbuka (open minded) .....................................................8

2.2 Hubungan Antara Faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial dengan

Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Keja ...........................................8

BAB III KESIMPULAN .....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh
timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekstern manusia
mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Jadi dapat
dikatakan bawa Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang saling
memperngaruhi. Ada aksi dan ada reaksi, pelakunya lebih dari satu, dapat
berupa individu antar individu, kelompok dengan kelompok, individu dengan
kelompok dan lain-lain. Interaksi sosial merupakan bentuk dari dinamika
sosial budaya yang ada didalam masyarakat. Dengan demikian, dengan
interaksi sosial akan memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan didalam
masyarakat yang akan membentuk hal-hal yang baru yang membuat dinamika
masyarakat menjadi hidup. Perubahan-perubahan ini akan terjadi sambung-
menyambung dari generasi yang satu ke generasi berikutnya sepanjang
zaman.
Terdapat faktor yang mendasari interaksi sosial meliputi sugesti, imitasi,
identifikasi, simpati, rasa percaya (trust), sikap sportif, dan sikap terbuka
(open minded). Dari faktor tersebut adakah kaitannya dengan produktivitas
kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sugesti, imitasi identifikasi, simpati, rasa
percaya (trust), sikap sportif, dan sikap terbuka (open minded) ?
2. Apa hubungan antara faktor yang mendasari interaksi sosial terhadap
produktifitas kerja ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sugesti, Imitasi, Identifikasi, Simpati, Rasa Percaya (Trust),


Sikap Sportif, Dan Sikap Terbuka (open minded)
2.1.1. Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh
seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut
mengikuti pandangan atau pengaruh tesebut tanpa berpikir secacara kritis dan
rasional. Menurut Ahmadi (2002) faktor sugesti diartikan sebagai suatu
proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku dari dirinya sendiri maupun dari orang lain
tanpa kritik terlebih dahulu. Dalam hal ini, seseorang memberikan pandangan
atau sikap dari dirinya sendiri maupun dari orang lain yang lalu diterima oleh
dirinya. Dapat diartikan bahwa seseorang memberikan penilaian mengenai
dirinya kepada orang lain, sehingga orang tersebut menerima penilaian
tersebut tanpa memberikan kritikan. Dapat juga seseorang memberikan
penilaian kepada dirinya sendiri dan meyakini bahwa penilaian itu baik dan
tidak memberikan kritikan.
Contoh tindakan ini seperti, seorang remaja yang mengajak temannya
yang sedang menghadapi banyak masalah untuk mengonsumsi narkoba, dan
meyakinakan kepada temannya bahwa narkoba dapat menghilangkan stres
juga baik untuk dikonsumsi, sehingga temannya percaya dan tanpa
memberikan kritikan ataupun sanggahan mengenai pernyataannya tersebut.
Sugesti dapat berlagsung apabila seseorang memberikan pandangan
atau sikap yang diyakininya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti
muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga
tidak dapat berpikir rasional. Segala saran atau nasihat yang diberikan
langsung diterima dan diyakini kebenarannya tanpa berpikir hal tersebut
benar atau salah. Pada umumnya, sugesti dapat berasal dari hal-hal berikut :
1. Orang yang berwibawa, karismatik, atau punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orangtua, cendekiawan, atau ulama.

2
2. Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang disugesti,
misalnya pejabat negara atau direktur perusahaan.
3. Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam
suatu rapat OSIS, ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap suatu
masalah. Tetapi karena semua teman-temannya setuju, maka ia pun
mengubah pendapatnya.
4. Reklame atau iklan di media massa. Contoh, iklan yang menggambarkan
suatu produk deterjen mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik
dapat menggiring pendengar atau penonton untuk membeli produk itu
karena terpengaruh.
Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tapi
karena beberapa faktor yang ada di diri orang yang diberi sugesti. Faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Terhambatnya daya berpikir kritis. Makin kurang kemampuan orang
mengkritisi sesuatu atau seseorang, makin mudah orang itu menerima
sugesti dari pihak lain. Daya kritis mengalami hambatan jika individu
yang terkena stimulus sedang dalam keadaan emosional. Misalnya, orang
yang tengah marah besar pada tetangganya akan mudah terprovokasi
untuk melakukan perkelahian fisik.
2. Kemampuan berpikir terpecah belah (dissosiasi). Dissosiasi terjadi ketika
orang sedang dilanda kebingungan karena dihadapkan pada berbagai
persoalan. Jika dalam suasana yang demikian ada pandangan, saran, atau
pendapat-pendapat orang, ia akan dengan mudah menerimanya tanpa
pikir panjang.
3. Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang dalam
keadaan ragu-ragu pada umumnya akan mudah tersugesti atau akan
mudah menerima pendapat atau saran dari pihak lain, apalagi pendapat
itu searah sehingga orang yang ragu-ragu itu tidak bisa berkomunikasi
langsung dengan pihak tersebut. Misalnya, pada kasus iklan deterjen
sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut. Tetapi, karena kita
melihat dan mendengarnya setiap hari tanpa bisa bertanya tentang
kebenarannya, kita pun membelinya. Pada kasus tersebut, sugesti

3
berfungsi untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah ada, walaupun
masih ada keraguan.

2.1.2. Imitasi
Imitasi merupakan suatu tindakan meniru sikap, tingkah laku, atau
penampilan orang lain. Faktor imitasi menurut Sargent (dalam Santoso, 2010)
merupakan suatu percontohan atau menghasilkan tindakan dari yang lain.
Dalam hal ini seseorang atau individu melakukan interaksi sosial dengan cara
mencontoh tindakan atau perilaku orang lain sehingga menghasilkan tindakan
atau perilaku yang nampak pada dirinya. Imitasi atau perbuatan meniru ini
memiliki sisi positif dan negatifnya. Dikatakan positif apabila hal-hal yang
diimitasikan tersebut dapat diterima secara moral, contoh seperti anak kecil
yang anak kecil menyatakan terimakasihnya, hal tersebut dilakukan karena
anak tersebut melihat orang tuanya selalu mengucapkan perkataan terima
kasih ketika menerima sesuatu. Sebaliknya dikatakan negatif apabila hal-hal
yang diimitasi itu mengkinlah secara moral harus ditolak.
Adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan
kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, seperti yang
berlangsung juga pada faktor sugesti. Dengan kata lain, adanya peranan
imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas
berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya.
Imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang
menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.

2.1.3. Identifikasi
Menurut Freud (dalam Santoso, 2010) Identifikasi merupakan suatu
proses untuk melayani sebagai penunjuk sesuatu model. Atau dapat diartikan
sebagai dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun secara batiniah (Ahmadi, 2002).
Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari imitasi dan sugesti.
Dengan identifikasi seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan
orang lain, atau ‘mengidentikkan’ dirinya dengan orang lain. Proses

4
identifikasi ini tidak hanya meniru pada perilakunya saja, bahkan menerima
kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain tersebut menjadi kepercayaan
dan nilainya sendiri. Jadi, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian
seseorang.
Proses identifikasi dapat berlangsung dalam suatu keadaan di mana
seseorang yang melakukan identifikasi benar-benar mengenal orang lain yang
menjadi tokoh atau idolanya, baik secara langsung maupun tidak langsung
(melalui televisi). Mulanya proses identifikasi ini brlangsung secara tidak
sadar kemudian irrasionil, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasionil atau masuk
akal.
Contoh seperti seorang pegawai di kantor meniru gaya bekerja seorang
manajer ,walaupun sudah menjadi seorang manajer bekerjanya selalu tekun
dan tidak bermaslas-malasan sehingga disukai oleh banyak pegawai lainnya.
Lalu proses peniruan tersebut tanpa disadari hal demikian menjadi sebuah
dorongan untuk bekerja lebih giat lagi agar tujuannya tersebut tercapai.

2.1.4. Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan
kemampuan untuk merasakan diri kita seolah olah berada dalam keadaan
orang lain. Simpati dapat dikatakan sebagai perasaan tertariknya seseorang
terhadap orang lain. Proses simpati ini dapat timbul secara tiba-tiba kepada
orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku
menarik baginya. Berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu
merupakan proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati terhadap
orang lain.
Rasa tertarik yang muncul tersebut didasari atau didorong oleh
keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain, mungkin memahami
perasaannya atau pikirannya, sehingga ada keingan untuk bekerja sama
dengannya. Simpati muncul berdasarkan penilaian atas perasaan (emosional)
terhadap orang lain dan seringkali mengabaikan pemikiran logis.

5
Contoh : Kita turut sedih dan menyampaikan bela sungkawa kepada
teman kita yang tertimpa musibah tanpa mempedulikan penyebab musibah
tersebut.

2.1.5. Sikap Percaya (Trust)


Menurut kamus Webster’s Third New Internasional Dictionary Trust
atau kepercayaan adalah implikasi dari sikap yakin terhadap orang/hal lain
yang didasarkan pada bukti-bukti campuran atau perpaduan berbagai
pengalaman dan pada dasarnya lebih subjektif seperti pengetahuan, kasih
sayang, kekaguman, rasa hormat, atau penghormatan.
Sedangkan menurut Das dan Teng (dalamOjha & Gupta, 1998: 107)
trust sebagai derajat dimana seseorang yang percaya menaruh sikap positif
terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di
dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko. Dan Govier (dalam
Tschannen-Moran, 2001: 314) berpendapat bahwa orang yang bisa dipercaya
adalah orang yang predictable, berbicara dengan carefully atau hati-hati,
terutama saat membuat komitmen, menepati janji dan tidak pernah menipu.
Berdasarkan paparan di atas tersebut dapat diartikan bahwa trust
(kepercayaan) adalah suatu kesediaan seseorang untuk mempercayai orang
atau hal lain karena adanya niat baik, jujur, kompetensi, keterbukaan dan
dapat diandalkan sehingga membuat trustee konsekuen dengan resiko yang
muncul.
Peran trust menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi sosial,
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok maupun nantinya
antar kelompok. Peran trust itu sendiri sangat abstrak karena tidak dapat
diukur dengan satuan tapi dapat dengan mudah kita lihat aktualisasinya.
Salah satu contohnya adalah pemberian rekomendasi seseorang pada
orang lain. Tradisi rekomendasi merupakan aktualisasi rasa percaya yang kuat
terhadap seseorang, objek benda, pilihan jasa, ataupun sebuah tindakan sosial.
Misal seseorang merekomendasikan kepada temannya mengenai tiket
pesawat yang murah, pelayanan cepat dan terpercaya. Rekomendasi

6
perusahaan jasa yang diajukan tersebut atas dasar pengelamannya bahwa ada
perusahaan jasa yang menjual tiket murah dan terpercaya.
Pertanyaan yang muncul setelah itu adalah kenapa seseorang sangat
mempercayai orang lain adalah apa yang membuatnya mempercayainya,
berikut beberapa point mengapa seseorang menjadi percaya kepada orang lain
yaitu :
1. Karena Informasi yang dimiliki, hal ini tergantung pada berapa banyak
informasi yang dimilikinya dalam mengambil sebuah keputusan, apakah
dapat dipercaya atau tidak. Dengan demikian kepercayaan dapat
berkurang karena kurangnya informasi yang dimiliki, dalam konteks ini
trust diinterprestasikan sebagai pengetahuan.
2. Karena pertimbangan rasional dalam mengambil sebuah keputusan yang
mengandung resiko, seperti modal di bursa saham yang memiliki resiko
tinggi, maka untuk mendapatkan untung yang maksimal diperlukan
ketelitian yang matang terhadap peluang-peluang yang akan terjadi.

2.1.6. Sikap Sportif


Sikap sportif ialah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri
(defensif) dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Defenisif di
ambil dari kata defensive yang artinya bertahan atau melindungi diri. Orang
bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah
jelas, dengan sikap defensif komunikasi akan gagal karena orang defensif
akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam
situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sikap sportif merupakan sikap
yang menjadikan diri kita lebih fleksibel, jujur, empati ketika berhubungan
dengan komunikan bukan hanya mengedepankan pendapat kita saja
melainkan pendapat orang lain perlu juga didengar, dngan begitu sikap
suportifmerupakan salah satu sikap yang membawa pada komunikasi
interpersonal menjadi efektif.
Hubungan interaksi yang efektf adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung. Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka.

7
Respon yang relevan adalah yang bersifat spontan dan lugas dan pengambilan
keputusan bersifat akomodasi.
Contoh sikap ini ialah : misalkan dalam dunia pekerjaan, meskipun kita
berada di tengah persaingan yang cukup ketat, sikap kerjasama tetap harus
dikembangkan. Misalnya jangan ragu untuk membantu rekan kerja kita yang
kesulitan. Kita harus ingat bahwa keluwesan kita dalam bekerja justru akan
mendapat nilai lebih dimata atasan mapun rekan kerja kita, ketimbang sibuk
bekerja secara pribadi dan sibuk menonjolkan kemampuan diri sendiri.

2.1.7 Sikap Terbuka (open minded)


Sikap terbuka ialah menilai pesan secara objektif dengan menggunakan
data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat suasana ;
berorientasi pada isi pesan; mencari informasi dari berbagai sumber; lebih
bersifat profesionalisme dan berusaha mengubah kepercayaan; mencari
pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.
Sikap keterbukaan dapat dikatakan juga sebagai sikap yang mau
menerima masukan dari orang lain serta berkenan menyampaikan informasi
penting kepada orang lain. Dengan kata lain keterbukaan adalah kesediaan
untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan. pengungkapan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang
sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan
untuk meemberikan tanggapan dimasa kini. Sikap terbuka ditandai dengan
adanya kejujuran dalam merespon segala stimulus komunikasi.
Contohnya seperti dalam sebuah pekerjaan, seorang pegawai atau
karyawan mau menerima kritik dan saran dari rekan kerjanya maupun
atasannya saat kinerja seorang pegawi tersebut belum baik.

2.1 Hubungan Antara Faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial Dan


Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Keja
Interaksi sosial merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan sosial,
karena sebagai manusia yang ditakdirkan sebagai makhluk sosial, setiap individu
dituntut mau membangun hubungan dengan orang lain terutama di lingkungan

8
sekitarnya. Menurut Santoso (1992) ada empat aspek penting dalam interaksi
sosial yang menjadi patokan untuk mengukur apakah individu tersebut memiliki
interaksi sosial yang baik atau tidak.Yang pertama, adanya hubungan yaitu
interaksi terjadi karena adanya hubungan baik antara individu dengan individu
maupun antara individu dengan kelompok.Yang kedua, adanya individu yaitu
dalam interaksi sosial individu dituntut untuk tampil dan melakukan
hubungan.Selanjutnya yang ketiga, adanya tujuan yaitu interaksi sosial tercipta
karena ada tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh individu.Dan yang terakhir
adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok.
Merton Deuttah (dalam Santoso, 1992) menyebutkan bahwa bentuk hubungan
interaksi sosial terbagi atas kerjasama dan persaingan.Teori tersebut menegaskan
bahwa interaksi sosial erat kaitannya dengan produktivitas kerja sebab dalam
mewujudkan produktivitas kerja dibutuhkan kerjasama yang baik antar
karyawannya.
Interaksi sosial memiliki keterkaitan yang erat dalam setiap kegiatan disebuah
perusahaan. Interaksi sosial sangat penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas kerja karyawan agar dapat mencapai hasil yang maksimal serta
mewujudkan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan
produktivitas kerja memerlukan strategi yang tepat yaitu dengan memaksimalkan
hubungan interaksi sosial karyawannya agar tercipta suatu hubungan yang baik
dan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman.
Semakin baik interaksi sosial seseorang maka akan semakin tinggi
produktivitas kerja yang dihasilkan, atau sebaliknya semakin buruk interaksi
sosial seseorang maka akan semakin rendah produktivitas kerja yang dihasilkan.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor yang turut mempengaruhi produktivitas kerja.
Sugesti, imitasi, identifikasi serta simpati merupakan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Contoh seorang pegawai akan terus bekerja
keras untuk mencapai apa yang ingin dituju, hal tersebut dapat dipengaruhui
melalui rekan kerjanya yang telah mendapatkan jabatan yg lebih tinggi darinya.
Sehingga hal tersebut menciptakan persaingan yang positif. Sedangkan sikap
percaya, sikap sportif serta sikap terbuka merupakan faktor yang dapat
membangun kerjasama dalam sebuah pekrjaan. Kerjasama ini berkaitan erat

9
dengan hubungan antar individu, anggota kelompok yang satu dapat mencapai
tujuannya apabila anggota kelompok yang lainnya juga dapat mencapai tujuannya.
Dan searah dengan persaingan, dimana individu dapat mencapai tujuannya apabila
individu yang lainnya terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut.
Kerja sama tim dalam sebuah kantor sangatlah diperlukan, karena pada
dasarnya tidak ada orang yang dapat bekerja sendiri. Terutama ketika mereka
bekerja dalam perusahaan. Dalam membangun kerjasama yang efektif, tentunya
akan banyak menghadapi tantangan dan perbedaan pendapat. Ini tidak bisa
dihindari ketika bekerja dalam sebuah tim. Akan tetapi dua hal tersebut bisa
dikurangi dan dihindari, dengan adanya kesadaran dan keterbukaan tim untuk
bekerjasama. keterbukaan tim mengacu pada keyakinan, fokus terhadap pekerjaan
bersama pekerjaan dan memastikan anggota tim berinteraksi satu sama lain.
Keterbukaan setiap anggota dapat bermanfaat bagi tim terutama dalam hal
bekerjasama.

10
BAB III
KESIMPULAN
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia,
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial diantaranya Sugesti, Imitasi,
Identifikasi, Simpati, Rasa Percaya (trust), Sikap Sportif, dan Sikap Terbuka
(open minded). Dari beberapa faktor tersebut erat kaitannya dengan pekerjaan
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan agar dapat mencapai
hasil yang maksimal serta mewujudkan tujuan perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Alif, Difa. 2015. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Produktivitas Kerja Pegawai
Negeri Sipil Dinas Perhubungan, Komunikasi, Dan Informatika
Pamekasan. Malang.
Pertiwi F. P . 2017 Peningkatan Sikap Sportif Dalam Komunikasi interpersonal
Dengan Layanan Bimbingan Kelompok teknik Latihan Asertif Pada Siswa
Kelas Viii Smp Negeri26 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018 .
Bandar Lampung
https://khalilnoverri.wordpress.com/2014/03/22/trust-dan-interaksi-sosial/
https://lusa.afkar.id/hubungan-antar-manusia-human-relation
Santoso, S. (1992).Dinamika kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai